Anda di halaman 1dari 16

KONTRIBUSI DANA BANTUAN SOSIAL (BANSOS) DALAM MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA TALUNGENG,

KECAMATAN BAREBBO, KABUPATEN BONE

PROPOSAL

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah Metodologi

Penelitian Kualitatif Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam,

program Studi Perbankan Syariah Kelompok 3

DOSEN MATA KULIAH :

Munawarah, S. Pd., M.pd

OLEH :

Nuraifa Umaya Santi

612062019066

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

TAHUN AKADEMIK 2021


A. Judul Penelitian

Kontribusi Dana Bantuan Sosial (Bansos) Dalam meningkatkan Kesejahteraan


Masyarakat Desa Talungeng, Kec. Barebbo.

B. Latar Belakang
Bantuan sosial (Bansos) merupakan bantuan berupa uang, barang, atau jasa
Kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu dan
rentan terhadap risiko sosial. Pemikiran awal yang mendasari studi ini adalah begitu
banyak Strategi Pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka
pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan sosial, akan tetapi berbagai
laporan menunjukkan kekurang berhasilan strategi tersebut. Hal ini terjadi, karena
pada umumnya strategi tersebut sasarannya adalah pembangunan fisik sarana dan
prasarana dengan tujuan membuka isolasi dan demi memacu mobilitas ekonomi suatu
kawasan, sehingga yang dapat merasakan bantuan tersebut hanya sebagian kecil
masyarakat saja. Sementara masyarakat kelas marjinal semakin jauh tertinggal.
Sebenarnya pembangunan tersebut dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat,
jikalau pembangunan tersebut memperhatikan potensi desa/kelurahan yang ada dan
mendasarkan pada kebutuhan masyarakat desa/kelurahan. Akan lebih baik lagi kalau
semuanya dilaksanakan secara terpadu (integral), seperti diungkapkan oleh Taliziduhu
Ndraha sebagai berikut:

“... pembangunan desa meninggikan taraf penghidupan masyarakat desa dengan jalan
melaksanakan pembangunan yang integral daripada masyarakat desa, berdasarkan
azas kekuatan sendiri daripada masyarakat desa serta azas permufakatan bersama
antara anggota-anggota masyarakat desa dengan bimbingan serta bantuan alat-alat
pemerintah yang bertindak sebagai suatu keseluruhan (kebulatan) dalam rangka
kebijaksanaan umum yang sama” (1986:3).

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat kita ketahui bahwa keberhasilan


pembangunan desa/kelurahan tidak akan terlepas dari perhatian dan bantuan
pemerintah. Penegasan pemerintah mengenai hal ini telah dituangkan dalam ketetapan
MPR Nomor II/MPR/1998 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang
menyatakan:
Pembangunan desa dan masyarakat pedesaan terus didorong melalui peningkatan
koordinasi dan peningkatan pembangunan sektoral, pengembangan kemampuan
sumber daya manusia, pemanfaatan sumber daya alam dan penumbuhan iklim yang
mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat sehingga mempercepat
peningkatan perkembangan desa swadaya dan desa swakarsa menuju desa
swasembada (1998:85-86). Berbagai strategi pembangunan pedesaan telah ditempuh
oleh Indonesia seiring dengan bergulirnya waktu, tetapi keterbelakangan, kemiskinan
dan ketertinggalan masih menjadi teman setia dari sebagian desa di wilayah
Indonesia. Melihat kenyataan ini, pemerintah menerapkan strategi pembangunan baru
untuk mengatasi kondisi tersebut. Strategi tersebut adalah “Strategi pertumbuhan dan
sekaligus pemerataan dan penanggulangan kemiskinan” (growth-cum-poverty
alleviation and social equity). Kebijaksanaan ini dilaksanakan dengan dua acuan
yaitu: pertama, kebijaksanaan ekonomi makro yang berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi, sebagai payung dari kebijaksanaan. Kedua, yaitu kebijaksanaan mikro yang
akan mewujudkan pemerataan dan penanggulangan kemiskinan melalui intervensi
langsung (direct attack) Moeljarto (1996:120) Kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut
diberlakukan secara general pada setiap desa baik yang telah mencapai kategori desa
maju maupun yang masih dalam kategori desa terbelakang. Namun ada kebijaksanaan
yang benar-benar diberikan pada desa yang masuk pada kategori desa terbelakang,
yang dalam hal ini diistilahkan sebagai “Desa Tertinggal”. Untuk mempercepat
pelaksanaan pembangunan pada desa-desa yang masuk dalam kategori desa
tertinggal, pemerintah telah memberikan bantuan yang cukup besar dalam paket
program yang bernama “Bantuan Sosial” yang lebih dikenal dengan BANSOS. Paket
tersebut berupa Kartu Prakerja, Bantuan pangan Non tunai (BPNT) & Program
Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa yang diberikan
dengan besaran Rp.300.000 (Tiga Ratus Ribu Rupiah) yang pengelolaannya
diserahkan sepenuhnya pada aparat di tingkat desa dengan pengawasan langsung dari
Camat setempat. Dengan beberapa Bantuan Sosial yang pemanfaatannya diserahkan
sepenuhnya pada manajemen desa tersebut, maka Kepala Desa beserta masyarakatnya
akan lebih leluasa dalam membangun desanya. Sehingga secara logika akselerasi
pembangunan akan segera terwujud dan pada akhirnya akan mencapai kesejahtaraan
seluruh warga desa. Hal ini berarti pemerataan hasil-hasil pembangunan sesuai
dengan amanat GBHN 1998 akan segera terwujud.
C. Rumusan Masalah

1. Apakah latar belakang budaya dapat menyebabkan kemiskinan masyarakat ?

2. Mampukah bantuan dana BANSOS memberdayakan aktivitas ekonomi masyarakat


miskin ?

3. Bagaimana keberhasilan pembangunan pada desa setelah mendapatkan dana


BANSOS ?

4. Bagaimana model pemberdayaan ekonomi masyarakat desa tersebut ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kemungkinan adanya latar belakang budaya yang
menyebabkan kemiskinan.
b. Untuk mengetahui kontribusi dana BANSOS dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
c. Untuk mengetahui keberhasilan pembangunan desa setelah mendapat dana
BANSOS.
d. Untuk mencari suatu model pemberdayaan ekonomi masyarakat.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca
mengenai strategi pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan, dan
mensejahterahkan masyarakat juga dapat dijadikan sebagai referensi bagi
peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian di bidang yang sama ataupun
penelitian lanjutan.
b. Manfaat Praktis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah baik
di tingkat daerah maupun di tingkat pusat untuk mengevaluasi
kebijaksanaannya, apakah perlu diteruskan atau diberhentikan sampai di sini.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Tujuan suatu penelitian adalah untuk mengkaji dan membahas lebih mendalam
mengenai permasalahan yang di teiti. Oleh karena itu, untuk menghindari kajian dan
pembahasan yang lebih luas dalam penelitian ini, Peneliti membahas ruang lingkup
permasalahan peneltian sebagai berikut :
1. Penelitian ini dibatasi oleh subyek yang merupakan sumber informasi dalam
memperoleh data yang diperlukan. Adapun yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah Kepala Desa dan beberapa masyarakat Desa Talungeng.
2. Penelitian ini dibatasi pada obyek penelitian yakni Penyaluran Bantuan Sosial
(BANSOS) yang merata kepada masyarakat.
3. Tempat Penelitian ini berlangsung di Desa Talungeng, Kecamatan Barebbo,
Kabupaten Bone.
F. Kajian Pustaka
1. Kajian Penelitian Sebelumnya
a. Dini Pramesti Putri meneliti tentang
“Pemahaman Pengelola dana Bansos Mengenai Sistem Pengendlian
Intern Pemerintah (SPIP) dan pengaruhnya terhadap Keterandalan
Laporan Keuangan Pengelolaan Dana Bansos di Lingkungan
Kabupaaten Sukoharjo.”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang mengacu kepada Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 terhadap Keterandalan Laporan
Keuangan Pengelolaan Dana Bantuan Sosial (Bansos). Dalam penelitian
ini unsur-unsur SPIP yang digunakan sebagai Variabel Independen adalah
lingkungan pengendalian, penilaian resiko dan aktivitas pengendalian.
Pengujian dilakukan terhadap 19 SKPD di Kabupaten Sukoharjo.
Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner serta analisis
pengujian menggunakan program IBM SPSS versi 19. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa unsur-unsur SPIP yaitu lingkungan pengendalian,
penilaian resiko dan aktivitas pengendalian berpengaruh positif signifikan
terhadap keterandalan laporan keuangan pengelolaan dana Bansos. Hal ini
sesuai dengan salah satu tujuan diterapkannya SPIP yaitu untuk
meningkatkan keterandalan laporan keuangan.
b. Riezky Hadhisti Harahap dengan judul Penelitian
“Implementasi dana Hibah dan Bansos Berdasarkan Permendagri
Nomor 39 Tahun 20112, Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD Terhadap Transparansi
Penyerapan Anggaran Hibah dan Bantuan Sosial di Pontianak.”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis


pelaksanaan penyaluran dana bansos berdasarkan permendagri nomor 39
tahun 2012, tentang pedoman pemberian hibah dan bantuan sosial yang
bersumber dari APBD terhadap transparansi penyerapan anggaran hibah
dan bantuan sosial di Kota Pontianak. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif dan teknik pengumpulan data adalah dengan
menggunakan data sekunder diperoleh melalui studi literatur, hasil
penelitian, dan data-data yang dikumpulkan yang berasal dari Pemerintah
Kota Pontianak. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model analisis interaktif. Dalam model ini terdapat tiga komponen
pokok, yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian dapat diketahui bahwa
implementasi pelaksanaan hibah dan bantuan sosial kemasyarakatan sudah
sesuai dengan prosedur dan tujuan yang telah ditetapkan tetapi dalam
proses pelaksanaan masih ada yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemberian hibah atau
bantuan sosial kemasyarakatan harus berdasarkan atas peruntukannya
secara spesifik telah ditetapkan dalam proposal, tidak wajib dan tidak
mengikat, bersifat sementara dan tidak terus menerus setiap tahun
anggaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan dan
memenuhi persyaratan menerima hibah. Kedua faktor yang mempengaruhi
implementasi pelaksanaan hibah dan bantuan sosial dipengaruhi oleh
indikator Penyajian Laporan Keuangan, indikator Aksesibilitas Laporan
Keuangan dan indikator Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
c. Muchammad Iqbal Firmansyah, Fajar Rahmanto, Titin Purwaningsih, dan
M. Rafi Master of Government Affairs and Administration, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia mengkaji tentang
“Politik Anggaran Alokasi dana Bansos Pra Pemilihan Presiden 2019 di
Indonesia Sebagai Alat Meningkatkan Elektabilitas.”
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan alokasi
dana bantuan sosial oleh pemerintah pada waktu pra-pemilihan presiden
berbanding lurus dengan peningkatan elektabilitas calon incumbent.
Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan
studi kepustakaan (literature) untuk memperoleh data dan informasi
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan alokasi anggaran bantuan sosial
mengalami peningkatan mendekati pemilihan presiden tahun 2019.
Peningkatan belanja bansossecara bertahap dari 2016 sebesar 49,06 Triliun
menjadi 58,96 Triliun tahun 2017 dan meningkat menjadi 83,91 Triliun
pada 2018. Anggaran untuk program sosial juga mengalami kenaikan dari
tahun 2016 sebesar 10,5 Triliun menjadi 14,09 Triliun pada 2017 dan
semakin meningkat lagi pada 2018 dengan besaran 18,67Triliun.
Meningkatnya alokasi anggaran tersebut berbanding lurus dengan
tingginya elektabilitas dari Jokowisebagai kandidat petahana yang
mencapai angka 50% lebih, unggul atas Prabowo Subianto yang kurang
dari 40%. Ini menjadi indikasi bahwa program tersebut merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan elektabilitas Presiden Jokowi menjelang
pemilihan presiden 2019. Dapat dikatakan anggaran bantuan sosial
merupakan salah satu bentuk politik Pork Barrel di Indonesia karena
dijadikan sebagai suatu upaya politis dari incumbent melalui
pengalokasian anggaran dalam program pemerintah pusat kepada daerah
dengan tujuan meningkatkan elektabilitas pada pemilihan berikutnya.
Sehingga disimpulkan bahwa politik anggaran pada bantuan sosial menjadi
salah satu isu strategis yang dapat dimanfaatkan oleh setiap incumbent
guna meningkatkan elektabilitasnya pada periode pemilihan berikutnya.
d. Palupi Lindiasari Samputra, Aji Wahyu Ramadhani dengan Kajian
penelitian
“Efektifitas Bantuan Sosial Dalam Penanggulangan Kemiskinan di Tegah
Perlambatan Ekonomi Indonesia dengan Pendekatan Non Parametrik.”
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dan pengaruh
bantuan sosial terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia. Terdapat
variabel kontrol sebagai pembanding yaitu; jumlah orang yang bekerja
sendiri dan bekerja sebagai buruh, utang pemerintah pusat dan
pertumbuhan ekonomi. Metode penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan statistik non-parametrik, data tahunan (2007-2017) dan
elastisitas digunakan untuk mengukur besaran perubahan jumlah penduduk
miskin akibat tambahan bantuan sosial. Uji korelasi Pearson Moment
Product dan Rank Spearman untuk menguji hubungan masing-masing
variabel (jumlah orang yang bekerja sendiri dan bekerja sebagai buruh,
utang pemerintah pusat dan pertumbuhan ekonomi) terhadap jumlah
kemiskinan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
hubungan yang sangat kuat antara bantuan sosial (Jaminan Kesehatan
Nasional-Penerima Bantuan Iuran (JKN-PBI) dan Beras Sejahtera
(Rastra), dan Program Keluarga Harapan (PKH) terhadap jumlah
penduduk miskin. Tanda negatif menunjukkan bantuan sosial dapat
menurunkan jumlah kemiskinan secara signifikan, dengan dampak terkuat
adalah program PBI. Terdapat hubungan kuat antara hutang dan bekerja
sebagai buruh terhadap jumlah penduduk miskin. Perlambatan
pertumbuhan ekonomi terbukti tidak berhubungan dengan jumlah
penduduk miskin. Hasil perhitungan elastisitas menunjukkan efektifitas
bantuan sosial terhadap penurunan jumlah penduduk miskin paling besar
adalah program JKN-PBI (-0,16), Rastra (-0,15) dan PKH (-
0,06). Tambahan lapangan kerja sebagai buruh memiliki tingkat
efektifitas yang paling tinggi sebesar -0,34. Hutang pemerintah
dibutuhkan untuk menekan jumlah penduduk miskin sebesar -0,16.
Artinya, di tengah perlambatan ekonomi, jumlah kemiskinan di Indonesia
dapat ditekan melalui program bantuan sosial, penciptaan lapangan kerja
sebagai buruh dan hutang pemerintah dialokasikan untuk kegiatan
produktif dan kegiatan ekonomi yang berdampak
langsung kepada penduduk miskin dan rentan miskin.
4. Dari beberapa penelitian Sebelumnya, Ratat-rata mengkaji mengenai
Penganalisaan penyaluran dana bansos berdasarkan permendagri, peningkatan
alokasi anggaran bantuan sosial menjelang pemilihan presiden. Hanya Palupi
Lindiasari Samputra dan Aji Wahyu Ramadhani yang memfokuskan
penelitiannya pada hubungan dan pengaruh bantuan sosial terhadap jumlah
penduduk miskin di Indonesia. Sementara Penelitian ini lebih memfokuskan
pada yakni Penyaluran dana Bantuan Sosial (BANSOS) yang merata kepada
masyarakat. Kontribusi dari masing-masing hasil penelitian sebelumnya yakni
sebagai bahan dalam menyusun teori dan referensi dalam penelitian ini.
Adapun dari hasil kajian penelitian sebelumnya dijadikan sebagai bahan
perbandingan dengan hassil penelitian ini. Dari hasil kajian beberapa
penelitian tersebut, dikemukakan bahwa tidak ada satu penelitian pun yang
khusus membahas tentang obyek penelitian ini. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini tergolong masih baru dan belum pernah dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya.
2. Kajian Teoritis
a. Definisi Bantuan Sosial (Bansos)

Menurut UU tersebut, bantuan sosial merupakan bantuan berupa


uang, barang, atau jasa kepada individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terhadap risiko sosial.
Pengertian ini juga dijelaskan dalam Perpres Nomor 63 Tahun 2017
tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai.

b. Tujuan Pemberian Bansos


Selaras dengan namanya, pemberian bansos bertujuan untuk mengatasi
hal-hal yang berkaitan dengan risiko sosial. Berikut enam tujuan bansos:

1). Rehabilitasi Sosial


Bansos bertujuan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan
seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar.

2). Perlindungan Sosial


Tujuan selanjutnya adalah untuk mencegah dan menangani risiko dari
guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok
masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan
kebutuhan dasar minimal.

3). Pemberdayaan Sosial


Bansos juga bertujuan sebagai pemberdayaan sosial, yakni untuk
menjadikan seseorang atau kelompok masyarakat yang mengalami
masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya.

4). Jaminan Sosial


Bansos sebagai jaminan sosial merupakan skema yang melembaga untuk
menjamin penerima bantuan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya yang layak.

5). Penanggulangan Kemiskinan


Tujuan bansos sebagai penanggulangan kemiskinan memiliki arti bahwa
bansos merupakan kebijakan, program, kegiatan, dan sub kegiatan yang
dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak
mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.

6). Penanggulangan Bencana


Terakhir, pemberian bansos bertujuan untuk penanggulangan bencana
merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk rehabilitasi.
c. Jenis Bansos
Secara umum, bansos dibedakan menjadi tiga jenis. Antara lain sebagai
berikut:
1). Bantuan Sosial Berupa Uang
Bantuan sosial berupa uang diberikan secara langsung kepada penerima
seperti beasiswa bagi anak miskin, yayasan pengelola yatim piatu, nelayan
miskin, masyarakat lanjut usia, terlantar, cacat berat dan tunjangan kesehatan
putra putri pahlawan yang tidak mampu. Bantuan jenis ini dapat diberikan
secara tunai maupun non tunai.

2). Bantuan Sosial Berupa Barang


Bantuan sosial berupa barang adalah barang yang diberikan secara langsung
kepada penerima seperti bantuan kendaraan operasional untuk sekolah luar
biasa swasta dan masyarakat tidak mampu, bantuan perahu untuk nelayan
miskin, bantuan makanan/pakaian kepada yatim piatu/tuna sosial, ternak bagi
kelompok masyarakat kurang mampu

3). Bantuan Sosial Berupa Jasa


Bantuan sosial berupa jasa disalurkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Contoh bantuan berupa jasa adalah pemberian pelatihan
untuk penerima bantuan dari satuan kerja (pemberi bansos).

d. Penerima Bansos
Penerima bansos adalah seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat
miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terhadap risiko sosial. Saat ini data
penerima bansos dapat dicek dengan mudah melalui Sistem Cek Bansos
Kementerian Sosial.
Berikut cek bansos:

1.Buka situs https://cekbansos.kemensos.go.id/


2. Masukkan Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, dan Desa/Kelurahan
3. Masukkan nama PM (Penerima Manfaat) sesuai KTP
4. Ketikkan 8 huruf kode (dipisahkan spasi) yang tertera dalam kotak kode
5. Jika huruf kode kurang jelas, klik icon untuk mendapatkan huruf kode baru
6. Klik tombol CARI DATA.

