Anda di halaman 1dari 60

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP

PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI LAHIR STUNTING PUSKESMAS


SE- KECAMATAN REMBANG, KABUPATEN REMBANG

PROPOSAL SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi S1


Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh :
Fiki Hidayati
6411417004

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020

i
ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP
PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI LAHIR STUNTING PUSKESMAS
SE- KECAMATAN REMBANG, KABUPATEN REMBANG

PROPOSAL SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi S1


Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh :
Fiki Hidayati
6411417004

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020

ii
RANGKUMAN
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan masyarakat tingkat pertama
yang salah satunya memiliki kegiatan gizi. Stunting merupakan kasus yang hingga
saat ini masih tinggi prevalensinya yang mana penurunan stunting merupakan
salah satu prioritas nasional pemerintah dalam sektor kesehatan. Prevalensi balita
gizi pendek mengalami kenaikan dari tahun 2016-2018 yaitu 27,5% pada tahun
2016, 29,6% pada tahun 2017, menjadi 30,8% pada tahun 2018 menurut riskesdas
2018. Di tahun 2019 angka prevalensi stunting nasional turun menjadi 27,67%.
Meski terlihat ada penurunan angka prevelensi, tetapi stunting dinilai masih
menjadi permasalahan serius di Indonesia karena menurut WHO batas stunting
disuatu negara yaitu 20% saja. Menurut Riskesdas tahun 2018 Kabupaten
Rembang memiliki prevalensi balita stunting di persentase 26 persen. Berdasarkan
arahan Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang, maka dua UPT Puskesmas yang
berada di Kecamatan Rembang yakni Puskesmas Rembang 1 dan Puskesmas
Rembang 2 memiliki pelayanan kunjungan bayi lahir stunting yang dilakukan di
wilayah kerja Puskesmas secara langsung ke rumah pasien yang dilakukan oleh
petugas gizi puskesmas dengan bantuan Bidan Desa dan kader kesehatan setempat
dengan sasaran bayi lahir stunting sampai dengan anak usia 23 bulan.
Dikarenakan stunting merupakan akibat dari kekurangan gizi kronis dan infeksi
berulang terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin
hingga anak berusia 23 bulan, maka program ini merupakan program yang
memiliki dampak penting. Kecamatan Rembang dalam hal ini merupakan
kecamatan dengan kasus bayi lahir stunting tertinggi di Kabupaten Rembang,
yaitu 62 kasus. Salah satu indicator keberhasilan suatu pelayanan adalah kepuasan
pasien. Kepuasan pasien pada suatu pelayanan dapat diketahui dari beberapa
factor, diantaranya adalah bukti langsung (tangible), jaminan (assurance), empati
(emphaty), daya tanggap (responsiveness), dan Kehandalan (Reability). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
kunjungan bayi lahir stunting Puskesmas Se-Kecamatan Rembang, Kabupaten
Rembang. metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan
rancangan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sejumlah 60 orang. Sumber data dalam penelitian ini yaitu sumber primer yang
berasal dari wawancaraterhadap penanggung jawab program dan sumber data
sekunder yang berasal dari data kunjungan bayi stunting UPT Puskesmas
Rembang 1 dan UPT Puskesmas Rembang 2, serta data kasus bayi lahir stunting
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner.

Kata Kunci : Bayi, Kepuasan, Puskesmas, Stunting.

iii
PENGESAHAN

iv
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis

Karakteristik Dan Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kunjungan Bayi Lahir

Stunting Puskesmas Se- Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang”.

Skripsi ini dapat terselesaikan tentunya dengan doa, bantuan dan motivasi

dari beberapa pihak, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak Dr. Irwan

Budiono, M. Kes (Epid)., atas persetujuan observasi skripsi.

2. Pembimbing skripsi, Bapak Prof. Dr. Bambang Budi Raharjo, M. Si.,

atas bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan selama

perkuliahan.

3. Ketua peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan, Ibu dr. Fitri

Indrawati, M. P. H., atas arahan yang diberikan selama perkuliahan.

4. Bapak Ibu Dosen serta staff Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, atas bekal

ilmu dan pengalaman yang telah diberikan.

5. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, atas izin observasi skripsi yang

diberikan.

6. Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang, atas data-data, izin observasi

dan penelitian yang telah diberikan.

v
7. Kepala Puskesmas Rembang 1, yang telah memberikan data dan izin

penelitian.

8. Fatin Nabila, S.Gz., yang telah memberikan arahan penelitian.

9. Pak Agus, S.Gz. Puskesmas Rembang 2, yang telah memberikan

arahan penelitian.

10. Bu Ima Dinkes Rembang yang telah memberikan data dan motivasi.

11. Orangtua tercinta Bapak Djasman dan Ibu Muslikhah, atas doa, kasih

sayang dan dukungan yang tak terhingga sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

12. Adik kandung tersayang Khoirina Daulati dan Candra Hilwa L., atas

doa, semangat, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

13. Keluarga Cumi-cumiku yang memotivasiku supaya bergerak cepat

mengerjakan skripsi.

14. Sahabat army Eka May Salama Putri dan Balqisza Dima A.Z sang

mootiara yang selalu menjadi support sistemku saat ambyar.

15. Pasukan Zombieku atas semua pengalaman, keterampilan, doa,

semangat dan dukungan.

16. Teman-teman Rombel 1 tercinta , yang telah memberikan bantuan,

semangat dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

17. Rekan-rekan peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan, yang telah

memberikan bantuan, semangat dan motivasi sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

vi
18. Rekan-rekan seperjuangan jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Angakatan 2017 Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan pengalaman dan motivasi yang

berarti.

19. Kardus Aqua tercinta yang menjadi saksi bisu dan serial ANTV yang

selalu menghiburku dikala lelah mengerjakan skripsi.

20. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan

doa yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dari pihak-pihak yang

telah membantu. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh

peneliti. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Semarang, 30 November 2020

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

RANGKUMAN......................................................................................................iii

PENGESAHAN......................................................................................................iv

PRAKATA...............................................................................................................v

DAFTAR ISI........................................................................................................viii

DAFTAR TABEL..................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6

1.3 Tujuan........................................................................................................6

1.4 Manfaat......................................................................................................7

1.5 Keaslian Penelitian....................................................................................7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................10

2.1 Landasan Teori........................................................................................10

2.1.1 Puskesmas...........................................................................................10

2.1.2 Konsep Kepuasan..................................................................................14

2.1.3 Kepuasan pasien..................................................................................15

viii
4.1.4 Bayi Lahir Stunting..........................................................................18

4.1.5 Konsep Program Kunjungan Bayi Lahir Stunting...........................22

2.2 Kerangka Teori.............................................................................................26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................27

3.1 Alur Pikir......................................................................................................27

3.2 Variabel Penelitian.......................................................................................27

3.2.1 Variabel Terikat.....................................................................................27

3.3 HIPOTESIS PENELITIAN..........................................................................28

3.3.1 Hipotesis Alternatif................................................................................28

3.4 Jenis Dan Rancangan Penelitian...................................................................29

3.5 Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran Variabel................................29

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian...................................................................32

3.6.1 Populasi Penelitian.................................................................................32

3.6.2 Sampel Penelitian..................................................................................33

3.6.3 Besar Sampel.........................................................................................34

3.7 Sumber Data.................................................................................................35

3.7.1 Data Primer............................................................................................35

3.7.2 Data Sekunder........................................................................................35

3.8 Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengambilan Data..................................35

3.8.1 Instrumen Penelitian..............................................................................35


ix

3.8.2 Teknik Pengambilan Data......................................................................37


3.9 Prosedur Penelitian..................................................................................37

3.9.1 Tahap Pra Penelitian........................................................................37

3.9.2 Tahap Penelitian...............................................................................37

3.9.3 Tahap Pasca Penelitian.....................................................................38

3.10 Teknik Analisis Data..................................................................................38

3.10.1 Analisis Univariat...............................................................................38

3.10.2 Analisis Bivariat..................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

LAMPIRAN...........................................................................................................33

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 . Tabel Keaslian Penelitian...............................................................7

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel......................29

xi
DAFTAR

Gambar 2.1 Alur pelaksanaan Program Kunjungan Bayi Stunting..................24

Gambar 2.2 Gambar Kerangka Teori...............................................................26

Gambar 3.1 Gambar Kerangka Konsep............................................................27

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat mendefinisikan puskesmas adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerja. Berdasarkan LPPD Dinas Kesehatan

Kabupaten Remnbang Tahun 2019 menyebutkan dalam menjalankan fungsinya

sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

masyarakat, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer, dan pusat pelayanan

kesehatan perorangan primer, puskesmas berkewajiban memberikan 6 upaya

kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib

terdiri dari: (1) Upaya promosi kesehatan; (2) Upaya kesehatan lingkungan; (3)

Upaya kesehatan ibu dan anak serta Keluarga Berencana; (4) Upaya perbaikan

gizi; (5) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular; (6) Upaya

pengobatan.

