Anda di halaman 1dari 8

Implementasi Program BKB ( Bina Keluarga Balita )

1
Lailatul Mufidah, 2 Nyimas Ifada Sahara

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo


1
lailatulmufidah19@gmail.com, 2 ifadasahara23@gmail.com

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan implementasi
kebijakan program pembinaan anak usia dini di Desa Kemiri Kec. Sidoarjo Kab. Sidoarjo
Melalui penggunaan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode identifikasi pelapor adalah
metode sampling yang ditargetkan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu Deskriptif
Kualitatif sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara,
studi pustaka dan dokumentasi dengan menggunakan data primer dan sekunder. Kemudian dari
informasi yang kami gali secara relevan dan beragam, maka data primer dan sekunder
dikumpulkan dari berbagai sumber seperti berasal dari anggota penyuluh KB, pengurus BKB,
peserta program BKB, Camat, dan kepala desa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan Program Pembinaan Anak Usia Dini Keluarga (BKB) di Desa Kemiri Kabupaten
Sidoarjo perlu untuk pengawasan pada pelaksanaannya. Karena dalam hasil Pelaksanaan
Program Bina Keluarga Balita (BKB) banyak terdapat hambatan-hambatan pada
pelaksanaannya. Dan perlu ditingkatkan kembali kualitas dan mutu dari para petugas dan
penyuluh BKB agar dapat lebih baik lagi dalam memberikan pemahaman pada ibu-ibu terkhusus
untuk ibu-ibu yang mempunyai balita usia 3-5 tahun.
Kata kunci :Pengasuhan Anak, Pendidikan Orang Tua, Program Bina Keluarga Balita, Implementasi Kebijakan Bina
Keluarga Balita.

Abstract The purpose of this study was to analyze and describe the implementation of early
childhood development program policies in Kemiri Village, Kec. Sidoarjo Kab. Sidoarjo
Through the use of qualitative descriptive research methods. The whistleblower identification
method is a targeted sampling method. Data collection techniques used are observation,
interviews, literature study and documentation using primary and secondary data. Then from the
relevant and varied information we extracted, primary and secondary data were collected from
various sources such as members of family planning extension workers, BKB administrators,
BKB program participants, sub-district heads, and village heads. The results of this study
indicate that the implementation of the Family Early Childhood Development Program (BKB) in
Kemiri Village, Sidoarjo Regency needs to be monitored in its implementation. Because in the
results of the Implementation of the Toddler Family Development Program (BKB) there are
many obstacles in its implementation. And it is necessary to improve the quality and quality of
the BKB officers and extension workers so that they can be even better in providing
understanding to mothers, especially for mothers who have toddlers aged 3-5 years.
Keywords: Childcare, Parents Education, Bina keluarga balita program, Implementation of Toddler Family Development
Policy
PENDAHULUAN
Salah satu kepedulian pemerintah terhadap pendidikan anak dilaksanakan melalui
Program Bina Keluarga Balita (BKB). Program ini lahir dari prakarsa Menteri Negara yang
bertanggung jawab atas peran perempuan pada tahun 1984 yang merupakan bagian integral dari
upaya nasional untuk meningkatkan kualitas bangsa Indonesia secara keseluruhan. Konsep
Indonesia tentang memperbaiki mutu secara keseluruhan tentu tidak terbatas pada pendidikan
saja, tetapi dengan menekankan pada pendidikan penduduk, untuk memperbaiki kualitas sumber
daya manusianya agar dapat memecahkan masalah sosial lainnya yaitu masalah yang timbul dari
masalah kependudukan. Pembinaan Keluarga Balita (BKB) bertujuan untuk meningkatkan peran
ibu dan anggota keluarga lainnya dalam mengupayakan sedini mungkin perkembangan yang
holistik dan terpadu dari anak baik secara intelektual maupun mental, emosional dan sosial, yang
juga berarti menjadikan kualitas anak Indonesia menjadi anak yang sehat. Tujuan ini jelas
menyoroti upaya untuk meningkatkan kesadaran pengetahuan orang tua dan anggota keluarga
lainnya dalam proses pendidikan anak. Program itu sendiri cukup lama waktunya, yaitu sekitar
29 tahun. Selama ini, program ini mengalami pasang surut dan mengalami pasang surut. Program
ini sendiri tidak sepenuhnya steril terhadap perubahan politik yang terjadi, seperti perubahan
departemen, alokasi dana, sumber daya yang tersedia dan faktor lainnya. .
Pariata Westa Dkk (1985:17) mengemukakan implementasi atau pelaksanaan adalah
aktivitas-aktivitas atau usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan
kebijakan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan atau alat-
alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana melaksanakannya, kapan waktu
berakhirnya dan bagaimana cara yang harus dilakukan. Di tingkat Kabupaten, tanggungjawab
program ini dipegang langsung oleh Bupati/Walikota. Di Daerah Tingkat II (Pemerintah
Kabupaten) yaitu Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang
menjadi penanggungjawab operasional. Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan Program Bina
Keluarga Balita di tingkat II maka dibentuklah Kelompok Kerja (Pokja), sedangkan di tingkat
kecamatan yang memegang tanggungjawab adalah camat.
Dalam tingkat desa atau kelurahan, tanggungjawab program ini dipegang oleh Kepala Desa
atau Lurah. Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) mempunyai tangungjawab sebagai
penanggungjawab operasional. Program BKB didesa dilakukan oleh Kelompok Pelaksana
(Poklak) Program Bina Keluarga Balita yang dibantu juga oleh Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) yang juga termasuk dalam Pokja II PKK.
Pelaksanaan Bina Lingkungan Balita untuk Balita (BKB) di tingkat desa atau kelurahan
dilakukan dengan membentuk beberapa kelompok berdasarkan letak geografisnya. Pelaksanaan
operasional ini dapat dilakukan di tingkat desa, Rukun Warga (RW) atau Rukun Tetangga (RT).
Dalam struktur budaya dan adat tertentu, program ini dapat dilaksanakan sesuai dengan struktur
adat yang ada. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok dibagi
menjadi beberapa kategori. Dalam setiap kelompok di koordinasi oleh satu indvidu yang
dinamakan Kader yang biasanya di kelola oleh pemudi desa itu sendiri. Sedangkan di Desa
Kemiri pengetahuan kader tentang BKB itu sendiri masih minim. Sehingga diperlukan sosialisasi
dan edukasi tentang BKB untuk para kader.

KAJIAN TEORI
Menurut Mukhtar Latif dkk (2013: 260) pendidikan orang tua adalah pendidikan yang diberikan
kepada orang tua dalam rangka untuk mengetahui dan mengaplikasikan pendidikan yang tepat
dalam mendidik anak usia dini terutama saat anak berada dalam lingkungan keluarga bersama
orang tuanya di rumah. Pendidikan orang tua lebih dikenal dengan istilah parenting. Parenting
merupakan program yang mendidik orangtua untuk mengelola perasaan positif, memberdayakan
para orangtua dan memungkinkan mereka untuk mengatasi kesulitan dalam mengelola perilaku
negatif anak-anaknya (Gross, Fogg, & Tucker, 1995). Pendidikan orang tua atau parenting
biasanya dipahami sebagai program sistematis yang diterapkan oleh para profesional untuk
mengajarkan pengetahuan dan keterampilan kepada orang tua yang dianggap perlu untuk
mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak-anak mereka. Efektivitas pendidikan orang tua
fokus pada perubahan kognisi orang tua, memperbaiki fungsi keluarga, dan mencegah masalah
perilaku anak (Kaminski, Valle, Filene, & Boyle, 2008). Parenting juga memungkinkan para
orangtua orang untuk memberdayakan diri melalui pembangunan pengetahuan mereka sendiri,
dalam proses aksi dan refleksi (Gaventa & Cornwall, 2009, hlm. 177).
Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi dalam proses
administrasi dan politik, ada 2 yaitu contens of policy dan contexs of policy. Yang dimaksud
content of policy adalah kepentingan yang dipengaruhi (interest affected), tipe manfaat (type of
benefits), derajat perubahan yang diharapkan, letak pengambilan keputusan, pelaksana program,
dan sumber daya yang dilibatkan. Sedangkan contexs of policy adalah kekuasaan, kepentingan
dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan penguasa, serta kepatuhan dan daya
tanggap. (Merile S.Grindle 1980)
Program parenting memungkinkan para orang tua orang untuk memberdayakan diri melalui
pembangunan pengetahuan mereka sendiri, dalam proses aksi dan refleksi (Gaventa & Cornwall,
2009, hlm. 177). Tujuan program pendidikan orang tua yaitu memfasilitasi pertumbuhan holistik
orang tua dalam menangani budaya mengasuh anak secara intensif (To Siu-ming, et. al, 2016).
Program pendidikan orang tua yang dikembangkan orang tua bermanfaat untuk memperbaiki
komunikasi di dalam keluarga, meningkatkan dukungan sosial, dan meningkatkan pemberdayaan
orang tua (Wright and Wooden, 2013). Program pendidikan orang tua yang berbeda sangat
efektif dalam banyak aspek, termasuk mengurangi tekanan orang tua, memperbaiki hubungan
orang tua dan anak, dan mengatasi perilaku buruk anak (Cheung, 2001). Tujuan utama program
parenting adalah untuk memperbaiki perilaku anak melalui peningkatan hubungan orang tua dan
anak, mengurangi pola asuh yang kasar dan kasar, dan meningkatkan keterlibatan dan kepekaan
orang tua, pada anak-anak yang berisiko atau bermasalah (Barlow J, et.al 2006, hlm. 3). Program
ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan holistik orang tua dalam hal: (a) pemahaman
tentang makna menjadi orang tua dan penghargaan atas peran mereka sebagai orang tua, (b)
reorganisasi pengalaman hidup mereka dan pengaturan ulang prioritas hidup, (c) peningkatan
diripemahaman dan pengayaan diri, (d) peningkatan komunikasi dan interaksi orang tua dan
anak, dan (e) memperkuat kepercayaan dan kompetensi orang tua. Low (2015) mengungkapkan
beberapa manfaat dari adanya program parenting, diantaranya: a) meningkatkan komunikasi
terbuka antara orangtua dan anak; b) mengurangi konflik orang tua-anak; c) perubahan pribadi
berupa pengendalian diri ketika berkomunikasi dengan anak; d) meningkatkan pengetahuan
orangtua tentang pemecahan masalah-masalah perilaku anak; e) meningkatkan keharmonisan
dengan pasangan dan meningkatkan kerjasama dalam mengasuh serta mendidik anak; f)
peningkatan pemahaman diri sendiri dalam menghadapi keinginan anak; g) meningkatkan
kesejahteraan mental bagi orang tua dan kesehatan mental bagi anak-anak.

BATASAN MASALAH
1) pengaruh edukasi tentang BKB kepada Kader Desa Kemiri. 2) perbandingan pengetahuan
kader sebelum dan setelah pelaksanaan edukasi.

METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Lokasi
penelitian ini dilakukan di Desa Kemiri, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini
mencoba menganalisis implementasi program BKB dalam mendukung perkembangan
pengetahuan kader. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel artinya dengan penentuan sampel dengan pertimbangan kualifikasi tertentu.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2022.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Program Top-down
Secara operasional program Bina Keluarga Balita (BKB) di Desa Kemiri merupakan
program top-down, artinya pelaksanaan program yang berasal dari pemerintah kemudian
dilaksanakan oleh masyarakat. Operasional program BKB terfokus di POSYANDU baik dari
segi kepengurusan, pendanaan, pelaksanaan kegiatan maupun standar operasional prosedur
(SOP) yang digunakan. Pelaksanaan program dilaksanakan secara rutin selama satu bulan sekali
oleh para kader, berbarengan dengan kegiatan POSYANDU di RW masing-masing. Berdasarkan
hasil wawancara diperoleh informasi bahwa segala hal yang berkaitan dengan jalannya program
Bina Keluarga Balita (BKB) di Desa Kemiri Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo,
diserahkan segala bentuk pengelolaannya kepada setiap POSYANDU yang ada di masing-
masing RW Desa Kemiri. Pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat
dengan tetap mengacu pada standar operasional prosedur (SOP) program. Pelaksanaan program
BKB dilaksanakan secara fleksibel sehingga tidak menuntut kehadiran wajib dari para orang tua.
Para pelaksana program atau kader tidak memaksakan peserta untuk mengikuti program
meskipun kader POSYANDU rutin hal mengajak peserta untuk aktif dalam kegiatan.
B. Pelaksanaan Program
Berdasarkan hasil analisis dilapangan pelaksanaan kegiatan BKB dibagi menjadi dua
jenis yaitu: 1) pelaksanaan edukasi bagi para kader. 2) pelaksanaan hasil kaderisasi kepada warga
Desa Kemiri. Berdasarkan hasil dari wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa pelaksanaan
edukasi bagi para kader di Desa Kemiri Kecamatan Sidoarjo dilaksanakan hanya sekali dalam
enam bulan sehingga edukasi yang diberikan para kader untuk keluarga yang mempunyai balita
hanya sebatas pengetahuan yang mereka miliki saja.
Dalam hal ini, setelah dilakukan pengamatan selama beberapa bulan diketahui hasil
bahwa para kader belum sepenuhnya memahami apasaja yang perlu dilakukan pada saat kegiatan
BKB dilakukan karena pengetahuan mereka tentang BKB hanya sebatas pada keterampilan
orangtua untuk mendidik anak dan tumbuh kembang anak dalam hal fisiknya saja seperti berat
badan dan tinggi badan. Sedangkan pengetahuan tentang pentingnya mental, intelektual, sosial
dan moral anak tidak terlalu diperhatikan.
Tabel kekurangan para kader beserta namanya sebelum menjalani kaderisasi
Keluhan para kader BKB dalam
No. Nama
pelaksanaan Program BKB
Kurang memahami manfaat
1. Yuli program BKB dan kegiatan-
kegiatannya
Hanya mengetahui BKB untuk
2. Wati mengetahui cara mendidik anak
dan tumbuh kembang fisik anak
Hanya mengetahui kegiatan BKB
dengan memberikan fasilitas
bermain pada anak bersama
3. Fitri
orangtua dan mengetahui
perkembangan berat badan dan
tinggi badan anak

Setelah menjalani masa kaderisasi selama satu bulan dengan memberikan materi tentang BKB
(Bina Keluarga Balita) yang memuat manfaat BKB, tata cara pelaksanaan penyuluhan BKB dan
Pelatihan-pelatihan terkait kegiatan yang diberikan dalam pelaksanaan program BKB seperti
pelatihan pendataan balita yang dikelompokkan berdasarkan umur balita, menyusun keperluan
yang diperlukan dalam pelaksanaan BKB contohnya APE (Alat Permainan Anak), cara
mengasuh anak dengan memperhatikan perkembangan fisik anak, mental, intelektual, sosial dan
moral anak.
Tabel kelebihan para kader beserta namanya setelah menjalani kaderisasi
Perkembangan kader setelah
No. Nama
menjalani masa kaderisasi
Yuli Mampu memahami manfaat
program BKB, mampu ikut
menyusun kegiatan-kegiatan untuk
1. program BKB dan mampu
melaksanakan tugas penyuluhan
BKB kepada keluarga yang
mempunyai balita
Wati Kemampuan dalam pemahaman
BKB semakin bertambah
contohnya sudah mampu
melaksanakan kegiatan sharing
untuk keluarga yang mempunyai
2. balita, memberikan sarana pra-
sarana untuk memudahkan
keluarga balita memahami materi
yang diberikan oleh para kader saat
penyuluhan kepada pihak keluarga
balita.
Fitri Sudah mengetahui bahwa Program
BKB juga menekankan pada
pembangunan manusia dari usia
3. dini yang bukan hanya dalam segi
fisik saja, namun juga pada
kesehatan mental, intelektual,
sosial serta moral anak.

Hasil perbandingan dari data diatas menunjukkan bahwa para kader mengalami kemajuan pola
pikir dan cara memberikan pelayanan kepada warga Desa Kemiri khususnya para keluarga yang
mempunyai balita. Sehingga diharapkan dengan kemajuan pengetahun para kader dapat
memperlancar program BKB untuk mencetak anak-anak bangsa yang kuat fisik, metal,
intelektual, mampu bersosialisasi di lingkungan masyarakat dengan baik dan mempunyai nilai
moral yang baik.

Peraturan Pelaksanaan program Bina Keluarga Balita (BKB) dimulai pada tahun
anggaran 1985/1986 yang disahkan oleh pemerintah terkait BKB (Bina Keluarga Balita).
Kedudukan BKB oleh pemerintah dalam hal ini dilanjutkan berdasarkan pengarahan dari Ibu
Negara pada tanggal 21 Juli 1984 melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Negara UPW dan
Kepala BKKBN No. 11 KEPMEN UPW/IX/84 dan No. 170/HK010/E3/84 tentang kerjasama
pelaksanaan pengembangan proyek Bina Keluarga Balita (BKB) dalam keterpaduan dengan
program Keluarga Berencana (KB) dalam rangka mempercepat proses pelembagaan Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Keputusan bersama ini menggariskan BKKBN
sebagai penanggung operasional Bina Keluarga Balita (BKB) (BKKBN,2007). Pemerintah
membuat kebijakan program BKB untuk mengetahui perkembangan balita di Indonesia untuk
sebagai upaya membentuk generasi penerus yang mempunyai jiwa, fisik, dan mental yang sehat.
Dengan adanya kebijakan ini mempermudahkan para keluarga untuk mengetahui tumbuh
kembang anak dengan baik. Namun dalam implementasinya program BKB mengalami kendala
dalam pengetahuan para kadernya. Sehingga diperlukan dukungan pemerintah untuk mendukung
dalam pengembangan kader terutama untuk para kader baru yang rata-rata terdiri dari ibu muda
di desa tersebut.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan maka dapat disimpulkan bahwa adanya
kendala dalam implementasi program BKB (Bina Keluarga Balita) di Desa Kemiri Kecamatan
Sidoarjo yaitu bahwa para kader belum sepenuhnya memahami apasaja yang perlu dilakukan
pada saat kegiatan BKB dilakukan karena pengetahuan mereka tentang BKB hanya sebatas pada
keterampilan orangtua untuk mendidik anak dan tumbuh kembang anak dalam hal fisiknya saja
seperti berat badan dan tinggi badan. Sedangkan pengetahuan tentang pentingnya mental,
intelektual, sosial dan moral anak tidak terlalu diperhatikan. Setelah dilakukan kaderisasi selama
satu bulan dengan memberikan materi tentang BKB (Bina Keluarga Balita) diketahui bahwa para
kader mengalami kemajuan pola pikir dan cara memberikan pelayanan kepada warga Desa
Kemiri khususnya para keluarga yang mempunyai balita. Sehingga diharapkan dengan kemajuan
pengetahun para kader dapat memperlancar program BKB untuk mencetak anak-anak bangsa
yang kuat fisik, metal, intelektual, mampu bersosialisasi di lingkungan masyarakat dengan baik
dan mempunyai nilai moral yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.untirta.ac.id/1454/1/IMPLEMENTASI%20PROGRAM%20KAMPUNG%20KEL
UARGA%20BERENCANA%20%28KB%29%20DI%20KAMPUNG%20KALIWADAS%20K
ELURAHAN%20LOPANG%20KECAMA%20-%20Copy.pdf
http://jurnal.ubl.ac.id/index.php/ejkpp/article/view/1929/1956
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/NmYyM2UyM2Q4NGY0
OTFiYmVjN2JlOTc4N2IzZWEyNDQxYjQxMmQ0Mg==.pdf
https://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jpls/article/view/2703/1621

Anda mungkin juga menyukai