Disusun oleh:
1. Alya Agustini 6411415028 Desa
Kawengen
2. Tika Maelani 6411415050 Desa
Kawengen
3. Noviya Dwi Rahayu 6411415068 Desa
Kawengen
4. Muhamad Alvian 6411415107 Desa Kawengen
5. Tri Putri Nur Milati 6411415117 Desa Kawengen
i
ii
ABSTRAK
Pendahuluan : Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terstruktur yang telah dilakukan
di Dusun Kawengen, diperoleh beberapa permasalahan yang berhubungan dengan
pengetahuan, sikap, dan perilaku diantaranya yaitu : rendahnya pengetahuan tenrkait tiga
resiko yang akan dihadapi oleh remaja (Seksualitas, NAPZA dan HIV/AIDS). Berbasis Pusat
Informasi Konseling Remaja (PIK-KRR) merupakan alternatif pemecahan masalah tersebut.
Hasil : Pelaksanaan seluruh program kerja yang telah dilaksanakan idiawali oleh koordinasi
dan perijinan, pelaksanaan kemudian evaluasi. Bentuk evaluasi pelaksanaan program kerja di
Dusun Kawengen dilakukan dengan cara membandingkan hasil pre-post tes dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan masing-masing program yang dibandingkan dengan indikator
keberhasilan. Terbentuknya forum remaja berbasis Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-
KRR) dipilih dari karang taruna Dusun Kawengen. Siswa-siswi dapat memahami materi
dasar pencegahan kekerasan seksual (sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh), ibu-ibu
pengajian dapat memahami materi tentang Infeksi Menular Seksual (IMS), dan media produk
pemecahan masalah terkait TRIAD KRR (Seksualitas, NAPZA, dan HIV/AIDS) dapat
diterima oleh sasaran.
Kata kunci : Pengetahuan Sikap dan Perilaku, TRIAD KRR, Forum Remaja.
iii
ABSTRACT
Introduction: Based on the results of observations and structured interviews that have been
carried out in Kawengen Hamlet, several problems were found relating to knowledge,
attitudes, and behaviors including: low knowledge of the three risks faced by adolescents
(Sexuality, Drug and HIV / AIDS) . Based on the Youth Counseling Information Center (PIK-
KRR) is an alternative solution to the problem.
Method: Identify the cause of the problem using interview and observation methods.
Prioritization of problems and causes of problems using the Quantitative Hnalon method then
to choose alternative solutions to the problem using the Brain Storming method. Primary and
secondary data collection is done through questionnaires and secondary data from the
kelurahan and village midwives.
Results: The implementation of all work programs that have been carried out by the
coordination and licensing, implementation and evaluation. The form of evaluation of the
implementation of work programs in Kawengen Hamlet was done by comparing the results
of pre-post tests and evaluating the implementation of the activities of each program
compared to indicators of success. The establishment of a youth forum based on the Youth
Counseling Information Center (PIK-KRR) was selected from the youth group of Kawengen
Hamlet. Students can understand the basic material for prevention of sexual violence (touch
may and touch should not be), study mothers can understand the material about Sexually
Transmitted Infections (STIs), and media products for solving TRIAD KRR related problems
(Sexuality, Drug and HIV / AIDS) can be accepted by the target.
Discussion: By implementing an intervention program, the solution that can be done to deal
with problems of knowledge, attitudes and behavior related to the three risks that will be
faced by adolescents is the formation of a youth forum based on the Youth Counseling
Information Center (PIK-KRR). Determining the level of knowledge of RA and TK students
is completed gradually with the provision of material then the practice of singing together.
Determination of the level of knowledge of mothers of recitation with the provision of
material with poster media.
iv
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan
Yth:
1. Bapak Lukman Fauzi, S.KM., M.P.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik mata
2. Ibu Nanik Prihati, Amd. Keb. selaku Dosen Pembimbing Lapangan mata kuliah
4. Ibu Yuni Indriani., Spd.Aud selaku Kepala Sekolah dan seluruh staff RA Al-
Muttaqin yang sudah memberikan izin kepada kami untuk melaksanakan program
intervensi.
5. Ibu Umiarti., Spd selaku Kepala Sekolah dan seluruh staff TK ABA Tarbiyah I
intervensi.
v
6. Karang Taruna Dusun Kawengen yang sudah berpartisipasi dalam rangkaian
program intervensi
8. Bapak dan Ibu penulis yang selalu memberikan dukungan serta doa kepada
penulis
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian laporan Praktik Kerja Lapangan
Diharapkan laporan ini dapat memberikan saran atas masalah yang ditemukan
Kawengen. Laporan ini penulis akui masih banyak kekurangan, oleh karena itu
Penulis
vi
DAFTAR ISI
PENGESAHAN......................................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
ABSTRACT..........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.2.1 Rumusan Masalah Umum.............................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................3
1.4 Manfaat.............................................................................................................4
1.4.1 Bagi Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.................................4
vii
2.5 Penyusunan Prioritas Penyebab Masalah Kesehatan.....................................11
2.6 Identifikasi Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan..................................11
2.7 Penyusunan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan..................12
2.8 Pelaksanaan Intervensi Sebagai Upaya Pemecahan Masalah Kesehatan.......13
2.9 Evaluasi Intervensi.........................................................................................14
BAB III.................................................................................................................15
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................15
3.1 Analisis Situasi...............................................................................................15
3.1.1 Peta Kecamatan Ungaran Timur..................................................................16
viii
DAFTAR TABEL
Kesehatan......................................................................................... 26
Kesehatan Reproduksi...................................................................... 37
Tabel 3.8 Planning of Action (POA) Sosialisasi Infeksi Menular Seksual (IMS)
Tabel 3.9 Planning of Action (POA) Pembuatan Media Untuk Edukasi Mengenai
TRIAD KRR..................................................................................... 46
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2 Instrumen....................................................................................... 59
xi
BAB I
PENDAHULUAN
harus diperoleh oleh sarjana kesehatan masyarakat adalah menemukan solusi dari
mengadakan program Praktik Kerja Lapangan (PKL). PKL Jurusan IKM FIK
UNNES tahun 2018 bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Ungaran Timur
Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur. Desa ini cukup jauh untuk dijangkau
dusun ini, penulis melakukan observasi dan wawancara selama satu minggu
sebelum melakukan kegiatan ini. Dari jumlah 450 kepala keluarga di Dusun
ii
tersebut, didapatkan bahwa terdapat beberapa masalah kesehatan. Berdasarkan
data dari Riset Kesehatan Dasar Desa (Riskesdades) 2018 Desa Kalikayen, Desa
Kalikayen sebesar 29,8%, Desa Mluweh sebesar 39,1%, dan Desa Kawengen
Kawengen?
1.2.2.6 Bagaimana identifikasi alternatif pemecahan masalah kesehatan di Dusun
Kawengen?
1.2.2.7 Bagaimana penyusunan prioritas alternatif pemecahan masalah kesehatan
di Dusun Kawengen?
1.2.2.8 Bagaimana pelaksanaan intervensi sebagai upaya pemecahan masalah
2
1.2.2.9 Bagaimana evaluasi intervensi?
1.3 Tujuan
berikut:
Kawengen.
1.3.4 Untuk mengetahui identifikasi penyebab masalah kesehatan di Dusun
Kawengen.
1.3.5 Untuk mengetahui penyusunan prioritas penyebab masalah kesehatan di
Dusun Kawengen
1.3.6 Untuk mengetahui identifikasi alternatif pemecahan masalah kesehatan di
Dusun Kawengen.
1.3.7 Untuk mengetahui penyusunan prioritas alternatif pemecahan masalah
1.4 Manfaat
3
pengabdian kepada masyarakat, serta menerapkan pengetahuan yang
1.4.2.1 Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat menjadi salah satu audit
Semarang
tepat.
1.4.4.2 Sebagai pengetahuan mengenai masalah kesehatan yang menjadi prioritas
masyarakat.
4
1.5.2 Ruang Lingkup Waktu
sebagai dasar penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini yaitu Hak-
5
BAB II
METODE PELAKSANAAN
Analisis situasi diperoleh dari data primer dan data sekunder untuk
yang ada di Dusun Kawengen, Desa Kawengen. Data primer didapatkan dari
sekunder diperoleh dari Balai Desa Kawengen dan Bidan Desa Kawengen.
Data yang diperoleh dari Balai Desa Kawengen berupa data geografis,
pencaharian. Sedangkan data yang diperoleh dari Bidan Desa Kawengen berupa
data pernikahan dini dan penderita HIV/AIDS. Data primer dan sekunder tersebut
menentukan bentuk intervensi yang akan dilakukan pada kegiatan Praktik Kerja
6
2.3 Penyusunan Prioritas Masalah Kesehatan
Kawengen, Desa Kawengen. Selain itu karena adanya hubungan suatu masalah
dengan masalah yang lainnya maka tidak perlu semua masalah kesehatan harus
masing:
Seperti halnya metoda yang lain, metoda Hanlon dalam proses awainya
7
tersebut dimasukkan kedalam formula dan hasil yang didapat makin tinggi
berikut:
Besarnya Masalah
Skor
(Jumlah Populasi yg Terkena)
≥ 25 % 10
10 -24,9 % 8
1 – 9,9 % 6
0,1 – 0,9 % 4
< 0,1 % 2
Seriousness)
Dalam hal ini tingginya angka morbiditas dan mortalitas,
tinggi.
c) Ekonomi (cost) : Besarnya dampak ekonomi kepada masyarakat.
8
Urgent 8 Severe 8 Costly 8
Some urgent 6 Moderate 6 Moderate cost 6
Little urgent 4 Minimal 4 Minimal cast 4
Not urgent 2 None 2 No cost 2
(Causability).
Dalam hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara perkiraan hasil
9
b. E = Economics feasibility (kemungkinan ekonomi), yaitu kelayakan dari
ekonomi?
dan instansi terkait apakah dapat diterima oleh masyarakat atau target
populasi?
masalah tersebut?
Prioritas Dasar) dan NPT (Nilai Prioritas Total) dengan rumus sebagai berikut:
NPD = (A+B)C
NPT= (A+B)C)D
10
tahap sebelumnya yang ada di Dusun Kawengen Desa Kawengen, sehingga
masyarakat dapat menemukan penyebab masalah dari prioritas masalah yang ada.
masalah kesehatan melalui penyebab masalah yang memiliki arti penting dalam
1. Biaya
2. Manfaat
3. Efektifitas
4. Efisiensi
5. Dukungan Internal
6. Dukungan Eksternal
7. Waktu
11
menambah pengetahuan, mencegah bahkan mengurangi masalah kesehatan
2. Penetapan sasaran
4. Waktu kegiatan
5. Jadwal kegiatan
6. Organisasi di masyarakat
7. Tenaga pelaksana
12
2.8 Pelaksanaan Intervensi Sebagai Upaya Pemecahan Masalah
Kesehatan
Rencana
No Bentuk Kegiatan Penanggung
Waktu Tempat Sasaran
Jawab
1. Pemetaan Hari Senin, Rumah Remaja Noviya Dwi
masalah Tanggal 16 Bapak karang Rahayu
kesehatan terkait Oktober Taufiq, taruna
TRIAD KRR 2018 ketua Dusun
(Seksualitas, karang Kawengen
NAPZA, dan taruna
HIV/AIDS) Dusun
Kawengen
2. Sosialisasi - Hari RA AL- Siswa- Alya
pencegahan Kamis, MUTAQ siswi RA Agustini
kekerasan seksual Tanggal QIN dan dan TK
(sentuhan boleh 18 TK ABA
dan sentuhan Oktober ATARBIY
tidak boleh) 2018 AH I
- Hari
Jumat
Tanggal
19
Oktober
2018
- Hari
Senin,
Tanggal
22
Oktober
2018
3. Sosialisasi Infeksi Hari Kamis, Rumah Ibu-ibu Tika Maelani
Menular Seksual 18 dan 25 warga pengajian
(IMS) pada ibu- Oktober RT 02 RW
ibu pengajian RT 2018 04
02 RW 04
4. Pembentukan Hari Selasa, Rumah Remaja Tri Putri Nur
Forum Remaja Tanggal 16 Bapak karang Milati
13
Peduli Kesehatan Oktober Taufiq, taruna
Reproduksi 2018 ketua Dusun
karang Kawengen
taruna
Dusun
Kawengen
5. Pembuatan media Kondisional Posko Siswa RA Muhamad
atau produk PKL IKM dan TK, Alvian
pemecahan UNNES ibu-ibu
masalah terkait pengajian,
TRIAD KRR remaja
(Seksualitas, karang
NAPZA, dan taruna
HIV/AIDS)
Bentuk evaluasi pelaksanaan program menggunakan metode pre- post test dan
14
BAB III
Kawengen dapat dilihat berdasarkan data sekunder dari data monografi Desa
15
3.1.1 Peta Kecamatan Ungaran Timur
16
3.1.3 Keadaan Demografis
17
perilaku tentang pencegahan HIV/AIDS, BAB dan cuci tangan, konsumsi buah
Masalah yang kedua yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) terhadap
BAB dan cuci tangan sudah cukup baik. Namun, masih diperlukan peningkatan
Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun 2017 masih rendah yaitu sebesar
4,93%.
terhadap konsumsi buah dan sayur. Untuk konsumsi sayur di Desa Kawengen
sudah baik yaitu 91,17%, namun untuk konsumsi buah masih rendah yaitu sebesar
43,79% (Fauzi, 2018). Masalah yang keempat yaitu pengetahuan, sikap dan
perilaku (PSP) terhadap aktivitas fisik, dimana presentase aktivitas fisik di Desa
Kawengen masih rendah dibandingkan Desa Kalikayen dan Desa Mluweh yaitu
sebesar 46,29%.