Penurunan stunting merupakan salah satu prioritas nasional pemerintah

dalam sektor kesehatan. Upaya mengatasi masalah prioritas stunting terdapat

dalam Pemerintah (RKP) 2020 serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39

Tahun 2016 Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan

1
2

Pendekatan Keluarga, upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi

stunting yaitu pada ibu hamil dan persalinan dilakukan intervensi pada 1.000 hari

pertama kehidupan, upaya jaminan ANC terpadu, meningkatkan persalinan di

fasilitas kesehatan, penyelenggaraan program pemberian makanan tinggi protein,

kalori, dan mikronutrien (TKPM), pemberantasan kecacingan, meningkatkan

transformasi KMS ke dalam Buku KIA, konseling IMD dan ASI eksklusif, serta

penyuluhan dan pelayanan KB. Sedangkan pada balita dilakukan pemantauan

pertumbuhan balita, menyelenggarakan pemberian PMT, stimulasi dini

perkembangan anak, seta memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

Di dalam sebuah kegiatan workshop Penurunan Gizi Buruk dan Stunting

dalam rangka memperingati hari Kesehatan Nasional ke 55 di Fave Hotel

Rembang, Hari Kamis, Tanggal 17 Oktober 2019, Pemerintah Kabupaten

Rembang melalui Dinas Kesehatan menargetkan angka stunting bisa ditekan di

bawah 20 persen. Dimana saat ini berdasarkan data pemantauan status gizi (PSG),

masalah gizi pendek (stunting) memiliki prevalensi yang tinggi dibandingkan

dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi

balita gizi pendek mengalami kenaikan dari tahun 2016-2018 yaitu 27,5% pada

tahun 2016, 29,6% pada tahun 2017, menjadi 30,8% pada tahun 2018 menurut

riskesdas 2018. Di tahun 2019 angka prevalensi stunting nasional turun menjadi

27,67%. Meski terlihat ada penurunan angka prevelensi, tetapi stunting dinilai

masih menjadi permasalahan serius di Indonesia karena menurut WHO batas

stunting disuatu negara yaitu 20% saja. Menurut Riskesdas tahun 2018 Kabupaten

Rembang memiliki prevalensi balita stunting di persentase 26 persen. Sebagai


3

upaya mengatasi masalah tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang

membuat inovasi dalam pelayanan kesehatan pencegahan stunting yang

dijalankan oleh seluruh puskesmas yang ada di Kabupaten Rembang.

Sebagai langkah menindaklanjuti instruksi Dinas Kesehatan Kabupaten

Rembang terkait upaya penceghaan stunting, dimana berdasarkan hasil

pemantauan status gizi (PSG) kegiatan penimbangan tahun 2019 dengan

indikator TB/U diperoleh data balita dengan status gizi pendek sebesar 0,2 % dan

sangat pendek 0,4 % maka UPT Puskesmas Rembang 1 dan UPT Puskesmas

Rembang 2 menjalankan program yang diberi nama kunjungan bayi baru lahir

(BBL) stunting dan Program Kunjungan Bayi Lahir Stunting yang dilaksanakan

diseluruh wilayah kerja Puskesmas Rembang 1. Program kunjungan bayi baru

lahir (BBL) stunting berdasarkan Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) Kunjungan

Bayi Baru Lahir (BBL) Stunting UPT Puskesmas Rembang 1 merupakan program

yang bertujuan meningkatkan cakupan bayi stunting supaya mendapatkan

perawatan, menurunkan prevalensi stunting, serta meningkatkan status gizi

masyarakat. Program kunjungan bayi baru lahir (BBL) stunting di Kecamatan

Rembang termasuk dalam program yang baru dilaksanakan yaitu UPT Puskesmas

Rembang 1 pada bulan Januari 2020 , sedangkan UPT Puskesmas Rembang 2

pada bulan Januari 2020. Berdasarkan laporan data bayi lahir stunting di Dinas

kesehatan Rembang Tahun 2020, terdapat sejumlah 339 kasus bayi lahir stunting

dengan kasus tertinggi berada I Kecamatan Rembang yaitu 62 kasus. Berdasar

kasus tersebut telah dilakukan kunjungan yang tersebar di 13 Desa yaitu di Desa

Sukoharjo, Kelurahan Sidowayah, Desa Tritunggal, Desa Punjulharjo, Desa


4

Tireman, Desa Gegunung Wetan, serta Desa Kabongan Lor yang masuk dalam

wilayah Puskesmas Rembang 1 dan Desa Waru, Desa Pulo, Desa Turus Gede,

Desa Mondoteko, dan Desa Weton yang masuk dalam wilayah Puskesmas

Rembang 2.

Berdasarkan wawancara kepada petugas yang melaksanakan kunjungan

dilapangan dari pra penelitian yang dilakukan sebelumnya di puskesmas Rembang

1 dan Puskesmas Rembang 2, Kabupaten Rembang, petugas gizi mengeluhkan

berbagai kendala yang ditemuinya ketika bertugas di lapangan. Salah satunya

adalah saat sudah sampai dirumah pasien yang akan dilakukan kunjungan,

ternyata pasien tersebut tidak sedang berada dirumah sehingga petugas harus

mengatur jadwal kunjungan kembali. Selain itu petugas juga pernah mengalami

penolakan oleh salah satu keluarga pasien saat melakukan kunjungan ke rumah

pasien.

Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan adalah kepuasan

pasien. Parasuraman (2001: 26) dalam Nursalam (2014: 301) mengemukakan

bahwa konsep mutu layanan yang berkaitan dengan kepuasan pasien ditentukan

oleh lima unsur yang biasa dikenal dengan istilah mutu layanan “SERVQUAL”

atau merupakan kepanjangan dari responsiveness, assurance, tangible, empathy

dan reliability. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting yang

harus diperhatikan dalam pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien adalah hasil

penilaian dari pasien terhadap pelayanan kesehatan dengan membandingkan apa

yang diharapkan sesuai dengan kenyataan pelayanan kesehatan yang diterima

(Imbolo, 2007). Apabila kinerja di bawah harapan, maka pelanggan akan kecewa
5

dan tidak puas. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas.

Sedangkan kinerja yang melebihi harapan, pelanggan akan merasa sangat puas.

Dengan demikian kepuasan pasien di Puskesmas tergantung bagaimana pelayanan

yang diberikan oleh pihak Puskesmas tersebut.

Salah satu indikator penting yang harus diperhatikan dalam pelayanan

kesehatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien adalah hasil penilaian dari

pasien terhadap pelayanan kesehatan dengan membandingkan apa yang

diharapkan sesuai dengan kenyataan pelayanan kesehatan yang diterima (Imbolo,

2007). Menurut Supartiningsih (2017), Kepuasan pasien merupakan cerminan

kualitas pelayanan kesehatan yang diterima oleh seorang pasien, dimana mutu

pelayanan kesehatan merujuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan

dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Semakin sempurna

kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan, dan sebaliknya.

Dengan demikian kepuasan pasien di Puskesmas tergantung bagaimana pelayanan

yang diberikan oleh pihak Puskesmas tersebut. Menurut Irham (2017), Berry dan

Zeitham (1990) dalam dalam Pasolong (135:2007), ada lima dimensi kepuasan

yang dapat digunakan sebagai tolak ukur kepuasan pasien, yakni bukti fisik

(tangibles), memberikan perhatian (emphaty), keandalan (reliability), ketanggapan

(responsivennes), jaminan kepastian (assurance).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muhammad Irham (2017) dalam

peneitian kepuasan pasien terhadap pelayanan Home Care di Puskesmas Antara

menyatakan bahwa dimensi-dimensi bukti fisik (tangibles), memberikan perhatian

(emphaty), keandalan (reliability), ketanggapan (responsivennes), jaminan


6

kepastian (assurance) yang berkaitan dengan kepuasan dalam hal ini kepuasan

pasien terpenuhi dan pelaksanaan Home Care di Puskesmas Antara berjalan

dengan baik. Penelitian oleh Hadi, et.all (2019) mengatakan bahwa hasil

penelitian disimpulkan bahwa kehandalan, jaminan, bukti langsung, empati dan

daya tanggap dalam pelayanan home care berhubungan dengan kepuasan keluarga

pasien., Kemudian pada penelitian Achmad Rizal dan Agus Jalpi (2017)

menyatakan bahwa Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di

Puskemas Kota Banjarmasin Tahun 2016 dengan hasil sebanyak 51,2 % pasien

menyatakan puas dengan pelayanan kesehatan Puskesmas Kota Banjarmasin.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti akan mengkaji lebih lanjut

mengenai Analisis Karakteristik dan Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan

Kunjungan Bayi Lahir Stunting Puskesmas Se-Kecamatan Rembang, Kabupaten

Rembang.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan

pada penelitian ini dapat dirumuskan yaitu “Bagaimana Karakteristik dan

Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Kunjungan Bayi Lahir Stunting Puskesmas

Se-Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang?”

