Anda di halaman 1dari 59

PROPOSAL SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN


TERHADAP PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI DESA MUARA ASAM ASAM
KECAMATAN JORONG KABUPATEN TANAH LAUT DI MASA PANDEMI COVID-19

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Oleh :

JUNA INDAH

1810413320040

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
BANJARMASIN
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 2
2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 2
2.2 Konsep Impelementasi Kebijakan ................................................................... 5
2.2.1 Implementasi ........................................................................................... 5
2.2.2 Kebijakan ................................................................................................ 6
2.2.3 Model-Model Implementasi Kebijakan Publik ......................................... 8
2.3 Konsep Kemiskinan ...................................................................................... 15
2.3.1 Definsi ................................................................................................... 15
2.3.2 Bentuk-Bentuk Kemiskinan ................................................................... 17
2.3.3 Faktor Penyebab Kemiskinan ................................................................. 18
2.3.4 Program Penanggulangan Kemiskinan ................................................... 18
2.4 Konsep Program Keluarga Harapan (PKH) ................................................... 20
2.4.1 Pengertian .............................................................................................. 20
2.4.2 Dasar Hukum......................................................................................... 21
2.4.3 Tujuan PKH ........................................................................................... 24
2.4.4 Sasaran PKH.......................................................................................... 24
2.4.5 Kriteria Penerima Bantuan Program Keluarga Harapan .......................... 25
2.4.6 Hak dan Kewajiban Keluarga Penerima Manfaat PKH ........................... 26
2.4.7 Mekanisme Pelaksanaan Bantuan PKH .................................................. 32
2.4.8 Mekanisme Penyaluran Bantuan PKH.................................................... 34
2.5 Kerangka Pemikiran...................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 37
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................................... 37

i
3.2 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 38
3.3 Informan Penelitian ....................................................................................... 38
3.4 Sumber Data ................................................................................................. 38
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 45
3.6 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 46
3.7 Fokus Penelitian ........................................................................................... 46
3.8 Analisis Data ................................................................................................ 49
3.9 Jadwal Penelitian .......................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 52

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemiskinan menjadi masalah yang intens dan perlu adanya upaya dari

pemerintah untuk menanggulanginya, jumlah penduduk miskin di Kalimantan

Selatan periode Maret 2020 mencapai 187,82 ribu orang (kalsel.prokal.co).

Faktanya, angka kemiskinan di Kalimantan Selatan melonjak sebanyak 19,1

ribu orang baru telah dimasukkan ke data terpadu milik Badan Pusat Statistik

Provinsi Kalimantan Selatan. Sebelumnya ada sekitar 180 ribu orang pada

September 2020 menjadi 206,92 ribu orang (diskominfomc.kalselprov.go.id).

Untuk menanggulangi masalah kemiskinan tersebut maka Pemerintah

mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Untuk mempercepat penanggulangan

kemiskinan misalnya, pemerintah menetapkan program perlindungan sosial,

seperti Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Program Keluarga

Harapan (PKH), Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Program Kartu

Indonesia Sehat (KIS).

Diantara program yang ada, salah satunya Program Keluarga Harapan

(PKH). PKH dilaksanakan di Desa Muara Asam-Asam Kabupaten Tanah laut

sebagai upaya untuk menanggulangi kemiskinan. Program ini diatur dalam

Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga

Harapan. Dalam pasal 3 disebutkan bahwa sasaran dari Program Keluarga

Harapan (PKH) merupakan keluarga atau orang miskin dan rentan serta
2

terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin, memiliki

komponen kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial.Sebagai wilayah

berkembang dari dari segi ekonomi, politik, sosial, budaya dan keamanan serta

dalam dimensi geografis.

Adapun PKH di Kabupaten Tanah Laut khususnya di Desa Muara

Asam-Asam Kecamatan Jorong mulai dilaksanakan pada tahun 2014 sampai

dengan sekarang di tahun 2021. Program Keluarga Harapan (PKH) ini

dilaksanakan sebagaimana keputusan Kementrian Sosial Republik Indoneisa

yang termuat dalam Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Tahun

2021 – 2024. Penyaluran Bantuan PKH ini dilakukan melalui transfer rekening

dengan nilai bantuan disesuaikan dengan indeks dan faktor penimbang bantuan

sosial dari ibu hamil, anak usia dini, anak usia sekolah SD-SMA, lanjut usia

(lansia) dan penyandang disabilitas dari nominal Rp 900.000,00 – Rp

3.000.000,00.

Namun dalam pelaksanaannya bantuan Program Keluarga Harapan

(PKH) yang dibuat oleh pemerintah belum sepenuhnya sempurna, yaitu belum

tepatnya sasaran yang ingin dicapai. Masih banyak terdapat kekurangan dari

pelaksanaan PKH ini menurut beberapa sumber yakni laporan-laporan

masyarakat, maupun dari media massa. Menurut Sekretaris Desa, bantuan

pemerintah melalui Program Keluarga Harapan terbilang masih kurang sesuai

dengan capaian yang diharapkan. Tidak sedikit penerima bantuan adalah

masyarakat menengah ke atas daripada masyarakat menengah ke bawah yang

seharusnya menjadi penerima bantuan tersebut sehingga mengakibatkan


3

bantuan yang salah sasaran. Keluarga Menengah ke Bawah hanya mendapatkan

bantuan ≤ Rp 300.000.-, angka tersebut jauh lebih sedikit dari yang seharusnya

diterima oleh masyarakat menengah ke bawah (Sekdes, 2021).

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengangkat

judul “Implementasi Kebijakan Pemerintah terhadap Program Keluarga

Harapan di Desa Muara Asam-Asam Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah

Laut”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah

bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintahan terhadap Program Keluarga

Harapan di Desa Muara Asam Asam Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah

Laut?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Implementasi

Kebijakan Pemerintahan terhadap Program Keluarga Harapan di Desa Muara

Asam Asam Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambahkan ilmu

pengetahuan dan karya ilmiah dibidang ilmu pemerintahan khususnya

mengkaji permasalahan sosial.

2. Manfaat Praktis
4

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah

ataupun lembaga-lembaga lain yan membutuhkan serta menjadi acuan

dalam meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Di Desa Muara Asam-Asam

Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut.


2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Skripsi dengan judul “Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam

Menangani Masalah Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Teluk

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari”. Skripsi ini ditulis oleh Ida

Royani yang berasal dari Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin, Jambi. Implementasi Peraturan Menteri Sosial Nomor 1

Tahun 2018 Tentang Penyaluran Program Bantuan Pangan Non Tunai Studi

di Desa Teluk belum berjalan dengan efektif dan efisien, sesuai

implementasinya di Desa Teluk yang berpenduduk 700 KK yang menerima

PKH berjumlah sebanyak 134 KK 35% tidak tetap sasaran, dalam

pemanfaatan bantuan yang masih belum efektif.

2. Skripsi dengan judul “Implementasi Kebijakan Pemerintah pada Program

Keluarga Harapan (PKH) dalam Rangka Penanggulangan Kemsikinan di

Desa Gandaria Kecamatan Anjir Pasar Kabupaten Barito Kuala Tahun

2018-2019”. Skripsi ini ditulis oleh Nispi Jurniah yang berasal dari Program

Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas

Lambung Mangkurat. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Barito

Kuala. Penelitian ini menggunakan teori dari Mazmanian & Sabatier

mengenai implementasi kebijakan yaitu: kejelasan dan konsistensi tujuan,


3

dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber dana, keterpaduan

hirarki antar Lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana,

perekrutan pejabat pelaksana, dan keterbukaan kepada pihak luar.

Sedangkan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu : kondisi

sosio ekonomi dan teknologi, dukungan publik, sikap dan sumberdaya dari

konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi, serta komitmen dan kualitas

kepemimpinan dari pejabat pelaksana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pada implementasinya masih ada peserta PKH/ keluarga penerima manfaat

yang belum sejahtera dan mandiri. Pendamping belum melakukan

pemutakhiran data setiap ada perubahan data anggota keluarga peserta

PKH. Pendamping belum melakukan pertemuan kelompok sesuai aturan

yang berlaku (setiap bulan). Masih adanya Keluarga Penerima Manfaat

(KPM) yang menyalahgunakan uang PKH untuk keperluan orang tuanya

bukan untuk anaknya. Tidak berkembangnya Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) yang diharapkan membantu peserta PKH untuk punya usaha lain

agar mandiri, hal tersebut terjadi karena belum adanya pelatihan khusus

untuk peserta PKH. Komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat

pelaksana masih kurang dalam hal membentuk pola pikir KPM untuk

mandiri. Sehingga seharusnya untuk keberhasilan program ini tidak hanya

mengukur dari interaksi antarlembaga atau individu tapi lebih pada

bagaimana antarlembaga atau individu tersebut berhasil dalam

meningkatkan taraf hidup keluarga penerima manfaat PKH.


