Anda di halaman 1dari 170

GENERASI MUDA KAWENGEN BERBASIS PUSAT INFORMASI DAN

KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK KRR)


DI DESA KAWENGEN TAHUN 2018

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Tugas Mata Kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Disusun oleh:
1. Alya Agustini 6411415028 Desa
Kawengen
2. Tika Maelani 6411415050 Desa
Kawengen
3. Noviya Dwi Rahayu 6411415068 Desa
Kawengen
4. Muhamad Alvian 6411415107 Desa Kawengen
5. Tri Putri Nur Milati 6411415117 Desa Kawengen

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018

i
ii
ABSTRAK
Pendahuluan : Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terstruktur yang telah dilakukan
di Dusun Kawengen, diperoleh beberapa permasalahan yang berhubungan dengan
pengetahuan, sikap, dan perilaku diantaranya yaitu : rendahnya pengetahuan tenrkait tiga
resiko yang akan dihadapi oleh remaja (Seksualitas, NAPZA dan HIV/AIDS). Berbasis Pusat
Informasi Konseling Remaja (PIK-KRR) merupakan alternatif pemecahan masalah tersebut.

Metode : Identifikasi penyebab masalah menggunakan metode wawancara dan observasi.


Penyusunan prioritas masalah dan penyebab masalah menggunakan metode Hnalon
Kuantitatif kemudian untuk memilih alternatif pemecahan masalah menggunakan metode
Brain Storming. Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan melalui kuesioner serta
data sekunder dari kelurahan dan bidan desa.

Hasil : Pelaksanaan seluruh program kerja yang telah dilaksanakan idiawali oleh koordinasi
dan perijinan, pelaksanaan kemudian evaluasi. Bentuk evaluasi pelaksanaan program kerja di
Dusun Kawengen dilakukan dengan cara membandingkan hasil pre-post tes dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan masing-masing program yang dibandingkan dengan indikator
keberhasilan. Terbentuknya forum remaja berbasis Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-
KRR) dipilih dari karang taruna Dusun Kawengen. Siswa-siswi dapat memahami materi
dasar pencegahan kekerasan seksual (sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh), ibu-ibu
pengajian dapat memahami materi tentang Infeksi Menular Seksual (IMS), dan media produk
pemecahan masalah terkait TRIAD KRR (Seksualitas, NAPZA, dan HIV/AIDS) dapat
diterima oleh sasaran.

Pembahasan : Dengan melaksanakan program intervensi maka penyelesaian yang dapat


dilakukan untuk menangani permasalahan pengetahuan, sikap dan perilaku terkait tiga resiko
yang akan dihadapi oleh remaja yaitu pembentukan forum remaja berbasis Pusat Informasi
Konseling Remaja (PIK-KRR). Penentuan tingkat pengetahuan siswa-siswi RA dan TK
diselesaikan secara bertahap dengan pemberian materi kemudian praktek bernyanyi bersama.
Penentuan tingkat pengetahuan ibu-ibu pengajian dengan pemberian materi dengan media
poster.

Kata kunci : Pengetahuan Sikap dan Perilaku, TRIAD KRR, Forum Remaja.

iii
ABSTRACT
Introduction: Based on the results of observations and structured interviews that have been
carried out in Kawengen Hamlet, several problems were found relating to knowledge,
attitudes, and behaviors including: low knowledge of the three risks faced by adolescents
(Sexuality, Drug and HIV / AIDS) . Based on the Youth Counseling Information Center (PIK-
KRR) is an alternative solution to the problem.

Method: Identify the cause of the problem using interview and observation methods.
Prioritization of problems and causes of problems using the Quantitative Hnalon method then
to choose alternative solutions to the problem using the Brain Storming method. Primary and
secondary data collection is done through questionnaires and secondary data from the
kelurahan and village midwives.

Results: The implementation of all work programs that have been carried out by the
coordination and licensing, implementation and evaluation. The form of evaluation of the
implementation of work programs in Kawengen Hamlet was done by comparing the results
of pre-post tests and evaluating the implementation of the activities of each program
compared to indicators of success. The establishment of a youth forum based on the Youth
Counseling Information Center (PIK-KRR) was selected from the youth group of Kawengen
Hamlet. Students can understand the basic material for prevention of sexual violence (touch
may and touch should not be), study mothers can understand the material about Sexually
Transmitted Infections (STIs), and media products for solving TRIAD KRR related problems
(Sexuality, Drug and HIV / AIDS) can be accepted by the target.

Discussion: By implementing an intervention program, the solution that can be done to deal
with problems of knowledge, attitudes and behavior related to the three risks that will be
faced by adolescents is the formation of a youth forum based on the Youth Counseling
Information Center (PIK-KRR). Determining the level of knowledge of RA and TK students
is completed gradually with the provision of material then the practice of singing together.
Determination of the level of knowledge of mothers of recitation with the provision of
material with poster media.

Keywords: Attitude and Behavioral Knowledge, TRIAD KRR, Youth Forum.

iv
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan

“Generasi Muda Kawengen Berbasis Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan

Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di Desa Kawengen Tahun 2018” ini dapat

terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah bagi Nabi

Muhammad SAW. beserta para pengikutnya.

Atas terselesaikannya laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

Yth:

1. Bapak Lukman Fauzi, S.KM., M.P.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik mata

kuliah Praktik Kerja Lapangan.

2. Ibu Nanik Prihati, Amd. Keb. selaku Dosen Pembimbing Lapangan mata kuliah

Praktik Kerja Lapangan.

3. Bapak Tohariyanto selaku Kepala Dusun Kawengen, Desa Kawengen, Ungaran

Timur beserta keluarga.

4. Ibu Yuni Indriani., Spd.Aud selaku Kepala Sekolah dan seluruh staff RA Al-

Muttaqin yang sudah memberikan izin kepada kami untuk melaksanakan program

intervensi.

5. Ibu Umiarti., Spd selaku Kepala Sekolah dan seluruh staff TK ABA Tarbiyah I

yang sudah memberikan izin kepada kami untuk melaksanakan program

intervensi.

v
6. Karang Taruna Dusun Kawengen yang sudah berpartisipasi dalam rangkaian

program intervensi

7. Ibu pengajian RT 02 Dusun Kawengen yang sudah berpartisipasi dalam rangkaian

kegiatan program intervensi kami

8. Bapak dan Ibu penulis yang selalu memberikan dukungan serta doa kepada

penulis

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian laporan Praktik Kerja Lapangan

Dusun Kawengen, Desa Kawengen, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.

Diharapkan laporan ini dapat memberikan saran atas masalah yang ditemukan

selama PKL berlangsung dan diwujudkan keberlanjutan program kepada Dusun

Kawengen. Laporan ini penulis akui masih banyak kekurangan, oleh karena itu

penulis mengharapkan kepada pembaaca untuk memberikan masukan-masukan yang

bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

Semarang, 30 Oktober 2018

Penulis

vi
DAFTAR ISI
PENGESAHAN......................................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
ABSTRACT..........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.2.1 Rumusan Masalah Umum.............................................................................2

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus............................................................................2

1.3 Tujuan...............................................................................................................3
1.4 Manfaat.............................................................................................................4
1.4.1 Bagi Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.................................4

1.4.2 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat....................................................4

1.4.3 Bagi Puskesmas Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang 4

1.4.4 Bagi Masyarakat............................................................................................4

1.5 Ruang Lingkup.................................................................................................5


BAB II METODE PELAKSANAAN....................................................................6
2.1 Analisis Situasi.................................................................................................6
2.2 Identifikasi Masalah Kesehatan........................................................................6
2.3 Penyusunan Prioritas Masalah Kesehatan........................................................7
2.4 Identifikasi Penyebab Masalah Kesehatan.....................................................11

vii
2.5 Penyusunan Prioritas Penyebab Masalah Kesehatan.....................................11
2.6 Identifikasi Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan..................................11
2.7 Penyusunan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan..................12
2.8 Pelaksanaan Intervensi Sebagai Upaya Pemecahan Masalah Kesehatan.......13
2.9 Evaluasi Intervensi.........................................................................................14
BAB III.................................................................................................................15
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................15
3.1 Analisis Situasi...............................................................................................15
3.1.1 Peta Kecamatan Ungaran Timur..................................................................16

3.1.3 Keadaan Demografis...................................................................................17

3.2 Identifikasi Masalah Kesehatan......................................................................18


3.3 Penyusunan Prioritas Masalah Kesehatan......................................................20
3.4 Identifikasi Penyebab Masalah Kesehatan.....................................................21
3.5 Penyusunan Prioritas Penyebab Masalah Kesehatan.....................................21
3.6 Identifikasi Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan..................................22
3.7 Penyusunan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan..................23
3.8 Pelaksanaan Intervensi Sebagai Upaya Pemecahan Masalah Kesehatan.......24
3.9 Evaluasi Intervensi.........................................................................................44
BAB IV.................................................................................................................50
SIMPULAN DAN SARAN.................................................................................50
4.1 Simpulan.........................................................................................................50
4.2 Saran...............................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Skoring Komponen A (Besarnya Masalah)...................................... 9

Tabel 2. 2 Skoring Komponen B (Emergency/ Seriousness)............................ 10

Tabel 2. 3 Skoring Komponen C (Causability)................................................ 11

Tabel 2. 4 Rencana Pelaksanaan Program Kerja.............................................. 15

Tabel 3. 1 Penentuan Prioritas Masalah............................................................ 22

Tabel 3.2 Prioritas Penyebab Masalah Kesehatan............................................ 23

Tabel 3.3 Pelaksanaan Intervensi Sebagai Upaya Pemecahan Masalah

Kesehatan......................................................................................... 26

Tabel 3.4 Prioritas Masalah Kesehatan di Dusun Kawengen........................... 29

Tabel 3.5 Planning of Action (POA) Pemetaan Masalah Pengetahuan,

Sikap dan Perilaku (PSP) Kesehatan Remaja Dusun Kawengen..... 33

Tabel 3.6 Planning of Action (POA) Pembentukan Forum Remaja Peduli

Kesehatan Reproduksi...................................................................... 37

Tabel 3.2 Planning of Action (POA) Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual

(sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh)...................................... 39

Tabel 3.8 Planning of Action (POA) Sosialisasi Infeksi Menular Seksual (IMS)

pada ibu-ibu pengajian RT 02 RW 04.............................................. 43

Tabel 3.9 Planning of Action (POA) Pembuatan Media Untuk Edukasi Mengenai
TRIAD KRR..................................................................................... 46

Tabel 3.10 Daftar Pengurus FRPKR................................................................. 51

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Kecamatan Ungaran Timur................................................... 16

Gambar 3.2 Diagram Batang tentang Pengetahuan NAPZA............................ 28

Gambar 3.3 Diagram Batang tentang Pengetahuan HIV/AIDS........................ 29

Gambar 3.4 Diagram Batang tentang Pengetahuan Seksualitas....................... 30

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Kegiatan.................................................................. 55

Lampiran 2 Instrumen....................................................................................... 59

Lampiran 3 Media atau Produk Pemecahan Masalah....................................... 68

Lampiran 4 Aktivitas Kegiatan PKL Setiap Peserta......................................... 71

Lampiran 5 Lembar Konsultasi PKL................................................................ 81

Lampiran 6 Artikel Setiap Peserta.................................................................... 82

Lampiran 7 Policy Brief................................................................................... 158

Lampiran 8 Poster Presentation........................................................................ 160

Lampiran 9 Berita Acara Penyerahan Laporan PKL........................................ 161

Lampiran 10 Jobdesk Kegiatan........................................................................ 164

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lulusan kesehatan masyarakat diharapkan mampu membantu pemerintah

dalam mengatasi masalah kesehatan di masyarakat. Salah satu keterampilan yang

harus diperoleh oleh sarjana kesehatan masyarakat adalah menemukan solusi dari

masalah kesehatan di masyarakat. Untuk melengkapi kemampuan mahasiswa

dengan pengalaman di masyarakat. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang (IKM FIK UNNES)

mengadakan program Praktik Kerja Lapangan (PKL). PKL Jurusan IKM FIK

UNNES tahun 2018 bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Ungaran Timur

dan Puskesmas Kalongan Kabupaten Semarang. Kegiatan ini merupakan kegiatan

belajar di lapangan yang dirancang untuk memberikan pengalaman

mengaplikasikan ilmu kesehatan masyarakat dengan menerapkan kaidah-kaidah

ilmiah dan berdasar pada fakta (evidence based).

Dusun Kawengen merupakan salah satu dusun yang berada di Desa

Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur. Desa ini cukup jauh untuk dijangkau

sehingga untuk menuju ke pusat pemerintahan, pelayanan kesehatan, maupun

pusat perbelanjaan membutuhkan waktu perjalanan yang cukup lama dan

membutuhkan alat transportasi. Dalam prosesnya, untuk lebih mengenal kondisi

dusun ini, penulis melakukan observasi dan wawancara selama satu minggu

sebelum melakukan kegiatan ini. Dari jumlah 450 kepala keluarga di Dusun

Kawengen terbagi menjadi 9 Rumah Tangga (RT). Dalam hasil pendekatan

ii
tersebut, didapatkan bahwa terdapat beberapa masalah kesehatan. Berdasarkan

data dari Riset Kesehatan Dasar Desa (Riskesdades) 2018 Desa Kalikayen, Desa

Mluweh dan Desa Kawengen, pengetahuan tentang HIV/AIDS di ketiga desa

tidak mengetahui tentang cara penularan maupun pencegahan dari HIV/AIDS.

Presentase rumah tangga berdasarkan pengetahuan tentang HIV/AIDS di Desa

Kalikayen sebesar 29,8%, Desa Mluweh sebesar 39,1%, dan Desa Kawengen

sebesar 30,9%. Dari data tersebut menunjukan bahwa di Desa Kawengen

pengetahuan tentang pencegahan HIV/AIDS masih rendah. (Fauzi,2018).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Bagaimana gambaran kesehatan masyarakat RT 01-09 RW 04 Dusun

Kawengen, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur ?

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka dirumuskan

permasalahan khusus sebagai berikut:


1.2.2.1 Bagaimana analisis situasi di Dusun Kawengen?
1.2.2.2 Bagaimana Identifikasi masalah kesehatan di dusun Kawengen?
1.2.2.3 Bagaimana penyusunan prioritas masalah kesehatan di Dusun Kawengen?
1.2.2.4 Bagaimana identifikasi penyebab masalah kesehatan di Dusun Kawengen?
1.2.2.5 Bagaimana penyusunan prioritas penyebab masalah kesehatan di Dusun

Kawengen?
1.2.2.6 Bagaimana identifikasi alternatif pemecahan masalah kesehatan di Dusun

Kawengen?
1.2.2.7 Bagaimana penyusunan prioritas alternatif pemecahan masalah kesehatan

di Dusun Kawengen?
1.2.2.8 Bagaimana pelaksanaan intervensi sebagai upaya pemecahan masalah

kesehatan di Dusun Kawengen?

2
1.2.2.9 Bagaimana evaluasi intervensi?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dirumuskan tujuan sebagai

berikut:

1.3.1 Untuk mengetahuianalisi situasi di dusun kawengen.


1.3.2 Untuk mengetahui Identifikasi masalah kesehatan di dusun Kawengen.
1.3.3 Untuk mengetahui penyusunan prioritas masalah kesehatan di Dusun

Kawengen.
1.3.4 Untuk mengetahui identifikasi penyebab masalah kesehatan di Dusun

Kawengen.
1.3.5 Untuk mengetahui penyusunan prioritas penyebab masalah kesehatan di

Dusun Kawengen
1.3.6 Untuk mengetahui identifikasi alternatif pemecahan masalah kesehatan di

Dusun Kawengen.
1.3.7 Untuk mengetahui penyusunan prioritas alternatif pemecahan masalah

kesehatan di Dusun Kawengen.


1.3.8 Untuk mengetahui pelaksanaan intervensi sebagai upaya pemecahan

masalah kesehatan di Dusun Kawengen.


1.3.9 Untuk mengetahui evaluasi intervensi.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

a.4.1.1 Mahasiswa mampu menganalisis masalah, memprioritaskan, mencari

penyebab dan memberikan solusi pemecahan serta mengimplementasikan

solusi tersebut terhadap permasalahan Kesehatan Masyarakat khususnya

tentang program TRIAD KRR (Seksualitas, NAPZA, dan HIV/AIDS) di

Dusun Kawengan, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur.


a.4.1.2 Menambah pengalaman langsung dalam pelaksanaan penelitian,

3
pengabdian kepada masyarakat, serta menerapkan pengetahuan yang

diperoleh dalam melakukan kegiatan penelitian di lapangan.

1.4.2 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

1.4.2.1 Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat menjadi salah satu audit

internal kualitas pengajaran di jurusan IKM.


1.4.2.2 Mendapat masukan bagi pengembangan jurusan IKM.

1.4.3 Bagi Puskesmas Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten

Semarang

1.4.3.1 Mendapatkan informasi analisis situasi, masalah kesehatan, penyebab

masalah kesehatan, dan upaya pemecahan masalah kesehatan di wilayah

kerjanya, khususnya tentang program TRIAD KRR (Seksualitas,

NAPZA, dan HIV/AIDS).

1.4.4 Bagi Masyarakat

1.4.4.1 Masyarakat mampu memiliki gambaran tentang permasalahan kesehatan

yang terjadi di lingkungannya dan mampu memecahkannya dengan solusi

tepat.
1.4.4.2 Sebagai pengetahuan mengenai masalah kesehatan yang menjadi prioritas

bagi masyarakat Dusun Kawengen, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran

Timur, Kabupaten Semarang untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

1.5 Ruang Lingkup

1.5.1 Ruang Lingkup Tempat

Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilakukan di Dusun

Kawengen, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.

4
1.5.2 Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dari tahap pengumpulan data,

identifikasi masalah kesehatan, menentukan prioritas masalah, dan intervensi

penyusunan laporan ini berlangsung mulai tanggal 01 Oktober 2018 sampai

dengan 30 Oktober 2018 dengan rincian kegiatan terlampir.

1.5.3 Ruang Lingkup Materi

Pelaksanaan program intervensi dengan sasaran semua warga Dusun

Kawengen Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur dengan lingkup materi

mencakup upaya meningkatkan Kesehatan Masyarakat. Materi yang dibutuhkan

sebagai dasar penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini yaitu Hak-

hak reproduksi, NAPZA, IMS (Infeksi Menular Seksual), dan pencegahan

kekerasan seksual (sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh).

5
BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1 Analisis Situasi

Analisis situasi diperoleh dari data primer dan data sekunder untuk

mendapatkan gambaran yang sebenarnya mengenai situasi dan kondisi

masyarakat, baik secara geografis, demografis serta kondisi kesehatan masyarakat

yang ada di Dusun Kawengen, Desa Kawengen. Data primer didapatkan dari

observasi di masyarakat yang dilakukan oleh peserta PKL sebelum

dilaksanakannya kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL). Sedangkan data

sekunder diperoleh dari Balai Desa Kawengen dan Bidan Desa Kawengen.

Data yang diperoleh dari Balai Desa Kawengen berupa data geografis,

demografis, jumlah penduduk, sosial keagamaan, tingkat pendidikan, dan mata

pencaharian. Sedangkan data yang diperoleh dari Bidan Desa Kawengen berupa

data pernikahan dini dan penderita HIV/AIDS. Data primer dan sekunder tersebut

dikumpulkan pada tanggal 01 - 14 Oktober 2018.

2.2 Identifikasi Masalah Kesehatan

Identifikasi masalah kesehatan masyarakat yang ada di Dusun Kawengen,

Desa Kawengen dilakukan dengan metode observasi dan melihat data

Riskesdasdes Tahun 2018. Sehingga, memudahkan Tim Praktik Kerja Lapangan

dalam menyusun daftar permasalahan kesehatan serta prioritas masalah guna

menentukan bentuk intervensi yang akan dilakukan pada kegiatan Praktik Kerja

Lapangan mahasiswa Universitas Negeri Semarang.

6
2.3 Penyusunan Prioritas Masalah Kesehatan

Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses

penyelesaian masalah dikarenakan terbatasnya sumber daya yang tersedia

sehingga belum dapat menyelesaikan semua masalah kesehatan di Dusun

Kawengen, Desa Kawengen. Selain itu karena adanya hubungan suatu masalah

dengan masalah yang lainnya maka tidak perlu semua masalah kesehatan harus

diselesaikan. Dengan menyusun prioritas masalah maka akan diketahui penyebab

masalahnya. Metode yang digunakan dalam menyusun prioritas masalah

kesehatan adalah metode Hanlon Kuantitatif.

Metode Hanlon Kuantitatif merupakan alat yang dapat digunakan untuk

membandingkan berbagai masalah yang berbeda-beda dengan cara relative dan

bukan absolute, framework, seadil mungkin, dan objektif sehingga diharapkan

dapat diperoleh prioritas masalah berdasarkan penilaian yang sesuai dengan

kondisi di lapangan. Penggunaan metoda Hanlon dalam penetapan altematif

prioritas masalah yang akan diiakukan menggunakan 4 komponen masing-

masing:

1. Komponen A yaitu besamya masalah (Magnitude)


2. Komponen B yaitu Tingkat kegawatan masalah (Emergency/ Seriousness)
3. Komponen C yaitu kemudahan penanggulangan masalah (Causability)
4. Komponen D yaitu dapat atau tidaknya program dilaksanakan menggunakan

istilah PEARL faktor.

Seperti halnya metoda yang lain, metoda Hanlon dalam proses awainya

menggunakan pendapat anggota secara curah pendapat (Brain storming) untuk

menentukan nilai dan bobot. Dari masing-masing komponen diperoleh nilai

dengan jalan melakukan scoring dengan skala tertentu, Kemudian komponen

7
tersebut dimasukkan kedalam formula dan hasil yang didapat makin tinggi

nilainya maka itulah prioritas masalah yang didahulukan (menjadi prioritas

masalah). Langkah-langkah untuk melaksanakan metoda ini dijelaskan sebagai

berikut:

1. Menetapkan Komponen A yaitu besamya masalah (Magnitude)


Penetapan besarnya masalah diukur dari besarnya efek secara langsung

(insidensi/prevalensi). Pemberian skor diberikan antara 1 sampai dengan 10

dari yang terkecil sampai yang terbesar.

Tabel 2. 5 Skoring Komponen A (Besarnya Masalah)

Besarnya Masalah
Skor
(Jumlah Populasi yg Terkena)
≥ 25 % 10
10 -24,9 % 8
1 – 9,9 % 6
0,1 – 0,9 % 4
< 0,1 % 2

2. Menetapkan Komponen B yaitu Tingkat keseriusan masalah (Emergency/

Seriousness)
Dalam hal ini tingginya angka morbiditas dan mortalitas,

kecenderungannya dari waktu ke waktu. Skor 0—10 (tidak gawat–sangat

gawat). Keseriusan masalah dilihat paling tidak dari 3 aspek :


a) Urgensi : Apakah masalah tersebut menuntut penyelesaian segera,

menjadi perhatian publik.


b) Keparahan (severity): Memberikan mortalitas atau fatalitas yang

tinggi.
c) Ekonomi (cost) : Besarnya dampak ekonomi kepada masyarakat.

Tabel 2. 6 Skoring Komponen B (Emergency/ Seriousness)

Urgency Skor Severity Skor Cost Skor


Very urgent 10 Very Severe 10 Very costly 10

8
Urgent 8 Severe 8 Costly 8
Some urgent 6 Moderate 6 Moderate cost 6
Little urgent 4 Minimal 4 Minimal cast 4
Not urgent 2 None 2 No cost 2

3. Menetapkan Komponen C yaitu kemudahan penanggulangan masalah

(Causability).
Dalam hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara perkiraan hasil

atau manfaat penyelesaian masalah yang akan diperoleh dengan sumberdaya

(biaya, sarana, dan cara) untuk menyelesaikan masalah. Pemberian skor

dimulai dari 0 – 10 (sulit – mudah).

Tabel 2. 7 Skoring Komponen C (Causability)

Ketersediaan solusi efektif untuk pencegahan masalah kesehatan Skor

Sangat efektif (80 -100 %) 10


Efektif (60 – 80 %) 8
Cukup efektif (40 -60 %) 6
Kurang efektif (20-40 %) 4
Tidak efektif (0-20%) 2

4. Menetapkan Komponen D yaitu dapat atau tidaknya program dilaksanakan

menggunakan istilah PEARL faktor.


PEARL dilihat dari berbagai pertimbangan dalam kemungkinan

pemecahan masalah. Pemberian skor yaitu 0 = tidak dan 1 = ya.

a. P = Propriatness (kesesuaian), yaitu kesesuaian masalah dengan prioritas

berbagai kebijaksanaan, program, kegiatan instansi atau organisasi terkait.

Apakah masalah tersebut berada pada lingkup keseluruhan misi?

9
b. E = Economics feasibility (kemungkinan ekonomi), yaitu kelayakan dari

segi pembiayaan. Apakah dengan menangani masalah tersebut akan

bermakna dan memberi arti secara ekonomi? Apakah ada konsekuensi

ekonomi?

c. A = Acceptability (dapat diterima), yaitu situasi penerimaan masyarakat

dan instansi terkait apakah dapat diterima oleh masyarakat atau target

populasi?

d. R = Resource availability (tersedia sumber), yaitu ketersediaan

sumberdaya untuk memecahkan masalah (tenaga, sarana atau peralatan,

waktu). Apakah tersedia sumberdaya untuk mengatasi masalah tersebut?

e. L = Legality (legalitas terjamin), yaitu dukungan aspek oknum atau

perundang-undangan, peraturan terkait seperti peraturan pemerintan atau

instansi. Apakah peraturan yang telah ada memungkinkan untuk mengatasi

masalah tersebut?

Semua komponen tersebut, nantinya akan dihitung dengan NPD (Nilai

Prioritas Dasar) dan NPT (Nilai Prioritas Total) dengan rumus sebagai berikut:

NPD = (A+B)C

NPT= (A+B)C)D

2.4 Identifikasi Penyebab Masalah Kesehatan

Setelah mendapatkan prioritas masalah kesehatan, maka tahap selanjutnya

adalah mengidentifikasi penyebab masalah kesehatan di masyarakat dengan

menggunakan metode wawancara dan observasi. Metode ini bertujuan untuk

menyadarkan masyarakat tentang prioritas masalah yang sudah ditetapkan dari

10
tahap sebelumnya yang ada di Dusun Kawengen Desa Kawengen, sehingga

masyarakat dapat menemukan penyebab masalah dari prioritas masalah yang ada.