18
3.3 Penyusunan Prioritas Masalah Kesehatan
Banyaknya masalah kesehatan belum tentu semua masalah sama pentingnya. Oleh
karena itu perlu dilakukan proses penentuan urutan prioritas terhadap masalah-
Skor
Masalah Skor D
No Kriteria NPD NPT Prioritas
Kesehatan
A B C P E A R L
1 PSP BAB 6 6 4 1 1 1 1 1 48 48 II
dan cuci
tangan
2 PSP 8 6 8 1 1 1 1 1 112 112 I
pencegahan
HIV/AIDS
3 PSP 4 4 4 1 1 1 1 1 32 32 IV
konsumsi
buah dan
sayur
4 PSP aktivitas 4 5 3 1 1 1 1 1 36 36 III
fisik
19
pencegahan HIV/AIDS dimana sebagian warganya memiliki PSP pencegahan
HIV/AIDS yang masih rendah. Prioritas masalah kedua terletak pada PSP BAB
dan cuci tangan, masalah ketiga terletak pada PSP konsumsi buah dan sayur.
tim PKL IKM UNNES Dusun Kawengen beserta beberapa pihak, seperti ketua
adalah:
1. Tidak tersedianya sarana dan informasi terkait pencegahan HIV/AIDS.
2. Pengetahuan masayarakat terkait pencegahan HIV/AIDS yang masih rendah.
3. Kurangnya pantauan orang tua terhadap anak.
Skor
Masalah Skor D
No Kriteria NPD NPT Prioritas
Kesehatan
A B C P E A R L
1 Pengeatahuan 4 4 4 1 1 1 1 1 32 32 II
masyarakat
terhadap
20
pencegahan
HIV/AIDS
masih rendah
2 Kurangnya 6 4 4 1 1 1 1 1 40 40 III
perhatian atau
pemantauan
orang tua
terhadap anak
3 Tidak 6 8 1 1 1 1 1 1 96 96 I
tersedianya
sarana
informasi
terkait
pencegahan
HIV/AIDS
prioritas penyebab masalah kesehatan diatas diperoleh dari diskusi tim PKL IKM
UNNES Dusun Kawengen beserta beberapa pihak, seperti ketua karang taruna
ABA At-Tarbiyah).
21
3. Sosialisasi penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada Jamaah Pengajian
yang dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2018 dan disetujui oleh anggota Karang
Taruna Dusun Kawegen pada waktu yang bersamaan. Selain itu, penyusunan
Masyarakat Desa pada tanggal 17 Oktober 2018. Metode yang dilakukan dengan
Musyawarah Masyarakat Desa yaitu Bapak Kepala Desa dan dihadiri tokoh
dipimpin oleh Ketua Karang Taruna Dusun Kawengen (Bapak Taufiq) serta
dihadiri oleh anggota Karang Taruna dan remaja Dusun Kawengen. Berikut
pencegahan HIV/AIDS.
2 Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual (sentuhan boleh dan sentuhan tidak
22
peyakit menular seksual, dan peningkatan Pengetahauan, Sikap dan Perilaku
Kesehatan
Rencana
Bentuk
No Kegiatan Penanggung
Waktu Tempat Sasaran
Jawab
1. Pemetaan Hari Senin, Rumah Remaja Noviya Dwi
prioritas Tanggal 16 Bapak karang Rahayu
masalah Oktober Taufiq, taruna
kesehatan 2018 ketua Dusun
terkait karang Kawengen
TRIAD KRR taruna
(Seksualitas, Dusun
NAPZA, dan Kawengen
HIV/AIDS)
2. Sosialisasi - Hari Kamis, RA AL- Siswa-siswi Alya
pencegahan Tanggal 18 MUTAQQI RA dan TK Agustini
kekerasan Oktober N dan TK
seksual 2018 ABA
(sentuhan - Hari Jumat ATARBIYA
boleh dan Tanggal 19 HI
sentuhan Oktober
tidak boleh). 2018
- Hari Senin,
Tanggal 22
Oktober
2018
3. Sosialisasi Hari Kamis, Rumah Ibu-ibu Tika Maelani
Infeksi 18 dan 25 warga pengajian
Menular Oktober RT 02 RW
Seksual 2018 04
(IMS) pada
ibu-ibu
pengajian RT
02 RW 04
4. Pembentukan Hari Selasa, Rumah Remaja Tri Putri Nur
Forum Tanggal 16 Bapak karang Milati
23
Remaja Oktober Taufiq, taruna
Peduli 2018 ketua Dusun
Kesehatan karang Kawengen
Reproduksi taruna
Dusun
Kawengen
5. Pembuatan Kondisional Posko PKL Siswa RA Muhamad
media untuk IKM dan TK, Alvian
edukasi UNNES ibu-ibu
mengenai pengajian,
TRIAD KRR
(Seksualitas,
NAPZA, dan
HIV/AIDS)
masa depan mereka. Melihat jumlahnya yang sangat besar,maka remaja sebagai
generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara
jasmani, rohani, mental dan spiritual. Namun, masa pencarian jati diri pada remaja
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Oleh karena itu, untuk mengetahui
masalah kesehatan agar mudah untuk dianalisis. Pemetaan menggunakan dua data
24
yaitu data sekunder dan primer. Data sekunder didapatkan melalui data Riset
sangatlah penting. Seperti yang sudah dibahas diatas bahwa berdasarkan Riset
Skor
Masalah Skor D
No Kriteria NPD NPT Prioritas
Kesehatan
A B C P E A R L
1 PSP BAB dan 6 6 4 1 1 1 1 1 48 48 II
cuci tangan
25
2 PSP 8 6 8 1 1 1 1 1 112 112 I
pencegahan
HIV/AIDS
3 PSP konsumsi 4 4 4 1 1 1 1 1 32 32 IV
buah dan
sayur
4 PSP aktivitas 4 5 3 1 1 1 1 1 36 36 III
fisik
Dari hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa prioritas
memperkuat data yang ada maka didukung dengan data hasil analisis dari
kuesioner yang meliputi tiga resiko yang dihadapi remaja atau TRIAD KRR.
TRIAD KRR meliputi tiga bahasan utama yaitu permasalahan terkait NAPZA,
seksualitas, HIV/AIDS.
sebagai berikut :
26
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa remaja dusun Kawengen
sosial pada pengguna narkoba hanya sebanyak 1 orang saja, itu artinya yang
sebesar 5.8%
27
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa pemuda di dusun
berhubungan seksual tidak penting, itu artinya pengetahuan sikap dan perilaku
berhubungan seksual masih rendah. Dimana dari perolehan hasil analisis tersebut
Pada poin ketiga yaitu poin seksualitas, terdapat hasil analisis data sebagai
berikut:
28
Dari data diatas dapat diketahui bahwa permasalahan terkait seksualitas
yang ada pada remaja dusun Kawengen adalah masih banyak remaja yang
video pornografi, itu artinya terdapat 58% remaja masih menonton video
pornografi.
masih rendahnya pengetahuan remaja terkait oral seks dan anal seks yang dapat
beresiko pada penularan penyakit IMS. Dimana dari data dapat diketahui bahwa
dari 17 responden hanya 3 responden yang mengetahui bahwa oral dan anal seks
29
3.8.1.2 Planning of Action (POA) Pemetaan Masalah Pengetahuan, Sikap dan
Tempat Indikator
Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksanaan
Pelaksanaan Keberhasilan
Pemetaan Untuk menge Remaja Rumah - Diketahuinya Selasa, 16
Masalah tahui besaran Dusun Bapak Taufiq besaran Oktober 2018
Kesehata masalah Kaweng (Ketua masalah
n pada kesehatan en Karang kesehatan
Remaja terkait Taruna ramaja terkait
terkait pengetahuan, Dusun PSP
Pengetah sikap dan Kawengen) HIV/AIDS
uan , perilaku dan Triad
Sikap terhadap KRR.
dan pencegahan - Diperoleh
Perilaku HIV/AIDS prioritas
terhadap dan Triad masalah
Pence KRR pada kesehatan
gahan remaja yang berkaitan
HIV/AID Dusun dengan
S dan Kawengen pencegahan
Triad Dapat HIV/AIDS
KRR di mengetahui dan Triad
Dusun prioritas KRR di Dusun
Kawenge masalah Kawengen
n kesehatan - Terbentuknya
yang alternative
berkaitan pemecahan
dengan masalah dalam
pencegahan bentuk
HIV/AIDS intervensi
dan Triad sesuai dengan
KRR di penyebab
Dusun masalah.
Kawengen
30
Seksi Dokumentasi : Alya Agustin
Seksi Perlengkapan : Muhamad Alvian
orang. Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi (Depkes, 2015). Penyakit yang
termasuk HIV/AIDS.
Dalam uraian tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih rinci
komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan. Secara lebih luas,
b. Keluarga Berencana
31
h. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks,
Selain itu, berdasarkan hasil analisis kuesioner terkait masalah kesehatan remaja
penggunaan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seksual masih rendah. Dari
responden yang manjawab bahwa pendidikan bahaya narkoba itu penting, itu
menular seksual pada WTS, oral dan anal seks merupakan faktor risiko terjadi
32
peningkatan pengetahuan remaja terhadap pencegahan tiga risiko yang dihadapi
remaja (TRIAD KRR). Pelaksanaan kegiatan ini diikuti oleh remaja dusun
Kawengen dan anggota Karang Taruna yang kemudian tergabung dalam forum
remaja peduli kesehatan dengan nama Generasi Muda Kawengen. Tahap awal
pengetahuan awal terkait tiga risiko kesehatan yang dihadapi remaja. Kemudian
pengetahuan, sikap dan perilaku terkait tiga risiko masalah kesehatan remaja
(Seksualitas, HIV/AIDS, dan NAPZA) dan dapat menjadi sarana informasi bagi
remaja lainnya.
Kesehatan Reproduksi
Tempat Indikator
Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksanaan
Pelaksanaan Keberhasilan
Pembentuk Untuk Remaja Rumah - Terbentuknya Selasa, 16
an Forum meningk Dusun Bapak Taufik forum remaja Oktober 2018
Remaja atkan Kawengen peduli Jumat, 19
Peduli pengeta kesehatan Oktober 2018
Kesehatan huan reproduksi Selasa, 23
Reproduksi remaja dengan nama Oktober 2018
terkait Generasi Muda Jumat, 26
pencega Kawengen Oktober 2018
han tiga - Meningkatnya
risiko pengetahuan
yang remaja terkait
dihadapi Triad KRR
remaja
yaitu
33
Seksuali
tas,
HIV/AI
DS dan
NAPZA
(Triad
KRR).
tidak boleh).
3.8.3.1 Latar Belakang Program
masa ini, anak-anak mengalami periode perkembangan baik secara fisik maupun
psikis. Di masa ini juga, anak mampu menangkap dengan baik informasi-
masa remajanya nanti yang meliputi seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA (Triad
KRR), maka anak alangkah lebih baiknya diberikan pengetahuan dan pemahaman
terkait bahaya perilaku menyimpang tersebut sedini mungkin. Selain itu, agar
34
anak terhindar dari kejahatan seksual yang sekarang marak terjadi, maka perlu
sedini mungkin mengajarkan anak untuk “AKU MANDIRI”, yang artinya Aku
dimana anak mampu mengenali bagian intim masing-masing, selain itu juga berisi
tentang bagaimana anak mampu membedakan bagian tubuh yang boleh disentuh
dan tidak boleh disentuh oleh orang lain. Program tersebut dilaksanakan di
rentang usia anak-anak, karena apa yang akan terjadi di masa yang akan datang
Untuk mencegah tiga risiko yang akan dihadapi pada usia remaja nantinya,
terkait bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh orang lain.
cerita atau dongeng, pemberian media, dan penayangan video. Program ini
Tempat Indikator
Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksanaan
Pelaksanaan Keberhasilan
Sosialisasi Untuk Anak- RA Al- - Anak-anak Kamis, 18
pencegahan meningka anak RA Muttaqin dan mengetahui Oktober
35
kekerasan tkan Al- TK At- anggota tubuh 2018
seksual pengetah Muttaqi Tarbiyah yang boleh Jumat, 19
(sentuhan uan anak n dan disentuh dan Oktober
boleh dan terkait TK At- tidak boleh 2018
sentuhan bahaya Tarbiya disentuh Senin, 22
tidak perilaku h - Anak-anak Oktober
boleh) menyimp mengetahui 2018
ang bagaimana
Untuk sikap dan
meningka perilaku untuk
tkan mencegah
pengetah kejahatan
uan anak seksual
terkait
pencegah
an
kejahatan
seksual
02 RW 04
3.8.4.1 Latar Belakang Program
Peran orang tua sangat penting dalam kehidupan anak. Peran orang tua
dimulai dari sejak anak lahir hingga anak tersebut beranjak dewasa. Orang tua
memiliki pengaruh penting bagi anak, sehingga orang tua perlu memberikan
pendidikan yang penting bagi anak-anaknya. Pendidikan sejak dini tersebut dapat
36
Pengetahuan, sikap dan perilaku yang diajarkan orang tua kelak akan
sikap dan perilaku orang tua yang kurang baik atau cenderung tidak memberikan
menular seksual (PMS) atau Infeksi Menular Seksual (IMS) dapat menular
melalui darah, sperma, vagina, dan lainnya. Sikap dan perilaku yang menyimpang
biasanya sangat rentan terhadap rasa ingin tahu terkait seksualitas. Sehingga,
Pada usia ini, biasanya rasa penasaran dan proses pencarian jati diri tidak stabil.
penularan penyakit ini. Pada masa ini pula, perang orang tua sangatlah penting
tahun 2017, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP)
37
antara lain sebagai petani, buruh pabrik, wirausaha, dan merantau ke kota-kota
besar di Indonesia, seperti Surabaya dan Jakarta. Kesibukan orang tua dalam
tersebut, maka perlu dilakukan edukasi terkait infeksi menular seksual kepada
dipilih sebagai sasaran karena orang yang banyak berperan kepada anak di rumah
di Dusun Kawengen adalah ibu, sedangkan peran ayah sebagai tulang punggung
sebelum dan sesudah pemberian program, dilakukan pre-test dan post-test yang
ceramah. Materi yang disampaikan menggunakan media power point dan poster.
Tabel 3.8 Planning of Action (POA) Sosialisasi Infeksi Menular Seksual (IMS)
Tempat Indikator
Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksanaan
Pelaksanaan Keberhasilan
38
Sosialisasi Untuk Ibu-ibu Rumah warga Orang tua Kamis, 18
Infeksi meningk pengajian mengetahui Oktober
Menular atkan RT 02 tentang infeksi 2018
Seksual pengetah RW 04 menular Kamis, 25
(IMS) uan seksual dan Oktober
orang pencegahannya 2018
tua
terkait
infeksi
menular
seksual
dan
pencega
hannya
39
mengenai HIV/AIDS (Human Immunodeficieny Virus/Acquired
Menular Seksual (IMS) karena virus dan jumlah pengidapnya di Indonesia terus
bertambah tiap tahunnya. Keadaan ini menjadi tantangan berat untuk mencapai
sepanjang 2016 hingga trimester kedua 2017 jumlah pengidap laki-laki lebih
terbanyak adalah provinsi DKI Jakarta dengan 48502 orang, diikuti Jawa Timur
dengan 35168 orang, Papua 27052 orang, Jawa Barat 26066 orang, Jawa Tengah
Kabupaten Semarang juga tidak luput dari pengidap HIV termasuk di Desa
wawancara dengan bidan desa pernah ditemukan kasus 1 warga Desa Kawengen
yang terinfeksi HIV, namun telah meninggal pada tahun 2017. Selain itu
40
Penularan HIV terjadi melalui aktivitas seksual berisiko, baik aktivitas
menargetkan 3 Zero, yakni bebas infeksi HIV baru, bebas diskriminasi dan stigma pada
pengidap HIV, serta bebas kasus kematian karena AIDS. dalam upaya tercapainya 3
sasaran remaja. Remaja merupakan generasi yang akan menjadi penerus bangsa dan
sangat rentan untuk mengalami permasalahan mengenai seksualitas, IMS, dan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) yang kemudian dikenal dengan TRIAD KRR.
Penanganan terhadap TRIAD KRR dapat dilakukan dengan panduan Pusat Informasi
PIK-KRR merupakan suatu wadah yang dikelola dari, oleh dan untuk
reproduksi. Tujuan dari panduan PIK-KRR adalah untuk meningkatkan akses dan
Tegar, dengan tiap tahapan memiliki beberapa kriteria yang berkembang dan
tercapainya Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Salah satu kriteria yang harus ada
41
Tabel 3.9 Planning of Action (POA) Pembuatan media untuk edukasi mengenai
Tempat Indikator
Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksanaan
Pelaksanaan Keberhasilan
Pembuatan Untuk Remaja kondisional Media cetak kondisional
dan memper Dusun mudah
penyebarlu mudah Kaweng dipahami oleh
asan media penyam en sasaran
cetak paian
mengenai informa
TRIAD si dan
KRR memper
lancar
komuni
kasi
dalam
penyam
paian
materi
masalah
TRIAD
KRR
Seksi Konsumsi :-
Berikut ini merupakan hasil dan evaluasi program kerja yang telah
dilaksanakan:
3.9.1 Pemetaan TRIAD KRR
3.9.1.1 Hasil Pelaksanaan
42
a. Mengetahui gambaran Pengetahuan, Sikap, Perilaku HIV/AIDS
b. Mengetahui jumlah k3asus perilaku seksualitas pada remaja
c. Mengukur pengetahuan remaja mengenai TRIAD KRR (Seksualitas,
ditetapkan
3. Tempat dan perlengkapan acara telah dipersiapkan
4. Kuesioner yang akan digunakan dalam kegiatan pemetaan telah
tidak boleh disentuh dapat dilihat dengan hasil pre test dan post test diketahui
61,5%.
43
c. Berdasarkan wawancara dengan guru RA dan TK mengenai evaluasi
pelaksanaannya. Oleh karena itu penulis menilai perlu adanya evaluasi program
sosialisasi.
b. Berdasarkan pengamatan siswa-siswi RA dan TK, diperoleh bahwa semua
siswa-siswi dapat mengikuti gerakan dan nyanyian yang dipandu oleh tim
PKL.
c. LCD tidak dapat digunakan saat sosialisasi di RA AL-Mutaqqin.
d. Rencana awal untuk pre test dan post test menggunakan kartu kendali warna
merah (tidak boleh disentuh) dan kuning (boleh disentuh), namun sulitnya
RT 02 RW 04
3.9.3.1 Hasil Pelaksanaan
a. Saat sosialisasi ibu-ibu pengajian dapat memahami materi yang disampaikan.
b. Pada sesi tanya jawab beberapa ibu antusias untuk bertanya.
44
c. Terdapat peningkatan pengetahuan dilihat dari pre test dan post test yang
telah diberikan.
3.9.3.2 Evaluasi
a. LCD tidak dapat digunakan dikarenakan kondisi tempat yang tidak
memungkinkan
b. Banyak ibu-ibu yang sulit menjawab pre test dan post test dikarenakan ibu-ibu
KRR.
c. Saat sosialisasi berlangsung para remaja berperan aktif dan dapat diajak
berdiskusi bersama.
3.9.4.2 Evaluasi
a. Kurangnya penggunaan media saat penyampaian materi sosialisasi.
45
b. Waktu pertemuan dengan para remaja dari pre test, post test, dan intervesi
masih kurang.
c. Waktu pelaksanaan yang kurang efektif dikarenakan hanya bisa dilakukan di
malam hari
Setelah pembuatan dan penyebarluasan media cetak promosi KRR, Tim PKL
Kawengen.
b. Belum dibuat mading/sarana untuk menempel pamflet/brosur agar informasi
elektronik.
46
BAB IV
4.1 Simpulan
dari hasil kuesioner pemetaan masalah dan data sekunder diperoleh dari
pencegahan HIV/AIDS.
f. Dari hasil prioritas tersebut didaapatkan alternatif pemecahan masalah
yang berkaitan tiga risiko yang dihadapi remaja (TRIAD KRR) antara lain:
Dusun Kawengen.
g. Alternatif pemecahan masalah utama di Dusun Kawengen adalah
47
h. Pelaksanaan dilakukan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, sikap
4.2 Saran
di Dusun Kawengen.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Icca Stella. (2013). Evaluasi Media Poster Hipertensi pada Pengunjung
Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka. Jurnal Kesehatan Masyarakat
UNNES.
48
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Azinar, M., Kiswanti, A. (2017). Sms Reminder Untuk Peningkatan Perilaku
Pencegahan HIV/AIDS dan IMS. Jurnal of Health Education, 2(1).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Generasi Berencana
(GENRE) Tahun 2015
Depkes RI. (2006). Pedoman Dasar Infeksi Menular Seksual dan Reproduksi
Lainnya pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Depkes, 2015. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. www.depkes.go.id
Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten
Semarang tahun 2015. Semarang : Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang.
49
Kompas. (2017, November 28). Pengidap HIV Terus Menigkat, Akankah SDGs
Tercapai. Retrieved October 26, 2018, from
https://amp.kompas.com/sains/read/2017/11/28/184300223/pengidap-hiv-
terus-meningkat-akankah-sdgs-tercapai-.
50
NAPZA) di SMK Swadaya Kota Semarang Tri Wulan II Tahun 2017.
JKM (E-Journal) Volume 5, Nomor 4 (ISSN: 2356-3346). Semarang.
Taukhit. 2014. Pengembangan Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas
Remaja dengan Metode Game Kognitif Proaktif. Jurnal Studi Pemuda Vol.
3, No. 2.
51
Lampiran 1 Dokumentasi Kegiatan
DOKUMENTASI
Dokumentasi Sosialisasi Pencegahan Kekerasan Seksual Terhadap Anak
52
Dokumentasi Pemetaan TRIAD KRR
53
Dokumentasi Pembentukan Forum Remaja
54
Lampiran 2 Instrumen
55
No Responden :
Nama :
Tidak
No Pernyataan Setuju
Setuju
1 Salah satu hak-hak reproduksi adalah mendapat
informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2 Hak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan
ilmu pengetahuan di bidang kesehatan reproduksi
merupakan hak reproduksi.
3 Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat
secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan
kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi
serta proses reproduksi.
4 Mengetahui hak-hak reproduksi dapat mencegah kita
terkena penyakit seksual.
5 Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) dapat
disebabkan oleh penggunaan jarum suntik yang
bergantian.
6 Kutil kelamin merupakan salah satu penyakit IMS.
7 IMS disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan
protozoa.
8 Gonorea (kencing nanah) bukan merupakan penyakit
infeksi menular seksual.
9 IMS dapat dicegah dengan menerapkan hubungan
setia kepada satu pasangan.
10 Ibu yang memiliki riwayat penyakit HIV/AIDS
dapat menularkan kepada bayinya.
11 Penggunaan NAPZA dapat mempengaruhi stimulan
(merangsang), depresan (menekan), dan halusinogen
(mengacaukan) sistem saraf pusat penggunannya.
12 Penggunaan NAPZA sesuai dosis (takaran)
merupakan hal yang diperbolehkan karena
merupakan pengobatan.
13 Risiko sangat tinggi tertular HIV apabila NAPZA
digunakan dengan cara suntik secara tidak aman.
14 Rasa ingin tahu dan coba-coba merupakan alasan
menggunakan NAPZA.
15 Menurut saya, penggunaan NAPZA untuk
pengobatan tanpa resep dokter bukan merupakan
tindakan menyimpang.
56
PRE TEST DAN POST TEST
SOSIALISASI PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL
No Responden :
Nama Responden :
Instansi Pendidikan :
Tidak
No Pertanyaan Boleh
Boleh
Apakah bagian kepala boleh disentuh oleh
1
orang lain?
Apakah bagian mulut boleh disentuh orang
2
lain?
Apakah bagian kaki boleh disentuh oleh orang
3
lain?
Apakah bagian pantat boleh disentuh oleh
4
orang lain?
Apakah bagian dada boleh disentuh oleh orang
5
lain?
57
PRE TEST DAN POST TEST
SOSIALISASI INFEKSI MENULAR SEKSUAL
Identitas Responden
No Responden :
Nama :
Alamat :
Usia :
kontak seksual
b. Infeksi yang disebabkan oleh virus dan dapat menular
c. Infeksi yang dapat disebabkan oleh gigitan nyamuk
2. Salah satu penyakit dari IMS (Infeksi Menular Seksual) adalah?
a. Sifilis/raja singa
b. Filariasis
c. Demam Berdarah
3. Salah satu gejala dari IMS (Infeksi Menular Seksual) adalah?
a. Keluar nanah dari penis, vagina atau anus
b. Batuk berdahak dalam waktu lama
c. Sulit tidur, pegal-pegal
4. Salah satu pencegahan dari penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual)
adalah?
a. Tidak bergonta-ganti pasangan (setia)
b. Tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol
c. Melakukan aktivitas fisik
5. Bagaimana cara penularan HIV/AIDS?
a. Gigitan nyamuk
b. Bersalaman, sentuhan
c. Jarum suntik
58
KUESIONER TRIAD KRR (KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA)
Identitas Responden
No Responden :
Nama :
Alamat :
Usia :
Keterangan :
Kuesioner ini bersifat tertutup. Segala data identitas maupun hasil kuesioner Anda
bersifat rahasia dan terlindungi keamanannya. Nama dan alamat Anda tidak akan
dipublikasikan. Mohon diisi dengan baik dan jujur karena hasil kesimpulan
kuesioner ini akan digunakan untuk mengetahui sikap remaja terhadap TRIAD
KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) Dusun Kawengen.
Pentunjuk pengisian.
Isi dan jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tanda ceklis (v) pada kolom Ya
atau Tidak.
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah Anda pernah melakukan sentuhan
dengan lawan jenis?
2 Apakah Anda pernah melakukan pegangan
59
tangan dengan lawan jenis?
3 Apakah Anda pernah melakukan ciuman
dengan lawan jenis?
4 Apakah Anda pernah melakukan hubungan
seksual dengan lawan jenis?
5 Apakah Anda pernah menonton video porno?
6 Apakah Anda setuju tentang hubungan sesama
jenis?
7 Apakah Anda pernah melakukan hubungan
seksual dengan sesama jenis?
8 Apakah Anda pernah dengan sengaja
menyentuh alat reproduksi (penis, payudara,
dsb) anak dibawah umur?
9 Apakah Anda pernah memegang kemaluan
sendiri dengan tujuan untuk kenikmatan
seksual?
10 Apakah Anda pernah terkena penyakit menular
seksual?
11 Jika Ya (pada nomor 13) apakah Anda pernah
memeriksa diri ke dokter berkaitan dengan
infeksi menular seksual?
12 Menurut Anda apakah WTS tidak beresiko
terkena penyakit IMS (Infeksi Menular
Seksual)?
B. Pernyataan
Jawaban
No Pernyataan Tidak
Setuju
Setuju
1 Remaja yang tidak berhubungan seksual
dianggap tidak modern bagi teman sebayanya.
2 Menurut Anda hamil pra nikah bukanlah hal
yang memalukan.
3 Menurut Anda aborsi lebih baik daripadah
menanggung malu karena hamil pra nikah.
4 Menurut Anda oral seks tidak beresiko tinggi
menyebabkan IMS.
5 Menurut Anda anal seks tidak beresiko tinggi
menyebabkan IMS.
6. Menurut Anda berhubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan dapat menularkan
IMS.
7. Menurut Anda mengetahui pasangan seksual
terkena IMS atau tidak merupakan salah satu
60
cara menyegah IMS.
2. HIV/AIDS
A. Pertanyaan
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah Anda pernah berkunjung ke lokalisasi?
2 Apakah Anda pernah berhubungan seksual
dengan WTS/ PSK?
3 Jika iya pada nomor 2, apakah Anda
menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan
hubungan seksual dengan PSK?
B. Pernyataan
Jawaban
No Pernyataan Tidak
Setuju
Setuju
1 Menurut Anda orang yang menderita
HIV/AIDS boleh melakukan hubungan
seksual?
2 Menurut Anda menggunakan narkoba jenis
suntikan dapat berisiko tinggi menularkan
HIV/AIDS?
3. NAPZA
A. Pertanyaan
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1. Apakah pendidikan bahaya narkoba itu
penting ?
2. Apabila ada teman yang menawarkan napza
apakah Anda akan menerimanya ?
B. Pernyataan
Jawaban
No Pertanyaan Tidak
Setuju
Setuju
1 Menurut Anda orang yang menggunakan
narkoba harus di kucilkan di masyarakat.
2 Menurut Anda pengguna narkoba harus di
61
obati.
3, Menurut Anda kebiasaan merokok pada usia
remaja akan berujung pada penggunaan
narkoba.
4. Menurut Anda para pengguna narkoba perlu
dilakukan rehabilitasi.
5. Menurut Anda keluarga memiliki peran yang
penting dalam mencegah remaja menggunakan
narkoba .
62
Lampiran 3 Media atau Produk Pemecahan Masalah
63
(Media Sosialisasi Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak)
64
(Pemberian kenang-kenangan media pembelajaran)
65
Lampiran 4 Aktivitas Kegiatan PKL Setiap Peserta
66
67
68
69
70
71
72
73
74
Lampiran 5 Lembar Konsultasi PKL
75
Lampiran 6 Artikel Setiap Peserta
76
Penggunaan Metode Hanlon Dalam Penentuan Prioritas Masalah
Kesehatan Terkait Pengetahuan Sikap Dan Perilaku pada Remaja
Di Dusun Kawengen Tahun 2018
Noviya Dwi Rahayu, Lukman Fauzi1, Nanik Prihati2
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Negeri Semarang
noviyadwi667@gmail.com
Abstrak
Pendahuluan : Kesehatan merupakan salah satu permasalahan yang paling
kompleks dalam dunia modern saat ini. Salah satu masalah kesehatan yang terjadi
yaitu masalah kesehatan reproduksi pada remaja. Menurut Blum (1974) ada empat
faktor utama yang menentukan derajat kesehatan masyarakat, yakni : perilaku,
lingkungan, pelayanan kesehatan dan hereditas, yang dapat diuraikan lagi
kedalam faktor sekunder dan tersiernya. Seiring dengan kemajuan iptek dibidang
kesehatan masyarakat dan kedokteran, telah memberikan berbagai macam
alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kesehatan yang
terjadi dimasyarakat saat ini. Metode Hanlon merupakan alat yang dapat
digunakan untuk membandingkan berbagai masalah yang berbeda-beda dengan
cara relative dan bukan absolute, framework, seadil mungkin, dan objektif
sehingga diharapkan dapat diperoleh prioritas masalah berdasarkan penilaian yang
sesuai dengan kondisi di lapangan, selanjutnya mendapatkan pemecahan yang
diinginkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan intervensi program
yang paling efektif. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan model
Hanlon, maka dapat dihasilkan suatu alternatif program kesehatan yang sangat
efektif khususnya dalam masalah kesehatan reproduksi pada remaja di dusun
Kawengen.
Metode : Metode yang digunakan dalam pemetaan prioritas masalah terkait
Pengetahuan Sikap dan Perilaku terhadap pencegahan HIV/AIDS adalah dengan
menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan
metode survei dan wawancara mendalam, metoda Hanlon dalam proses awainya
menggunakan pendapat anggota secara curah pendapat (Brain storming) untuk
menentukan nilai dan bobot. Dari masing-masing komponen diperoleh nilai
dengan jalan melakukan scoring dengan skala tertentu, kemudian komponen
tersebut dimasukkan kedalam formula dan hasil yang didapat makin tinggi
nilainya maka itulah prioritas masalah yang didahulukan (menjadi prioritas
masalah), kemudian akan dilanjutkan dengan intervensi sebagai pemecahan
alternative masalah tersebut.
Hasil : Dari hasil analisis prioritas masalah menggunakan metode Hanlon tersebut
menunjukkan bahwa prioritas masalah kesehatan masyarakat yang utama terkait
Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) di Dusun Kawengen, Desa Kawengen,
Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang terletak pada masalah PSP
77
(Pengetahuan Sikap Perilaku) pencegahan HIV/AIDS dimana sebagian warganya
memiliki PSP pencegahan HIV/AIDS yang masih rendah. Prioritas penyebab
masalah utama pada rendahnya Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP)
pencegahan HIV/AIDS adalah tidak tersedianya sarana informasi terkait masalah
tersebut.
Pembahasan : Hasil dari penentuan prioritas masalah dengan menggunakan
metode Hanlon ini adalah masalah terkait Pengetahuan Sikap dan perilaku
pencegahan HIV/AIDS menjadi prioritas utama masalah, dimana ditentukan pula
prioritas penyebab masalah yaitu tidak adanya sarana informasi terkait
pencegahan HIV/AIDS, dengan mteode ini maka dapat dibuat intervensi agar
dapat memecahkan masalah tersebut yaitu Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP)
pencegahan HIV/AIDS.
Kata Kunci: Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP), TRIAD KRR,Remaja
ABSTRACT
Introduction: Health is one of the most complex problems in the world of
modren today. One of the health problems that occur, namely the issue of
reproductive health in adolescents. According to Blum (1974) there are four main
factors that determine the degree of public health, i.e.: behavior, environment,
healthcare and heredity, which can be decomposed into a secondary factor again
and tersiernya. Along with the science and technology progress in the field of
public health and medicine, has provided a wide range of alternatives that can be
used to solve health problems that occur at this time. Hanlon's method is a tool
that can be used to compare a variety of different problems with the way the
relative and not absolute, framework, seadil and objective as possible, so
hopefully can be obtained based on issues priority the assessment of compliance
with the conditions in the field, then get the resolution it wants. The purpose of
this research is to determine the most effective program interventions. Based on
the results of the analysis using model Hanlon, then be produced an alternative
health program is very effective especially in the issue of reproductive health in
adolescents in the hamlet of Kawengen.
Methods: the methods used in the priority mapping problem regarding
Knowledge Attitudes and behaviour towards HIV/AIDS prevention is to use
Quantitative methods Hanlon. Data collection method survey and in-depth
interview, Hanlon in the process awainya using the opinions of members in
brainstorming (Brain storming) to determine value and weighting. Of each
component of the retrieved value by way of doing scoring with a certain scale,
Then the component is inserted into the formula and the results obtained the
higher value then that's a matter of precedence (priority be priority issue) will then
be followed by interventions as an alternative to solving the problem.
78
Results: the results of the analysis of the priority problems using methods that
Hanlon indicated that a priority public health problem of major related
Knowledge Attitudes and behaviors (PSP) in the hamlet of Kawengen, village
Kawengen, district Ungaran Timur, Semarang is located on PSP (knowledge
Attitude behavior) the prevention of HIV/AIDS where most citizens have a PSP
the prevention of HIV/AIDS which is still low. The main cause of the problem on
the priority of low Knowledge attitude and behavior of prevention of HIV/AIDS
is not the availability of means of information related the issue.
Discussion: the results of the determination of priority problems by using the
method this is Hanlon problem regarding Knowledge attitudes and behaviors of
HIV/AIDS prevention became a top priority issue, in which ditentntukan also
priority causes problems the absence of means of information related to
prevention of HIV/AIDS with this then meode interventions can be made in order
to solve those problems, namely a knowledge attitude and Behavior (PSP) the
prevention of HIV/AIDS.
Key words: Knowledge Attitudes and behaviors (PSP), TRIAD KRR, teens
79
Pendahuluan
80
penyakit HIV/AIDS untuk tiga Desa yaitu Desa Kalikayen sebesar 29,8%, Desa
Mluweh sebesar 39,1%, dan Desa Kawengen sebesar 30,9%. Dari data tersebut
Desa Kawengen memiliki Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) terhadap
pencegahan penyakit HIV/AIDS yang masih rendah yaitu sebesar 30,9%.
Metode
81
Seperti halnya metoda yang lain, pengumpulan data menggunakan metode
survei dan wawancara mendalam, metoda Hanlon dalam proses awainya
menggunakan pendapat anggota secara curah pendapat (Brain storming) untuk
menentukan nilai dan bobot. Dari masing-masing komponen diperoleh nilai
dengan jalan melakukan scoring dengan skala tertentu, Kemudian komponen
tersebut dimasukkan kedalam formula dan hasil yang didapat makin tinggi
nilainya maka itulah prioritas masalah yang didahulukan (menjadi prioritas
masalah) kemudian akan dilanjutkan dengan intervensi sebagai pemecahan
alternative masalah tersebut.
Hasil
82
Kabupaten Semarang terletak pada masalah PSP (Pengetahuan Sikap Perilaku)
pencegahan HIV/AIDS dimana sebagian warganya memiliki PSP pencegahan
HIV/AIDS yang masih rendah. Prioritas masalah kedua terletak pada PSP BAB
dan cuci tangan, masalah ketiga terletak pada PSP konsumsi buah dan sayur.
Kemudian masalah terbesar keempat terletak pada PSP aktivitas fisik.
Dari hasil penentuan prioritas masalah tersebut kemudian ditentukan
analisis pemetaan prioritas penyebab masalah menggunakan metode Hanlon dan
diperoleh hasil sebagai berikut :
Skor
Masalah Skor D
No Kriteria NPD NPT Prioritas
Kesehatan A B C P E A R L
1 Pengeatahuan 4 4 4 1 1 1 1 1 32 32 II
masyarakat
terhadap
pencegahan
HIV/AIDS
masih rendah
2 Kurangnya 6 4 4 1 1 1 1 1 40 40 III
perhatian atau
pemantauan
orang tua
terhadap anak
3 Tidak 6 8 1 1 1 1 1 1 96 96 I
tersedianya
sarana
informasi
terkait
pencegahan
HIV/AIDS
83
Sikap dan Perilaku pencegahan HIV/AIDS adalah tidak tersedianya sarana
informasi terkait masalah tersebut. Sedangkan prioritas penyebab masalah yang
kedua adalah pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan HIV/AIDS masih
rendah, dan prioritas penyebab masalah yang ketiga adalah kurangnya perhatian
atau pemantauan orang tua kepada anaknya.
Pembahasan
Pada tahap awal yaitu tahapan mengetahui besaran masalah yang ada
didusun kawengen dilihat dari data Riset Kesehatan Dasar Desa
(RISKESDASDES) tahun 2017. Pada data Riset Kesehatan Dasar Desa
(RISKESDASDES) tahun 2017 diperoleh informasi bahwa desa Kawengen
memiliki beberapa masalah kesehatan salah satunya yaitu Pengetahuan Sikap dan
Perilaku (PSP) yang masih rendah pada berbagai aspek upaya kesehatan. Setelah
melihat data Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun 2017
penentuan prioritas masalah juga dilakukan dengan melakukan wawancara
mendalam kepada bidan desa untuk memperoleh informasi kesehatan yang ada di
Dusun Kawengen. Dari hasil wawancara mendalam dengan bidan desa dan data
Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun 2017 maka ditetapkan
bebrapa masalah kesehatan terkait Pengetahuan Sikap dan Perilaku yaitu terkait
PSP Buang Air Besar (BAB) dan cuci tangan, konsumsi buah dan sayur, aktivitas
fisik. Setelah itu perolehan masalah tersebut didiskusikan kepada kelompok dan
bidan desa untuk menentukan masalah mana yang akan dijadikan sebagai prioritas
masalah. Karna pada Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun 2017
PSP yang masih rendah adalah PSP terkait pencegahan HIV/AIDS dan sesuai
hasil analisi penentuan prioritas masalah dengan metode Hanlon diperoleh skor
84
tertinggi adalah masalah PSP PencegahanIV/AID maka yang diputuskan menjadi
prioritas masalah utama adalah terkait PSP pencegahan HIV/AIDS. Selain itu
prioritas masalah tersebut disetuji dikarenakan mengingat jumlah angka
HIV/AIDS yang ada di Kabupaten Semarang masih tinggi, juga mengingat bahwa
HIV/AIDS adalah salah satu penyakit yang belum ditemukan obatnya maka
pencegahan merupakan cara utama yang penting dilakukan agar terhindar dari
HIV/AIDS.
85
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa remaja dusun Kawengen
masih rendah untuk pentingnya pengetahuan tentang memberikan sanksi sosial
pada pengguna narkoba. Dari 17 responden, yang menjawab perlunya sanksi
sosial pada pengguna narkoba hanya sebanyak 1 orang saja, itu artinya yang
menyadari pentingnya pemberian sanksi sosial pada pengguna narkoba haya
sebesar 5.8%.
86
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa pemuda di dusun
Kawengen masih belum menyadari pentingnya penggunaan alat kontrasepsi saat
berhubungan seksual dalam mencegah penularan penyakit IMS dan HIV/AIDS.
Dari 17 responden semuanya menjawab penggunaan alat kontrasepsi saat
berhubungan seksual tidak penting, itu artinya pengetahuan sikap dan perilaku
remaja dusun kawengen terkait pentingnya penggunaan alat kontrasepsi saat
berhubungan seksual masih rendah. Dimana dari perolehan hasil analisis tersebut
diperlukan intervensi kepada remaja agar dapat meningkatkan pengetahuan sikap
dan perilaku trkait pentingnya penggunaan alat kontrasepsi saat berhubungan
seksual agar dapat mencegah penularan penyakit IMS dan HIV/AIDS.
Pada poin ketiga yaitu poin seksualitas, terdapat hasil analisis data sebagai
berikut :
87
Dari data diatas dapat diketahui bahwa permasalahan terkait seksualitas
yang ada pada remaja dusun Kawengen adalah masih banyak remaja yang
menonton video pornografi. Dari 17 responden terdapat 10 orang yang menonton
video pornografi, itu artinya terdapat 58% remaja masih menonton video
pornografi.
88
Rencana
Bentuk Kegiatan Penanggung
Waktu Tempat Sasaran
Jawab
1. Pemetaan Hari Senin, Rumah Remaja Noviya Dwi
masalah Tanggal 16 Bapak karang Rahayu
kesehatan terkait Oktober Taufiq, taruna
TRIAD KRR 2018 ketua Dusun
(Seksualitas, karang Kaweng
NAPZA, dan taruna en
HIV/AIDS) Dusun
Kawengen
2. Sosialisasi - Hari RA AL- Siswa- Alya
pencegahan Kamis, MUTAQQI siswi Agustini
kekerasan seksual Tanggal N dan TK RA dan
(sentuhan boleh 18 ABA TK
dan sentuhan Oktober ATARBIYA
tidak boleh) 2018 HI
- Hari
Jumat
Tanggal
19
Oktober
2018
- Hari
Senin,
Tanggal
22
Oktober
2018
3. Sosialisasi Infeksi Hari Kamis, Rumah Ibu-ibu Tika Maelani
Menular Seksual 18 dan 25 warga pengajia
(IMS) pada ibu- Oktober n RT 02
ibu pengajian RT 2018 RW 04
89
02 RW 04
4. Pembentukan Hari Selasa, Rumah Remaja Tri Putri Nur
Forum Remaja Tanggal 16 Bapak karang Milati
Peduli Kesehatan Oktober Taufiq, taruna
Reproduksi 2018 ketua Dusun
karang Kaweng
taruna en
Dusun
Kawengen
5. Pembuatan media Kondisional Posko PKL Siswa Muhamad
atau produk IKM RA dan Alvian
pemecahan UNNES TK, ibu-
masalah terkait ibu
TRIAD KRR pengajia
(Seksualitas, n,
NAPZA, dan remaja
HIV/AIDS) karang
taruna
Penutup
Hasil dari penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon ini
adalah masalah terkait Pengetahuan Sikap dan perilaku pencegahan HIV/AIDS
menjadi prioritas utama masalah, dimana ditentntukan pula prioritas penyebab
masalah yaitu tidak adanya sarana informasi terkait pencegahan HIV/AIDS
dengan metode ini maka dapat dibuat intervensi agar dapat memecahkan masalah
tersebut yaitu Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) pencegahan HIV/AIDS.
