Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN HASIL PRAKTIK PROFESI BIDAN

DI PUSKESMAS ARDIMULYO KABUPATEN MALANG

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Bidan


Stage Manajemen

Disusun oleh:
Kelompok III
Anin Pratiwi 207003
Dyah Ayu Ningtyas 207007
Fadilla Khairunissa 207008
Hartini Fitri W 207035
Petty yanuarti 207020
Retno Setia Wati 207025
Rini Idawati 207026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
RS Dr. SOEPRAOEN MALANG
2021
LAPORAN HASIL PRAKTIK PROFESI BIDAN
DI PUSKESMAS PAGELARAN KABUPATEN MALANG
TAHUN 2021

Laporan ini telah disahkan pada:


Hari :
Tanggal :

Mengetahui
Ketua Program Studi Kepala Puskesmas Ardimulyo
Pendidikan Profesi Bidan Kabupaten Malang

Raden Maria Veronika W., S.ST., M.Kes dr. Sri Ratna Murti P
NIDN. 0705027401 NIP. 196201051989032007
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita sehingga laporan kegiatan yang berjudul “Laporan
Manajemen Pelayanan Kebidanan Di Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang
Tahun 2021” dapat disusun.
Dalam kesempatan ini, kami menghaturkan terima kasih kepada:
1. Arief Efendi, SMPh, SH., S.Kep, Ns, MM, M.Kes, selaku Rektor Institut Teknologi
Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang
2. Raden Maria Veronika W., S.ST., M.Keb, selaku Ketua Prodi dan pembimbing
institusi Pendidikan Profesi Bidan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS dr.
Soepraoen Malang
3. Bd. Hj. Sumai’yah,S.ST., M.Kes selaku pembimbing klinik yang telah memberi
arahan dan bimbingan dalam proses kegiatan ini.
4. dr. Sri Ratna Murti P selaku Kepala Puskesmas dan segenap staf yang telah
memberikan ijin dan kerja sama yang baik sehingga kegiatan ini dapat berjalan
lancar.
5. Serta rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Profesi Bidan Institut Teknologi Sains
dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang atas kerjasama dan dukungan dalam
pelaksanaan kegiatan ini.
Kami menyadari, dalam laporan ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Akhir kata kami berharap
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Malang, April 2021

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia
sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium
Development Goals (MDGs). Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan
kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap orang mempunyai hak
yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
Dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, pembangunan kesehatan harus diarahkan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Derajat
kesehatan masyarakat di Kabupaten Malang digambarkan melalui Angka
Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu
(AKI). Dinas Kesehatan Kab Malang (2020) menyebutkan terdapat 18 kematian
ibu yang terdiri dari 8 kematian ibu hamil, 6 kematian ibu bersalin, dan 4
kematian ibu nifas, sehingga estimasi AKI Maternal pada tahun 2020 adalah
100,47/100.000KH. Angka ini meningkat bila dibandingkan tahun 2013 sebesar
9,86/100.000KH. AKI pada tahun 2015 di Malang 159,05/100.000KH, AKB
9,94/1000KH dan AKABA 11,92/1000KH. Angka kematian bayi sejumlah 25
jiwa. Sedangkan Puskesmas Ardimulyo pada tahun 2020 tidak terdapat Angka
Kematian Ibu dan Angka kematian bayi.
Puskesmas Ardimulyo merupakan instansi yang bertanggung jawab atas
pembangunan kesehatan di Kecamatan Singosari, upaya-upaya kesehatan yang
telah dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan kesehatan di Kecamatan
Singosari dan untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut
diperlukan indikator. Indikator yang dipakai adalah Indikator Kinerja dari Standar
Pelayanan Minimal bidang Kesehatan. Visi misi dan program Puskesmas
Ardimulyo merupakan turunan dan implementasi dari visi misi RPJMD Kabupaten
Malang dan Renstra Dinas kesehatan kabupaten Malang.
Visi Kabupaten Malang periode 2016-2021 adalah ”MADEP MANTEB
MANETEB”. Dilihat dari Visi Kabupaten Malang tersebut, dari bidang kesehatan
yang berkaitan erat dengan tupoksi Bidang Kesehatan yaitu ”MANETEB” yang
dimaknai dengan semakin meningkatnya kualitas sumberdaya manusia dan
hasil-hasil pembangunan yang ditandai dengan semakin meningkatnya
indeks pembangunan manusia strategi diarahkan pada penguatan lembaga
pelayanan kesehatan untuk kemudahan masyarakat mendapatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau. Pembangunan manusia mempunyai
empat elemen yaitu produktifitas, pemerataan, berkelanjutan dan pemberdayaan.
Dengan peningkatan kemampuan, kreatifitas dan produktifitas manusia akan
meningkat sehingga mereka akan menjadi agen pertumbuhan yang efektif. Salah
satu usaha untuk mencapai pembangunan di bidang kesehatan adalah dengan
mendekatkan akses layanan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan dasar primer, sesuai dengan
kewenangan tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan kesehatan dasar
berupa : (1) Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil, (2) Pelayanan kesehatan untuk
ibu menyusui, (3) Pelayanan kesehatan untuk anak, serta (4) Penemuan dan
penanganan penderita penyakit. Pengelolaan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan dilakukan melalui sistem manajemen kesehatan
yang didukung oleh sistem informasi kesehatan agar lebih berhasil guna dan
berdaya guna
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mahasiswa merupakan kegiatan
mahasiswa untuk belajar dari pengalaman kerja praktis di suatu instansi. Kegiatan
ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi lulusan dan menjadi tambahan
pengetahuan serta wawasan dunia kerjadan pengalaman praktis mahasiswa.
Kegiatan praktik kerja lapangan meliputi melakukan identifikasi permasalahan,
analisis dan penyelesaian permasalahan, serta penerapan ilmu dan teknologi,
khususnya bidang kesehatan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas maka Praktek Kerja Lapangan Program
Studi Pendidikan Profesi Bidan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS Dr.
Soepraoen Malang tahun 2021.
Program Studi Program Studi Pendidikan Profesi Institut Teknologi Sains dan
Kesehatan RS Dr. Soepraoen Malang th 2021 bidang Kesehatan Ibu dan Anak
dilaksanakan pada tanggal 19 April 2021 s.d 30 April 2021 di Puskesmas
Ardimulyo Kabupaten Malang Jawa Timur.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mempelajari sistem kesehatan dan masalah kesehatan masyarakat di
Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi sistem kesehatan di Puskesmas Ardimulyo Kabupaten
Malang
b. Mengidentifikasi dan mendiagnosa prioritas masalah dan penyebab
masalah kesehatan di Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang.
c. Membuat alternatif pemecahkan masalah kesehatan yang terdapat di
Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang
d. Mengimplementasikan hasil rumusan alternatif pemecahan masalah
1.3 Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan konsep kerja lapangan secara nyata di
Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang.
b. Menerapkan teori yang relevan dengan ilmu kesehatan masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan masyarakat
c. Menerapkan keterampilan penggunaan data kuantitatif dan data kualitatif
untuk mendiskripsikan, menganalisis maupun memecahkan masalah
kesehatan masyarakat.
d. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitik dan bijaksana dalam
menghadapi permasalahan kesehatan masyarakat
2. Untuk Pendidikan
Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model praktik
kerja lapangan selanjutnya.
3. Untuk Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang
Sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan dan program kerja
untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan masyarakat.
BAB II
HASIL PENGUMPULAN DATA

2.1 Gambaran Umum Puskesmas Ardimulyo Malang

Desa Ardimulyo adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan


Singosari. Terletak di kecamatan Singosari terletak di sebelah utara kurang lebih 3
km dari pusat pemerintahan kecamatan Singosari atau terletak di sebelah utara
dari kota malang, dengan ketinggian 487 m diatas permukaan laut dengan batas-
batas sebagai berikut:
Sebelah utara :Desa Randuangung Kec. Singosari Kabupaten Malang
Sebelah Barat :Desa Toyomarto Kec. Singosari Kabupaten Malang
Sebelah Timur : Desa Baturetno Kec. Singosari Kabupaten malang
Sebelah Selatan : Kelurahan Losari Kec. Singosari Kabupaten Malang
Wilayah Ardimulyo seluas 412.839 ha yag merupakan salah satu wilayah di
kecamatan singosari yang cukup besar, dimana Desa Ardimulyo merupakan suatu
wilayah yang strategis untuk jenis pertanian. Desa Ardimulyo tewrbagi menjadi 4
dusun dan terdiri dari 8 RW dan 49 RT.

2.2 Kependudukan

Penduduk mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan


suatu wilayah.Karena itu perhatian terhadap penduduk tidak hanya dari sisi jumlah
tetapi juga dari sisi kualitas. Penduduk yang berkualitas merupakan modal bagi
pembangunan dan diharapkan dapat mengatasi berbagai akibat dari dinamika
penduduk. Data kependudukan merupakan salah satu informasi yang sangat
penting dan mempunyai arti strategis dalam pembangunan khususnya di bidang
kesehatan, karena hampir semua sasaran program kesehatan adalah masyarakat
atau penduduk, baik sejak dari kandungan sampai dengan usia lanjut. Selanjutnya
data kependudukan diperlukan dalam proses perencanaan sampai dengan tahap
evaluasi hasil pembangunan.
2.1 Tabel Luas Wilayah Kerja Puskesmas Ardimulyo
No Nama Desa Jumlah Jumlah KK Luas Wilayah
(KM²)
Dusun RW RT
1. Ardimulyo 3 8 49 2835 4,1
2 Randuagung 4 13 77 4460 3,6
3 Toyomarto 7 7 49 2900 9,1
4. Losari 0 5 24 3217 1,2
5 Taman Harjo 4 6 42 2647 6,5
6. Baturetno 4 4 34 3485 5,0
7. Dengkol 5 11 60 3900 9,1
8. Wonorejo 4 7 17 1855 6,0
Jumlah 31 61 352 25.299 44,6
Beberapa masalah kependudukan dalam bidang kesehatan yang perlu
diperhatikan meliputi jumlah penduduk, angka kelahiran kasar, tingkat fertilitas,
kepadatan, distribusi menurut umur dan lain-lain
2.2.1 Jumlah Peduduk
Berdasarkan Proyeksi Penduduk oleh Badan Pusat Statistik, jumlah
penduduk wilayah kerja Puskesmas Ardimulyo Kecamatan Singosari tahun
2020 sebanyak 21.086 jiwa, yang terdiri dari :
a. Laki-laki : 10.760 jiwa
b. Perempuan : 10.326 jiwa
2.2.2 Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di
Kecamatan Singosari tahun 2020 menurut BPS Kabupaten Malang (Proyeksi
Penduduk Kecamatan Singosari tahun 2011-2020 berdasarkan Hasil Sensus
Penduduk tahun 2020 di Kabupaten Malang), adalah 10.760 ( 51,02%) laki-
laki dan 10.326 (48,97%) perempuan, ini menunjukan bahwa jumlah
penduduk lebih banyak daripada perempuan. Wilayah binaan Puskesmas
Ardimulyo antara lain 8 desa, dengan luas wilayah Kecamatan Ardimulyo
sebesar 34 m2 , dimana seluruh desa merupakan dataran rendah dan
mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat..

Tabel 2.2 Jumlah penduduk di Wilayah Puskesmas Ardimulyo berdasar desa.


No Desa Penduduk Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Ardimulyo 10.760 10.326 21.086
2 Randuagung 5.028 5.518 10.546
3 Toyomarto 4.465 4.565 9.030
4 Losari 2.642 3.387 6.029
5 Tamanharjo 3.899 5.021 8.920
6 Baturejo 3.045 4.410 7.455
7 Dengkol 5.105 4.715 9.820
8 Wonorejo 2.624 4.246 6.870
Jumlah 37.568 42.188 79.756

3,500
3,000
2,500
2,000 Laki-laki
Perempuan
1,500
1,000
500
0
0-4 5-9 10- 15- 20- 25- 30- 35- 40- 45- 50- 55- 60- 65- 70- 75
thn thn 14 19 24 29 34 39 44 49 54 59 64 69 74 +
thn thn thn thn thn thn thn thn thn thn thn thn thn thn

2.2.3 Sex Ratio (Rasio Jenis Kelamin)


Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari
perkembangan rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki
dengan penduduk perempuan. Sex ratio untuk Kecamatan Singosari
adalah 104,2 yang berarti terdapat 104 laki-laki di antara 100 perempuan.
2.2.4 Kepadatan Penduduk
Jumlah Kepala Keluarga (KK) seluruhnya tercatat 25.299 KK
dengan rata-rata jiwa per KK adalah 25.299 jiwa/KK. Sedangkan jumlah
rumah sebesar 25.299 rumah, sehingga tingkat kepadatan penghunian
rumah adalah sebesar 2373,7 jiwa/km2.