2.5 Penyusunan Prioritas Penyebab Masalah Kesehatan

Penetapan prioritas penyebab masalah menjadi bagian penting dalam

proses problem solving (pemecahan masalah), sehingga dapat menyelesaikan

masalah kesehatan melalui penyebab masalah yang memiliki arti penting dalam

penyebaran penyakit. Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas

penyebab masalah adalah Metode Hanlon Kuantitatif, seperti menentukan

prioritas masalah kesehatan di masyarakat.

2.6 Identifikasi Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan

Identifikasi alternatif pemecahan masalah kesehatan masyarakat di Dusun

Kawengen Desa Kawengen disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di Dusun

Kawengen dan disesuaikan berdasarkan:

1. Biaya
2. Manfaat
3. Efektifitas
4. Efisiensi
5. Dukungan Internal
6. Dukungan Eksternal
7. Waktu

Penyusunan prioritas alternatif pemecahan masalah kesehatan di

masyarakat menggunakan metode Brain-Storming yaitu teknik sumbang suara

yang mengutamakan demokratisasi dalam menyampaikan pendapat secara lisan

dalam suatu persidangan atau diskusi dalam kelompok relatif kecil.

Setelah didapatkan prioritas alternatif pemecahan masalah, dapat

dilakukan kegiatan ataupun intervensi yang nantinya diharapkan berguna untuk

11
menambah pengetahuan, mencegah bahkan mengurangi masalah kesehatan

masyarakat di Dusun Kawengen Desa Kawengen dan dapat dijadikan media

pembelajaran bagi masyarakat.

2.7 Penyusunan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan

Setelah melakukan identifikasi alternatif pemecahan masalah kesehatan

dan didapatkan beberapa alternatif pemecahan masalah kesehatan dari prioritas

masalah kesehatan yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka langkah selanjutnya

adalah menentukan prioritas alternatif pemecahan masalah kesehatan. Tujuan

pemecahan masalah adalah menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor

penyebab masalah. Penyusunan program kerja sebagai upaya pemecahan masalah

kesehatan di masyarakat menggunakan metode Brain-Storming yaitu teknik

sumbang suara yang mengutamakan demokratisasi dalam menyampaikan

pendapat secara lisan dalam suatu persidangan/diskusi dalam kelompok relatif

kecil. Penyusunan rencana program kerja sebagai upaya pemecahan masalah

mencakup beberapa hal, antara lain:

1. Penetapan program intervensi

2. Penetapan sasaran

3. Pembagian penanggungjawab setiap intervensi

4. Waktu kegiatan

5. Jadwal kegiatan

6. Organisasi di masyarakat

7. Tenaga pelaksana

12
2.8 Pelaksanaan Intervensi Sebagai Upaya Pemecahan Masalah

Kesehatan

Rencana pelaksanaan program kerja sebagai upaya pemecahan masalah

secara rinci dapat ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 2. 8 Rencana Pelaksanaan Program Kerja

Rencana
No Bentuk Kegiatan Penanggung
Waktu Tempat Sasaran
Jawab
1. Pemetaan Hari Senin, Rumah Remaja Noviya Dwi
masalah Tanggal 16 Bapak karang Rahayu
kesehatan terkait Oktober Taufiq, taruna
TRIAD KRR 2018 ketua Dusun
(Seksualitas, karang Kawengen
NAPZA, dan taruna
HIV/AIDS) Dusun
Kawengen
2. Sosialisasi - Hari RA AL- Siswa- Alya
pencegahan Kamis, MUTAQ siswi RA Agustini
kekerasan seksual Tanggal QIN dan dan TK
(sentuhan boleh 18 TK ABA
dan sentuhan Oktober ATARBIY
tidak boleh) 2018 AH I
- Hari
Jumat
Tanggal
19
Oktober
2018
- Hari
Senin,
Tanggal
22
Oktober
2018
3. Sosialisasi Infeksi Hari Kamis, Rumah Ibu-ibu Tika Maelani
Menular Seksual 18 dan 25 warga pengajian
(IMS) pada ibu- Oktober RT 02 RW
ibu pengajian RT 2018 04
02 RW 04
4. Pembentukan Hari Selasa, Rumah Remaja Tri Putri Nur
Forum Remaja Tanggal 16 Bapak karang Milati

13
Peduli Kesehatan Oktober Taufiq, taruna
Reproduksi 2018 ketua Dusun
karang Kawengen
taruna
Dusun
Kawengen
5. Pembuatan media Kondisional Posko Siswa RA Muhamad
atau produk PKL IKM dan TK, Alvian
pemecahan UNNES ibu-ibu
masalah terkait pengajian,
TRIAD KRR remaja
(Seksualitas, karang
NAPZA, dan taruna
HIV/AIDS)

2.9 Evaluasi Intervensi

Evaluasi intervensi kegiatan dilakukan setelah program kerja terlaksana.

Bentuk evaluasi pelaksanaan program menggunakan metode pre- post test dan

wawancara yang dibandingkan dengan indikator keberhasilan dari masing-masing

program. Evaluasi program ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan dalam

pelaksanaan program serta memberikan masukan atau saran yang membangun

untuk keberlanjutan program intervensi tersebut.

14
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Situasi

PKL UNNES Tahun 2018 dilaksanakan di tiga desa di Kecamatan

Ungaran Timur, salah satunya adalah di Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran

Timur, Kabupaten Semarang. Kondisi Desa Kawengen khususnya Dusun

Kawengen dapat dilihat berdasarkan data sekunder dari data monografi Desa

Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.

15
3.1.1 Peta Kecamatan Ungaran Timur

Gambar 3. 2 Peta Kecamatan Ungaran Timur

3.1.2 Keadaan Geografis

Desa Kawengen merupakan desa yang terletak di Kecamatan Ungaran

Timur Kabupaten Semarang.

A. Secara administrasi Desa Kawengen memiliki batas wilayah, sebagai berikut:


a. Utara : Desa Banyumeneng Kec. Mranggen Kab. Demak
b. Barat : Desa Mluweh dan Kalikayen
c. Selatan: Desa Gondoriyo Kec.Bergas
d. Timur : Hutan Jati/Perhutani
B. Luas Wilayah Desa Kawengen :
a. Luas irigasi :0
b. Luas tanah tadah hujan : 113,60 Ha
c. Luas tanah pekarangan dan bangunan : 275,26 Ha
d. Luas tanah kering/tegalan : 281,28 Ha
e. Luas tanah kebun/hutan negara : 371,25 Ha
f. Luas tanah lainnya (jalan, makam, sungai dll) : 6,52 Ha

16
3.1.3 Keadaan Demografis

Gambaran Umum Demografi dapat kami laporkan sbb :


1. Jumlah Kepala Keluarga : 2.490 kk
2. Jumlah penduduk : 7.480 orang
a. Laki-laki : 3.744 orang
b. Perempuan : 3.746 orang
3. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
a. Petani : 1.037
b. Buruh harian kerja : 601
c. Wiraswasta : 1.243
d. Karyawan : 1.281
e. Ibu rumah tangga : 689
f. PNS : 21
g. TNI/POLRI :5
h. Mahasiswa/pelajar : 1.055
i. Belum/tidak bekerja : 1.477
j. Guru : 18
k. Perangkat Desa : 12
l. Lainnya : 41
4. Jumlah penduduk menurut pendidikan :
a. Tidak/belum sekolah : 1.854
b. Belum tamat SD : 52
c. Tamat SD : 2.543
d. Tamat SLTP : 1.345
e. Tamat SLTA : 1.101
f. D2 :6
g. D3 : 27
h. S1 : 72
i. S2 :2
5. Jumlah penduduk menurut Agama :
a. Islam : 7.264
b. Kristen : 206
c. Katolik :6
d. Hindu :-
e. Budha :-
f. Kepercayaan :4

3.2 Identifikasi Masalah Kesehatan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, masalah yang

ditemukan di Dusun Kawengen adalah kurangnya pengetahuan, sikap dan

17
perilaku tentang pencegahan HIV/AIDS, BAB dan cuci tangan, konsumsi buah

dan sayur, aktivitas fisik.

Masalah pertama yaitu kurangnya pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP)

terhadap pencegahan HIV/AIDS. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Desa

(RISKESDASDES) tahun 2017, PSP terhadap pencegahan HIV/AIDS di Desa

Kawengen masih rendah yaitu sebesar 30,9%, sedangkan di dusun Kawengen

sendiri masih terdapat beberapa kenakalan remaja, seperti perilaku menyimpang

pada pasangan remaja. (Fauzi, 2018).

Masalah yang kedua yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) terhadap

BAB dan cuci tangan sudah cukup baik. Namun, masih diperlukan peningkatan

PSP terhadap kebiasaan mencuci tangan, karena berdasarkan data Riset

Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun 2017 masih rendah yaitu sebesar

4,93%.

Masalah ketiga yaitu kurangnya pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP)

terhadap konsumsi buah dan sayur. Untuk konsumsi sayur di Desa Kawengen

sudah baik yaitu 91,17%, namun untuk konsumsi buah masih rendah yaitu sebesar

43,79% (Fauzi, 2018). Masalah yang keempat yaitu pengetahuan, sikap dan

perilaku (PSP) terhadap aktivitas fisik, dimana presentase aktivitas fisik di Desa

Kawengen masih rendah dibandingkan Desa Kalikayen dan Desa Mluweh yaitu

sebesar 46,29%.

18
3.3 Penyusunan Prioritas Masalah Kesehatan

Prioritas utama adalah alternatif yang mempunyai nilai total terbanyak.

Banyaknya masalah kesehatan belum tentu semua masalah sama pentingnya. Oleh

karena itu perlu dilakukan proses penentuan urutan prioritas terhadap masalah-

masalah kesehatan. Metode yang digunakan untuk menetukan prioritas masalah di

Dusun Kawengen, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten

Semarang tahun 2018 yaitu menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.


Penentuan prioritas masalah terhadap permasalahan-permasalahan di

bidang kesehatan dan lingkungan Dusun Kawengen, Desa Kawengen Kecamatan

Ungaran Timur dengan Metode Hanlon Kuantitatif sebagai berikut:

Tabel 3. 3 Penentuan Prioritas Masalah

Skor
Masalah Skor D
No Kriteria NPD NPT Prioritas
Kesehatan
A B C P E A R L
1 PSP BAB 6 6 4 1 1 1 1 1 48 48 II
dan cuci
tangan
2 PSP 8 6 8 1 1 1 1 1 112 112 I
pencegahan
HIV/AIDS
3 PSP 4 4 4 1 1 1 1 1 32 32 IV
konsumsi
buah dan
sayur
4 PSP aktivitas 4 5 3 1 1 1 1 1 36 36 III
fisik

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa prioritas masalah kesehatan masyarakat yang

utama di Dusun Kawengen, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur,

Kabupaten Semarang terletak pada masalah PSP (Pengetahuan Sikap Perilaku)

19
pencegahan HIV/AIDS dimana sebagian warganya memiliki PSP pencegahan

HIV/AIDS yang masih rendah. Prioritas masalah kedua terletak pada PSP BAB

dan cuci tangan, masalah ketiga terletak pada PSP konsumsi buah dan sayur.

Kemudian masalah terbesar keempat terletak pada PSP aktivitas fisik.

Hasil penentuan prioritas masalah kesehatan diatas diperoleh dari diskusi

tim PKL IKM UNNES Dusun Kawengen beserta beberapa pihak, seperti ketua

karang taruna dan bidan desa.

3.4 Identifikasi Penyebab Masalah Kesehatan

Dari beberapa prioritas masalah diatas, penulis menemukan prioritas

masalah kesehatan di dusun Kawengen yaitu Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

(PSP) pencegahan HIV/AIDS. Beberapa penyebab masalah kesehatan tersebut

adalah:
1. Tidak tersedianya sarana dan informasi terkait pencegahan HIV/AIDS.
2. Pengetahuan masayarakat terkait pencegahan HIV/AIDS yang masih rendah.
3. Kurangnya pantauan orang tua terhadap anak.

3.5 Penyusunan Prioritas Penyebab Masalah Kesehatan

Penyusunan prioritas penyebab masalah di Dusun Kawengen, Desa

Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang 2018 didasarkan

pada hasil Hanlon Kuantitatif yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2 Prioritas Penyebab Masalah Kesehatan

Skor
Masalah Skor D
No Kriteria NPD NPT Prioritas
Kesehatan
A B C P E A R L
1 Pengeatahuan 4 4 4 1 1 1 1 1 32 32 II
masyarakat
terhadap

20
pencegahan
HIV/AIDS
masih rendah
2 Kurangnya 6 4 4 1 1 1 1 1 40 40 III
perhatian atau
pemantauan
orang tua
terhadap anak
3 Tidak 6 8 1 1 1 1 1 1 96 96 I
tersedianya
sarana
informasi
terkait
pencegahan
HIV/AIDS

Dari keempat masalah kesehatan, diambil satu prioritas penyebab masalah

yang akan diselesaikan melalui program intervensi. Prioritas tersebut mengacu

pada masalah kesehatan terbesar di Dusun Kawengen yaitu PSP (Pengetahuan

Sikap Perilaku) pencegahan HIV/AIDS yang masih rendah. Hasil penentuan

prioritas penyebab masalah kesehatan diatas diperoleh dari diskusi tim PKL IKM

UNNES Dusun Kawengen beserta beberapa pihak, seperti ketua karang taruna

dan bidan desa.

3.6 Identifikasi Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan

Berdasarkan prioritas masalah yang telah disusun, berikut adalah alternatif

pemecahan masalah yang dilakukan di Dusun Kawengen:

1. Pembentukan forum remaja peduli kesehatan reproduksi (FRPKR) dengan

nama Generasi Muda Kawengen sebagai kader Triad KRR.


2. Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual (sentuhan boleh dan sentuhan tidak

boleh) pada instansi pendidikan di Dusun Kawengen (RA Al-Muttaqin dan TK

ABA At-Tarbiyah).

21
3. Sosialisasi penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada Jamaah Pengajian

Ibu-Ibu Dusun Kawengen.

3.7 Penyusunan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan

Penyusunan prioritas didasarkan atas Musyawarah Masyarakat Dusun

yang dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2018 dan disetujui oleh anggota Karang

Taruna Dusun Kawegen pada waktu yang bersamaan. Selain itu, penyusunan

prioritas masalah kesehatan juga telah disetujui pada saat Musyawarah

Masyarakat Desa pada tanggal 17 Oktober 2018. Metode yang dilakukan dengan

metode diskusi atau Brainstorming Technique. Pemimpin diskusi pada

Musyawarah Masyarakat Desa yaitu Bapak Kepala Desa dan dihadiri tokoh

masyarakat Desa Kawengen. Sedangkan untuk Musyawarah Masyarakat Dusun

dipimpin oleh Ketua Karang Taruna Dusun Kawengen (Bapak Taufiq) serta

dihadiri oleh anggota Karang Taruna dan remaja Dusun Kawengen. Berikut

adalah program intervensi pemecahan masalah yang dilakukan:

1 Pembentukan forum remaja peduli kesehatan reproduksi (FRPKR) dengan

nama Generasi Muda Kawengen sebagai upaya peningkatan dan penyediaan

sarana informasi terkait Pengetahuan , Sikap dan Perilaku (PSP) terhadap

pencegahan HIV/AIDS.
2 Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual (sentuhan boleh dan sentuhan tidak

boleh) pada instansi pendidikan di Dusun Kawengen (RA Al-Muttaqin dan TK

ABA At-Tarbiyah) sebagai upaya pencegahan dini terhadap pelecehan seksual

dan perilaku seksual menyimpang.


3 Sosialisasi penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada Jamaah Pengajian

Ibu-Ibu Dusun Kawengen sebagai upaya peningkatan pengetahuan terhadap

22
peyakit menular seksual, dan peningkatan Pengetahauan, Sikap dan Perilaku

peran orang tua terhadap pelecehan seksual pada anak.

3.8 Pelaksanaan Intervensi Sebagai Upaya Pemecahan Masalah

Kesehatan

Tabel 3.3 Pelaksanaan Intervensi sebagai Upaya Pemecahan Masalah Kesehatan

Rencana
Bentuk
No Kegiatan Penanggung
Waktu Tempat Sasaran
Jawab
1. Pemetaan Hari Senin, Rumah Remaja Noviya Dwi
prioritas Tanggal 16 Bapak karang Rahayu
masalah Oktober Taufiq, taruna
kesehatan 2018 ketua Dusun
terkait karang Kawengen
TRIAD KRR taruna
(Seksualitas, Dusun
NAPZA, dan Kawengen
HIV/AIDS)
2. Sosialisasi - Hari Kamis, RA AL- Siswa-siswi Alya
pencegahan Tanggal 18 MUTAQQI RA dan TK Agustini
kekerasan Oktober N dan TK
seksual 2018 ABA
(sentuhan - Hari Jumat ATARBIYA
boleh dan Tanggal 19 HI
sentuhan Oktober
tidak boleh). 2018
- Hari Senin,
Tanggal 22
Oktober
2018
3. Sosialisasi Hari Kamis, Rumah Ibu-ibu Tika Maelani
Infeksi 18 dan 25 warga pengajian
Menular Oktober RT 02 RW
Seksual 2018 04
(IMS) pada
ibu-ibu
pengajian RT
02 RW 04
4. Pembentukan Hari Selasa, Rumah Remaja Tri Putri Nur
Forum Tanggal 16 Bapak karang Milati

23
Remaja Oktober Taufiq, taruna
Peduli 2018 ketua Dusun
Kesehatan karang Kawengen
Reproduksi taruna
Dusun
Kawengen
5. Pembuatan Kondisional Posko PKL Siswa RA Muhamad
media untuk IKM dan TK, Alvian
edukasi UNNES ibu-ibu
mengenai pengajian,
TRIAD KRR
(Seksualitas,
NAPZA, dan
HIV/AIDS)

3.8.1 Pemetaan masalah kesehatan terkait TRIAD KRR (Seksualitas,

NAPZA, dan HIV/AIDS)


3.8.1.1 Latar Belakang Program

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan

masa depan mereka. Melihat jumlahnya yang sangat besar,maka remaja sebagai

generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara

jasmani, rohani, mental dan spiritual. Namun, masa pencarian jati diri pada remaja

kadang mengalami penyimpangan khususnya penyimpangan pada sikap dan

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Oleh karena itu, untuk mengetahui

besarnya masalah kesehatan pada remaja di Dusun Kawengen, maka dilaksanakan

program pemetaan prioritas masalah kesehatan khususnya pada remaja.

Pemetaan merupakan proses pengumpulan data yang bertujuan untuk

mendapatkan suatu informasi baru mengenai gambaran suatu penyakit atau

masalah kesehatan agar mudah untuk dianalisis. Pemetaan menggunakan dua data

24
yaitu data sekunder dan primer. Data sekunder didapatkan melalui data Riset

Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun 2017. Data primer diperoleh

dengan menggunakan kuesioner yang disebar kepada remaja dusun Kawengen.

Hasil dari penyebaran kuesioner kemudian dianalisis menggunakan metode

Hanlon Kuantitatif. Metode Hanlon Kuantitatif digunakan untuk memperoleh

prioritas masalah yang terdapat di dusun kawengen yang kemudian akan

dilanjutkan dengan intervensi.

Sebelum dilakukannya intervensi, maka penentuan prioritas masalah

sangatlah penting. Seperti yang sudah dibahas diatas bahwa berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun 2017 desa kawengen masih

sangat rendah terkait Pengetahuan, Sikap dan Perilaku terhadap pencegahan

HIV/AIDS, dengan demikian dilaksanakanlah kegiatan pemetaan prioritas

masalah kesehatan di dusun Kawengen dengan metode Hallon dengan perolehan

prioritas masalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Prioritas Masalah Kesehatan di Dusun Kawengen

Skor
Masalah Skor D
No Kriteria NPD NPT Prioritas
Kesehatan
A B C P E A R L
1 PSP BAB dan 6 6 4 1 1 1 1 1 48 48 II
cuci tangan

25
2 PSP 8 6 8 1 1 1 1 1 112 112 I
pencegahan
HIV/AIDS
3 PSP konsumsi 4 4 4 1 1 1 1 1 32 32 IV
buah dan
sayur
4 PSP aktivitas 4 5 3 1 1 1 1 1 36 36 III
fisik
Dari hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa prioritas

masalah utama kesehatan didusun kawengen adalah terkait masih rendahnya

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) terhadap pencegahan HIV/AIDS. Untuk

memperkuat data yang ada maka didukung dengan data hasil analisis dari

kuesioner yang meliputi tiga resiko yang dihadapi remaja atau TRIAD KRR.

TRIAD KRR meliputi tiga bahasan utama yaitu permasalahan terkait NAPZA,

seksualitas, HIV/AIDS.

Pada pembahasanyan pertama yatu terkait NAPZA, terdapat hasil analisis

sebagai berikut :

Gambar 3.2 Diagram Batang tentang Pengetahuan NAPZA

26
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa remaja dusun Kawengen

masih rendah untuk pentingnya pengetahuan tentang memberikan sanksi sosial

pada pengguna narkoba. Dari 17 responden, yang menjawab perlunya sanksi

sosial pada pengguna narkoba hanya sebanyak 1 orang saja, itu artinya yang

menyadari pentingnya pemberian sanksi sosial pada pengguna narkoba haya

sebesar 5.8%

Pada poin HIV/AIDS didapatkan hasil analisis sebagai berikut :

Gambar 3.3 Diagram Batang tentang Pengetahuan HIV/AIDS

27
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa pemuda di dusun

Kawengen masih belum menyadari pentingnya penggunaan alat kontrasepsi saat

berhubungan seksual dalam mencegah penularan penyakit IMS dan HIV/AIDS.

Dari 17 responden semuanya menjawab penggunaan alat kontrasepsi saat

berhubungan seksual tidak penting, itu artinya pengetahuan sikap dan perilaku

remaja dusun kawengen terkait pentingnya penggunaan alat kontrasepsi saat

berhubungan seksual masih rendah. Dimana dari perolehan hasil analisis tersebut

diperlukan intervensi kepada remaja agar dapat meningkatkan pengetahuan sikap

dan perilaku trkait pentingnya penggunaan alat kontrasepsi saat berhubungan

seksual agar dapat mencegah penularan penyakit IMS dan HIV/AIDS.

Pada poin ketiga yaitu poin seksualitas, terdapat hasil analisis data sebagai

berikut:

Gambar 3.4 Diagram Batang tentang Pengetahuan Seksualitas

28
Dari data diatas dapat diketahui bahwa permasalahan terkait seksualitas

yang ada pada remaja dusun Kawengen adalah masih banyak remaja yang

menonton video pornografi. Dari 17 responden terdapat 10 orang yang menonton

video pornografi, itu artinya terdapat 58% remaja masih menonton video

pornografi.

Selain masalah tersebut masalah seksualitas pada remaja lainnya yaitu

masih rendahnya pengetahuan remaja terkait oral seks dan anal seks yang dapat

beresiko pada penularan penyakit IMS. Dimana dari data dapat diketahui bahwa

dari 17 responden hanya 3 responden yang mengetahui bahwa oral dan anal seks

dapat berpengaruh pada penularan IMS.

29
3.8.1.2 Planning of Action (POA) Pemetaan Masalah Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku (PSP) Kesehatan Remaja Dusun Kawengen


Tabel 3.5 Planning of Action (POA) Pemetaan Masalah Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

(PSP) Kesehatan Remaja Dusun Kawengen

Tempat Indikator
Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksanaan
Pelaksanaan Keberhasilan
Pemetaan Untuk menge Remaja Rumah - Diketahuinya Selasa, 16
Masalah tahui besaran Dusun Bapak Taufiq besaran Oktober 2018
Kesehata masalah Kaweng (Ketua masalah
n pada kesehatan en Karang kesehatan
Remaja terkait Taruna ramaja terkait
terkait pengetahuan, Dusun PSP
Pengetah sikap dan Kawengen) HIV/AIDS
uan , perilaku dan Triad
Sikap terhadap KRR.
dan pencegahan - Diperoleh
Perilaku HIV/AIDS prioritas
terhadap dan Triad masalah
Pence KRR pada kesehatan
gahan remaja yang berkaitan
HIV/AID Dusun dengan
S dan Kawengen pencegahan
Triad Dapat HIV/AIDS
KRR di mengetahui dan Triad
Dusun prioritas KRR di Dusun
Kawenge masalah Kawengen
n kesehatan - Terbentuknya
yang alternative
berkaitan pemecahan
dengan masalah dalam
pencegahan bentuk
HIV/AIDS intervensi
dan Triad sesuai dengan
KRR di penyebab
Dusun masalah.
Kawengen

3.8.1.3 Tim Pelaksana


Penanggung Jawab : Noviya Dwi Rahayu
Sekretaris : Tri Putri Nur Milati
Seksi Acara : Tika Maelani

30
Seksi Dokumentasi : Alya Agustin
Seksi Perlengkapan : Muhamad Alvian

3.8.2 Pembentukan Forum Remaja Peduli Kesehatan Reproduksi


3.8.2.1 Latar Belakang Program

Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dalam kehidupan setiap

orang. Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial

secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan

dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi (Depkes, 2015). Penyakit yang

berkaitan dengan kesehatan reproduksi, antara lain infeksi menular seksual

termasuk HIV/AIDS.

Dalam uraian tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih rinci

digunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle approach), sehingga diperoleh

komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan. Secara lebih luas,

menurut Depkes RI (2001), ruang lingkup kespro meliputi:

a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir

b. Keluarga Berencana

c. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),

termasuk PMS-HIV / AIDS

d. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi

e. Kesehatan Reproduksi Remaja

f. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas

g. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis

31
h. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks,

mutilasi genetalia, fistula dll.

Berdasarkan, data dari Riset Kesehatan Dasar Desa (Fauzi,2018),

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) terkait

pencegahan HIV/AIDS di Desa Kawengen masih rendah, yaitu sebesar 30,9%.

Selain itu, berdasarkan hasil analisis kuesioner terkait masalah kesehatan remaja

mengenai Triad KRR pada bagian HIV/AIDS diperoleh bahwa pengetahuan

penggunaan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seksual masih rendah. Dari

17 responden yang ada, semua responden tidak mengetahui pentingnya

menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan seksual.

Pada poin NAPZA, diperoleh hasil bahwa pengetahuan pentingnya

pendidikan bahaya narkoba masih kurang. Dari 17 responden, hanya ada 1

responden yang manjawab bahwa pendidikan bahaya narkoba itu penting, itu

artinya 94% responden belum menyadari pentingnya pendidikan bahaya narkoba.

