Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TUGAS KELOMPOK

DRUG MANAGEMEN

Disusun oleh :

1. Auliyaa Cendanasari P27824416033

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV KEBIDANAN SUTOMO
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Undang-Undang Farmasi Rumah skit 1333/Menkes/SK/XII/1999:
Adalah bagian tak terpisahkan dari pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
kepada Pasien, Penyediaan obat yang bermutu, termasuk Pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Agar seorang tenaga kesehatan dapat menjalankan hal tersebut di atas maka
diperlukan suatu acuan yang disebut sebagai Drug Management atau Terapeutic. Berikut
adalah penjelasan singkat mengenai Drug Management.

Policy and Legal Framework dalam Drug Management Cycle merupakan suatu
sistem kebijakan yang diatur oleh undang-undang yang menjadi dasar atau acuan untuk
melakukan kegiatan kefarmasian. Terdapat 5 faktor utama dalam Drug Management
Cycle yaitu seleksi (selection), pengadaan (procurement), distribusi (distribution),
penggunaan (use) dan manajemen pendukung (management support). Dari kelima faktor
tersebut, manajemen pendukung merupakan faktor yang paling penting, ketika
manajemen pendukung tersebut baik maka keempat faktor lainnya akan baik

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat Memahami dan Menjelaskan tentang Drug Managemen dalam
Basic Life Suport.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Drug Management
2. Mahasiswa dapat menjelaskan Macam-Macam Obat Yang Di Gunakan Dalam
Penanganan Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Drug Management

1. Pengertian

DMC (Drug Management Cycle) adalah suatu siklus yang didalamnya terdapat
masing-masing unsur pokok yaitu (selection, procurement, distribution dan use), dimana
unsure-unsur tersebut mempunyai fungsi pokok / sebagai pengarah dalam menentukan
kebijakan kedepan.

Manajemen obat merupakan serangkaian kegiatan kompleks yang merupakan


suatu siklus yang saling terkait, pada dasarnya terdiri dari 4 fungsi dasar yaitu seleksi dan
perencanaan, pengadaan, distribusi serta penggunaan. Pada dasarnya, manajemen obat di
apotek adalah bagaimana cara mengelola tahap-tahap dan kegiatan tersebut agar dapat
berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan obat
yang efektif dan efisien agar obat yang diperlukan oleh dokter dan pasien selalu tersedia
setiap saat dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung
pelayanan yang bermutu.

2. Seleksi

Proses kegiatan sejak meninjau masalah kesehatan, identifikasi pemilihan terapi,


bentuk sediaan, kriteria pemilihan, standarisasi/penyusunan formularium.

3. Procurement

Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang direncanakan dan


disetujui, dapat melalui pembelian, produksi/pengemasan kembali, sumbangan.
Diharapkan memperoleh pembekalan yg efisien (tak terjadi stock out).
4. Distribution

Proses penyaluran obat dari IFRS/apotek ke pasien untuk menjamin ketersediaan


obat bagi pasien dan mutu obat yang terjaga. Proses penyaluran obat dari IFRS/ apotek ke
pasien untuk menjamin ketersediaan obat bagi pasien dan mutu obat yang terjaga.

5. Use

Yang didalam nya terdapat diagnose, peresepan , dispensing dan pengguanaan


yang tepat untuk pasien.

Siklus manajemen obat didukung oleh faktor-faktor pendukung manajemen


(management support) yang meliputi organisasi, keuangan atau finansial, sumber daya
manusia (SDM), dan sistem informasi manajemen (SIM). Setiap tahap siklus manajemen
obat yang baik harus didukung oleh keempat faktor tersebut sehingga pengelolaan obat
dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Siklus pengelolaan obat dinaungi/dibatasi
oleh bingkai kebijakan dan peraturan perundang-undangan. Siklus pengelolaan obat
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
2.1 Macam-macam Obat yang digunakan pada Gawat Darurat Maternal dan Neonatal

1. HPP (Haemoragic Post Partum)


 Pemberian tranfusi darah
 Pemberian obat uterotonika seperti oksitosin, ergometrin, metilergonovin, dan
prostaglandin.
 Pemberian misoprostol 800-1000 ug per rektal

2. Ketuban Pecah Dini


 Pemberian obat uterotonika untuk induksi persalinan (pada usia kehamilan 34-37
minggu) seperti oksitosin, misoprostol yang berfungsi untuk menstimulasi kontraksi
otot polos yang ada di uterus atau rahim

 Pemberian obat kortikosteroid (pada usia kehamilan 23-34 minggu) untuk mempercepat
pematangan paru-paru janin, agar dapat secepatnya dilahirkan, seperti dexamethasone,
Betametason, Methylprednisolone, Prednison, Prednisolone, dan Triamcinolone.

 Pemberian antibiotic untuk mencegah infeksi, seperti penicillin, amoxicillin, ceftriaxone

3. Preeklampsia
 Pemberian obat anti kejang, seperti Magnesium Sulfat, diazepam, fenitoin.

 Pemberian obat antidotum untuk penawar racun, seperti Calcium Glukonas 10%

 Pemberian obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah pada ibu hamil dan nifas
berupa: Methyldopa, Labetalol, Nifedipin

 Pemberian obat kortikosteroid untuk membantu pematangan paru-paru janin, seperti


dexamethasone, Betametason, Methylprednisolone, Prednison, Prednisolone, dan
Triamcinolone

4. Asfiksia

Beberapa bayi dapat mengalami kejang akibat asfiksia neonatorum. Dokter harus hati-
hati memperlakukan bayi-bayi ini untuk menghindari cedera kejang. Penanganan yang
mungkin diberikan pada kondisi ini antara lain:

 obat anti-inflamasi

 magnesium

 vitamin

 allopurinol , yang merupakan obat yang mengurangi penumpukan asam dalam


tubuh
Keberhasilan penanganan tergantung pada berapa lama bayi mengalami asfiksia. Bayi
yang berhasil bertahan hidup bisa saja tidak mengalami masalah sama sekali, namun bisa
juga mengalami konsekuensi cacat jangka panjang akibat kerusakan otak dan organ lain.

5. BBLR

Dalam beberapa prosedur (misalnya pemasangan drainase dada atau kanul vena
sentral), pemberian diazepam sebagai sedasi, atau ketamin sebagai anestesi ringan dapat
dipertimbangkan (lihat bagian 9.1.2).

Untuk sedasi diazepam diberikan 0.1–0.2 mg/kgBB IV. Untuk ketamin 2–4
mg/kgBB IM. Sedasi terjadi setelah sekitar 5-10 menit dan efek bekerja selama kurang
lebih 20 menit.

Selama proses sedasi, awasi jalan napas anak, waspadai kemungkinan terjadinya
depresi pernapasan dan pantau saturasi oksigen menggunakan pulse oximeter, bila
mungkin. Pastikan tersedia balon resusitasi dan oksigen.

6. Premature
Beberapa jenis obat yang akan diberikan dokter, meliputi:

 Obat tokolitik, yaitu jenis obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghentikan
kontraksi, seperti terbutalin dan isoxsuprine.

 Kortikosteroid, yaitu obat yang digunakan untuk mempercepat perkembangan organ


paru-paru janin.

 Magnesium sulfat, untuk mengurangi risiko gangguan atau kerusakan pada otak.

 Antibiotik, jika kelahiran prematur disebabkan oleh infeksi.

Anda mungkin juga menyukai