Intervensi yang diberikan yaitu berupa pembentukan Forum Kesehatan Repoduksi
Remaja dusun Kawengen (FKRR). dengan terbentuknya intervensi diharapkan
masalah terkait masih rendahnya Pengetahuan Sikap dan Perilaku pencegahan
HIV/AIDS tidak ada lagi.
90
Daftar Pustaka
91
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang
Puskesmas Kalongan, Kabupaten Semarang
alyaagustini30@gamail.com
Abstrak
Pendahuluan: Kekerasan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan
anak di mana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk
rangsangan seksual. Menurut Data KPAI pada tahun 2017 tercatat sebanyak 116
kasus, sedangkan pada tahun 2016 menurut DP3AKB jumlah kasus kekerasan
seksual pada anak usia 0-5 tahun terdapat 192 kasus, anak usia 6-12 tahun
terdapat 381 kasus, dan anak usia 13-18 terdapat 877 kasus. Berdasarkan
(RISKESDASDES) tahun 2017, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap
dan perilaku (PSP) terkait pencegahan HIV/AIDS di Desa Kawengen masih
rendah, yaitu sebesar 30,9%. Oleh karena itu dilaksanakannya program sosialisasi
pencegahan kekerasan seksual “Aku Mandiri”. Dengan tujuan untuk
mempersiapkan anak-anak agar terhindar dari perilaku penyimpangan seksualitas
pada masa remaja, maka alangkah lebih baiknya diberikan pengetahuan dan
pemahaman terkait bahaya perilaku menyimpang tersebut sedini mungkin. Selain
itu, agar anak terhindar dari kejahatan seksual yang sekarang marak terjadi.
Metode: Metode dalam pengumpulan data dengan metode observasi. Penentuan
prioritas masalah menggunakan metode hanlon kuantitatif, penentuan prioritas
penyebab dan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah menggunakan
metode brain storming, sementara evaluasi program menggunakan indikator
keberhasilan input, proccess, output,dan outcome. Selanjutnya untuk mengukur
pengetahuan dan sikap menggunakan hasil pretest-posttest dengan 52 sampel
untuk RA Al-Muttaqin dan 23 sampel untuk TK ABA Atarbiyah I diambil secara
purposife sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan paired t test
dan alternatifnya yaitu uji Wilcoxon.
Hasil: Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual pada anak mengalami
peningkatan pengetahuan, hasil pre test post test RA pada kriteria baik 10 orang
(19,2%) menjadi 32 orang (61,5%) dan untuk hasil pre test post test TK dengan
kriteria baik 9 orang (39,1%) menjadi 18 orang (78,3%). Sedangkan uji wilxocon
untuk RA dan TK menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,005). Hal ini menunjukkan
ada perbedaan skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah sosialisasi.
92
Abstract
Introduction: Sexual violence against children is a form of child abuse where
older adults or teenagers use children for sexual stimulation. According to KPAI's
data in 2017 there were 116 cases, while in 2016 according to DP3AKB the
number of cases of sexual violence in children aged 0-5 years had 192 cases,
children aged 6-12 years had 381 cases, and children aged 13-18 were 877 case.
Based on (RISKESDASDES) in 2017, shows that the level of knowledge, attitude
and behavior (PSP) related to HIV / AIDS prevention in Kawengen Village is still
low, which is 30.9%. Therefore, a socialization program to prevent sexual
violence "I am Independent" was carried out. With the aim of preparing children
to avoid sexual aberration behavior during adolescence, it would be better to be
given knowledge and understanding related to the dangers of deviant behavior as
early as possible. In addition, so that children avoid sexual crimes that are now
rampant.
Discussion: The results of the socialization show that there is an increase in the
knowledge of RA and TK students about the touch may and touch cannot be
between before and after socialization. The hope is that children are able to take
care of themselves and know what to do during sexual violence.
Pendahuluan:
Masa anak-anak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan. Pada
masa ini, anak-anak mengalami periode perkembangan baik secara fisik maupun
psikis. Di masa ini juga, anak mampu menangkap dengan baik informasi-
93
informasi yang diberikan kepadanya. Seorang anak seharusnya mendapatkan
haknya untuk mendapatkan perlindungan dari berbagai pihak, jika anak sudah
berada di lingkungan sekolah, berarti anak harus mendapatkan perlindungan dari
pihak sekolah. Jika anak sudah berada di lingkungan keluarganya, peran dan
fungsi dari keluarga harus berjalan dengan semestinya. Namun pada kenyataannya
masih banyak anak yang tidak mendapatkan hak nya. Hal ini dibuktikan dengan
adanya kasus pelecehan seksual pada anak dibawah umur baik itu di wilayah
sekolah, keluarga, maupun masyarakat atau lingkungan sekitar.
94
tinggi baik secara kuantitas dan kualitas. Angka kekerasan pada tahun 2014
menunjukkan jumlah korban 2.689 orang yang meliputi dewasa dan anak-anak.
Sedangkan Jumlah kasus pada tahun 2015 sebanyak 2630 kasus. Dari keseluruhan
kasus terbanyak adalah kasus kekerasan Seksual, yakni sebanyak 846 kasus,
kemudian kasus Kekerasan Fisik sebanyak 823 kasus, dan berikutnya adalah
kasus kekerasan Psikis yakni sebanyak. 768 kasus. Sedangkan pada tahun 2016
menurut DP3AKB jumlah kasus kekerasan seksual pada anak usia 0-5 tahun
terdapat 192 kasus, anak usia 6-12 tahun terdapat 381 kasus, dan anak usia 13-18
terdapat 877 kasus.
Berdasarkan, data dari Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES)
tahun 2017, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP)
terkait pencegahan HIV/AIDS di Desa Kawengen masih rendah, yaitu sebesar
30,9%. Untuk mempersiapkan anak-anak agar terhindar dari perilaku
penyimpangan pada masa remajanya nanti yang meliputi seksualitas, HIV/AIDS
dan NAPZA (TRIAD KRR), maka alangkah lebih baiknya diberikan pengetahuan
dan pemahaman terkait bahaya perilaku menyimpang tersebut sedini mungkin.
Selain itu, agar anak terhindar dari kejahatan seksual yang sekarang marak terjadi.
Mendasarkan pada hal tersebut, perlunya dilakukan upaya untuk mencegah
dan melindungi anak dari ancaman pelecehan seksual di lingkungannya. Salah
satunya dengan memberikan pendidikan seks kepada anak sejak dini. Hal ini yang
melatar belakangi penulis untuk melakukan “Peningkatan Pengetahuan Anak
Melalui Sosialisasi Pencegahan Kekerasan Seksual Di Dusun Kawengen”.
Metode:
95
purposive sampling. Subyek diberi kuesioner pretest dilanjutkan dengan
penyuluhan,dan diberi kuesioner posttest setelah diberi penyuluhan.
Hasil:
Pretest
Kurang 13 25%
Cukup 29 55,8%
Baik 10 19,2%
Posttest
Kurang 9 17,3%
Cukup 11 21,2%
Baik 32 61,5%
96
Berdasarkan tabel diatas menunjukan hasil pengetahuan sebelum (pre test)
dan sesudah(post test) tentang bagian anggota tubuh anak yang boleh disentuh dan
tidak boleh disentuh mengalami peningkatan. Hasil Pre test pada kriteria kurang
sebanyak 13 orang (25%), cukup 29 orang (55,8%), baik 10 orang (19,2%).
Sedangkan hasil pengetahuan sesudah diberi sosialisasi pencegahan
kekerasan seksual,hasil dari post test kriteria kurang sebanyak 9 orang (17,3%),
sedang 11 orang (21,2%), baik 32 orang (61,5%)
baik antara sebelum (pre tset) dan sesudah (post test) diberikan sosialisasi
yang diberikan dapat dipahami oleh anak dengan baik, sehingga ada perbedaan
97
Pengetahuan N Nilai minimum Nilai maximum Mean
Sebelum 52 0 5 2,90
Sesudah 52 5 5 3,83
Z -4.575a
98
Pretest
Kurang 6 26,1%
Cukup 8 34,8%
Baik 9 39,1%
Posttest
Kurang 2 8,7%
Cukup 3 13%
Baik 18 78,3%
Menurut tabel diatas menunjukan hasil pengetahuan sebelum (pre test) dan
sesudah(post test) tentang bagian anggota tubuh anak yang boleh disentuh dan
tidak boleh disentuh mengalami peningkatan. Hasil Pre test pada kriteria kurang
sebanyak 6 orang (26,1%) cukup 8 orang (34,8%), baik 9 orang (39,1%)
Sedangkan hasil pengetahuan sesudah diberi sosialisasi pencegahan
kekerasan seksual,hasil dari post test kriteria kurang sebanyak 2 orang (8,7%),
sedang 3 orang (13%), baik 18 orang (78,3%).
99
(pre tset) dan sesudah (post test) diberikan sosialisasi pencegahan kekerasan
seksual pada anak. Sehingga informasi yang diberikan telah dapat diterima dan
Sebelum 23 1 5 3,22
Sesudah 23 2 5 4,48
Nilai rata-rata pengetahuan responden sebelum diberi sosialisasi
pencegahan kekerasan seksual pada anak (sentuhan boleh dan sentuhan tidak
boleh) sebesar 3,22. Setelah di beri sosialisasi nila rata-rata pengetahuan menjadi
sebesar 4,48. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan responden
meningkat antara sebelum dan sesudah diberi intervensi sosialisasi pencegahan
kekerasan seksual pada anak.
-3.695a
Z
100
Pembahasan
beda dengan cara relative dan bukan absolute, framework, seadil mungkin, dan
penilaian yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Hasil dari penentuan prioritas
pencegahan HIV/AIDS yang masih rendah, dan kurangnya pantauan orang tua
101
pengetahuan masyarakat untuk melakukan pencegahan. Salah satu alternatif
seksual (sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh) pada instansi pendidikan di
sedini mungkin dan untuk mempersiapkan anak-anak agar terhindar dari perilaku
tersebut dilaksanakan di rentang usia anak-anak, karena apa yang akan terjadi di
masa yang akan datang (remaja) dipengaruhi oleh apa yang didapatkan dari usia
dini.
Konsep Program
Mandiri, yaitu anak mampu menjaga diri. Program ini meliputi peningkatan
pengetahuan anak tentang anggota tubuh yang boleh disentuh dan yang tidak
boleh disentuh, apa yang harus anak lakukan ketika ada orang lain memegang
bagian tubuhnya yang tidak boleh disentuh orang lain ( mulut, pantat, dada, alat
102
dapat menjadi tempat yang efektif untuk menjangkau anak-anak sebagai
pengetahuan anak tentang anggota tubuhnya yang boleh disentuh dan tidak boleh
disentuh oleh orang lain, bagaimana cara anak menjaga diri, tindakan yang harus
anak lakukan ketika ada orang lain yang hendak melakukan kekerasan seksual
pada dirinya, sehingga apabila terjadi kekerasan seksual anak dapat melawan,
menolak, berani teriak dan lari ketempat ramai, dan melaporkannya kepada orang
tua.
menjawab pertanyaan pre test tentang bagian mana saja anggota tubuhnya yang
boleh disentuh dan tidak boleh disentuh. Cara penyampaian materi yang
digunakan dalam sosialisasi ini yaitu dengan metode mendongeng. Hal ini
dilakukan untuk menarik perhatian anak agar memperhatikan saat diberi materi
sehingga informasi dapat diterima dan dipahami oleh anak dengan baik.
Kemudian anak diajak menari dan bernyanyi lagu “Ku Jaga Diriku”, yang berisi
tentang anggota tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh serta apa
yang harus dilakukan anak apabila ada orang lain melakukan kekerasan seksual
pada dirinya. Pemilihan video nyanyian dan tarian sebagai media sosialisasi agar
siswa-siswi dapat dengan mudah menerima isi materinya. Media yang digunakan
meliputi ppt materi sosialisasi, video edukasi, dan poster. Setelah pemberian
post test. Sebagai bentuk cara mengukur pengetahuan sebelum dan sesudah
103
Evaluasi kegiatan meliputi beberapa hal, yaitu indikator input, proses,
anggota tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh melalui jawaban
dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest, sedangkan indikator outcome berupa
Atarbiyah I, agar nantinya informasi tersebut dapat diedukasikan lagi oleh guru
Pengetahuan Responden
Penutup
104
Saran bagi instansi pendidikan, sebaiknya sekolah sebagai sarana
pendidikan alangkah lebih baiknya juga memberikan edukasi tentang seksualitas
sesuia dengan rentan usia, agara siswa-siswi tidak tabu, salah pengertian, dan
tidak melakukan perilaku menyimpang akan hal seksualita. Selain di sekolah,
orang tua sebagai pendidikan anak yang pertama sebaiknya juga memberikan
pendidikan seksualitas kepada anak-anaknya sejak dini yang sesuai dengan usia
anak.
DAFTAR PUSTAKA
105
Dinas Pemeberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana. (2016). Indikator data kekerasan 2016. Jawa
Tengah.
ABSTRAK
Pendahuluan: Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dalam kehidupan
setiap orang. Penyakit yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, antara lain
infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS Masa remaja merupakan masa
fungsi organ reproduksi dan sistem hormonal mulai bekerja. Secara alamiah
remaja menjadi sangat ingin tahu tentang seks. Remaja perlu mendapat perhatian
serius karena remaja sangat berisiko terhadap masalah-masalah kesehatan
reproduksi, seperti Triad KRR. Triad KRR merupakan tiga risiko yang dihadapi
oleh remaja seperti seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA. Berdasarkan data dari
Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) tahun 2017, menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) terkait pencegahan
HIV/AIDS di Desa Kawengen masih rendah, yaitu sebesar 30,9%. Oleh karena
itu, dibentuklah forum remaja peduli kesehatan reproduksi. Program tersebut
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait Triad KRR dan
pencegahannya serta sebagai sarana informasi terkait kesehatan reproduksi di
Dusun Kawengen.
Metode: Metode yang digunakan untuk menetukan prioritas masalah di Dusun
Kawengen tahun 2018 yaitu menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Sumber
106
data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
hasil penyebaran kuesioner terkait pengetahuan, sikap dan perilaku remaja
mengenai Triad KRR (Seksualitas, HIV/AIDS, dan NAPZA). Data sekunder
menggunakan data dari Riset Kesehatan Dasar Desa Kalikayen, Mluweh dan
Kawengen Tahun 2017. Sampel penelitian sebanyak 23 sampel diambil secara
purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan paired t test
dan alternatifnya yaitu uji Wilcoxon.
Hasil: Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program dengan metode ceramah
menunjukkan hasil pre-test dengan kategori baik sebanyak 9 orang (39%), sedang
12 orang (52%), dan kurang 2 orang (9%). Hasil post-test dengan kategori baik
sebanyak 18 orang (78%) dan sedang 5 orang (22%). Selanjutnya uji t-test
menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,005). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan program.
Pembahasan: Hasil pre-test dan post-test yang digunakan dalam mengukur
indikator keberhasilan dalam program ini menunjukkan bahwa pengetahuan
tentang Triad KRR sebelum dan sesudah penyuluhan mengalami peningkatan
yang baik. Dengan menggunakan uji Wilcoxon, disimpulkan bahwa ada hubungan
pemberian penyuluhan terkait Triad KRR dengan peningkatan pengetahuan
remaja.
Kata Kunci: HIV/AIDS, pengetahuan, sikap, perilaku dan Triad KRR
Establishment of the Youth Care Forum on Reproductive Health as an Effort
to Improve Knowledge, Attitude and Behavior of the KRR Triad
Tri Putri Nur Milati, Lukman Fauzi1, Nanik Prihati2
Public Health Science Department, Universitas Negeri Semarang
Kalongan Primary Health Care, Semarang Regency
triput_ri@yahoo.co.id
ABSTRACT
Introduction: Reproductive health is an important part of everyone's life.
Diseases related to reproductive health, including sexually transmitted infections
including HIV / AIDS Adolescence is a period of functioning of the reproductive
organs and the hormonal system starts working. Naturally teenagers become very
curious about sex. Teenagers need to get serious attention because adolescents are
very at risk of reproductive health problems, such as the KRR Triad. KRR Triads
are three risks faced by adolescents such as sexuality, HIV / AIDS and drugs.
Based on data from the Village Basic Health Research (RISKESDASDES) in
2017, shows that the level of knowledge, attitudes and behavior (PSP) related to
HIV / AIDS prevention in Kawengen Village is still low, at 30.9%. Therefore, a
forum for adolescent care for reproductive health was formed. The program aims
to increase the knowledge of adolescents related to the KRR Triad and its
prevention as well as information facilities related to reproductive health in
Kawengen Hamlet.
Method: . The method used to determine priority problems in Kawengen Hamlet
in 2018 is using Quantitative Hanlon method. Data sources used are primary and
secondary data. Primary data was obtained from the results of questionnaires
related to the knowledge, attitudes and behavior of adolescents regarding the KRR
107
Triad (Sexuality, HIV / AIDS, and Drug). Secondary data uses data from the Basic
Health Research of Kalikayen, Mluweh and Kawengen Villages in 2017. The
sample of 23 samples was taken by purposive sampling. Data analysis was
performed using paired t test and the alternative was the Wilcoxon test.
Results: The results obtained from the program implementation with the lecture
method showed the results of the pre-test with good categories as many as 9
people (39%), moderate 12 people (52%), and less 2 people (9%). Post-test results
with good categories were 18 people (78%) and 5 people (22%). Furthermore, the
t-test showed p = 0,000 (p <0.005). This shows an increase in knowledge before
and after the program is carried out.
Discussion: The results of the pre-test and post-test used in measuring indicators
of success in this program indicate that knowledge of the KRR Triad before and
after counseling experienced a good improvement. By using the Wilcoxon test, it
was concluded that there was a relationship to the provision of counseling related
to the KRR Triad with increased knowledge of adolescents.
Keywords: HIV / AIDS, knowledge, and KRR Triad
Pendahuluan:
Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dalam kehidupan setiap
orang. Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi (Depkes, 2015). Penyakit yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi, antara lain infeksi menular seksual
termasuk HIV/AIDS.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015, jumlah kasus baru
infeksi HIV di Jawa Tengah dari tahun 2013 – 2015 mengalami peningkatan, yaitu
2.322 kasus pada tahun 2013, 2.867 kasus pada tahun 2014, dan 3.005 kasus pada
tahun 2015. Seseorang yang menderita HIV akan menimbulkan kumpulan gejala
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV atau sering
disebut dengan HIV/AIDS. Pada gambaran kasus baru AIDS menurut kelompok
umur menunjukkan bahwa sebagian besar kasus baru AIDS terdapat pada umur
20-29 tahun, 30-39 tahun, dan 40-49 tahun. Kelompok umur tersebut masuk ke
dalam kelompok umur produktif yang aktif secara seksual dan termasuk
kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik. Pada kasus yang dilaporkan
pada tahun 2015, proporsi kasus AIDS dengan faktor risiko heteroseksual
108
merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 82,8%, diikuti oleh homoseksual sebesar
7,4% dan perinatal sebesar 4,0%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Jumlah kasus baru HIV-AIDS di Jawa Tengah tahun 2015 sebanyak 2.763
kasus, meningkat bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014
sebanyak 2.480 kasus. Penemuan kasus HIV tahun 2015 sebanyak 1.467 kasus,
lebih tinggi dibandingkan dengan penemuan kasus HIV tahun 2014 sebanyak
1.399 (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2015). Dari 963 kasus baru AIDS di Jawa
Tengah pada tahun 2015, 1% (9 kasus dari 963 kasus baru) merupakan pengguna
NAPZA suntikan (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Menurut Profil Kesehatan
Jawa Tengah tahun 2015, untuk jumlah kasus kematian AIDS pada tahun 2015
sebanyak 172 kasus, lebih banyak dibandingkan kematian pada tahun 2014 yaitu
sebanyak 163 kasus, dengan kasus kematian AIDS tertinggi pada umur 25 – 49
tahun.
Penyakit yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi lainnya, misalnya
Sifilis. Kasus Sifilis di Jawa Tengah tahun 2015 sebanyak 1.206 kasus, meningkat
dibandingkan tahun 2014 sebanyak 907 kasus. Berdasarkan jenis kelamin ternyata
pada perempuan lebih tinggi yaitu 65,09 persen dan laki-laki 34,91 persen. (Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015).
Di Kabupaten Semarang, jumlah penderita HIV / AIDS ditemukan pada tahun
2015 jumlahnya meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun
2015, ditemukan sebanyak 80 kasus HIV dan 26 kasus AIDS, sedangkan pada
tahun 2014 ditemukan sebanyak 63 kasus HIV dan 19 kasus AIDS (Profil
Kesehatan Kabupaten Semarang, 2015).
Masa remaja merupakan masa fungsi organ reproduksi dan sistem hormonal
mulai bekerja. Secara alamiah remaja menjadi sangat ingin tahu tentang seks.
Remaja perlu mendapat perhatian serius karena remaja sangat berisiko terhadap
masalah-masalah kesehatan reproduksi, seperti Triad KRR. Triad KRR merupakan
tiga risiko yang dihadapi oleh remaja seperti seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA.
Risiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya hubungan
edukasi kesehatan reproduksi, pengetahuan tentang Triad KRR dan sikap terhadap
Triad KRR.
109
Pengetahuan terkait kesehatan reproduksi sangat penting untuk membatasi
perilaku seksual yang kian bebas pada usia remaja terlebih pada masa remaja
awal. Berdasarkan, data dari Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES)
tahun 2017, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP)
terkait pencegahan HIV/AIDS di Desa Kawengen masih rendah, yaitu sebesar
30,9% (Fauzi, 2018). Berdasarkan hasil analisis pemetaan masalah kesehatan
remaja mengenai Triad KRR, diperoleh bahwa pada bagian kuesioner terkait
HIV/AIDS masih rendah yaitu pengetahuan penggunaan alat kontrasepsi saat
melakukan hubungan seksual. Dari 17 responden yang ada, semua responden
tidak mengetahui pentingnya menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan
seksual.
Pada poin NAPZA, diperoleh hasil bahwa rendahnya pengetahuan pentingnya
pendidikan bahaya narkoba di Dusun Kawengen. Dari 17 responden, hanya ada 1
responden yang manjawab bahwa pendidikan bahaya narkoba itu penting. Dari
hasil tersebut, maka dapat disimpulkan 94% responden belum menyadari
pentingnya pendidikan bahaya narkoba.
Pada poin seksualitas, terdapat beberapa masalah seperti: remaja yang masih
menonton video porno (dari 17 responden terdapat 10 responden yang menonton
video porno); masturbasi/onani (dari 17 responden terdapat 7 reponden yang
pernah mengalami); dan kurangnya pengetahuan terkait penularan Infeksi
Menular Seksual (IMS) seperti pengetahuan terkait infeksi menular seksual pada
WTS, oral dan anal seks merupakan faktor risiko terjadi infeksi menular seksual
(IMS).
Dari data yang telah diperoleh diatas, maka dilaksanakanlah intervensi
“Pembentukan Forum Remaja Peduli Kesehatan Reproduksi sebagai Upaya
Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Triad KRR”. Pelaksanaan kegiatan
ini diikuti oleh remaja dusun Kawengen dan anggota Karang Taruna yang
kemudian tergabung dalam forum remaja peduli kesehatan dengan nama Generasi
Muda Kawengen. Tahap awal intervensi terlebih dahulu dilakukan penyebaran
pre-test untuk mengukur pengetahuan awal terkait tiga risiko kesehatan yang
dihadapi remaja. Kemudian dilakukan pemberian informasi atau penyuluhan
110
terkait seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA. Berdasarkan penjelasan diatas, maka
dengan diadakannya pembentukan forum remaja peduli kesehatan reproduksi ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku terkait tiga risiko
masalah kesehatan remaja (Seksualitas, HIV/AIDS, dan NAPZA) dan dapat
menjadi sarana informasi bagi remaja lainnya.
Metode:
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner terkait pengetahuan, sikap dan
perilaku remaja mengenai Triad KRR (Seksualitas, HIV/AIDS, dan NAPZA).
Kuesioner dibagikan kepada remaja Dusun Kawengen untuk mengukur besaran
masalah terkait Triad KRR pada remaja Dusun Kawengen. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan Bidan Desa.
Wawancara mendalam dilakukan sebelum dilakukan intervensi untuk mengetahui
kondisi perilaku Dusun Kawengen dan sarana prasarana informasi terkait
kesehatan reproduksi.
Metode yang digunakan untuk menetukan prioritas masalah di Dusun
Kawengen, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang
tahun 2018 yaitu menggunakan metode Hanlon Kuantitatif. Metode Hanlon
Kuantitatif digunakan untuk memperoleh prioritas masalah dengan menggunakan
metode Brainstorming atau diskusi. Sementara evaluasi program menggunakan
indikator keberhasilan program meliputi input, proccess, output, dan outcome.
Sampel sebanyak 23 sampel diambil secara purposive sampling. Subyek
diberi kuesioner pretest dilanjutkan dengan pemberian materi dengan metode
ceramah dan diskusi serta menggunakan media penyampaian berupa power point,
poster dan booklet.Setelah pemberian materi selanjutnya dilakukan post-test untuk
mengetahui keberhasilan program atau intevensi yang telah dilakukan. Analisis
111
data dilakukan dengan menggunakan paired t test dan alternatifnya yaitu uji
Wilcoxon.
Hasil:
Berdasarkan hasil data primer dan sekunder yang diperoleh, didapatkan
gambaran tentang beberapa masalah kesehatan yang berkaitan dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku. Berikut tabel mengenai prioritas masalah
terhadap permasalahan-permasalahan di bidang kesehatan dan lingkungan Dusun
Kawengen tahun 2018 dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.
Tabel 1 Prioritas Masalah Kesehatan Dusun Kawengen Tahun 2018
Skor
Masalah Skor D
No Kriteria NPD NPT Prioritas
Kesehatan A B C P E A R L
1 PSP BAB dan 6 6 4 1 1 1 1 1 48 48 II
cuci tangan
2 PSP pencegahan 8 6 8 1 1 1 1 1 112 112 I
HIV/AIDS
3 PSP konsumsi 4 4 4 1 1 1 1 1 32 32 IV
buah dan sayur
4 PSP aktivitas 4 5 3 1 1 1 1 1 36 36 III
fisik
Berdasarkan masalah kesehatan yang ada di dusun Kawengen yaitu
pengetahuan, sikap dan perilaku terkait pencegahan HIV/AIDS yang masih
rendah, maka selanjutnya menentukan prioritas penyebab masalah. Berikut ini
adalah prioritas penyebab masalah PSP pencegahan HIV/AIDS yang masih
rendah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.
112
Selain pemetaan prioritas penyebab masalah, untuk memperkuat data
mengenai Triad KRR di dusun Kawengen, berikut adalah hasil analisis kuesioner
Kawengen
113
Diagram Batang 2 Hasil Analisis Kuesioner Pemetaan Masalah HIV/AIDS di
Dusun Kawengen
114
Diagram Batang 3 Hasil Analisis Kuesioner Pemetaan Masalah Seksualitas di
Dusun Kawengen
115
Pada poin HIV/AIDS, menunjukkan bahwa 4 dari 17 responden menjawab
melakukan hubungan seksual juga masih rendah. Dari 17 responden yang ada,
Dari 17 responden, hanya ada 1 responden yang manjawab bahwa perlu dilakukan
116
porno), masturbasi/onani (dari 17 responden terdapat 7 reponden yang pernah
Seksual (IMS) seperti pengetahuan terkait infeksi menular seksual pada WTS, oral
dan anal seks merupakan faktor risiko terjadi infeksi menular seksual (IMS).
117
menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai
berikut.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat PSP mengenai Triad KRR Dusun Kawengen Tahun
2018
Tingkat PSP Jumlah Persentase (%)
Remaja tentang
Triad KRR
Pretest
Baik 9 39%
Sedang 12 52%
Kurang 2 9%
Posttest
Baik 18 78%
Sedang 5 22%
Kurang 0 0%
118
Mean Std. IK 95% P
Deviation
*uji t test
Tabel 4 menunjukkan hasil uji hipotesis yang dilakukan menunjukkan
p=0,000 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan
pengetahuan, sikap dan perilaku terkait Triad KRR.
Pembahasan:
119
(Muslim, 2016). Metode ini dilaksanakan melalui Focus Group Discussion yang
dilakukan dalam satu kelompok PKL.
120
pemberian penyuluhan merupakan metode yang efektif untuk diterapkan dalam
pemecahan masalah di Dusun Kawengen.
Selain itu peningkatan pengetahuan terkait Triad KRR, program ini juga
bertujuan sebagai pemenuhan sarana informasi terkait triad KRR di Dusun
Kawengen. Pembentukan Forum Remaja Peduli Kesehatan Reproduksi diberi
nama Generasi Muda Kawengen, dengan struktur organisasi sebagai berikut.
Penutup:
Upaya pemecahan masalah terkait pengetahuan, sikap dan perilaku
HIV/AIDS yang masih rendah, dibentuklah pembentukan forum remaja peduli
kesehatan reproduksi kepada remaja-remaja di Dusun Kawengen. Hasil yang
diperoleh dari pelaksanaan program dengan metode ceramah menunjukkan hasil
pre-test dengan kategori baik sebanyak 9 orang (39%), sedang 12 orang (52%),
dan kurang 2 orang (9%). Hasil post-test dengan kategori baik sebanyak 18 orang
121
(78%) dan sedang 5 orang (22%). Selanjutnya uji t-test menunjukkan nilai
p=0,000 (p<0,005). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan
sebelum dan sesudah dilakukan program.
Bagi masyarakat, diharapkan program ini dapat dilanjutkan dan tetap aktif
sebagai forum tentang kesehatan reproduksi serta dapat menjadi sarana informasi
bagi generasi remaja berikutnya. Sehingga dapat meningkatnya pengetahuan
tentang Triad KRR di Dusun Kawengen, serta mencegah terjadinya risiko masalah
kesehatan reproduksi di Dusun Kawengen.
Daftar Pustaka:
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Generasi Berencana
(GENRE) Tahun 2015
Depkes, 2015. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. www.depkes.go.id
Lukman Fauzi. 2018. Riset Kesehatan Dasar Desa (RISKESDASDES) Praktek
Kerja Lapangan Desa Kalikayen, Desa Mluweh dan Desa Kawengen
Tahun 2017.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015
122
Taukhit. 2014. Pengembangan Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas
Remaja dengan Metode Game Kognitif Proaktif. Jurnal Studi Pemuda
Vol. 3, No. 2.
123
Universitas Negeri Semarang
Puskesmas Kalongan, Kabupaten Semarang
Tikamaelani303@gmail.com
ABSTRAK
ABSTRACT
124
Basic Health Research (RISKESDASDES) in 2017, shows that the level of
knowledge, attitudes and behavior (PSP) related to HIV / AIDS prevention in
Kawengen Village is still low, at 30.9%. This is inseparable from influencing
factors, one of which is the lack of sources of information about sexually
transmitted infections (STIs). The purpose of this activity is to improve the
knowledge, attitudes about sexually transmitted infections (STIs) in mothers in
Kawengen Hamlet.
Methods: Methods in collecting data by survey methods and in-depth interviews.
Determination of priority problems usingmethod quantitative hanlon, determining
priority causes and prioritizing alternative problem solving usingmethods brain
storming, while program evaluation uses indicators of success of input, proccess,
output,and outcome. Furthermore, to measure knowledge and attitude using a
quasi-experimental design one group pre test-post test design with a sample of 21,
but due to experiencing bias can be obtained 9 samples. Instrument with
questionnaire pre test and post test. The data analysis use paired t test and its
alternative method that is wilcoxon.
Results:
Dissemination of Sexually Transmitted Infections (STIs) in the RT 02 study
mothers in Kawengen Hamlet, Kawengen Village with the results of the pre-test
and post-test about the knowledge of Sexually Transmitted Infections (STIs) given
to respondents experienced an increase. Pre test results in good category were 6
people (66.7%), and enough 3 people (33.3%). Post est results with good category
as many as 8 people (88.9%), and enough 1 person (11.1%).
The results of the Wilcoxon test analysis showed a significance value of 0.034 (p
<0.05), which means that Ho was rejected and Ha was accepted, so that it can be
concluded that there are differences in knowledge and attitudes of mothers about
Sexually Transmitted Infections (STI) before and after being given counseling.
Discussion: The results of socialization indicate an increase in maternal
knowledge and attitudes about sexually transmitted infections (STIs). The hope is
that the mothers of the RT 02 recitation are able to disseminate information to
other people
Keywords: Sexually Transmitted Infections (STIs), knowledge, attitude.
PENDAHULUAN
Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV (Human Immunodeficiency
Virus)-AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit
menular yang masih menjadi masalah di Indonesia dan di dunia. IMS termasuk
HIV/AIDS telah menjadi pandemi dan mengancam penduduk dunia dengan
berbagai dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan. IMS dapat
mengakibatkan masalah yang besar dalam kesehatan masyarakat terutama
konsekuensi terhadap kesehatan seksual dan reproduksi yang lebih berdampak
125
kepada kalangan perempuan, anak-anak dan orang-orang miskin. Faktor yang
dapat mempengaruhi kejadian IMS meliputi semua aspek epidemiologi yaitu
umur, ras, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, status perkawinan, pengetahuan
sikap dan praktik dalam perawatan higiene genetalia.
Saat ini perempuan yang kecil kemungkinan memiliki perilaku berisiko
seperti halnya ibu rumah tangga, telah terinfeksi HIV. Kerentanan perempuan
untuk tertular umumnya karena kurangnya pengetahuan dan informasi mereka
tentang HIV-AIDS ataupun kurangnya akses untuk mendapatkan layanan
pencegahan HIV (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI, 2008).
Ibu mempunyai peran yang sangat besar dalam rumah tangga. Ibu juga
lebih mendominasi dalam hal penularan penyakit dari ibu ke anaknya. Saat ini, di
Indonesia telah terjadi peningkatan jumlah ibu dengan risiko rendah terinfeksi
HIV dari pasangan seksualnya, demikian pula telah lahir bayi-bayi HIV positif.
Hal ini sesuai dengan laporan dari beberapa rumah sakit dan Lembaga Swadaya
Masyarakat yang menunjukkan bahwa kasus penularan HIV dari ibu ke bayi
jumlahnya semakin memprihatinkan. Hampir seluruh bayi HIV positif di
Indonesia tertular dari ibunya. (Kemenkes RI, 2011)
Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai dengan tahun 2017
untuk wilayah Jawa Tengah sebanyak 3.721 kasus (Kementerian Kesehatan 2018).
Secara kumulatif kasus HIV/AIDS pada tahun 1993 sampai dengan September
2015, Jawa Tengah menduduki urutan ke-5 yaitu dengan jumlah kasus HIV
sebanyak 12.267 dan AIDS sebanyak 5.042 kasus. Sedangkan dari Januari sampai
September tahun 2015, Jawa Tengah menduduki urutan ke-3 dengan jumlah kasus
HIV 2.437 dan AIDS sebanyak 963 kasus (Komisi Penanggulangan AIDS
Provinsi Jawa Tengah, 2015).
Data kasus AIDS berdasarkan jenis pekerjaan dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2010 di Kota Semarang yaitu tahun 2008 dan 2009 orang yang
terdampak AIDS adalah berjenis pekerjaan karyawan laki-laki dan berusia
produktif mayoritas. Sedangkan data pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kasus
AIDS tertinggi pada ibu rumah tangga (20%), disusul wiraswasta (18%),
126
karyawan (16%), buruh (15%), Pegawai Negeri Sipil dan pelaut (3%). (Dinas
Kesehatan Kota Semarang, 2010).
Desa Kawengen merupakan desa yang terletak di Kecamatan Ungaran
Timur Kabupaten Semarang. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Desa
(RISKESDASDES) tahun 2017, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan, sikap
dan perilaku (PSP) terkait pencegahan HIV/AIDS di Desa Kawengen masih
rendah, yaitu sebesar 30,9%. Hal ini yang melatarbelakangi penulis melakukan
sosialisasi Infeksi Menular Seksual (IMS) sebagai upaya peningkatan
pengetahuan dan sikap Ibu. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk upaya
meningkatan pengetahuan dan sikap Ibu tentang Infeksi Menular Sekusal (IMS)
melalui sosialisasi kepada ibu-ibu pengajian RT 02.
METODE
Teknik pengumpulan data analisis situasi dengan menggunakan metode
observasi. Metode yang digunakan dalam penentuan prioritas masalah yaitu
metode hanlon kuantitatif, metode penentuan prioritas penyebab masalah dan
penentuan alternatif pemecahan masalah menggunakan metode brain storming.
Sementara evaluasi program menggunakan indikator keberhasilan program
meliputi input, process, output, dan outcome. Sampel pada penelitian ini sebanyak
21 sampel, dikarenakan mengalami bias didapatkan 9 sampel dengan rentang
umur 21 tahun sampai tertua umur 62 tahun. Subyek diberi kuesioner pre test
dilanjutkan dengan penyuluhan, dan diberi kuesioner post test setelah diberi
penyuluhan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan paired t test dan
alternatifnya yaitu uji Wilcoxon. Observasi dan intervensi dilakukan pada hari
kamis tanggal 16 Oktober 2018 dan hari kamis 25 Oktober 2018.
HASIL
Berikut tabel 1 mengenai hasil pengisian kuesioner pre test dan post test
tentang pengetahuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Dusun Kawengen RT 02
Tahun 2018
127
Tingkat Jumlah Persentase (%)
Pengetahuan Ibu
Pre test
Baik 6 66,7
Cukup 3 33,3
Post test
Baik 8 88,9
Cukup 1 11,1
128
Gambar 1. Distribusi Tingkat Pengetahuan ibu-ibu pengajian RT 02
Data yang telah disajikan dalam diagram batang diatas menunjukan bahwa
pengetahuan responden mengalami peningkatan pada kategori baik antara
sebelum (pre test) dan sesudah (post test) diberikan sosialisasi tentang penyakit
Infeksi Menular Seksual (IMS). Hal tersebut menunjukan informasi yang
diberikan dapat dipahami oleh ibu-ibu pengajian dengan baik, sehingga ada
perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah sosialisasi.
Tabel 2. Analisis Bivariat Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan
Test Statisticsb
Pre test sebelum diberi penyuluhan
Post test sesudah diberi penyuluhan
Z -2.121a
Asymp. Sig. (2-
.034
tailed)
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
129
Tabel 2 Menunjukkan hasil uji hipotesis yang dilakukan menunjukkan
hasil uji Wilcoxon diketahui nilai signifikansi 0,034 (p<0,05), yang berarti Ho
ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan
pengetahuan dan sikap ibu tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) sebelum dan
sesudah diberi penyuluhan.
PEMBAHASAN
Sebelum mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di Dusun
Kawengen, Desa Kawengen khususnya RT 02 terlebih dahulu melaksanakan
pengumpulan data. Pegumpulan data yang dilakukan melalui metode observasi
dan wawancara dengan Kepala Dusun, dan Bidan Desa. Pemecahan masalah yang
dilakukan pada saat melakukan PKL dilakukan dengan metode hanlon kuantitatif.
Metode Hanlon Kuantitatif digunakan untuk membandingkan berbagai masalah
yang berbeda-beda dengan cara relative dan bukan absolute, framework, seadil
mungkin, dan objektif sehingga diharapkan dapat diperoleh prioritas masalah
berdasarkan penilaian yang sesuai dengan kondisi di lapangan.
Mengetahui prioritas masalah kesehatan yaitu pengetahuan, sikap dan
perilaku dilakukan pencarian penyebab masalah dilakukan dengan Metode Brain
Storming. Brain Storming atau dikenal sebagai Teknik sumbang saran yaitu
mengutamakan demokratisasi dalam menyampaikan pendapat melalui suatu
forum diskusi (Muslim, 2016). Metode ini dilaksanakan melalui Focus Group
Discussion (FGD) yang dilakukan dalam satu kelompok PKL.
Hasil dari Focus Group Discussion didapatkan kesepakatan bahwa
penyebab rendahnya pengetahuan, dan sikap tentang Infeksi Menular Seksual
(IMS) yaitu kurangnya pemberian informasi. Hasil tersebut dilakukan pencarian
alternatif pemecahan masalah dengan metode Brain Storming. Alternatif
pemecahan masalah ini berupa program yang nantinya dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat untuk melakukan pencegahan. Maka program yang
berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku yaitu sosialisasi yang dilakukan
pada ibu-ibu pengajian RT 02 di Dusun Kawengen.
130
Kegiatan sosialisasi Infeksi Menular Seksual (IMS) sebagai upaya
peningkatan pengetahuan dan sikap ibu terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS).
Sosialisasi dapat disebut juga Penyuluhan Kesehatan. Penyuluhan kesehatan
merupakan suatu kegiatan yang mempunyai masukan (input) dan proses dan
keluaran (output). Kegiatan penyuluhan guna mencapai tujuan yaitu perubahan
perilaku masyarakat agar selalu hidup sesuai dengan norma-norma kesehatan
dapat dilakukan melalui strategi pemberian informasi atau ceramah dan diskusi
serta partisipasi. Kesemua hal diatas merupakan dasar dari konsep penyuluhan
tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) pada masyarakat yang akan dikemukakan
(Notoatmodjo, 2012).
KONSEP PROGRAM
Konsep sosialisasi tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) yaitu terlebih
dahulu mendiagnosa pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) di Desa Kawengen.
Diagnosa berdasarkan hasil Riskesdades 2017 menunjukkan 30,9%. Sosialisasi
diberikan pada ibu-ibu yang ada di Dusun Kawengen RT 02. Sosialisasi dilakukan
pada ibu-ibu pengajian RT 02 sebagai tindakan preventif. Tujuan Sosialisasi yaitu
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Infeksi Menular Seksual (IMS)
dan menimbulkan perilaku masyarakat tentang cara pencegahan Infeksi Menular
Seksual (IMS).
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu ceramah untuk memberi
informasi tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) dilanjutkan diskusi tanya jawab
mengenai materi yang disampaikan. Sebelum melakukan ceramah, terlebih dahulu
dilakukan pengisian kuesioner pre test tentang Infeksi Menular Seksual (IMS)
Selanjutnya dilakukan pemberian media poster berisi tentang pengertian Infeksi
Menular Seksual (IMS), bahaya IMS, jenis-jenis IMS, dan pencegahan. Setelah
kegiatan penyuluhan selesai, dilakukan pengisian post test untuk mengukur
pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan materi penyuluhan.
Evaluasi kegiatan meliputi beberapa hal, yaitu indikator input, proses,
output, dan outcome. Indikator input berupa kehadiran peserta sosialisasi,
kesiapan media edukasi, dan kehadiran peserta anggota tim PKL. Indikator Proses
berupa pengetahuan dan sikap ibu tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) yang
131
dapat diketahui melalui pengisian pre test dan post test. Indikator output berupa
meningkatnya pengetahuan dan sikap yang dapat dilihat dari hasil pre test dan
post test.
PENUTUP
a. Simpulan
Berdasarkan intervensi yang sudah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa:
Pengetahuan ibu rumah tangga mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)
di Dusun Kawengen, Desa Kawengen RT 02 cukup baik dengan hasil peningkatan
sebesar 66,7%. Hasil analisis uji Wilcoxon diketahui nilai signifikansi 0,034
(p<0,05), yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa adanya perbedaan pengetahuan dan sikap ibu tentang Infeksi Menular
Seksual (IMS) sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.
b. Saran
Berdasarkan intervensi yang sudah dilaksanakan dapat diberikan saran sebagai
berikut:
1. Ibu rumah tangga untuk membiasakan menjaga kebersihan genetalia
2. Diperlukan adanya pemberian informasi kepada masyarakat dengan
jangkauan yang lebih luas tidak hanya di RT 02, melalui media internet.
3. Pemberian informasi yang rutin pada pertemuan rutin ibu-ibu PKK atau
membentuk kelompok khusus.
4. Bagi Dinas Kesehatan dan stakeholder agar meningkatkan pemberian
informasi Infeksi Menular Seksual (IMS) terutama mengenai perilaku
berisiko Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada masyarakat umum
132
133
DAFTAR PUSTAKA
134
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael. (2014). Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Edisi kelima. Jakarta: CV. Sagung Seto.
135
MEDIA CETAK SEBAGAI UPAYA PROGRAM PUSAT INFORMASI DAN
KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Abstrak
136
Pembahasan: forum sudah bisa memahami materi yang disampaikan melalui
media cetak. Pengembangan dan pengelolaan PIK-KRR di dusun Kawengen
diharapkan dapat terus aktif mulai dari tahapan Tumbuh hingga mencapai tahapan
Tegar dan bisa menjadi percontohan.
Kata kunci: TRIAD KRR, PIK-KRR, media.
137
Abstract
138
Pendahuluan
139
Penularan HIV terjadi melalui aktivitas seksual berisiko, baik aktivitas
heteroseksual maupun homoseksual. Untuk menanggulangi hal tersebut
pemerintah menargetkan 3 Zero, yakni bebas infeksi HIV baru, bebas diskriminasi
dan stigma pada pengidap HIV, serta bebas kasus kematian karena AIDS. dalam
upaya tercapainya 3 Zero, pemerintah melakukan berbagai upaya
penanggulangan, salah satunya dengan sasaran remaja. Remaja merupakan
generasi yang akan menjadi penerus bangsa dan sangat rentan untuk mengalami
permasalahan mengenai seksualitas, IMS, dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika,
dan Zat Adiktif) yang kemudian dikenal dengan TRIAD KRR. Penanganan
terhadap TRIAD KRR dapat dilakukan dengan panduan Pusat Informasi dan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) yang dikeluarkan oleh
Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN.
PIK-KRR merupakan suatu wadah yang dikelola dari, oleh dan untuk
remaja dalam memperoleh informasi dan pelayanan konseling tentang kesehatan
reproduksi. Tujuan dari panduan PIK-KRR adalah untuk meningkatkan akses dan
kualitas pengembangan dan pengelolaan PIK-KRR dengan memberikan informasi
Kesehatan Reproduksi Remaja, memberikan pendidikan ketrampilan/kecakapan
hidup (life skill) untuk remaja, serta pelayanan konseling dan rujukan KRR.
Terdapat 3 tahapan dalam PIK-KRR yaitu Tumbuh-Tegak-Tegar, dengan tiap
tahapan memiliki beberapa kriteria yang berkembang dan berkelanjutan. Luaran
akhir dari PIK-KRR Tegar Remaja dalam rangka tercapainya Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera. Salah satu kriteria yang harus ada di setiap tahapan adalah
menggunakan media cetak.
Menurut KBBI, media cetak adalah sarana media massa yang dicetak dan
diterbitkan secara berkala. Dalam pelaksanaan PIK-KRR, media cetak yang
digunakan merupakan media promosi kesehatan seperti poster, booklet, dan lain-
lain. Tujuan media promosi kesehatan antara lain (Notoatmodjo, 2005):
140
5. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik
6. Media dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata
7. Media dapat memperlancar komunikasi
Belum terlaksananya PIK-KRR dan tidak adanya media cetak promosi
KRR menjadi permasalahan yang melatarbelakangi penulis membuat media
promosi KRR berupa media cetak sebagai upaya pengembangan dan pengelolaan
PIK-KRR di Dusun Kawengen.
Metode
Hasil
141
sendiri masih terdapat beberapa kenakalan remaja, seperti perilaku menyimpang
pada pasangan remaja.
Masalah yang kedua yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) terhadap
BAB dan cuci tangan sudah cukup baik. Namun, masih diperlukan peningkatan
PSP terhadap kebiasaan mencuci tangan, karena berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar Desa (Riskesdasdes) tahun 2017 masih rendah yaitu sebesar
4,93%.
142
cuci tangan
143
Skor
Masalah Skor D
No Kriteria NPD NPT Prioritas
Kesehatan
A B C P E A R L
1 Pengeatahuan 4 4 4 1 1 1 1 1 32 32 II
masyarakat
terhadap
pencegahan
HIV/AIDS
masih rendah
2 Kurangnya 6 4 4 1 1 1 1 1 40 40 III
perhatian atau
pemantauan
orang tua
terhadap anak
3 Tidak 6 8 1 1 1 1 1 1 96 96 I
tersedianya
sarana informasi
terkait
pencegahan
HIV/AIDS
144
5. Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual (sentuhan boleh dan
sentuhan tidak boleh) pada instansi pendidikan di Dusun
Kawengen (RA Al-Muttaqin dan TK ABA At-Tarbiyah).
6. Sosialisasi penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada Jamaah
Pengajian Ibu-Ibu Dusun Kawengen.
Penyusunan prioritas didasarkan atas Musyawarah Masyarakat Dusun dan
disetujui oleh anggota Karang Taruna Dusun Kawegen pada waktu yang
bersamaan. Selain itu, penyusunan prioritas masalah kesehatan juga telah disetujui
pada saat Musyawarah Masyarakat Desa. Metode yang dilakukan dengan metode
diskusi atau Brainstorming Technique. Pemimpin diskusi pada Musyawarah
Masyarakat Desa yaitu Bapak Kepala Desa dan dihadiri tokoh masyarakat Desa
Kawengen. Sedangkan untuk Musyawarah Masyarakat Dusun dipimpin oleh
Ketua Karang Taruna Dusun Kawengen serta dihadiri oleh anggota Karang Taruna
dan remaja Dusun Kawengen. Berikut adalah program intervensi pemecahan
masalah yang dilakukan:
7 Pembentukan forum remaja peduli kesehatan reproduksi (FRPKR)
dengan nama Generasi Muda Kawengen sebagai upaya
peningkatan dan penyediaan sarana informasi terkait Pengetahuan ,
Sikap dan Perilaku (PSP) terhadap pencegahan HIV/AIDS.
8 Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual (sentuhan boleh dan
sentuhan tidak boleh) pada instansi pendidikan di Dusun
Kawengen (RA Al-Muttaqin dan TK ABA At-Tarbiyah) sebagai
upaya pencegahan dini terhadap pelecehan seksual dan perilaku
seksual menyimpang.
9 Sosialisasi penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada Jamaah
Pengajian Ibu-Ibu Dusun Kawengen sebagai upaya peningkatan
pengetahuan terhadap peyakit menular seksual, dan peningkatan
Pengetahauan, Sikap dan Perilaku peran orang tua terhadap
pelecehan seksual pada anak.
145
pelaksanaannya, intervensi tidak terlepas dari media promosi KRR terutama
media cetak. Media cetak dipilih sebagai sarana penyampaian dan penyebarluasan
materi KRR karena merupakan tahap awal dalam penyampaian materi KRR
sebagaimana tercantum dalam panduan pengembangan dan pengelolaan PIK-
KRR tahapan Tumbuh. Media cetak yang digunakan untuk intervensi forum
Generasi Muda Kawengen berupa poster, brosur, dan output akhir booklet tentang
TRIAD KRR.
“…materinya sudah bagus sih mas, tulisannya juga to the point dan
gambarnya pas sama materinya, tapi yo rodo marakke pengen muntah…
(R1-T)”
Meski demikian gambar asli (foto) tetap digunakan dalam media poster
dan booklet karena penggunaan gambar yang merupakan gambar asli menarik
perhatian pembaca, membantu mempermudah dan mengingat pesan yang
disampaikan (Amalia, 2013).
146
“…tahun depan materinya kalo bisa ganti, soalnya tahun kemarin udah
ada kayak gini, materinya bahas yang jadi polemik di masyarakat juga
misale soal Luwak White Coffee…(R2-I)”
Pendapat tersebut juga dimaksudkan agar grup dan forum tidak sepi
setelah PKL dan bisa membahas materi mengenai kesehatan lain tidak hanya
kesehatan reproduksi remaja serta mahasiswa PKL diharapkan bisamembantu
klarifikasi hoax yang beredar di masyarakat terutama yang berhubungan dengan
kesehatan.
itu penulis menilai terdapat beberapa evaluasi yang tidak disampaikan oleh
media elektronik.
Pembahasan
147
Sikap Perilaku) pencegahan HIV/AIDS dengan hasil NPD dan NPT 112, dimana
sebagian warganya memiliki PSP pencegahan HIV/AIDS yang masih rendah.
148
2. Sosialisasi pencegahan kekerasan seksual (sentuhan boleh dan
sentuhan tidak boleh) pada instansi pendidikan di Dusun
Kawengen (RA Al-Muttaqin dan TK ABA At-Tarbiyah).
3. Sosialisasi penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada Jamaah
Pengajian Ibu-Ibu Dusun Kawengen.
1. Materi yang disajikan sudah cukup jelas dan mudah dipahami, hanya saja
gambar yang digunakan dinilai menjijikkan karena menampilkan foto
penyakit IMS. Meski demikian gambar asli (foto) tetap digunakan dalam
media poster dan booklet karena penggunaan gambar asli menarik
149
perhatian pembaca, membantu mempermudah dan mengingat pesan yang
disampaikan.
2. materi dapat lebih dikembangkan lagi untuk program kedepannya.
3. Belum dibuat mading/sarana untuk menempel pamflet/brosur agar
elektronik.
Penutup
Media cetak merupakan salah satu jenis media promosi kesehatan yang
perlu digunakan pada tahap awal pengembangan dan pengelolaan PIK-KRR.
Menggunakan media cetak juga termasuk salah satu kriteria dalam panduan PIK-
KRR. Media cetak yang digunakan dalam intervensi forum Generasi Muda
Kawengen berupa brosur, poster, dan booklet. Hasil Pelaksanaan program media
cetak adalah Berdasarkan wawancara dengan pengurus dan anggota forum
Generasi Muda Kawengen mengenai evaluasi media cetak pamphlet/brosur,
poster, dan booklet, forum sudah bisa memahami materi yang disampaikan;
adanya visualisasi gambar memudahkan forum memahami materi. Sementara
evaluasinya adalah Materi yang disajikan sudah cukup jelas dan mudah dipahami,
hanya saja gambar yang digunakan dinilai menjijikkan karena menampilkan foto
penyakit IMS; materi dapat lebih dikembangkan lagi untuk program kedepannya;
belum dibuat mading/sarana untuk menempel pamflet/brosur agar informasi
melalui media cetak bisa disebarluaskan kepada masyarakat; media yang dibuat
perlu dikembangkan lagi hingga juga mencakup media elektronik.
150
termasuk Dusun Kawengen juga merupakan Laboratorium lapangan jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.
Daftar Pustaka
Amalia, Icca Stella. (2013). Evaluasi Media Poster Hipertensi pada Pengunjung
Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka. Jurnal Kesehatan Masyarakat
UNNES.
Kompas. (2017, November 28). Pengidap HIV Terus Menigkat, Akankah SDGs
Tercapai. Retrieved October 26, 2018, from
https://amp.kompas.com/sains/read/2017/11/28/184300223/pengidap-hiv-
terus-meningkat-akankah-sdgs-tercapai-.
151
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
152
153
154
Lampiran 8 Poster Presentation
155
Lampiran 9 Berita Acara Penyerahan Laporan PKL
156
157
158
Lampiran 10 Jobdesk
dan IMS)
159