Sedangkan pada poin seksualitas, terdapat beberapa masalah seperti

remaja yang masih menonton video porno (dari 17 responden terdapat 10

responden yang menonton video porno), masturbasi/onani (dari 17 responden

terdapat 7 reponden yang pernah mengalami), dan kurangnya pengetahuan terkait

penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti pengetahuan terkait infeksi

menular seksual pada WTS, oral dan anal seks merupakan faktor risiko terjadi

infeksi menular seksual (IMS).

Dari data yang telah diperoleh, maka dlaksanakanlah intervensi

Pembentukan Forum Remaja Peduli Kesehatan Reproduksi sebagai upaya

32
peningkatan pengetahuan remaja terhadap pencegahan tiga risiko yang dihadapi

remaja (TRIAD KRR). Pelaksanaan kegiatan ini diikuti oleh remaja dusun

Kawengen dan anggota Karang Taruna yang kemudian tergabung dalam forum

remaja peduli kesehatan dengan nama Generasi Muda Kawengen. Tahap awal

intervensi terlebih dahulu dilakukan penyebaran pre-test untuk mengukur

pengetahuan awal terkait tiga risiko kesehatan yang dihadapi remaja. Kemudian

dilakukan penyebarluasan informasi terkait seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dengan diadakannya pembentukan Forum

Remaja Peduli Kesehatan Reproduksi ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku terkait tiga risiko masalah kesehatan remaja

(Seksualitas, HIV/AIDS, dan NAPZA) dan dapat menjadi sarana informasi bagi

remaja lainnya.

3.8.2.2 Planning of Action (POA)

Tabel 3.6 Planning of Action (POA) Pembentukan Forum Remaja Peduli

Kesehatan Reproduksi

Tempat Indikator
Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksanaan
Pelaksanaan Keberhasilan
Pembentuk Untuk Remaja Rumah - Terbentuknya Selasa, 16
an Forum meningk Dusun Bapak Taufik forum remaja Oktober 2018
Remaja atkan Kawengen peduli Jumat, 19
Peduli pengeta kesehatan Oktober 2018
Kesehatan huan reproduksi Selasa, 23
Reproduksi remaja dengan nama Oktober 2018
terkait Generasi Muda Jumat, 26
pencega Kawengen Oktober 2018
han tiga - Meningkatnya
risiko pengetahuan
yang remaja terkait
dihadapi Triad KRR
remaja
yaitu

33
Seksuali
tas,
HIV/AI
DS dan
NAPZA
(Triad
KRR).

3.8.2.3 Tim Pelaksana


Penanggung Jawab : Tri Putri Nur Milati

Seksi Acara : Noviya Dwi Rahayu

Seksi Perlengkapan : Muhamad Alvian

Seksi Dokumentasi : Tika Maelani

Seksi Konsumsi : Alya Agustin

3.8.3 Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual (sentuhan boleh dan sentuhan

tidak boleh).
3.8.3.1 Latar Belakang Program

Masa anak-anak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan. Pada

masa ini, anak-anak mengalami periode perkembangan baik secara fisik maupun

psikis. Di masa ini juga, anak mampu menangkap dengan baik informasi-

informasi yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan, data dari Riset Kesehatan Dasar Desa (Fauzi,2018)

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) terkait

pencegahan HIV/AIDS di Desa Kawengen masih rendah, yaitu sebesar 30,9%.

Untuk mempersiapkan anak-anak agar terhindar dari perilaku penyimpangan pada

masa remajanya nanti yang meliputi seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA (Triad

KRR), maka anak alangkah lebih baiknya diberikan pengetahuan dan pemahaman

terkait bahaya perilaku menyimpang tersebut sedini mungkin. Selain itu, agar

34
anak terhindar dari kejahatan seksual yang sekarang marak terjadi, maka perlu

sedini mungkin mengajarkan anak untuk “AKU MANDIRI”, yang artinya Aku

Mampu Menjaga Diri. “AKU MANDIRI” merupakan sebuah pengetahuan

dimana anak mampu mengenali bagian intim masing-masing, selain itu juga berisi

tentang bagaimana anak mampu membedakan bagian tubuh yang boleh disentuh

dan tidak boleh disentuh oleh orang lain. Program tersebut dilaksanakan di

rentang usia anak-anak, karena apa yang akan terjadi di masa yang akan datang

(remaja) dipengaruhi oleh apa yang didapatkan dari usia dini.

Untuk mencegah tiga risiko yang akan dihadapi pada usia remaja nantinya,

maka diselenggarakanlah program “AKU MANDIRI”. Program ini dilaksanakan

di instansi pendidikan yang ada di Dusun Kawengen, yaitu RA AL-Muttaqin dan

TK ABA At-Tarbiyah. Intervensi program diawali dengan memberikan pre-test

kepada anak-anak RA dan TK , untuk mengetahui pengetahuan awal anak-anak

terkait bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh orang lain.

Responden diberikan intervensi dengan menggunakan metode seperti diskusi,

cerita atau dongeng, pemberian media, dan penayangan video. Program ini

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan anak terkait pendidikan dini

pencegahan tiga risiko Triad KRR yaitu pada poin seksualitas.

3.8.3.2 Planning of Action (POA)

Tabel 3.4 Planning of Action (POA) Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual

(sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh)

Tempat Indikator
Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksanaan
Pelaksanaan Keberhasilan
Sosialisasi  Untuk Anak- RA Al- - Anak-anak  Kamis, 18
pencegahan meningka anak RA Muttaqin dan mengetahui Oktober

35
kekerasan tkan Al- TK At- anggota tubuh 2018
seksual pengetah Muttaqi Tarbiyah yang boleh  Jumat, 19
(sentuhan uan anak n dan disentuh dan Oktober
boleh dan terkait TK At- tidak boleh 2018
sentuhan bahaya Tarbiya disentuh  Senin, 22
tidak perilaku h - Anak-anak Oktober
boleh) menyimp mengetahui 2018
ang bagaimana
 Untuk sikap dan
meningka perilaku untuk
tkan mencegah
pengetah kejahatan
uan anak seksual
terkait
pencegah
an
kejahatan
seksual

3.8.3.3 Tim Pelaksana


Penanggung Jawab : Alya Agustin

Seksi Acara : Tika Maelani

Seksi Perlengkapan : Muhamad Alvian

Seksi Dokumentasi : Noviya Dwi Rahayu

Seksi Konsumsi : Tri Putri Nur Milati

3.8.4 Sosialisasi Infeksi Menular Seksual (IMS) pada ibu-ibu pengajian RT

02 RW 04
3.8.4.1 Latar Belakang Program

Peran orang tua sangat penting dalam kehidupan anak. Peran orang tua

dimulai dari sejak anak lahir hingga anak tersebut beranjak dewasa. Orang tua

memiliki pengaruh penting bagi anak, sehingga orang tua perlu memberikan

pendidikan yang penting bagi anak-anaknya. Pendidikan sejak dini tersebut dapat

berpengaruh pada masa tumbuh kembang anak nantinya.

36
Pengetahuan, sikap dan perilaku yang diajarkan orang tua kelak akan

menjadi contoh bagi anaknya ketika ia sudah beranjak dewasa. Pengetahuan,

sikap dan perilaku orang tua yang kurang baik atau cenderung tidak memberikan

perhatian kepada anaknya dapat mendorong anak memilih pergaulan menyimpang

atau bebas. Apabila pengawasan/perhatian serta pengetahuan orang tua masih

rendah, maka anak dapat saja berperilaku menyimpang.

Saat ini, salah satu masalah kesehatan berbahaya yang berhubungan

dengan perilaku menyimpang adalah penyakit menular seksual. Penyakit menular

seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui kontak seksual. Penyakit

menular seksual (PMS) atau Infeksi Menular Seksual (IMS) dapat menular

melalui darah, sperma, vagina, dan lainnya. Sikap dan perilaku yang menyimpang

biasanya sangat rentan terhadap rasa ingin tahu terkait seksualitas. Sehingga,

orang-orang dengan perilaku menyimpang sangat berisiko terhadap penyakit ini.

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa.

Pada usia ini, biasanya rasa penasaran dan proses pencarian jati diri tidak stabil.

Sehingga, remaja dapat dikatakan sangat berisiko dalam penyebaran dan

penularan penyakit ini. Pada masa ini pula, perang orang tua sangatlah penting

dalam membimbing dan mengajarkan kepada anaknya terkait pengetahuan infeksi

menular seksual dan pencegahannya.

Berdasarkan, data dari Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES)

tahun 2017, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP)

terkait pencegahan HIV/AIDS di Desa Kawengen masih rendah, yaitu sebesar

30,9%. Selain itu, mata pencaharian masyarakat di dusun Kawengen sendiri,

37
antara lain sebagai petani, buruh pabrik, wirausaha, dan merantau ke kota-kota

besar di Indonesia, seperti Surabaya dan Jakarta. Kesibukan orang tua dalam

memenuhi kebutuhan keluarga seringkali menghabiskan waktu lebih banyak di

pekerjaan daripada memberikan perhatian kepada anak-anaknya. Dari data

tersebut, maka perlu dilakukan edukasi terkait infeksi menular seksual kepada

orang tua atau masyarakat, khususnya Dusun Kawengen.

Oleh karena itu, dilaksanakanlah program Sosialisasi Infeksi Menular

Seksual (IMS) dengan sasaran ibu-ibu pengajian RT 02 RW 04. Ibu-ibu pengajian

dipilih sebagai sasaran karena orang yang banyak berperan kepada anak di rumah

di Dusun Kawengen adalah ibu, sedangkan peran ayah sebagai tulang punggung

keluarga. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan terhadap

infeksi menular seksual dan pencegahannya. Untuk mengukur pengetahuan

sebelum dan sesudah pemberian program, dilakukan pre-test dan post-test yang

diberikan kepada sasaran. Metode penyampaian dilakukan dengan metode

ceramah. Materi yang disampaikan menggunakan media power point dan poster.

3.8.4.2 Planning of Action (POA)

Tabel 3.8 Planning of Action (POA) Sosialisasi Infeksi Menular Seksual (IMS)

pada ibu-ibu pengajian RT 02 RW 04

Tempat Indikator
Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksanaan
Pelaksanaan Keberhasilan

38
Sosialisasi Untuk Ibu-ibu Rumah warga Orang tua  Kamis, 18
Infeksi meningk pengajian mengetahui Oktober
Menular atkan RT 02 tentang infeksi 2018
Seksual pengetah RW 04 menular  Kamis, 25
(IMS) uan seksual dan Oktober
orang pencegahannya 2018
tua
terkait
infeksi
menular
seksual
dan
pencega
hannya

3.8.4.3 Tim Pelaksana


Penanggung Jawab : Tika Maelani

Seksi Acara : Alya Agustin

Seksi Perlengkapan : Muhamad Alvian

Seksi Dokumentasi : Tri Putri Nur Milati

Seksi Konsumsi : Noviya Dwi Rahayu

3.8.5 Pembuatan media untuk edukasi mengenai TRIAD KRR (Seksualitas,

NAPZA, dan HIV/AIDS)

3.8.5.1 Latar Belakang Program

Indonesia sebagai Negara berkembang masih memiliki berbagai

macam permasalahan salah satunya di bidang kesehatan. Masalah kesehatan di

Indonesia masih meninggalkan banyak pekerjaan rumah baik bagi

tenaga/institusi kesehatan maupun pemerintah selaku pemangku kebijakan. Salah

satu masalah kesehatan yang masih menjadi concern di Indonesia adalah

39
mengenai HIV/AIDS (Human Immunodeficieny Virus/Acquired

Immunodeficiency Syndrome). HIV/AIDS merupakan salah satu jenis Infeksi

Menular Seksual (IMS) karena virus dan jumlah pengidapnya di Indonesia terus

bertambah tiap tahunnya. Keadaan ini menjadi tantangan berat untuk mencapai

tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tahun 2030.

Berdasarkan data Laporan Perkembangan HIV/AIDS Direktorat

Jendral (Ditjen) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, pada tahun 2010-2014 penderita HIV

karena aktivitas heteroseksual menduduki jumlah tertinggi. Dalam data P2PL

sepanjang 2016 hingga trimester kedua 2017 jumlah pengidap laki-laki lebih

banyak dibanding perempuan yaitu hampir 65 persen dari jumlah kasus

keseluruhan. Hingga Juni 2017 Kemenkes RI mencatat jumlah pengidap HIV

terbanyak adalah provinsi DKI Jakarta dengan 48502 orang, diikuti Jawa Timur

dengan 35168 orang, Papua 27052 orang, Jawa Barat 26066 orang, Jawa Tengah

19272 orang, serta Bali 15873 orang.

Pengidap HIV di wilayah Jawa Tengah tergolong masih tinggi. daerah

Kabupaten Semarang juga tidak luput dari pengidap HIV termasuk di Desa

Kawengen Kecamatan Ungaran Timur. Berdasarkan data yang diperoleh dari

wawancara dengan bidan desa pernah ditemukan kasus 1 warga Desa Kawengen

yang terinfeksi HIV, namun telah meninggal pada tahun 2017. Selain itu

persentase RT berdasarkan pengetahuan tentang HIV/AIDS di Desa Kawengen

menunjukkan angka 8,62% untuk penularan dan 3,09% untuk pencegahan

sehingga dinilai masih kurang (Riskesdasdes, 2017).

40
Penularan HIV terjadi melalui aktivitas seksual berisiko, baik aktivitas

heteroseksual maupun homoseksual. Untuk menanggulangi hal tersebut pemerintah

menargetkan 3 Zero, yakni bebas infeksi HIV baru, bebas diskriminasi dan stigma pada

pengidap HIV, serta bebas kasus kematian karena AIDS. dalam upaya tercapainya 3

Zero, pemerintah melakukan berbagai upaya penanggulangan, salah satunya dengan

sasaran remaja. Remaja merupakan generasi yang akan menjadi penerus bangsa dan

sangat rentan untuk mengalami permasalahan mengenai seksualitas, IMS, dan NAPZA

(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) yang kemudian dikenal dengan TRIAD KRR.

Penanganan terhadap TRIAD KRR dapat dilakukan dengan panduan Pusat Informasi

dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) yang dikeluarkan oleh

Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN.

PIK-KRR merupakan suatu wadah yang dikelola dari, oleh dan untuk

remaja dalam memperoleh informasi dan pelayanan konseling tentang kesehatan

reproduksi. Tujuan dari panduan PIK-KRR adalah untuk meningkatkan akses dan

kualitas pengembangan dan pengelolaan PIK-KRR dengan memberikan

informasi Kesehatan Reproduksi Remaja, memberikan pendidikan

ketrampilan/kecakapan hidup (life skill) untuk remaja, serta pelayanan konseling

dan rujukan KRR. Terdapat 3 tahapan dalam PIK-KRR yaitu Tumbuh-Tegak-

Tegar, dengan tiap tahapan memiliki beberapa kriteria yang berkembang dan

berkelanjutan. Luaran akhir dari PIK-KRR Tegar Remaja dalam rangka

tercapainya Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Salah satu kriteria yang harus ada

di setiap tahapan adalah menggunakan media cetak.

3.8.5.2 Planning of Action (POA)

41
Tabel 3.9 Planning of Action (POA) Pembuatan media untuk edukasi mengenai

TRIAD KRR (Seksualitas, NAPZA, HIV/AIDS)

Tempat Indikator
Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksanaan
Pelaksanaan Keberhasilan
Pembuatan Untuk Remaja kondisional Media cetak kondisional
dan memper Dusun mudah
penyebarlu mudah Kaweng dipahami oleh
asan media penyam en sasaran
cetak paian
mengenai informa
TRIAD si dan
KRR memper
lancar
komuni
kasi
dalam
penyam
paian
materi
masalah
TRIAD
KRR

3.8.5.3 Tim Pelaksana

Penanggung Jawab : Muhamad Alvian

Seksi Acara : Tri Putri Nur Milati

Seksi Perlengkapan : Alya Agustin

Seksi Dokumentasi : Tika Maelani, Noviya Dwi Rahayu

Seksi Konsumsi :-

3.9 Evaluasi Intervensi

Berikut ini merupakan hasil dan evaluasi program kerja yang telah

dilaksanakan:
3.9.1 Pemetaan TRIAD KRR
3.9.1.1 Hasil Pelaksanaan

42
a. Mengetahui gambaran Pengetahuan, Sikap, Perilaku HIV/AIDS
b. Mengetahui jumlah k3asus perilaku seksualitas pada remaja
c. Mengukur pengetahuan remaja mengenai TRIAD KRR (Seksualitas,

NAPZA, dan HIV/AIDS) di Dusun Kawengen


3.9.1.2 Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1. Menyiapkan pre planning
2. Waktu pelaksanaan pembagian kuesioner telah disepakati dan

ditetapkan
3. Tempat dan perlengkapan acara telah dipersiapkan
4. Kuesioner yang akan digunakan dalam kegiatan pemetaan telah

dikonsultasikan kepada Dosen Pembimbing Akademik (DPA)


b. Evaluasi Proses
1. Semua responden mengisi kuesioner yang telah dibagikan
2. Responden aktif mengikuti kelangsungan acara
3. Media dapat digunakan secara efektif
4. Acara dapat berjalan sesuai rencana
c. Evaluasi Hasil
1. 70 % jumlah undangan hadir dalam kegiatan pemetaan
2. 90% tidak meninggalkan tempat sebelum acara selesai.

3.9.2 Sosialisasi Pencegahan Kekerasan Seksual (sentuhan boleh dan

sentuhan tidak boleh)


3.9.2.1 Hasil Pelaksanaan
a. Meningkatnya pengetahuan siswa-siswi RA AL-MUTAQQIN dan TK ABA

TARBIYAH I tentang cara pelindungan diri untuk mencegah pelecehan

seksual, serta sikap meminta bantuan pertolongan apabila bahaya pelecehan

seksual itu terjadi.


b. Peningkatkan pengetahuan tentang anggota tubuh yang boleh disentuh dan

tidak boleh disentuh dapat dilihat dengan hasil pre test dan post test diketahui

bahwa terjadi peningkatan pengetahuan subyek sebesar 19,2% menjadi

61,5%.

43
c. Berdasarkan wawancara dengan guru RA dan TK mengenai evaluasi

pelaksanaan sosialisasi sebagian siswa dapat mengingat gerakan dan nyanyian

sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh.


3.9.2.2 Evaluasi

Setelah kegiatan sosialisasi pencegahan kekerasan seksual terhadap anak

dilaksanakan, Tim PKL menyadari masih terdapat kekurangan dalam

pelaksanaannya. Oleh karena itu penulis menilai perlu adanya evaluasi program

kegiatan untuk menentukan perencanaan yang lebih matang pada program

selanjutnya. Berikut adalah evaluasi program kegiatan sosialisasi pencegahan

kekerasan seksual terhadap anak :

a. Sulit untuk mengondisikan siswa-siswi RA dan TK saat pelaksanaan

sosialisasi.
b. Berdasarkan pengamatan siswa-siswi RA dan TK, diperoleh bahwa semua

siswa-siswi dapat mengikuti gerakan dan nyanyian yang dipandu oleh tim

PKL.
c. LCD tidak dapat digunakan saat sosialisasi di RA AL-Mutaqqin.
d. Rencana awal untuk pre test dan post test menggunakan kartu kendali warna

merah (tidak boleh disentuh) dan kuning (boleh disentuh), namun sulitnya

mengondisikan siswa-siswi sehingga menggunakan metode wawancara.


e. Dari metode wawancara oleh tim PKL dengan siswa-siswi RA dan TK

didapatkan hasil peningkatan pengetahuan yang baik.

3.9.3 Sosialisasi Infeksi Menular Seksual (IMS) Pada Ibu-Ibu Pengajian

RT 02 RW 04
3.9.3.1 Hasil Pelaksanaan
a. Saat sosialisasi ibu-ibu pengajian dapat memahami materi yang disampaikan.
b. Pada sesi tanya jawab beberapa ibu antusias untuk bertanya.

44
c. Terdapat peningkatan pengetahuan dilihat dari pre test dan post test yang

telah diberikan.
3.9.3.2 Evaluasi
a. LCD tidak dapat digunakan dikarenakan kondisi tempat yang tidak

memungkinkan
b. Banyak ibu-ibu yang sulit menjawab pre test dan post test dikarenakan ibu-ibu

pengajian didominasi oleh manula.


c. Jumlah kehadiran pada pertemuan pertama (pre test) dengan pertemuan kedua

(post test dan intervensi) tidak seimbang.


3.9.4 Pembentukan Forum Remaja Peduli Kesehatan Reproduksi
3.9.4.1 Hasil Pelaksanaan
a. Meningkatnya pengetahuan remaja tentang TRIAD KRR (Seksualitas,

NAPZA, dan HIV/AIDS)


b. Terbentuknya struktur organisasi Generasi Muda Kawengen berbasis PIK

KRR.

Tabel 3.10 Daftar Pengurus FRPKR

Nama Jabatan RT No. Hp


Taufiq Pembina 09 08574155542

Ibul Ketua 09 08574089671

Agus Wakil Ketua 09 089510785975

Noni Sekretaris 09 089502014747

Yuni Bendahara 09 085878285860

c. Saat sosialisasi berlangsung para remaja berperan aktif dan dapat diajak

berdiskusi bersama.
3.9.4.2 Evaluasi
a. Kurangnya penggunaan media saat penyampaian materi sosialisasi.

45
b. Waktu pertemuan dengan para remaja dari pre test, post test, dan intervesi

masih kurang.
c. Waktu pelaksanaan yang kurang efektif dikarenakan hanya bisa dilakukan di

malam hari

3.9.5 Pembuatan Media Atau Produk Pemecahan Masalah Terkait TRIAD

KRR (Seksualitas, NAPZA, dan HIV/AIDS)


3.9.5.1 Hasil Pelaksanaan
a. Berdasarkan wawancara dengan pengurus dan anggota forum Generasi Muda

Kawengen mengenai evaluasi media cetak pamphlet/brosur, poster, dan

booklet, kader sudah bisa memahami materi yang disampaikan.


b. Adanya visualisasi gambar memudahkan kader memahami materi.
c. Penyebarluasan pengetahuan dari forum Generasi Muda Kawengen ke

masyarakat ini dibuktikan dengan share materi dari anggota kepada

masyarakat melalui media sosial grup Generasi Muda Kawengen.


3.9.5.2 Evaluasi

Setelah pembuatan dan penyebarluasan media cetak promosi KRR, Tim PKL

menyadari masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu

penulis menilai perlu adanya evaluasi program kegiatan untuk menentukan

perencanaan yang lebih matang pada program selanjutnya. Berikut adalah

evaluasi program pembuatan media cetak PIK-KRR:

a. Sulit menemukan tempat percetakan/printing di sekitar wilayah Desa

Kawengen.
b. Belum dibuat mading/sarana untuk menempel pamflet/brosur agar informasi

melalui media cetak bisa disebarluaskan kepada masyarakat.


c. Media yang dibuat perlu dikembangkan lagi hingga juga mencakup media

elektronik.

46
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

a. Berdasarkan hasil analisis situasi di dusun kawengen didapatkan sumber

data, baik data primer dan data sekunder.


b. Identifikasi masalah kesehatan berdasarkan data primer yaitu diperoleh

dari hasil kuesioner pemetaan masalah dan data sekunder diperoleh dari

data riskesdasdes tahun 2017.


c. Berdasarkan Riskesdasdes tahun 2017, diperoleh hasil penyusunan

prioritas masalah kesehatan yaitu PSP pencegahan HIV/AIDS.


d. penyebab masalah kesehatan terkait PSP pencegahan HIV/AIDS adalah

tidak tersedianya sarana dan informasi terkait pencegahan HIV/AIDS,

pengetahuan masayarakat terkait pencegahan HIV/AIDS yang masih

rendah, dan kurangnya pantauan orang tua terhadap anak.


e. Dari masalah kesehatan di Dusun Kawengen, maka penyebab masalah

utamanya adalah tidak tersedianya sarana dan informasi terkait

pencegahan HIV/AIDS.
f. Dari hasil prioritas tersebut didaapatkan alternatif pemecahan masalah

yang berkaitan tiga risiko yang dihadapi remaja (TRIAD KRR) antara lain:

pembentukan forum remaja peduli kesehatan reproduksi, sosialisasi

pencegahan kekerasan seksual dan sosialisasi infeksi menular seksual di

Dusun Kawengen.
g. Alternatif pemecahan masalah utama di Dusun Kawengen adalah

pembentukan forum remaja peduli kesehatan reproduksi.

47
h. Pelaksanaan dilakukan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, sikap

dan perilaku terkait TRIAD KRR di dusun Kawengen.


i. Dengan menggunakan pre-post-test, maka didapatkan hasil intervensi dan

evaluasi intervensi berdasarkan indikator keberhasilan.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Puskesmas

Diharapkan Puskesmas dapat menjadi sumber informasi bagi forum remaja

di Dusun Kawengen.

4.2.2 Bagi Ketua Karang Taruna

Diharapkan adanya peran Ketua Karang taruna untuk membimbing

anggotanya dalam melanjutkan program Forum Kesehatan Reproduksi

Remaja (Generasi Muda Kawengen) yang sudah dibentuk.

4.2.3 Bagi Forum Kesehatan Reproduksi Remaja

Diharapkan dapat berlangsung lama dan berkelanjutan bukan hanya

dilaksanakan saat pembentukan oleh tim PKL.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Icca Stella. (2013). Evaluasi Media Poster Hipertensi pada Pengunjung
Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka. Jurnal Kesehatan Masyarakat
UNNES.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

48
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Azinar, M., Kiswanti, A. (2017). Sms Reminder Untuk Peningkatan Perilaku
Pencegahan HIV/AIDS dan IMS. Jurnal of Health Education, 2(1).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Generasi Berencana
(GENRE) Tahun 2015
Depkes RI. (2006). Pedoman Dasar Infeksi Menular Seksual dan Reproduksi
Lainnya pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Depkes, 2015. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. www.depkes.go.id
Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten
Semarang tahun 2015. Semarang : Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang.

Dinas Kesehatan Kota Semarang.(2010). Profil Kesehatan Kota Semarang 2010.


Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Dinas Pemeberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana. (2016). Indikator data kekerasan 2016. Jawa
Tengah.
Ditjen P2PL. (2017). Laporan Perkembangan HIV/AIDS Direktorat Jendral
(Ditjen) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Retrieved
October 26, 2018, from siha.depkes.go.id.

Kemenkes. (2014).Profil Kesehatan Indonesia2017. Jakarta: Kementrian


Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Indonesia. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Indonesia. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2017.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Komisi perlindungan anak Indonesia (2017). 116 Kasus Kekerasan Seksual
Terhadap Anak. Jakarta

49
Kompas. (2017, November 28). Pengidap HIV Terus Menigkat, Akankah SDGs
Tercapai. Retrieved October 26, 2018, from
https://amp.kompas.com/sains/read/2017/11/28/184300223/pengidap-hiv-
terus-meningkat-akankah-sdgs-tercapai-.

