Anda di halaman 1dari 52

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/283569463

Standarisasi Produk Pangan UMKM Tofu Meatball Go Internasional (Studi


Kasus Tahu Bakso Tembalang Semarang)

Article · August 2014

CITATIONS
READS
0
2,934

3 authors, including:

Faiz Balya Marwan


Muhammad Subhan
Universitas Diponegoro
Shaheed Benazir Bhutto University, Sheringal
6 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
7 PUBLICATIONS 40 CITATIONS

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Community Development in Boyolali, Central Java View project

All content following this page was uploaded by Faiz Balya Marwan on 08 November 2015.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL
PEKAN ILMIAH DAN KREATIVITAS (PIKIR IV) 2014

JUDUL KARYA TULIS ILMIAH


STANDARISASI PRODUK PANGAN UMKM TOFU MEATBALL
GO INTERNASIONAL
(Studi Kasus Tahu Bakso Tembalang Semarang)

SUB TEMA:
Kebijakan Pengembangan UMKM dalam Menghadapi ASEAN Economic
Community 2015

Diusulkan oleh:
Faiz Balya Marwan (NIM 14010412130105/ Angkatan 2012)
Mega Ariyanti (NIM 13010112130052/ Angkatan 2012)
Muhammad Subhan (NIM 14010412130109/ Angkatan 2012)

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan


sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah menuntun manusia
dengan Al Qur’an dan Sunnah. Karya ilmiah ini disusun dalam rangka Lomba
Karya Tulis Ilmiah Nasional Tingkat Mahasiswa PIKIR IV 2014 yang
diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Kreativitas Ilmiah
Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (LKIM-PENA) Universitas Muhammadiyah
Makassar dengan judul “Standarisasi Produk Pangan UMKM Tofu Meatball
Go Internasional (Studi Kasus Tahu Bakso Tembalang Semarang)”.

PIKIR merupakan agenda rutinitas dari salah satu Unit Kegiatan


Mahasiswa yaitu Lembaga Kreativitas Ilmiah Mahasiswa Penelitian dan
Penalaran atau disingkat LKIM-PENA Universitas Muhammadiyah Makassar,
kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa keingin tahuan para generasi
bangsa dalam memecahkan problematika yang terjadi baik di lingkungan sendiri,
masyarakat, bangsa dan Negara, harapan kami semoga dengan adanya kegiatan ini
kami mampu menghimpun para generasi muda yang senang akan perkembangan
ilmu pengetahuan dan bakal calon peneliti muda masa depan.

Ucapan terima kasih penyusun kepada seluruh pihak yang telah


memberikan bantuan baik berupa saran dan kritik maupun doa. Penyusun
menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca. Semoga karya ilmiah ini
dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat bagi pembaca semua.

Semarang, 14 Agustus 2014

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.............................................................................................................i
Lembar Pengesahan.......................................................................................................ii
Lembar Pernyataan Orisinalitas Karya.........................................................................iii
Kata Pengantar..............................................................................................................iv
Daftar Isi........................................................................................................................v
Daftar Gambar.............................................................................................................vii
Daftar Tabel................................................................................................................viii
Daftar Lampiran...........................................................................................................ix
Ringkasan......................................................................................................................x
BAB I: Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................................3
BAB II: Tinjauan Pustaka
2.1 UMKM Sektor Pangan dan Potensi Ekonomi.........................................................4
2.2 ASEAN Economic Community 2015.......................................................................5
2.3 Standar Produk Pangan Skala ASEAN....................................................................7
2.4 Solusi Terdahulu......................................................................................................8
2.5 Gambaran Umum Solusi yang Ditawarkan...........................................................10
BAB III: Metode Penulisan
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian............................................................................12
3.2 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data...........................................................12
3.3 Metode Analisis Data............................................................................................14
BAB IV: Hasil dan Pembahasan
4.1 UMKM Sebagai Penopang Perekonomian............................................................16
4.2 Permasalahan Ekspor Produk UMKM Sektor Pangan dan Kaitannya dengan
Produk UMKM Tahu Bakso (Tofu Meatball).............................................................17
4.3 Standarisasi Produk Pangan UMKM Tofu Meatball Go Internasional.................20
4.4 Sinergitas Peran Pengusaha, Pemerintah, dan Peneliti..........................................23
v
BAB V: Penutup
5.1 Simpulan................................................................................................................28
5.2 Saran......................................................................................................................29
Daftar Pustaka..............................................................................................................30
Daftar Riwayat Hidup Peserta.....................................................................................32
Lampiran......................................................................................................................38

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Hubungan Sinergisitas Triple Helix Concept.................................23


Gambar 2. Implementasi Konsep Triple Helix dalam Pengembangan UMKM Tofu
Meatball.......................................................................................................................25

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah...................................................4


Tabel 2. Komposisi PDB Menurut Skala Usaha pada Tahun 1977 dan 2003...............5

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Scan Bukti Pembayaran...............................................................................................39
Scan KTM....................................................................................................................39
Dokumentasi................................................................................................................40

ix
RINGKASAN

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah penopang perekonomian


hampir di seluruh negara berkembang, termasuk Indonesia (57,94% pembentukan
nilai PDB tahun 2011). UMKM perlu mendapat dukungan dari pemerintah agar
tidak kalah dalam arus liberalisasi perdagangan, salah satunya dalam menghadapi
ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015. Ketika AEC 2015
diberlakukan, perekonomian negara-negara anggota ASEAN akan semakin
terintegrasi melalui lalu lintas perdagangan yang semakin padat. UMKM tumbuh
pesat tiap tahun dan menyerap lebih dari 90% dari total tenaga kerja Indonesia,
didominasi anak muda dan wanita (indagkop.kaltimprov.go.id). Namun, UMKM
di Indonesia memiliki beberapa kendala terutama tentang ekspansi pasar ke luar
negeri (ekspor). UMKM hanya mampu menyumbang sebesar 16,44% dari total
nilai ekspor non-migas. Jumlah tersebut masih di bawah negara-negara Asia
lainnya. Salah satu UMKM yang potensial dan terkenal di kota Semarang yang
bergerak di bidang makanan, yaitu tahu bakso (tofu meatball). Banyak industri
skala rumah tangga yang bergerak di bidang tersebut, namun selama ini
pemasaran tahu bakso hanya di Kota Semarang dan sekitarnya, sulit menembus
pasar yang lebih luas. Salah satu penyebabnya karena olahan tahu bakso tidak
dapat bertahan lama, sekitar 2-3 hari saja. Oleh karena itu, penulis melakukan
studi kasus UMKM tahu bakso sebagai lahan potensial pemasaran produk UMKM
Indonesia hingga pasar ASEAN. Konsep ini memadukan kinerja antara
pengusaha, pemerintah, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). LIPI
diharapkan mampu menemukan solusi agar produk makanan basah ini dapat tahan
lama sehingga dapat menembus pasar internasional. Pemerintah diharapkan dapat
membuat standar baku (sesuai standar pangan internasional) produk-produk
UMKM agar diterima di pasar internasional.

Kata kunci : ASEAN, liberalisasi perdagangan, standar pangan


internasional, tahu bakso, UMKM.

x
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah penopang
perekonomian hampir di seluruh negara berkembang, termasuk Indonesia
(57,94% pembentukan nilai PDB tahun 2011). UMKM perlu mendapat dukungan
dari pemerintah agar tidak kalah dalam arus liberalisasi perdagangan, salah
satunya dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015.
Ketika AEC 2015 diberlakukan, perekonomian negara-negara anggota
Association of South East Asia Nations (ASEAN) akan semakin terintegrasi
melalui lalu lintas perdagangan yang semakin padat. UMKM tumbuh pesat tiap
tahun dan menyerap lebih dari 90% dari total tenaga kerja Indonesia, didominasi
anak muda dan wanita (indagkop.kaltimprov.go.id). Namun, UMKM di Indonesia
memiliki beberapa kendala terutama tentang ekspansi pasar ke luar negeri
(ekspor). UMKM hanya mampu menyumbang sebesar 16,44% dari total nilai
ekspor non-migas. Jumlah tersebut masih di bawah negara-negara Asia lainnya.
Pada tahun 2010 tercatat jumlah UMKM 25.496 unit dan sebanyak 5.973
menjadi binaan Dinas Koperasi dan UMKM Semarang. Angka itu meningkat
dibandingkan tahun 2009 yang tercatat sebanyak 21.675 unit dan 4.640 unit
merupakan binaan Dinas Koperasi (Diskop) UMKM. Jenis produk yang
diusahakan UMKM itu hingga April 2011 tercatat sebanyak 28, salah satunya
tahu bakso dengan pusat produksi di Ungaran Timur, Semarang.
(www.semarangkab.go.id).
UMKM tahu bakso merupakan salah satu produk pangan yang mempunyai
pangsa pasar yang potensial di Indonesia hingga pasar ASEAN. Dengan
mengemas produk sesuai dengan standar produk yang telah diuji kelayakan,
produk tahu bakso dapat terjamin kualitasnya. Dengan demikian, tahu bakso ini
bisa dipasarkan lebih luas lagi.
Menurut Adhi S. Lukman Mutual recognition agreement (MRA) sektor
makanan dan minuman antara negara-negara ASEAN terus dilakukan menjelang
pemberlakuan AEC 2015. Hal tersebut untuk mempermudah dan mempercepat
proses perizinan serta menghemat biaya produksi, khususnya untuk bagian
kemasan. (22/12/2013, m.koran-sindo.com).
Konsep standarisasi yang diterapkan ini memadukan kinerja antara
pengusaha, pemerintah, dan Peneliti seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) melalui konsep Triple-Helix untuk mewujudkan produk UMKM sektor
pangan yang dapat diterima oleh masyarakat ASEAN. Produk pangan yang kami
jadikan pilot project adalah produk Tofu Meatball yang menjadi oleh-oleh khas
Semarang sehingga karya ilmiah ini berjudul “Standarisasi Produk Pangan
UMKM Tofu Meatball Go Internasional (Studi Kasus Tahu Bakso
Tembalang Semarang)”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana UMKM sebagai penopang utama perekonomian di Indonesia?
1.2.2 Apa saja permasalahan pada ekspor produk UMKM sektor pangan di
Indonesia?
1.2.3 Bagaimana standarisasi produk sebagai solusi alternatif dalam menangani
permasalahan pada ekspor produk UMKM sektor pangan di Indonesia?
1.2.4 Bagaimana menyinergikan antara peran pengusaha, pemerintah, dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggunakan konsep
Triple-Helix dalam mewujudkan produk UMKM sektor pangan Tofu
Meatball yang dapat diterima oleh masyarakat ASEAN?