e. Program Program Bansos untuk Rakyat mencakup Program Indonesia Pintar


(PIP), Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS), Program Keluarga
Harapan (PKH), & Bansos Rastra/ Bantuan Pangan Non Tunai. Perluasan
program bantuan sosial merupakan komitmen pemerintah untuk
mempercepat penanggulangan kemiskinan. Hal ini terlihat dari menurunnya
angka kemiskinan dari 11,22% pada tahun 2015, menjadi 9,82% pada tahun
2018. Gini rasio juga berkurang dari 0,408 pada tahun 2015 menjadi 0,389
pada tahun 2018. Sementara Indeks Pembangunan Manusia Naik dari 68,90
pada tahun 2014 menjadi 70,81 pada tahun 2017.
 Program Indonesia Pintar :
o Program Indonesia Pintar merupakan program bantuan berupa uang dari
pemerintah kepada peserta didik SD, SMP, SMA/SMK, dan sederajat baik
formal maupun formal bagi keluarga miskin
o Kartu Indonesia Pintar diberikan kepada 19,7 juta anak usia sekolah, yaitu
anak-anak yang tidak mampu di sekolah, di luar sekolah, di panti asuhan,
pesantren, dll,
o Bantuan yang diberikan :
 Rp 450 ribu /tahun untuk anak SD

 Rp 750 ribu /tahun untuk anak SMP

 Rp 1 juta/tahun untuk anak SMA/SMK

 Bantuan Program Jaminan Kesehatan Nasional :


o Pemerintah membayarkan iuran bagi masyarakat tidak mampu yang berjumlah
92,4 juta penduduk pada tahun 2018
o Anggaran yang disediakan pemerintah untuk PBI (Penerima Bantuan Iuran)
JKN BPJS Kesehatan senilai Rp 25 triliun pada Tahun 2018.
o Pada tahun 2019, bantuan akan ditingkatkan menjadi 96,8 juta penduduk
penerima bantuan iuran (BPI) atau mencapai 38 persen rakyat Indonesia.

 Program Keluarga Harapan :


o Program Keluarga Harapan, merupakan program bansos untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dengan melibatkan partisipasi kelompok penerima
manfaat dalam menjaga kesehatan dan menyekolahkan anak-anaknya.
o Perluasan PKH ditingkatkan dari 2,8 juta KPM (tahun 2014), menjadi 6 juta
KPM (tahun 2016), dan diperluas menjadi 10 juta KPM tahun 2018
o Nilai bansos yang diterima KPM adalah Rp 1.890.000,-/tahun/KPM.

 Bansos Rastra/ Bantuan Pangan Non Tunai :


o Transformasi subsidi Rastra menjadi BPNT untuk 1,2 juta KPM, yang dimulai
pada tahun 2017. Transformasi tersebut akan diperluas secara bertahap hingga
mencapai 15,5 juta KPM pada tahun 2019.
o Pemerintah memberikan BPNT senilai Rp 110.000,-/bulan/KPM melalui
Kartu Keluarga Sejahtera untuk dibelanjakan beras dan/atau telur melalui e-
warong.
o BPNT diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran KPM melalui
pemenuhan sebagian kebutuhan pangan, memberikan bahan pangan dengan
nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM, memberikan bahan pangan dengan
tepat sasaran dan tepat waktu. Serta memberikan lebih banyak pilihan kepada
KPM dalam memenuhi kebutuhan pangan, dan mendorong pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan.
o Sementara Bansos Rastra diberikan berupa beras kualitas medium sebanyak
10kg/KPM setiap bulannya.
G. Kerangka Pikir

Undang-Undang dana
Bantuan Sosial
(BANSOS)

Dana Bantuan Sosial


(BANSOS)