KPA Kota Semarang. (2015). Komisi Penanggulan AIDS Kota Semarang.


Kumalasari, Anies, Setyawan, Widjanarko, Sofro. (2017). Higiene Genetalia
Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Infeksi Menular Seksual Pada Ibu
Rumah Tangga ( Studi Kasus Puskesmas Bandarharjo Semarang). Jurnal
Ilmiah PANMED, 12(1).
Lala, Handy. (2015). Evaluasi Program Kesehatan Reproduksi Remaja “DAKU!”
(Dunia Remajaku Seru) di SMU. Jurnal Pendidikan Sains Vol.3 No.2, Juni
2015, Hal 90-97

Muslim, A. (2016). Pengambilan Keputusan Partisipatif Kepala Sekolah di MTS


NW Nurul Ihsan Tilawah. Jurnal Paedagogy, 3(2), 79–83.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo,S. (2010).Ilmu PerilakuKesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. ISSN 2442-7659.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015
Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Semarang Tahun 2015
Lukman Fauzi. 2018. Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) Praktek
Kerja Lapangan Desa Kawengen Tahun 2017.

Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael. (2014). Dasar-Dasar Metodologi


Penelitian Klinis. Edisi kelima. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sihite, P. dkk. 2017. Pengaruh Edukasi Kesehatan Reproduksi terhadap


Pengetahuan Siswa tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV/AIDS, dan

50
NAPZA) di SMK Swadaya Kota Semarang Tri Wulan II Tahun 2017.
JKM (E-Journal) Volume 5, Nomor 4 (ISSN: 2356-3346). Semarang.
Taukhit. 2014. Pengembangan Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas
Remaja dengan Metode Game Kognitif Proaktif. Jurnal Studi Pemuda Vol.
3, No. 2.

51
Lampiran 1 Dokumentasi Kegiatan
DOKUMENTASI
Dokumentasi Sosialisasi Pencegahan Kekerasan Seksual Terhadap Anak

Dokumentasi Sosialisasi IMS kepada ibu-ibu Pengajian

52
Dokumentasi Pemetaan TRIAD KRR

53
Dokumentasi Pembentukan Forum Remaja

54
Lampiran 2 Instrumen

PRE-TEST DAN POST TEST


PENGETAHUAN MEGENAI TRIAD KRR (KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA)

55
No Responden :

Nama :

Tidak
No Pernyataan Setuju
Setuju
1 Salah satu hak-hak reproduksi adalah mendapat
informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2 Hak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan
ilmu pengetahuan di bidang kesehatan reproduksi
merupakan hak reproduksi.
3 Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat
secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan
kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi
serta proses reproduksi.
4 Mengetahui hak-hak reproduksi dapat mencegah kita
terkena penyakit seksual.
5 Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) dapat
disebabkan oleh penggunaan jarum suntik yang
bergantian.
6 Kutil kelamin merupakan salah satu penyakit IMS.
7 IMS disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan
protozoa.
8 Gonorea (kencing nanah) bukan merupakan penyakit
infeksi menular seksual.
9 IMS dapat dicegah dengan menerapkan hubungan
setia kepada satu pasangan.
10 Ibu yang memiliki riwayat penyakit HIV/AIDS
dapat menularkan kepada bayinya.
11 Penggunaan NAPZA dapat mempengaruhi stimulan
(merangsang), depresan (menekan), dan halusinogen
(mengacaukan) sistem saraf pusat penggunannya.
12 Penggunaan NAPZA sesuai dosis (takaran)
merupakan hal yang diperbolehkan karena
merupakan pengobatan.
13 Risiko sangat tinggi tertular HIV apabila NAPZA
digunakan dengan cara suntik secara tidak aman.
14 Rasa ingin tahu dan coba-coba merupakan alasan
menggunakan NAPZA.
15 Menurut saya, penggunaan NAPZA untuk
pengobatan tanpa resep dokter bukan merupakan
tindakan menyimpang.

56
PRE TEST DAN POST TEST
SOSIALISASI PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL

No Responden :
Nama Responden :
Instansi Pendidikan :

Tidak
No Pertanyaan Boleh
Boleh
Apakah bagian kepala boleh disentuh oleh
1
orang lain?
Apakah bagian mulut boleh disentuh orang
2
lain?
Apakah bagian kaki boleh disentuh oleh orang
3
lain?
Apakah bagian pantat boleh disentuh oleh
4
orang lain?
Apakah bagian dada boleh disentuh oleh orang
5
lain?

57
PRE TEST DAN POST TEST
SOSIALISASI INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Identitas Responden

No Responden :

Nama :

Alamat :

Usia :

1. Apa itu penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual) adalah…


a. Infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui

kontak seksual
b. Infeksi yang disebabkan oleh virus dan dapat menular
c. Infeksi yang dapat disebabkan oleh gigitan nyamuk
2. Salah satu penyakit dari IMS (Infeksi Menular Seksual) adalah?
a. Sifilis/raja singa
b. Filariasis
c. Demam Berdarah
3. Salah satu gejala dari IMS (Infeksi Menular Seksual) adalah?
a. Keluar nanah dari penis, vagina atau anus
b. Batuk berdahak dalam waktu lama
c. Sulit tidur, pegal-pegal
4. Salah satu pencegahan dari penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual)

adalah?
a. Tidak bergonta-ganti pasangan (setia)
b. Tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol
c. Melakukan aktivitas fisik
5. Bagaimana cara penularan HIV/AIDS?
a. Gigitan nyamuk
b. Bersalaman, sentuhan
c. Jarum suntik

58
KUESIONER TRIAD KRR (KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA)

Identitas Responden
No Responden :
Nama :
Alamat :
Usia :

Keterangan :
Kuesioner ini bersifat tertutup. Segala data identitas maupun hasil kuesioner Anda
bersifat rahasia dan terlindungi keamanannya. Nama dan alamat Anda tidak akan
dipublikasikan. Mohon diisi dengan baik dan jujur karena hasil kesimpulan
kuesioner ini akan digunakan untuk mengetahui sikap remaja terhadap TRIAD
KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) Dusun Kawengen.

Pentunjuk pengisian.
Isi dan jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tanda ceklis (v) pada kolom Ya
atau Tidak.

1. Perilaku Seksualitas Pada Remaja


A. Pertanyaan

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah Anda pernah melakukan sentuhan
dengan lawan jenis?
2 Apakah Anda pernah melakukan pegangan

59
tangan dengan lawan jenis?
3 Apakah Anda pernah melakukan ciuman
dengan lawan jenis?
4 Apakah Anda pernah melakukan hubungan
seksual dengan lawan jenis?
5 Apakah Anda pernah menonton video porno?
6 Apakah Anda setuju tentang hubungan sesama
jenis?
7 Apakah Anda pernah melakukan hubungan
seksual dengan sesama jenis?
8 Apakah Anda pernah dengan sengaja
menyentuh alat reproduksi (penis, payudara,
dsb) anak dibawah umur?
9 Apakah Anda pernah memegang kemaluan
sendiri dengan tujuan untuk kenikmatan
seksual?
10 Apakah Anda pernah terkena penyakit menular
seksual?
11 Jika Ya (pada nomor 13) apakah Anda pernah
memeriksa diri ke dokter berkaitan dengan
infeksi menular seksual?
12 Menurut Anda apakah WTS tidak beresiko
terkena penyakit IMS (Infeksi Menular
Seksual)?

B. Pernyataan

Jawaban
No Pernyataan Tidak
Setuju
Setuju
1 Remaja yang tidak berhubungan seksual
dianggap tidak modern bagi teman sebayanya.
2 Menurut Anda hamil pra nikah bukanlah hal
yang memalukan.
3 Menurut Anda aborsi lebih baik daripadah
menanggung malu karena hamil pra nikah.
4 Menurut Anda oral seks tidak beresiko tinggi
menyebabkan IMS.
5 Menurut Anda anal seks tidak beresiko tinggi
menyebabkan IMS.
6. Menurut Anda berhubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan dapat menularkan
IMS.
7. Menurut Anda mengetahui pasangan seksual
terkena IMS atau tidak merupakan salah satu

60
cara menyegah IMS.

2. HIV/AIDS
A. Pertanyaan

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah Anda pernah berkunjung ke lokalisasi?
2 Apakah Anda pernah berhubungan seksual
dengan WTS/ PSK?
3 Jika iya pada nomor 2, apakah Anda
menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan
hubungan seksual dengan PSK?

B. Pernyataan

Jawaban
No Pernyataan Tidak
Setuju
Setuju
1 Menurut Anda orang yang menderita
HIV/AIDS boleh melakukan hubungan
seksual?
2 Menurut Anda menggunakan narkoba jenis
suntikan dapat berisiko tinggi menularkan
HIV/AIDS?

3. NAPZA
A. Pertanyaan

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1. Apakah pendidikan bahaya narkoba itu
penting ?
2. Apabila ada teman yang menawarkan napza
apakah Anda akan menerimanya ?

B. Pernyataan

Jawaban
No Pertanyaan Tidak
Setuju
Setuju
1 Menurut Anda orang yang menggunakan
narkoba harus di kucilkan di masyarakat.
2 Menurut Anda pengguna narkoba harus di

61
obati.
3, Menurut Anda kebiasaan merokok pada usia
remaja akan berujung pada penggunaan
narkoba.
4. Menurut Anda para pengguna narkoba perlu
dilakukan rehabilitasi.
5. Menurut Anda keluarga memiliki peran yang
penting dalam mencegah remaja menggunakan
narkoba .

1. Apa yang dilakukan remaja untuk menghindari HIV/AIDS?


Jawab:
…………………………………………………………………………………
…...
…………………………………………………………………………………
…………...
……………………………………………………………………………
2. Apa yang harus dilakukan remaja ketika menemukan kasus HIV/AIDS?
Jawab:
…………………………………………………………………………………
…...
…………………………………………………………………………………
…………...
……………………………………………………………………………
3. Apa yang harus dilakukan remaja ketika menderita HIV/AIDS?
Jawab:
…………………………………………………………………………………
…...
………………………………………………………………………………………
……...……………………………………………………………………………

62
Lampiran 3 Media atau Produk Pemecahan Masalah

(Media Sosialisasi TRIAD KRR)

(Media Sosialisasi IMS)

63
(Media Sosialisasi Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak)

(Booklet TRIAD KRR Generasi Muda Kawengen)

64
(Pemberian kenang-kenangan media pembelajaran)

65
Lampiran 4 Aktivitas Kegiatan PKL Setiap Peserta

66
67
68
69
70
71
72
73
74
Lampiran 5 Lembar Konsultasi PKL

75
Lampiran 6 Artikel Setiap Peserta

76
Penggunaan Metode Hanlon Dalam Penentuan Prioritas Masalah
Kesehatan Terkait Pengetahuan Sikap Dan Perilaku pada Remaja
Di Dusun Kawengen Tahun 2018
Noviya Dwi Rahayu, Lukman Fauzi1, Nanik Prihati2
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Negeri Semarang
noviyadwi667@gmail.com

Abstrak
Pendahuluan : Kesehatan merupakan salah satu permasalahan yang paling
kompleks dalam dunia modern saat ini. Salah satu masalah kesehatan yang terjadi
yaitu masalah kesehatan reproduksi pada remaja. Menurut Blum (1974) ada empat
faktor utama yang menentukan derajat kesehatan masyarakat, yakni : perilaku,
lingkungan, pelayanan kesehatan dan hereditas, yang dapat diuraikan lagi
kedalam faktor sekunder dan tersiernya. Seiring dengan kemajuan iptek dibidang
kesehatan masyarakat dan kedokteran, telah memberikan berbagai macam
alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kesehatan yang
terjadi dimasyarakat saat ini. Metode Hanlon merupakan alat yang dapat
digunakan untuk membandingkan berbagai masalah yang berbeda-beda dengan
cara relative dan bukan absolute, framework, seadil mungkin, dan objektif
sehingga diharapkan dapat diperoleh prioritas masalah berdasarkan penilaian yang
sesuai dengan kondisi di lapangan, selanjutnya mendapatkan pemecahan yang
diinginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan intervensi program
yang paling efektif. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan model
Hanlon, maka dapat dihasilkan suatu alternatif program kesehatan yang sangat
efektif khususnya dalam masalah kesehatan reproduksi pada remaja di dusun
Kawengen.
Metode : Metode yang digunakan dalam pemetaan prioritas masalah terkait
Pengetahuan Sikap dan Perilaku terhadap pencegahan HIV/AIDS adalah dengan
menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan
metode survei dan wawancara mendalam, metoda Hanlon dalam proses awainya
menggunakan pendapat anggota secara curah pendapat (Brain storming) untuk
menentukan nilai dan bobot. Dari masing-masing komponen diperoleh nilai
dengan jalan melakukan scoring dengan skala tertentu, kemudian komponen
tersebut dimasukkan kedalam formula dan hasil yang didapat makin tinggi
nilainya maka itulah prioritas masalah yang didahulukan (menjadi prioritas
masalah), kemudian akan dilanjutkan dengan intervensi sebagai pemecahan
alternative masalah tersebut.
Hasil : Dari hasil analisis prioritas masalah menggunakan metode Hanlon tersebut
menunjukkan bahwa prioritas masalah kesehatan masyarakat yang utama terkait
Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) di Dusun Kawengen, Desa Kawengen,
Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang terletak pada masalah PSP

77
(Pengetahuan Sikap Perilaku) pencegahan HIV/AIDS dimana sebagian warganya
memiliki PSP pencegahan HIV/AIDS yang masih rendah. Prioritas penyebab
masalah utama pada rendahnya Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP)
pencegahan HIV/AIDS adalah tidak tersedianya sarana informasi terkait masalah
tersebut.
Pembahasan : Hasil dari penentuan prioritas masalah dengan menggunakan
metode Hanlon ini adalah masalah terkait Pengetahuan Sikap dan perilaku
pencegahan HIV/AIDS menjadi prioritas utama masalah, dimana ditentukan pula
prioritas penyebab masalah yaitu tidak adanya sarana informasi terkait
pencegahan HIV/AIDS, dengan mteode ini maka dapat dibuat intervensi agar
dapat memecahkan masalah tersebut yaitu Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP)
pencegahan HIV/AIDS.
Kata Kunci: Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP), TRIAD KRR,Remaja

ABSTRACT
Introduction: Health is one of the most complex problems in the world of
modren today. One of the health problems that occur, namely the issue of
reproductive health in adolescents. According to Blum (1974) there are four main
factors that determine the degree of public health, i.e.: behavior, environment,
healthcare and heredity, which can be decomposed into a secondary factor again
and tersiernya. Along with the science and technology progress in the field of
public health and medicine, has provided a wide range of alternatives that can be
used to solve health problems that occur at this time. Hanlon's method is a tool
that can be used to compare a variety of different problems with the way the
relative and not absolute, framework, seadil and objective as possible, so
hopefully can be obtained based on issues priority the assessment of compliance
with the conditions in the field, then get the resolution it wants. The purpose of
this research is to determine the most effective program interventions. Based on
the results of the analysis using model Hanlon, then be produced an alternative
health program is very effective especially in the issue of reproductive health in
adolescents in the hamlet of Kawengen.
Methods: the methods used in the priority mapping problem regarding
Knowledge Attitudes and behaviour towards HIV/AIDS prevention is to use
Quantitative methods Hanlon. Data collection method survey and in-depth
interview, Hanlon in the process awainya using the opinions of members in
brainstorming (Brain storming) to determine value and weighting. Of each
component of the retrieved value by way of doing scoring with a certain scale,
Then the component is inserted into the formula and the results obtained the
higher value then that's a matter of precedence (priority be priority issue) will then
be followed by interventions as an alternative to solving the problem.

78
Results: the results of the analysis of the priority problems using methods that
Hanlon indicated that a priority public health problem of major related
Knowledge Attitudes and behaviors (PSP) in the hamlet of Kawengen, village
Kawengen, district Ungaran Timur, Semarang is located on PSP (knowledge
Attitude behavior) the prevention of HIV/AIDS where most citizens have a PSP
the prevention of HIV/AIDS which is still low. The main cause of the problem on
the priority of low Knowledge attitude and behavior of prevention of HIV/AIDS
is not the availability of means of information related the issue.
Discussion: the results of the determination of priority problems by using the
method this is Hanlon problem regarding Knowledge attitudes and behaviors of
HIV/AIDS prevention became a top priority issue, in which ditentntukan also
priority causes problems the absence of means of information related to
prevention of HIV/AIDS with this then meode interventions can be made in order
to solve those problems, namely a knowledge attitude and Behavior (PSP) the
prevention of HIV/AIDS.
Key words: Knowledge Attitudes and behaviors (PSP), TRIAD KRR, teens

79
Pendahuluan

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.


Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan
masa depan mereka. Melihat jumlahnya yang sangat besar, maka remaja sebagai
generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara
jasmani, rohani, mental dan spiritual. Namun, masa pencarian jati diri pada remaja
kadang mengalami penyimpangan khususnya penyimpangan pada sikap dan
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu
permasalahan yang paling kompleks dalam dunia modern saat ini. Salah satu
masalah kesehatan yang terjadi yaitu masalah kesehatan reproduksi pada remaja.
Masalah kesehatan pada remaja ada tiga masalah yang mungkin akan dihadapi
yaitu terkait NAPZA, Seksualitas, dan HIV/AIDS.

Penyakit HIV/AIDS masih banyak dijumpai, di Indonesia jumlah


penderita HIV dilaporkan sebanyak 14.640 orang, sedangkan untuk penderita
AIDS sebanyak 4.725 orang pada tahun 2017 (KEMENKES RI, 2017). Di Jawa
Tengah jumlah penderita HIV sebanyak 5.425 orang, sedangkan penderita AIDS
sebesar 1.719 orang (KEMENKES RI,2017). Di wilayah Kabupaten Semarang
pada tahun 2015 angka kejadian HIV/AIDS nya masih tinggi yaitu sebesar 80
orang untuk penderita HIV, sedangkan sebanyak 26 orang yang sudah terkena
AIDS (Profil Kesehatan Kabupaten Semarang, 2015). Penyakit HIV/AIDS
memiliki banyak faktor resiko seperti bergonta-ganti pasangan, pengunaan
narkoba denga jarum suntik, perilaku seksual yang menyimpang dan sebangainya.
HIV/AIDS merupakan salah satu jenis penyakit yang belum ditemukan obatnya,
namun setidaknya dapat dilakukan pencegahannya. Pencegahan terhadap penyakit
HIV/AIDS harus diketahui oleh masyarakat dari bebagai jenis golongan usia,
mulai dari remaja hingga dewasa. Selain itu Pengetahuan Sikap dan Perilaku
terhadap pencegahn HIV/AIDS juga sangat diperlukan agar dapat terhindar dari
penyait HIV/AIDS tersebut.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun


2017 mengenai Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) terhadap pencegahan

80
penyakit HIV/AIDS untuk tiga Desa yaitu Desa Kalikayen sebesar 29,8%, Desa
Mluweh sebesar 39,1%, dan Desa Kawengen sebesar 30,9%. Dari data tersebut
Desa Kawengen memiliki Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) terhadap
pencegahan penyakit HIV/AIDS yang masih rendah yaitu sebesar 30,9%.

Rendahnya Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) remaja terhadap


pencegahan HIV/AIDS di Dusun Kawengen dapat disebabkan oleh beberapa hal,
untuk mengetahui penyebab rendahnya Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP)
remaja terhadap pencegahan penyakit HIV/AIDS maka digunakanlah metode
pemetaan prioritas penyebab masalah.

Pemetaan merupakan proses pengumpulan data yang bertujuan untuk


mendapatkan suatu informasi baru mengenai gambaran suatu penyakit atau
masalah kesehatan agar mudah untuk dianalisis. Pemetaan menggunakan dua data,
yaitu data sekunder dan primer. Data sekunder didapatkan melalui data Riset
Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun 2017. Data primer diperoleh
dengan menggunakan kuesioner yang disebar kepada remaja dusun Kawengen.

Metode

Metode yang digunakan dalam pemetaan prioritas masalah terkait


Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) terhadap pencegahan HIV/AIDS adalah
dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Metode Hanlon Kuantitatif
merupakan alat yang dapat digunakan untuk membandingkan berbagai masalah
yang berbeda-beda dengan cara relative dan bukan absolute, framework, seadil
mungkin, dan objektif sehingga diharapkan dapat diperoleh prioritas masalah
berdasarkan penilaian yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Penggunaan
metoda Hanlon dalam penetapan altematif prioritas masalah yang akan dilakukan
menggunakan 4 komponen masing-masing:

1. Komponen A yaitu besamya masalah (Magnitude)


2. Komponen B yaitu Tingkat kegawatan masalah (Emergency/ Seriousness)
3. Komponen C yaitu kemudahan penanggulangan masalah (Causability)
4. Komponen D yaitu dapat atau tidaknya program dilaksanakan menggunakan
istilah PEARL faktor.

81
Seperti halnya metoda yang lain, pengumpulan data menggunakan metode
survei dan wawancara mendalam, metoda Hanlon dalam proses awainya
menggunakan pendapat anggota secara curah pendapat (Brain storming) untuk
menentukan nilai dan bobot. Dari masing-masing komponen diperoleh nilai
dengan jalan melakukan scoring dengan skala tertentu, Kemudian komponen
tersebut dimasukkan kedalam formula dan hasil yang didapat makin tinggi
nilainya maka itulah prioritas masalah yang didahulukan (menjadi prioritas
masalah) kemudian akan dilanjutkan dengan intervensi sebagai pemecahan
alternative masalah tersebut.
Hasil

Sebelum menemukan prioritas masalah terkait Pengetahuan Sikap dan Perilaku


(PSP) terhadap pencegahan penyakit HIV/AIDS terlebih dulu menentukan prioritas
masalah terhadap Pengetahuan Sikap dan Perilaku, dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Skor
Masalah Skor D
No Kriteria NPD NPT Prioritas
Kesehatan A B C P E A R L
1 PSP BAB 6 6 4 1 1 1 1 1 48 48 II
dan cuci
tangan
2 PSP 8 6 8 1 1 1 1 1 112 112 I
pencegahan
HIV/AIDS
3 PSP 4 4 4 1 1 1 1 1 32 32 IV
konsumsi
buah dan
sayur
4 PSP aktivitas 4 5 3 1 1 1 1 1 36 36 III
fisik

Dari hasil analisis prioritas masalah tersebut menunjukkan bahwa prioritas


masalah kesehatan masyarakat yang utama terkait Pengetahuan Sikap dan
Perilaku (PSP) di Dusun Kawengen, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur,

82
Kabupaten Semarang terletak pada masalah PSP (Pengetahuan Sikap Perilaku)
pencegahan HIV/AIDS dimana sebagian warganya memiliki PSP pencegahan
HIV/AIDS yang masih rendah. Prioritas masalah kedua terletak pada PSP BAB
dan cuci tangan, masalah ketiga terletak pada PSP konsumsi buah dan sayur.
Kemudian masalah terbesar keempat terletak pada PSP aktivitas fisik.
Dari hasil penentuan prioritas masalah tersebut kemudian ditentukan
analisis pemetaan prioritas penyebab masalah menggunakan metode Hanlon dan
diperoleh hasil sebagai berikut :
Skor
Masalah Skor D
No Kriteria NPD NPT Prioritas
Kesehatan A B C P E A R L
1 Pengeatahuan 4 4 4 1 1 1 1 1 32 32 II
masyarakat
terhadap
pencegahan
HIV/AIDS
masih rendah
2 Kurangnya 6 4 4 1 1 1 1 1 40 40 III
perhatian atau
pemantauan
orang tua
terhadap anak
3 Tidak 6 8 1 1 1 1 1 1 96 96 I
tersedianya
sarana
informasi
terkait
pencegahan
HIV/AIDS

Dari tabel hasil analisis pemetaan prioritas penyebab masalah tersebut


diketahui bahwa prioritas penyebab masalah utama pada rendahnya Pengetahuan

83
Sikap dan Perilaku pencegahan HIV/AIDS adalah tidak tersedianya sarana
informasi terkait masalah tersebut. Sedangkan prioritas penyebab masalah yang
kedua adalah pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan HIV/AIDS masih
rendah, dan prioritas penyebab masalah yang ketiga adalah kurangnya perhatian
atau pemantauan orang tua kepada anaknya.

Pembahasan

Pada pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Komunitas (PKL Komunitas)


Ilmu Kesehatan Masyarakat tahun 2018 di dusun Kawengen terdapat beberapa
proses mulai dari analisis situasi masalah, penentuan prioritas masalah, alternative
pemecahan masalah, intervensi hingga evaluasi.

Pada tahap awal yaitu tahapan mengetahui besaran masalah yang ada
didusun kawengen dilihat dari data Riset Kesehatan Dasar Desa
(RISKESDASDES) tahun 2017. Pada data Riset Kesehatan Dasar Desa
(RISKESDASDES) tahun 2017 diperoleh informasi bahwa desa Kawengen
memiliki beberapa masalah kesehatan salah satunya yaitu Pengetahuan Sikap dan
Perilaku (PSP) yang masih rendah pada berbagai aspek upaya kesehatan. Setelah
melihat data Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun 2017
penentuan prioritas masalah juga dilakukan dengan melakukan wawancara
mendalam kepada bidan desa untuk memperoleh informasi kesehatan yang ada di
Dusun Kawengen. Dari hasil wawancara mendalam dengan bidan desa dan data
Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun 2017 maka ditetapkan
bebrapa masalah kesehatan terkait Pengetahuan Sikap dan Perilaku yaitu terkait
PSP Buang Air Besar (BAB) dan cuci tangan, konsumsi buah dan sayur, aktivitas
fisik. Setelah itu perolehan masalah tersebut didiskusikan kepada kelompok dan
bidan desa untuk menentukan masalah mana yang akan dijadikan sebagai prioritas
masalah. Karna pada Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun 2017
PSP yang masih rendah adalah PSP terkait pencegahan HIV/AIDS dan sesuai
hasil analisi penentuan prioritas masalah dengan metode Hanlon diperoleh skor

84
tertinggi adalah masalah PSP PencegahanIV/AID maka yang diputuskan menjadi
prioritas masalah utama adalah terkait PSP pencegahan HIV/AIDS. Selain itu
prioritas masalah tersebut disetuji dikarenakan mengingat jumlah angka
HIV/AIDS yang ada di Kabupaten Semarang masih tinggi, juga mengingat bahwa
HIV/AIDS adalah salah satu penyakit yang belum ditemukan obatnya maka
pencegahan merupakan cara utama yang penting dilakukan agar terhindar dari
HIV/AIDS.