4

3. Skripsi dengan judul “Implementasi Kebijakan dan Pendampingan

Keluarga Penerima Program Keluarga Harapan (Studi Kasus di Kelurahan

Kelayan Timur Kecamatan Banjarmasin Selatan Kotra Banjarmasin)”.

Skripsi ini ditulis oleh Miftahul Rahma pada tahun 2020. Penulis berasal

dari Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menggunakan teknik

pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data

diperoleh dan dianalisis dengan tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data

dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Kelayan Timur

sudah berjalan dengan baik. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi telah

dilakukan sesuai. Proses pelayanan dilakukan dengan memberikan

informasi yang jelas dan penyampaian melalui berbagai aspek juga sesuai

kepada Keluarga Penerima Manfaat. Pendamping juga melakukan

pendampingan sesuai dengan pedoman PKH kepada Keluarga Penerima

Manfaat. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat seperti KUBE dan E-

Waroeng memberikan pekerjaan kepada peserta PKH dimana hasil dari

pendapatan akan dibagi rata kesemua anggota. Namun disini pendamping

belum sepenuhnya melakukan tugasnya dimana kurangnya koordinasi

kepada pihakpihak terkait seperti Lurah dan RT/RW.

Adapun yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

dengan ketiga penelitian terdahulu adalah terletak pada objek penelitian,


5

teori serta metode yang digunakan pada penelitian. Pada penelitian ini,

objek yang diteliti adalah Implementasi Kebijakan Pemerintah terhadap

Program Keluarga Harapan, Teori yang digunakan adalah Teori George

Edwards III (Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi dan Struktur Birokrasi)

dan metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan

deskriptif (metode yang mengungkapkan kejadian atau keadaan yang ada di

lapangan dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi dan

menguraikan data yang didapatkan).

2.2 Konsep Impelementasi Kebijakan


2.2.1 Implementasi
Pengertian implementasi seringkali berubah-ubah sesuai dengan

banyaknya pengembangan arti dari implementasi itu sendiri. Menurut

Budi (2012), implementasi intinya adalah kegiatan untuk

mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang

dilakukan oleh para implementor kepada kelompok sasaran (target

group) sebagai upaya untuk mewujudkan kebijakan. Implementasi

adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi

antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan

jaringan pelaksana dan birokrasi yang efektif.

Implementasi dimaknai dengan beberapa kata kunci sebagai

berikut:

1. Untuk menjalankan kebijakan (to carry out).

2. Untuk memenuhi sebagaimana janji-janji yang dinyatakan dalam

dokumen kebijakan (to fulfill).


6

3. Untuk menghasilkan output sebagaimana yang dinyatakan dalam

tujuan kebijakan (to produce).

4. Untuk menyelesaikan misi yang harus diwujudkan dalam tujuan

kebijakan (to complete).

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kata implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem. Dan juga

berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

implementasi adalah suatu kegiatan yang terencana bukan hanya suatu

aktifitas dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan

norma-norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu,

implementasi melahirkan kebijakan-kebijakan dalam melakukan

perubahan terhadap suatu pembelajaran dan memperoleh hasil yang

diharapkan.

2.2.2 Kebijakan
Kebijakan adalah sebuah instrumen pemerintah, bukan saja

dalam arti yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula

governance yang menyentuh pengelolaan sumberdaya publik.

Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-

pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan

pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia demi

kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau

warga negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi,

kompromi atau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan, teori,


7

ideology dan kepentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik

suatu negara.

Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt, 1973 dalam Leo Agustino

(2006:6) dalam perspektif mereka mendefinisikan kebijakan publik

sebagai keputusan tetap yang dicirikan dengan konsistensi dan

pengulangan (repitisi) tingkahlaku dari mereka yang membuat dan dari

mereka mematuhi keputusan.

Adapun dari Carl Friedrich, 1969 dalam Leo Agustino (2006:7)

yang mengatakan bahwa kebijakan adalah serangkaian

tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau

pemerintah dalam suatu lingkungan terutama dimana terdapat

hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan dimana kebijakan

tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai

tujuan yang diamaksud.

Dalam kaitanya dengan definisi-definisi tersebut di atas maka

dapat disimpulkan beberapa karakteristik utama dari suatu definisi

kebijakan publik. Pertama, pada umumnya kebijakan publik

perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau

tujuan tertentu daripada prilaku yang berubah atau acak.Kedua,

kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan

yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang

terpisah-pisah. Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang

sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur


8

perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat,

bukan apa yang dimaksud dikerjakan atau akan dikerjakan. Keempat,

kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif. Secara positif,

kebijakan melibatkan beberapa tindakan pemerintah yang jelas dalam

menangani suatu permasalahan, secara negatif, kebijakan publik dapat

melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan

suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalam konteks

tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan.Kelima, kebijakan

publik paling tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan

merupakan tindakan yang bersifat memerintah.

2.2.3 Model-Model Implementasi Kebijakan Publik


Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses

kebijakan publik biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah

kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas. Implimentasi kebijakan

dari sudut pandang teori siklikal (cyclical theory) maka implementasi

itu akan diperlukan sebagai suatu tahapan penting yang berlangsung dari

proses kebijakan, terutama setelah wacana legal formal, biasanya berupa

undang-undang, peraturan, ketetapan, atau bentuk-bentuk produk

lainnya, dianggap sudah usai.

Terdapat berbagai macam model implementasi kebijakan public,

berikut ini akan diuraikan beberapa model implementasi kebijakan,

yaitu sebagai berikut:

1. Van Meter dan Van Horn


9

Proses implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau

permofmansi suatu pengejewan paham kebijakan yang pada

dasarnya secara senaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi

kebijakan yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai

variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan

berjalan secara linier dari keputusan politik,

Bagan 1.
Model Van Meter dan Van Horn
Komunikasi antar
organisasi dan
kegiatan pelaksana

Ukuran dan Tujuan


kebijakan

Karakteristik badan
Disposisi Kinerja
pelaksana
pelaksana implementasi

Sumberdaya

Lingkungan
ekonomi sosial dan
politik

Sumber: Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno, 2012)

2. Merille S. Grindle

Menurut Merille S. Grindle (dalam Winarno, 2012) bahwa

keberhasilan implementasi kebijakan public dipengaruhi oleh dua

variabel yang fundamental, yaitu isi kebijakan (content of policy)


10

dan lingkungan implementasi (context of implementation). Isi

kebijakan meliputi: (1) interest affected, yaitu kepentingan yang

dapat mempengaruhi implementasi kebijakan, (2) type of benefits,

yaitu jenis manfaat yang menunjukan dampak positif yang

dihasilkan, (3) extend of change envision, yaitu seberapa besar

perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu

implementasi sehingga harus mempunyai skala yang jelas, (4) site

of decission making, yaitu, letak pengambilan keputusan dari suatu

kebijakan yang akan diimplementasikan, (5) program implementer,

yaitu implementasi kebijakan atau program yang harus didukung

oleh adanya pelaksana yang berkompeten, dan (6) resources

commited, yaitu, sumber daya yang harus mendukung agar

implementasi kebijakan dapat berjalan dengan baik. Isi

implementasi meliputi: (1) power, interest and strategy of actor

involved, yaitu kekuasaan, kepentingan dan strategi dari aktor yang

terlibat., (2) institution an regime characteristic, yaitu, karakteristik

lembaga dan rezim yang sedang berkuasa sebagai lingkungan di

mana implementasi kebijakan dijalankan, dan (3) compliance and

responsiveness, yaitu sejauh mana tingkat kepatuhan dan respon dari

para pelaksana dalam menanggapi implementasi kebijakan yang

dilakukan.
11

Bagan 2.
Model Implementasi menurut Merille

Implementasi Kebijakan
Dipengaruh:
Hasil
Tujuan 1. Isi Kebijakan Kebijakan
a. Kepentingan Kelompok
sasaran a. Dampa
b. Tipe Manfaat k Pada
c. Derajat Perubahan yang Masyar
diinginkan akat
d. Letak Pengambilan Individ
Keputusan u
Tujuan yang e. Pelaksanaan Program b. Perubah
dicapai f. Sumber Daya yang an dan
dilibatkan Peneri
2. Lingkungan Implementasi maan
a. Kekuasaan, Kepentingan
dan Strategi aktor yang
Program Aksi dan terlibat
Proyek Individu b. Karakteristik Lembaga dan
didesain dan ditandai Penguasa Kepatuhan dan
Daya Tangkap.