1.3 Tujuan
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan tingkat

kepuasan pasien serta terhadap pelayanan kunjungan bayi lahir stunting

Puskesmas Se-Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang.


7

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Puskesmas

Sebagai sarana referensi bagi UPT Puskesmas Rembang 1 dan UPT

Puskesmas Rembang 2 dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang di berikan

dalam upaya peningkatan kepuasan pasien yang lebih baik

1.4.2 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Sebagai sarana referensi yang dapat dijadikan bahan kajian dan rujukan

oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian.

1.4.3 Bagi Peneliti

Merupakan sarana penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh

selama mendapatkan pelajaran dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat bidang

administrasi dan kebijakan kesehatan.

1.4.4 Bagi Masyarakat

Sebagai bahan bacaan dan sarana memperoleh informasi tentang

pelayanan kesehatan yang terbaik.

1.5 Keaslian Penelitian


Tabel 1.1 . Tabel Keaslian Penelitian

Ranc
anga Hasil
Variabel
No Peneliti Judul n peneliti
penelitian
Penel an
itian
1 Muhamm Kepuasan Kualit Kepuasan Hasil penelitian
ad Irham, Pasien Terhadap atif pasien menunjukkan dimensi-
2017) Pelayanan Deskr terhadap dimensi bukti fisik
Home Care iptif pelayann (tangibles),
Puskesmas homecare memberikan perhatian
Antara (emphaty), keandalan
Kecamatan (reliability), ketanggapan
Tamalanrea (responsivennes), jaminan
Kota kepastian (assurance) yang
8

Makassar berkaitan dengan kepuasan


dalam hal ini kepuasan
pasien terpenuhi dan
pelaksanaan Home Care di
Puskesmas Antara berjalan
dengan baik.
Analisis Kuan Variable Manajemen Pelayanan
Kualitas titatif bebas : Kesehatan Masyarakat
Pelayanan deskr kualitas memiliki pengaruh
Terhadap iptif pelayanan signifikan terhadap
Kepuasan program Produktivitas Kerja Pegawai
analit
Pasien Program PROLANI diketahui bahwa pengaruh
ik
Pengelolaan S variabel Manajemen
Febriana deng
Penyakit Kronis Variabel Pelayanan
Ika an
2 (Prolanis) Di terikat : Kesehatan Masyarakat
Saputri desai
Puskesmas kepuasan terhadap variabel
(2018) n
Halmahera Kota pasien Produktivitas Kerja Pegawai
Semarang cross program secara langsung adalah
(Studi Kasus di secti PROLANI sebesar 20,12% sedangkan
Puskesmas onal. S sisanya sebesar 79,88%
Halmahera Kota (epsilon) dipengaruhi oleh
Semarang variabel lain
Tahun 2018)
Deskripsi Mutu Deskr Variable Hasil penelitian menunjukan
Pelayanan Dan iptif bebas : bahwa kategori (reliability)
Kepuasan denga dimensi baik (60,0%),
Pasien n mutu (responsiveness) baik
Hipertensi cross pelayanan (55.0%), (assurance) baik
Peserta Prolanis sectio yang (65.5%), (emphaty) baik
Bpjs Di nal meliputi (62.5%), (tangibles) baik
Puskesmas (reliability (62.5%), dan kepuasan
Pataruman Iii ), pasien hipertensi peserta
Kota Banjar (responsiv PROLANIS BPJS kategori
Eti eness), puas (67.5%).
Suhaeti, (assurance
3
Nur lina ),
dan Anto
(emphaty),
Purwant
(tangibles)
o (2016)
Variabel
Terikat :
kepuasan
pasien
hipertensi
peserta
PROLANI
S BPJS di
Puskesmas
Pataruman
III Kota
Banjar
9

Kepuasan Kuant Variabel Hasil penelitian


Pasien Peserta itatif bebas : emnunjukkan bahwa hasil
Program Cross karakterist imensi kepuasan tertinggi
Jaminan sectio ik pasien yaitu empati, variable
Yuniar,
Kesehatan nal dan pekerjaan berhubungan
Yuyun
Nasional dimensi dengan kepuasan pelyanan
4 dan Rini
terhadap kepuasan farmasi.
Sasanti H
Pelayanan Variable
(2016)
|Kefarmasian di terikat :
Apotek kepuasan
pelayanan
farmasi
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-

penelitian sebelumnya adalah :

1. Penelitian ini hampir mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh

Muhammad Irham (2017), namun jenis program pelayanan puskesmas

yang diteliti tingkat kepuasan pasiennya dengan lokasi penelitian berbeda

dengan yang peneliti lakukan. Selai itu juga metide yang dipakai dalam

penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad

Irham (2017).

2. Penelitian ini hampir sama dengan penelitan Febriana Ika Saputri (2018),

namun yang membedakan adalah program yang diteliti tingkat kepuasan

pasiennya dengan lokasi penelitian berbeda dengan yang peneliti lakukan.

3. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhaeti,

et.all (2016), namun yang membedakan adalah subbjeck program yang

diteliti serta variable bebad yang digunakan dalam penelitian Suhaeti,

et.all (2016) adalah dimensi mutu pelayanan , sedangkan variable bebas

yang digunakan dalam penelitian ini adalah factor yang mempengaruhi

kepuasan pasien.
1

4. Penelitian ini hampir sama dengan penelitian Yuniar, Yuyun dan Rini Sasanti

H (2016), namun yang membedakan adalah variable karakteristik yakni BBLR

dan pendidikan ibu.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di UPT Puskesmas Rembang 1 dan UPT

Puskesmas Rembang 2, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang.

1.6.2. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan pada Bulan September – November 2020

1.6.3. Ruang Lingkup Keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu kesehattan masyarakat

khususnya dalam bidang administrasi dan kebijakan kesehatan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas menyebutkan bahwa Pusat

Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan Puskesmas adalah Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab atas kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan.

Menurut Buku Arrime Pedoman Managemen Puskesmas (Trihono, 2002 :

6) Puskesmas ialah unit pelaksana teknis Dinas atau UPTD yang merupakan

sebuah unit organisasi dilingkungan Dinas Kabupaten atau Kota yang

melaksanakan tugas teknis operasional pembangunan kesehatan di wilayah

kecamatan.

Menurut Depkes RI (2009), Puskesmas merupakan kesatuan organisasi

fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang memiliki sifat

menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat

dengan melibatkan masyarakat didalamnya dan menggunakan hasil

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang

dapat diusahakan oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat

kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perseorangan

Sedangkan menurut Depkes RI (2011) Pusat Kesehatan Masyarakat

10
1

(Puskesmas) adalah satu sarana kesehatan masyarakat yang merupakan unit

pelaksana teknis dinas kabupaten atau kota yang memiliki tanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

2.1.1.1 Peran Puskesmas

Puskesmas memiliki peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana

teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke

depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut

ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan puskesmas dalam menentukan kebijakan

daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana

kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.

Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan

teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara

komprehensif dan terpadu (Effendi dan Mahfudli, 2009:277)

2.1.1.2 Jenis Puskesmas

Berdasarkan karakteristik wilayah kerja puskesmas, Permenkes No. 75

Tahun 2014 menentukan tiga kategori puskesmas, yaitu puskesmas dengan

kawasan perkotaan, puskesmas kawasan pedesaan, serta puskesmas kawasan

terpencil dan sangat terpencil. Sedangkan jika dikategorikan berdasarkan

kemampuan penyelenggaraannya, puskesmas dibedakan menjadi:

1. Puskesmas non rawat inap, yaitu puskesmas yang tidak

menyelenggarakan pelayanan rawat inap kecuali pertolongan persalinan

normal.
1

2. Puskesmas rawat inap, yaitu puskesmas yang diberi tambahan sumber

daya untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan

kebutuhan pelayanan kesehatan.

2.1.1.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas

Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat, Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan

untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut,

puskesmas menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) tingkat pertama

di wilayah kerjanya.