Mengetahui prioritas kesehatan yang ada di dusun Kawengen adalah PSP


pencegahan HIV/AIDS, selanjutnya dilakukan pencarian penyebab masalah
dilakukan dengan metode Brain Stroming. Brain Stroming atau dikenal
sebagaiteknik sumbang saran yaitu mengutamakan demokratisasi dalam
penyampaian pendapat melalui suatu forum diskusi (Muslim, 2016). Metode ini
dilaksanakan melalui Focus Group Discussion yang dilakukan dalam satu
kelompok PKL.

Hasil dari Focus Group Discussion dalam penetuan analisis prioritas


penyebab masalah dengan metode Hollan, didapatkan kesepakatan bahwa
penyebab rendahnya Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) terkait pencegahan
HIV/AID adalah karena tidak adanya sarana informasi yang menyediakan
pengetahuan terkait pencegahan HIV/AIDS.

Untuk mendukung data terkait masalah tersebut maka dilakukan pencarian


data dengan menggunkan kuesioner yang diberikan kepada anggota karang taruna
dan remaja dusun kawengen dimana kuesioner itu berisikan terkait masalah
NAPZA, Seksualitas, dan HIV/AIDS. Hal ini diakukan untuk mengetahui
bagaimana permasalahan terkait pengetahuan sikap dan perilaku pada masalah
tersebut secara lebih intensif hingga diperoleh data seperti berikut :

85
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa remaja dusun Kawengen
masih rendah untuk pentingnya pengetahuan tentang memberikan sanksi sosial
pada pengguna narkoba. Dari 17 responden, yang menjawab perlunya sanksi
sosial pada pengguna narkoba hanya sebanyak 1 orang saja, itu artinya yang
menyadari pentingnya pemberian sanksi sosial pada pengguna narkoba haya
sebesar 5.8%.

Sedangkan Pada poin HIV/AIDS didapatkan hasil analisis sebagai berikut :

86
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa pemuda di dusun
Kawengen masih belum menyadari pentingnya penggunaan alat kontrasepsi saat
berhubungan seksual dalam mencegah penularan penyakit IMS dan HIV/AIDS.
Dari 17 responden semuanya menjawab penggunaan alat kontrasepsi saat
berhubungan seksual tidak penting, itu artinya pengetahuan sikap dan perilaku
remaja dusun kawengen terkait pentingnya penggunaan alat kontrasepsi saat
berhubungan seksual masih rendah. Dimana dari perolehan hasil analisis tersebut
diperlukan intervensi kepada remaja agar dapat meningkatkan pengetahuan sikap
dan perilaku trkait pentingnya penggunaan alat kontrasepsi saat berhubungan
seksual agar dapat mencegah penularan penyakit IMS dan HIV/AIDS.

Pada poin ketiga yaitu poin seksualitas, terdapat hasil analisis data sebagai
berikut :

87
Dari data diatas dapat diketahui bahwa permasalahan terkait seksualitas
yang ada pada remaja dusun Kawengen adalah masih banyak remaja yang
menonton video pornografi. Dari 17 responden terdapat 10 orang yang menonton
video pornografi, itu artinya terdapat 58% remaja masih menonton video
pornografi.

Selain masalah tersebut masalah seksualitas pada remaja lainnya yaitu


masih rendahnya pengetahuan remaja terkait oral seks dan anal seks yang dapat
beresiko pada penularan penyakit IMS. Dimana dari data dapat diketahui bahwa
dari 17 responden hanya 3 responden yang mengetahui bahwa oral dan anal seks
dapat berpengaruh pada penularan IMS.

Setelah mengetahui prioritas penyebab masalah maka ditentukanlah


beberapa pemecahan masalah sebagai berikut :

88
Rencana
Bentuk Kegiatan Penanggung
Waktu Tempat Sasaran
Jawab
1. Pemetaan Hari Senin, Rumah Remaja Noviya Dwi
masalah Tanggal 16 Bapak karang Rahayu
kesehatan terkait Oktober Taufiq, taruna
TRIAD KRR 2018 ketua Dusun
(Seksualitas, karang Kaweng
NAPZA, dan taruna en
HIV/AIDS) Dusun
Kawengen
2. Sosialisasi - Hari RA AL- Siswa- Alya
pencegahan Kamis, MUTAQQI siswi Agustini
kekerasan seksual Tanggal N dan TK RA dan
(sentuhan boleh 18 ABA TK
dan sentuhan Oktober ATARBIYA
tidak boleh) 2018 HI
- Hari
Jumat
Tanggal
19
Oktober
2018
- Hari
Senin,
Tanggal
22
Oktober
2018
3. Sosialisasi Infeksi Hari Kamis, Rumah Ibu-ibu Tika Maelani
Menular Seksual 18 dan 25 warga pengajia
(IMS) pada ibu- Oktober n RT 02
ibu pengajian RT 2018 RW 04

89
02 RW 04
4. Pembentukan Hari Selasa, Rumah Remaja Tri Putri Nur
Forum Remaja Tanggal 16 Bapak karang Milati
Peduli Kesehatan Oktober Taufiq, taruna
Reproduksi 2018 ketua Dusun
karang Kaweng
taruna en
Dusun
Kawengen
5. Pembuatan media Kondisional Posko PKL Siswa Muhamad
atau produk IKM RA dan Alvian
pemecahan UNNES TK, ibu-
masalah terkait ibu
TRIAD KRR pengajia
(Seksualitas, n,
NAPZA, dan remaja
HIV/AIDS) karang
taruna

Penutup

Hasil dari penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon ini
adalah masalah terkait Pengetahuan Sikap dan perilaku pencegahan HIV/AIDS
menjadi prioritas utama masalah, dimana ditentntukan pula prioritas penyebab
masalah yaitu tidak adanya sarana informasi terkait pencegahan HIV/AIDS
dengan metode ini maka dapat dibuat intervensi agar dapat memecahkan masalah
tersebut yaitu Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) pencegahan HIV/AIDS.
Intervensi yang diberikan yaitu berupa pembentukan Forum Kesehatan Repoduksi
Remaja dusun Kawengen (FKRR). dengan terbentuknya intervensi diharapkan
masalah terkait masih rendahnya Pengetahuan Sikap dan Perilaku pencegahan
HIV/AIDS tidak ada lagi.

90
Daftar Pustaka

Kemenkes. (2014).Profil Kesehatan Indonesia2017. Jakarta: Kementrian


Kesehatan RI.

Lukman Fauzi. 2018. Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) Praktek


Kerja Lapangan Desa Kalikayen, Desa Mluweh dan Desa Kawengen
Tahun 2017.

Notoatmodjo,S.(2010).Ilmu PerilakuKesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.

DINKES. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2015. Semarang :


Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang.

Arikunto,S.(2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

PENINGKATAN PENGETAHUAN ANAK MELALUI SOSIALISASI


PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL DI DUSUN KAWENGEN

Alya Agustini, Lukman Fauzi1, Nanik Prihati2

91
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang
Puskesmas Kalongan, Kabupaten Semarang
alyaagustini30@gamail.com

Abstrak
Pendahuluan: Kekerasan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan
anak di mana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk
rangsangan seksual. Menurut Data KPAI pada tahun 2017 tercatat sebanyak 116
kasus, sedangkan pada tahun 2016 menurut DP3AKB jumlah kasus kekerasan
seksual pada anak usia 0-5 tahun terdapat 192 kasus, anak usia 6-12 tahun
terdapat 381 kasus, dan anak usia 13-18 terdapat 877 kasus. Berdasarkan
(RISKESDASDES) tahun 2017, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap
dan perilaku (PSP) terkait pencegahan HIV/AIDS di Desa Kawengen masih
rendah, yaitu sebesar 30,9%. Oleh karena itu dilaksanakannya program sosialisasi
pencegahan kekerasan seksual “Aku Mandiri”. Dengan tujuan untuk
mempersiapkan anak-anak agar terhindar dari perilaku penyimpangan seksualitas
pada masa remaja, maka alangkah lebih baiknya diberikan pengetahuan dan
pemahaman terkait bahaya perilaku menyimpang tersebut sedini mungkin. Selain
itu, agar anak terhindar dari kejahatan seksual yang sekarang marak terjadi.
Metode: Metode dalam pengumpulan data dengan metode observasi. Penentuan
prioritas masalah menggunakan metode hanlon kuantitatif, penentuan prioritas
penyebab dan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah menggunakan
metode brain storming, sementara evaluasi program menggunakan indikator
keberhasilan input, proccess, output,dan outcome. Selanjutnya untuk mengukur
pengetahuan dan sikap menggunakan hasil pretest-posttest dengan 52 sampel
untuk RA Al-Muttaqin dan 23 sampel untuk TK ABA Atarbiyah I diambil secara
purposife sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan paired t test
dan alternatifnya yaitu uji Wilcoxon.
Hasil: Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual pada anak mengalami
peningkatan pengetahuan, hasil pre test post test RA pada kriteria baik 10 orang
(19,2%) menjadi 32 orang (61,5%) dan untuk hasil pre test post test TK dengan
kriteria baik 9 orang (39,1%) menjadi 18 orang (78,3%). Sedangkan uji wilxocon
untuk RA dan TK menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,005). Hal ini menunjukkan
ada perbedaan skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah sosialisasi.

Pembahasan: Hasil sosialisasi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan


siswa-siswi RA dan TK tentang sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh anatara
sebelum dan sesudah sosialisasi. Harapannya anak mampu menjaga diri dan tahu
apa yang harus dilakukan saat terjadi kekerasan seksual.
Kata Kunci: Kekerasan seksual, aku mandiri, sentuhan.

92
Abstract
Introduction: Sexual violence against children is a form of child abuse where
older adults or teenagers use children for sexual stimulation. According to KPAI's
data in 2017 there were 116 cases, while in 2016 according to DP3AKB the
number of cases of sexual violence in children aged 0-5 years had 192 cases,
children aged 6-12 years had 381 cases, and children aged 13-18 were 877 case.
Based on (RISKESDASDES) in 2017, shows that the level of knowledge, attitude
and behavior (PSP) related to HIV / AIDS prevention in Kawengen Village is still
low, which is 30.9%. Therefore, a socialization program to prevent sexual
violence "I am Independent" was carried out. With the aim of preparing children
to avoid sexual aberration behavior during adolescence, it would be better to be
given knowledge and understanding related to the dangers of deviant behavior as
early as possible. In addition, so that children avoid sexual crimes that are now
rampant.

Method: Methods in collecting data using observation methods. Determination of


priority problems using quantitative hanlon method, determining priority causes
and prioritizing alternative problem solving usingmethods brain storming, while
program evaluation uses indicators of success of input, proccess, output,and
outcome. Furthermore, to measure knowledge and attitudes using pretest-posttest
results with 52 samples for RA Al-Muttaqin and 23 samples for TK ABA
Atarbiyah I were taken by purposive sampling. Data analysis was performed using
paired t test and the alternative was thetest Wilcoxon.

Results: The socialization of prevention of sexual violence in children has


increased knowledge, the results of pre-test post-test RA on the criteria of both 10
people (19.2%) to 32 people (61.5%) and for the results of pre-test post-test TK
with good criteria 9 people (39.1%) to 18 people (78.3%). Whereas the wilxocon
test for RA and TK showed p = 0,000 (p <0.005). This shows that there are
differences in knowledge scores between before and after socialization.

Discussion: The results of the socialization show that there is an increase in the
knowledge of RA and TK students about the touch may and touch cannot be
between before and after socialization. The hope is that children are able to take
care of themselves and know what to do during sexual violence.

Keywords: sexual violence, I am independent, touch

Pendahuluan:
Masa anak-anak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan. Pada
masa ini, anak-anak mengalami periode perkembangan baik secara fisik maupun
psikis. Di masa ini juga, anak mampu menangkap dengan baik informasi-

93
informasi yang diberikan kepadanya. Seorang anak seharusnya mendapatkan
haknya untuk mendapatkan perlindungan dari berbagai pihak, jika anak sudah
berada di lingkungan sekolah, berarti anak harus mendapatkan perlindungan dari
pihak sekolah. Jika anak sudah berada di lingkungan keluarganya, peran dan
fungsi dari keluarga harus berjalan dengan semestinya. Namun pada kenyataannya
masih banyak anak yang tidak mendapatkan hak nya. Hal ini dibuktikan dengan
adanya kasus pelecehan seksual pada anak dibawah umur baik itu di wilayah
sekolah, keluarga, maupun masyarakat atau lingkungan sekitar.

Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak di


mana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk
rangsangan seksual. Pelecehan seksual pada anak akan memberikan dampak
traumatik yang begitu mendalam dan sulit untuk disembuhkan. Trauma psiologi
pada anak yang menjadi korban kejahatan seksual sulit dihilangkan dari ingatan
anak, terutama jika pelaku masih berada dan tinggal tidak jauh dari lingkungan
anak.

Menurut Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dari tahun


2011 sampai tahun 2014 menunjukkan peningkatan yang signifikan. Tahun 2011
terjadi 2178 kasus kekerasan, tahun 2012 ada 3512 kasus, tahun 2013 ada 4311
kasus, dan tahun 2014 ada 5066 kasus. Berdasarkan tempat terjadi kekerasan, data
KPAI menunjukkan kekerasan terhadap anak terjadi di keluarga, sekolah dan
masyarakat. Hasil monitoring dan evaluasi KPAI tahun 2012 di 9 propinsi
menunjukkan bahwa 91 persen anak menjadi korban kekerasan di lingkungan
keluarga, 87.6 persen di lingkungan sekolah dan 17.9 persen di lingkungan
masyarakat. menunjukkan 218 kasus kekerasan seksual anak pada tahun 2015.
Sementara pada tahun 2016 terdapat 120 kasus kekerasan seksual terhadap anak-
anak, kemudian di tahun 2017 tercatat sebanyak 116 kasus.

Berdasarkan data DP3AKB Provinsi Jawa Tengah pada 2014-2015,


tercatat bahwa korban kekerasan berbasis gender dan anak di Jawa Tengah
menunjukkan pada kategori “harus waspada” karena menunjukkan yang cukup

94
tinggi baik secara kuantitas dan kualitas. Angka kekerasan pada tahun 2014
menunjukkan jumlah korban 2.689 orang yang meliputi dewasa dan anak-anak.
Sedangkan Jumlah kasus pada tahun 2015 sebanyak 2630 kasus. Dari keseluruhan
kasus terbanyak adalah kasus kekerasan Seksual, yakni sebanyak 846 kasus,
kemudian kasus Kekerasan Fisik sebanyak 823 kasus, dan berikutnya adalah
kasus kekerasan Psikis yakni sebanyak. 768 kasus. Sedangkan pada tahun 2016
menurut DP3AKB jumlah kasus kekerasan seksual pada anak usia 0-5 tahun
terdapat 192 kasus, anak usia 6-12 tahun terdapat 381 kasus, dan anak usia 13-18
terdapat 877 kasus.
Berdasarkan, data dari Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES)
tahun 2017, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP)
terkait pencegahan HIV/AIDS di Desa Kawengen masih rendah, yaitu sebesar
30,9%. Untuk mempersiapkan anak-anak agar terhindar dari perilaku
penyimpangan pada masa remajanya nanti yang meliputi seksualitas, HIV/AIDS
dan NAPZA (TRIAD KRR), maka alangkah lebih baiknya diberikan pengetahuan
dan pemahaman terkait bahaya perilaku menyimpang tersebut sedini mungkin.
Selain itu, agar anak terhindar dari kejahatan seksual yang sekarang marak terjadi.
Mendasarkan pada hal tersebut, perlunya dilakukan upaya untuk mencegah
dan melindungi anak dari ancaman pelecehan seksual di lingkungannya. Salah
satunya dengan memberikan pendidikan seks kepada anak sejak dini. Hal ini yang
melatar belakangi penulis untuk melakukan “Peningkatan Pengetahuan Anak
Melalui Sosialisasi Pencegahan Kekerasan Seksual Di Dusun Kawengen”.

Metode:

Teknik pengumpulan data analisis situasi dengan menggunakan metode


observasi .Metode yang digunakan dalam penentuan prioritas masalah yaitu
metode hanlon kuantitatif, metode penentuan prioritas penyebab masalah dan
penentuan alternatif pemecahan masalah menggunakan metode brain storming.
Sementara evaluasi program menggunakan indikator keberhasilan program
meliputi input, proccess, output, dan outcome. Sampel sebanyak 52 sampel
untuk RA AL-Muttaqin dan 23 sampel untuk TK ABA Atarbiyah I, diambil secara

95
purposive sampling. Subyek diberi kuesioner pretest dilanjutkan dengan
penyuluhan,dan diberi kuesioner posttest setelah diberi penyuluhan.

Hasil:

Sebelum dilakukan upaya peningkatan pengetahuan melalui sosialisasi


pencegahan kekerasan seksual, “AKU MANDIRI” yang artinya Aku Mampu
Menjaga Diri, terlebih dahulu responden diberi lembar pre-test. Pre test diberikan
kepada anak-anak RA dan TK , untuk mengetahui pengetahuan awal anak-anak
terkait bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh orang lain. Soal
pre-test yang diberikan berjumlah 5 item pertanyaan yang mencakup materi pada
pencegahan kekerasan seksual pada anak.
Menurut arikunto 2010, kategori pengetahuan dikatakan baik apabila
responden dapat menjawab benar 76% - 100% dari soal, cukup apabila responden
dapat menjawab benar 60%-75% dari soal, dan kurang apabila responden hanya
mampu menjawab benar <60% dari soal.

1. Hasil Tingkat Pengetahuan Responden Di RA Al-Muttaqin


Berdasarkan pre test dan post test yang telah diberikan kepada siswa-siswi
RA Al Muttaqin didapat besaran tingkat pengetahuan sebagai berikut:

Tabel 1. Ditribusi Tingkat Pengetahuan siswa-siswi RA Al-Muttaqin


Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase (%)

Pretest

Kurang 13 25%

Cukup 29 55,8%

Baik 10 19,2%

Posttest

Kurang 9 17,3%

Cukup 11 21,2%

Baik 32 61,5%

96
Berdasarkan tabel diatas menunjukan hasil pengetahuan sebelum (pre test)
dan sesudah(post test) tentang bagian anggota tubuh anak yang boleh disentuh dan
tidak boleh disentuh mengalami peningkatan. Hasil Pre test pada kriteria kurang
sebanyak 13 orang (25%), cukup 29 orang (55,8%), baik 10 orang (19,2%).
Sedangkan hasil pengetahuan sesudah diberi sosialisasi pencegahan
kekerasan seksual,hasil dari post test kriteria kurang sebanyak 9 orang (17,3%),
sedang 11 orang (21,2%), baik 32 orang (61,5%)

Gambar 1. Distribusi Tingkat Pengetahuan siswa-siswi RA Al-Muttaqin

Menurut data yang telah disajikan dalam diagram batang diatas

menunjukan bahwa pengetahuan responden mengalami peningkatan pada kategori

baik antara sebelum (pre tset) dan sesudah (post test) diberikan sosialisasi

pencegahan kekerasan seksual pada anak. Hal tersebut menunjukan informasi

yang diberikan dapat dipahami oleh anak dengan baik, sehingga ada perbedaan

pengetahuan sebelum dan sesudah sosialisasi.

Perbedaan pengetahuan anak antara sebelum dan sesudah diberikan


sosialisasi pencegahan kekerasan seksual pada anak dengan media (video animasi,
ppt materi, dan poster) dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2. Perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah diberi sosialisasi

97
Pengetahuan N Nilai minimum Nilai maximum Mean

Sebelum 52 0 5 2,90

Sesudah 52 5 5 3,83

Nilai rata-rata pengetahuan responden sebelum diberi sosialisasi


pencegahan kekerasan seksual pada anak (sentuhan boleh dan sentuhan tidak
boleh) sebesar 2,90. Setelah di beri sosialisasi nila rata-rata pengetahuan menjadi
sebesar 3,83. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan responden
meningkat antara sebelum dan sesudah diberi intervensi sosialisasi pencegahan
kekerasan seksual pada anak.

Tabel 3. Hasil uji wilxocon RA Al-Muttaqin

Post Test - Pre Test

Z -4.575a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Berdasarkan tabel diatas hasil uji wilxocon yang dilakukan menunjukkan


p=0,000 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan
pengetahuan siswa-siswi RA Al-Muttaqin antara sebelum dan sesudah diberi
sosialisasi (sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh).

2. Hasil Tingkat Pengetahuan Responden Di TK ABA Atarbiyah I


Berdasarkan hasil pre test dan post test yang telah diberikan kepada siswa-
siswi TK ABA Atarbiyah I didapat besaran tingkat pengetahuan sebagai berikut:

Tabel 4. Ditribusi Tingkat Pengetahuan siswa-siswi TK ABA Atarbiyah I


Tingkat pengetahuan Jumlah Persentase (%)

98
Pretest

Kurang 6 26,1%

Cukup 8 34,8%

Baik 9 39,1%

Posttest

Kurang 2 8,7%

Cukup 3 13%

Baik 18 78,3%

Menurut tabel diatas menunjukan hasil pengetahuan sebelum (pre test) dan
sesudah(post test) tentang bagian anggota tubuh anak yang boleh disentuh dan
tidak boleh disentuh mengalami peningkatan. Hasil Pre test pada kriteria kurang
sebanyak 6 orang (26,1%) cukup 8 orang (34,8%), baik 9 orang (39,1%)
Sedangkan hasil pengetahuan sesudah diberi sosialisasi pencegahan
kekerasan seksual,hasil dari post test kriteria kurang sebanyak 2 orang (8,7%),
sedang 3 orang (13%), baik 18 orang (78,3%).

Gambar 2. Ditribusi Tingkat Pengetahuan siswa-siswi TK ABA Atarbiyah I


Berdasarkan data yang telah disajikan diatas menunjukan bahwa

pengetahuan kategori baik, responden mengalami peningkatan antara sebelum

99
(pre tset) dan sesudah (post test) diberikan sosialisasi pencegahan kekerasan

seksual pada anak. Sehingga informasi yang diberikan telah dapat diterima dan

dipahami oleh anak dengan baik.

Perbedaan pengetahuan siswa-siswi TK ABA Atarbiyah I antara sebelum


dan sesudah diberikan sosialisasi pencegahan kekerasan seksual dengan media
(video animasi, ppt materi, dan poster) dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 5. Perbedaan Tingkat Pengetahuan sebelum dan sesudah diberi sosialisasi

Pengetahuan N Nilai minimum Nilai maximum Mean

Sebelum 23 1 5 3,22

Sesudah 23 2 5 4,48
Nilai rata-rata pengetahuan responden sebelum diberi sosialisasi
pencegahan kekerasan seksual pada anak (sentuhan boleh dan sentuhan tidak
boleh) sebesar 3,22. Setelah di beri sosialisasi nila rata-rata pengetahuan menjadi
sebesar 4,48. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan responden
meningkat antara sebelum dan sesudah diberi intervensi sosialisasi pencegahan
kekerasan seksual pada anak.

Tabel 6. Hasil uji wilxocon TK ABA Atarbiyah I

Post Test - Pre Test

-3.695a
Z

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Berdasarkan tabel diatas hasil uji wilxocon yang dilakukan menunjukkan


p=0,000 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan
pengetahuan siswa-siswi TK ABA Atarbiyah I antara sebelum dan sesudah diberi
sosialisasi (sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh).

100
Pembahasan

Sebelum mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di Dusun


Kawengen, Desa Kawengen khususnya RT 02 RW 04, terlebih dahulu
melaksanakan pengumpulan data. Pegumpulan data yang dilakukan melalui
metode observasi dan wawancara dengan beberapa tokoh diantaranya Kepala
Dusun, Ketua karang taruna, Kepala sekolah RA dan TK dan Bidan Desa.

Metode yang digunakan dalam menyusun prioritas masalah kesehatan

adalah metode Hanlon Kuantitatif. Metode Hanlon Kuantitatif merupakan alat

yang dapat digunakan untuk membandingkan berbagai masalah yang berbeda-

beda dengan cara relative dan bukan absolute, framework, seadil mungkin, dan

objektif sehingga diharapkan dapat diperoleh prioritas masalah berdasarkan

penilaian yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Hasil dari penentuan prioritas

masalah kesehatan yang diperoleh di RT 02 RW 04, Dusun kawengen

mengunakan metode hanlon kuantitatif yaitu permasalahan PSP (Pengetahuan

Sikap Perilaku) pencegahan HIV/AIDS dimana sebagian warganya memiliki PSP

pencegahan HIV/AIDS yang masih rendah.

Setelah mengetahui prioritas masalah kesehatan, maka selanjutnya perlu

dilakukan pencarian penyebab masalah yaitu meliputi, tidak tersedianya sarana

dan informasi terkait pencegahan HIV/AIDS, pengetahuan masayarakat terkait

pencegahan HIV/AIDS yang masih rendah, dan kurangnya pantauan orang tua

terhadap anak. Dari hasil tersebut perlu dilakukannya pencarian alternatif

pemecahan masalah dengan metode Brain Storming. Alternatif pemecahan

masalah ini berupa program yang nantinya dapat meningkatkan tingkat

101
pengetahuan masyarakat untuk melakukan pencegahan. Salah satu alternatif

pemecahan masalah yang diperoleh adalah Sosialisasi pencegahan kekerasan

seksual (sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh) pada instansi pendidikan di

Dusun Kawengen (RA Al-Muttaqin dan TK ABA At-Tarbiyah). Alternatif

pemecahan masalah ini dipilih sebagai bentuk peningkatan pengetahuan anak

sedini mungkin dan untuk mempersiapkan anak-anak agar terhindar dari perilaku

penyimpangan seksualitas yang dapat berujung pada HIV/AIDS. Program

tersebut dilaksanakan di rentang usia anak-anak, karena apa yang akan terjadi di

masa yang akan datang (remaja) dipengaruhi oleh apa yang didapatkan dari usia

dini.

Konsep Program

Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual pada anak ini dilakukan

berlandasan pencarian prioritas masalah, penyebab masalah, dan alternatif

pemecahan masalah. Sehingga didapatkan hasil intervesi mengenai program Aku

Mandiri, yaitu anak mampu menjaga diri. Program ini meliputi peningkatan

pengetahuan anak tentang anggota tubuh yang boleh disentuh dan yang tidak

boleh disentuh, apa yang harus anak lakukan ketika ada orang lain memegang

bagian tubuhnya yang tidak boleh disentuh orang lain ( mulut, pantat, dada, alat

kelamin, dan sekitar paha), serta bentuk kekerasan seksual lainya.