Pemerintahan Desa

Penerima Program-
program Bansos
Bansos

Kesejahteraan
Masyarakat
Desa
H. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penilitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini termassuk ke dalam jenis penelitian kualiatif.
Penelitia Kualitatif didefinisikan sebagai penelitian yang
bertujuan untuk menggali atau membangun suatu proporsi atau
menjelaskan makna dibalik realita atau peristiwa yang
berlangsung di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Kontribusi dana Bansos dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa Talungeng.
b. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penekatan kualitatif dengan
metode snow balling. Dengan cara sebagai berikut: setelah
syarat administratif terpenuhi untuk melakukan penelitian,
peneliti akan menghubungi kepala desa sebagai key informant
melalui dua orang guru SD setempat yang telah peneliti kenal
baik sebelumnya sebagai guide person. Selanjutnya akan
dihubungi perangkat desa yang mengetahui secara lengkap
tentang penyaluran Bansos.
2. Lokasi dan waktu Penelitian.
Lokasi Penelitian dilakukan di Desa Talungeng, Kecamatan Barebbo,
Kabpaten Bone. Pemilihan Lokasi penilitian dilakukan secara sengaja
(Porposive) karena lokasi ini lumayan mudah untuk dijangkau peneliti.
Adapun Pelaksanaannya akan dilakukan pada Januari dan februari
2022 mendatang.
3. Data dan Sumber data
Adapun jenis data yaang digunakan dalam penelitian meliputi data
primer dan data sekunder.
a. Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung
dari sumber pertama melalui wawancara.
b. Data Sekunder, merupakan data primer yang sudah diolah oleh
sumber pertama yang diperoleh secara tidak langsung melalui
perantara.
4. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah sumber informasi yang menjadi
sasaran pengumpulan data untuk menjawab permasalahan
penelitian. Adapun yang menajadi sumber informasi dalam
penelitian ini adalah kepala desa dan perangkat desa dalam
penyaluran Bansos.
b. Objek Penelitian
Objek Penelitian merupakan topik penelitian yang menjadi
fokus penelitian. Adapun yang menjadi fokus penelitian ini
adalah Pemerataan pembagian dana Bansos kepada masyarakat
Desa.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam
mengumpulkan data pada penelitian ini adalah: teknik utama
digunakan indeph interview, sebagai pendukung digunakan observasi
dan analisis dokumen.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara pengolahan data dengan
mengumpulkan data kemudian membagi ke dalam bagian bagian
terkecil sehingga menujukkan tampak jelas permasalahan yang diteliti.
Adapun Analisis Data yang akan digunakan adalah etnografik, yaitu
dari catatan lapangan (field note) kemudian akan dilakukan
pengkodean, kategorisasi atau klasifikasi kemudian disusun secara
sistematis dan selanjutnya akan disusun tema-tema berdasarkan hasil
analisis data tersebut. Sebagai bahan pijakan sekaligus pisau analisis
bila perlu digunakan teori-teori yang relevan dan hasil penelitian
terdahulu yang mendukung.

I. Bibliography
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/maksi/article/view/28235

http://seminar.umpo.ac.id/index.php/SEMNASFEUMPO/article/view/9

https://www.researchgate.net/profile/M-Rafi-
2/publication/351942882_POLITIK_ANGGARAN_ALOKASI_DANA_B
ANSOS_PRA-
PEMILIHAN_PRESIDEN_2019_DI_INDONESIA_SEBAGAI_ALAT_M
ENINGKATKAN_ELEKTABILITAS/links/60b1085a299bf1f6d58009cd/P
OLITIK-ANGGARAN-ALOKASI-DANA-BANSOS-PRA-PEMILIHAN-
PRESIDEN-2019-DI-INDONESIA-SEBAGAI-ALAT-
MENINGKATKAN-ELEKTABILITAS.pdf

http://e-repository.unsyiah.ac.id/JPED/article/view/14227

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5761964/apa-itu-bansos-ini-
pengertian-jenis-dan-penerimanya

J. Sistematika Pembahasan
1. Bab I Pendahuluan
Pada Bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, ruang lingkup penelitian, serta sistematika pembahasan.
2. Bab II Kajian Pustaka
Pada Bab ini diuraikan beberapa penelitian sebelumnya yang dijadikan
sebagai tolak ukur dalam penelitian ini, serta menjelaskan teori yang
mendukung penelitian.
3. Bab III Metode Penelitian
Pada Bab ini diuraikan mengenai jenis dan pendekatan penelitian,
waktu penelitian, data dan sumber penelitiaan, serta teknik analisis
data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan
Pada Bab ini diuraikan mengenai gambaran umum lokasi penelitian,
deskripsi hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian.
5. Bab V Penutup
Pada Bab ini diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan
memberikan saran saran yang bersifat membangun dan konstruktif
terkait dengan hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai