Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI PROGRAM BANTUAN PANGAN NON-

TUNAI (BPNT) DI KABUPATEN PROBOLINGGO

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Kebijakan

Dosen Pengampu: Amni Zarkasyi Rahman, S.A.P., M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Sintia Diah Kusuma (14020118130055)


2. Sofianna Hanum Tamara (14020118140096)
3. Naila Authori (14020118140107)
4. Fariza Widy Athia (14020118140112)

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
1. BACKGROUND/LATAR BELAKANG DARI PROGRAM BPNT
(BANTUAN PANGAN NON TUNAI)

Kemiskinan dan kerentanan pangan di Indonesia merupakan tantangan


yang pasti dihadapi oleh pemerintah dari masa ke masa. Kemiskinan merupakan
masalah kompleks yang memerlukan penanganan dan program secara terpadu dan
berkelanjutan (Bappenas, 2017). Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan
akses masyarakat terhadap pangan serta memberikan perlindungan bagi keluarga
miskin, pemerintah mencetuskan berbagai program/kebijakan pendistribusian
pangan yang diharapkan mampu menjangkau keluarga miskin. Salah satu program
tersebut yaitu BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai).

Sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 25


Tahun 2016 tentang Bantuan Pengembangan Sarana Usaha Melelui Elektronik
Warung pada Pasal 1 ayat 1, “Penanganan Fakir Miskin adalah upaya yang
terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat dalam bentuk kebijakan, program, dan kegiatan
pemberdayaan, pendampingan, serta fasilitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar
setiap warga negara”, sehingga pemerintah menciptakan sebuah inovasi atau
program baru yaitu program bantuan yang bernama Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT). Bantuan Pangan Non Tunai adalah bantuan sosial pangan dalam bentuk
non tunai dari pemerintah yang diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat
(KPM) setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan
hanya untuk membeli bahan pangan di pedagang/kios bahan pangan E-Warong
yang bekerja sama dengan bank (Himbara).

Sebelum adanya program BPNT sebenarnya Pemerintah sudah memiliki


program bantuan sosial pangan yaitu Beras Miskin (Raskin)/Beras Sejahtera
(Rastra). Namun, pemerintah mereformasi program tersebut dengan BPNT
dikarenakan untuk meningkatkan efektifitas dan ketepatan sasaran dalam
penyaluran bantuan sosial serta mendorong keuangan inklusif. Karena
berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 82 Tahun 2016 tentang Strategi
Nasional Keuangan Inklusif yang menyatakan bahwa strategi pengelolaan
keuangan dan keterhubungan masyarakat dengan perbankan merupakan upaya
untuk mempercepat pengentasan kemiskinan. Dan sesuai hasil rapat terbatas
tertanggal 16 Maret 2016 tentang Program Penanggulangan Kemiskinan dan
Ketimpangan Ekonomi, disepakati bahwa mulai tahun anggaran 2017 penyaluran
bantuan sosial pangan dapat dilakukan melalui mekanisme non tunai
(menggunakan teknologi e-voucher) sehingga dapat tepat sasaran dan lebih mudah
terjangkau.

Latar belakang dari BPNT juga dikarenakan dalam pengimplementasian


program Rastra/Raskin dianggap terdapat banyak permasalahan yaitu tidak
tepatnya sasaran dalam pendistribusian beras (warga yang kurang mampu tidak
mendapat bagian dan sebaliknya), keterlambatan dalam pendistribusian beras
hingga beberapa bulan, banyak petugas lapangan yang malah membagikan kupon
Rastra/Raskin ke kerabat dekatnya, jumlah beras yang dibagikan tidak sesuai
dengan yang diprogramkan, serta data jumlah keluarga miskin/KPM yang tidak
cepat diperbaharui.

Untuk mendukung pelaksanaan program BPNT ini, maka Presiden


Republik Indonesia telah menetapkan Perpres RI Nomor 63 Tahun 2017 tentang
Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai. Pelaksanaan Program BPNT tahun
2017 lalu dianggap sebagai pilot project dan akan diperluas pada tahun berikutnya
jika pelaksanaannya telah efektif dan sekaligus sebagai upaya transformasi
kebijakan dari pola subsidi “Rastra” menjadi pola bantuan pangan “BPNT” secara
nasional. 