Program yang Mengukur


dilaksanakan sesuai keberhasilan
rencana

Sumber: Grindle, Merille S. (1980: 11)

3. Daniel Mazmanian & Paul A. Sabatier

Peran penting dari implementasi kebijakan publik yang

dipaparkan oleh Daniel Mazmanian & Paul A. Sabatier merupakan

suatu kemampuan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang

mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan

proses implementasi. Model implementasi ini disebut juga sebagai

A Framework for Policy Implementation Analysis (Leo Agustino,


12

2020). Adapun 3 (tiga) variabel yang diklasifikasikan menjadi

kategori besar, yakni:

1) Karakteristik Masalah

Dalam kategori ini terbagi menjadi empat point, yaitu

sebagai berikut:

i. Kesukaran Teknis dari Masalah yang bersangkutan:

keberhasilan mencapai tujuan dari suatu kebijakan

bergantung pada sifat masalah dan pemahaman mengenai

prinsip hubungan kausal yang mempengaruhi masalah.

ii. Keberagaman perilaku yang diatur: suatu program relatif

mudah diimplementasikan apabila kelompok sasaran

(masyarakat) heterogen sehingga implementasi suatu

program menjadi lebih kuat.

iii. Persentase totalitas penduduk yang tercakup dalam

Kelompok Sasaran: suatu program akan sulit

diimplementasikan ketika sasrannya mencakup

keseluruhan populasi, sebaliknya pencapaian tujuan

kebijakan memiliki peluang keberhasilan yang besar ketika

semakin kecil dan jelas kelompok sasaran,

2) Karakteristik Kebijakan

Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang

yang dimiliki untuk menstruktur proses implementasi secara

tepat melalui:
13

i. Kejelasan isi kebijakan: semakin rinci dan jelas is dari suatu

kebijakan yang memudahkan implementor memahami dan

menterjemahkan dalam tindakan nyata atau semakin besar

output kebijakan tersebut.

ii. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan

teoritis: kebijakan memiliki dasar teoritis yang menjelaskan

bagaimana kira-kira tujuan usaha pembaharuan yang akan

dicapai dalam implementasi kebijakan.

iii. Ketetapan alokasi sumber dana: sumberdaya keuangan

merupakan faktor kursial untuk setiap program sosial.

iv. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar

berbagai institusi pelaksana: kegagalan kebijakan terjadi

ketika kurangnya koordinasi vertikal dan horizontal antar

instansi yang terlibat dalam implementasi program.

v. Kejelasan dan konsistensi aturan: kejelasan aturan

memberikan garisan secara formal mengenai aturan-aturan

pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana.

vi. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan:

komitmen aparat untuk melaksanakan tugas atau program-

program, sebab top-down policy bukanlah perkara yang

mudah untuk diimplementasikan pada pejabat pelaksana

level lokal.
14

vii. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk

berpartisipasi dalam implementasi kebijakan: sebuah

program yang memberikan peluang luas bagi masyarakat

untuk terlibak akan lebih mendapatkan dukungan dan pihak

luar (masyarakat) juga dimaksudkan sebagai kontrol bagi

para pejabat pelaksana yang ditunjuk pusat.

3) Lingkungan Kebijakan

Lingkungan kebijakan dibagi menjadi empat poin, yaitu:

i. Kondisi Sosial-Ekonomi dan Teknologi: masyarakat

yang sudah terbuka dan terdidik akan relatif mudah

menerima program-program pembaruan dibanding

dengan masyarakat yang masih tertutup dan tradisional.

ii. Dukungan Publik terhadap Kebijakan: mekanisme

partisipasi publik sangat penting dalam proses

pelaksanaan kebijakan publik di lapangan.

iii. Sikap dari kelompok pemilih (masyarakat): terdapat

local genius (kearifan lokal) yang dimiliki warga yang

mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan

yang man ahal tersebut sangat dipengaruhi oleh sikap

dan sumber yang dimiliki masyarakat.

iv. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para

pejabat pelaksana: komitmen pemimpin dan para pejabat

untuk merealisasikan tujuan yang tertuang dalam


15

kebijakan merupakan variabel yang krusial. Pemimpin

harus memiliki keterampilan dan kemampuan dalam

membuat prioritas tujuan.

Bagan 3.
Model Daniel Mazmanian & Paul A. Sabatier

Sumber: Model Daniel Mazmanian & Paul A. Sabatier (dalam Leo Agustino,

2020)

2.3 Konsep Kemiskinan


2.3.1 Definsi
Pengertian tentang kemiskinan sangat beragam, mulai dari ketidak

mampuan Memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan,

kurangnya kesempatan berusaha, hingga sampai pada pengertian yang lebih


16

luas yang memasuki aspek sosial dan moral (Sholeh dalam Khomsan, 2015:

1). Dalam arti sempit, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kurang uang

dan barang untuk menjamin keberlangsungan hidup, dan dalam arti luas,

kemiskinan merupakan suatu fenomena multiface atau multidimensional

(Hamudy dalam Khomsan, 2015: 2). Menurut Kurniawan (dalam Khomsan,

2015: 2), kemiskinan adalah apabila pendapatan suatu komunitas berada di

bawah satu garis kemiskinan tertentu. Kemiskinan berarti kekurangan

kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan dan

ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat yang

layak.

Suparlan (dalam Khomsan, 2015: 2) mengatakan bahwa kemiskinan

didefinisikan sebagai suatu standar hidup yang rendah, adanya suatu tingkat

kekurangan materi pada sejumlah orang atau golongan orang dibandingkan

dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang

bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah secara langsung tampak

berpengaruh terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga

diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.

Menurut World Bank (dalam Sugiarti, 2012: 16), penduduk dapat

dikategorikan miskin yang pendapatannya dibawah US$ 2 perhari. Ketika

masalah kemiskinan mulai mendapatkan perhatian besar dari berbagai

kalangan maka muncullah istilah kemiskinan structural. Soemardjan (dalam

Rahardjo, 2006), kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita

oleh segolongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat tersebut,


17

sehingga mereka tidak dapat menggunakan sumber pendapatan yang

sebenarnya tersedia untuk mereka.

2.3.2 Bentuk-Bentuk Kemiskinan


Chambers (dalam Khomsan, 2015: 3-4) mengatakan bahwa

kemiskinan dapat dibagi menjadi 4 (empat) bentuk yakni sebagai berikut.

1. Kemiskinan Absolut, bila pendapatannya berada di abwah garis

kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup

minimum atau kebutuhan dasar termasuk pangan, sandang, papan,

kesehatan dan Pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan

bekerja.

2. Kemiskinan Relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan

pembangunan yang belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat

sehingga menyebabkan ketimpangan pendapatan atau dikatakan orang

tersebut sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih

berada dibawah kemampuan masyarakat sekitarnya.

3. Kemiskinan Kultural, persoalan sikap seseorang atau sekelompok

masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya seperti tidak mau

berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pembolos, tidak

kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.

4. Kemiskinan Struktural, disebabkan karena rendahnya akses terhadap

sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial

politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi kerap

menyebabkan suburnya kemiskinan.


18

Berbagai program untuk mengatasi kemiskinan seringkali terbentuk

oleh perilaku kemiskinan kultural. Mereka yang mengalami kemiskinan

kultural sudah pasrah dan menerima keadaan apa adanya karena

keengganan mereka untuk mengentaskan diri dari kemiskinan. Hal ini

menyebabkan jumlah orang miskin seolah stagnan. Kemiskinan kultural

menimbulkan mental suka meminta. Perkembangan terakhir menurut

Jarnasy (dalam Khomsan, 2015: 4) kemiskinan structural lebih banyak

menjadi sorotan sebagai penyebab tumbuh dan berkembangnya ketiga

kemiskinan yang lain.

2.3.3 Faktor Penyebab Kemiskinan


Lubis (dalam Khomsan, 2015: 4) meyebutkan penyebab kemiskinan

dapat dikelompokkan atas dua hal, yaitu:

1. Faktor Alamiah, kondisi lingkungan yang miskin, ilmu pengetahuan

yang tidak memadai, adanya bencana alam dan lain-lain.

2. Faktor Non-alamiah, akibat kesalahan kebijakan ekonomi, korupsi,

kondisi politik yang tidak stabil dan kesalahan pengelolaan sumber daya

alam.

2.3.4 Program Penanggulangan Kemiskinan


Seperti sudah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun

2014 Tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang

terdapat pada Pasal 1 berbunyi sebagai berikut.

1) Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah

dan pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan

bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi


19

jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat

kesejahteraan rakyat.

2) Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan

oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakat

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan

sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro

dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan

ekonomi.

Pasal 2 berbunyi:

1) Untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, Pemerintah

menetapkan program perlindungan sosial.

2) Program perlindungan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. Program Simpanan Keluarga Sejahtera;

b. Program Indonesia Pintar;

c. Program Indonesia Sehat.

Pasal 4 berbunyi:

1) Dalam pelaksanaan program perlindungan sosial sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2, Pemerintah menerbitkan kartu identitas bagi

penerima program perlindungan sosial.

2) Kartu identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:


20

a. Kartu Keluarga Sejahtera untuk penerima Program Simpanan

Keluarga Sejahtera;

b. Kartu Indonesia Pintar untuk penerima Program Indonesia Pintar;

c. Kartu Indonesia Sehat untuk penerima Program Indonesia Sehat.

2.4 Konsep Program Keluarga Harapan (PKH)


2.4.1 Pengertian
Program Keluarga Harapan atau biasa disingkat PKH adalah

program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga miskin

dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu penanganan fakir miskin

yang diolah oleh Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial dan

ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH.

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian

bantuan sosial dengan pengkondisian secara khusus untuk

meningkatkan aksesibilitas keluarga miskin dan rentan terhadap layanan

sosial dasar yang berada di wilayah sulit dijangkau. Keluarga Penerima

Pelayanan selanjutnya disebut Keluarga Penerima Manfaat adalah

keluarga penerima bantuan sosial PKH yang telah memenuhi syarat dan

ditetapkan dalam keputusan. Bentuk bantuan Sosial Program Keluarga

Harapan (PKH) adalah bantuan berupa uang, barang atau jasa kepada

seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu,

dan/atau rentan terhadap resiko sosial. Program ini adalah salah satu

kebijakan yang diselenggarakan oleh Kementerian di Bidang Sosial.

Program Keluarga Harapan (PKH) diarahkan untuk menjadi

episentrum dan center of excellence penanggulangan kemiskinan yang


21

mensinergikan berbagai program perlindungan dan pemberdayaan

sosial nasional. Misi besar PKH untuk menurunkan kemiskinan semakin

mengemuka mengingat jumlah penduduk miskin Indonesia sampai pada

Maret tahun 2016 masih sebesar 10,86% dari total penduduk atau 28,01

juta jiwa (BPS, 2016). Penyaluran Bantuan Program Keluarga Sejahtera

(PKH) ini dilakukan melalui transfer rekening menuju Bank BRI dengan

nilai bantuan sebesar Rp 900.000,00 - Rp 3.000.000,00. Sasaran dari

Bantuan PKH ini adalah ibu hamil, anak usia dini, anak usia sekolah

SD-SMA, lanjut usia (lansia) dan penyandang disabilitas.

2.4.2 Dasar Hukum


Dasar hukum pelaksanaan PKH diatur dalam Pasal 1 Ketentuan

Umum dari Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 tentang

Program Keluarga Harapan berbunyi sebagai berikut:

1) Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disingkat PKH adalah

program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga

dan/atau seseorang miskin dan rentan yang terdaftar dalam data

terpadu program penanganan fakir miskin, diolah oleh Pusat Data

dan Informasi Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebagai keluarga

penerima manfaat PKH.

2) PKH Akses adalah program pemberian bantuan sosial PKH di

wilayah sulit dijangkau baik secara geografis, ketersediaan

infrastruktur, maupun sumber daya manusia dengan pengkondisian

secara khusus.
22

3) Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang, dan jasa kepada

keluarga dan/atau seseorang miskin, tidak mampu, dan/atau rentan

terhadap risiko sosial.

4) Pemberi Bantuan Sosial adalah satuan kerja pada

kementerian/lembaga pada Pemerintah Pusat dan/atau satuan kerja

perangkat daerah pada pemerintah daerah yang tugas dan fungsinya

melaksanakan program penanggulangan kemiskinan yang meliputi

perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial,

rehabilitasi sosial, dan pelayanan dasar.

5) Keluarga Penerima Pelayanan yang selanjutnya disebut Keluarga

Penerima Manfaat adalah keluarga penerima bantuan sosial PKH

yang telah memenuhi syarat dan ditetapkan dalam keputusan.

6) Bantuan Sosial PKH adalah bantuan berupa uang, kepada keluarga

dan/atau seseorang miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terhadap

risiko sosial.

7) Penyaluran Bantuan Sosial PKH adalah pemberian bantuan berupa

uang kepada keluarga dan/atau seseorang miskin, tidak mampu,

dan/atau rentan terhadap risiko sosial berdasarkan penetapan pejabat

yang menangani pelaksanaan PKH.

8) Bantuan Komplementer adalah bantuan berupa uang, barang, dan

jasa di bidang kesehatan, pendidikan, subsidi energi, ekonomi,

perumahan, dan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya sebagai

pelengkap Bantuan Sosial PKH.


23

9) Kartu Kombo adalah instrumen pembayaran yang memiliki fitur

uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan sebagai media

penyaluran berbagai Bantuan Sosial PKH termasuk kartu keluarga

sejahtera.

10) Kartu Keluarga Sejahtera adalah Kartu Kombo yang digunakan

untuk penyaluran Bantuan Sosial PKH secara nontunai.

11) Regional adalah wilayah tertentu dalam pelaksanaan PKH yang

dikelompokkan berdasarkan geografis.

12) Bank Penyalur adalah bank umum milik negara sebagai mitra kerja

tempat dibukanya rekening atas nama pemberi Bantuan Sosial PKH

untuk menampung dana belanja bantuan sosial yang akan disalurkan

kepada penerima Bantuan Sosial PKH.

13) Verifikasi adalah proses kegiatan pemeriksaan dan pengkajian untuk

menjamin kebenaran data.

14) Validasi adalah suatu kegiatan untuk menetapakan kesahihan data.

15) Pemutakhiran Data adalah proses perubahan terkini sebagian atau

seluruh data anggota Keluarga Penerima Manfaat PKH.

16) Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga adalah proses belajar

secara terstruktur untuk mempercepat terjadinya perubahan perilaku

pada Keluarga Penerima Manfaat PKH.

17) Transformasi Kepesertaan adalah proses pengakhiran sebagai

Keluarga Penerima Manfaat PKH.


24

18) Pengaduan adalah proses penyampaian informasi, keluhan, atau

masalah yang terkait dengan pelaksanaan PKH.

19) Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang sosial.

2.4.3 Tujuan PKH


Tujuan dari pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH)

menurut Pasal 2 dari Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018

tentang Program Keluarga Harapan berbunyi sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat

(KPM) melalui akses layanan pendidikan, kesehatan dan

kesejahteraan sosial.

2. Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan

keluarga miskin dan rentan.

3. Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga

Penerima Manfaat (KPM) dalam mengakses layanan kesehatan dan

pendidikan serta kesejahteraan sosial.

4. Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan.

5. Mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada

Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

2.4.4 Sasaran PKH


Sasaran PKH menurut pasal 3 Peraturan Menteri Sosial Nomor 1

Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan adalah keluarga dan/atau

seseorang yang miskin serta terdaftar dalam data terpadu program

penanganan fakir miskin, memiki komponen kesehatan, pendidikan,


25

dan/atau kesejahteraan sosial. Sedangkan berdasaran Keputusan Direktur

Jendral Perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor: 02/3/OT.02.01/12/2020

sasaran PKH Akses merupakan keluarga miskin dan rentan yang terdaftar

dalam DTPFM dan OTM yang memiliki komponen kesehatan, pendidikan

dan kesejahteraan sosial yang ditetapkan oleh Pemberi Bantuan Sosial dan

berada di wilayah-wilayah:

a. Pesisisr dan pulau-pulau kecil;

b. Daerah tertinggal/terpencil; dan atau

c. Perbatasan antarnegara.

2.4.5 Kriteria Penerima Bantuan Program Keluarga Harapan


Kriteria penerima Bantuan PKH yang sebelumnya diatur dalam

Pasal 3, memiliki rincian dalam pasal 5 Keputusan Direktur Jendral

Perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor: 02/3/OT.02.01/12/2020 tentang

Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai Program Keluarga

Harapan Tahun 2021 berbunyi sebagai berikut:

1) Kriteria Komponen Kesehatan.

a. ibu hamil/menyusui; dan

b. anak berusia 0 (nol) sampai dengan 6 (enam) tahun.

c. Keluarga pasien Tuberkolosis (TBC).

2) Kriteria komponen pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

meliputi:

a. anak sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah atau sederajat;


26

b. anak sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah atau

sederajat;

c. anak sekolah menengah atas/madrasah aliyah atau sederajat; dan

d. anak usia 6 (enam) sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun yang

belum menyelesaikan wajib belajar 12 (dua belas) tahun.

3) Kriteria komponen kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 meliputi:

a. lanjut usia mulai dari 70 (enam puluh) tahun; dan

b. penyandang disabilitas berat.

2.4.6 Hak dan Kewajiban Keluarga Penerima Manfaat PKH


Menurut pasal 6 dan 7 dari Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun

2018 tentang Program Keluarga Harapan adalah agar para penerima

manfaat dapat memperoleh bantuan non-tunai melalui transfer rekening,

peserta Program Keluarga Harapan (PKH) diwajibkan memenuhi

persyaratan dan berkomitmen untuk ikut serta berperan aktif dalam kegiatan

pendidikan anak dan kesehatan keluarga terutama ibu dan anak. Kewajiban

yang harus dipenuhi oleh peserta PKH adalah sebagai berikut.

1. Anak Usia 0-6 Tahun.

Kesehatan Peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan

kesehatan yang sudah ditetapkan dalam protokol pelayanan kesehatan

seperti di bawah ini.

a. Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya

sebanyak 3 kali.
27

b. Anak usia 0–11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio,

Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin

setiap bulan.

c. Anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A minimal

sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu bulan Februari dan

Agustus. Anak usia 12–59 bulan perlu mendapatkan imunisasi

tambahan dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.

d. Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap

bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti

program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD/Early Childhood

Education) apabila di lokasi/posyandu terdekat terdapat fasilitas

PAUD.

2. Ibu Hamil dan Menyusui

a. Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan

kehamilan di fasilitas kesehatan sebanyak 4 (empat) kali, yaitu

sekali pada usia kehamilan 0-3 bulan, sekali pada usia kehamilan 4-

6 bulan, dua kali pada kehamilan 7-9 bulan, dan mendapatkan

suplemen tablet Fe.

b. Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas

Kesehatan.

c. Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatan dan

mendapat pelayanan KB pasca persalinan setidaknya 3 (tiga) kali

pada minggu I, IV dan VI.


28

3. Pendidikan

Peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan berkaitan

dengan pendidikan yakni kehadiran di satuan pendidikan minimal 85%

dari hari sekolah dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung,

dengan beberapa catatan seperti di bawah ini:

a. Apabila dalam keluarga terdapat anak yang berusia 5-6 tahun yang

sudah masuk sekolah dasar dan sejenisnya, maka yang bersangkutan

dikenakan persyaratan pendidikan.

b. Jika memiliki anak berusia 7-15 tahun, anak peserta PKH tersebut

harus didaftarkan/terdaftar pada satuan pendidikan (SD/MI/SDLB/

Paket A atau SMP/MTs/SMLB/Paket A atau SMP/MTs Terbuka).

c. Jika memiliki anak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan

pendidikan dasar, maka Peserta PKH diwajibkan mendaftarkan anak

tersebut ke satuan pendidikan yang menyelenggarakan program

Wajib Belajar 9 tahun atau pendidikan kesetaraan.

d. Apabila anak tersebut di atas masih buta aksara, maka diwajibkan

untuk mengikuti pendidikan keaksaraan fungsional di Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terdekat.

e. Apabila anak tersebut bekerja, atau disebut Pekerja Anak (PA) atau

telah meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama, maka

data anak tersebut akan didaftarkan dan disampaikan kepada Dinas

Tenaga Kerja dan Dinas Pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota

untuk mendapatkan Program Pengurangan Pekerja Anak.


29

f. Apabila anak tersebut terpaksa di jalanan atau disebut Anak Jalanan

(AJ) dan telah meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama,

maka data anak tersebut akan didaftarkan dan disampaikan kepada

Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota untuk

mendapatkan Program Kesejahteraan Sosial Anak.

4. Lansia 70 Tahun Keatas

a. Pemeriksaan kesehatan oleh tenaga kesehatan yang dapat dilakukan

oleh tenaga kesehatan atau mengunjingi puskesmas santun lanjut

usia (jika tersedia).

b. Mengikuti kegiatan sosial (day care).

5. Penyandang Disabilitas Berat

a. Pemeliharaan kesehatan sesuai kebutuhan.

b. Pemerikasaan kesehatan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

melalui kunjungan rumah (home care).

Bila persyaratan di atas kesehatan, pendidikan, pemenuhan

kebutuhan pokok lansia dan penyandang disabilitas berat dapat

dilaksanakan secara konsisten oleh peserta Program Keluarga Harapan

(PKH), maka mereka akan memperoleh bantuan secara teratur dan memiliki

hak-hak sebagai anggota, hak-hak peserta PKH adalah sebagai berikut.

1. Mendapatkan bantuan uang tunai yang besarannya disesuaikan dengan

ketentuan program.

2. Mendapatkan layanan dan fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi

seluruh anggota keluarga.


30

3. Terdaftar dan mendapatkan program-program komplementaritas dan

sinergitas penanggulangan kemiskinan lainnya.

4. Bagi lansia diatas 70 tahun dan penyandang disabilitas berat

mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasar dan pelayanan kesehatan

sesuai kebutuhan.

Dana Bantuan Tunai langsung dibayarkan kepada Peserta Program

Keluarga Harapan (PKH) melalui rekening bank/wesel/giro online (GOL)

Pengurus Peserta PKH pada Lembaga Pembayar dan diambil langsung oleh

Peserta PKH. Pada saat pembayaran, pendamping wajib memastikan

kesesuaian antara Kartu Peserta PKH dengan Kartu Identitas (KTP) serta

mengumpulkan bukti pembayaran (RS2B atau slip penarikan). Agar Rumah

Tangga Miskin (RTM) bisa menerima haknya maka setiap RTM wajib

menjalankan kewajibannya selaku peserta PKH. Apabila peserta tidak

memenuhi komitmennya dalam tiga bulan, maka besaran bantuan yang

diterima akan berkurang dengan rincian sebagai berikut:

1. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam satu bulan,

maka bantuan akan berkurang sebesar Rp 50.000.-

2. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam dua bulan, maka

bantuan akan berkurang sebesar Rp 100.000.-

3. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan, maka

bantuan akan berkurang sebesar Rp 150.000.-


31

4. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam 3 bulan

berturut-turut, maka tidak akan menerima bantuan dalam satu periode

pembayaran.

Ketentuan di atas berlaku untuk seluruh anggota keluarga penerima

bantuan PKH. Keluarga Penerima Manfaat PKH berkewajiban untuk:

1. Memeriksa kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan

protokol kesehatan bagi ibu hamil/menyusui dan anak berusia 0 (nol)

sampai dengan 6 (enam) tahun.

2. Mengikuti kegiatan belajar dengan tingkat kehadiran paling sedikit 85%

(delapan puluh lima persen) dari hari belajar efektif bagi anak usia

sekolah wajib belajar 12 (dua belas) tahun.

3. Mengikuti kegiatan di bidang kesejahteraan sosial sesuai dengan

kebutuhan bagi keluarga yang memiliki komponen lanjut usia mulai dari

60 (enam puluh) tahun dan/atau penyandang disabilitas berat.

4. KPM hadir dalam pertemuan kelompok atau Pertemuan Peningkatan

Kemampuan Keluarga (P2K2) setiap bulan.

2.4.7 Indeks dan Faktor Penimbang Bantuan PKH

Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Perlindungan dan Jaminan

Sosial Nomor: 03/3/BS.02.01/12/2020 tentang Keputusan Direktur

Jendral Perlindungan dan Jaminan Sosial tentang Indeks dan Faktor

Penimbang Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan Tahun 2021

ditentukan:

Tabel 1. Indeks dan Faktor Penimbang PKH


32

No Faktor Penimbang Indeks Bantuan

(RP.) / Tahun

1. Kategori Ibu Hamil / Nifas Rp. 3,000,000

2. Kategori Anak Usia 0 s.d. 6 Tahun Rp. 3,000,000

3. Kategori Pendidikan Anak SD/Sederajat Rp. 900,000

4. Kategori Pendidikan Anak SMP/Sederajat Rp. 1,500,000

5. Kategori Pendidikan Anak SMA/Sederajat Rp. 2,000,000

6. Kategori Penyandang Disabilitas Berat Rp. 2,400,000

7. Kategori Lanjut Usia Rp. 2,400,000

Sumber: Surat Keputusan Direktur Jendral Perlindungan dan Jaminan


Sosial Nomor: 03/3/BS.02.01/12/2020

2.4.8 Mekanisme Pelaksanaan Bantuan PKH


Berdasarkan Permensos Nomor 1 Tahun 2018 menyebutkan bahwa

Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program pemberian bantuan

sosial bersyarat kepada keluarga/ dan/atauu seseorang miskin dan rentan

yang terdaftar dalam data terpadu program penangann fakir miskin, diolah

oleh Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebagai

keluarga oenerima manfaat PKH. Sebelum memasuki mekanisme

pelaksanaan PKH, berdasarkan ketentuan Kementrian Sosial tersebut jika

memenuhi syarat dan kriteria sebagai calon penerima BLT PKH,

masyarakat dapat mendaftar dengan mengikuti beberapa tahapan, yaitu

sebagai berikut:
33

1) Warga (keluarga miskin) mendaftarkan diri ke desa/kelurahan setempat

dengan embawa KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan KK (Kartu

Keluarga);

2) Pendaftaran akan dibahas dalam musyawarah di tingkat desa/kelurahan

untuk menentukan kelayakan warga masuk ke dalam DTKS

berdasarkan identifikasi awal (pre-list) maupun usulan baru;

3) Musyawarah desa/kelurahan (musdes/muskel) akan menghasilkan

berita acara yang ditandatangai oleh kepala desa/lurah dan perangkat

desa lainnya untuk kemudan menjadi pre-list akhir;

4) Pre-List akhir ini digunakan oleh dinas sosial untuk melakukan

verifikasi dan validasi data dengan instrumen lengkap DTKS, melalui

kunjungan rumah tangga;

5) Data yang telah diverifikasi dan divalidasi kemudian dicatatkan di

dalam aplikasi sistem informasi kesejahteraan sosial (SIKS) offline oleh

operator desa/kecamatan untuk kemudian diekspor berupa file extention

SIKS;

6) File tersebut kemudian dikirim ke dinas sosial untuk dilakukan impor

data ke aplikasi SIKS online;

7) Hasil verifikasi dan validasi ini dilaporkan kepada bupati/walikota;

8) Bupati/wali kota menyampaikan hasil verifikasi dan validasi data yang

telah disahkan kepada gubernur untuk diteruskan kepada menteri.


34

9) Penyampaian dilakukan dengan cara mengimpor data hasil verifikasi

validasi tadi ke SIKS-NG dan mengunggah surat pengesahan

bupati/wali kota serta berita acara musdes/muskel.

10) Data penerima PKH dapat dilihat di laman https://dtks. kemensos.go.id/

dengan cara memasukkan NIK penerima manfaat.

Kemudian dilaksanakanlah mekanisme pelaksanaan PKH

berdasarkan pasal 32 dari Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018

tentang Program Keluarga Harapan adalah dilaksanakan dengan beberapa

tahapan yakni sebagai berikut.

1) Perencanaan.

2) Penetapan calon peserta PKH.

3) Validasi data calon penerima manfaat PKH.

4) Penetapan Keluarga Penerima Manfaat PKH.

5) Penyaluran Bantuan Sosial PKH.

6) Pendampingan PKH.

7) Peningkatan Kemampuan Keluarga.

8) Verifikasi komitmen Keluarga Penerima Manfaat PKH.

9) Pemutakhiran Data Keluarga Penerima Manfaat PKH.

10) Transformasi Kepesertaan PKH.

2.4.9 Mekanisme Penyaluran Bantuan PKH


Mekanisme penyaluran Bantuan Sosial PKH secara nontunai

dijelaskan dalam Pasal 40 berbunyi sebagai berikut:

1. Pembukaan rekening penerima Bantuan Sosial PKH.


35

2. Sosialisasi dan edukasi.

3. istribusi Kartu Keluarga Sejahtera.

4. roses penyaluran Bantuan Sosial PKH.

5. Penarikan dana Bantuan Sosial PKH.

6. Rekonsiliasi hasil penyaluran Bantuan Sosial PKH.

7. emantauan, evaluasi, dan pelaporan penyaluran Bantuan Sosial PKH.

2.5 Kerangka Pemikiran


Penelitian ini menggunakan konsep teori menurut George Edwards III

diuraikan pada bagan di bawah ini:

Bagan 4.
Kerangka Pemikiran
36
37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjabarkan suatu fenomena yang

terjadi melalui teknik pengumpulan data yang mendalam ketika peneliti terjun

lapangan. Dengan demikian atas dasar tersebut, maka peneliti diharapkan

mampu memberikan gambaran tentang bagaimana Implementasi Kebijakan

Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Muara Asam-Asam. Dengan

menggunakan metode penelitian kualitatif, maka diharapkan data yang didapat

akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna sehingga tujuan

penelitian ini dapat tercapai. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian

menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian yang bersifat deskriptif

bertujuan membuat pemaparan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai

fakta-fakta dan sifat-sifat dari populasi tertentu langsung dari lapangan.

Penelitian deskriptif juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk penelitian yang

ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa

berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan

perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.

Alasan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif adalah karena penelitian ini ingin mengungkap apa adanya yang

terjadi dilapangan, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, bukan

angka-angka. Selain itu, penelitian ini lebih menekankan pada proses daripada
38

hasil tanpa maksud menguji hipotesis dan peneliti sendiri atau dengan bantuan

orang lain dapat menjadi alat pengumpul data utama.

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian berkaitan dengan tempat yang dipilih sebagai objek

dalam penelitian yang dilakukan terhadap implementasi Program Keluarga

Harapan di Desa Muara Asam-Asam, Kabupaten Tanah Laut. Adapun lokasi

yang dipilih dalam penelitian ini adalah Desa Muara Asam-Asam. Pemilihan

lokasi penelitian diharapkan mampu memberikan gambaran yang tepat tentang

bagaimana pengimplementasian serta proses pelaksanaan dari Program

Keluarga Harapan yang ada di Desa Muara Asam-Asam.

3.3 Informan Penelitian


Adapun informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dapat

memberikan informasi atau data terkait dengan masalah yang ada dalam

penelitian yang sedang dikaji. Berdasarkan kriteria tersebut, adapun yang

menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Dinas Sosial Kabupaten Tanah Laut.

2. Pendamping PKH di Desa Muara Asam-Asam.

3. Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang menjadi penyalur Bantun PKH di Desa

Muara Asam-Asam.

3.4 Sumber Data


Sumber data terbagi menjadi dua jenis data, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi di Kantor

Desa Muara Asam-Asam dan mengumpulkan data secara langsung yaitu


39

dengan cara melakukan wawancara kepada responden yang dapat

memberikan informasi dalam hal yang berkaitan dengan judul yang

diangkat yakni “Implementasi Kebijakan Pemerintahan Terhadap Program

Keluarga Harapan di Desa Muara Asam Asam Kecamatan Jorong

Kabupaten Tanah Laut”, sumber utama dalam melakukan wawancara

adalah Dinas Sosial Kabupaten Tanah Laut, Pendamping PKH di Desa

Muara Asam-Asam, Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang menjadi penyalur

Bantun PKH di Desa Muara Asam-Asam.dan Penerima Bantuan Program

Keluarga Harapan (PKH).

Berikut merupakan data warga Desa Muara Asam-Asam yang

mendapatkan Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) sebanyak

123 warga, yaitu sebagai berikut:

Tanggal
No Nama Pengurus Alamat
Lahir
1. Siti Qamariah 12-06-1970 Jl. Batang Banyu RT 5 Dusun 1 RT 05

2. Warsini 09-03-1974 Alur

3. Iin Mutmainnah 17-12-1973 Dusun III RT 17

4. Parmi 27-10-1940 Jl. Batang Banyu RT 05

5. Nyanem 01-04-1971 Jl. Batang Banyu RT 05 Dusun I RT 05

6. Panti 25-09-1942 Jl. Batang Banyu RT 05 Dusun I RT 05

Jl. Bambang Subagio RT 08 Dusun II RT


7. Novita Tomi Anggraini 17-06-1977
06

8. Munaisarah 05-06-1955 Jl. Ponpes RT 17


40

9. Indun 01-07-1950 Jl. Bambang Subagio RT 08 Dusun II

10. Fitriatul Hukmah 08-09-1988 Jl. Batang Banyu RT 04

11. Parmono 20-04-1969 RT 08 Dusun II

12. Siru 20-06-1940 Jl. 11 Maret RT 10 Dusun II

13. Sa’diyah 12-04-1980 Jl. Gosong RT 05

14. Miah 01-07-1970 Jl. Gosong RT 05

15. Junaila Jl. Gosong RT 05

16. Diana 10-06-1980 Jl. Gosong RT 05

17. Salma Wati 01-02-1970 Jl. Gosong RT 05

18. Suliswati 13-03-1976 Jl. Gosong RT 05

19. Sami 20-11-1972 Jl. Gosong RT 05

20. Marwisan 18-09-1981 Jl. Gosong RT 05

21. Sitti Fatimah 01-09-1969 Jl. Gosong RT 05

22. Idenning 01-0701967 Jl. Gosong RT 05

23. Muslimah 10-03-1971 Jl. Gosong RT 05

24. Muliati 10-10-1978 Jl. Gosong RT 05

25. Sia Jl. Gosong RT 05

26. Turiah 03-06-1960 Jl. Gosong RT 05

27. Nurmaeni 06-10-1961 Jl. Gosong RT 05

28 Kamaruddin 07-09-1971 Jl. Gosong RT 05

29. Faridhah Jl. Gosong RT 05

30. Asmirah 03-06-1975 Jl. Gosong RT 05


41

31. Imiah 01-07-1956 Jl. Gosong RT 05

32. Paridah 01-07-1962 Jl. Kampung Baru RT 02

33. Mustika 03-07-1991 Jl. Kampung Baru RT 02

34. Dahlia 09-07-1965 Jl. Kampung Baru RT 02

35. Nurhani 01-07-1963 Jl. Kampung Baru RT 02

36. Eka Prasetia Jl. Kampung Baru RT 02

37. Jimah Jl. Kampung Baru RT 02

38. Suhrinah 09-10-1980 Jl. Kampung Baru RT 02

39. Samarati 23-11-1976 Jl. Kampung Baru RT 02

40. Naisah 10-09-1972 Jl. Kampung Baru RT 02

41. Dianah 01-07-1980 Jl. Tanah Habang RT 01

42. Senni 03-02-1967 Jl. Tanah Habang RT 01

43. Dahliah 01-07-1983 Jl. Tanah Habang RT 01

44. Nurlaela 10-07-1972 Jl. Tanah Habang RT 01

45. Mariati 09-05-1973 Jl. Tanah Habang RT 01

46. Isnaniah 02-04-1978 Jl. Tanah Habang RT 01

47. Saudah 15-08-1988 Jl. Tanah Habang RT 01

48. Kamsiyah 21-08-1967 Jl. Tanah Habang RT 01

49. Nur Aini 01-07-1975 Jl. Tanah Habang RT 01

50. Murniati 25-10-1994 Jl. Tanah Habang RT 01

51. ST Hasanah 04-06-1965 Jl. Tanah Habang RT 01

52. Saniah 24-09-1972 Jl. Tanah Habang RT 01


42

53. Haris 01-07-1959 Jl. Tanah Habang RT 01

54. Aminah 02-03-1980 Jl. Tanah Habang RT 01

55. Rabasiah 12-06-1973 Jl. Tanah Habang RT 01

56. Sri Parni 12-01-1972 Jl. Teluk Ngampilung RT 01

57. Patimah 04-07-1988 Jl. Ujung Gosong RT 06

58. Kartina 17-11-1988 Jl. Ujung Gosong RT 06

59. Ramlah 07-08-1985 Jl. Ujung Gosong RT 06

60. Amriah Jl. Ujung Gosong RT 06

61. Yulianti 09-10-1977 Jl. Ujung Gosong RT 06

62. Mirnawati 09-04-1989 Jl. Ujung Gosong RT 06

63. Sahriyah 15-06-1980 Jl. Ujung Gosong RT 06

64. Nurul Hikmah 30-05-1980 Jl. Ujung Gosong RT 06

65. Masidah 15-09-1977 Jl. Ujung Gosong RT 06

66. Masniah 09-08-1980 Jl. Ujung Gosong RT 06

67. Muliani 25-01-1981 Jl. Ujung Gosong RT 06

68. Yani 25-05-1985 Jl. Ujung Gosong RT 06

69. Subaida Jl. Ujung Gosong RT 06

70. Mulyati 10-07-1970 Jl. Ujung Gosong RT 06

71. Kumala 01-11-1985 Jl. Ujung Gosong RT 06

72. Susilawati 22-08-1986 Jl. Ujung Gosong RT 06

73. Mamma Jl. Ujung Gosong RT 06

74. Kasmah 01-07-1991 Jl. Ujung Gosong RT 06


43

75. Salbiah 12-09-1990 Jl. Ujung Gosong RT 06

76. Sulaeha 01-09-1974 Jl. Ujung Gosong RT 06

77. Ida Wati 06-12-1975 Jl. Ujung Gosong RT 06

78. Sanawiah 01-05-1980 Jl. Ujung Gosong RT 06

79. Maya 01-01-1976 Jl. Ujung Gosong RT 06

80. Santi 13-12-1985 Jl. Ujung Gosong RT 06

81. Patimah 04-03-1970 Jl. Ujung Gosong RT 06

82. Saribu Lain 02-06-1978 Jl. Ujung Gosong RT 06

83. Bayani 25-06-1991 Jl. Ujung Gosong RT 06

84. Sanang 03-01-1970 Jl. Ujung Gosong RT 06

85. Rahbiah 01-07-1965 Jl. Ujung Gosong RT 06

86. Tuti Herlinawati 05-05-1972 Kampung Baru RT 02

87. Hasnah 27-07-1983 Kampung Baru RT 02

88. Novitasari 24-11-1985 Kampung Baru RT 02

89. Nummi RT 03 RW 01

90. Saibah 11-06-1970 RW 01 RT 03

91. Jatuni 08-11-1993 RW 01 RT 03

92. Halimah 14-04-1964 RW 01 RT 03

93. Normawati 09-03-1970 RW 01 RT 03

94. Nur Erni 19-01-1982 RW 01 RT 03

95. Rosidah 10-05-1980 RW 01 RT 03

96. Nurhayati 19-03-1975 RW 01 RT 03


44

97. Masinah 11-02-1980 RW 01 RT 03

98. Irah 21-07-1985 RW 01 RT 03

99. Risnawati 10-04-1985 RW 01 RT 04

100. Miskanah 20-08-1979 RW 01 RT 04

101. Rahmaniah 17-03-1977 RW 01 RT 04

102. Mardiah 15-05-1987 RW 01 RT 04

103 Halimah 01-01-1970 RW 01 RT 04

104. Siti Rahmah RW 01 RT 04

105. Halimah 09-06-1970 RW 01 RT 04

106. Rika 01-06-1990 RW 01 RT 04

107. Masnah RW 01 RT 04

108. Juhaini RW 01 RT 04

109. Suminah 20-09-1983 RW 01 RT 04

110. Rahmaniah 10-11-1985 RW 01 RT 04

111. Maini 03-02-1975 RW 01 RT 04

112. Mardiana Wahid 16-12-1981 RW 01 RT 04

113. Hamdah 07-02-1971 RW 01 RT 04

114. Masniah 08-08-1979 RW 01 RT 04

115. Kasmah 17-06-1967 RW 01 RT 04

116. Indah Suwarsitin 13-06-1975 RW 01 RT 04

117. Norlina 13-02-1985 RW 01 RT 04

118. Mulliyati RW 01 RT 04
45

119. La’Uddin 18-06-1978 RW 01 RT 04

120. Hase 01-07-1970 RW 01 RT 04

121. Rusmiati 03-05-1991 Tanah Habang RT 01

122. Putri 11-07-1984 Tanah Habang RT 01

123. Sri Utami 26-0301976 Tanah Habang RT 01

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari tangan kedua atau dari

sumber yang tersedia sebelum penelitian dilakukan dan itu diperoleh dari

studi kepustakaan. Sumber sekunder dapat berupa komentar, interpretasi,

berita dari media sosial atau surat kabar yang berkaitan langsung dengan

permasalahan dalam penelitian ini mengenai “Implementasi Kebijakan

Pemerintahan Terhadap Program Keluarga Harapan di Desa Muara Asam

Asam Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut”.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi

Peneliti mengobservasi langsung keadaan di lapangan, yang

bertujuan untuk mengetahui kendala apa yang terjadi selama program ini

dijalankan dan mengumpulkan data secara jelas mengenai “Implementasi

Kebijakan Pemerintahan Terhadap Program Keluarga Harapan di Desa

Muara Asam Asam Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut”.

2. Wawancara
46

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab. Di sini peneliti melakukan wawancara secara

langsung kepada informan yang dianggap bisa memberikan suatu informasi

agar mendapatkan data yang jelas. Peneliti melakukan wawancara dengan

beberapa orang yang bersangkutan secara langsung dengan Program

Keluarga Harapan ini hingga mendapatkan informasi yang dirasa cukup.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya monumental dari

seseorang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan gambar lokasi

penelitian yang dijadikan sebagai bentuk dokumentasi sebagai bukti nyata

bahwa peneliti benar melakukan penelitian di lokasi tersebut.

3.6 Instrumen Penelitian


Dalam mencari data atau informasi melalui observasi dan wawancara

dengan menggunakan alat bantu berupa handphone IPhone 11 Pro Max. Peneliti

sebagai intrumen merupakan kunci utama karena peneliti sendirilah yang

menentukan keseluruhan dari jalannya penelitian serta langsung turun ke

lapangan untuk melakukan pengamatan serta wawancara dengan informan.

3.7 Fokus Penelitian


Fokus penelitian ini mengarah pada Implementasi Kebijakan

Pemerintahan Terhadap Program Keluarga Harapan di Desa Muara Asam Asam

Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut. Penelitian ini menggunakan model

implementasi kebijakan menurut Daniel Mazmanian & Paul A. Sabatier.


47

Peran penting dari implementasi kebijakan publik yang dipaparkan oleh

Daniel Mazmanian & Paul A. Sabatier merupakan suatu kemampuan dalam

mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-

tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi. Model implementasi ini

disebut juga sebagai A Framework for Policy Implementation Analysis (Leo

Agustino, 2020). Adapun 3 (tiga) variabel yang diklasifikasikan menjadi

kategori besar, yakni:

1. Karakteristik Masalah

Dalam kategori ini terbagi menjadi empat point, yaitu sebagai

berikut:

a. Kesukaran Teknis dari Masalah yang bersangkutan: keberhasilan

mencapai tujuan dari suatu kebijakan bergantung pada sifat masalah dan

pemahaman mengenai prinsip hubungan kausal yang mempengaruhi

masalah.

b. Keberagaman perilaku yang diatur: suatu program relatif mudah

diimplementasikan apabila kelompok sasaran (masyarakat) heterogen

sehingga implementasi suatu program menjadi lebih kuat.

c. Persentase totalitas penduduk yang tercakup dalam Kelompok Sasaran:

suatu program akan sulit diimplementasikan ketika sasrannya mencakup

keseluruhan populasi, sebaliknya pencapaian tujuan kebijakan memiliki

peluang keberhasilan yang besar ketika semakin kecil dan jelas

kelompok sasaran,

2. Karakteristik Kebijakan
48

Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimiliki

untuk menstruktur proses implementasi secara tepat melalui:

a. Kejelasan isi kebijakan: semakin rinci dan jelas is dari suatu kebijakan

yang memudahkan implementor memahami dan menterjemahkan dalam

tindakan nyata atau semakin besar output kebijakan tersebut.

b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis: kebijakan

memiliki dasar teoritis yang menjelaskan bagaimana kira-kira tujuan

usaha pembaharuan yang akan dicapai dalam implementasi kebijakan.

c. Ketetapan alokasi sumber dana: sumberdaya keuangan merupakan

faktor kursial untuk setiap program sosial.

d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai

institusi pelaksana: kegagalan kebijakan terjadi ketika kurangnya

koordinasi vertikal dan horizontal antar instansi yang terlibat dalam

implementasi program.

e. Kejelasan dan konsistensi aturan: kejelasan aturan memberikan garisan

secara formal mengenai aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-

badan pelaksana.

f. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan: komitmen aparat

untuk melaksanakan tugas atau program-program, sebab top-down

policy bukanlah perkara yang mudah untuk diimplementasikan pada

pejabat pelaksana level lokal.

g. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi

dalam implementasi kebijakan: sebuah program yang memberikan


49

peluang luas bagi masyarakat untuk terlibak akan lebih mendapatkan

dukungan dan pihak luar (masyarakat) juga dimaksudkan sebagai

kontrol bagi para pejabat pelaksana yang ditunjuk pusat.

3. Lingkungan Kebijakan

Lingkungan kebijakan dibagi menjadi empat poin, yaitu:

a. Kondisi Sosial-Ekonomi dan Teknologi: masyarakat yang sudah terbuka

dan terdidik akan relatif mudah menerima program-program pembaruan

dibanding dengan masyarakat yang masih tertutup dan tradisional.

b. Dukungan Publik terhadap Kebijakan: mekanisme partisipasi publik

sangat penting dalam proses pelaksanaan kebijakan publik di lapangan.

c. Sikap dari kelompok pemilih (masyarakat): terdapat local genius

(kearifan lokal) yang dimiliki warga yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi kebijakan yang man ahal tersebut sangat dipengaruhi oleh

sikap dan sumber yang dimiliki masyarakat.

d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana:

komitmen pemimpin dan para pejabat untuk merealisasikan tujuan yang

tertuang dalam kebijakan merupakan variabel yang krusial. Pemimpin

harus memiliki keterampilan dan kemampuan dalam membuat prioritas

tujuan.

3.8 Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis data menurut Mile dan Huberman

(1984), mengemukakan bahwa dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga


50

datanya sudah jenuh. Analisa data kualitatif berupa reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung secara

terus menerus.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

Tindakan. Penyajian data yag digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

teks yang bersifat naratif.

3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Pada proses ini peneliti mulai mencari arti benda, mencatat

keteraturan, pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat

dan proposisi.

Bagan 5.
Teknik Analisis Data: Model Interaktif Model Miles dan Huberman

Pengumpulan Penyajian
Data Data

Reduksi Penarikan
Data Kesimpulan /
Verifikasi
51

Sumber: Miles dan Huberman (dalam Neuman, 2018).

3.9 Jadwal Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan dari bulan Juli 2021

sampai dengan bulan Desember 2021 dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

Tabel 1.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Bulan
No kegiatan Jul Agust Sept Okt Nov Des
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan
1
Proposal
Bimbingan
2
Proposal
Seminar
3
Proposal
Revisi
4
Proposal
Konsultasi
5 Pedoman
Wawancara
Pelaksanaan
6 Penelitian
ke Lapangan
Penulisan
7
Laporan
Bimbingan
8
Skripsi
Ujian
9
Tertutup
52

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.


Khomsan, Ali, dkk. 2015. Indikator Kemiskinan dan Misklasifikasi Orang Miskin.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Neuman, W. Lawrence. 2018. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif. Jakarta: PT. Indeks.

Sugiyono. 2020. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
Tachjan, H. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI Bandung.

Winarmo, Budi. 2012. Kebijakan Publik: Teori, Proses dan Studi Kasus. Jakarta:
CAPS.

Jurnal, Skripsi & Tesis:

Jurniah, Nispi. 2019. Implementasi Kebijakan Pemerintah pada Program Keluarga


Harapan (PKH) dalam Rangka Penanggulangan Kemsikinan di Desa
Gandaria Kecamatan Anjir Pasar Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018-
2019. Skripsi. Banjarmasin. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Lambung Mangkurat.

Rahma, Miftahul. 2020. Implementasi Kebijakan dan Pendampingan Keluarga


Penerima Program Keluarga Harapan (Studi Kasus di Kelurahan Kelayan
Timur Kecamatan Banjarmasin Selatan Kotra Banjarmasin). Skripsi.
Banjarmasin: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lambung Mangkurat

Royani, Ida. 2020. Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Menangani


Masalah Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Teluk Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batanghari. Skripsi. Jambi: Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin.

Sugiarti. 2012. Pengaruh Antara Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Pengangguran


Terhadap Kemiskinan Penduduk di Indonesia. Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta. hlm. 16.

Peraturan:
53

Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 Tentang Program Percepatan


Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan.
Surat Keputusan Direktur Jendral Perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor:
02/3/OT.02.01/12/2020 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Sosial Non
Tunai Program Keluarga Harapan Tahun 2021.
Surat Keputusan Direktur Jendral Perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor:
03/3/BS.02.01/12/2020 tentang Keputusan Direktur Jendral Perlindungan dan
Jaminan Sosial Tentang Indeks dan Faktor Penimbang Bantuan Sosial Program
Keluarga Harapan Tahun 2021

Website:

https://kalsel.prokel.co diakses pada 7 September 2021 pukul 09.20 WITA


https://diskominfomc.kalselprov.go.id diakses pada tanggal 7 September 2021
pukul 10.07 WITA
https://indonesia.go.id/kategori/keuangan/2320/program-keluarga-harapan-pkh-
2021-berikut-syarat-dan-ketentuan-penerimanya diakses pada tanggal 15
November 2021 pukul 13.27 WITA

Anda mungkin juga menyukai