Kegiatan Sosialisasi ini ditujuan untuk siswa-siswi RA AL-Muttaqin dan

TK ABA Atarbiayah I dengan rentan usia antara 4 tahun hingga 6 tahun.

Pemilihan RA dan TK sebagai tempat sosialisasi karena instansi pendidikan dirasa

102
dapat menjadi tempat yang efektif untuk menjangkau anak-anak sebagai

responden sosialisasi. Tujuan dalam sosialisasi ini yaitu meningkatkan

pengetahuan anak tentang anggota tubuhnya yang boleh disentuh dan tidak boleh

disentuh oleh orang lain, bagaimana cara anak menjaga diri, tindakan yang harus

anak lakukan ketika ada orang lain yang hendak melakukan kekerasan seksual

pada dirinya, sehingga apabila terjadi kekerasan seksual anak dapat melawan,

menolak, berani teriak dan lari ketempat ramai, dan melaporkannya kepada orang

tua.

Sebelum penyampaian materi, siswa-siswi terlebih dahulu diarahkan untuk

menjawab pertanyaan pre test tentang bagian mana saja anggota tubuhnya yang

boleh disentuh dan tidak boleh disentuh. Cara penyampaian materi yang

digunakan dalam sosialisasi ini yaitu dengan metode mendongeng. Hal ini

dilakukan untuk menarik perhatian anak agar memperhatikan saat diberi materi

sehingga informasi dapat diterima dan dipahami oleh anak dengan baik.

Kemudian anak diajak menari dan bernyanyi lagu “Ku Jaga Diriku”, yang berisi

tentang anggota tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh serta apa

yang harus dilakukan anak apabila ada orang lain melakukan kekerasan seksual

pada dirinya. Pemilihan video nyanyian dan tarian sebagai media sosialisasi agar

siswa-siswi dapat dengan mudah menerima isi materinya. Media yang digunakan

meliputi ppt materi sosialisasi, video edukasi, dan poster. Setelah pemberian

materi sosialisasi selesai, kemudia siswa-siswi diarahkan untuk mengisi kuesioner

post test. Sebagai bentuk cara mengukur pengetahuan sebelum dan sesudah

diberikan materi sosialisasi.

103
Evaluasi kegiatan meliputi beberapa hal, yaitu indikator input, proses,

output, dan outcome. Indikator input berupa kehadiran siswa-siswi RA dan TK

sebagi responden sosialisasi, kesiapan media edukasi, dan kehadiran peserta

anggota tim PKL. Indikator Proses berupa pengetahuan siswa-siswi mengenai

anggota tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh melalui jawaban

pretest dan posttest. Indikator output berupa meningkatnya pengetahuan yang

dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest, sedangkan indikator outcome berupa

pembagian media sosialisasi berupa poster di RA AL-Muttaqin dan TK ABA

Atarbiyah I, agar nantinya informasi tersebut dapat diedukasikan lagi oleh guru

kepada siswa-siswi tahun ajaran baru dilain waktu.

Pengetahuan Responden

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil pretest dan posttest tentang


pengetahuan mengalami perubahan, untuk RA Al-Muttaqin yang semua 10
responden dengan pengetahuan baik (19,2%) menjadi 32 responden (61,5%).
Sedangkan TK ABA Atarbiyah I yang semua 9 responden dengan pengetahuan
baik (39,2%) menjadi 18 responden (78,3%). Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah sosialisasi. Selanjutnya hasil uji
wilxocon pada RA dan TK menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,005), sehingga Ha
diterima, yaitu adanya perbedaan skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah
sosialisasi pencegahan kekerasan seksual pada anak.

Penutup

Terdapat Peningkatan pengetahuan siswa-siswi baik itu di RA Al-Muttaqin


dan TK ABA Atarbiyah I tentang sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh, antara
sebelum dan sesudah diberikan sosialisasi “Aku Mampu, Anak Mampu Menjaga
Diri”

104
Saran bagi instansi pendidikan, sebaiknya sekolah sebagai sarana
pendidikan alangkah lebih baiknya juga memberikan edukasi tentang seksualitas
sesuia dengan rentan usia, agara siswa-siswi tidak tabu, salah pengertian, dan
tidak melakukan perilaku menyimpang akan hal seksualita. Selain di sekolah,
orang tua sebagai pendidikan anak yang pertama sebaiknya juga memberikan
pendidikan seksualitas kepada anak-anaknya sejak dini yang sesuai dengan usia
anak.

DAFTAR PUSTAKA

Komisi perlindungan anak Indonesia (2017). 116 Kasus Kekerasan


Seksual Terhadap Anak. Jakarta

105
Dinas Pemeberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana. (2016). Indikator data kekerasan 2016. Jawa
Tengah.

Arikunto, S. 2010. prosedur penelitian suatu pendektan praktik . Jakarta:


Rineka Citra.

Lukman Fauzi. 2018. Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) Praktek


Kerja Lapangan Desa Kalikayen, Desa Mluweh dan Desa Kawengen
Tahun 2017.

Pembentukan Forum Remaja Peduli Kesehatan Reproduksi sebagai Upaya


Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Triad KRR
Tri Putri Nur Milati, Lukman Fauzi1, Nanik Prihati2
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Semarang
Puskesmas Kalongan, Kabupaten Semarang
triput_ri@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dalam kehidupan
setiap orang. Penyakit yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, antara lain
infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS Masa remaja merupakan masa
fungsi organ reproduksi dan sistem hormonal mulai bekerja. Secara alamiah
remaja menjadi sangat ingin tahu tentang seks. Remaja perlu mendapat perhatian
serius karena remaja sangat berisiko terhadap masalah-masalah kesehatan
reproduksi, seperti Triad KRR. Triad KRR merupakan tiga risiko yang dihadapi
oleh remaja seperti seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA. Berdasarkan data dari
Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun 2017, menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) terkait pencegahan
HIV/AIDS di Desa Kawengen masih rendah, yaitu sebesar 30,9%. Oleh karena
itu, dibentuklah forum remaja peduli kesehatan reproduksi. Program tersebut
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait Triad KRR dan
pencegahannya serta sebagai sarana informasi terkait kesehatan reproduksi di
Dusun Kawengen.
Metode: Metode yang digunakan untuk menetukan prioritas masalah di Dusun
Kawengen tahun 2018 yaitu menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Sumber

106
data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
hasil penyebaran kuesioner terkait pengetahuan, sikap dan perilaku remaja
mengenai Triad KRR (Seksualitas, HIV/AIDS, dan NAPZA). Data sekunder
menggunakan data dari Riset Kesehatan Dasar Desa Kalikayen, Mluweh dan
Kawengen Tahun 2017. Sampel penelitian sebanyak 23 sampel diambil secara
purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan paired t test
dan alternatifnya yaitu uji Wilcoxon.
Hasil: Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program dengan metode ceramah
menunjukkan hasil pre-test dengan kategori baik sebanyak 9 orang (39%), sedang
12 orang (52%), dan kurang 2 orang (9%). Hasil post-test dengan kategori baik
sebanyak 18 orang (78%) dan sedang 5 orang (22%). Selanjutnya uji t-test
menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,005). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan program.
Pembahasan: Hasil pre-test dan post-test yang digunakan dalam mengukur
indikator keberhasilan dalam program ini menunjukkan bahwa pengetahuan
tentang Triad KRR sebelum dan sesudah penyuluhan mengalami peningkatan
yang baik. Dengan menggunakan uji Wilcoxon, disimpulkan bahwa ada hubungan
pemberian penyuluhan terkait Triad KRR dengan peningkatan pengetahuan
remaja.
Kata Kunci: HIV/AIDS, pengetahuan, sikap, perilaku dan Triad KRR
Establishment of the Youth Care Forum on Reproductive Health as an Effort
to Improve Knowledge, Attitude and Behavior of the KRR Triad
Tri Putri Nur Milati, Lukman Fauzi1, Nanik Prihati2
Public Health Science Department, Universitas Negeri Semarang
Kalongan Primary Health Care, Semarang Regency
triput_ri@yahoo.co.id

ABSTRACT
Introduction: Reproductive health is an important part of everyone's life.
Diseases related to reproductive health, including sexually transmitted infections
including HIV / AIDS Adolescence is a period of functioning of the reproductive
organs and the hormonal system starts working. Naturally teenagers become very
curious about sex. Teenagers need to get serious attention because adolescents are
very at risk of reproductive health problems, such as the KRR Triad. KRR Triads
are three risks faced by adolescents such as sexuality, HIV / AIDS and drugs.
Based on data from the Village Basic Health Research (RISKESDASDES) in
2017, shows that the level of knowledge, attitudes and behavior (PSP) related to
HIV / AIDS prevention in Kawengen Village is still low, at 30.9%. Therefore, a
forum for adolescent care for reproductive health was formed. The program aims
to increase the knowledge of adolescents related to the KRR Triad and its
prevention as well as information facilities related to reproductive health in
Kawengen Hamlet.
Method: . The method used to determine priority problems in Kawengen Hamlet
in 2018 is using Quantitative Hanlon method. Data sources used are primary and
secondary data. Primary data was obtained from the results of questionnaires
related to the knowledge, attitudes and behavior of adolescents regarding the KRR

107
Triad (Sexuality, HIV / AIDS, and Drug). Secondary data uses data from the Basic
Health Research of Kalikayen, Mluweh and Kawengen Villages in 2017. The
sample of 23 samples was taken by purposive sampling. Data analysis was
performed using paired t test and the alternative was the Wilcoxon test.
Results: The results obtained from the program implementation with the lecture
method showed the results of the pre-test with good categories as many as 9
people (39%), moderate 12 people (52%), and less 2 people (9%). Post-test results
with good categories were 18 people (78%) and 5 people (22%). Furthermore, the
t-test showed p = 0,000 (p <0.005). This shows an increase in knowledge before
and after the program is carried out.
Discussion: The results of the pre-test and post-test used in measuring indicators
of success in this program indicate that knowledge of the KRR Triad before and
after counseling experienced a good improvement. By using the Wilcoxon test, it
was concluded that there was a relationship to the provision of counseling related
to the KRR Triad with increased knowledge of adolescents.
Keywords: HIV / AIDS, knowledge, and KRR Triad

Pendahuluan:
Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dalam kehidupan setiap
orang. Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi (Depkes, 2015). Penyakit yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi, antara lain infeksi menular seksual
termasuk HIV/AIDS.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015, jumlah kasus baru
infeksi HIV di Jawa Tengah dari tahun 2013 – 2015 mengalami peningkatan, yaitu
2.322 kasus pada tahun 2013, 2.867 kasus pada tahun 2014, dan 3.005 kasus pada
tahun 2015. Seseorang yang menderita HIV akan menimbulkan kumpulan gejala
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV atau sering
disebut dengan HIV/AIDS. Pada gambaran kasus baru AIDS menurut kelompok
umur menunjukkan bahwa sebagian besar kasus baru AIDS terdapat pada umur
20-29 tahun, 30-39 tahun, dan 40-49 tahun. Kelompok umur tersebut masuk ke
dalam kelompok umur produktif yang aktif secara seksual dan termasuk
kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik. Pada kasus yang dilaporkan
pada tahun 2015, proporsi kasus AIDS dengan faktor risiko heteroseksual

108
merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 82,8%, diikuti oleh homoseksual sebesar
7,4% dan perinatal sebesar 4,0%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Jumlah kasus baru HIV-AIDS di Jawa Tengah tahun 2015 sebanyak 2.763
kasus, meningkat bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014
sebanyak 2.480 kasus. Penemuan kasus HIV tahun 2015 sebanyak 1.467 kasus,
lebih tinggi dibandingkan dengan penemuan kasus HIV tahun 2014 sebanyak
1.399 (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2015). Dari 963 kasus baru AIDS di Jawa
Tengah pada tahun 2015, 1% (9 kasus dari 963 kasus baru) merupakan pengguna
NAPZA suntikan (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Menurut Profil Kesehatan
Jawa Tengah tahun 2015, untuk jumlah kasus kematian AIDS pada tahun 2015
sebanyak 172 kasus, lebih banyak dibandingkan kematian pada tahun 2014 yaitu
sebanyak 163 kasus, dengan kasus kematian AIDS tertinggi pada umur 25 – 49
tahun.
Penyakit yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi lainnya, misalnya
Sifilis. Kasus Sifilis di Jawa Tengah tahun 2015 sebanyak 1.206 kasus, meningkat
dibandingkan tahun 2014 sebanyak 907 kasus. Berdasarkan jenis kelamin ternyata
pada perempuan lebih tinggi yaitu 65,09 persen dan laki-laki 34,91 persen. (Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015).
Di Kabupaten Semarang, jumlah penderita HIV / AIDS ditemukan pada tahun
2015 jumlahnya meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun
2015, ditemukan sebanyak 80 kasus HIV dan 26 kasus AIDS, sedangkan pada
tahun 2014 ditemukan sebanyak 63 kasus HIV dan 19 kasus AIDS (Profil
Kesehatan Kabupaten Semarang, 2015).
Masa remaja merupakan masa fungsi organ reproduksi dan sistem hormonal
mulai bekerja. Secara alamiah remaja menjadi sangat ingin tahu tentang seks.
Remaja perlu mendapat perhatian serius karena remaja sangat berisiko terhadap
masalah-masalah kesehatan reproduksi, seperti Triad KRR. Triad KRR merupakan
tiga risiko yang dihadapi oleh remaja seperti seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA.
Risiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya hubungan
edukasi kesehatan reproduksi, pengetahuan tentang Triad KRR dan sikap terhadap
Triad KRR.

109
Pengetahuan terkait kesehatan reproduksi sangat penting untuk membatasi
perilaku seksual yang kian bebas pada usia remaja terlebih pada masa remaja
awal. Berdasarkan, data dari Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES)
tahun 2017, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP)
terkait pencegahan HIV/AIDS di Desa Kawengen masih rendah, yaitu sebesar
30,9% (Fauzi, 2018). Berdasarkan hasil analisis pemetaan masalah kesehatan
remaja mengenai Triad KRR, diperoleh bahwa pada bagian kuesioner terkait
HIV/AIDS masih rendah yaitu pengetahuan penggunaan alat kontrasepsi saat
melakukan hubungan seksual. Dari 17 responden yang ada, semua responden
tidak mengetahui pentingnya menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan
seksual.
Pada poin NAPZA, diperoleh hasil bahwa rendahnya pengetahuan pentingnya
pendidikan bahaya narkoba di Dusun Kawengen. Dari 17 responden, hanya ada 1
responden yang manjawab bahwa pendidikan bahaya narkoba itu penting. Dari
hasil tersebut, maka dapat disimpulkan 94% responden belum menyadari
pentingnya pendidikan bahaya narkoba.
Pada poin seksualitas, terdapat beberapa masalah seperti: remaja yang masih
menonton video porno (dari 17 responden terdapat 10 responden yang menonton
video porno); masturbasi/onani (dari 17 responden terdapat 7 reponden yang
pernah mengalami); dan kurangnya pengetahuan terkait penularan Infeksi
Menular Seksual (IMS) seperti pengetahuan terkait infeksi menular seksual pada
WTS, oral dan anal seks merupakan faktor risiko terjadi infeksi menular seksual
(IMS).
Dari data yang telah diperoleh diatas, maka dilaksanakanlah intervensi
“Pembentukan Forum Remaja Peduli Kesehatan Reproduksi sebagai Upaya
Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Triad KRR”. Pelaksanaan kegiatan
ini diikuti oleh remaja dusun Kawengen dan anggota Karang Taruna yang
kemudian tergabung dalam forum remaja peduli kesehatan dengan nama Generasi
Muda Kawengen. Tahap awal intervensi terlebih dahulu dilakukan penyebaran
pre-test untuk mengukur pengetahuan awal terkait tiga risiko kesehatan yang
dihadapi remaja. Kemudian dilakukan pemberian informasi atau penyuluhan

110
terkait seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA. Berdasarkan penjelasan diatas, maka
dengan diadakannya pembentukan forum remaja peduli kesehatan reproduksi ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku terkait tiga risiko
masalah kesehatan remaja (Seksualitas, HIV/AIDS, dan NAPZA) dan dapat
menjadi sarana informasi bagi remaja lainnya.

Metode:

Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner terkait pengetahuan, sikap dan
perilaku remaja mengenai Triad KRR (Seksualitas, HIV/AIDS, dan NAPZA).
Kuesioner dibagikan kepada remaja Dusun Kawengen untuk mengukur besaran
masalah terkait Triad KRR pada remaja Dusun Kawengen. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan Bidan Desa.
Wawancara mendalam dilakukan sebelum dilakukan intervensi untuk mengetahui
kondisi perilaku Dusun Kawengen dan sarana prasarana informasi terkait
kesehatan reproduksi.
Metode yang digunakan untuk menetukan prioritas masalah di Dusun
Kawengen, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang
tahun 2018 yaitu menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Metode Hanlon
Kuantitatif digunakan untuk memperoleh prioritas masalah dengan menggunakan
metode Brainstorming atau diskusi. Sementara evaluasi program menggunakan
indikator keberhasilan program meliputi input, proccess, output, dan outcome.
Sampel sebanyak 23 sampel diambil secara purposive sampling. Subyek
diberi kuesioner pretest dilanjutkan dengan pemberian materi dengan metode
ceramah dan diskusi serta menggunakan media penyampaian berupa power point,
poster dan booklet.Setelah pemberian materi selanjutnya dilakukan post-test untuk
mengetahui keberhasilan program atau intevensi yang telah dilakukan. Analisis

111
data dilakukan dengan menggunakan paired t test dan alternatifnya yaitu uji
Wilcoxon.

Hasil:
Berdasarkan hasil data primer dan sekunder yang diperoleh, didapatkan
gambaran tentang beberapa masalah kesehatan yang berkaitan dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku. Berikut tabel mengenai prioritas masalah
terhadap permasalahan-permasalahan di bidang kesehatan dan lingkungan Dusun
Kawengen tahun 2018 dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.
Tabel 1 Prioritas Masalah Kesehatan Dusun Kawengen Tahun 2018
Skor
Masalah Skor D
No Kriteria NPD NPT Prioritas
Kesehatan A B C P E A R L
1 PSP BAB dan 6 6 4 1 1 1 1 1 48 48 II
cuci tangan
2 PSP pencegahan 8 6 8 1 1 1 1 1 112 112 I
HIV/AIDS
3 PSP konsumsi 4 4 4 1 1 1 1 1 32 32 IV
buah dan sayur
4 PSP aktivitas 4 5 3 1 1 1 1 1 36 36 III
fisik
Berdasarkan masalah kesehatan yang ada di dusun Kawengen yaitu
pengetahuan, sikap dan perilaku terkait pencegahan HIV/AIDS yang masih
rendah, maka selanjutnya menentukan prioritas penyebab masalah. Berikut ini
adalah prioritas penyebab masalah PSP pencegahan HIV/AIDS yang masih
rendah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.

1. Tidak tersedianya sarana informasi terkait pencegahan HIV/AIDS


2. Pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan HIV/AIDS masih rendah
3. Kurangnya perhatian atau pemantauan orang tua terhadap anak

112
Selain pemetaan prioritas penyebab masalah, untuk memperkuat data

mengenai Triad KRR di dusun Kawengen, berikut adalah hasil analisis kuesioner

pemetaan terkait masalah kesehatan remaja mengenai Triad KRR.

Diagram Batang 1 Hasil Analisis Kuesioner Pemetaan Masalah NAPZA di Dusun

Kawengen

113
Diagram Batang 2 Hasil Analisis Kuesioner Pemetaan Masalah HIV/AIDS di

Dusun Kawengen

114
Diagram Batang 3 Hasil Analisis Kuesioner Pemetaan Masalah Seksualitas di

Dusun Kawengen

115
Pada poin HIV/AIDS, menunjukkan bahwa 4 dari 17 responden menjawab

pernah mengujungi lokalisasi. Pengetahuan penggunaan alat kontrasepsi saat

melakukan hubungan seksual juga masih rendah. Dari 17 responden yang ada,

semua responden tidak mengetahui pentingnya menggunakan alat kontrasepsi saat

berhubungan seksual. Kemudian, pada poin NAPZA, diperoleh hasil bahwa

pengetahuan pemberian sanksi sosial kepada pengguna NAPZA masih rendah.

Dari 17 responden, hanya ada 1 responden yang manjawab bahwa perlu dilakukan

pemberian sanksi sosial pada pengguna NAPZA. Sedangkan pada poin

seksualitas, terdapat beberapa masalah seperti remaja yang masih menonton

video porno (dari 17 responden terdapat 10 responden yang menonton video

116
porno), masturbasi/onani (dari 17 responden terdapat 7 reponden yang pernah

mengalami), dan kurangnya pengetahuan terkait penularan Infeksi Menular

Seksual (IMS) seperti pengetahuan terkait infeksi menular seksual pada WTS, oral

dan anal seks merupakan faktor risiko terjadi infeksi menular seksual (IMS).

Setelah mengetahui prioritas penyebab masalah dan besaran masalah


mengenai Triad KRR pada remaja Dusun Kawengen, maka dilakukan pencarian
alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode Brain Storming atau
diskusi. Hasil diskusi dari permasalahan yang ada adalah sebagai berikut.
Tabel 2 Alternatif Pemecahan Masalah
Permasalahan Pemecahan Masalh

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku 4 Pembentukan forum remaja


Pencegahan HIV/AIDS yang rendah peduli kesehatan reproduksi
(FRPKR)
5 Sosialisasi pencegahan
kekerasan seksual (sentuhan
boleh dan sentuhan tidak boleh)
6 Sosialisasi terkait penyakit
Infeksi Menular Seksual (IMS)
dan pencegahannya
Berdasarkan Tabel 1 terdapat alternatif pemecahan masalah dan kemudian
alternatif pemecah masalah yang diambil adalah Pembentukan Forum Remaja
Peduli Kesehatan Reproduksi.

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner pretest dan posttest terdapat


karakteristik responden berdasarkan umur dan status perkawinan, yaitu responden
dengan usia 10 – 24 tahun dan belum menikah / belum kawin. Hasil pre-test dan
post-test kemudian dilakukan penilaian. Rumus yang di gunakan untuk mengukur
presentase dari jawaban yang di dapat dari kuesioner menurut Arikunto (2013),
yaitu 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = Jumlah nilai yang benar dibagi jumlah soal dikalikan 100%.
Menurut Arikunto (2010) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang

117
menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai
berikut.

1. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 76-100 %.


2. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 60–75 %.
3. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya ≤ 60 %.

Hasil pengisian kuesioner pre-test dan post-test tentang pengetahuan, sikap


dan perilaku mengenai Triad KRR dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat PSP mengenai Triad KRR Dusun Kawengen Tahun
2018
Tingkat PSP Jumlah Persentase (%)
Remaja tentang
Triad KRR

Pretest
Baik 9 39%
Sedang 12 52%
Kurang 2 9%
Posttest
Baik 18 78%
Sedang 5 22%
Kurang 0 0%

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan hasil pre-test dan post-test tentang


pengetahuan, sikap dan perilaku terkait Triad KRR yang diberikan kepada
responden mengalami peningkatan. Hasil pre-test dengan kategori baik sebanyak
9 orang (39%), sedang 12 orang (52%), dan kurang 2 orang (9%). Hasil post-test
dengan kategori baik sebanyak 18 orang (78%), sedang 5 orang (22%), dan untuk
kategori kurang tidak ada.
Tabel 4 Analisis Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

118
Mean Std. IK 95% P
Deviation

Pretest-Posttest -2.652 1.027 (-3.096) – 0,000


(-2.208)
Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku terkait
Triad KRR

*uji t test
Tabel 4 menunjukkan hasil uji hipotesis yang dilakukan menunjukkan
p=0,000 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan
pengetahuan, sikap dan perilaku terkait Triad KRR.

Pembahasan:

Sebelum mengetahui permasalahan yang ada di Dusun Kawengen, terlebih


dahulu dilakukan pengumpulan data. Data yang digunakan yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil analisis pemetaan masalah
kesehatan di Dusun Kawengen tahun 2018. Data sekunder menggunakan Riset
Kesehatan Dasar Desa tahun 2017 di tiga desa yaitu Desa Kawengen, Desa
Kalikayen dan Desa Mluweh serta wawancara mendalam dengan Bidan Desa.

Dari data yang diperoleh, terdapat 4 prioritas masalah kesehatan yang


berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) di Dusun Kawengen
tahun 2018, yaitu PSP pencegahan HIV/AIDS, PSP BAB dan cuci tangan, PSP
aktivitas fisik, dan PSP konsumsi buah dan sayur. Dengan menggunakan metode
Hanlon Kuantitatif, maka prioritas masalah yang diambil adalah PSP pencegahan
HIV/AIDS.

Setelah mengetahui prioritas masalah, kemudian dilakukan pencarian


penyebab masalah dengan menggunakan metode Brain Storming atau diskusi.
Brain Storming atau dikenal sebagai Teknik sumbang saran yaitu mengutamakan
demokratisasi dalam menyampaikan pendapat melalui suatu forum diskusi

119
(Muslim, 2016). Metode ini dilaksanakan melalui Focus Group Discussion yang
dilakukan dalam satu kelompok PKL.

Dari hasil penentuan penyebab masalah dengan metode diskusi, diperoleh


hasil bahwa penyebab masalah rendahnya pengetahuan, sikap dan perilaku terkait
pencegahan HIV /AIDS antara lain tidak tersedianya sarana informasi terkait
pencegahan HIV/AIDS, pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan HIV/AIDS
masih rendah dan kurangnya perhatian atau pemantauan orang tua terhadap anak.
Berdasarkan hasil analisis pemetaan kuesioner mengenai Triad KRR, diketahui
pula mengenai rendahnya pengetahuan pemberian sanksi kepada pengguna
narkoba yang, pengetahuan penggunaan kontrasepsi saat berhubungan seksual dan
pengetahuan infeksi menular seksual. Dari hasil tersebut, dilakukan pencarian
alternatif pemecahan masalah.