Penyelenggaraan uaaya kesehatan tingkat pertama oleh puskesmas

meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat

pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh

setiap puskesmas bertujuan untuk mencapai standar pelayanan minimal

kabupaten/kota di bidang kesehatan. Sedangkan upaya kesehatan masyarakat

pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang dalam kegiatannya

memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan bersifat ekstensifikasi dan

intensifikasi pelayanan, yang disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,

kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-

masing puskesmas di daerah (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Upaya kesehatan masyarakat esensial tingkat pertama yang diselenggarakan di

puskesmas terdiri dari:


1

 Pelayanan promosi kesehatan

 Pelayanan kesehatan lingkungan

 Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana

 Pelayanan gizi

 Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

2. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) tingkat

pertama di wilayah kerjanya. Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama

di puskemas dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain :

 Rawat jalan

 Pelayanan gawat darurat

 Pelayanan satu hari (one day care)

 Home careberdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.

3. Sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.

2.1.1.4 Standar Pelayanan Puskesmas

 Suatu organisasi layanan kesehatan yang ingin menyelengarakan

pelayanan kesehatan yang bermutu

 Rawat inap

, maka harus mempunyai standar layanan kesehatan sebagai landasan

dalam memberikan pelayanan kesehatan. Puskesmas merupakan suatu layanan

kesehatan yang didalamnya dituntut mempunyai standar layanan kesehatan.

Definisi standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang mutu yang

diharapkan (Efendi dan Makhfudli, 2009 dalam Adawiyah R, 2015). Fungsi dari

adanya standar layanan kesehatan diharapkan akan mewujjudkan pembangunan


1

kesehatan dengan segera. Pembangunan kesehatan memiliki tujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

supaya terwujud kesehatan masyarakat baik dalam bidang promotif, preventif,

kuratif, ataupun rehabilitatif supaya terwujud kesehatan yang setinggitingginya

bagi masyarakat baik fisik, mental, dan sosial serta harapan berumur panjang

(Ismainar, 2015 dalam Adawiyah R, 2015).

2.1.2 Konsep Kepuasan

Menurut Tjiptono dan Chandra dalam bukunya Service, Quality, and

Satisfaction (2011:292) mengungkapkan kata kepuasan (satisfaction) berasal dari

bahasa Latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau

membuat). Kepuasan dapat didefinisikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu”

atau “membuat sesuatu memadai”.

Menurut Richard L. Oliver (1997) dalam bukunya yang berjudul

“Satisfaction: A Behavioral Perspective on the Consumer” yang dikutip dalam

Tjiptono dan Chandra (2011) berpendapat bahwa semua orang mengerti apa itu

kepuasan, tetapi begitu diminta mendefinisikannya, tak seorangpun dapat

menyampaikannya dalam kata-kata.

Dalam studi Kotler (2005) dalam Gulluce (2017), dinyatakan bahwa

untuk memperoleh kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan; penting untuk

mengembangkan hierarki yang jelas dari nilai-nilai perusahaan, untuk melakukan

aktivitas yang menciptakan kesadaran pelanggan yang lebih baik pada karyawan

dan perwakilan perusahaan; dan untuk menyederhanakan proses penanganan

pengaduan dengan menerima pertanyaan dan saran dari pelanggan melalui


1

telepon, faks atau surat dan dengan memberikan jawaban cepat untuk pertanyaan

ini.

2.1.3 Kepuasan pasien

2.1.3.1 Konsep Kepuasan Pasien

Menurut Mamik (2010) definisi kepuasan pasien ialah penilaian setelah

memakai suatu pelayanna kesehatan, ketika pelayanan yang didapatkan telah

melebihi harapan pasien tersebut.

Menurut Wijono (2001:36) dalam Irham (2017) memberikan arti dari

kepuasan pasien yaitu tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan

performansi yang dirasakan dibanding dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan

merupakan fungsi perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapannya.

Menurut Jakobalis (2000) dalam Irham (2017) apabila kinerja di bawah

harapan, maka pasien akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, maka

pasien akan puas. Harapan pasien dapat dibentuk oleh pengalaman masa lalu, dan

komentar dari kerabatnya. Pasien yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif

terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang organisasi .

Menurut Janet H.Y. Ng dan Bronya H.K. Luk (2018), bahwa kepuasan

pasien merupakan sebuah konsep yang kompleks. Namun, penyedia fasilitas

kesehatan penting untuk melakukan analysis kepuasan pasien karena dapat

memberikan dampak positif pada peningkatan kualitasdalam perawatan

kesehatan, penggunaan hasil survei kepuasan pasien dari tolok ukur hingga

pembayaran kinerja dapat menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan


1

Menurut Kotler (2000) dalam Djohan (2015) , kepuasan adalah perasaan

seseorang yang menyenangkan atau tidak menyenangkan sebagai hasil

perbandingan suatu product perceive performance (atau out come) dengan

harapannya.

Aday, et al. (1980) dalam Djohan (2015) menyatakan dimensi kepuasan

meliputi: 1) hubungan manusiawi dokter dan pasien, 2) kualitas pelayanan, 3)

kesinambungan pelayanan, 4) kenyamanan pelayanan, 5) kepuasan umum.

Sedangkan menurut Parasuraman, Berry, dan Zeithaml, 1990) dalam Pasolong

(2007:135) terdapat 5 dimensi kepuasan yakni tangible, responsiveness,

assurance, reliability, dan emphaty.

2.1.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

Menurut Trisantoro (2005) , faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien

jika dilihat dari pemberi jasa pelayanan kesehatan yakni :

1) gambaran lingkungan structural , seperti misalnya petunjuk yang jelas

serta kenyamanan yang mudah didapatkan oleh pasien,

2) pelayanan kamar, misalnya keebersihan runagan,

3) hubungan interpersonal, seperti kehangatan dan rasa nyaman yang dapat

diberikan dari pemberi pelayanan kesehatan kepada pasien,

4) kompetensi klinis yang dimiliki pihak pelayanan kesehatan, misalnya

dapat dilihat dari kemampuan dalam memberikan pelayanan dan

memberikan informasi secara detail dan akurat,

5) tarif pelayanan yang terjangkau pasien,


1

6) melakukan promosi dengan sehat sehingga pasien memiliki gambaran

yang positif terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan.

Sedangkan menurut Menurut Kuswadi (2004:17) kepuasan pelanggan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni:

a. Mutu produk atau jasa, yaitu mengenai mutu produk atau jasa yang

lebih bermutu dilihat dari fisiknya.

b. Mutu pelayanan, berbgai jenis pelayanan akan selalu dikritik oleh

pelanggan, tetapi bila pelayanan memenuhi harapan pelanggan maka

secara tidak langsung pelayanan dikatakan bermutu.

c. Harga, adalah hal yang paling sensitif untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan. Pelanggan akan cenderung memili produk atau jasa yang

memberikan penawaran harga lebih rendah sari yang lain.

d. Waktu penyerahan, maksudnya adalah baik pendistribusian maupun

penyerahan produk atau jasa dari perusahaan bisa tepat waktu dan sesuai

dengan perjanjian yang telah disepakati.

e. Keamanan, pelanggan akan merasa puas bila produk atau jasa yang

digunakan ada jaminan keamananya yang tidak membahayakan pelanggan

tersebut.

Menurut Lestari, et.all (2016), kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

factor yaitu biaya, pengalaman, kualitas produk, dan image atau citra.

Sedangkan menurut Philip Kotler (1998) dalam Supranto (2006), faktor

yang mempengaruhi kepuasan pasien ialah :


1

a. Bukti Langsung (Tangible) yaitu ketersediaan sarana fisik yang dapat

langsung dirasakan oleh pasien yang dapat memberikan rasa aman dan

nyaman

b. Keandalan (Reliability) yakni suatu kemampuan yang dimiliki petugas

dalam memberikan pelayanan kepada pasien seperti ketepatan waktu,

profesional dalam pelayanan, serta mudah dimengerti oleh pasien.

c. Ketanggapan (Responsiveness) adalah kemempuan cepat petugas

dalam memberikan pelayanan dan mengambil keputusan kepada pasien

dengan tetap sopan

d. Jaminan (Assurance) yaitu sifat sopan yang ditunjukkan dan dipercaya

oleh konsumen sehingga menimbulkan gambaran bahwa produk yang

digunakan aman

e. Empati (Emphaty) adalah cara memberikan perhatian kepada

konsumen dan memberikan tanggung jwab keamanan serta

kenyamanan

4.1.4 Bayi Lahir Stunting

4.1.4.1 Bayi Baru Lahir

2.1.4.1.1 Pengertian Bayi

Menurut Wong (2003), bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan

yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang disertai dengan

perubahan dalam kebutuhan zat gizi.

Sedangkan menurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0-1 tahun

dengan pmebagian masa sebagai berikut :


1

a. Masa neonatal (0-28hari) yang terdiri dari masa neonatal dini (0-7

hari) dan masa neonatal lanjut (8-28 hari)

b. Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari – 1 tahun)

2.1.4.1.2 Pengertian Bayi baru Lahir

Menurut Saifuddin (2002), bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir

selama 1 jam pertama kelahiran, sedangkan menurut Wong (2003), bayi baru lahir

adalah bayi yang lahir sampai usia 4 minggu setelah kelahiran. Berdasarkan

Depkes RI (2007) bayi baru lahir normal ialah bayi yang lahir pada umur

kandungan 37 minggu hingga 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai

dengan 4000 gram.