2.2.5 Tingkat Fertilitas


a. Ratio Ibu Anak Menurut Hasil Proyeksi Penduduk oleh BPS Kabupaten
Malang tahun 2019, jumlah anak berusia 0-4 tahun sebanyak 4265 anak
dan jumlah wanita usia reproduksi (usia 15–44 tahun) sebanyak 14596
orang sedangkan berdasarkan data dari puskesmas Ardimulyo tahun
2020 jumlah anak berusia 0-4 tahun sebnayak 5.725 orang dan jumlah
wanita usia produktif (usia 15-44 tahun) sebanyak 13.975 orang
b. Angka Kelahiran Total (TFR) Angka Kelahiran Total (TFR) di Jawa Timur
menurut BPS diperkirakan sebesar 2,1 per 1000 wanita usia subur pada
tahun 2019, sedangkan TFR di Indonesia turun dari 2,34 pada periode
1996-1999 menjadi 2,07 pada periode 2020-2025. Jumlah kelahiran total
sesuai dengan data dari Puskesmas Ardimulyo pada tahun 2020 sebesar
1.152 jiwa, yang terdiri dari lahir hidup sebesar 1.152 jiwa dan lahir mati
tidak ada
2.3 SOSIAL EKONOMI
2.3.1 Tingkat Pendapatan
a. ADHK 2020 Pertumbuhan PDRB ADHK 2020 (Produk Domestik Regional
Bruto Atas Dasar Harga Konstan) Kabupaten Malang pada 3 (tiga) tahun
terakhir mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2018 sebesar Rp.
64.819.044,55, pada tahun 2019 meningkat sebesar Rp. 68.379.670,03, tahun
2020 meningkat sebesar Rp.15.624.096,52, tahun 2020 meningkat sebesar
Rp.66.545.472,94
b. Beban Tanggungan
Untuk mengetahui beban tanggungan usia produktif (15–64 tahun) digunakan
indikasi Dependency Ratio. Dependency Ratio Kabupaten Malang pada tahun
2018 sebesar 37,65%, tahun 2019 sebesar 37,65% (hasil SP tahun 2020 oleh
BPS). Tahun 2018 turun sebesar 45,72%, tahun 2019 naik sebesar 46,72%.
Sedangkan tahun 2020 turun sebesar 45,69%, ini berarti bahwa secara
hipotesis setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 10 sekitar 46 orang
penduduk usia tidak produktif dan angka ini lebih rendah dibanding angka
Jawa Timur sebesar
50,26 %. Sedangkan menurut data dari Puskesmas Ardimulyo tahun 2019
terdapat 175,3 per 100 orang usia produktif sedangkan pada tahun 2020
terdapat 126,8 per 100 orang usia produktif.
c. Tingkat Pendidikan Kemampuan membaca dan menulis (tulis baca)
merupakan keterampilan minimum yang diperlukan oleh penduduk untuk
dapat menuju hidup sehat dan sejahtera. Kemampuan baca tulis tercermin
dari angka melek huruf penduduk untuk dapat menyerap informasi. Angka
melek huruf dapat digunakan untuk mengukur kemampuan penduduk di suatu
wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media dan kemampuan
penduduk untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Menurut data BPS
Kabupaten Malang, Angka melek huruf menunjukkan peningkatan dari
67,84% tahun 2015 menjadi 69,33% tahun 2016 yang terdiri dariangka melek
huruf laki-laki 73,56% dan perempuan 65,09%. Sehingga dengan
meningkatnya angka melek huruf diharapkan kemampuan penduduk untuk
dapat menyerap informasi terkait kesehatan akan menjadi lebih baik. Pada
tahun 2018 data angka melek huruf 100%. Sedangkan di puskesmas
Ardimulyo pada tahun 2020 jumlah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas
yang melek mata sejumlah 3.469 orang (37,3%)
2.3.2 Visi, Misi, dan Motto Puskesmas Ardimulyo Kecamatan Singosari
a. VISI : MADEP, MANTEB, MANETEP
Madep
Niat untuk konsisten dalam menjalankan amanat konsitusi dan
pembangunan.
Mantep
Untuk mewujudkan niat tersebut, Pemerintah Kabupaten Malang
berkomitmen memiliki sikap kedisiplinan, bekerja keras dan produktif dalam
pelaksanaan pembangunan.
Manetep
Pemerintah Kabupaten Malang menginginkan agar setiap pembangunan
dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat
b. MOTTO :
SEMANGAT (Senyum,Efisien,Mampu, Aman, Nyaman, Giat,Adil, Teamwork)
c. STRATEGI :
Diarahkan pada penguatan lembaga pelayanan kesehatan untuk
kemudahan masyarakat mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
mudah di jangkau. Pembangunan manusia mempunyai empat elemen yaitu
produktifitas, pemerataan, berkelanjutan dan pemberdayaan. Dengan
peningkatan kemampuan, kreatifitas dan produktifitas manusia akan meningkat
sehingga mereka akan menjadi agen pertumbuhan yang efektif.
d. TATA NILAI :
Tata nilai Puskesmas Ardimulyo adalah “SEMANGAT” dengan penjabaran
sebagai berikut :
S : Senyum
E : Efisien
M : Mampu
A : Aman
N: Nyaman
G: Giat
A: Adil
T:Teamwork
2.3.3 Organisasi dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber daya manusia di Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang yaitu :
Dokter umum : 4 orang
Dokter gigi : 1 orang
Perawat : 17 orang
Perawat gigi : 1 orang
Bidan : 6 orang
Bidan Desa : 8 orang
Petugas PKL (Kesling) : 1 orang
Kesehatan masyarakat : 1 orang
Petugas Gizi : 1 orang
Tenaga Laborat : 3 orang
Tenaga Usaha : 13 orang
Asisten Apoteker : 0 orang
Tenaga Farmasi : 2 orang
Tenaga Administrasi/Staff : 2 orang
Tenaga Fisioterapi : 0 orang
Tenaga Rontgen : 0 orang
Tenaga Rekam Medik : 2 orang
b. Struktur Organisasi Puskesmas Ardimulyo
2.3.4 Pembiayaan Kesehatan
Pada tahun 2020 sumber biaya operasional di Puskesmas Ardimulyo didapatkan
dari Dana APBD sebesar Rp. 2.066.692.274,70 dan DAK Non Fisik untuk
menjalankan program-program kesehatan. Semua dilaksanakan sesuai
kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.

2.4 Program Kerja Puskesmas Ardimulyo


2.4.1 Program Kesehatan Keluarga
a. Pendataan sasaran secara terpadu
b. Penjaringan ibu hamil tiap bulan di PKD
c. Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K)
d. Pemantauan ibu hamil dan ibu nifas risiko tinggi
e. Pelaksanaan kelas ibu hamil
f. Kunjungan rumah bagi pasangan usia subur (PUS) yang tidak ber-KB atau drop
out (DO) KB
g. Penyuluhan P4K pada keluarga ibu hamil dan tokoh masyarakat
h. Penyuluhan reproduksi pada kader dan tokoh masyarakat
i. DTPS (Distric Team Problem Solving)
j. Pembinaan Rumah Bersalin/Bidan Praktik Mandiri
2.4.2 Kesehatan Anak

a. Pemantauan kesehatan neonatus termasuk neonatus riisiko tinggi


b. Pemantauan kesehatan balita dan pra sekolah
c. Lomba bayi dan balita sehat
d. Pembinaan bidan desa atau PKD
e. Penguatan DTPS atau MPS tingkat kecamatan

2.4.3 Kesehatan Lansia

a. Pendataan pra lansia dan lansia


b. Pemantauan lansia risiko tinggi dengan kunjungan rumah
c. Pembentukan posyandu lansia baru
d. Lomba administrasi lansia tingkat kecamatan

2.4.4 Program Promosi Kesehatan dan Gizi


a. Survey mawas diri, musyawarah masyarakat desa
b. Advokasi tingkat desa di bidang kesehatan
c. Refresing, orientasi kader kesehatan
d. Pembinaan pendampingan kelompok masyarakat dalam rangka penurunan
AKI/AKB
e. Penyuluhan kelompok tentang kesehatan reproduksi dan PHBS pada remaja
dan santri pondok pesantren
f. Pendataan PHBS
g. Penjaringan kesehatan peserta didik baru (kelas 1, 7, 10)
h. Pembinaan kader kesehatan sekolah (UKS)
i. Lomba sekolah sehat
j. Pembinaan dan pemantauan kesehatan di tempat kerja formal
k. Pembinaan dan pemantauan kesehatan di tempat kerja in formal
2.4.5 Program Gizi
a. Survailens dan pelacakan balita gizi buruk
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan
c. Penyuluhan PGS dan keluarga sadar gizi (KADARZI)
d. Penyuluhan pedoman gizi seimbang dan pemberian tablet tambah darah untuk
remaja putrid
e. Sosialisasi marketing pedoman gizi seimbang bagi bidan desa, remaja putri,
kader posyandu
f. Terapi feeding center (TFC)
g. Pemantauan 1000 HPK bagi kader posyandu
h. Validasi data dengan bidan desa
2.4.6 P2PL (Imunisasi)
a. Introduksi vaksin baru kepada pengelola imunisasi
b. Evaluasi PWS imunisasi.
c. Pelaksanaan screening dan sweeping imunisasi.
d. Pelaksanaan bias campak (anak SD kelas 1).
e. Pelaksanaan bias DT/TD (anak SD kelas 1, 2, 3).
2.4.7 Upaya Kesehatan Lingkungan
a. Inspeksi kesehatan lingkungan :
1) Tempat-tempat umum
2) Tempat pengelolaan makanan
3) Sarana air bersih
b. Pemberdayaan masyarakat melalui implementasi HSP di sekolah
c. Pemberdayaan masyarakat melalui pemicuan STBM
d. Pembinaan pasca pemberdayaan verifikasi desa melaksanakan STBM
e. Orientasi kader kesehatan lingkungan
f. Pertemuan STBM tingkat kecamatan
g. Pertemuan kader kesehatan lingkungan
h. Kunjungan pasien klinik sanitasi
i. Stimulasi jamban
2.4.8 Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
a. Orientasi kepada kader
b. Pelacakan kasus kontak TB dan Covid 19
c. Deteksi dini HIV/AIDS, TB, Hepatitis pada ibu hamil dan populasi berisiko
d. Pengendalian vektor (PJB)
e. Sosialisasi dan pembentukan kader pengendali vector
f. Penyelidikan epidemiologi
g. Tracing Kontak Covid 19
2.4.9 Upaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular
a. Sosialisasi dan penyuluhan penyakit tidak menular
b. Penguatan forum komunikasi Penyakit Tidak Menular (PTM)
c. Pelaksanaan deteksi dini faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM)
d. Pendampingan survailens Penyakit Tidak Menular (PTM) di masyarakat
2.4.10 Farmanin dan Manajemen
a. Penyuluhan keamanan pangan pada anak sekolah.
b. Pembinaan teknis ke jejaring, UKBM, institusi (RB atau BPM)
c. Mini Lokakarya (minlok) Puskesmas
d. Pertemuan lintas sektoral
BAB III
HASIL PENGKAJIAN DATA

3.1 Identifikasi Masalah


Berdasarkan pengkajian di Puskesmas Ardimulyo Kabupaten malang
didapatkan data sebagai berikut:
Pada tahun 2020 jumlah sasaran ibu hamil 1.267 orang, pencapaian pelayanan
kesehatan ibu hamil dengan pelayanan K IV 1.267 orang ( 100%) ibu hamil yang
mendapatkan tablet Fe 90 berjumlah 1.014 orang (99%). Ibu hamil yang
mengalami anemia berjumlah 3 orang (0,3%), ibu hamil yang mengalami KEK
berjumlah 41 orang (0,41%), pencapaian pelayanan kasus ibu hamil risiko tinggi
203 orang (87%), terdapat pelayanan ibu nifas di Puskesmas Ardimulyo tahun
2020 sebesar 1209(100 %) ibu nifas mendapatkan pelayanan. pencapaian bayi
baru lahir 1152 bayi, yang menadapat IMD sebanyak 1.209 bayi
( 100%), yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan yaitu 1.209 bayi (100%),
jumlah kunjungan bayi paripurna sebesar 1131 (99 %),cakupan pelayanan
kesehatan balita (0-59 bulan) di puskesmas Ardimulyo tahun 2020 terlayani 5002
balita. Jumlah BBLR sebanyak 34 bayi (3,2%), kasus gizi kurang BB/U pada balita
205 balita (5,3%),pendek 301 balita (7,7 %), balita yang mendapatkan cakupan
pemberian kapsul vitamin A pada bayi usia 6-11 bulan 1165(100%), mengalami
berat badan dibawah garis merah (BGM) 132 balita (3,4%), yang mengalami
stunting 50 balita (1,3%), balita yang dilakukan DDTK sebesar 3468 anak,
cakupan MTBS( manajemen terpadu balita sakit) tahun 2020 yang mengalami
sakit berjumlah 679. Sedangakan yang ditangani dengan MTBS berjumlah 540
dan balita yang dirujuk menggunakan MTBS berjumlah 3 balita dan sisanya 3.487
(90%) sehat dan normal, cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi tahun 2020
sebesar 4780 (100 %).dan untuk akseptor KB aktif 9,749 (71,5%) yang terdiri dari
akseptor kondom 192 (0,2%),akseptor pil 1751 (18,0%),akseptor suntik 5.732
(58,8%),akseptor AKDR 1.047(10,7%), akseptor implant 694 (7,1%), akseptor
MOW 329 (3,4%), akseptor MOP 4 (0,0) jadi dapat disimpulkan bahwa cakupan
KB di Puskesmas Ardimulyo tahun 2020 sudah mencapai target seluruhnya (71,5).
Sedangkan pelayanan kesehatan pada usia lanjut (45-59 tahun) di Puskesmas
Ardimulyo tahun 2020 terlayani 40,975 (51,1%),sedangkan pelayanan kesehatan
pada usia lanjut ( 60+ tahun) di puskesmas Ardimulyo tahun 2020 belum mencapai
target dari 11.323 orang usia lanjut,dan yang terlayani 8530 (75,3%) orang yang
berhasil mendapat pelayanan kesehatan. Jumlah kematian ibu terdapat 18
kematian yang terdiri dari 8 kematian ibu hamil,6 kematian ibu bersalin, dan 4
kematian ibu nifas sehingga estimasi AKI maternal pada tahun 2020 adalah
100,47, jumlah kematian neonatus sebanyak 25 neonatus.
Maka didapatkan beberapa masalah sebagai berikut:
a. Jumlah Angka kematian Ibu (AKI) dan AKB pada tahun 2020 di Puskesmas
Ardimulyo.
b. Adanya kesenjangan kematian neonatal yaitu kematian bayi baru lahir 25
orang.
c. Masih ada kesenjangan MTBS sebesar 679 bayi pada tahun 2020 di
Puskesmas Ardimulyo.
d. Adanya kesenjangan balita yang mengalami berat badan dibawah garis
merah yaitu 132 balita (3,4%),
e. Pencapaian pelayanan lansia usia lanjut masih ada kesenjangan sebesar
11.323 orang usia lanjut.
f. Prioritas Masalah
Tabel 3.1 Prioritas Masalah
Penilaian Prioritas
No Masalah
Komulatif insiden Dampak Biaya Total skor
1. Kematian Ibu 3 3 4 5 15 4

2. Kematian bayi 5 5 5 5 20 5
Masih ada kesenjangan
cakupan pelayanan
3. 1 1 1 1 4 1
Balita paripurna 1.131
sebesar (100)%
Pencapaian cak. ASI
4 eksklusif sebesar 1.209 1 1 1 1 4 1
bayi (100 %)
Masih ada kesenjangan
5 cakupan pelayanan 2 2 2 2 8 3
Lansia sebesar (75,3%)
Keterangan :
Skor 1 : sangat ringan
Skor 2 : ringan
Skor 3 : sedang
Skor 4 : berat
Skor 5 : sangat berat

Hasil penilaian setiap masalah dijumlahkan untuk mendapatkan skor total


untuk tiap masalah. Skor total inilah yang dipakai untuk menentukan urutan
prioritas masalah-masalah kesehatan masyarakat.Dari perumusan masalah dapat
diprioritaskan bahwa yang menjadi masalah utama adalah kematian anak.
3.3 Penentuan Penyebab Masalah

Material Man

Pengetahuan ibu
Gizi anak
rendah

Vitamin Kunjungan neonatus


A
Sar Pras
kesehatan Angka
Sosial ekonomi
Kematian Anak
posyandu BPJS, Gakin, Peningkatan akses
Asuransi pelayanan
kesehatan
Penyuluhan kesehatan
pd waktu posyandu Peningkatan kualitas
APBD – DAK Non pelayanan kesehatan
Fisik

Money Method
Market

Gambar 3.1 Penentuan penyebab masalah (Fish bone


3.4 Analisis SWOT Puskesmas Ardimulyo Kab.Malang
a. Strength (kekuatan)
1. Puskesmas didirikan untuk menjangkau seluruh wilayah kerja.
Puskesmas Ardimulyo terdiri dari 1 buah Puskesmas Perawatan, 1
buah Puskesmas Keliling, 2 buah Puskesmas Pembantu, dan
ditunjang dengan adanya Rumah Bersalin, Klinik/Balai Pengobatan,
Praktik Dokter Perorangan, Praktik Pengobatan Tradisional, Posyandu,
Desa Siaga dan Poskesdes (PKD).
2. Tersedianya sumber daya manusia memadai, yang bertugas di sarana
kesehatan baik di Puskesmas Perawatan, Puskesmas Pembantu,
PKD, Bidan Desa di wilayah kerja Puskesmas Pagelaran dan kegiatan
di masyarakat dalam menjalankan program kesehatan ibu dan anak.
3. Tersusunnya Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Puskesmas
Ardimulyo yang merujuk pada Petunjuk Teknis Penyusunan Struktur
Organisasi Puskesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Nomor :
900/053/I/2017.
4. Adanya standart operating procedure (SOP) / Prosedur tetap (Protap),
seperti protap pelayanan kesehatan didalam gedung Puskesmas,
Protap Posyandu, dan sebagainya.
5. Pelayanan ANC pada ibu hamil sudah sesuai dengan standar 10 T,
sehingga deteksi dini komplikasi kehamilan telah terpadu dan
berkelanjutan.
6. Adanya Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang
bersumber dari sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas (SP3),
sistem informasi Posyandu (SIP), laporan sarana kesehatan swasta,
laporan lintas sektor, dan lain-lain.
7. Sistem manajemen Puskesmas yakni perencanaan (P1) yang
diselenggarakan melalui mekanisme perencanaan mikro
(microplanning) yang kemudian menjadi perencanaan tingkat
Puskesmas, penggerakan dan pelaksanaan (P2) yang
diselenggarakan melalui mekanisme lokakarya mini (mini workshop)
serta pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3) yang
diselenggarakan melalui stratifikasi Puskesmas yang kemudian
menjadi penilaian kinerja puskesmas.
8. Pembiayaan kesehatan Puskesmas Ardimulyo yang melalui APBD
masih bersifat sentralistis sesuai dengan program kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang, namun Puskesmas Ardimulyo memiliki
keleluasaan menetapkan kebijakan program yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat melalui pengelolaan Dana Alokasi
Khusus Non Fisik.
9. Kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas Ardimulyo berorientasi pada
masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat setempat.
10. Tersedianya obat-obatan baik jenis maupun jumlahnya yang
memadai, alat kesehatan dan fasilitas sarana prasarana yang cukup.
b. Weakness (Kelemahan)
1. Visi, misi dan tujuan Puskesmas belum dilaksanakan sepenuhnya oleh
sebagian staf Puskesmas. Hal ini dapat melemahkan komitmen,
dukungan, dan keikutsertaan pegawai dalam mengembangkan fungsi
Puskesmas, sehingga terperangkap pada tugas-tugas rutin yang
bersifat kuratif di dalam gedung Puskesmas. Hal tersebut berakibat
pada kegiatan Puskesmas di luar gedung yang bersifat promotif dan
preventif kurang maksimal.
2. Upaya kesehatan masih menitik beratkan pada upaya kuratif dan
belum menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif. Dengan
kata lain belum berlandaskan pada paradigma sehat.
3. Waktu kerja efektif pegawai Puskesmas berlangsung antara pukul
08.00 sampai dengan 14.00. Selama waktu tersebut, kegiatan yang
dilakukan hanya melayani masyarakat yang berkunjung ke
Puskesmas. Waktu antara pukul 12.00 sampai dengan pukul 14.00
belum dimanfaatkan secara optimal untuk mengembangkan peran
sebagai petugas kesehatan masyarakat.
4. Pemanfaatan tenaga dan sarana kesehatan Puskesmas masih kurang
maksimal, termasuk pemanfaatan Bidan Desa, dimana Bidan Desa
lebih banyak dimanfaatkan sebagai tenaga kuratif dan kurang
dimanfaatkan dalam upaya promotif dan preventif. . Kerjasama dengan
jejaring masih kurang optimal,
5. Masih adanya anggapan bahwa pembangunan bidang kesehatan
bersifat konsumtif dan belum dipandang sebagai investasi pada
peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga anggaran
yang dialokasikan kurang memadai.
c. Opportunity (kesempatan/peluang)
Berbagai faktor lingkungan luar Puskesmas Ardimulyo yang merupakan
peluang diantaranya adalah :
1. Adanya Sistem Kesehatan Nasional dan Undang-undang tentang
Kesehatan serta peraturan perundang-undangan lain-nya sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
2. Adanya pertemuan rutin lintas sektor (Puskesmas, Kelurahan,
Kecamatan, Sekolah-sekolah, KUA dan PKK untuk membicarakan
situasi kesehatan dan umpan baliknya.
3. Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat merupakan peluang
meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan.
4. Kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan
memberi peluang untuk mempercepat peningkatan pemerataan
pelayanan serta kualitas pelayanan Puskesmas.
5. Adanya komitmen dan dukungan politis dari Pemerintah Daerah
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
6. Kehidupan masyarakat yang agamis merupakan peluang
dilakukannya pendekatan keagamaan dalam pembangunan
kesehatan.
7. Adanya momentum program kesehatan yang strategis seperti Desa
Siaga dan Gerakan Sayang Ibu.
8. Adanya lomba-lomba terkait kesehatan seperti Lomba Dokter Kecil,
Lomba Kader Teladan, Lomba Balita, Lomba UKS, Lomba Dokter
dan Paramedis Teladan dan lain-lain.
9. Keadaan geografis yang dapat dijangkau oleh kendaraan, serta
tersedianya sarana transportasi dan komunikasi yang sudah
menjangkau seluruh wilayah kerja Puskesmas.
d. Threat (Ancaman/Rintangan/Tantangan)
1. Kurangnya komitmen sebagian staff Puskesmas terhadap program
Puskesmas.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan ibu
dan anak.
3. Kurangnya maksimalnya dukungan kerjasama peran serta sebagian
masyarakat dan kemitraan lintas program dan sektor termasuk tokoh
masyarakat dan tokoh agama di wilayah kerja Puskesmas Ardimulyo.
4. Adanya Desa Siaga yang kurang aktif sehingga partisipasi
masyarakat pada kegiatan kesehatan tidak optimal.
5. Keterlibatan masyarakat belum dikembangkan secara optimal.
Pemerintah kurang berhasil menumbuhkan inisiatif dan rasa memiliki
serta belum mampu mendorong kontribusi sumber daya dari
masyarakat dalam penyenggaraan upaya Puskesmas.
6. Puskesmas masih kurang dalam menggali, menghimpun dan
mengorganisasi partisipasi masyarakat.
7. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan membudayakan baik
PHBS rumah tangga, sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat
kerja, maupun tempat-tempat umum masih kurang maksimal.
8. Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang menengah ke bawah
sehingga mempengaruhi makanan yang di konsumsi.
3.5 Strategi SWOT
Dari analisis SWOT diatas dapat dirumuskan bahwa strategi
pelaksanaan penanggulangan angka kematian neonatus di Puskesmas
Ardimulyo antara lain :
a. Strategi S-O (mengoptimalkan kekuatan untuk menangkap
kesempatan)
1. Memanfaatkan kecukupan SDM dalam pelayanan KIA untuk
melakukan program-program penyuluhan dan penjaringan kasus
risiko tinggi
2. Memanfaatkan ketersediaan dana untuk melakukan kegiatan
kesehatan seperti gerakan sayang ibu, lomba-lomba kesehatan dan
sebagainya.
3. Puskesmas yang didirikan menjangkau seluruh wilayah kerja dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
4. Tersedianya SDM yang memadai dapat memfasilitasi untuk
kerjasama lintas sektor dan tersedianya SIMPUS dapat memberikan
data kesehatan yang lengkap terkait kesehatan masyarakat.
5. Pelayanan ANC terpadu dengan 10 T, dapat meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan.
b. Strategi W-O (memanfaatkan kesempatan untuk meminimalkan
kelemahan)
1. Meningkatkan kerjasama bidan desa, kader dan kerjasama lintas
sektor dalam penemuan kasus kematian neonatus untuk
mengantisipasi pelaporan bidan praktik mandiri dan klinik swasta
yang tidak konfirmatif.
2. Meningkatnya pendidikan masyarakat dapat dimanfaatkan untuk
merubah pandangan kesehatan adalah investasi sehingga kualitas
hidup masyarakat meningkat.
3. Kehidupan masyarakat yang agamis dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan upaya promotif dan preventif terkait imunisasi anak.
c. Strategi S-T (memanfaatkan kekuatan untuk menghadapi rintangan)
1. Memanfaatkan kecukupan SDM dalam pelayanan KIA untuk
melakukan program-program penyuluhan dan penjaringan kasus
risiko tinggi
2. Kegiatan yang dilaksanakan puskesmas berorientasi pada kebutuhan
masyarakat, dapat dioptimalkan untuk mengaktifkan desa siaga dan
penggalakkan PHBS sesuai dengan petunjuk pelaksanaan.
3. Adanya struktur organisasi yang dapat digunakan untuk upaya
advokasi ke pemerintah daerah untuk meningkatkan komitmen
kepala kecamatan, kepala kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh
agama terkait kesehatan.
g. Strategi W-T (meminimalkan kelemahan untuk menghindari
rintangan)
1. Meningkatkan kerjasama kader dan kerjasama lintas sektor dalam
penemuan kasus kematian neonatus untuk mengantisipasi pelaporan
bidan praktik mandiri dan klinik swasta yang tidak konfirmatif.
2. Komitmen, dukungan dan keikutsertaan pegawai puskesmas perlu
ditingkatkan agar dapat melakukan peningkatkan program preventif
dan promotif ke masyarakat.
BAB IV
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

4.1. pembahasan Prioritas Masalah


Masyarakat Indonesia masih banyak yang kurang memahami akan
pentingnya kesehatan. Anggapan masyarakat berfikir bahwa sehat adalah
tidak sakit, apabila tidak ada gejala penyakit yang terasa berarti tubuh sehat.
Hal tersebut tidak tepat, karena ada beberapa penyakit degeneratif yang
menimbulkan gejala ketika penyakit telah kronis. Sehat adalah suatu kondisi
keseimbangan, dimana seluruh sistem organ di tubuh bekerja dengan
selaras.
Paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan
yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan
dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun
tetap mengupayakan yang sakit segera sehat.
Berdasarkan pengkajian di Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang
didapatkan data sebagai berikut: Pada tahun 2020, jumlah sasaran ibu hamil
1267 orang dan ibu hamil yang mendapatkan Fe 90 berjumlah 1267 orang
(100%). Ibu hamil yang dilakukan imunisasi TD 2 sebanyak 1.164 orang
(91,8%).Kehamilan resiko tinggi hamil pada usia < 20 tahun sebanyak 57
orang (4,4%), pelaksanaan ASI eksklusif selama 6 bulan yaitu 1209 orang
(100%). Jumlah kematian Ibu berjumlah 1 ibu , jumlah kelahiran hidup 1.152
orang (90,9 %) dan jumlah kelahiran denagn BBLR pada tahun 2020
sebanyak 29 bayi (2,5%). Pada triwulan I tahun 2021, belum terdapat
kejadian kematian ibu. Ibu hamil yang mendapatkan 30 tablet Fe sebanyak
568 (43,7%) dan 90 tablet Fe berjumlah 729 (56,2%). Ibu hamil yang
mengalami anemia berjumlah 92 ibu hamil (8,4%) sedangkan jumlah KEK
pada ibu hamil sejumlah 57 orang (4,4%). Pada tahun 2019, jumlah
kematian neo sebanyak 6 anak, dengan penyebab lahir mati, kelainan
jantung, BBLSR, BBLR, Asfiksia berat. Jumlah kematian bayi dan balita
sebanyak 11 anak, dengan penyebab batuk sesak nafas, febris kompulsif,
kecelakaan, dan lain-lain. Pada tahun 2020 terdapat tidak ada kematian
neonatus yang terlaporkan.
Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya
dengan sehat, bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat.
Oleh karena itu, setiap ibu hamil harus dapat dengan mudah mengakses
fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar, termasuk
deteksi kemungkinan adanya masalah/penyakit yang dapat berdampak
negatif terhadap kesehatan ibu dan janinnya. Ada beberapa
masalah/penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan, pertumbuhan janin
dan bahkan dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan yang
kelak dapat mengancam kehidupan ibu dan bayi
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan
dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, pre
eklamsia/eklamsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak
langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu
hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering
melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran), dan TIGA TERLAMBAT
(terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat
mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penanganan
kegawatdaruratan).
Faktor berpengaruh lainnya adalah ibu hamil yang menderita
penyakit menular seperti Malaria, HIV/AIDS, Tuberkulosis, Sifilis; penyakit
tidak menular seperti Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung, asma berat,
gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan gizi.
4.2. Alternatif Pemecahan Masalah
4.2.1 Masalah :
a) Kehamilan resiko tinggi dengan ibu hamil usia < 20 tahun
b) Anemia dan KEK masih tinggi
4.2.2 Pemecahan Masalah dan Rencana Tindakan :
a. Meningkatkan komitmen pada pemangku kebijakan untuk
menghindari terjadinya kematian pada ibu periode maternal
Komitmen pemangku kebijakan seperti kepala daerah, kepala
kecamatan dan kepala kelurahan sangat diperlukan untuk
mensukseskan program kesehatan yang di laksanakan oleh dinas
kesehatan daerah. Komitmen kepala kelurahan terkait hidup sehat dan
mencegah terjadinya kematian pada ibu dan anak dapat diteruskan
pada ketua rukun warga (RW) dan rukun tetangga (RT) sehingga
apabila terdapat ibu hamil diantara warganya, dapat dilakukan
pengawasan dan pemberian bantuan apabila terjadi kegawatdaruratan,
sehingga dapat menghindarkan dari kematian.
b. Menerapkan pemeriksaan ANC Terpadu untuk deteksi dini ibu
hamil risiko tinggi dan penanganan segera
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko
mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan
antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu
untuk pelayanan antenatal yang berkualitas.
Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat
2) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan
3) Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman
4) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi
5) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat
waktu bila diperlukan
6) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan
bila terjadi penyulit/komplikasi.
Standar pelayanan ANC yang berkualitas dan terpadu terdiri dari :
1) Timbang berat badan
2) Ukur lingkar lengan atas (LILA)
3) Ukur tekanan darah
4) Ukur tinggi fungdus uteri
5) Hitung denyut jantung janin (DJJ)
6) Tentukan presentasi janin
7) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
8) Beri tablet tambah darah (tablet besi)
9) Periksa laboratorium (rutin dan khusus), meliputi pemeriksaan
golongan darah, kadar hemoglobin darah (Hb), protein dalam urin,
kadar gula darah, pemeriksaan darah Malaria, tes Sifilis,
pemeriksaan HIV, BTA.
10) Tatalaksana/penanganan kasus
11) KIE Efektif, meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat,
peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan, tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, dan nifas
serta kesiapan menghadapi komplikasi, kelas ibu hamil, asupan gizi
seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular, penawaran
untuk melakukan konseling dan testing HIV (risiko tinggi), inisiasi
menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif, KB paska
persalinan, Imunisasi dan Peningkatan kesehatan intelengensia
pada kehamilan (brain booster).
c. Menggiatkan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, Desa ODF (tidak
buang air besar sembarangan) dan Desa STBM (sanitasi total
berbasis masyarakat)
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan
dari Desa Siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006. Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif adalah desa yang : (1) penduduknya dapat
mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari melalui Poskesdes, Pustu dan
Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya. (2) penduduknya
mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans berbasis
masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak,
gizi lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan
penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Tujuan terbentuknya Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yaitu
percepatan terwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli,
tanggap, dan mampu mengenali, mencegah serta mengatasi
permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga
derajat kesehatannya meningkat.
Kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif :
1) Kepedulian Pemerintah Desa atau Kelurahan dan pemuka
masyarakat terhadap Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang
tercermin dari keberadaan dan keaktifan Forum Desa dan
Kelurahan.
2) Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif.
3) Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
4) Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan (1) survailans
berbasis masyarakat, (2) penanggulangan bencana dan
kedaruratan kesehatan, (3) penyehatan lingkungan.
5) Tercakupnya (terakomodasinya) pendanaan untuk
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dalam Anggaran
Pembangunan Desa atau Kelurahan serta dari masyarakat dan
dunia usaha.
6) Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
dalam kegiatan kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
7) Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan
mengatur tentang pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
8) Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah
Tangga di desa atau kelurahan.

d. Meningkatkan kelas ibu hamil


Kelas ibu hamil merupakan kelompok belajar ibu-ibu hamil
dengan umur kehamilan antara 4 minggu sampai dengan 36 minggu
(menjelang persalinan) dengan jumlah peserta maksimal 10 orang.
Tujuan kelas ibu hamil adalah meningkatkan pengetahuan,
merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan,
perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan, persalinan, perawatan nifas,gizi mulai dari
hamil sampai masa nifas, gizi pada bayi dan balita, KB pasca
persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos / kepercayaan / adat
istiadat setempat, penyakit menular seksual dan akte kelahiran.
Materi berikut pada pertemuan pertama mengenai perawatan
kehamilan yang membahas kesiapan psikologis menghadapi
kehamilan, hubungan suami istri selama kehamilan, obat yang boleh
dan tidak boleh dikonsumsi ibu hamil, tanda-tanda bahaya kehamilann
dan perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). Materi
Pertemuan kedua meliputi persalinan yang membahas tanda-tanda
persalinan, tanda bahaya persalinan, proses persalinan. Materi
selanjutnya adalah perawatan nifas yang membahas apa yang
dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui ASI ekslusif, bagaimana
menjaga kesehatan ibu nifas, tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu
nifas dan KB pasca persalinan Pada pertemuan ketiga materi yang
dibahas adalah perawatan bayi meliputi : perawatan bayi baru lahir
(BBL), pemberian K1 injeksi pada BBL, tanda bahaya bayi baru lahir
(BBL), pengamatan perkembangan bayi/anak, Pemberian imunisasi
pada BBL.Materi berikutnya tentang mitos yaitu penggalian dan
penelusuran mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan
anak.Selanjutnya penyakit menular yang meliputi Infeksi menular
seksual (IMS), Informasi dasar HIV/AIDS dan pencegahan dan
penanganan malaria pada ibu hamil. Pada pertemuan ini juga dibahas
tentang pentingnya akte kelahiran.
e. Meningkatkan gizi yang baik pada ibu hamil dan nifas
Kesehatan Sumber Daya Manusia (SDM) salah satunya
ditentukan oleh status gizi. Hal ini di mungkinkan, karena apabila
seseorang mengalami kekurangan gizi akan mengakibatkan rendahnya
kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya
peningkatan gizi pada ibu hamil dan nifas dengan cara memberikan
penyuluhan atau promosi kesehatan yang berkesinambungan yang
berisikan tentang manfaat akan dampak tentang gizi apabila tercukupi
dan tidak tercukupi, memberikan contoh daftar menu sehari – hari yang
bisa di aplikasikan sendiri, serta memberikan contoh bahan makanan
yang mengandung vitamin dan mineral. Contohnya sebagai berikut ini :
1) Asupan gizi pada ibu hamil
1. Trimester I
Pada usia kehamilan 1 –12 minggu, calon ibu diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan kalori 200 kilo kalori per hari.
Dengan konsumsi sumber karbohidrat, protein, asam folat,
kalsium, dan berbagai macam vitamin, seperti vit. A, B1, B2, B3
B6 untuk membantu proses tumbuh kembang janin, vit. B 12
untuk membentuk sel darah baru, vit. C untuk penyerapan zat
besi, vit D untuk pembentukan tulang dan gigi, vit E untuk
metabolisme dan zat besi untuk memproduksi sel darah merah.
Umumnya, memasuki minggu kelima, ibu mengalami
morning sickness berupa mual muntah, agar kebutuhan asupan
makana bergizi tetap terpenuhi, ibu harus mengkonsummsi
makanan dengan porsi yang sedikit tapi sering, selain itu sajikan
dengan kondisi hangat dan segar.
2. Trimester II
Pada usia kehamilan 13—28 minggu, kebutuhan gizi
semakin meningkat . Ibu diharapkan menambah asupan sekitar
300 kalori per hari. Upayakan konsumsi cemilan yang sehat 3-4 x
sehari dengan porsi sedang. Hindari minuman berkafein seperti
kopi, karena dapat mengganggu perkembangan sistem saraf
pusat janin yang sedang berkembang.
Pada minggu ke 17, umumnya ibu mengalami
sembelit,pastikan minum 8 gelas sehari untuk memenuhi
kebutuhan cairan tubuh yang meningkat. Optimalkan asupan gizi
zat besi dan vit. C seperti konsumsi kuning telur ,ayam, daging
dan bayam untuk pembentukan sel darah merah baru.
Pada minggu ke 23 untuk pembentukan otak janin, ibu
boleh konsumsi sea food untuk memenuhi asupan asam lemak
omega 3, seperti : ikan, udang, kerang dan makanan laut
lainnya.
3. Trimester III
Calon ibu perlu mendapat energi yang cukup terutama
untuk persiapan melahirkan, terutama mengkonsumsi
karbohidrat (nasi, kentang dan olahannya) serta lemak (dari
mentega, susu, daging, alpukat dan minyak nabati).Asupan gizi
yang berkualitas akan menjamin ibu tak mengalami kekurangan
gizi.

2) Asupan gizi ibu nifas


Kebutuhan energi ibu nifas / menyusui pada enam bulan
pertama kira – kira 700 kkal./hari dan enam bulan kedua 500
kkal/hari sedangkan ibu menyusui bayi yang berumur 2 tahun rata –
rata sebesar 400 kkal/hari dari wanita dewasa biasa.
Unsur – Unsur Yang Terkandung Dalam Makanan Ibu Nifas :
1. Sumber Tenaga ( Energi ), terdiri dari beras, sagu, jagung,
tepung terigu dan ubi. Sedangkan lemak dapat diperoleh dari
hewani (lemak, mentega, keju) dan nabati (kelapa sawit, minyak
sayur, minyak kelapa dan margarine).
2. Protein, dapat diperoleh dari hewani (ikan, udang, kerang,
kepiting, daging, ayam, hati, telur, susu dan keju) dan protein
nabati (kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai).
3. Zat Kapur, terdiri dari susu, keju, kacang-kacangan dan sayuran
bewarna hijau.
4. Fosfor dapat diperoleh dari susu, keju, dan daging.
5. Zat Besi, tambahan zat besi sangat penting dalam masa
menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan
sel, serta menambah sel-sel darah merah ( HB ) sehingga daya
angkut oksigen mencukupi kebutuhan.
6. Yodium, sangat penting untuk mencegah kekerdilan fisik yang
serius, sumbernya : minyak ikan, ikan laut dan garam beryodium.
7. Kalsium, ibu membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan gigi
anak, sumbernya : susu dan keju.
8. Vitamin A, pemberian Vit A pada ibu nifas, yang diberikan segera
setelah bayi lahir sampai bayi berusia 60 bulan.
9. Vitamin B1 ( thiamin ), didapatkan dari hati, kuning telur, kacang-
kacangan, tomat, jeruk, nanas dan kentang bakar.
10. Vitamin B2 ( Riboflavin ), sumber : hati, kuning telur, keju, susu,
kacang- kacangan dan sayuran bewarna hijau.
11. Vitamin B3 ( Niacin ), bersumber dari susu, kuning telur, daging,
kaldu daging, hati, daging ayam, kacang-kacangan, beras
merah, jamur dan tomat.
12. Vitamin B6 ( Pyridoksin ), didapat dari gandum, jagung, hati dan
daging.
13. Vitamin B12 (Cyanocobalamin), diperoleh dari telur, daging hati,
keju, ikan laut dan kerang laut.
14. Folic Acid, didapat pada hati, daging, ikan, jeroan dan sayuran
hijau.
15. Vitamin C, bersumber dari jeruk, tomat, melon, brokoli, jambu biji,
mangga, papaya dan sayuran.
16. Vitamin D, sumbernya antara lain : minyak ikan, susu, margarine
dan penyinaran kulit dengan sinar matahari pagi (sebelum pukul
09.00).
17. Vitamin K, sumber vitamin K adalah kuning telur, hati, brokoli,
asparagus dan bayam.
18. Cairan, sangat dianjurkan Ibu menyusui minum 2-3liter per hari,
baik itu susu, air putih maupun jus, ingat bukan minuman
ringan/softdrink.
19. Lemak omega 3, Dianjurkan untuk konsumsi lemak omega 3
(semacam ikan laut, kakap, tongkol). Asam lemak omega 3 akan
diubah menjadi DHA yang dikeluarkan melalui ASI
20. Multivitamin, multivitamin seimbang dan suplemen mineral
diperlukan bila ibu menyusui kurang dari 1800kkal/hari
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari Hasil Praktik Kerja Lapangan di
Puskesmas Ardimulyo Dinas Kesehatan Kabupaten Malang sesuai yang
kami angkat adalah:
1. Kehamilan Resiko tinggi menjadi prioritas masalah yang perlu
penanganan segera. Kelompok menemukan permasalahan masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Ardimulyo yaitu masih adanya ibu hamil
pada usia < 20 tahun sehingga mempengaruhi kondisi kelanjutan pada
proses kehamilan,persalinan,sampai dengan BBLR.
2. Kehamilan resiko tinggi dengan usia ibu < 20 tahun sebanyak 57 orang
(4,4%) yang berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil
sebanyak 92 orang (8,4%),KEK pada ibu hamil sebanyak 57 orang
(4,4%), Jumlah kelahiran hidup dari 1267 ibu hamil ada 1.152 orang hal
ini dikarenakan abortus,lahir premature dan jumlah BBLR sebanyak 29
bayi (2,5%)
3. Alternatif pemecahan masalah antara lain perlunya penguatan komitmen
dan kerjasama antara puskesmas dan lintas sektor khususnya
pemangku kebijakan, karena penyebab kematian Ibu dapat ditekan
apabila ada dukungan dari masyarakat itu sendiri.
4. Implementasi Rumusan alternatif masalah dengan penguatan kapasitas
jaring jejaring dengan Praktek mandiri bidan, klinik dan dokter praktek
swasta baik dalam wilayah maupun luar wilayah, mengajak ibu hamil
untuk periksa rutin sesuai standar, Anc terpadu dan mengikuti kelas ibu
hamil
5.2 SARAN
Demi mengurangi Angka kehamilan resiko tinggi dengan ibu hamil
usia < 20 thn,Anemia,KEK dan BBLR maka diharapkan adanya
peningkatan peran aktif daerah dan masyarakat terkait upaya kesehatan
untuk mencapai kualitas hidup yang setinggi-tingginya.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 5. Jakarta: Depkes RI

Dr. H. Djoko Wijono, M. S. 2015. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan.


Airlangga University Press.

Kurnia,M. 2015. Paper Pengantar Administrasi dan Kebijakan Kesehatan


SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat.

Nainggolan, T. 2015. SWOT Kesehatan Ibu dan anak, KB di


Puskesmas.
Lampiran Dokumentasi :

Anda mungkin juga menyukai