Alternatif pemecahan masalah berupa program yang nantinya dapat


meningkatkan pengetahuan PSP pencegahan HIV/AIDS di masyarakat Dusun
Kawengen dan sebagai sarana informasi bagi masyarakat Dusun Kawengen.
Merujuk pada penyebab terjadinya PSP pencegahan HIV/AIDS yang masih
rendah, maka program yang disajikan adalah Pembentukan Forum Remaja Peduli
Kesehatan Reproduksi dengan sasaran remaja Dusun Kawengen.
Sebelum penyampiaian informasi mengenai Triad KRR, dilakukan pretest
untuk mengetahui pengetahuan awal remaja. Pemberian informasi atau
penyuluhan dilakukan dalam tiga pertemuan yang membahas, mengenai
seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA. Selanjutnya, untuk mengetahui keberhasilan
program, maka dilakukan post-test.
Hasil pre-test dan post-test yang digunakan dalam mengukur indikator
keberhasilan dalam program ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang Triad
KRR sebelum dan sesudah penyuluhan mengalami peningkatan yang baik.
Dengan menggunakan uji Wilcoxon berdasarkan hasil pretest dan posttest,
didapatkan hasil bahwa ada hubungan pemberian penyuluhan terkait Triad KRR
dengan peningkatan pengetahuan remaja. Pada program ini, maka metode

120
pemberian penyuluhan merupakan metode yang efektif untuk diterapkan dalam
pemecahan masalah di Dusun Kawengen.
Selain itu peningkatan pengetahuan terkait Triad KRR, program ini juga
bertujuan sebagai pemenuhan sarana informasi terkait triad KRR di Dusun
Kawengen. Pembentukan Forum Remaja Peduli Kesehatan Reproduksi diberi
nama Generasi Muda Kawengen, dengan struktur organisasi sebagai berikut.

Tabel 5 Struktur Organisasi Forum Generasi Muda Kawengen.

No Nama Jabatan RT No. Hp

1 Taufiq Pembina 09 085741455542

2 Ibul Ketua 09 08574089671

3 Agus Wakil Ketua 09 089510785975

4 Noni Sekretaris 09 089502014747

5 Yuni Bendahara 09 085878285860

Selain struktur organisasi diatas, forum remaja ini juga beranggotakan


beberapa remaja di Dusun Kawengen sekitar 15 orang dengan 1 orang pembina
sebagai penanggungjawab dan pemberi arahan.

Penutup:
Upaya pemecahan masalah terkait pengetahuan, sikap dan perilaku
HIV/AIDS yang masih rendah, dibentuklah pembentukan forum remaja peduli
kesehatan reproduksi kepada remaja-remaja di Dusun Kawengen. Hasil yang
diperoleh dari pelaksanaan program dengan metode ceramah menunjukkan hasil
pre-test dengan kategori baik sebanyak 9 orang (39%), sedang 12 orang (52%),
dan kurang 2 orang (9%). Hasil post-test dengan kategori baik sebanyak 18 orang

121
(78%) dan sedang 5 orang (22%). Selanjutnya uji t-test menunjukkan nilai
p=0,000 (p<0,005). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan
sebelum dan sesudah dilakukan program.
Bagi masyarakat, diharapkan program ini dapat dilanjutkan dan tetap aktif
sebagai forum tentang kesehatan reproduksi serta dapat menjadi sarana informasi
bagi generasi remaja berikutnya. Sehingga dapat meningkatnya pengetahuan
tentang Triad KRR di Dusun Kawengen, serta mencegah terjadinya risiko masalah
kesehatan reproduksi di Dusun Kawengen.

Daftar Pustaka:
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Generasi Berencana
(GENRE) Tahun 2015
Depkes, 2015. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. www.depkes.go.id
Lukman Fauzi. 2018. Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) Praktek
Kerja Lapangan Desa Kalikayen, Desa Mluweh dan Desa Kawengen
Tahun 2017.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015

Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2015

Profil Kesehatan Kabupaten Semarang Tahun 2015

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. ISSN 2442-7659.

Sihite, P. dkk. 2017. Pengaruh Edukasi Kesehatan Reproduksi terhadap


Pengetahuan Siswa tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV/AIDS, dan
NAPZA) di SMK Swadaya Kota Semarang Tri Wulan II Tahun 2017.
JKM (E-Journal) Volume 5, Nomor 4 (ISSN: 2356-3346). Semarang.

122
Taukhit. 2014. Pengembangan Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas
Remaja dengan Metode Game Kognitif Proaktif. Jurnal Studi Pemuda
Vol. 3, No. 2.

PENGETAHUAN, SIKAP IBU RUMAH TANGGA MENGENAI


INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)
DI DUSUN KAWENGEN DESA KAWENGEN
KECAMATAN UNGARAN TIMUR TAHUN 2018
Tika Maelani. Lukman Fauzi1, Nanik Prihati2
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

123
Universitas Negeri Semarang
Puskesmas Kalongan, Kabupaten Semarang
Tikamaelani303@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit menular yang


masih menjadi masalah di Indonesia dan di dunia. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun 2017, menunjukkan bahwa
tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) terkait pencegahan HIV/AIDS di
Desa Kawengen masih rendah, yaitu sebesar 30,9%. Hal ini tidak terlepas dari
faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah kurangnya sumber informasi
tentang penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Tujuan dari kegiatan ini yaitu
meningkatkan pengetahuan, sikap mengenai penyakit Infeksi Menular Seksual
(IMS) pada ibu-ibu di Dusun Kawengen.
Metode: Metode dalam pengumpulan data dengan metode survei dan wawancara
mendalam. Penentuan prioritas masalah menggunakan metode hanlon kuantitatif,
penentuan prioritas penyebab dan penentuan prioritas alternatif pemecahan
masalah menggunakan metode brain storming, sementara evaluasi program
menggunakan indikator keberhasilan input, proccess, output,dan outcome.
Selanjutnya untuk mengukur pengetahuan dan sikap menggunakan rancangan
quasi-experimental one group pre test-post test design dengan sampel 21, namun
dikarenakan mengalami bias didapatkan 9 sampel. Instrumen dengan lembar
kuesioner pre test dan post test. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
paired t test dan alternatifnya yaitu uji Wilcoxon.
Hasil: Sosialisasi Infeksi Menular Seksual (IMS) pada ibu-ibu pengajian RT 02 di
Dusun Kawengen, Desa Kawengen dengan hasil pre test dan post tes tentang
pengetahuan tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) diberikan kepada responden
mengalami peningkatan. Hasil Pre test dengan kategori baik sebanyak 6 orang
(66,7%), dan cukup 3 orang (33,3%). Hasil Post test dengan kategori baik
sebanyak 8 orang (88,9%), dan cukup 1 orang (11,1%).
Hasil analisis uji Wilcoxon diketahui nilai signifikansi 0,034 (p<0,05), yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya
perbedaan pengetahuan dan sikap ibu tentang Infeksi Menular Seksual (IMS)
sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.
Pembahasan: Hasil sosialisasi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan
dan sikap ibu tentang Infeksi Menular Seksual (IMS). Harapannya ibu-ibu
pengajian RT 02 mampu menyebarluaskan informasi kepada masyarakat lain
Kata Kunci: Infeksi Menular Seksual (IMS), pengetahuan, sikap

ABSTRACT

Introduction: Sexually transmitted infections (STIs) are contagious diseases that


are still a problem in Indonesia and in the world. Based on data from the Village

124
Basic Health Research (RISKESDASDES) in 2017, shows that the level of
knowledge, attitudes and behavior (PSP) related to HIV / AIDS prevention in
Kawengen Village is still low, at 30.9%. This is inseparable from influencing
factors, one of which is the lack of sources of information about sexually
transmitted infections (STIs). The purpose of this activity is to improve the
knowledge, attitudes about sexually transmitted infections (STIs) in mothers in
Kawengen Hamlet.
Methods: Methods in collecting data by survey methods and in-depth interviews.
Determination of priority problems usingmethod quantitative hanlon, determining
priority causes and prioritizing alternative problem solving usingmethods brain
storming, while program evaluation uses indicators of success of input, proccess,
output,and outcome. Furthermore, to measure knowledge and attitude using a
quasi-experimental design one group pre test-post test design with a sample of 21,
but due to experiencing bias can be obtained 9 samples. Instrument with
questionnaire pre test and post test. The data analysis use paired t test and its
alternative method that is wilcoxon.
Results:
Dissemination of Sexually Transmitted Infections (STIs) in the RT 02 study
mothers in Kawengen Hamlet, Kawengen Village with the results of the pre-test
and post-test about the knowledge of Sexually Transmitted Infections (STIs) given
to respondents experienced an increase. Pre test results in good category were 6
people (66.7%), and enough 3 people (33.3%). Post est results with good category
as many as 8 people (88.9%), and enough 1 person (11.1%).
The results of the Wilcoxon test analysis showed a significance value of 0.034 (p
<0.05), which means that Ho was rejected and Ha was accepted, so that it can be
concluded that there are differences in knowledge and attitudes of mothers about
Sexually Transmitted Infections (STI) before and after being given counseling.
Discussion: The results of socialization indicate an increase in maternal
knowledge and attitudes about sexually transmitted infections (STIs). The hope is
that the mothers of the RT 02 recitation are able to disseminate information to
other people
Keywords: Sexually Transmitted Infections (STIs), knowledge, attitude.

PENDAHULUAN
Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV (Human Immunodeficiency
Virus)-AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit
menular yang masih menjadi masalah di Indonesia dan di dunia. IMS termasuk
HIV/AIDS telah menjadi pandemi dan mengancam penduduk dunia dengan
berbagai dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan. IMS dapat
mengakibatkan masalah yang besar dalam kesehatan masyarakat terutama
konsekuensi terhadap kesehatan seksual dan reproduksi yang lebih berdampak

125
kepada kalangan perempuan, anak-anak dan orang-orang miskin. Faktor yang
dapat mempengaruhi kejadian IMS meliputi semua aspek epidemiologi yaitu
umur, ras, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, status perkawinan, pengetahuan
sikap dan praktik dalam perawatan higiene genetalia.
Saat ini perempuan yang kecil kemungkinan memiliki perilaku berisiko
seperti halnya ibu rumah tangga, telah terinfeksi HIV. Kerentanan perempuan
untuk tertular umumnya karena kurangnya pengetahuan dan informasi mereka
tentang HIV-AIDS ataupun kurangnya akses untuk mendapatkan layanan
pencegahan HIV (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI, 2008).
Ibu mempunyai peran yang sangat besar dalam rumah tangga. Ibu juga
lebih mendominasi dalam hal penularan penyakit dari ibu ke anaknya. Saat ini, di
Indonesia telah terjadi peningkatan jumlah ibu dengan risiko rendah terinfeksi
HIV dari pasangan seksualnya, demikian pula telah lahir bayi-bayi HIV positif.
Hal ini sesuai dengan laporan dari beberapa rumah sakit dan Lembaga Swadaya
Masyarakat yang menunjukkan bahwa kasus penularan HIV dari ibu ke bayi
jumlahnya semakin memprihatinkan. Hampir seluruh bayi HIV positif di
Indonesia tertular dari ibunya. (Kemenkes RI, 2011)
Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai dengan tahun 2017
untuk wilayah Jawa Tengah sebanyak 3.721 kasus (Kementerian Kesehatan 2018).
Secara kumulatif kasus HIV/AIDS pada tahun 1993 sampai dengan September
2015, Jawa Tengah menduduki urutan ke-5 yaitu dengan jumlah kasus HIV
sebanyak 12.267 dan AIDS sebanyak 5.042 kasus. Sedangkan dari Januari sampai
September tahun 2015, Jawa Tengah menduduki urutan ke-3 dengan jumlah kasus
HIV 2.437 dan AIDS sebanyak 963 kasus (Komisi Penanggulangan AIDS
Provinsi Jawa Tengah, 2015).
Data kasus AIDS berdasarkan jenis pekerjaan dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2010 di Kota Semarang yaitu tahun 2008 dan 2009 orang yang
terdampak AIDS adalah berjenis pekerjaan karyawan laki-laki dan berusia
produktif mayoritas. Sedangkan data pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kasus
AIDS tertinggi pada ibu rumah tangga (20%), disusul wiraswasta (18%),

126
karyawan (16%), buruh (15%), Pegawai Negeri Sipil dan pelaut (3%). (Dinas
Kesehatan Kota Semarang, 2010).
Desa Kawengen merupakan desa yang terletak di Kecamatan Ungaran
Timur Kabupaten Semarang. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Desa
(RISKESDASDES) tahun 2017, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap
dan perilaku (PSP) terkait pencegahan HIV/AIDS di Desa Kawengen masih
rendah, yaitu sebesar 30,9%. Hal ini yang melatarbelakangi penulis melakukan
sosialisasi Infeksi Menular Seksual (IMS) sebagai upaya peningkatan
pengetahuan dan sikap Ibu. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk upaya
meningkatan pengetahuan dan sikap Ibu tentang Infeksi Menular Sekusal (IMS)
melalui sosialisasi kepada ibu-ibu pengajian RT 02.
METODE
Teknik pengumpulan data analisis situasi dengan menggunakan metode
observasi. Metode yang digunakan dalam penentuan prioritas masalah yaitu
metode hanlon kuantitatif, metode penentuan prioritas penyebab masalah dan
penentuan alternatif pemecahan masalah menggunakan metode brain storming.
Sementara evaluasi program menggunakan indikator keberhasilan program
meliputi input, process, output, dan outcome. Sampel pada penelitian ini sebanyak
21 sampel, dikarenakan mengalami bias didapatkan 9 sampel dengan rentang
umur 21 tahun sampai tertua umur 62 tahun. Subyek diberi kuesioner pre test
dilanjutkan dengan penyuluhan, dan diberi kuesioner post test setelah diberi
penyuluhan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan paired t test dan
alternatifnya yaitu uji Wilcoxon. Observasi dan intervensi dilakukan pada hari
kamis tanggal 16 Oktober 2018 dan hari kamis 25 Oktober 2018.
HASIL
Berikut tabel 1 mengenai hasil pengisian kuesioner pre test dan post test
tentang pengetahuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Dusun Kawengen RT 02
Tahun 2018

127
Tingkat Jumlah Persentase (%)
Pengetahuan Ibu

Pre test
Baik 6 66,7
Cukup 3 33,3
Post test
Baik 8 88,9
Cukup 1 11,1

*Berdasarkan skor pengetahuan Arikunto (1998) :


 Baik 76-100 %
 Cukup 60-75 %
 Kurang < 60 %
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan hasil pre test dan post tes tentang
pengetahuan tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) diberikan kepada responden
mengalami peningkatan. Hasil Pre test dengan kategori baik sebanyak 6 orang
(66,7%), dan cukup 3 orang (33,3%). Ini disebabkan karena pemahaman ibu
rumah tangga di Dusun Kawengen RT 02 mengenai IMS Masih rendah sehingga
tanggapan yang diberikan juga masih kurang. Hasil Post est dengan kategori baik
sebanyak 8 orang (88,9%), dan cukup 1 orang (11,1%). Berdasarkan pengumpulan
data, umur responden terentang dari umur 21 tahun sampai tertua umur 62 tahun

128
Gambar 1. Distribusi Tingkat Pengetahuan ibu-ibu pengajian RT 02
Data yang telah disajikan dalam diagram batang diatas menunjukan bahwa
pengetahuan responden mengalami peningkatan pada kategori baik antara
sebelum (pre test) dan sesudah (post test) diberikan sosialisasi tentang penyakit
Infeksi Menular Seksual (IMS). Hal tersebut menunjukan informasi yang
diberikan dapat dipahami oleh ibu-ibu pengajian dengan baik, sehingga ada
perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah sosialisasi.

Tabel 2. Analisis Bivariat Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan

Test Statisticsb
Pre test sebelum diberi penyuluhan
Post test sesudah diberi penyuluhan
Z -2.121a
Asymp. Sig. (2-
.034
tailed)
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

129
Tabel 2 Menunjukkan hasil uji hipotesis yang dilakukan menunjukkan
hasil uji Wilcoxon diketahui nilai signifikansi 0,034 (p<0,05), yang berarti Ho
ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan
pengetahuan dan sikap ibu tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) sebelum dan
sesudah diberi penyuluhan.
PEMBAHASAN
Sebelum mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di Dusun
Kawengen, Desa Kawengen khususnya RT 02 terlebih dahulu melaksanakan
pengumpulan data. Pegumpulan data yang dilakukan melalui metode observasi
dan wawancara dengan Kepala Dusun, dan Bidan Desa. Pemecahan masalah yang
dilakukan pada saat melakukan PKL dilakukan dengan metode hanlon kuantitatif.
Metode Hanlon Kuantitatif digunakan untuk membandingkan berbagai masalah
yang berbeda-beda dengan cara relative dan bukan absolute, framework, seadil
mungkin, dan objektif sehingga diharapkan dapat diperoleh prioritas masalah
berdasarkan penilaian yang sesuai dengan kondisi di lapangan.
Mengetahui prioritas masalah kesehatan yaitu pengetahuan, sikap dan
perilaku dilakukan pencarian penyebab masalah dilakukan dengan Metode Brain
Storming. Brain Storming atau dikenal sebagai Teknik sumbang saran yaitu
mengutamakan demokratisasi dalam menyampaikan pendapat melalui suatu
forum diskusi (Muslim, 2016). Metode ini dilaksanakan melalui Focus Group
Discussion (FGD) yang dilakukan dalam satu kelompok PKL.
Hasil dari Focus Group Discussion didapatkan kesepakatan bahwa
penyebab rendahnya pengetahuan, dan sikap tentang Infeksi Menular Seksual
(IMS) yaitu kurangnya pemberian informasi. Hasil tersebut dilakukan pencarian
alternatif pemecahan masalah dengan metode Brain Storming. Alternatif
pemecahan masalah ini berupa program yang nantinya dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat untuk melakukan pencegahan. Maka program yang
berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku yaitu sosialisasi yang dilakukan
pada ibu-ibu pengajian RT 02 di Dusun Kawengen.

130
Kegiatan sosialisasi Infeksi Menular Seksual (IMS) sebagai upaya
peningkatan pengetahuan dan sikap ibu terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS).
Sosialisasi dapat disebut juga Penyuluhan Kesehatan. Penyuluhan kesehatan
merupakan suatu kegiatan yang mempunyai masukan (input) dan proses dan
keluaran (output). Kegiatan penyuluhan guna mencapai tujuan yaitu perubahan
perilaku masyarakat agar selalu hidup sesuai dengan norma-norma kesehatan
dapat dilakukan melalui strategi pemberian informasi atau ceramah dan diskusi
serta partisipasi. Kesemua hal diatas merupakan dasar dari konsep penyuluhan
tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) pada masyarakat yang akan dikemukakan
(Notoatmodjo, 2012).
KONSEP PROGRAM
Konsep sosialisasi tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) yaitu terlebih
dahulu mendiagnosa pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) di Desa Kawengen.
Diagnosa berdasarkan hasil Riskesdades 2017 menunjukkan 30,9%. Sosialisasi
diberikan pada ibu-ibu yang ada di Dusun Kawengen RT 02. Sosialisasi dilakukan
pada ibu-ibu pengajian RT 02 sebagai tindakan preventif. Tujuan Sosialisasi yaitu
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Infeksi Menular Seksual (IMS)
dan menimbulkan perilaku masyarakat tentang cara pencegahan Infeksi Menular
Seksual (IMS).
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu ceramah untuk memberi
informasi tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) dilanjutkan diskusi tanya jawab
mengenai materi yang disampaikan. Sebelum melakukan ceramah, terlebih dahulu
dilakukan pengisian kuesioner pre test tentang Infeksi Menular Seksual (IMS)
Selanjutnya dilakukan pemberian media poster berisi tentang pengertian Infeksi
Menular Seksual (IMS), bahaya IMS, jenis-jenis IMS, dan pencegahan. Setelah
kegiatan penyuluhan selesai, dilakukan pengisian post test untuk mengukur
pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan materi penyuluhan.
Evaluasi kegiatan meliputi beberapa hal, yaitu indikator input, proses,
output, dan outcome. Indikator input berupa kehadiran peserta sosialisasi,
kesiapan media edukasi, dan kehadiran peserta anggota tim PKL. Indikator Proses
berupa pengetahuan dan sikap ibu tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) yang

131
dapat diketahui melalui pengisian pre test dan post test. Indikator output berupa
meningkatnya pengetahuan dan sikap yang dapat dilihat dari hasil pre test dan
post test.
PENUTUP
a. Simpulan
Berdasarkan intervensi yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa:
Pengetahuan ibu rumah tangga mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)
di Dusun Kawengen, Desa Kawengen RT 02 cukup baik dengan hasil peningkatan
sebesar 66,7%. Hasil analisis uji Wilcoxon diketahui nilai signifikansi 0,034
(p<0,05), yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa adanya perbedaan pengetahuan dan sikap ibu tentang Infeksi Menular
Seksual (IMS) sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.
b. Saran
Berdasarkan intervensi yang sudah dilaksanakan dapat diberikan saran sebagai
berikut:
1. Ibu rumah tangga untuk membiasakan menjaga kebersihan genetalia
2. Diperlukan adanya pemberian informasi kepada masyarakat dengan
jangkauan yang lebih luas tidak hanya di RT 02, melalui media internet.
3. Pemberian informasi yang rutin pada pertemuan rutin ibu-ibu PKK atau
membentuk kelompok khusus.
4. Bagi Dinas Kesehatan dan stakeholder agar meningkatkan pemberian
informasi Infeksi Menular Seksual (IMS) terutama mengenai perilaku
berisiko Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada masyarakat umum

132
133
DAFTAR PUSTAKA

Abhinaja, W. G.I, Astuti S. A. P. (2013). Pengetahuan, Sikap Ibu Rumah Tangga


Mengenai Infeksi Menular Seksual Termasuk HIV/AIDS Serta Perilaku
Pencegahannya Di Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota
Denpasar Tahun 2013. Community Health, 1(3): 218-228.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Azinar, M., Kiswanti, A. (2017). Sms Reminder Untuk Peningkatan Perilaku
Pencegahan HIV/AIDS dan IMS. Jurnal of Health Education, 2(1).
Kumalasari, Anies, Setyawan, Widjanarko, Sofro. (2017). Higiene Genetalia
Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Infeksi Menular Seksual Pada Ibu
Rumah Tangga ( Studi Kasus Puskesmas Bandarharjo Semarang). Jurnal
Ilmiah PANMED, 12(1).
KPA Kota Semarang. (2015). Komisi Penanggulan AIDS Kota Semarang.
Depkes RI. (2006). Pedoman Dasar Infeksi Menular Seksual dan Reproduksi
Lainnya pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Dinas Kesehatan Kota Semarang.(2010). Profil Kesehatan Kota Semarang 2010.
Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Kementerian Kesehatan Indonesia. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Indonesia. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2017.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Lukman Fauzi. 2018. Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) Praktek
Kerja Lapangan Desa Kalikayen, Desa Mluweh dan Desa Kawengen
Tahun 2017.

Muslim, A. (2016). Pengambilan Keputusan Partisipatif Kepala Sekolah di MTS


NW Nurul Ihsan Tilawah. Jurnal Paedagogy, 3(2), 79–83.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

134
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael. (2014). Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Edisi kelima. Jakarta: CV. Sagung Seto.

135
MEDIA CETAK SEBAGAI UPAYA PROGRAM PUSAT INFORMASI DAN
KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Muhamad Alvian, Lukman Fauzi1, Nanik Prihati2


Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Puskesmas Kalongan, Kabupaten Semarang
*email: malvian19@yahoo.com

Abstrak

Pendahuluan: Remaja merupakan generasi yang akan menjadi penerus bangsa


dan sangat rentan untuk mengalami permasalahan mengenai seksualitas, IMS, dan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) yang kemudian dikenal
dengan TRIAD KRR. PIK-KRR merupakan suatu wadah yang dikelola dari, oleh
dan untuk remaja dalam memperoleh informasi dan pelayanan konseling tentang
kesehatan reproduksi. Terdapat tiga tahapan dalam PIK-KRR yaitu Tumbuh-
Tegak-Tegar. Salah satu kriteria yang harus ada di setiap tahapan adalah
menggunakan media cetak. Tujuan dari penggunaan media cetak pada PIK-KRR
adalah untuk mempermudah penyampaian materi dan memperlancar komunikasi
dengan sasaran.
Metode: Teknik pengumpulan data analisis situasi dengan observasi dan
menggunakan data survey RISKESDASDES tim PKL IKM UNNES tahun 2018.
Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah dan prioritas
penyebab masalah adalah Metode Hanlon Kuantitatif, penyusunan prioritas
alternatif pemecahan masalah menggunakan metode Brain-Storming, sementara
evaluasi program intervensi menggunakan metode wawancara dengan pengurus
dan anggota Generasi Muda Kawengen.
Hasil: Pelaksanaan program media cetak berdasarkan wawancara dengan
pengurus dan anggota forum Generasi Muda Kawengen mengenai evaluasi media
cetak poster, dan booklet; adanya visualisasi gambar memudahkan forum
memahami materi. Sementara evaluasinya adalah Materi yang disajikan sudah
cukup jelas dan mudah dipahami, hanya saja gambar yang digunakan dinilai
menjijikkan karena menampilkan foto penyakit IMS; materi dapat lebih
dikembangkan lagi untuk program kedepannya; belum dibuat mading/sarana
untuk menempel pamflet/brosur agar informasi melalui media cetak bisa
disebarluaskan kepada masyarakat; media yang dibuat perlu dikembangkan lagi
hingga juga mencakup media elektronik.

136
Pembahasan: forum sudah bisa memahami materi yang disampaikan melalui
media cetak. Pengembangan dan pengelolaan PIK-KRR di dusun Kawengen
diharapkan dapat terus aktif mulai dari tahapan Tumbuh hingga mencapai tahapan
Tegar dan bisa menjadi percontohan.
Kata kunci: TRIAD KRR, PIK-KRR, media.

137
Abstract

Muhamad Alvian, Lukman Fauzi1, Nanik Prihati2


Public Health Department, Universitas Negeri Semarang
Kalongan Primary Health, Semarang Regency
*email: malvian19@yahoo.com

Introduction: teenager is a generation that will become successor of the nation


and very susceptive to face up with problems such as sexuality, Sexually
Transmitted Disease (STD), and drugs then known as TRIAD KRR. PIK-KRR is
a container that managed from, by, and for teenager in gaining information and
counseling about reproduction health. There is three phases in PIK-KRR that is
Tumbuh-Tegak-Tegar. One of the criteria that has to be exist in every phase is
using print media. The purpose of using print media is to make it easier in
delivery of material and smoothen communication with target.
Methods: technique that used in data collection of situation analysis is by
observation and using survey data of RISKESDASDES team PKL IKM UNNES
2018. Methods that used to determine problem priority and priority problem cause
is Quantitative Hanlon method, making of problem solver priority alternative
using Brain-Storming method, meanwhile program evaluation using interview
method with caretaker and member of Generasi Muda Kawengen forum.
Results: implementation of print media program based on interview with
caretaker and member of Generasi Muda Kawengen forum about evaluation of
print media poster and booklet; presence of visualization pictures make it easier
for forum to understand the material. Meanwhile the evauation is picture that used
is look revolting because show off the pictures of STD; material can be developed
for next program; there is no wall magazine/medium to glue pamphlet so the
information through print media can be shared to people; media is made need to
be developed and covers electronical media.
Discussion: forum already able to understand the content of material that delivers
through print media. Developing and managemet of PIK-KRR in Dusun
Kawengen expected to be keep active from phase Tumbuh until reached phase
Tegar and can be used as a good example.
Keywords: TRIAD KRR, PIK-KRR, print media, teenager.