4.1.4.2 Stunting

2.1.4.2.1 Pengertian Stunting

Pengertian stunting menurut Kementerian Perencanaan dan Pembangunan

Nasional Tahun 2018 dalam Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting

Terintegrasi Di Kabupaten/ Kota, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada

anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama

Kehidupan (HPK)1. Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh

kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang, dan

kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai

terutama dalam 1.000 HPK. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi

badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional yang berlaku. Standar

dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan beberapa

dokumen lainnya.
2

Sedangkan menurut Panduan Konvergensi Program Penanggulanangan

Stunting Tahun 2018 bahwa stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak

berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi

berulang terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin

hingga anak berusia 23 bulan. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi

badannya berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak

seumurnya.

2.1.4.2.1 Faktor Penyebab Stunting

Faktor yang menyebabkan stunting menurut Buku Saku Desa dalam

Penanganan Stunting Tahun 2017 yaitu kurangnya supan gizi dalam jangka waktu

yang lama sejak konsepsi sampai anak usia 2 tahun, anak sering sakit terutama

sakit diare, campak, TBC dan penyakit infeksi lainnya, keterbatasan air bersih dan

sanitasi, serta kestersediaaan pangan ditingkat rumah tangga yang rendah.

Menurut Khairani, et.al (2019), factor karakteristik keluarga yang

menyebabkan stunting ialah pengetahuan ibu yang rendah dan peran puskesmas

dalam memberikan edukasi gizi kepada ibu dan keluarga bayi.

Sedangkan menurut Pedoman pelaksanaan Simulasi, Deteksi dan

Intervensi Dini Tumbuh Kembang anak ditingkat Pelayanan Dasar Tahun 2018,

menyebutkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak ada 2

faktor, yaitu :

1. Faktor internal yang terdiri dari ras, keluarga, umur, jenis kelamin, dan

genetic

2. Faktor eksternal yang terdiri dari :


2

a. Faktor prenatal yang terdiri dari gizi, mekanis, toksin atau zat kimia,

endokrin, radiasi, infeksi, kelainana imunologi, anoksia embrio, dan

psikologi ibu.

b. Faktor persalinan pada bayi yang terjadi seperti trauma kepala,

asfiksia, seta hal lain yang dapat mempengaruhi kerusakan jaringan

otot.

c. Faktor Pasca Persalinan yang terdiri dari factor gizi, penyakit kronis

atau kelainan kongenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis,

endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-

obatan.

2.1.4.2.1 Dampak Stunting

Menurut Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting Tahun 2017

meneyebutkan bahwa dampak yang bisa ditimbulkan dari adanya stunting yaitu :

1. jangka pendek (terganggunya keseimbangan otak, kecerdasan,

gangguanpertumbuhan fisik, dangangguan metabolisme tubuh)

2. jangka panjang (menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,

menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, resiko tinggi diabetes,

kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, resiko penyakt kanker,

stroke, dan disabilitas pada usia tua). Dampak jangka panjang ini dapat

dicegah dengan memberikan intervensi yang sesuai pada bayi lahir

stunting hingga usia 2 tahun agar dapat mengejar tumuh kembang anak

pada periode selanjutnya (Yustiana dan Nuryanto, 2014).


2

2.1.4.2 Pengertian Bayi Lahir Stunting

Menurut Yustiana dan Nuryanto (2014), bayi lahir stunting merupakan

kondisi keadaan tubuh pendek sebagai akibat dari malnutrisi kronik. Stunting

dapat dinilai menggunakan indicator panjang badan menurut (PB/U). Seorang

bayi baru lahir dikatakan stunting bila saat lahir ia memiliki panjang badan lahir <

46,1 cm untuk laki-laki dan < 45,4 cm untuk perempuan. Sedangkan menurut

Buku Grafik Pertumbuhan Anak Perempan Umur 0-60 Bulan (2014)

menyebutkan bahwa bayi lahir perempuan dikatakan stunting apabila memiliki

panjang badan (PB) < 47 cm.

4.1.5 Konsep Program Kunjungan Bayi Lahir Stunting

2.1.5.1 Definisi Program

Program Kunjungan Bayi Baru Lahir (BBL) Stunting menurut Kerangka

Acuan Kerja (KAK) Program Kunjungan Bayi Baru Lahir (BBL) Stunting UPT

Puskesmas Rembang 1 merupakan suatu upaya Puskesmas Rembang 1 dalam

menangguangi masalah stunting yatitu pada anak yang ditandai dengan index

panjang badan dianding dengan umur (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) dengan

batas z-score kurang dari -2 SD.

2.1.4.2 Dasar Hukum

Landasan hukum terkait dengan intervensi penurunan stunting terintegrasi

adalah:

1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan,

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,


2

4. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional

Percepatan Perbaikan Gizi,

5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional 2015-2019,

6. Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah

Tahun 2018,

7. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan

dan Gizi,

8. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2018 tentang Rencana Kerja Pemerintah

Tahun 2019,

9. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup

Sehat,

10. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana

Aksi Pangan dan Gizi yang menetapkan RAN-PG, Pedoman Penyusunan

RAD-PG, dan Pedoman Pemantauan dan Evaluasi RAN/RAD-PG,

11. Surat Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Nomor 11 Tahun

2014 tentang Tim Teknis Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, dan

12. Surat Keputusan Deputi bidang Sumber Daya Manusia Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor 37/D.1/06/2014 tentang Kelompok Kerja Gerakan Nasional

Percepatan Perbaikan Gizi


2

2.1.4.3 Tujuan Program

1. Meningkatkan cakupan bayi stunting yang mendapatkan perawatan

2. Menurunkan prevalensi stunting

3. Meningkatkan status gizi masyarakat

2.1.4.4 Tata Laksana Program

Laporan Bidan Mengusulkan nama


Desa (Laporan KIA Rekap nama
bayi lahir pasien kunjungan
Bulanan Desa) pada bendahara
stunting
BOK

dilaporkan setiap 1 bulan sekali


Kunjungan ke
rumah pasien

Gambar 2.1 Alur pelaksanaan Program Kunjungan Bayi Stunting

Menurut Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting Tahun 2017,seluruh

masyarakat diberbagai lapisan melalui kerjasama dengan pemerintah desa,

lembaga desa,PKK, karang taruna, kader posyandu, bidan desa, serta elemen lain

harus peduli terhadap monitoring seluruh sasaran stunting pada 1.000 Hari

pertama Kehidupan (HPK) dalam mendapatkan intervensi pada sasaran anak baru

lahir hingga usia 23 bulan sebagi berikut :

1. Pendampingan kepada semua ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan

agar mampu memberikan ASI Eksklusif pada anak baru lahir hingga

usia 6 bulan yang disampaikan oleh petugas kesehatan dan kader.


2

2. Pembelajaran pola asuh Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)

untuk ibu dalam bentuk kelaas ibu, kunjungan rumah dan konselling

minimal 8 kali (penyelenggaraan oleh kader, narasumber dari petugas

kesehatan-Puskesmas).

3. Pemantauan pertumbuhan bayi dan anak usia 0-59 bulan noleh kader

(melalui partisipasi anak ke Posyandu (D/S) dan biaya transportasi

rujukan anak dengan masalah gizi yang perlu ditindaklanjuti lebih

lanjut).

4. Pendataan sasaran dan pendampingan pemberian makanan tambahan

pemulihan untuk anak kurus umur 6-23 bulan.