2. AIMS/ TUJUAN PROGRAM KEBIJAKAN


a. Tujuan BPNT

1. Mengurangi beban pengeluaran Keluarga Penerima Manfaat


(KPM) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan

2. Memberikan gizi yang lebih seimbang kepada KPM

3. Meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan bantuan


pangan bagi KPM

4. Memberikan pilihan dan kendalikan kepada KPM dalam


memenuhi kebutuhan pangan
5. Mendorong pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan
(sustainable Development Goals/SDGs)

b. Manfaat BPNT

1. Meningkatnya ketahanan pangan di tingkat KPM, sekaligus


sebagai mekanisme perlindungan social dan penanggulangan
kemiskinan

2. Meningkatnya efisiensi panyaluran bantuan social

3. Meningkatnya transaksi non tunai dalam agenda Gerakan


Nasional Non Tunai (GNNT)

4. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah, terutama usaha


mikro dan kecil yang sudah berpengalaman dalam usaha
penjualan telur dan beras

c. Prinsip BPNT

1. Mudah dijangkau dan digunakan oleh KPM

2. Memberikan pilihan dan kendalikan kepada KPM tentang kapan,


berapa, jenis, kualitas dan bahan pangan (beras/atau telur), serta
tempat serta tempat membeli sesuai dengan preferensi (tidak
diarahkan pada E-warong tertentu dan bahan pangan tidak
dipaketkan).

3. Mendorong usaha eceran rakyat untuk memperoleh pelanggan


dan peningkatan penghasilan dengan melayani KPM

4. Memberikan akses jasa keuangan kepada usaha eceran rakyat dan


kepada KPM

5. E-warong dapat membeli pasokan bahan pangan dari berbagai


sumber sehingga terdapat ruang alternative pasokan yang lebih
optimal

6. Bank Penyalur bertugas menyalurkan dana bantuan ke rekening


KPM dan tidak bertugas menyalurkan bahan pangan kepada
KPM, termasuk tidak melakukan pemesanan bahan pangan

3. FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PROGRAM BPNT


 Faktor penghambat
1. Penyediaan data penerima bantuan yang kurang valid

Penyediaan data penerima bantuan masih berpatok pada Basis Data


Terpadu (BDT). Data yang dilaporkan masih sering berubah/kurang valid dan
tidak diikuti pembaruan secara cepat oleh Dinas Sosial tingkat Kabupaten/Kota,
seperti contoh Dinsos tidak melaporkan jika keluarga penerima bantuan sudah
meninggal, sudah pindah, atau salah nama. Salah satu dampak belum validnya
data terjadi pada proses pencairan yang dilakukan oleh Himpunan Bank Negara
(Himbara) sebagai pihak penyalur. Himbara tidak akan melakukan pencairan jika
terjadi perbedaan data antara BDT dengan Dinsos, karena Himbara memiliki SOP
yang sangat ketat dalam pencairan uang.

2. Fasilitas untuk pelaksanaan program

Program Bantuan Pangan Non Tunai berasal dari Kementrian Sosial yang
langsung di transfer ke rekening-rekening KPM sebesar Rp 150.000,-/bulan.
sesuai dengan yang ditentukan dalam pedoman pelaksanaan Bantauan Pangan
Non Tunai (BPNT). Dan pelaksanaannya sudah efektif, karena uang yang
tersalurkan setiap bulan tidak ada kendala. Akan tetapi, sumber daya fasilitias
mengalami kendala yaitu pada mesin EDC yang sering terjadi gangguan, sehingga
proses implementasi terganggu dan penyaluran bantuan tidak efektif.

3. Kemampuan masyarakat

Keadaan masyarakat masih banyak yang berpendidikan rendah dan lansia


sehingga tidak dapat menggunakan ATM/kartu combo. Hal ini menjadi hambatan
dalam pelaksanaannya sebab program ini menggunakan ATM/kartu kombo
sebagai alat transaksi penyalurannya.

 Faktor pendorong
1. Karakteristik Agen Pelaksana
Aktor pelaksana kebijakan memiliki karakteristik yang tegas, disiplin, baik
dan ramah kepada setiap masyarakat, sudah memiliki karakteristik yang ideal
dalam program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kota Probolinggo. Aktor-
aktor tersebut seperti pak Lurah, Pendamping, Koordinator Kelurahan dan Ketua
E-Warong dan RPK sudah memenuhi standar yaitu pelayanan publik harus
berperilaku santun dan ramah. Sehingga menjadi faktor pendorong keberhasilah
pelaksaan kebijakan BPNT di Kota Probolinggo.
2. Komunikasi Antar Organisasi
Dalam pelaksanaan program Bantuna Pangan Non Tunai (BPNT) melalui
E-Warong & RPK di Kota Probolinggo pada awal implementasi program tidak
terjadi miskomunikasi antar aktor. Karena sebelumnya pelaksanaan program dari
Kementrian Sosial sudah memberikan sosialisasi yang cukup baik sebagai tujuan
dan sasaran dari program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) melalui E-Warung
& RPK di Kota Probolinggo. Hasil sosialisasi disampaikan kepada masyarakat
Keluarga Penerima Manfaat agar masyarakat mengetahui secara rinci isi dari
program Bantuan Pangan Non Tunai(BPNT) melaui E-Warung & RPK. Tidak
hanya itu, pendamping juga melakukan sosialisasi secara rutin pada saat transaksi
program bantuan agar masyarakat paham. Sehingga komunikasi antar organisasi
terjalin dengan baik.
3. Respon masyarakat
Masyarakat sangat merespon adanya program BPNT, mereka sangat
mendukung dengan adanya program ini. berdasarkan referensi yang di dapakan
respon masyarakat setempat yang tidak mendapatkan program juga ikut
membantu dalam proses pengadaan barang di E-Warung. Masyarakat ikut
membantu mengangkat dan menata barang- barang yang dibeli oleh para pihak
pelaksana.
Selain ketiga hal tersebut, keberhasilan dalam pelaksanaan program Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT) diukur berdasarkan tingkat pencapaian indikator 6T,
yaitu Tepat sasaran, Tepat jumlah, Tepat harga, Tepat waktu, Tepat kualitas, dan
Tepat administrasi.
1. Tepat sasaran adalah program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) hanya
diberikan kepada rumah tangga miskin. Secara aturan penerima bantuan
BPNT merupakan penerima yang diambil dari data BDT (Basic Data
Terpadu) Kementerian Sosial RI yang artinya bahwa secara regulasi
mereka termasuk keluarga miskin.
2. Tepat jumlah adalah beras dan telur untuk setiap Kepala Keluarga (KK)
dalam perbulan. Berdasarkan hasil data yang didapat di lapangan
menunjukan bahwa 2484 penerima/KPM atau 100% menerima program
BPNT berupa beras 10 Kg (Beras Medium) dan telur 10 Butir telur ayam.
3. Tepat harga adalah harga beras dan telur yang diberikan kepada KPM
sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu gratis tidak dipungut
biaya. Serta bantuan yang diterima berupa beras dan telur itu sudah
disesuaikan dengan jumlah bantuan yang masuk di dalam ATM Combo
setiap penerima sejumlah Rp. 150.000,-
4. Tepat waktu adalah pembagian beras dan telur dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang sudah ditetapkan oleh pihak Kementerian Sosial dan
berkoordinasi dengan bank penyalur.
5. Tepat kualitas adalah kualitas beras dan telur layak untuk dikonsumsi.
Komoditas BPNT berupa beras dan telur yang didapat KPM haruslah tepat
secara kualitas.
6. Tepat administrasi adalah terpenuhinya persyaratan administrasi secara
benar dan tepat waktu.

4. DISCUSSION/ PEMBAHASAN PROGRAM BPNT

Upaya pemerintah Indonesia mendukung pembangunan berkelanjutan


dalam tujuan untuk mengatasi masalah kemiskinan memunculkan gagasan
pemberian bantuan sosial pangan kepada masyarakat miskin. Bantuan ini dapat
disalurkan dalam bentuk natura (beras) maupun secara nontunai. Untuk bantuan
dalam bentuk nontunai berdasarkan Perpres Nomor 63 Tahun 2017 tentang
Penyaluran Bantuan Sosial Secara Nontunai (BSNT), merupakan bantuan sosial
yang diberikan dalam rangka program penanggulangan kemiskinan meliputi
perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, rehabilitasi sosial, dan
pelayanan dasar.

Salah satu bentuk program BSNT adalah Bantuan Pangan Nontunai


(BPNT). BPNT menjadi gebrakan baru pemerintah memberikan bantuan sosial
kepada masyarakat secara nontunai dengan memanfaatkan teknologi dalam
penyalurannya kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan BPNT mengacu pada
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2018 Tentang
Penyaluran BPNT. Penyaluran BPNT diberikan kepada Keluarga Penerima 3
Manfaat (KPM) setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang
digunakan hanya untuk membeli beras dan telur di e-warong. Untuk penyaluran
BPNT kepada KPM, pemerintah bekerja sama dengan Himbara atau Himpunan
Bank Negara1. Menurut Panduan Umum BPNT 2017 Direktorat Jenderal
Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial RI, tujuan BPNT sebenarnya adalah
untuk mengurangi beban pengeluaran KPM melalui pemenuhan sebagian
kebutuhan pangan, memberikan nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM,
meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan bantuan pangan bagi
KPM, memberikan lebih banyak pilihan dan kendali kepada KPM dalam
memenuhi kebutuhan pangan, dan mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs).