138
Pendahuluan

Indonesia sebagai Negara berkembang masih memiliki berbagai macam


permasalahan salah satunya di bidang kesehatan. Masalah kesehatan di Indonesia
masih meninggalkan banyak pekerjaan rumah baik bagi tenaga/institusi kesehatan
maupun pemerintah selaku pemangku kebijakan. Salah satu masalah kesehatan
yang masih menjadi concern di Indonesia adalah mengenai HIV/AIDS (Human
Immunodeficieny Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome). HIV/AIDS
merupakan salah satu jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) karena virus dan
jumlah pengidapnya di Indonesia terus bertambah tiap tahunnya. Keadaan ini
menjadi tantangan berat untuk mencapai tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs) tahun 2030 (Kompas, 2017).

Berdasarkan data Laporan Perkembangan HIV/AIDS Direktorat Jendral


(Ditjen) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) RI, pada tahun 2010-2014 penderita HIV karena aktivitas
heteroseksual menduduki jumlah tertinggi. Dalam data P2PL sepanjang 2016
hingga trimester kedua 2017 jumlah pengidap laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan yaitu hampir 65 persen dari jumlah kasus keseluruhan. Hingga Juni
2017 Kemenkes RI mencatat jumlah pengidap HIV terbanyak adalah provinsi
DKI Jakarta dengan 48502 orang, diikuti Jawa Timur dengan 35168 orang, Papua
27052 orang, Jawa Barat 26066 orang, Jawa Tengah 19272 orang, serta Bali
15873 orang.

Pengidap HIV di wilayah Jawa Tengah tergolong masih tinggi. daerah


Kabupaten Semarang juga tidak luput dari pengidap HIV termasuk di Desa
Kawengen Kecamatan Ungaran Timur. Berdasarkan data yang diperoleh dari
wawancara dengan bidan desa pernah ditemukan kasus 1 warga Desa Kawengen
yang terinfeksi HIV, namun telah meninggal pada tahun 2017. Selain itu
persentase RT berdasarkan pengetahuan tentang HIV/AIDS di Desa Kawengen
menunjukkan angka 8,62% untuk penularan dan 3,09% untuk pencegahan
sehingga dinilai masih kurang (RISKESDASDES, 2018).

139
Penularan HIV terjadi melalui aktivitas seksual berisiko, baik aktivitas
heteroseksual maupun homoseksual. Untuk menanggulangi hal tersebut
pemerintah menargetkan 3 Zero, yakni bebas infeksi HIV baru, bebas diskriminasi
dan stigma pada pengidap HIV, serta bebas kasus kematian karena AIDS. dalam
upaya tercapainya 3 Zero, pemerintah melakukan berbagai upaya
penanggulangan, salah satunya dengan sasaran remaja. Remaja merupakan
generasi yang akan menjadi penerus bangsa dan sangat rentan untuk mengalami
permasalahan mengenai seksualitas, IMS, dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika,
dan Zat Adiktif) yang kemudian dikenal dengan TRIAD KRR. Penanganan
terhadap TRIAD KRR dapat dilakukan dengan panduan Pusat Informasi dan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) yang dikeluarkan oleh
Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN.
PIK-KRR merupakan suatu wadah yang dikelola dari, oleh dan untuk
remaja dalam memperoleh informasi dan pelayanan konseling tentang kesehatan
reproduksi. Tujuan dari panduan PIK-KRR adalah untuk meningkatkan akses dan
kualitas pengembangan dan pengelolaan PIK-KRR dengan memberikan informasi
Kesehatan Reproduksi Remaja, memberikan pendidikan ketrampilan/kecakapan
hidup (life skill) untuk remaja, serta pelayanan konseling dan rujukan KRR.
Terdapat 3 tahapan dalam PIK-KRR yaitu Tumbuh-Tegak-Tegar, dengan tiap
tahapan memiliki beberapa kriteria yang berkembang dan berkelanjutan. Luaran
akhir dari PIK-KRR Tegar Remaja dalam rangka tercapainya Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera. Salah satu kriteria yang harus ada di setiap tahapan adalah
menggunakan media cetak.

Menurut KBBI, media cetak adalah sarana media massa yang dicetak dan
diterbitkan secara berkala. Dalam pelaksanaan PIK-KRR, media cetak yang
digunakan merupakan media promosi kesehatan seperti poster, booklet, dan lain-
lain. Tujuan media promosi kesehatan antara lain (Notoatmodjo, 2005):

1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi


2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi
3. Media dapat memperjelas informasi
4. Media dapat mempermudah pengertian

140
5. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik
6. Media dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata
7. Media dapat memperlancar komunikasi
Belum terlaksananya PIK-KRR dan tidak adanya media cetak promosi
KRR menjadi permasalahan yang melatarbelakangi penulis membuat media
promosi KRR berupa media cetak sebagai upaya pengembangan dan pengelolaan
PIK-KRR di Dusun Kawengen.

Metode

Teknik pengumpulan data analisis situasi dengan observasi dan


menggunakan data survey RISKESDASDES tim PKL IKM UNNES tahun 2018.
Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung kondisi masyarakat
terutama kalangan remaja di dusun Kawengen serta dengan mewawancarai tokoh
masyarakat seperti Kepala Dusun, Ketua Karang Taruna, Bidan Desa, dan data
dari Balai Desa Kawengen.

Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah dan prioritas


penyebab masalah adalah Metode Hanlon Kuantitatif, penyusunan prioritas
alternatif pemecahan masalah menggunakan metode Brain-Storming, sementara
evaluasi program intervensi menggunakan metode wawancara dengan pengurus
dan anggota Generasi Muda Kawengen.

Hasil

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan,masalah yang


ditemukan di Dusun Kawengen adalah kurangnya pengetahuan, sikap dan
perilaku tentang pencegahan HIV/AIDS, BAB dan cuci tangan, konsumsi buah
dan sayur, aktivitas fisik.

Masalah pertama yaitu kurangnya pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP)


terhadap pencegahan HIV/AIDS. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Desa
(RISKESDASDES) tahun 2018, PSP terhadap pencegahan HIV/AIDS di Desa
Kawengen masih rendah yaitu sebesar 30,9%, sedangkan di dusun Kawengen

141
sendiri masih terdapat beberapa kenakalan remaja, seperti perilaku menyimpang
pada pasangan remaja.

Masalah yang kedua yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) terhadap
BAB dan cuci tangan sudah cukup baik. Namun, masih diperlukan peningkatan
PSP terhadap kebiasaan mencuci tangan, karena berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar Desa (Riskesdasdes) tahun 2017 masih rendah yaitu sebesar
4,93%.

Masalah ketiga yaitu kurangnya pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP)


terhadap konsumsi buah dan sayur. Untuk konsumsi sayur di Desa Kawengen
sudah baik yaitu 91,17%, namun untuk konsumsi buah masih rendah yaitu sebesar
43,79% (Riskesdasdes, 2018). Masalah yang keempat yaitu pengetahuan, sikap
dan perilaku (PSP) terhadap aktivitas fisik, dimana presentase aktivitas fisik di
Desa Kawengen masih rendah dibandingkan Desa Kalikayen dan Desa Mluweh
yaitu sebesar 46,29%.

Prioritas utama adalah alternatif yang mempunyai nilai total terbanyak.


Banyaknya masalah kesehatan belum tentu semua masalah sama pentingnya. Oleh
karena itu perlu dilakukan proses penentuan urutan prioritas terhadap masalah-
masalah kesehatan. Metode yang digunakan untuk menetukan prioritas masalah di
Dusun Kawengen, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten
Semarang tahun 2018 yaitu menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.
Penentuan prioritas masalah terhadap permasalahan-permasalahan di
bidang kesehatan dan lingkungan Dusun Kawengen, Desa Kawengen Kecamatan
Ungaran Timur dengan Metode Hanlon Kuantitatif sebagai berikut:

Tabel 1. Penentuan Prioritas Masalah


Skor
Masalah Skor D
No Kriteria NPD NPT Prioritas
Kesehatan
A B C P E A R L

1 PSP BAB dan 6 6 4 1 1 1 1 1 48 48 II

142
cuci tangan

2 PSP pencegahan 8 6 8 1 1 1 1 1 112 112 I


HIV/AIDS
3 PSP konsumsi 4 4 4 1 1 1 1 1 32 32 IV
buah dan sayur
4 PSP aktivitas 4 5 3 1 1 1 1 1 36 36 III
fisik

Tabel 1 menunjukkan bahwa prioritas masalah kesehatan masyarakat yang


utama di Dusun Kawengen, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur,
Kabupaten Semarang terletak pada masalah PSP (Pengetahuan Sikap Perilaku)
pencegahan HIV/AIDS dengan hasil NPD dan NPT 112, dimana sebagian
warganya memiliki PSP pencegahan HIV/AIDS yang masih rendah. Prioritas
masalah kedua terletak pada PSP BAB dan cuci tangan dengan hasil NPD dan
NPT 48, masalah ketiga terletak pada PSP aktivitas fisik dengan hasil NPD dan
NPT 36. Kemudian masalah terbesar keempat terletak pada PSP konsumsi buah
dan sayur dengan hasil NPD dan NPT 32.

Dari beberapa prioritas masalah diatas, penulis menemukan prioritas


masalah kesehatan di dusun Kawengen yaitu Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
(PSP) pencegahan HIV/AIDS. Beberapa penyebab masalah kesehatan tersebut
adalah:
4. Tidak tersedianya sarana dan informasi terkait pencegahan
HIV/AIDS.
5. Pengetahuan masayarakat terkait pencegahan HIV/AIDS yang
masih rendah.
6. Kurangnya pantauan orang tua terhadap anak.

Penyusunan prioritas penyebab masalah di Dusun Kawengen, Desa


Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang 2018 didasarkan
pada hasil Hanlon Kuantitatif yaitu sebagai berikut:

Tabel 2. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah

143
Skor
Masalah Skor D
No Kriteria NPD NPT Prioritas
Kesehatan
A B C P E A R L

1 Pengeatahuan 4 4 4 1 1 1 1 1 32 32 II
masyarakat
terhadap
pencegahan
HIV/AIDS
masih rendah
2 Kurangnya 6 4 4 1 1 1 1 1 40 40 III
perhatian atau
pemantauan
orang tua
terhadap anak
3 Tidak 6 8 1 1 1 1 1 1 96 96 I
tersedianya
sarana informasi
terkait
pencegahan
HIV/AIDS

Dari keempat masalah kesehatan, diambil satu prioritas penyebab masalah


yang akan diselesaikan melalui program intervensi. Prioritas tersebut mengacu
pada masalah kesehatan terbesar di Dusun Kawengen yaitu Tidak tersedianya
sarana informasi terkait pencegahan HIV/AIDS dengan NPD dan NPT 96.

Berdasarkan prioritas penyebab masalah yang telah ditetapkan, berikut


adalah alternatif pemecahan masalah yang dilakukan di Dusun Kawengen:

4. Pembentukan forum remaja peduli kesehatan reproduksi (FRPKR)


dengan nama Generasi Muda Kawengen sebagai kader TRIAD
KRR.

144
5. Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual (sentuhan boleh dan
sentuhan tidak boleh) pada instansi pendidikan di Dusun
Kawengen (RA Al-Muttaqin dan TK ABA At-Tarbiyah).
6. Sosialisasi penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada Jamaah
Pengajian Ibu-Ibu Dusun Kawengen.
Penyusunan prioritas didasarkan atas Musyawarah Masyarakat Dusun dan
disetujui oleh anggota Karang Taruna Dusun Kawegen pada waktu yang
bersamaan. Selain itu, penyusunan prioritas masalah kesehatan juga telah disetujui
pada saat Musyawarah Masyarakat Desa. Metode yang dilakukan dengan metode
diskusi atau Brainstorming Technique. Pemimpin diskusi pada Musyawarah
Masyarakat Desa yaitu Bapak Kepala Desa dan dihadiri tokoh masyarakat Desa
Kawengen. Sedangkan untuk Musyawarah Masyarakat Dusun dipimpin oleh
Ketua Karang Taruna Dusun Kawengen serta dihadiri oleh anggota Karang Taruna
dan remaja Dusun Kawengen. Berikut adalah program intervensi pemecahan
masalah yang dilakukan:
7 Pembentukan forum remaja peduli kesehatan reproduksi (FRPKR)
dengan nama Generasi Muda Kawengen sebagai upaya
peningkatan dan penyediaan sarana informasi terkait Pengetahuan ,
Sikap dan Perilaku (PSP) terhadap pencegahan HIV/AIDS.
8 Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual (sentuhan boleh dan
sentuhan tidak boleh) pada instansi pendidikan di Dusun
Kawengen (RA Al-Muttaqin dan TK ABA At-Tarbiyah) sebagai
upaya pencegahan dini terhadap pelecehan seksual dan perilaku
seksual menyimpang.
9 Sosialisasi penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada Jamaah
Pengajian Ibu-Ibu Dusun Kawengen sebagai upaya peningkatan
pengetahuan terhadap peyakit menular seksual, dan peningkatan
Pengetahauan, Sikap dan Perilaku peran orang tua terhadap
pelecehan seksual pada anak.

Dari ketiga program intervensi tersebut, forum Generasi Muda Kawengen


menjadi focus utama intervensi sesuai dengan panduan pengembangan dan
pengelolaan PIK-KRR dari BKKBN untuk mengatasi TRIAD KRR. Dalam

145
pelaksanaannya, intervensi tidak terlepas dari media promosi KRR terutama
media cetak. Media cetak dipilih sebagai sarana penyampaian dan penyebarluasan
materi KRR karena merupakan tahap awal dalam penyampaian materi KRR
sebagaimana tercantum dalam panduan pengembangan dan pengelolaan PIK-
KRR tahapan Tumbuh. Media cetak yang digunakan untuk intervensi forum
Generasi Muda Kawengen berupa poster, brosur, dan output akhir booklet tentang
TRIAD KRR.

Evaluasi adalah suatu proses pemeriksaan pencapaian dari satu program.


Evaluasi program merupakan suatu cara mengumpulkan, menafsirkan serta
melakukan analisis data secara sistematis dengan tujuan untuk menempatkan nilai
dari suatu program atau sebuah kebijakan sosial, kegiatan ini bertujuan untuk
pengambilan keputusan suatu program atau kebijakan (Lala, 2015).

Evaluasi media cetak PIK-KRR ini menggunakan metode wawancara,


dengan informannya adalah pengurus dan anggota forum Generasi Muda
Kawengen. Menurut pengurus forum Generasi Muda Kawengen materi yang
disajikan sudah cukup jelas dan mudah dipahami, hanya saja gambar yang
digunakan dinilai menjijikkan karena menampilkan foto penyakit IMS.

“…materinya sudah bagus sih mas, tulisannya juga to the point dan
gambarnya pas sama materinya, tapi yo rodo marakke pengen muntah…
(R1-T)”

Meski demikian gambar asli (foto) tetap digunakan dalam media poster
dan booklet karena penggunaan gambar yang merupakan gambar asli menarik
perhatian pembaca, membantu mempermudah dan mengingat pesan yang
disampaikan (Amalia, 2013).

Pengurus forum Generasi Muda Kawengen juga berpendapat materi dapat


lebih dikembangkan lagi untuk program kedepannya karena tahun kemarin sudah
pernah mendapat materi seperti ini dengan forum berbeda dan tanpa panduan PIK-
KRR.

146
“…tahun depan materinya kalo bisa ganti, soalnya tahun kemarin udah
ada kayak gini, materinya bahas yang jadi polemik di masyarakat juga
misale soal Luwak White Coffee…(R2-I)”

Pendapat tersebut juga dimaksudkan agar grup dan forum tidak sepi
setelah PKL dan bisa membahas materi mengenai kesehatan lain tidak hanya
kesehatan reproduksi remaja serta mahasiswa PKL diharapkan bisamembantu
klarifikasi hoax yang beredar di masyarakat terutama yang berhubungan dengan
kesehatan.

Setelah pembuatan dan penyebarluasan media cetak promosi KRR, Tim

PKL menyadari masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Oleh karena

itu penulis menilai terdapat beberapa evaluasi yang tidak disampaikan oleh

pengurus forum Generasi Muda Kawengen:

1) Belum dibuat mading/sarana untuk menempel pamflet/brosur agar

informasi melalui media cetak bisa disebarluaskan kepada masyarakat.


2) Media yang dibuat perlu dikembangkan lagi hingga juga mencakup

media elektronik.

Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan,masalah yang


ditemukan di Dusun Kawengen adalah kurangnya pengetahuan, sikap dan
perilaku tentang pencegahan HIV/AIDS, BAB dan cuci tangan, konsumsi buah
dan sayur, aktivitas fisik.

Penentuan prioritas masalah terhadap permasalahan-permasalahan di


bidang kesehatan dan lingkungan Dusun Kawengen, Desa Kawengen Kecamatan
Ungaran Timur dengan Metode Hanlon Kuantitatif. Prioritas masalah kesehatan
masyarakat yang utama di Dusun Kawengen, Desa Kawengen, Kecamatan
Ungaran Timur, Kabupaten Semarang terletak pada masalah PSP (Pengetahuan

147
Sikap Perilaku) pencegahan HIV/AIDS dengan hasil NPD dan NPT 112, dimana
sebagian warganya memiliki PSP pencegahan HIV/AIDS yang masih rendah.

Penyusunan prioritas penyebab masalah di Dusun Kawengen, Desa


Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang 2018 didasarkan
pada hasil Hanlon Kuantitatif. Dari beberapa masalah kesehatan, diambil satu
prioritas penyebab masalah yang akan diselesaikan melalui program intervensi.
Prioritas tersebut mengacu pada masalah kesehatan terbesar di Dusun Kawengen
yaitu Tidak tersedianya sarana informasi terkait pencegahan HIV/AIDS dengan
hasil NPD dan NPT 96.

Berdasarkan prioritas penyebab masalah yang telah ditetapkan, berikut


adalah alternatif pemecahan masalah yang dilakukan di Dusun Kawengen:

1. Pembentukan forum remaja peduli kesehatan reproduksi (FRPKR)


dengan nama Generasi Muda Kawengen sebagai kader TRIAD
KRR.
2. Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual (sentuhan boleh dan
sentuhan tidak boleh) pada instansi pendidikan di Dusun
Kawengen (RA Al-Muttaqin dan TK ABA At-Tarbiyah).
3. Sosialisasi penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada Jamaah
Pengajian Ibu-Ibu Dusun Kawengen.
Penyusunan prioritas didasarkan atas Musyawarah Masyarakat Dusun
ydan disetujui oleh anggota Karang Taruna Dusun Kawegen pada waktu yang
bersamaan. Penyusunan prioritas masalah kesehatan juga telah disetujui pada saat
Musyawarah Masyarakat Desa. Metode yang dilakukan dengan metode diskusi
atau Brainstorming Technique. Pemimpin diskusi pada Musyawarah Masyarakat
Desa yaitu Bapak Kepala Desa dan dihadiri tokoh masyarakat Desa Kawengen.
Sedangkan untuk Musyawarah Masyarakat Dusun dipimpin oleh Ketua Karang
Taruna Dusun Kawengen serta dihadiri oleh anggota Karang Taruna dan remaja
Dusun Kawengen. Berikut adalah program intervensi pemecahan masalah yang
dilakukan:
1. Pembentukan forum remaja peduli kesehatan reproduksi (FRPKR)
dengan nama Generasi Muda Kawengen.

148
2. Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual (sentuhan boleh dan
sentuhan tidak boleh) pada instansi pendidikan di Dusun
Kawengen (RA Al-Muttaqin dan TK ABA At-Tarbiyah).
3. Sosialisasi penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada Jamaah
Pengajian Ibu-Ibu Dusun Kawengen.

Dari ketiga program intervensi tersebut, forum Generasi Muda Kawengen


menjadi focus utama intervensi sesuai dengan panduan pengembangan dan
pengelolaan PIK-KRR dari BKKBN untuk mengatasi TRIAD KRR. Dalam
pelaksanaannya, intervensi tidak terlepas dari media promosi KRR terutama
media cetak. Media cetak dipilih sebagai sarana penyampaian dan penyebarluasan
materi KRR karena merupakan tahap awal dalam penyampaian materi KRR
sebagaimana tercantum dalam panduan pengembangan dan pengelolaan PIK-
KRR tahapan Tumbuh. Media cetak yang digunakan untuk intervensi forum
Generasi Muda Kawengen berupa poster, brosur, dan output akhir booklet tentang
TRIAD KRR.

Konsep pembuatan media cetak KRR menggunakan materi dari kegiatan


intervensi forum Generasi Muda Kawengen. Materi yang disampaikan merupakan
materi dasar sebagai pengenalan karena program PIK-KRR Generasi Muda
Kawengen baru dilaksanakan pada intervensi ini dengan substansi materi berisi
hak-hak reproduksi, Infeksi Menular Seksual, dan NAPZA. Cetakan poster,
brosur, dan booklet kepada pengurus dan anggota forum Generasi Muda
Kawengen, tujuannya agar dapat disebarluaskan kepada masyarakat terutama
remaja serta sebagai pedoman dalam menghadapi permasalahan TRIAD KRR.

Evaluasi media cetak PIK-KRR ini menggunakan metode wawancara,


hasilnya:

1. Materi yang disajikan sudah cukup jelas dan mudah dipahami, hanya saja
gambar yang digunakan dinilai menjijikkan karena menampilkan foto
penyakit IMS. Meski demikian gambar asli (foto) tetap digunakan dalam
media poster dan booklet karena penggunaan gambar asli menarik

149
perhatian pembaca, membantu mempermudah dan mengingat pesan yang
disampaikan.
2. materi dapat lebih dikembangkan lagi untuk program kedepannya.
3. Belum dibuat mading/sarana untuk menempel pamflet/brosur agar

informasi melalui media cetak bisa disebarluaskan kepada masyarakat.


4. Media yang dibuat perlu dikembangkan lagi hingga juga mencakup media

elektronik.

Penutup

Media cetak merupakan salah satu jenis media promosi kesehatan yang
perlu digunakan pada tahap awal pengembangan dan pengelolaan PIK-KRR.
Menggunakan media cetak juga termasuk salah satu kriteria dalam panduan PIK-
KRR. Media cetak yang digunakan dalam intervensi forum Generasi Muda
Kawengen berupa brosur, poster, dan booklet. Hasil Pelaksanaan program media
cetak adalah Berdasarkan wawancara dengan pengurus dan anggota forum
Generasi Muda Kawengen mengenai evaluasi media cetak pamphlet/brosur,
poster, dan booklet, forum sudah bisa memahami materi yang disampaikan;
adanya visualisasi gambar memudahkan forum memahami materi. Sementara
evaluasinya adalah Materi yang disajikan sudah cukup jelas dan mudah dipahami,
hanya saja gambar yang digunakan dinilai menjijikkan karena menampilkan foto
penyakit IMS; materi dapat lebih dikembangkan lagi untuk program kedepannya;
belum dibuat mading/sarana untuk menempel pamflet/brosur agar informasi
melalui media cetak bisa disebarluaskan kepada masyarakat; media yang dibuat
perlu dikembangkan lagi hingga juga mencakup media elektronik.

Bagi remaja dan masyarakat Dusun Kawengen diharapkan bisa memahami


dan menyebarluaskan materi yang didapat di dalam forum Generasi Muda
Kawengen. Pengembangan dan pengelolaan PIK-KRR di dusun Kawengen juga
diharapkan dapat terus aktif mulai dari tahapan Tumbuh hingga mencapai tahapan
Tegar dan bisa menjadi percontohan. Pendampingan remaja dusun Kawengen oleh
mahasiswa juga diharapkan dapat berlanjut tidak hanya saat PKL tetapi juga saat
perkuliahan sebagai tugas kuliah di lapangan mengingat Desa Kawengen

150
termasuk Dusun Kawengen juga merupakan Laboratorium lapangan jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.

Daftar Pustaka

Amalia, Icca Stella. (2013). Evaluasi Media Poster Hipertensi pada Pengunjung
Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka. Jurnal Kesehatan Masyarakat
UNNES.

Ditjen P2PL. (2017). Laporan Perkembangan HIV/AIDS Direktorat Jendral


(Ditjen) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Retrieved
October 26, 2018, from siha.depkes.go.id.

Kompas. (2017, November 28). Pengidap HIV Terus Menigkat, Akankah SDGs
Tercapai. Retrieved October 26, 2018, from
https://amp.kompas.com/sains/read/2017/11/28/184300223/pengidap-hiv-
terus-meningkat-akankah-sdgs-tercapai-.

Lala, Handy. (2015). Evaluasi Program Kesehatan Reproduksi Remaja “DAKU!”


(Dunia Remajaku Seru) di SMU. Jurnal Pendidikan Sains Vol.3 No.2, Juni
2015, Hal 90-97

Lukman Fauzi. 2018. Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) Praktek


Kerja Lapangan Desa Kalikayen, Desa Mluweh dan Desa Kawengen
Tahun 2017.

151
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Lampiran 7 Policy Brief

152
153
154
Lampiran 8 Poster Presentation

155
Lampiran 9 Berita Acara Penyerahan Laporan PKL

156
157
158
Lampiran 10 Jobdesk

Muhamad Alya Noviya Dwi Tri Putri Nur Tika


Agustini Maelani
Alvian Rahayu Milati
- Ketua - Bendahara - Humas - Sekretaris - Humas
- Musyawarah - Edit PPT - Pembuatan - Pembuatan - Penyusunan

Desa “Seksualitas, kuesioner kuesioner laporan Bab


- Media - pemetaan - Penyusunan
NAPZA, dan I-III
“Booklet” TRIAD laporan Bab I- - Sie
- Sie HIV/AIDS
- Penyusunan KRR III konsumsi
perlengkapan - Penyusunan - Sie konsumsi - Dokumen
- Pembuatan laporan Bab - Pembuatan tasi
laporan - Penyusunan
kuesioner I-III media poster
- Pembuatan Bab I-III materi
- Sie (seksualitas
kuesioner
- Sie konsumsi konsumsi , NAPZA,

dan IMS)

159

Anda mungkin juga menyukai