2

2.2 Kerangka Teori

Program Kunjungan Bayi Lahir Stunting di Puskesmas


se-Kecamatan Rembang (UPT Puskesmas Rembang 1 dan STUNTING
UPT Puskesmas Rembang 2)

Factor Internal (ras,


keluarga, jenis
kelamin, genetic)
Faktor Eksternal
Faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien (prenatal seperti kelainana
imunologi, anoksia
Gambaran lingkungan structural embrio, dan psikologi ibu,
pelayanan persalinan bayi seperti
hubungan interpersonal gizi, mekanis, toksin atau
kompetensi klinis
zat kimia, endokrin,
tarif atau biaya
radiasi, infeksi,
promosi yang sehat sehingga pasien memiliki gambaran positif pasca
tentang pelayanan yang diterima
mutu produk jasa persalinan seperti gizi,
mutu pelayanan penyakit kronis atau
waktu penyerahan kelainan kongenital,
keamanan lingkungan fisik dan
pengalaman
kimia, psikologis,
kualitas produk
citra endokrin, sosio- ekonomi,
bukti langsung (tangible) lingkungan pengasuhan,
keandalan (reability)
ketanggapan (responsive)
jaminan (assurance)
empati (emphaty)
Kepuasan pasien
Kunjungan Bayi
Lahir Stunting di
Puskesmas Rembang
1 dan UPT
Puskesmas Rembang
2

Gambar 2.2 Gambar Kerangka Teori


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alur Pikir

Gambar 3.1 Gambar Kerangka Konsep


Variabel Bebas Variabel Terikat

KepuasanFaktor
pasienkepuasan
Kunjungan Bayi Lahir Stunting di Puskesmas se-Kecematan Rembang (Puskesmas
pasien
1. Bukti langsung (tangible) Rembang 2)
2. Keandalan (reability)
3. Ketanggapan (responsive)
4. Jaminan (assurance)
5. Empati (emphaty)
Faktor stunting
1. jenis kelamin
2. pendidikan ibu
3.2 Variabel Penelitian
3. BBLR
Karakteristik obyek penelitian yang diteliti dimana karakteristik tersebut

memiliki nilai yang bervariasi disebut sebagai variabel (Sastroasmoro, Aminullah,

Rukman, & Munasir, 2014). Variabel yang ada dalam penelitian ini dibagi

menjadi variabel bebas dan variabel terikat.

3.2.1 Variabel Terikat

Variabel yang dipengaruhi atau variabel yang berubah disebabkan

adanya variabel bebas disebut sebagai variabel terikat atau dependen

(Sastroasmoro, Aminullah, et al., 2014). Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah Kepuasan pasien Kunjungan Bayi Lahir Stunting di Puskesmas se-

Kecematan Rembang

27
2

3.2.2 Variabel Bebas

Variabel yang menjadi penyebab munculnya variabel terikat disebut

dengan variabel bebas atau independen (Sastroasmoro, Aminullah, et al., 2014).

Variabel bebas dalam penelitian ini antara lain bukti langsung (tangible),

keandalan (reability), ketanggapan (responsive), jaminan (assurance), dan empati

(emphaty), serta variable karakteristik pasien yakni jenis kelamin, BBLR, dan

pendidikan ibu.

3.3 Hipotesis Penelitian

Suatu pernyataan yang dijadikan

sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang mana harus

diuji validitasnya secara empiris disebut hipotesis penelitian (Sastroasmoro, Gatot,

Kadri, & Pudjiarto, 2014). Menurut jenisnya dibagi menjadi hipotesis mayor dan

hipotesis minor.

3.3.1 Hipotesis Alternatif

Hipotesis alternativ (Ha) pada penelitian ini adalah

1. Pasien puas dengan pelayanan kunjungan stunting yang diberikan oleh

puskemas se-Kecamatan Rembang.

2. Variabel jenis kelamin berhubungan dengan kepuasan pasien

pelayanan kunjungan stunting yang diberikan oleh puskemas se-

Kecamatan Rembang.

3. Variabel BBLR berhubungan dengan kepuasan pasien pelayanan

kunjungan stunting yang diberikan oleh puskemas se-Kecamatan

Rembang.
2

4. Variabel pendidikan ibu berhubungan dengan kepuasan pasien

pelayanan kunjungan stunting yang diberikan oleh puskemas se-

Kecamatan Rembang.

3.4 Jenis Dan Rancangan Penelitian

Yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan

menggunakan rancangan penelitian potong lintang atau cross sectional.

Rancangan penelitian tersebut adalah yang mana pengamatan atau pengukuran

data yang dilakukan pada variabel bebas dan terikat dengan bersamaan dalam

suatu waktu. Menurut sastroasmoro (2014), bahwa penelitian cross sectional

merupakan penelitian yang mana pengamatan variable bebas dan terikat

dilaksanakan secara bersamaan dalam satu waktu.

3.5 Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala

1. Bukti Kebutuhan pasien Kuesioner 1. Tidak Ordinal


langsung yang bersifat pada Puas
(tangible) keadaan fisik 2. Kurang
fasilitas pelayanan Puas
yang tersedia. 3. Puas
Indikator tangible 4. Sangat
dalam penrlitian ini Puas
ialah :
- kelengkapan
dan kerapian
petugas
- alat atau
teknologi
yang
digunakan
- pencatatan
3

rapi
- media
informasi
yang jelas
2. Keandalan Kemampuan yang Kuesioner 1. Tidak Ordinal
(reability) diberikan petugas Puas
dalam memberikan 2. Kurang
pelayanan kepada Puas
pasien sebagaimana 3. Puas
yang telah 4. Sangat
dijanjikan. Indikator Puas
reability dalam
penelitian ini adalah
:
- waktu
pelayanan
dan
konsultasi
- fasilitas
lengkap
- jadwal
pelayanan
yang jelas
3. Ketanggapa Kemampuan untuk Kuesioner 1. Tidak Ordinal
n membantu pasien Puas
(responsive) dan memberikan 2. Kurang
pelayanan dengan Puas
cepat. Indikator 3. Puas
Responsiveness 4. Sangat
dalam penelitian ini Puas
yaitu :
- kecepatan
menangani
keluhan dan
kendala
pasien
- kecepatan
dalam
pelayanan
- waktu
pelayanan
yang flexible
4. Jaminan Kemampuan petugas Kuesioner 1. Tidak Ordinal
(assurance) dalam Puas
menumbuhkan rasa 2. Kurang
percaya kepada Puas
3

pasien yang terdiri 3. Puas


dari beberapa 4. Sangat
ompensasi antara Puas
lain komunikasi,
kredibilitas,
keamanan,
kompetensi, dan
keyakinan sehingga
bebas dari risiko,
bahaya, maupun
keraguan. Indikator
dalam assurance
adalah :
- keahlian
petugas
dalam
memberikan
pelayanan
- biaya
pelayanan
tidak berat
5. Empati Kemampuan petugas Kuesioner 1. Tidak Ordinal
(emphaty) dalam memberikan Puas
rasa peduli dan 2. Kurang
perhatian untuk Puas
pasien. Indikator 3. Puas
emphaty dalam 4. Sangat
penelitian ini adalah Puas
:
- peraturan
tidak ketat
- memperhatik
an kebutuhan
pasien
- kemudahan
menghubungi
petugas bila
dibutuhkan
- kesopanan
dan
keramahan
petugas
6. Kepuasan Tingkat rasa Kuesioner 1. Tidak Ordinal
sesorang setelah Puas
pasien diberikan pelayanan, 2. Puas
yakni rasa puas atau
3

kecewa setalah
membandingkan
pelayanan yang
didapatkan dengan
harapan yang
diinginkan pasien.
7 Jenis Sifat genetic yang Kuesioner 1. laki-laki Nominal
diturunkan dari 2. perempu
kelamin orang tua kepada an
anak melalui gamet.

8 Pendidikan Jenjang.sekolah Kuesioner 1. Tamat Ordinal


formal.terakhir SMP
ibu responden. 2. Tamat
Berdasarkan UU No. SMA
20 tahun 2003 sederajat
kategori tingkat 3. Tamat
pendidikan formal Pergurua
dibagi menjadi: n tinggi
1.Dasar (SD/MI,
SMP/MTS)
2.Menengah
(SMA/SMK/MA/M
AK)
3.Tinggi (jenjang
perguruan
tinggi.yaitu diploma,
sarjana, dan
magister)
9 Berat Badan Kondisi dimana bayi Kuesioner 1. < 2500 Nominal
lahir memiliki berat gram
Lahir badan yang kurang 2. > 2500
dari 2500 gram gram
Rendah

(BBLR)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi Penelitian

Berdasarkan Bungin (2019), populasi merupakan semua elemen/ subyek

dalam penelitian. Dalam penelitian ini bayi lahir stunting yang dilakukan
3

kunjungan oleh puskesmas adalah populasinya. Menurut data sekunder jumlah

Kunjungan pasien stunting di Puskesmas Rembang 1 terdapat 29 pasien,

sedangkan pada Puskesmas Rembang 2 terdapat 33 pasien. Sehingga populasi

dalam penelitian ini adalah sejumlah 62 pasien.

3.6.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Budiatuti &

Bandur, 2018). Dalam penentuan sampel menggunakan teknik purposive

sampling guna memudahkan peneliti dalam menyamakan karakteristik sampel

dalam populasi agar tidak menyimpang sehingga peneliti menentukan

kriteria inklusi dan eksklusi dalam penentuan sampel.

a. Kriteria Inklusi

Klasifikasi yang harus ada pada tiap anggota populasi agar dapat menjadi

sampel disebut kriteria inklusi. Kriteria inklusi sebagai berikut.

1. Pasien Pelayanan Program Kunjungan Bayi Lahir Stunting di Puskesmas

Rembang 1 dan Puskesmas Rembang 2.

2. Pernah dikunjungi setidaknya satu kali

3. Bersedia diwawancarai

4. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.

b. Kriteria Eksklusi

Anggota populasi yang dianggap memenuhi kriteris inklusi tetapi tidak

dapat menjadi responden pada penelitian karena beberapa hal yang bertujuan agar

hasil penelitian tidak terjadi bias disebut sebagai kriteria eksklusi. Kriteria

eksklusi yang ada yaitu:


3

a. berumur lebih dari 24 bulan

b. dalam keadaan tidak dapat diwawancarai

3.6.3 Besar Sampel

Berdasarkan Sugiyono (2018), perhitungan sampel bisa dicari

menggunakan rumus Isaac dan Michael yaitu :

𝛼2𝑁𝑃𝑄
𝑆=
𝑑2(62 − 1) + 𝛼 𝑃𝑄

Keterangan :

n = jumlah sampel yang diperlukan

N = jumlah populasi (62)

e = tingkat kesalahan sampel (5%)

3,841262. 0,5 .0,5


𝑆=
0,052(62 − 1) + 3,841 . 0,5.0,5

59,5355
𝑆=
0,1525 + 0,96025

59,5355
𝑆=
1,11275

𝑆 = 53,50 = 54

Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan jumlah minimal sampel

sebesar 54 orang. Penambahan sampel sebesar 10% pada sampel minimal

digunakan untuk mencegah adanya ketidaksesuaian sampel pada penelitian

sehingga sampel minimal menjadi sebanyak 60 responden.


3

3.7 Sumber Data

3.7.1 Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari hasil wawancara dengan

pelaksana program kunjungan bayi lahir stunting yaitu petugas gizi Puskesmas

Rembang 1 dan Puskesmas Rembang 2.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder.diperoleh dari beberapa instansi terkait program kunjungan

bayi lahir stunting, yaitu:

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang

Data sekunder berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang adalah

berupa data jumlah kasus bayi lahir stunting di Kabupaten Rembang.

2. Puskesmas Rembang 1

Data sekunder yang berasal dari Puskesmas Rembang 1 adalah jumlah

kunjungan pasien stunting di wilayah Puskesmas Rembang 1

3. Puskesmas Rembang 2

Data sekunder yang berasal dari Puskesmas Rembang 2 adalah jumlah

kunjungan pasien stunting di wilayah Puskesmas Rembang 2

3.8 Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengambilan Data

3.8.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat bantu yang dipilih dan

digunakan seorang peneliti untuk mengumpulkan beberapa data. Kuesioner

merupakan instrument yang dipilih peneliti untuk memudahkan pengumpulan

data.
3

1. Kuesioner

Berdasarkan Rizki & Nawangwulan (2018), kuesioner merupakan

beberapa pertanyaan yang disusun dengan baik oleh peneliti yang mana

responden dapat memberikan atau memberi tanda tertentu. Kuesioner ini

bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan peneliti. Kuesioner

bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang responden terkait nama, jenis

kelamin, tanggal lahir, alamat, dan faktor-faktor berdasarkan variabel. Kuesioner

yang digunakan disusun berdasarkan skala linkert yang dibuat berdasarkan 4

kategori yang dikuantifikasi berdasarkan skoring yakni skor 1 untuk tidak puas,

skor 2 untuk kurang puas, skor 3 untuk puas, dan skor 4 untuk sangat puas. Alat

tulis digunakan peneliti untuk mengisi pertanyaan yang tersusun dalam kuesioner.

Kamera akan digunakan untuk dokumentasi kegiatan penelitian.

a. Uji Validitas

Validitas meruapakan sebuah indeks yang akan menunjukkan bahwa suatu

alat memang betul mengukur apa yang diukur (Rizki & Nawangwulan, 2018a).

Untuk mengetahui kuesioner yang telah disusun bisa mengukur atau tidak,

sehingga harus diuji menggunakan uji korelasi nilai pada tiap item pertanyaan

dengan nilai total dari kuesioner. Jika seluruh pertanyaan mempunyai korelasi

yang bermakna (contruct validity), maka seluruh item dalam kuesioner mengukur

apa yang diukur. Pengujian validitas menggunakan cara dimana hasil akhirnya

(r hasil) dibandingkan dengan r tabel. Jika r hasil > r tabel, maka item

pertanyaan tersebut valid. Jika r hasil < r tabel maka item pertanyaan tidak valid.

b. Uji Reliabilitas
3

Sebuah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur bisa dipercaya,

artinya hasil suatu pengukuran itu tetap ajeg (konsisten)

bila dilakukan pengukuran lagi, dua kali tau lebih pada masalah yang sama (Rizki

& Nawangwulan, 2018c). Pengujian reliabilitas ddilakukan dengan uji statistik

Cronbach’s Alpha, dengan N= 30 taraf signifikansi 5% diketahui r tabel (0,361).

Item pertanyaan dikatakan reliabel apabila r Alpha > r tabel (0,361).

3.8.2 Teknik Pengambilan Data

Yang disebut teknik pengambilan data adalah cara yang digunakan oleh

peneliti untuk mendapatkan data. Wawancara merupakan teknik yang dipilih

peneliti untuk pengambilan data.

3.9 Prosedur Penelitian

3.9.1 Tahap Pra Penelitian

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah identifikasi

masalah yang ada dan melakukan penentuan populasi serta jumlah sampel.

Melakukan wawancara kepada bidan desa dan petugas gizi puskesmas sebagai

studi pendahuluan untuk memperkuat masalah. Selain itu, peneliti meminta data

jumlah bayi lahir stunting dan jumlah kunjungan bayi lahir stunting di wilayah

kerja puskesmas. .

3.9.2 Tahap Penelitian

Tahap penelitian meliputi:

1. Peneliti memberikan penjelasan pada subyek apa tujuannya dan

menanyakan pada subyek mau atau tidak menjadi responden

penelitian.
3

2. Peneliti meminta tanda tangan kepada responden yang mau mengikuti

penelitian.

3. Peneliti memberikan penawaran kepada responden untuk dibacakan

atau lembar kuesioner diberikan untuk kemudian diisi oleh responden

sesuai dengan kondisi yang dialami.

3.9.3 Tahap Pasca Penelitian

Setelah pelaksanaan penelitian selesai, peneliti melakukan input data, lalu

dilakukan analisis data. Setelah data dianalisis maka dilakukan penulisan hasil

penelitian yang disusun dengan baik.

3.10 Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan untuk membuat sebuah data menjadi informasi

agar mudah dimengerti dan berguna untuk menemukan solusi masalah disebut

sebagai teknik analisis data. Analisis data dilakukan setelah memasukkan data

dalam aplikasi SPSS. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari sebagai

berikut.

3.10.1 Analisis Univariat

Pendeskripsian karakteristik pada tiap variabel penelitian merupakan

fungsi dari analisis univariat (Notoatmodjo, 2012). Bentuk analisis bergantung

pada jenis datanya. Hasil analisis univariat umumnya berupa distribusi frekuensi

dan presentase pada tiap variabelnya.

3.10.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan setelah melakukan analisis univariat yang

hasilnya berupa distribusi pada tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Kegunaan dari
3

analisis bivariat adalah untuk menguji dugaan atau hipotesis kemaknaan

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji statistik yang

digunakan adalah uji Chi Square karena skala data nominal dan ordinal dengan

taraf signifikan yang ditentukan peneliti adalah 95% dan nilai kemaknaan 5%. Uji

chi square dilakukan untuk mengetahui nilai antara kepuasan pasien terhadap

pelayanan kunjungan bayi lhair stunting Puskesmas. Ketentuan pada uji Chi-

Square adalah:

1. Dalam uji ini tidak boleh terdapat nilai observed yang nol (0) dan

maksimal nilai expected (E) < 5 adalah 20% dari jumlah seluruh sel.

Apabila tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut maka menggunakan uji

fisher yang merupakan alternative dari uji Chi Square.

2. Jika menggunakan uji Chi-Square, maka hasil di bagian Pearson Chi-

Square. Jika menggunakan uji Fisher maka yang dibaca Fisher Exact Test.

3. Hasil analisis yang dilihat adalah nilai p. Apabila p value ≥ α (0,05) maka

Ho diterima yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Jika p value < α (0,05) maka

sebaliknya yaitu Ha diterima (ada hubungan yang signifikan antara

variabel bebas dengan variabel terikat).


DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014

Ahmad rizal dan agus jalpi. (2017). ANALISIS KEPUASAN PASIEN


TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA
BANJARMASIN TAHUN 2016. PROSIDING HASIL PENELITIAN
DOSEN-DOSEN UNISKA, 234-241.

