Kawasan Lindung
Hutan Lindung. Secara keseluruhan Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Barru seluas
51.389,53 hektar atau sama dengan 43,14% dari total luas wilayahnya.
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan Sempadan Pantai. Panjang pantai di Kabupaten Barru 78,00 Km, Ketentuan
kawasan sempadan pantai di Kabupaten Barru, terdiri dari: daratan sepanjang tepian laut
dengan jarak minimal 100 meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal
dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. Kawasan sempadan
pantai termasuk kawasan hutan bakau di Kabupaten Barru berada di Kecamatan
Mallusetasi, Soppeng Riaja, Balusu, Barru, dan Tanete Rilau.
Kawasan Berhutan Bakau. Kawasan pantai berhutan bakau dengan total luas 343,783
Ha. Kawasan pantai berhutan bakau di wilayah Kabupaten Barru terdiri atas wilayah
Kecamatan Mallusetasi seluas 26, 322 Ha, Kecamatan Soppeng Riaja seluas 86,804 Ha,
Kecamatan Balusu seluas 200, 078 Ha termasuk Pulau Panikiang seluas 82,830 Ha dan
Kecamatan Barru seluas 82,830 Ha.
Kawasan Taman Wisata Alam Laut. Potensi taman laut dengan keindahan karangnya
dilindungi dan menjadi potensi bahari yang dapat dikembangkan di Kecamatan
Mallusetasi tepatnya pada pulau Dutungan, Bakki dan Batu Kalasi.
Kawasan Rawan Bencana Alam Potensi bencana alam di Kabupaten Barru terdiri atas
Kawasan rawan bencana alam longsor; Kawasan rawan bencana alam banjir; dan
Kawasan rawan ombak besar.
KawasanStrategis
Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Menurut PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, wilayah yang terkait dengan wilayah
kabupaten dan ditetapkan sebagai kawasan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional
(KSN) dengan sudut kepentingan ekonomi yaitu KAPET Parepare.
a. Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
Wilayah kabupaten yang terkait dengan wilayah kabupaten dan ditetapkan sebagai
kawasan Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dengan sudut kepentingan
ekonomi yaitu Kawasan Agropolitan Barru.
10
Indikasi Program
Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Barru dilaksanakan melalui penyusunan dan
pelaksanaan program pemanfaatan ruang yang anggaran biayanya akan diperhitungkan
pada rencana yang lebih rinci. Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
investasi swasta atau kerjasama pendanaan. Berdasarkan hal tersebut di atas, indikasi
program yang disusun dalam RTRWK Barru ini perlu dijadikan acuan lokasi program dan
kegiatan dalam penyusunan rencana-rencana pembangunan tahunan seperti RKPD
11
12
Ketentuan peraturan zonasi meliputi ketentuan peraturan zonasi untuk struktur ruang dan pola
ruang wilayah Kabupaten Barru, yang terdiri atas:
Ketentuan Perizinan
Salah satu fungsi RTRW Kabupaten Barru adalah sebagai acuan atau pedoman dalam
penerbitan ijin pemanfaatan ruang. Secara umum pengertian perijinan pemanfaatan ruang
dimaksudkan sebagai konfirmasi persetujuan atas suatu jenis pemanfaatan ruang dengan
mengacu pada rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dalam kaitan inilah mekanisme
perijinan seyogyanya didayagunakan agar secara dini dapat dipakai sebagai salah satu
perangkat pengendalian pemanfaatan ruang yang diandalkan. Perijinan yang terkait secara
langsung dengan pengendalian pemanfaatan ruang adalah Ijin Lokasi, Ijin Perencanaan, dan Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB). Di luar ijin-ijin tersebut, perijinan dan/atau pertimbangan
kelayakan yang masih erat kaitannya adalah Ijin Undang-undang Gangguan (IUUG/HO) dan atau
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dikenakan untuk kegiatan yang dinilai
akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan. Sesuai dengan tingkat ketelitiannya,
RTRW Kabupaten Barru dapat dijadikan acuan dalam penerbitan perijinan pemanfaatan ruang
suatu kegiatan.
Untuk mendayagunakan mekanisme perijinan dalam pengendalian pemanfaatan ruang
Kabupaten Barru maka setiap kegiatan yang dimohonkan ijin pemanfaatan ruangnya perlu
memperoleh konfirmasi kesesuaiannya dengan RTRW kabupaten sehingga jenis kegiatan
tersebut berlokasi pada kawasan/lahan yang sesuai atau tidak menyimpang dari cakupan
20
Pemberian insentif dan disinsentif merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam pemberian
insentif dan pengenaan disinsentif. Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan indikasi arahan pengaturan zonasi yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disinsentif dikenakan terhadap
pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemberian insentif dan pengenaan
disinsentif dalam pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dilakukan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten kepada masyarakat. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif di kabupaten,
dilakukan oleh Bupati yang teknis pelaksanaannya melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Kabupaten yang membidangi penataan ruang.
Ketentuan insentif oleh pemerintah daerah Kabupaten Barru diberikan dalam bentuk :
pemberian kompensasi;
urun saham;
pembangunan serta pengadaan infrastruktur; dan
penghargaan.
Pemberian Insentif oleh pemerintah daerah Kabupaten Barru kepada masyarakat, diberikan
dalam bentuk :
keringanan distribusi;
pemberian kompensasi;
imbalan;
sewa ruang;
urun saham;
penyediaan infrastruktur;
kemudahan prosedur perizinan; dan
penghargaan.
Ketentuan disinsentif oleh pemerintah daerah Kabupaten Barru diberikan dalam bentuk
21
Arahan Sanksi
Revisi RTRW Kabupaten Barru bukan hanya milik Pemerintah Kabupaten Barru melainkan
milik seluruh masyarakat Kabupaten Barru, sehingga bagi pihak yang tidak mentaatinya akan
terdapat sanksi administratif, sanksi pidana, dan sanksi perdata. Sanksi administratif
dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang berakibat pada terhambatnya
pelaksanaan program pemanfaatan ruang kawasan. Ketentuan sanksi merupakan acuan dalam
pengenaan sanksi terhadap
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang
wilayah kabupaten;
pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan sesuai RTRW
kabupaten;
Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW kabupaten;
Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan
Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.
Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f,
dan huruf g di atas dikenakan sanksi administratif berupa :
peringatan tertulis;
penghentian sementara kegiatan;
penghentian sementara pelayanan umum;
penutupan lokasi;
pencabutan izin;
pembatalan izin;
22
Peringatan tertulis;
Penghentian sementara kegiatan;
Penghentian sementara pelayanan umum;
Penutupan lokasi;
Pembongkaran bangunan;
Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
Denda administratif.
Kelembagaan
Dalam rangka pengkoordinasian penyelenggaraan penataan ruang dan kerjasama antar
sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah (BKPRD). Pembentukan BKPRD ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati.
23