Diawal tahun berjalannya BPNT, KPM diberi Rp 110.000 untuk


dibelanjakan beras dan telur di e-warong. E-warong adalah agen bank, pedagang
atau pihak lain yang telah bekerja sama dengan bank penyalur dan ditentukan
sebagai tempat pencairan/penukaran/pembelian bahan pangan oleh KPM, yaitu
pasar tradisional, warung, toko kelontong, warung desa, Rumah Pangan Kita
(RPK), agen bank yang menjual bahan pangan, atau usaha eceran lainnya. KPM
dapat membeli bahan pangan sesuai kebutuhan pada e-warong yang memiliki
tanda lokasi penyaluran bantuan sosial non tunai. Transaksi dilakukan secara non
tunai mengacu pada jumlah saldo yang tersimpan pada chip KKS. Lewat sistem
yang terhubung dengan perbankan ini, penyalur bantuan akan mendapatkan
laporan rinci seputar jumlah dana yang telah disalurkan, jumlah dana yang ditarik
oleh penerima, jumlah dana yang tersisa dan berapa orang penerima yang belum
menarik bantuan pangannya. Selanjutnya, pada tahun 2020 penerima Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT) akan menjadi Rp 150.000 per KPM yang sebelumnya
Rp 110.000. Perubahan tersebut dilaksanakan mengingat telah sejak lama bantuan

1
Panduan Umum BPNT 2017 Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial
RI
tersebut diberikan. Oleh karena itu telah terdapat perubahan dalam harga sejumlah
kebutuhan pokok.

Evaluasi sebuah program dilaksanakan dengan fungsi sebagai pengarah


kegiatan evaluasi dan sebagai acuan untuk mengetahui efesiensi dan efektifitas
sebuah program. Evaluasi program diperlukan sebagai penilai dengan hasil akhir
yaitu sebuah rekomendasi apakah kebijakan tersebut tetap dilaksanakan atau
dirubah atau dihentikan. Evaluasi program Bantuan Pangan Non-Tunai berarti
sebuah kegiatan mengevaluasi program BPNT yang telah berjalan sejak tahun
2017 hingga sekarang. Kegiatan evalusi ini dilakukan untuk:

1. Mengetahui apakah kegiatan tersebut telah berjalan efektif dan efisien,


2. Mengetahui adakah hambatan dalam pelaksanaannya,
3. Menentukan apakah kegiatan tersebut tetap dilaksanakan atau
dilakukan perubahan.

A. Evaluasi Program BPNT di Probolinggo

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo, jumlah penduduk


miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Kota Probolinggo
pada tahun 2013 sebesar 17,35% dari jumlah penduduk 219.139 yang tersebar di 5
kecamatan yang ada di Kota Probolinggo. Hal tersebut lebih rendah dari angka
kemiskinan pada tahun 2011 pada angka 17,74%. Dalam rangka percepatan
penanggulangan kemiskinan, sekaligus pengembangan kebijakan di bidang
perlindungan sosial, Pemerintah Indonesia mulai tahun 2007 telah melaksanakan
Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). BPNT dikenal di negara lain
dengan istilah Non Cash Food Assistance Program.

Program BPNT diberikan kepada KPM yang terdapat di seluruh wilayah.


Para Keluarga Penerima Manfaat Bantuan Pangan Non Tunai adalah keluarga,
yang selanjutnya disebut Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan
Non Tunai. KPM adalah penduduk dengan kondisi sosial ekonomi 25% terendah
di daerah pelaksanaan. Bantuan tersebut tidak dapat diambil tunai dan hanya dapat
ditukarkan dengan beras dan atau telur di E-Warong (Elektronik Warung Gotong
Royong) & RPK (Rumah Pangan Kita). apabila bantuan tidak dibelanjakan
dibulan tersebut, maka nilai bantuan akan hangus dalam akun elektronik Bantuan
Pangan. E-Warong ini dikelola Ketua dan anggota yang berjumlah sepuluh orang
sesuai dengan kriteria dan persyaratatan pada pasal 4 ayat 1 Permensos RI Nomor
25 Tahun 2016 tentang Kriteria Pembentukan E-Warong, sedangkan RPK
(Rumah Pangan Kita) merupakan mitra Perum Bulog serta jaringan outlet
penjualan pangan pokok yang dimiliki oleh masyarakat dan dibina oleh Perum
Bulog.

Dalam mengevaluasi sebuah program/kebijakan, terdapat beberapa


kegiatan dalam evaluasi program diantaranya yaitu spesifikasi, measurement,
analisis, dan rekomendasi. Berdasarkan pelaksanaan program BPNT di Kota
Probolinggo, kegiatan evaluasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Spesifikasi

Lokus dari evaluasi program BPNT yang diambil yaitu di Kota


Probolinggo. Kemudian subjek dari program BPNT ini adalah Keluarga Penerima
Manfaat (KPM) di Kota Probolinggo. Sedangkan sasaran kebijakan yaitu
mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran melalui pemenuhan
sebagian kebutuhan pangan pokok bentuk beras dan atau telor. Selain itu BPNT
juga bertujuan untuk meningkatkan atau membuka akses pangan keluarga melalui
penjualan beras kepada keluarga penerima manfaat dengan jumlah yang telah
ditentukan.

2. Measurement

Pengukuran untuk mengevaluasi program BPNT adalah sebagai berikut:

1) Berapa jumlah masyarakat miskin di Kota Probolinggo?


2) Berapa jumlah KPM yang menerima BPNT di Kota Probolinggo?

3. Analisis

Program BPNT di Kota Probolinggo telah berjalan cukup efektif yaitu


dapat dijelaskan bahwa program ini memang diperuntukkan untuk KPM yang
terdaftar. Namun, masih adanya permasalahan dalam hal pendataan KPM dari
Kementrian Sosial. Pada kenyataannya ketepatan target yang terjadi di Kecamatan
Kanigaran belum berjalan sesuai dengan pedoman umum BPNT. Sebab
masyarakat penerima di Kecamatan Kanigaran yang tidak termasuk dalam data
BDT (Basic Data Terpadu) merasa berhak mendapatkan BPNT juga. Sehingga
yang menjadi tujuan dari program BPNT tidak bisa tercapai sepenuhnya.2

Berdasarkan data dari BPS, ada 18 ribu warga miskin di Kota


Probolinggo. Namun, data dari verifikasi faktual Bappeda Litbang Kota
Probolinggo, ada sekitar 20 ribu warga miskin. Itu artinya, ada 2 ribu warga
miskin yang belum ter-cover BPNT dari Kemensos. Sehingga, Dinas Sosial Kota
Probolinggo menganggarkan Rp 1,5 miliar untuk meng-cover kebutuhan warga
miskin yang tidak terakses BPNT dari Kemensos. Ini termasuk untuk anggaran
operasional penyaluran BPNT. Kemudian anggaran ini akan disalurkan untuk
1.300 keluarga penerima manfaat yang belum terakses program dari pemerintah
pusat.3

Selain itu, ada permasalahan lain yang menyangkut rekening penerima


BPNT yang bermasalah. Jumlah penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di
Kota Probolinggo mencapai 13.960 kepala keluarga (KK). Namun, ada 1.495 KK
yang bermasalah. Oleh karenanya, mereka dialokasikan dari APBD Pemkot
Probolinggo. Sebenarnya, jumlah KK yang bermasalah sudah masuk data
Kemensos untuk BPNT tetapi ada persoalan rekening invalid yang mengakibatkan
pencairan BPNT dari Kemensos mengalami kendala sehingga perlu proses
perbaikan. 4

Jumlah penerima BPNT (KPM) di Kota Probolinggo setiap tahunnya sama


dan tidak berkurang. Ini menandakan bahwa perlunya verifikasi data ulang dan
kepala desa berkewajiban untuk mencabut data penerima BPNT yang dirasa sudah
tidak pantas untuk menerimanya. Jika tidak segera dilakukan verifikasi data ulang

2
Yunus, Eko Yudianto. 2019. Jurnal Implementasi Program Bantuan Pangan Non Tunai di
Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo
3
radarbromo.jawapos.com
4
radarbromo.jawapos.com
mengenai jumlah penerima BPNT, kartu BPNT akan berada di orang yang salah
(sudah mampu) dan tidak berhak lagi menerima BPNT.5

Program BPNT di Kota Probolinggo telah berjalan cukup efektif


walaupun memang ada beberapa kendala mengenai jumlah KPM. Hasil penelitian
dari Implementasi Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Di Kecamatan
Kanigaran Kota Probolinggo oleh Eko Yudianto Yunus menjelaskan bahwa
program BPNT di Kecamatan Kanigaran telah tepat sasaran dan tujuan. Di
Kecamatan Kanigaran tidak ada kendala mengenai jumlah penerima BPNT, juga
tujuan untuk membantu mengurangi beban pengeluaran RTS melalui pemenuhan
sebagian kebutuhan pangan pokok telah terpenuhi. Masyarakat sangat terbantu
dari adanya BPNT baik bagi KPM maupun bagi petani sekitar. Program Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT) membantu prekonomian petani di Desa Kedungdalem,
Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur karena beras hasil panen
petani dijual untuk disalurkan ke masyarakat miskin penerima BPNT. Kepala
Desa Kedungdalem telah menjadi agen penyalur beras BPNT sejak bulan Mei
2018. Hal ini menandakan bahwa program BPNT menguntungkan masyarakat
juga kebutuhan beras dan telur yang akan disalurkan pada KPM sudah tercukupi
dan tidak ada kendala6.

Keberhasilan program BPNT juga dapat dilihat dari menurunnya jumlah


penduduk miskin di Kabupaten Probolinggo. Selama periode 2012 hingga 2019
presentase penduduk miskin di Kabupaten Probolinggo mengalami penurunan
sebesar 4,46 persen. Yakni dari 22,22 persen di bulan Maret 2012 menjadi 17,76
persen di bulan Maret 2019. Ini menandakan bahwa program BPNT sangat
membantu untuk mengentaskan kemiskinan.7

4. Rekomendasi

Keberhasilan program BPNT di berbagai daerah sebagai contoh di


Probolinggo yaitu dapat dilihat dari penurunan presentase penduduk miskin,
manfaat yang diterima oleh penerima BPNT dan petani sekitar sebagai pemasok

5
probolinggokab.go.id
6
medcom.id
7
probolinggokab.go.id
beras. Walaupun terdapat kendala dalam pelaksanaannya seperti adanya 2 ribu
warga miskin yang belum ter-cover BPNT dari Kemensos, dapat disolusikan yaitu
dengan cara Dinas Sosial Kota Probolinggo menganggarkan Rp 1,5 miliar untuk
meng-cover kebutuhan warga miskin yang tidak terakses BPNT dari Kemensos.

Oleh karenanya, rekomendasi yang dapat diberikan yaitu Pemerintah dapat


terus menjalankan program BPNT untuk membantu mengentaskan kemiskinan.
Namun, harus terus dilakukan verifikasi ulang data penerima BPNT agar tidak
terjadi penyelewengan penerima BPNT yang tidak berhak menerimanya. Selain
itu, Kementerian Sosial harus bisa menentukan jumlah BPNT secara tepat agar
Pemerintah Daerah tidak harus meng-cover kebutuhan warga miskin yang tidak
terakses BPNT dari Kemensos. Pemerintah juga harus lebih merata dalam
memberikan BPNT kepada KPM di seluruh wilayah Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Yunus, Eko Yudianto. "Implementasi Program Bantuan Pangan Non Tunai


(BPNT) Di Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo." Reformasi: Jurnal
Ilmiah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 9.2 (2019): 138-152.
Pramesti, Ristiana, Adji Suradji Muhammad, and Dian Prima Safitri.
"IMPELEMENTASI BANTUAN PANGAN NON TUNAI MELALUI
ELEKTRONIK GOTONG ROYONG DI KOTA
TANJUNGPINANG." Spirit Publik 14.1: 81-93.

https://radarbromo.jawapos.com/daerah/26/01/2019/2-ribu-warga-miskin-kota-
probolinggo-belum-ter-cover-bpnt/

https://radarbromo.jawapos.com/news/21/08/2019/rekening-1-495-penerima-bpnt-
di-kota-probolinggo-bermasalah/

https://radarbromo.jawapos.com/probolinggo/01/11/2019/saldo-ribuan-kpm-bpnt-
di-kab-probolinggo-nol/

https://probolinggokab.go.id/v4/pemkab-gelar-rakor-sinergitas-penyaluran-
program-bantuan-pangan-non-tunai/

https://probolinggokab.go.id/v4/turunkan-angka-kemiskinan-bupati-tantri-dan-
bps-beraudiensi/

Anda mungkin juga menyukai