Budiatuti, D., & Bandur, A. (2018). Validitas dan Reliabilitas Penelitian. Mitra
Wacana Media. Retrieved from www.mitrawacanamedia.com

Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI. (2014). Buku Grafik


Pertumbuhan Anak Perempuan Umur 0-60 Bulan. jakarta : Direktorat Bina
Gizi Kementerian Kesehatan RI.

Djohan, A. J. (2015). Manajemen & Strategi Pembelian. Malang: Media Nusa


Creative.

DWI ARYANI DAN FEBRINA ROSINTA. (2010). Pengaruh Kualitas Layanan


terhadap Kepuasan Pelanggan dalam emmbentuk loyalitas pelanggan.
Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 114-126.

Effendi, F., Mahfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan


Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.

Gulluce, A. C. (2017). Determination of Customer Satisfaction in Conservative


Concept Hotels by Ordinal Logistic Regression Analysis. Journal of
Financial Risk Management, 6(3), 269-284.

Handayani, S. (2016). TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP


PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS BATURETNO.
PROFESI, 14(1), 42-48.

Hasbina Wildani, Muhamad Badiran, Anto J. Hadi. (2020). HUBUNGAN


KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN DENGAN
TINGKAT KEPASAN PASIEN PSERTA JAMINAN KESEHATAN

30
3

NASIONALDI RSU MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA. Jurnal


Komunitas Kesehatan Masyarakat, 1(2), 7-21.

Imbolo, P. (2007). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran


ECG.

IRHAM, M. (2017). KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN HOME


CARE PUSKESMAS ANTARA KECAMATAN TAMANREA KTA
MAKASSAR . SKRIPSI, 1-108.

Janet H.Y. Ng, Bronya H.K. Luk. (2018). Patient satisfaction: concept analysis in
the healthcare. Patient Education and Counseling, 1--25.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). HASIL RISKESDAS TAHUN 2018.

Mamik. 2010. Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Dan Kebidanan.


Edisi 1. Surabaya: Prins Media Publishing

Masyarakat, D. G. (2019). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun2019.


Jakarta : Kemenkes RI.

Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja


Rosdakarya Offset, Bandung

NILAIKA, N. (2012). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEPUASAN PELAYANAN KESEHATAN PASIEN RAWAT INAP DI
RSUD SUKOHARJO. SKRIPSI, 1-106.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (1st ed.). Jakarta:
PENERBIT RINEKA CIPTA.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional . Jakarta : Salemba Medika.

Passolog, H. (2007). Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Prastowo, Andi . 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan


Penelitian. Jogjakarta : Ar-ruzzmedia.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. (2017).


Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting. Jakarta : Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
3

Kemenkes RI. (2013). Pedoman Peralatan Medik bagi Pelayanan Kesehatan Bayi
Baru Lahir, Bayi dan Balita Pengoperasian dan Pemeliharaan. Jakarta :
Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA.

Kemenkes RI. (2013). RISET KESEHATAN DASAR RISKESDAS . JAKARTA :


BALITBANG KEMENKES RI .

Kemenkes RI. (2018). RISET KESEHATAN DASAR RISKESDAS . JAKARTA :


BALITBANG KEMENKES RI .

Kemenkes RI. (2018). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi


Dini Tumbuh Kembang Anak diitingkat Pelayanan Dasar. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian PPN/Bappenas. (2018). PEDOMAN


PELAKSANAANINTERVENSI PENURUNAN STUNTING
TERINTEGRASI DI KABUPATEN/ KOTA. 1-51. Jakarta : Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

Khairani, Nurul dan Santoso Ujang Effendi. (2019). Family Characteristics as


Risk Factors of Stunting Among Childen Age 12-59 Month. Jurnal Aisyah
: Jurnal Ilmu Kesehatan. 4(2) : 119-130.

Lestary, Made Martini Widi, et. all. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhin
Kepuasan Paisen Rawat Inap. e-Joournal Bisma Universitas Pendidikan
Ganesha. Volume 4 : 1-9.

Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael. (2014). Dasar-dasar metodologi Klinis


Edisi Ke-5. Jakarta : CV.Sagung Seto

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatifdan Kulaitatif dan R&D.


Bandung : Alfabeta.

Supartiningsih, S. (2017). Kualitas Pelayanan Kepuasan Pasien Rumah


Sakit:kasus pada perawatan rawat jalan. Jurnal Medicoeticolegal dan
Manajemen Rumah Sakit, 6(1), 9-15.

Supranto. 2006. Mengukur Tingkat Kepuasan Pelanggan atau Konsumen. Jakarta:


Rineka Cipta.

Tara L. Sacco, Linda Carman Copel. (2017). Compassion satisfaction: A concept


analysis in nursing. WILEY, 1-8.
3

Tim Nasional Penanggulangan Kemiskinan. (2018). Panduan Konvergensi


Program / Kegiatan Program Percepatan Penanganan Stunting. Jakarta :
Tim Nasional Penanggulangan Kemiskinan

Tjiptono, F., & Chandra, G. (2011). Service, Quality & Satisfaction (edisi ketiga)
Yogyakarta: Penerbit Andi.

Trihono. (2002). ARRIME Pedoman Managemen Puskesmas . Jakarta :


Departemen kesehatan RI.

Wa Ode Sri Andriani, Farit Rezal, Nurzalmariah. (2017). PERBEDAAN


PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI IBU SESUDAH
DIBERIKAN PROGRAM MOTHER SMART GROUNDING (msg)
DALAM PENCEGAHAN STUNTING DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS PUUWATU KOTA KENDARI TAHUN 2017. JURNAL
ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT, 2(6), 1-9.

Yustiana,Kurnia dan Nuryanto. (2014). Perbedaan Panjang Badan Bayi Baru


Lahir antara Ibu Hamil KEK dan Tidak KEK. Journal of Nutrition
Collage. 3(1) : 235-242.
LAMPIRAN

33
KUESIONER

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN

KUNJUNGAN BAYI LAHIR STUNTING PUSKESMAS DI KECAMATAN

REMBANG, KABUPATEN REMBANG

Tanggal Penelitian :

Nomor Responden :

A. Identitas Responden
Nama bayi :
Nama Orang Tua :
Tanggal Lahir :............, bulan….........,tahun……
Umur :
Jenis Kelamin : laki-laki/perempuan
Alamat :
Pendidikan ibu :
Anak ke : ………. dari……bersaudara
BB lahir anak :

B. PETUNJUK PENGISIAN :
Kuesioner ini dijawab seluruhnya pada kolom pertanyaan yang sudah
disediakan. Isilah pertanyaan dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang sesuai
dengan pendapat bapak/ibu/saudara, dengan alternatif jawaban yang tersedia.
Alternatif Jawaban :
1 = Sangat Baik
2 = Baik
3 = Sedang

4 = Buruk

5 = Sangat Buruk
No Pertanyaan Jawaban
1 2 3 4
1 Memberikan pelayanan sesuai jadwal
yang telah ditetapkan
2 Membantu pasien secara tulus ikhlas
dalam mengatasi masalah
3 Memberikan penjelasan yang dibutuhkan
pasien
4 Petugas selalu siap datang kerumah
pasien untuk melayani pasien
5 Petugas menyediakan fasilitas sesuai
dengan kebutuhan pasien
6 Petugas pelayanan memiliki jadwal yang
jelas
7 Memberikikan waktu yang khusus
kepada pasien untuk berkonsultasi
Assurance (Jaminan)
1 Memiliki petugas yang ahli
2 Memiliki petugas yang terdidik
3 Perilaku petugas memberikan rasa aman
dan percaya
4 Memiliki petugas yang hormat dan sopan
terhadap pasien
5 Memiliki petugas yang bersifat ramah
6 Biaya pelayanan tidak berat
Tangible (Nyata/Bukti Langsung)
1 Memiliki peralatan pelayanan yang
lengkap dan modern
2 Memiliki petugas yang berseragam yang
bersih dan rapi
3 Memiliki buku catatan yang rapi
4 Memiliki media informasi yang jelas
Empathy (Perhatian)
1 Mampu memberikan pelayanan secara
individual
2 Memiliki peraturan pelayanan yang tidak
terlalu ketat
3 Mempunyai petugas yang selalu
memperhatikan kebutuhan pribadi pasien
4 Menyediakan kebutuhan spesifik dari
pasiennya
5 Mudah menghubungi patugas bila
membutuhkan bantuan
6 Memiliki petugas yang hormat dan sopan
terhadap pasien
Responsiveness (Daya Tanggap)
1 Petugas merespon keluhan dan kendala
pasien dengan cepat
2 Mempunyai petugas yang siap
menyesuaikan dengan jadwal pasien saat
berkunjung ke rumah pasien
3 Tidak membuat pasien menunggu terlalu
lama
4 Mengutamakan pelayanan terhadap
kebutuhan pasien

Anda mungkin juga menyukai