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan karya ilmiah ini adalah:
1.3.1 Menjelaskan UMKM sebagai penopang utama perekonomian di Indonesia.
1.3.2 Mengetahui peramasalahan pada ekspor produk UMKM sektor pangan di
Indonesia.
1.3.3 Menjelaskan standarisasi produk sebagai solusi alternatif dalam
menangani permasalahan pada ekspor produk UMKM sektor pangan di
Indonesia.
1.3.4 Menjelaskan sinergisitas antara peran pengusaha, pemerintah, dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggunakan konsep
Triple-Helix dalam mewujudkan produk UMKM sektor pangan Tofu
Meatball yang dapat diterima oleh masyarakat ASEAN.

1.4 Manfaat
Manfaat penyusunan karya ilmiah ini adalah:
1.4.1 Menambah wawasan bagi pembaca sekaligus penulis mengenai
perkembangan UMKM di Indonesia dalam menghadapi ASEAN
Economic Community 2015.
1.4.2 Menambah wawasan bagi pembaca sekaligus penulis mengenai potensi
UMKM sektor pangan di Indonesia yang belum dimaksimalkan dan
menjadikan sebagai peluang dalam memenangkan AEC 2015.
1.4.3 Memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan dalam bidang
ekonomi baik bagi masyarakat akademis maupun nonakademis.
1.4.4 Memberikan sumbangsih terhadap kebijakan standarisasi produk pangan
sebagai komoditi ekspor Indonesia tingkat ASEAN.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UMKM Sektor Pangan dan Potensi Ekonomi

UMKM terdiri dari usaha mikro, kecil, dan menengah. Berdasarkan UU


No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Berikut kriteria
usaha mikro, kecil, dan menengah berdasarkan UU N0. 20 tahun 2008:

Tabel 1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Ukuran Usaha Kriteria

Asset per tahun Omset per tahun

Usaha Mikro Maksimal 50 juta Maksimal 300 juta

Usaha Kecil > 50 juta – 500 juta Maksimal 300 juta

Usaha Menengah > 500 juta – 10 milyar > 2,5 – 50 milyar

Sumber : UU No. 20 tahun 2008

UMKM merupakan salah satu pilar perekonomian Indonesia. Berdasarkan


data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah per Juni 2013, jumlah
UMKM sebanyak 55,2 juta UMKM atau 99,98 persen dari jumlah unit usaha yang
ada di Indonesia. Data tahun 2003 menunjukkan bahwa UMKM menyumbang
56,72 % produk domestik bruto (PDB) Indonesia lebih banyak dibanding usaha
besar yang menyumbang 43,28%. Nilai investasi UMKM mencapai Rp. 640,4
triliun atau 52,9 persen dari total investasi. Menghasilkan devisa sebesar Rp.
183,8 triliun atau 20,2% dari jumlah devisa Indonesia. Selain itu, UMKM juga
dapat menyerap 101,72 juta tenaga kerja atau 97,3 % dari total tenaga kerja
Indonesia.
Tabel 2. Komposisi PDB Menurut Skala Usaha pada Tahun 1997 dan 2003
(Milyar Rupiah)

No Skala Usaha 1997 2003 Pertumbuhan

1 Usaha Mikro dan 171.048 183.125 +7,06%


Kecil
(40,45) (41,11)

2 Usaha Menengah 78.524 75.975 -3,25%

(17,41) (15,61)

3 Usaha Besar 183.673 185.352 +0,91%

(42,17) (43,28)

Jumlah PDB 433.245 444.453 +2,59%

(100) (100)

Sumber : BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM (beberapa tahun)

Berdasarkan data statistik, UMKM sektor pangan dan pertanian sebesar


53%. Artinya, UMKM dibidang pangan dan pertanian perlu perhatian. Jika
UMKM ini dibenahi, maka pertumbuhan ekonomi kita akan berkualitas.

2.2 ASEAN Economic Community 2015


ASEAN adalah asosiasi negara-negara Asia Tenggara yang beranggotakan
10 negara ASEAN yang didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. 10
negara tersebut antara lain, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina,
Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja, dan Brunei Darussalam. Tujuan dibentuknya
ASEAN sendiri ada tiga, yaitu mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan
sosial, dan pengembangan budaya Asia Tenggara.
Untuk mencapai tujuan ASEAN, maka pada tahun 1997 negara-negara
ASEAN mencanangkan ASEAN Vision 2020. Visi ASEAN 2020 adalah
menciptakan keamanan, stabilitas dan kemakmuran di kawasan ASEAN. Pada
tahun 2003, tercapai kesepakatan untuk mempercepat ASEAN Vision dari 2020
menjadi 2015 atau ASEAN Community 2015. Ada tiga pilar ASEAN Community
2015, yaitu ASEAN Economic Community (AEC), ASEAN Political-Security
Community, dan ASEAN Sosio-Cultural Community.
Salah satu pilar penting yang akan dihadapi Indonesia adalah AEC. Tujuan
AEC ada lima, yaitu menciptakan kawasan ASEAN sebagai pasar tunggal dan
basis produksi, menciptakan kawasan ekonomi yang kompetitif, menciptakan
kawasan ASEAN sebagai wilayah pembangunan ekonomi yang merata, dan
kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi global. Tujuan tersebut direalisasikan
dengan menciptakan integrasi ekonomi kawasan, dalam bentuk arus bebas keluar
masuk barang, arus jasa, arus investasi, modal, dan tenaga kerja terampil antar
negara-negara ASEAN.
Setelah AEC pada 2015 nanti resmi diberlakukan, maka akan ada serbuan
barang, jasa, modal, investasi dan tenaga kerja yang akan bebas masuk ke
Indonesia. Penduduk dari negara-negara ASEAN lainnya akan bersaing dengan
penduduk Indonesia. Demikian halnya dengan Indonesia. Penduduk Indonesia
juga akan bersaing di negara-negara ASEAN lainnya. AEC bisa menjadi sebuah
peluang dan bisa menjadi ancaman bagi Indonesia.
AEC bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperluas pasar
produksi dalam negeri Indonesia ke negara-negara ASEAN, baik barang maupun
jasa. Namun, AEC bisa menjadi ancaman serius bagi Indonesia, jika Indonesia
tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada. Hal itu bisa terjadi apabila sektor
produksi Indonesia lemah dan tenaga terampil Indonesia sedikit. Indonesia akan
kebanjiran produk dari negara asing, tanpa bisa membanjiri negara asing dengan
produk dalam negeri Indonesia. Indonesia hanya akan menjadi penonton tanpa
bisa berperan maksimal dalam AEC tersebut.
Dampak dari ketidakmampuan Indonesia berperan dalam AEC sangat
besar bagi perekonomian Indonesia. Sektor produksi Indonesia akan
memunculkan banyak pengangguran penduduknya sendiri. Hal itu bisa terjadi
apabila industri Indonesia kalah bersaing dengan industri negara lain. Sektor
produksi Indonesia harus mampu bertahan dan bahkan bisa memperluas
pemasarannya hingga ke negara lain di kawasan ASEAN.

2.3 Standar Produk Pangan Skala ASEAN


Seiring semakin terbukanya aliran produk dalam pasar bebas AEC, perlu
adanya proteksi agar Indonesia tidak kebanjiran produk dari luar negeri. Salah
satu instrument yang dapat dilakukan adalah dengan membuat suatu standar
produk. Standar produk adalah ukuran tertentu yang dapat dipakai sebagai
patokan dalam pembuatan suatu produk. Standarisasi adalah penyesuaian bentuk,
ukuran, maupun kualitas dengan berpedoman pada standar yang telah ditetapkan
atau dibakukan. Di mana standarisasi produk ini akan membuat produk dalam
negeri mempunyai kualitas yang dapat bersaing dengan produk dari luar negeri.
Sedangkan, menurut UU No. 18 Tahun 2012, pangan adalah segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perikanan, peternakan,
perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman. Jadi standar produk pangan adalah suatu ukuran
tertentu yang bisa dijadikan patokan atau pedoman dalam pembuatan maupun
pengolahan produk yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman.
Standar berskala nasional yang berlaku di Indonesia adalah Standar
Nasional Indonesia (SNI). SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan
oleh BSN. BSN merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan tugas
pokok mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi di Indonesia.
Tujuan standardisasi adalah menjadi salah satu instrumen dalam rangka
untuk meningkatkan daya saing dalam pasar bebas melalui:
1. Perlindungan kepentingan publik dan lingkungan.
2. Peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap produk nasional di pasar
domestik.
3. Fasilitasi akses produk nasional ke pasar global.
4. Dukungan bagi platform sistem inovasi nasional.
5. Dukungan terhadap keunggulan kompetitif bagi produk.
Setiap Negara mempunyai standar produk yang berbeda. Di tingkat
ASEAN Indonesia masih kalah dibandingkan Singapura dan Malaysia dalam
bidang penerapan standar pangan. Negara anggota ASEAN yang tertinggi
levelnya adalah Malaysia dan Singapura. Sedangkan Indonesia, Thailand,
Filipina, Brunei satu level bawahnya. Kemudian Laos, Myanmar, dan Kamboja.
Menurut Prof Muhammad Firdaus, Guru Besar Argribisnis IPB, kesiapan
Indonesia menghadapi berlakunya AEC atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
tahun 2015 masih rendah. Indonesia masih masuk katergori rendah atau di bawah
80 %. Jika dibandingkan Thailand dan Malaysia, yang sudah di skala 80-90 %.
Tantangan dunia pertanian terutama dalam bidang pangan ke depan sangat
komplek yang membutuhkan kajian serius, sedangkan kesiapan kita masih rendah.

2.4 Solusi Terdahulu


UMKM adalah tulang punggung perekonomian negara berkembang.
Demikian halnya dengan UMKM bagi Indonesia. UMKM menyumbang 57,94%
bagi PDB indonesia dan menyerap 90% dari total tenaga kerja Indonesia. Oleh
sebab itu, sektor yang harus menjadi perhatian pemerintah Indonesia dalam
menghadapi AEC ini adalah sektor UMKM. Namun, banyak kendala yang selama
ini ditemui pada sektor UMKM di Indonesia. Salah satunya adalah pemasaran.
UMKM di Indonesia banyak bergerak di bidang produksi makanan
tradisional atau khas tiap daerah di Indonesia. Laporan Suara Pembaruan (2008)
yang menunjukkan bahwa UMKM pangan memiliki kontribusi 39,72 % atau Rp
439,86 triliun dari total produksi UMKM di Indonesia yang mencapai
Rp1.107,54 triliun. Di Magelang ada industri rumahan pembuatan getuk, dan di
Jogjakarta ada Industri bakpia, dan masih banyak makanan tradisional tiap-tiap
daerah di Indonesia yang dijadikan industri rumahan.
Kesamaan dari industri-industri tersebut adalah sama-sama bergerak di
bidang makanan tradional, tetapi selain itu juga mempunyai permasalahan yang
sama. Banyak makanan tradisional yang kebanyakan diproduksi, tidak bisa
bertahan lama. Jangankan bisa diekspor hingga ke mancanegara, pemasaran
hingga antar kota atau pulau yang memakan waktu berhari-hari, akan
menyebabkan produksi makanan tersebut menjadi basi. Perlu bantuan dari
pemerintah secara langsung untuk membantu pelaku industri makanan tradisional
agar bisa mengembangkan bisnis mereka hingga ke wilayah yang lebih luas
bahkan ke mancanegara.
Salah satu contoh atau upaya yang pernah ditawarkan pemerintah, melalui
LIPI adalah meningkatkan standar olahan makanan tradisional. Dari segi kualitas
bahan baku, hingga meningkatkan kualitas produksi sehingga tercipta produk
yang berstandar. Dengan telah tercapainya standar, maka upaya untuk
memperluas pasar dapat tercapai. Sebagai contoh adalah gudeg kaleng dari
Jogjakarta.
Gudeg kaleng Bu Tjitro adalah salah satu gudeg kaleng yang saat ini sudah
begitu banyak di Jogjakarta. UPT BPPTK LIPI Gunung Kidul menemukan cara
mengawetkan makanan tradisional. Konsep mengawetkan gudeg pertama kali
muncul, ketika pada 2009 pengusaha gudeg asal jogjakarta, Dtaju Dwi
Kumalasari yang merupakan pengelola gudeg Bu Tjitro Jogjakarta. Djatu
menggandeng UPT BPPTK LIPI Gunung Kidul untuk menemukan cara
bagaimana mengalengkan gudeg. Maklum saja, olahan gudeg biasa hanya
bertahan 48 jam, hal itulah yang menjadi alasan Djatu mencoba menemukan
solusi bagaimana olahan gudeg bisa bertahan lama. BPPTK juga sebenarnya sejak
2006 telah mengembangkan proses pengalengan gudeg.
Pada tahun 2011, setelah melalui proses penelitian yang cukup panjang,
akhirnya gudeg kaleng mulai dipasarkan. Dalam sebulan, Djatu bisa menjual
gudeg kaleng Bu Tjitro hingga 500 kaleng dengan harga 20 ribu hingga 27 ribu
per kaleng. Kesuksesan Djatu dengan gudeg Bu Tjitronya disusul oleh gudeg
kaleng lainnya yang sekarang banyak bermunculan.
Selain gudeg, sebenarnya sejak 2002 LIPI Gunung Kidul juga telah
melakukan penelitian pengalengan makanan tradisoanal seperti mangut lele, sayur
lombok ijo, sari tempe kental manis, tempe steak, jagung manis, kari tempe, dan
tempe bacem. Dalam hal inilah peran pemerintah melalui lembaga penelitiannya,
membantu industri rumahan yang masih bergerak di dalam produksi makanan
olahan berskala kecil untuk menemukan solusi bagaimana menambah nilai
produksi menjadi lebih bernilai tinggi.

2.5 Gambaran Umum Solusi yang Ditawarkan


Triple-Helix adalah konsep sinergi antara aktor-aktor yang mempengaruhi
keberhasilan inovasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) berupa bangun
geometri yang terdiri dari tiga buah jalinan menyerupai susunan rantai DNA
(Harjanto Sri, 2004). Aktor-aktor tersebut adalah kalangan Academicians
(akademisi/lembaga penelitian), Business (bisnis/pengusaha), dan Governments
(pemerintah) (ABG). Diharapkan ketiga aktor tersebut dapat bersinergi untuk
menghasilkan produk yang mempunyai inovasi.

Secara garis besar, komitmen Triple-Helix ABG meliputi lima hal, antara
lain (Dipta Wayan I, 2008) :

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM).


2. Menumbuhan iklim usaha yang kondusif untuk memulai dan menjalankan
usaha, diantaranya sistem administrasi negara, kebijakan dan peraturan, serta
infrastruktur yang memadai bagi perkembangan usaha.
3. Apresiasi terhadap SDM kreatif dan karya kreatif yang dihasilkan, terutama
yang berperan menumbuhkan stimulus (rangsangan) untuk berkarya lebih
kreatif lagi. Stimulus ini berbentuk dukungan finansial maupun nonfinansial.
4. Mendorong percepatan pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi yang
erat kaitannya dengan akses masyarakat untuk mendapat informasi, bertukar
pengetahuan dan pengalaman, sekaligus akses pasar.
5. Pengembangan lembaga pembiayaan yang mendukung usaha, mengingat
lemahnya dukungan lembaga pembiayaan konvensional seperti bank dan masih
sulitnya akses pengusaha untuk mendapatkan sumber dana alternatif, seperti
modal ventura atau dana corporate social responsibility (CSR).
Dari sudut pandang ekonomi kreatif, sistem “Triple-Helix” menjadi
payung yang menghubungkan antara akademisi maupun peneliti (Intellectuals),
Bisnis (Business), dan Pemerintah (Government) dalam kerangka bangunan
ekonomi kreatif. Ketiga helix tersebut merupakan aktor utama penggerak lahirnya
kreativitas, ide, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang vital bagi tumbuhnya
industri kreatif di Indonesia.
Hubungan yang erat, saling menunjang, dan bersimbiosis mutualisme
antara ketiga aktor tersebut dalam kaitannya dengan landasan dan pilar-pilar
model ekonomi kreatif akan menentukan pengembangan ekonomi kreatif yang
kokoh dan berkesinambungan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian


Penelitian dalam penyusunan karya ilmiah ini dilakukan dengan kegiatan
studi literatur yang mendalam dan observasi ke lapangan. Studi literatur, yakni
dengan menggunakan penulisan deskriptif dan data yang digunakan merupakan
data pendekatan kualitatif. Observasi, yakni melakukan pengamatan langsung
terhadap UMKM tahu bakso di wilayah Tembalang Semarang. Pendekatan
kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data-data deskriptif, yang meliputi
kata-kata tertulis atas objek penulisan yang sedang dilakukan yang didukung oleh
studi literatur berdasaran pengalaman kajian pustaka, baik berupa data penulisan
maupun angka yang dapat dipahami dengan baik. Di samping itu, pendekatan
kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama serta pola-pola nilai yang dihadapi di lapangan. Metode
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penulisan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.

3.2 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data adalah segala informasi mengenai semua hal yang berkaitan dengan
tujuan penelitian. Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan
informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua,
yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012:225). Sumber primer ini berupa
catatan hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara yang penulis
lakukan. Selain itu, penulis juga melakukan observasi lapangan dan
mengumpulkan data dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian di
perpustakaan.
2. Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan
informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder
ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang
disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain (Sugiyono, 2012:225).
Data ini digunakan untuk mendukung infomasi dari data primer yang
diperoleh baik dari wawancara, maupun dari observasi langsung ke
lapangan. Penulis juga menggunakan data sekunder hasil dari studi
pustaka. Dalam studi pustaka, penulis membaca literatur-literatur yang
dapat menunjang penelitian, yaitu literatur-literatur yang berhubungan
dengan penelitian ini (Sugiyono, 2012:137). Data Sekunder ialah data
yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh di luar diri
peneliti sendiri, meskipun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data
yang asli. (Winarno, 1985). Data sekunder merupakan data yang dilakukan
dengan cara membaca literatur kepustakaan, internet, media cetak yang
ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Data ini digunakan
oleh peneliti sebagai data pelengkap dari data primer. (dalam Laili dkk,
2014:10).
Metode pengumpulan data yang digunakan didalam penulisan ini adalah
dengan metode:
‐ Kepustakaan/ Studi Literatur
Studi kepustakaan adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. (Nazir,
1998:111).
‐ Observasi
Menurut Patton (1990: 201 dalam Poerwandari, 1998: 63), observasi
merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, terutama
penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan
bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang
sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan
yang teliti dan lengkap.
‐ Wawancara
Menurut Kartono (1980: 171) interview atau wawancara adalah suatu
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses
tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.
‐ Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang datanya
diperoleh dari buku, internet, atau dokumen lain yang menunjang penelitian yang
dilakukan. Dokumen merupakan catatan mengenai peristiwa yang sudah berlalu.
Peneliti mengumpulkan dokumen yang dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012:240).

3.3 Metode Analisis Data


Setelah melakukan pengumpulan data, seluruh data yang terkumpul
kemudian diolah oleh peneliti. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif
kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan secara menyeluruh data yang didapat
selama proses penelitian. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:246)
mengungkapkan bahwa dalam mengolah data kualitatif dilakukan melalui tahap
reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi
Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan penting
kemudian dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2012:247). Pada tahap ini peneliti
memilah informasi mana yang relevan dan mana yang tidak relevan dengan
penelitian. Setelah direduksi data akan mengerucut, semakin sedikit dan mengarah
ke inti permasalahan sehingga mampu memberikan gambaran yang lebih jelas
mengenai objek penelitian.
2. Penyajian Data
Setelah dilakukan direduksi data, langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Data disajikan dalam bentuk tabel dan uraian penjelasan yang bersifat
deskriptif.
3. Penarikan Kesimpulan
Tahap akhir pengolahan data adalah penarikan kesimpulan. Setelah semua
data tersaji permasalahan yang menjadi objek penelitian dapat dipahami dan
kemudian ditarik kesimpulan yang merupaan hasil dari penelitian ini
Selain itu, proses analisis data juga dilakukan dengan mengutip data
langsung, yaitu data angka sebagai data kuantitatif, berdasarkan pengkajian data
perekonomian di Indonesia yang diperoleh dari berbagai sumber.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 UMKM Sebagai Penopang Perekonomian


UMKM atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah tulang punggung
perekonomian negara-negara berkembang. Di Indonesia UMKM diatur dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. Menurut UU tersebut bahwa sebuah
perusahaan digolongkan sebagai UMKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki
dan dikelola oleh seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan
jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu Dengan rincian sebagai berikut:

 Usaha Mikro adalah usaha produktif yang kekayaannya sampai 50 juta


rupiah dengan pendapatan sampai 300 juta rupiah per tahun.
 Usaha Kecil adalah saha produktif yang nilai kekayaan usahanya antara 50
juta hingga 500 juta rupiah dengan total penghasilan sekitar 300 juta
hingga 2,5 milyar rupiah per tahun, dan
 Usaha Menengah adalah usaha produktif yang memiliki kekayaan 500 juta
hingga 10 milyar rupiah dengan jumlah pendapatan pertahun berkisar 2,5 –
50 milyar rupiah.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah per
Juni 2013, jumlah UMKM sebanyak 55,2 juta UMKM atau 99,98 persen dari
jumlah unit usaha yang ada di Indonesia. Data tahun 2003 menunjukkan bahwa
UMKM menyumbang 56,72 % produk domestik bruto (PDB) Indonesia lebih
banyak dibanding usaha besar yang menyumbang 43,28%. Nilai investasi UMKM
mencapai Rp. 640,4 triliun atau 52,9 persen dari total investasi. Menghasilkan
devisa sebesar Rp. 183,8 triliun atau 20,2% dari jumlah devisa Indonesia. Selain
itu, UMKM juga dapat menyerap 101,72 juta tenaga kerja atau 97,3 % dari total
tenaga kerja Indonesia.
Dari data-data yang didapatkan di atas, terbukti bahwa UMKM merupakan
penopang perekonomian di Indonesia. Pada tahun 2015, ASEAN akan memulai
ASEAN Economic Community (AEC), yaitu integrasi perekonomian negara-
negara Asia Tenggara. Arus barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja
terampil dari negara-negara anggota ASEAN akan bebas masuk bersaing ke setiap
negara anggota ASEAN tersebut. Sehingga, Indonesia sebagai negara anggota
ASEAN juga ikut andil di dalamnya. Dengan melihat potensi UMKM di
Indonesia seharusnya mampu memenangkan Indonesia dalam persaingan AEC
2015.
Indonesia yang perekonomiannya ditopang oleh UMKM, harus
mempersiapkan strategi agar perekonomiannya tetap bisa bertahan dan bersaing
dengan negara-negara ASEAN lainnya. UMKM di Indonesia yang banyak
bergerak di bidang kerajinan, pertanian, dan makanan sejauh ini hanya bergerak di
pasar domestik. Sementara dengan akan dimulainya AEC 2015, UMKM
Indonesia harus bisa menembus pasar mancanegara, terutama ASEAN. Sejauh ini
UMKM hanya mampu menyumbang sebesar 16,44% dari total nilai ekspor non-
migas. Jumlah tersebut masih di bawah negara-negara Asia lainnya. Ekspor itupun
hanya didominasi produk kerajinan tangan seperti anyaman dan ukiran yang
mampu menembus pasar mancanegara.

4.2 Permasalahan Ekspor Produk UMKM Sektor Pangan dan Kaitannya


dengan Produk UMKM Tahu Bakso (Tofu Meatball)
Menurut data dari Kementerian Negera Koperasi dan UKM (2007) bahwa
57.6% (tahun 2004) dan 53,6% (tahun 2006) total jumlah unit usaha nasional
bergerak di sektor berbasis agribisnis; termasuk pangan. Demikian halnya dengan
laporan Suara Pembaruan (2008) yang menunjukkan bahwa UMKM pangan
memiliki kontribusi 39,72 % atau Rp 439,86 triliun dari total produksi UMKM di
Indonesia yang mencapai Rp1.107,54 triliun. Kedua data tersebut menunjukkan
bahwa UMKM pangan mempunyai peran yang sangat besar bagi kelangsungan
perekonomian Indonesia yang ditopang oleh UMKM. Oleh karena pada 2015
nanti Indonesia sudah akan menghadapi AEC, maka UMKM sektor pangan perlu
mendapatkan pembinaan, perhatian, dan pengembangan lebih lanjut agar selain
tetap mampu menyediakan bahan pangan bagi domestik, juga mampu mengangkat
perekonomian Indonesia dalam AEC tersebut.
Di berbagai daerah di Indonesia, banyak industri rumah tangga yang
mengembangkan usaha makanan tradisional atau khas daerah. Di Jogjakarta,
banyak industri rumah tangga yang memproduksi bakpia, kemudian di Solo ada
produksi makanan serabi, di Magelang ada industri getuk, dan masih banyak lagi
di daerah lain yang mengembangkan usaha makanan tradisional. Sayangnya, dari
berbagai jenis usaha makanan tradisional, keseemuanya hampir memimilik
masalah yang sama, yaitu daya tahan.
Makanan tradisional di Indonesia cenderung berbahan dasar alami dengan
berbagai macam resep atau bumbu khas. Di satu sisi, makanan tradisional di
Indonesia memiliki varian rasa yang yang khas dan enak. Tapi di sisi lain,
makanan tradisional dengan berbagai varian rasa khas tersebut memiliki daya
tahan yang tidak begitu lama. Makanan seperti bakpia, getuk, dan serabi tidak bisa
bertahan lama, hanya berkisar antara 3-7 hari. Kondisi tersebut juga banyak
ditemui pada berbagai makanan tradisional lainnya di berbagai daerah.
Daya tahan makanan di Indonesia yang tidak begitu lama tentu saja tidak
menguntungkan bagi sebagian besar pengusaha. Pemasaran hasil produk makanan
tidak bisa keluar dari daerah penghasil makanan tersebut. Hanya berpusat di
daerah penghasil dan sebagian wilayah sekitar. Dalam menghadapi AEC 2015,
kondisi tersebut sangat mengancam kelangsungan usaha makanan tradisional di
Indonesia. Sebab, sebagian besar perekonomian Indonesia berada pada sektor
UMKM. Tidak hanya itu, UMKM di Indonesia mayoritas bergerak pada usaha
pertanian dan makanan tradisional. Dengan dibukanya AEC 2015, maka Indonesia
akan kebanjiran berbagai produk dari berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk
produk makanan. Produk makanan Indonesia, sebagian besar produk makanan
Indonesia tidak bisa bertahan lama. Maka jangkauan produk UMKM di Indonesia
akan semakin sempit.
Seharusnya dengan dibukanya AEC pada 2015 nanti, menjadi momen
untuk memperluas pasar hasil produk Indonesia ke mancanegara, termasuk
UMKM makanan tradisional. Usaha strategis yang mampu mengembangkan
UMKM makanan tradisional Indonesia adalah dengan meningkatkan nilai tambah
atau kualitas produk. Konkretnya adalah dengan membuat makanan tradisional
Indonesia mampu bertahan lama dan berstandar, sehingga produk Indonesia bisa
menjangkau pasar mancanegara, khususnya kawasan ASEAN.
Contoh inovasi terhadap makanan tradisional di Indonesia adalah gudeg
kaleng di Jogjakarta. Konsep mengawetkan gudeg pertama kali muncul, ketika
pada 2009 pengusaha gudeg asal jogjakarta, Dtaju Dwi Kumalasari, pengelola
gudeg Bu Tjitro Jogjakarta menggandeng UPT BPPTK LIPI Gunung Kidul untuk
menemukan cara bagaimana mengalengkan gudeg. Kini, dalam sebulan, gudeg
kaleng Bu Tjitro terjual hingga 500 kaleng dengan harga 20 ribu hingga 27 ribu.
Kesuksesan Djatu dengan gudeg Bu Tjitro nya disusul oleh gudeg kaleng lainnya
yang sekarang banyak bermunculan. Tidak hanya itu, gudeg kaleng Bu Tjitro juga
sudah merambah pasar mancanegara, yaitu Belanda dan Timur Tengah.
Pengalengan gudeg di atas adalah sebuah inovasi yang penting bagi
kelangsungan makanan tradisional nusantara. Inovasi tersebut mampu menambah
nilai ekonomi dan citra makanan tradisional menjadi lebih tinggi. Contoh di
ataslah yang mendasari penulis untuk mengangkat salah satu makanan tradisional
di Semarang, Jawa Tengah, yang saat ini banyak diangkat oleh UMKM yang ada
di Semarang untuk dijadikan usaha tahu bakso.
Tahu bakso adalah makanan khas yang berasal dari daerah Semarang,
tepatnya di kecamatan Ungaran. Jika biasanya tahu dan bakso adalah dua jenis
makanan yang berbeda, tidak halnya dengan tahu bakso. Inovasi dari masyarakat
Ungaran dengan menjadikan tahu dikombinasikan dengan tahu menjadi satu jenis
makanan. Tahu pilihan yang telah digoreng dengan diberi lubang di tengahnya,
kemudian bagian yang telah dilubangi tersebut dimasukkan adonan bakso yang
telah diberi bumbu tertentu. Proses selanjutnya direbus pada suhu tertentu. Tahu
bakso bisa langsung dikonsumsi dan bisa digoreng.
Namun sayangnya, seperti kebanyakan makanan tradisional dari daerah
lainnya, tahu bakso tidak memiliki daya tahan lama. Tahu bakso hanya bertahan
1x24 jam, dan bisa tahan hingga seminggu jika dimasukkan dalam freezer. Tentu
saja kondisi tersebut berpengaruh terhadap pemasaran tahu bakso.

Salah satu pengusaha UMKM pangan tahu bakso di daerah Semarang, Ibu
Laras, juga mengalami kendala yang sama yang juga dialami oleh para pelaku
usaha kecil. Pemasaran yang terbatas akibat daya tahan tahu bakso yang hanya
bertahan 1x24 jam. Selain itu, pelaku UMKM seperti Ibu Laras juga belum
mendapat perhatian dari pemerintah. Padahal pemerintah dan lembaga penelitian
seperti LIPI sudah melakukan berbagai penelitian pengembangan makanan
tradisional agar dapat meningkatkan nilai ekonomi tahu usahanya tersebut. Tetapi
belum menyentuh penerapannya kepada para pengusaha kecil seperti Ibu Laras.
Ketidaktahuan para pelaku usaha kecil terhadap inovasi yang terus berkembang
terhadap produk makanan tradisional, membuat mereka skeptis dan tidak tahu
bagaimana meningkatkan usaha mereka. Sehingga sulit untuk berkembang.

4.3 Standarisasi Produk Pangan UMKM Tofu Meatball Go Internasional


Tahu bakso atau Tofu Meatball merupakan produk UMKM khas Semarang
akan melakukan terobosan terbaru sebagai lahan potensial pemasaran produk
UMKM Indonesia hingga pasar ASEAN. Standarisasi produk pangan UMKM
Tofu Meatball, masyarakat Semarang biasa menyebut dengan nama tahu bakso,
sangat dibutuhkan guna menjaga kualitas yang terjamin hingga sampai kepada
konsumen. Namun, selama ini produk tersebut hanya mampu dipasarkan pada
lingkup Semarang dan sekitarnya karena sifat produk yang mudah basi. Ketika
basah/ rebusan (setengah jadi) tahan 1x24 jam, sedangkan ketika sudah matang
(digoreng) tahan 2-3 hari (suhu kamar).
Mutual recognition agreement (MRA) sektor makanan dan minuman
dilakukan menjelang pemberlakuan AEC 2015 untuk mempermudah dan
mempercepat proses perizinan serta menghemat biaya produksi, khususnya untuk
bagian kemasan. Dalam melakukan pengemasan makanan yang terjamin
kualitasnya dan dapat makanan dapat bertahan lama maka harus dilakukan sebuah
penelitian yang mendalam. Setelah dilakukan penelitian tersebut dan telah diuji
coba, dibuatlah hasil penelitian tersebut sebagai standar pengemasan makanan
untuk diekspor.
Sebanyak 7 (tujuh) MRA yang sudah disepakati / ditandatangani pada
waktu yang berbeda-beda, dan satu-satunya MRA yang sudah diimplementasikan
antara lain:1

1. ASEAN MRA on Engineering Services, tanggal 9 December 2005 di Kuala


Lumpur.
2. ASEAN MRA on Nursing Services, tanggal 8 Des 2006 di Cebu, Filipina.
3. ASEAN MRA on Architectural Services, 19 November 2007 di Singapura.
4. ASEAN Framework Arrangement for the Mutual Recognition of Surveying
Qualifications, tanggal 19 November 2007 di Singapura, ASEAN MRA on
Medical Practitioners, tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am, Thailand.
5. ASEAN MRA on Dental Practitioners, tanggal 26 Februari 2009 di Cha-am,
Thailand.
6. ASEAN MRA Framework on Accountancy Services, tanggal 26 Februari 2009
di Cha-am, Thailand.
7. ASEAN Sectoral MRA for Good Manufacturing Practice (GMP) Inspection of
Manufacturers of Medicinal Products, tanggal 10 April 2009 di Pattaya,
Thailand.

Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman


Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman (2013), sektor UMKM memiliki jumlah
mencapai 99% dari seluruh perusahaan makanan dan minuman serta menyumbang
15% dari pendapatan sektor ini. Ia menuturkan, selama ini sektor UMKM
terkendala masalah food safety yang belum sesuai standar di ASEAN dan
pemetaan besaran perusahaan dari skala kecil hingga besar.
Menurut Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian,
Panggah Susanto (2013) mengatakan, dalam mendukung AEC, pemerintah telah
mengambil langkah terkait standart and conformance melalui pembentukan
Jejaring Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia (JLPPI). Selain itu,
pemerintah juga membentuk Jejaring Keamanan Pangan Nasional serta
peningkatan kemampuan UMKM terkait pemahaman good manufacturing
product (GMP) dan keamanan pangan. Tercatat, industri makanan dan minuman
menyumbang 36% kontribusi PDB sektor nonmigas.
Mengatasi masalah produk makanan basah seperti tahu bakso yang tidak
dapat tahan lama, LIPI memiliki solusi tentang pengawetan makanan basah tanpa
bahan pengawet. Menurut peneliti LIPI, Mukhamad Angwar, sejauh ini ada
beberapa teknik mengawetkan produk pangan secara alami atau tanpa
menggunakan bahan pengawet yang dapat merugikan kesehatan. Beberapa teknik
pengawetan itu seperti penggaraman, pendinginan, pengeringan, iradiasi, dan
pengalengan.
LIPI melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan aneka makanan
kaleng sejak 1980. Sejauh ini, LIPI fokus mengalengkan makanan makanan
tradisional khas suatu daerah, seperti gudeg, lombok hijau, mangut lele kaleng,
rendang, tempe kari, dan lain-lain. Produk pangan dalam kaleng bisa awet karena
adanya proses pengeluaran udara, steriliasi pada suhu 12 derajat Celsius dengan
tekanan 2 atmosfir. Kaleng yang rapat dapat melindungi produk dari kontaminasi
selama penyimpanan. Dengan proses pengawetan makanan kaleng yang sempurna
bisa memperpanjang umur masakan hingga 4 tahun. (bpptk.lipi.go.id).
Produk tahu bakso kaleng dengan standar yang telah diberikan oleh LIPI
memungkinkan produk UMKM tahu bakso untuk dipasarkan secara luas skala
internasional, namun diutamakan dalam lingkup ASEAN karena untuk cita rasa
masakan negara-negara anggota ASEAN tidak jauh berbeda. Hal tersebut menjadi
peluang yang bagus bagi pengusaha tahu bakso di Semarang untuk mengenalkan
kuliner khas Semarang di kancah internasional. Namun, pentingnya standar
tersebut dilakukan sesuai prosedur untuk menjaga kualitas suatu produk hingga
sampai kepada konsumen dan makanan dapat bertahan lama.
Misalnya saja pada produk makanan basah gudeg Jogja, LIPI
menggunakan langkah-langkah sesuai prinsip fisika dalam proses pengalengan ini.
Proses ini dimulai dengan menimbang dan memasukkan gudeg yang sudah masak
kedalam kaleng kosong yang terlebih dulu disterilkan. Selanjutnya, dilakukan
penghampaan udara di permukaan gudeg menggunakan uap panas pada suhu
90°C - 95°C. Gudeg itu kemudian ditutup dengan menggunakan mesin penutup
kaleng dan dilanjutkan dengan sterilisasi. Gudeg yang sudah dikemas dalam
kaleng tertutup itu kemudian dimasukkan kedalam alat sterilisasi dengan suhu
121°C selama 15 menit. Setelah itu, kaleng-kaleng berisi gudeg dimasukkan
kedalam air dingin yang sudah steril. Tujuannya supaya mikroba jenis spora yang
tahan panas pecah, sehingga semua mikroba dalam gudeg itu mati. Setelah selesai,
kaleng dikeringkan dan dikarantina 15 hari untuk memastikan apakah masih ada
mikroba yang tersisa. Sebab, bila masih ada mikroba, gudeg akan mengalami
proses fermentasi dan kaleng akan mengembung. Bila hal itu terjadi, artinya
pengalengan gudeg gagal. Namun, bila selama 15 hari kaleng tetap normal, gudeg
itu layak dikonsumsi setiap hari. (www.pusatgudegkaleng.info).
4.4 Sinergisitas Peran Pengusaha, Pemerintah, dan Peneliti
Tahun 2015, ASEAN memasuki babak baru yakni diberlakukannya AEC
yang akan membuat pasar semakin bebas. Sebagai pemain yang cerdas dalam
permainan ekonomi setelah terbentuknya AEC 2015, Indonesia memiliki peluang
yang sama besar dengan negara-negara lain di ASEAN. Potensi Indonesia yang
telah dijelaskan di bagian atas sebelumnya adalah kelebihan khusus yang dimiliki
oleh Indonesia dalam bidang UMKM produk pangan. Namun, apabila Indonesia
tidak bertindak secara bijak maka potensi tersebut tidak akan berkembang secara
optimal bahkan dapat dikuasai oleh negara-negara lain. Dalam pengembangan
potensi Indonesia, perlu adanya standarisasi yang bagus, sehingga pada akhirnya
produk pangan Indonesia tidak kalah bersaing dalam percaturan pasar ASEAN
dan diharapkan dapat mendominasi pasar ASEAN. Pada karya tulis ilmiah ini
dijelaskan konsep Triple-helix dengan menggunakan studi kasus UMKM produk
pangan yang memproduksi Tahu Bakso Tembalang di Semarang.

Gambar 1. Model Hubungan Sinergisitas Triple-Helix Concept

Triple-Helix adalah konsep sinergi antara aktor-aktor yang mempengaruhi


keberhasilan inovasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) berupa bangun
geometri yang terdiri dari tiga buah jalinan menyerupai susunan rantai DNA
(Harjanto Sri, 2004). Aktor-aktor tersebut adalah kalangan Academicians
(akademisi/lembaga penelitian), Business (bisnis/pengusaha), dan Governments
(pemerintah) (ABG). Diharapkan ketiga aktor tersebut dapat bersinergi untuk
menghasilkan produk yang mempunyai inovasi. Berikut gambaran sinergisitas
model Triple-Helix ABG,

Dari sudut pandang ekonomi kreatif, sistem “Triple-Helix” menjadi


payung yang menghubungkan antara Peneliti-LIPI (Academicans), pengusaha
UMKM (Business), dan pemerintah (Government). Di mana ketiga helix tersebut
merupakan aktor utama penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan,
dan teknologi yang vital bagi tumbuhnya industri kreatif di Indonesia. Hubungan
yang erat, saling menunjang, dan bersimbiosis mutualisme antara ketiga aktor
tersebut dalam kaitannya dengan landasan ekonomi kreatif akan menentukan
pengembangan ekonomi kreatif yang kokoh dan berkesinambungan.

Penerapan konsep Triple-Helix dalam pengembangan UMKM Tofu


Meatball di Semarang sangat diperlukan. Dalam konsep Triple-helix ini, peneliti,
pengusaha, dan pemerintah mempunyai peran yang berbeda-beda sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Ketika peran ketiga aktor tersebut sinergis, maka
upaya untuk mengelola potensi yang ada di Indonesia akan lebih menguntungkan
bersama.
Permasalahan pada pengembangan UMKM produk pangan adalah
sempitnya mangsa pasar dan daya saing yang lemah, terutama jika dihadapkan
pada produk pangan dari luar negeri. Bagi pengusaha UMKM, kendala tersebut
diakibatkan minimnya pengetahuan dan teknologi pangan. Sehingga hasil olahan
produk pangan mereka terkadang tidak memenuhi standar Negara asing dan
dianggap kurang berkualitas. Oleh karena itu, perlu adanya peran pemerintah
sebagai pemangku kebijakan dan peneliti baik dari akademisi maupun lembaga
profesional guna menemukan standar dan teknologi yang tepat.
Pemerintah berperan sebagai regulator untuk mendukung terciptanya
standar baku berskala internasional, lebih dari itu pemerintah dapat ikut serta
dengan berinvestasi melalui proyek riset yang dilakukan pengusaha UMKM dan
peneliti tersebut. Intervensi pemerintah tidaklah banyak seperti apa yang
dikatakan oleh Schumpeter, hanya sebatas menjalankan regulasi-regulasi yang
tercantum dalam cetak biru AEC 2015.
Pemerintah:
Political Will

TRIPLE‐HELIX
CONCEPT

Pengusaha UMM: Peneliti:


Produk Pangan Riset

‐ Mutu
Standarisasi Produk Pangan ‐ Teknologi
‐ Strategi pemasaran

Tofu Meatball

Daya Saing, Kepercayaan Konsumen

Mengentaskan EKSPANSI PASAR Menciptakan Lapangan


Kemiskinan ASEAN Pekerjaan

Pendapatan Ekspor Membendung Impor

Bersaing dalam Asean Economic Community 2015

Gambar 2. Implementasi Konsep Triple-Helix dalam Pengembangan UMKM Tofu Meatball


Peneliti maupun lembaga penelitian seperti LIPI mempunyai peran
membantu pengusaha UMKM dalam menemukan formula baru dalam produk
pangan yang mempunyai kualitas lebih baik, baik gizi maupun keamanan pangan.
Produk pangan harus mempunyai kualifikasi yang memungkinkan untuk
menembus pasar ASEAN seperti dapat bertahan lama, sehingga tidak basi saat
sebelum produk diterima konsumen luar negeri. Selain itu, kerjasama antara
penguasaha UMKM dan peneliti harus menjamin bahwa cita rasa produk pangan
tersebut tidak berubah walaupun dapat bertahan lama.

Dalam studi kasus Tofu Meatball, pengusaha mempunyai kendala dalam


menemukan produk yang dapat bertahan lama tanpa bahan pengawet. Selama ini,
mereka memproduksi tahu bakso dengan daya tahan maksimal 1x24 jam tanpa
pengawet. Tahu bakso dapat bertahan lebih lama jika dimasukkan dalam freezer
(almari pendingin), bertahan hampir 7 hari. Produk sulit untuk dibawa ke luar kota
yang jarak tempuhnya memakan waktu melebihi 1x24 jam, apalagi dibawa ke luar
negeri. Kendala inilah yang menyebabkan sulit ekspansi pasar ke luar negeri.

Kendala daya tahan yang terbatas perlu dicarikan solusi, perlu adanya
peran LIPI dan pemerintah. LIPI bersama pengusaha tahu bakso melakukan
eksperimen dalam rangka mencari formula yang menghasilkan tahu bakso daya
tahan lama. Alternatif kedua adalah mencari kemasan yang memungkinkan tahu
bakso dapat bertahan lama, misal melalui pengalengan. Dengan menggunakan
kaleng steril, tahu bakso dapat dikirim dan dinikmati konsumen luar negeri tanpa
takut basi. Namun, lembaga penelitian perlu bantuan pemerintah dalam bentuk
suntikan dana mendukung riset dalam pengembangan tahu bakso ini.

Manfaat yang dapat didapat dari sinergisitas ini dapat dinikmati oleh
ketiga aktor. Pengusaha tahu bakso akan mendapatkan produk yang dapat
bertahan lama dan dapat menembus pasar luar negeri. Ini memungkinkan naiknya
permintaan pasar dan akhirnya berujung pada naiknya pendapatan. Peneliti dapat
menerapkan hasil penelitiannya bagi kemajuan negara, ini sesuai dengan tujuan
lembaga penelitian. Selain itu, peneliti juga akan mendapatkan dana tambahan
dari pemerintah melalui suntikan dana guna pengembangan penelitian yang
mereka lakukan. Sedangkan pemerintah akan mendapatkan manfaat dari
berkembangnya UMKM ini. Berkembangnya jumlah produk UMKM yang dapat
menembus pasar luar negeri (ASEAN) secara otomatis akan meningkatkan
pendapatan yang berasal dari pajak ekspor (devisa) sekaligus membendung
banyaknya produk impor dari luar negeri. Selain itu, UMKM akan menciptakan
lebih besar lapangan pekerjaan sehingga membantu mengentaskan kemiskinan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Perekonomian di Indonesia 90% ditopang dari sektor UMKM. Pada 2011,
57,94% nilai PDB Indonesia, berasal dari sektor UMKM. UMKM tumbuh pesat
tiap tahun dan menyerap lebih dari 90% dari total tenaga kerja Indonesia,
didominasi anak muda dan wanita (indagkop.kaltimprov.go.id). UMKM pangan
mempunyai peran yang sangat besar bagi kelangsungan perekonomian Indonesia
yang ditopang oleh UMKM. Sehingga UMKM sektor pangan perlu mendapatkan
pembinaan, perhatian, dan pengembangan lebih lanjut agar selain tetap mampu
menyediakan bahan pangan bagi domestik, juga mampu mengangkat
perekonomian Indonesia dalam AEC 2015.
Banyak industri rumah tangga yang mengembangkan usaha makanan
tradisional atau khas daerah namun daya tahan makanan tersebut tidak dapat
bertahan lama. Selain itu, pemasarannya belum meluas hingga keluar daerah
produksi. Adanya AEC 2015 menjadi momen untuk memperluas pasar hasil
produk Indonesia ke mancanegara, termasuk UMKM makanan tradisional. Salah
satunya tahu bakso sebagai makanan khas yang berasal dari daerah Semarang.
Pemasarannya belum meluas karena daya tahan makanan tidak lama.
Mengatasi masalah produk makanan basah seperti tahu bakso yang tidak
dapat tahan lama, LIPI memiliki solusi tentang pengawetan makanan basah tanpa
bahan pengawet salah satunya dengan proses pengalengan. Dengan demikian,
produk tahu bakso kaleng dengan standar yang telah diberikan oleh LIPI
memungkinkan produk UMKM tahu bakso untuk dipasarkan secara luas skala
internasional, terutama di negara-negara anggota ASEAN. Menurut BPPTK LIPI,
dengan proses pengawetan makanan kaleng yang sempurna bisa memperpanjang
umur masakan hingga 4 tahun.
Penerapan konsep Triple-Helix dalam pengembangan UMKM Tofu
Meatball di Semarang sangat diperlukan. Dalam konsep Triple-helix ini, peneliti,
pengusaha, dan pemerintah mempunyai peran yang berbeda-beda sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Ketika peran ketiga aktor tersebut sinergis, maka
upaya untuk mengelola potensi yang ada di Indonesia akan lebih menguntungkan
bersama. Berkembangnya jumlah produk UMKM yang dapat menembus pasar
luar negeri (ASEAN) secara otomatis akan meningkatkan pendapatan yang
berasal dari pajak ekspor (devisa) sekaligus membendung banyaknya produk
impor dari luar negeri. Selain itu, UMKM akan menciptakan lebih besar lapangan
pekerjaan sehingga membantu mengentaskan kemiskinan.

5.2 Saran

1. Adanya sinergitas antara akademisi/peneliti, pengusaha, dan pemerintah


dalam mengembangkan potensi produk pangan seperti Tofu Meatball (tahu
bakso) di Semarang sebagai produk percontohan pengembangan potensi
UMKM pangan di Indonesia.
2. Akademisi/peneliti, pengusaha, dan pemerintah bertanggung jawab dan
mampu melaksanakan perannya masing-masing dalam melaksanakan
konsep Triple-Helix sehingga mampu meningkatkan dan menguatkan
perekonomian di Indonesia dalam AEC 2015.
3. Pemerintah diharapkan dapat membuat regulasi yang dapat mendukung
sinergitas aktor-aktor dalam konsep Triple-Helix sehingga akan semakin
banyak produk pangan Indonesia yang mampu bersaing di kancah
ASEAN.
4. Pemerintah memberikan dukungan modal kepada peneliti dan pengusaha UMKM
yang kekurangan modal dalam penelitian menemukan produk yang berkualitas.
5. Akademisi/peneliti diharapkan dapat bekerjasama dengan pengusaha
untuk meneliti dan menemukan inovasi produk pangan yang berkualitas dan
berstandar internasional, mengingat potensi produk pangan Indonesia yang
sangat melimpah.
6. Pengusaha UMKM diharapkan dapat berperan aktif dalam berinovasi
menciptakan produk pangan yang berstandar internasional sehingga
mampu menembus pasar ASEAN.
DAFTAR PUSTAKA

Alan dkk. 2014. Center of Indonesian Sharia Investment (CISI) Sebagai Upaya
Peningkatan dan Penguatan Perekonomian Indonesia Dalam Arus Bebas
Investasi AEC 2015, karya tulis ilmiah FEB Undip. Semarang: FEB.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Menuju ASEAN Economic
Community 2015, E-book. Departemen Perdagangan Republik Indonesia.
Diskusi ‘Tantangan Membangun Pertanian untuk Presiden Mendatang’ di
Kampus IPB Barangnangsiang, Kota Bogor, Rabu (21/05) dalam
http://poskotanews.com/2014/05/21/menteri-pertanian-mendatang-bisa-
gila/
Huda Ahmad Nur. 2013. ”MRA Makanan Dipercepat”. Artikel dalam m.koran-
sindo.com [23 Juli 2014].
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Menuju ASEAN Economic
Community 2015.
Laili Ihda Nazaliatul dkk. 2014. Transliterasi dan Menguak Pesan dalam Surat
K.H. Ahmad Rifa’I Kalisalak Batang Kepada Para Pengikutnya, proposal
penelitian FIB Undip. Semarang: FIB.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2014. ”Pengalengan”. Artikel dalam
bpptk.lipi.go.id [23 Juli 2014].
Mengenal Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam
http://www.kerjausaha.com/2013/01/mengenal-usaha-mikro-kecil-dan-
menengah.html [23 Juli 2014]
NN. 2013. Data Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Semarang.
www.google.com [11 Maret 2014].
NN. 2014a. “Mengawetkan Warisan Kuliner”. Artikel dalam
www.pusatgudegkaleng.info [22 Juli 2014].
. 2014b. “Proses Pengalengan Gudeg”. Artikel dalam
www.pusatgudegkaleng.info [22 Juli 2014].
Rahayu WP., Nababan H., Hariyadi P., Novinar, dalam Keamanan Pangan dalam
Rangka Peningkatan Daya Saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk
Penguatan Ekonomi Nasional. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan;
dan Seafast Center, IPB dan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan
Keamanan Pangan, Badan POM RI.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
http://ristek.go.id [4 Agustus 2014]
http://bisnis.liputan6.com/read/741611/ri-siapkan-acuan-standarisasi-produk-buat-
hadapi-pasar-bebas [4 Agustus 2014]
http://finance.detik.com/read/2014/07/09/091928/2631998/1036/persaingan-
makin-ketat-standar-produk-mamin-ri-masih-rendah [4 Agustus 2014]
indagkop.kaltimprov.go.id [4 Agustus 2014]
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Biodata Ketua Pelaksana

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Faiz Balya Marwan
2 Jenis Kelamin L
3 Program Studi Hubungan Internasional
4 NIM 14010412130105
5 Tempat dan Tanggal Lahir Batang, 11 Januari 1994
6 E-mail Fz_ball@ymail.com
7 No.Telepon/ HP 085713810335

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD N Jambangan MTs Sunan SMK Diponegoro
01 Kalijaga Bawang Banyuputih
Jurusan Teknik Komputer
dan Jaringan
Tahun Masuk-Lulus 2000-2006 2006-2009 2009-2012

C. Pengalaman Organisasi
Lembaga Tahun Jabatan
Rebana Diponegoro University 2013 Anggota Divisi
Public Relation
Ikatan Mahasiswa Diponegoro asal 2012- Wakil Ketua 1
Batang sekarang
Forum Komunikasi Mahasiswa 2013- Anggota Departemen
Batang Indonesia sekarang Perindustrian dan
Pengelolaan Aset
Rebana Diponegoro University 2014 Ka. Div. Public Relation

Lembaga Pers Mahasiswa 2014 Reporter


Manunggal Undip
Taman Pendidikan Al-Qur’an 2014 Wakil Kepala Sekolah
Himpunan Mahasiswa Hubungan 2014 Staf Divisi Keimuan dan
Internasional Analisis
Kamadiksi Undip 2014 Ka. Div. Infokom
D. Penghargaan yang pernah didapat
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1 Juara 1 Lomba GPBN SMK Pemkab Batang 2011
Tingkat Kabupaten Batang, Mata
Lomba Kewirausahaan Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Pemkab Batang
2 Juara 2 LKTIN Ganesa 2 Fordi Universitas Brawijaya 2013
Mapelar
3 Finalis LKTIN Pekanas 2 Universitas Mataram 2013
4 Lolos Pendanaan PKM-M Dikti 2014
5 Lolos Pendanaan PKM-K Dikti 2014
6 Juara Harapan II Paper Universitas Andalas 2014
Competition ACCOUNTS 2014
E. Karya Tulis yang pernah dibuat:
(1) LKTI Ganesa 2 Fordi Mapelar UB tahun 2013 berjudul “Akbid
(Aktualisasi Karakter Budaya Indonesia): Punakawan Sebagai Media
Pendidikan Karakter pada Anak Tingkat Sekolah Dasar Melalui Model
Pembelajaran Terpadu”.
(2) LKTI PEKANAS 2 UNRAM tahun 2013 berjudul “Charlopoly
(Character Development Monopoly): Inovasi Permainan Monopoli
Sebagai Media Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Dasar
Menggunakan Metode Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi”.
(3) PKM-M Dikti tahun 2013 berjudul “Akasia (Aktualisasi Karakter Asli
Budaya Indonesia) Punakawan Sebagai Media Pendidikan Karakter
Melalui Model Pembelajaran Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam Al-
Fattah Kelurahan Sumurboto Kecamatan Banyumanik Kota Semarang”.
(4) PKM-K Dikti tahun 2013 berjudul “Karangan Bunga Reusable Sebagai
Peluang Usaha Prospektif dan Ramah Lingkungan di Semarang”.
(5) Paper competition ACCOUNTS 2014 berjudul “Center of Indonesian
Sharia Investment (CISI) Sebagai Upaya Peningkatan dan Penguatan
Perekonomian Indonesia Dalam Arus Bebas Investasi AEC 2015 (Studi
Kasus Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang)”.
1. Biodata Anggota 1

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Mega Ariyanti
2 Tempat dan Tanggal Lahir Jombang, 15 Mei 1994
3 Jurusan/ Fakultas Sastra Indonesia/ Fakultas Ilmu Budaya
4 NIM 13010112130052
5 E-mail rieantie.egga@gmail.com
6 Alamat (Semarang) Rusunawa Undip
7 Alamat Dsn. Beyan Ds. Pandanwangi Kec. Diwek
Kab. Jombang, Jawa Timur
8 No. Telp./ HP 085648766681

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD N Tugu SMP N 1 SMK N 1
Kepatihan II Jombang Jombang
Jombang
Jurusan Multimedia
Tahun Masuk-Lulus 2000-2006 2006-2009 2009-2012

C. Pengalaman Organisasi
Lembaga Tahun Jabatan

Rumah Belajar 2012-2013 Bendahara


Diponegoro
BEM FIB Undip 2013-2014 Eksekutif Muda
R’nB Undip 2012-sekarang Staff Public Relation

Research Club FIB 2012-2013 Anggota


Undip
Research Club FIB 2013-sekarang Wakil Ketua
Undip
Ready Undip 2012-2013 Staff Kominfo
ILP2MI 2012-sekarang Anggota

D. Karya Tulis yang pernah dibuat:


1. PKM-M Dikti tahun 2013 berjudul “EDWARD (Education with Art of
Digital) Metode Pembelajaran Tingkat SD Berbasis Multimedia di SDN
Pesarean 1 Desa Pesarean Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal”.
2. Program Hibah MITI tahun 2013 berjudul “Pengolahan Rebung Bambu
Bermutu Rendah menjadi Keripik Rebung Sambung (KRS) Guna
Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Dukuh Sambung serta Mendukung
Program One Village One Product”.
3. Lomba Karya Cipta Maritim Nasional (Lokarina) SAMPAN7 ITS tahun 2013
“Formulasi Limbah Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa) dan
Karaginan Rumput Laut Eucheuma Cottonii Sebagai Bahan Dasar Pasta Gigi
Ramah Lingkungan Non Sodium Lauryl Sulfate (SLS)”.
4. LKTI Ganesa 2 Fordi Mapelar UB tahun 2013 berjudul “Akbid (Aktualisasi
Karakter Budaya Indonesia): Punakawan Sebagai Media Pendidikan Karakter
pada Anak Tingkat Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Terpadu”.
5. LKTI PEKANAS 2 UNRAM tahun 2013 berjudul “Charlopoly (Character
Development Monopoly): Inovasi Permainan Monopoli Sebagai Media
Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Dasar Menggunakan Metode
Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi”.
6. PKM-M Dikti tahun 2013 berjudul “Akasia (Aktualisasi Karakter Asli
Budaya Indonesia) Punakawan Sebagai Media Pendidikan Karakter Melalui
Model Pembelajaran Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam Al-Fattah
Kelurahan Sumurboto Kecamatan Banyumanik Kota Semarang”.
7. Paper competition ACCOUNTS 2014 berjudul “Center of Indonesian Sharia
Investment (CISI) Sebagai Upaya Peningkatan dan Penguatan Perekonomian
Indonesia Dalam Arus Bebas Investasi AEC 2015 (Studi Kasus Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang)”.
8. LKTIN Prisma 4 UB berjudul “HeAspa (Healthy Asparagus) Cookies:
Optimalisasi Asaparagus Officinalis Sebagai Solusi Alternatif Peningkatan
Produksi Sektor Pangan Guna Menunjang Perekonomian Masyarakat
Indonesia Maju”.

E. Penghargaan yang pernah didapat


No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1 Pendanaan Program Hibah Pemkab Jombang 2012
Kewirausahaan
2 Delegasi UKM R’nB Undip dalam ILP2MI 2013
Program Pengabdian Masyarakat
Nasional REALITA III oleh
ILP2MI di Dsn. Sucopengepok
Ds. Lengkong, Jember-Jatim
3 Finalis Lomba Karya Cipta Institut Teknologi 2013
Maritim Nasional (LOKARINA) Sepuluh November
SAMPAN7 ITS Surabaya
4 Delegasi UKM R’nB Undip Universitas Brawijaya 2013
dalam Rakernas V ILP2MI Malang
5 Juara 2 LKTIN Ganesa 2 Fordi Universitas Brawijaya 2013
Mapelar
6 Finalis Pekanas 2 Unram Universitas Mataram 2013
7 Lolos Pendanaan PKM Dikti 2014
Pengabdian Masyarakat
8 Juara Harapan II Paper Universitas Andalas 2014
Competition ACCOUNTS 2014
9 Moderator dalam Seminar Women Universitas 2014
Performance on Research Diponegoro
Development di FIB Undip
10 Pembicara dalam Seminar Universitas 2014
Kepenulisan Ilmiah di FIB Undip Diponegoro

1. Biodata Anggota 2
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Muhammad Subhan
2 Tempat dan Tanggal Kudus, 22 Mei 1993
Lahir
3 Jurusan/ Fakultas Hubungan Internasional/ Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik
4 NIM 14010412130109
5 E-mail Subhan_muhammad22@yahoo.co.id
6 Alamat (Semarang) Jl. Timoho Barat 02 RT 02 RW 03 Bulusan,
Tembalang, Semarang
7 Alamat Dsn Durenan Ds Kajar RT 02 RW 04 Kec.
Dawe, Kab. Kudus
8 No. Telp./ HP 085727997005
B. Riwayat Pendidikan
SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat
Nama Institusi MI NU MTs NU Raden MA NU Raden
Tarbiyatul Umar Said Colo Umar Said Colo
Athfal Kajar
Jurusan IPS
Tahun Masuk-Lulus 1999-2006 2006-2009 2009-2012

C. Pengalaman Organisasi
Lembaga Tahun Jabatan

BEM KM Universitas 2013-2014 Eksekutif Muda Job &


Diponegoro Scholarship
Senat Mahasiswa KM 2014-2015 Staff Komisi 3 Ekobis & UKM
Universitas
Diponegoro

D. Karya Tulis yang pernah dibuat:


1. PKM-P Dikti 2013 dengan judul Penelitian Pragmatis Folklor Lisan
Terhadap Mitos Sendang Jodo Di Kabupaten Kudus
2. PKM-K Dikti 2013 dengan judul BISTUL (Biskuit Bekatul) Sebagai
Makanan Alternatif Penderita Diabetes Dan Obesitas
3. PKM-M Dikti 2013 dengan judul Sendratari Ebeg Sebagai Sarana
Pemersatu Antar-umat Beragama di Kabupaten Banyuwangi
4. PKM-GT Dikti 2014 dengan judul Sosialisasi Pemilu Menggunakan
Metode Sampling untuk Mengatasi Masalah Golput.
5. Program Hibah Penelitian Universitas Diponegoro 2014 dengan judul
Studi Kesiapan Masyarakat Desa Kajen Margoyoso Pati terhadap Rencana
Pembangunan Perpustakaan Desa.
LAMPIRAN
A. Scan Bukti Pembayaran

B. Scan KTM
C. Dokumentasi

Gambar 1. Toko Tahu Bakso Ibu Laras

Gambar 2. Label Kemasan Produk

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai