Anda di halaman 1dari 57

PERDA NO.

10 TAHUN 2012TENTANG KETERANGAN JUSTIFICATION


REPERDA REVISI RTRW
RTRW KAB.MOROWALITAHUN 2012 – 2032 (DASAR PERUBAHAN)
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Tujuan Penataan Ruang Tujuan Penataan Ruang 1. Pada RAPERDA RTRW REVISI hanya
Penataan ruang Kabupaten Morowali bertujuan untuk Penataan Ruang wilayah Kabupaten Morowali menekankan pada pengelolaan
mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, bertujuan untuk Mewujudkan Kabupaten sumber daya alam yang berwawasan
produktif dan berkelanjutan berbasis potensi sumber Morowali yang Berdaya Saing, dengan konsep lingkungan, karena saat ini
daya alam maupun sumber daya manusia dengan pengembangan Industri, Pariwisata, Minapolitan, Kabupaten Morowali mempunyai
dukungan sarana dan prasarana wilayah yang dan Agropolitan dengan memperhatikan Asas potensi pertambangan, pertanian
memadai. Penataan Ruang. (semua pertanian termasuk,
Kebijakan penataan ruang Kabupaten Morowali, Kebijakan penataan ruang daerah terdiri atas: perkebunan dan perikanan). Disatu
terdiriatas: a. pengembangan sistem perkotaan yang sisi kegiatan pertambangan, industri
a. Pengembangan wilayah berbasis konsep terintegrasi antara pusat kegiatan lokal (PKL), pengolahan hasil tambang yang
agropolitan dan minapolitan yang berorientasi pusat pelayanan kawasan (PPK) dan pusat berorietasi ekonomi berpengaruh
pada sumber daya lokal dan kebutuhan pasar; pelayanan lingkungan (PPL) secara berjenjang pada kerusakan lingkungan, dengan
b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di dan merata antara wilayah darat dan pulau- demikian perlu sinergitas antara
bidang pertanian dan kelautan, serta bidang-bidang pulau kecil untuk mendukung investasi; ekonomi, sosial dan lingkungan.
pendukungnya; b. pemantapan kawasan lindung untuk menjamin Inilah yang disebut dengan
c. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat- pembangunan yang berkelanjutan; pembangunan berwawasan
pusat pertumbuhan ekonomi wilayah darat c. pengembangan kawasan agropolitan yang lingkungan.
maupun laut dan pulau-pulau kecil secara merata berorientasi pada sumber daya lokal dan 2. Hasil Peninjauan Kembali (PK)
dan berhirarki yang menunjang system produksi kebutuhan pasar; menunjukkan 23.61% artinya
hasil pertanian, perikanan laut dan pelayanan dasar
d. pengembangan kawasan minapolitan yang pencabutan Perda RTRW.
masyarakat; berorientasi pada sumber daya lokal dan 3. Sudah disesuaikan dengan
d. Pengembangan sumber daya utama dan sumber kebutuhan pasar; masukan Pokja BKPRD
daya lainnya dengan memperhatikan e. pengembangan kawasan industri logam dasar Kabupaten/Provinsi untuk
kesinambungan, daya dukung lahan, daya tamping dan bahan galian bukan logam untuk mendukung kebijakan penataan
kawasan; dan pemenuhan target Indonesia sebagai negara ruang dan Memastikan seluruh
e. Pengembangan kawasan strategis Kabupaten yang industri tangguh; kata kunci dalam tujuan dapat
mendukung bidang pertanian dan perikanan. f. pengembangan sektor pariwisata alam/bahari, diwujudkan dalam muatan
f. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan sejarah dan budaya, dan pariwisata buatan kebijakan strategi hingga
keamanan Negara. dengan tetap memperhatikan kelestarian pengendalian pemanfaatan ruang
lingkungan;
g. penetapan dan pengembangan kawasan
strategis kabupaten dari sudut kepentingan
ekonomi dan sosial budaya.
(1)Strategi mengembangkan wilayah berbasis konsep (1) Strategi untuk mewujudkan kebijakan
agropolitan dan minapolitan yang berorientasi pada pengembangan sistem perkotaan yang
sumber daya terintegrasi antara pusat kegiatan lokal (PKL),
lokaldankebutuhanpasarsebagaimanadimaksuddala pusat pelayanan kawasan (PPK) dan pusat
mPasal 3 huruf a, terdiriatas : pelayanan lingkungan (PPL) secara
a. Mengembangkan kawasan sesuai potensinya berjenjang dan merata antara wilayah darat
yang dihubungkan dengan pusat kegiatan dan pulau-pulau kecil untuk mendukung
untuk mendukung agropolitan dan minapolitan investasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 5
dengan komoditas yang berpotensi terhadap huruf a meliputi:
kebutuhan pasar tanpa mengabaikan potensi a. mengusulkan pusat kegiatan lokal promosi
sumberdaya alam lainnya; (PKLp) hingga pada wilayah pulau-pulau
b. Mengembangkan sarana dan prasarana kecil untuk mendorong kemandirian
produksi pertanian dan perikanan kepusat- kawasan perkotaan.
pusat pemasaran sampai terbuka akses b. menghubungkan antar pusat kegiatan lokal
kepasar nasional; (PKL), pusat pelayanan kawasan (PPK) dan
c. Mengembangkan kawasan agropolitan dan pusat pelayanan lingkungan (PPL) melalui
minapolitan untuk mendorong pertumbuhan jaringan transportasi secara terpadu
kawasan perdesaan ; antara transportasi darat, laut, dan udara;
d. Mengendalikan kawasan pertanian secara c. mengembangkan sistem jaringan
ketat; prasarana energi/kelistrikan yang
e. Meningkatkan ketersediaan teknologi tepat menjangkau hingga kawasan perdesaan
guna; dan pulau-pulau kecil;
f. Mengembangkan system usaha pertanian; d. mengembangkan sistem jaringan
g. Meningkatkan perlindungan lahan pertanian telekomunikasi yang menjangkau hingga
dengan cara mencegah terjadinya alih fungsi kawasan perdesaan dan pulau-pulau kecil;
lahan pertanian ke kegiatan lain; dan e. mengembangkan sistem jaringan sumber
h. Mengembangkan system pertanian yang daya air dan sistem jaringan prasarana air
terintegrasi dari hulu hingga hilir dalam baku hingga kawasan perdesaan dan
penyelenggaraan kegiatan agrobisnis, pulau-pulau kecil; dan
agroindustri dan agrowisata. f. mengembangkan sistem jaringan
(2) Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia parasarana lingkungan yang meliputi
di bidang pertanian dan kelautan, serta bidang- sistem jaringan air limbah, persampahan,
bidang pendukungnya sebagaimana dimaksud dan drainase khususnya pada kawasan
dalam Pasal 3 huruf b, terdiriatas : permukiman perkotaan.
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber (2) Strategi untuk mewujudkan kebijakan
daya manusia yang bekerja di sector pertanian, penataan pemantapan kawasan lindung
kelautan, pariwisata, pertambangan dan untuk menjamin pembangunan yang
bidang-bidang pendukung lainnya; berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam
b. Mengembangkan system usaha pertanian dan Pasal 5 huruf b meliputi:
kelautan berbasis masyarakat; h. mempertahankan kawasan hutan lindung
c. Meningkatkan motivasi masyarakat dalam diluar kawasan outline yang telah
melakukan usaha pariwisata yang terintegrasi ditetapkan, dari kegiatan industri,
dengan program-program pengembangan pertambangan dan kegiatan budidaya
pertanian dan kelautan; dan lainnya yang dapat merubah fungsi alam,
d. Meningkatkan penggunaan teknologi tepat bentang alam dan ekosistem alami.
guna. i. membatasi pertumbuhan permukiman
(3) Strategi peningkatan akses pelayanan perkotaan pada kawasan perlindungan setempat;
dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah j. menyediakan ruang terbuka hijau (RTH)
darat maupun laut dan pulau-pulau kecil secara public dan privat untuk kepentingan
merata dan berhirarki yang menunjang system masyarakat di kawasan perkotaan.
produksi hasil pertanian, perikanan laut dan k. membatasi pertumbuhan permukiman dan
pelayanan dasar masyarakat sebagaimana kegiatan budidaya lainnya pada kawasan
dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, terdiriatas : konservasi;
a. Meningkatkan interkoneksi antara kawasan l. mempertahankan dan menjaga kelestarian
perkotaan baik Kolonodale sebagai Pusat kawasan lindung geologi;
Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat-Pusat Kegiatan m. mengendalikan pertumbuhan permukiman
Lokal Prioritas (PKL) yaitu Kota Bungku, Pusat- dan kegiatan budidaya lainnya pada
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yaitu ibukota- kawasan rawan bencana;
ibukota kecamatan, maupun Pusat-pusat n. mempertahankan dan menjaga kelestarian
Pelayanan Lingkungan (PPL), yaitu pusat-pusat benda cagar budaya yang bernilai tinggi;
permukiman yang tidak termasuk dalam PKL o. mempertahankan dan menjaga kelestarian
maupun PPK, antara kawasan perkotaan ekosistem mangrove; dan
dengan pusat-pusat kegiatan kawasan p. merehabilitasi kawasan lindung yang telah
perdesaan, serta antara kawasan perkotaan berubah fungsi.
dengan wilayah sekitarnya, termasuk dengan (3) Strategi pengembangan kawasan agropolitan
pulau-pulaukecil; yang berorientasi pada sumber daya lokal dan
b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kebutuhan pasar sebagaimana dimaksud
kawasan yang potensial dan belum terlayani dalam Pasal 5 huruf c, terdiri atas:
oleh pusat pertumbuhan yang ada; a. menetapkan kawasan agropolitan;
c. Mengendalikan perkembangan kawasan b. mengembangkan Sentra Industri Kecil
perkotaan, khususnya daerah pantai dan Menengah (SIKIM) pangan;
daerah irigasi teknis; dan c. mengembangkan pasar sentra
d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat- pengembangan agrobisnis (SPA) yang lebih
pusat pertumbuhan agar lebih produktif, representatif untuk meningkatkan daya
kompetitif dan lebih kondusif untuk hidup dan tarik pembeli lokal dan regional;
berkehidupan secara berkelanjutan, serta lebih d. mengembangkan sistem jaringan jalan
efektif dalam mendorong pengembangan usaha tani yang terkoneksi dari lahan
wilayah sekitarnya, terutama PKW dan PKL. pertanian, tempat pengolahan hasil
(4) Strategi pengembangan sumber daya utama dan pertanian dan tempat pemasaran.
sumber daya lainnya dengan memperhatikan e. memelihara dan meningkatkan jaringan
kesinambungan, daya dukung lahan, daya tamping irigasi teknis, irigasi semi teknis, irigasi
kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sederhana dan irigasi desa untuk
huruf d terdiriatas : mendukung pengembangan kegiatan
a. Meningkatkan motivasi masyarakat dalam budidaya pertanian lahan basah; dan
melakukan usaha pariwisata yang terintegrasi f. menetapkan dan meningkatkan
dengan program-program pembangunan perlindungan lahan pertanian pangan
kabupaten; berkelanjutan (LP2B).
b. Mengembangkan sumberdaya-sumber daya (4) Strategi pengembangan kawasan minapolitan
pertambangan potensial dengan yang berorientasi pada sumber daya lokal dan
memperhatikan kesinambungan daya dukung kebutuhan pasar sebagaimana dimaksud
dan daya tamping lain; dalam Pasal 5 huruf d, terdiri atas:
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber a. mengembangkan kawasan perikanan
daya manusia di sektor pariwisata dan budidaya dengan dukungan balai benih
pertambangan; dan ikan;
d. Meningkatkan infrastruktur, prasarana, sarana b. mengembangkan industri pengolahan hasil
pariwisata dan pertambangan. perikanan;
(5) Strategi pengembangan kawasan strategis c. mengembangkan sarana dan prasarana
kabupaten yang mendukung bidang pertanian dan pengolahan ikan; dan
perikanan sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 d. mengembangkan sistem jaringan
huruf e terdiriatas : transportasi yang menghubungkan pulau-
a. Pengembangan dan peningkatan fungsi pulau kecil dengan wilayah darat sebagai
kawasan dalam pengembangan perekonomian jalur distribusi.
kabupaten yang produktif, efesien, dan mampu (5) Strategi pengembangan kawasan industri
bersaing dalam perekonomian Nasional atau logam dasar dan bahan galian bukan logam
Internasional; untuk pemenuhan target Indonesia sebagai
b. Pemanfaatan sumber daya alam atau negara industri tangguh sebagaimana
perkembangan ilmu pengetahuan dan dimaksud dalam Pasal 5 huruf e, terdiri atas:
teknologi (iptek) secara optimal untuk a. menetapkan dan membangun kawasan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; industri logam dasar dan bahan galian
c. Pelestarian dan peningkatan kualitas social dan bukan logam; dan
budaya lokal yang beragam; b. mengembangkan sarana dan prasarana
d. Pengembangan kawasan tertinggi untuk penunjang kegiatan industri.
mengurangi kesenjangan social ekonomi (6) Strategi pengembangan sektor pariwisata
budaya antar kawasan; alam/bahari, sejarah dan budaya, dan
e. Menetapkan kawasan strategis kabupaten yang pariwisata buatan dengan tetap
berfungsi lindung; dan memperhatikan kelestarian lingkungan
f. Mengendalikan pengembangan prasarana dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f,
sarana di dalam dan di sekitar kawasan terdiri atas :
strategis Nasional, Provinsi, maupun a. mengembangkan wisata bahari seperti
Kabupaten yang dapat memicu perkembangan wisata pantai, wisata pulau-pulau kecil,
kegiatan budidaya. ekowisata mangrove, dan wisata alam
(6) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk bawah laut, dengan eksotisme lokasi
pertahanan dan keamanan Negara sebagaimana sebagai daya tarik wisata;
dimaksud dalamPasal 3 huruf e terdiri atas : b. mengembangkan kegiatan pariwisata di
a. Mendukung penetapan kawasan peruntukan pulau-pulau kecil secara terbatas dan
pertahanan dan keamanan; terkendali yang disesuaikan dengan daya
b. Mengembangkan kegiatan budidaya secara dukung dan daya tampung lingkungan
selektif di dalam dan di sekitar kawasan serta melibatkan masyarakat setempat;
pertahanan dan keamanan untuk menjaga c. mengembangkan wisata alam seperti
fungsi dan peruntukannya; wisata air terjun, wisata
c. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau penangkaran/perlindungan satwa, wisata
kawasan budidaya tidak terbangun disekitar goa, dan wisata puncak, dengan eksotisme
kawasan pertahanan dan keamanan sebagai lokasi sebagai daya tarik wisata;
zona penyangga yang memisahkan kawasan d. menjaga dan mengembangkan kelestarian
tersebut dengan kawasan budidaya terbangun; kawasan dan/atau benda cagar budaya,
dan serta kawasan lainnya yang memiliki nilai
d. Turut serta menjaga dan memelihara asset-aset historis dan estetika tinggi sebagai daya
pertahanan/TNI. tarik wisata sejarah dan budaya.
e. menjaga dan mengembangkan festival-
festival budaya masyarakat lokal sebagai
daya tarik wisata budaya; dan
f. mengembangkan wisata buatan untuk
memberikan daya tarik yang berberbeda
sebagai destinasi alternatif dalam
menunjang sektor pariwisata yang unggul.
(7) Strategi penetapan dan pengembangan
kawasan strategis kabupaten dari sudut
kepentingan ekonomi dan sosial budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g,
terdiri atas:
a. menata dan mengembangkan kawasan
strategis kabupaten dari sudut
kepentingan ekonomi; dan
b. menata dan mengembangkan kawasan
strategis kabupaten dari sudut
kepentingan sosial budaya.
SISTEM PERKOTAAN
(1) Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten (1) Sistem perkotaan didaerah sebagaimana  Garis bawah masuk di Kabupaten
Morowali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf a, Morowali Utara;
huruf a, terdiri atas : terdiri atas:  Tidak digaris bawah masuk di
a. PKW; a. pusat kegiatan lokal (PKL); Kabupaten Morowali;
b. PKL; b. pusat pelayanan kawasan (PPK); dan
c. PKLp; c. pusat pelayanan lingkungan (PPL).
d. PPK; dan (2) Pusat kegiatan lokal (PKL) sebagaimana
e. PPL dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di
(2) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Kawasan Perkotaan Bungku Kecamatan
yaitu Kolonodale di Kecamatan Petasia; Bungku Tengah dengan fungsi sebagai pusat
(3) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, pemerintahan Kabupaten, perdagangan,
yaitu Bungku di Kecamatan Bungku Tengah dan pendidikan, kesehatan, perikanan,
Beteleme di Kecamatan Lembo; perkebunan dan pertanian skala kabupaten.

(4) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, Ayat (5) 1. Istilah PKLp dalam Permen ATR No. 1
yaitu Wosu di Kecamatan Bungku Barat, Kaleroang Tahun 2018 telah dihapus. Sehingga
di Kecamatan Bungku Selatan, dan Ulunambo di pada RAPERDA REVISI statusnya
Kecamatan Menui Kepulauan; tetap menjadi PPK, namun
ditambahkan salah satu ayat usulan
PKL dari PPK antara lain PPK
Kawasan Perkotaan Lantula Jaya
Kecamatan Witaponda, Bahodopi di
Kecamatan Bahodopi dan Kaleroang
di Kecamatan Bungku Selatan.
2. PKLp Wosu Kecamatan Bungku Barat
dihilangkan dan tetap sebagai PPK
dan tidak diusulkan sebagai PKL,
dengan dasar pertimbangan
Kecamatan Bungku Barat berbatasan
dengan Kecamatan Bungku Tengah
(dekat dengan Kawasan Perkotaan
Bungku sebagai PKL) namun bukan
satu kesatuan kawasan perkotaan.
Selain itu, berdasarkan aspek
geografis Kecamatan Bungku Barat
ada diantara Kecamatan Bungku
Tengah dan Kecamatan Witaponda,
sehingga Kecamatan Witaponda
sebagai kawasan perbatasan
Kabupaten Morowali akan lebih
terintegrasi secara struktur ruang
Kabuapaten Morowali jika diusulkan
sebagai PKL. Dan Perkotaan Wosu
akan ikut berkembang secara
berjenjang karena terletak diantara.
Selain itu, hal ini didukung dengan
hasil analisis skalogram tingkat
kekotaan menunjukkan Kecamatan
Witaponda berurutan ke II lebih
maju dari Kecamtan Bungku Barat
yang berurutan ke VI.
3. Demikian halnya dengan PKLp
Kawasan Perkotaan Ulunambo
Kecamtan Menui Kepulauan didalam
PERDA No. 10 Tahun 2012, tidak
diusulkan dalam RAPERDA REVISI
dan diganti dengan Kawasan
Perkotaan Bahodopi. Karena
Perkotaaan Ulunambo terletak di
wilayah kepulauan paling ujung dari
Kabupaten Morowali sehingga
Pelayanannya hanya menjangkau
Kecamatan Menui Kepulauan.
Sedangkan kedudukan Kawasan
Perkotaan Bahodopi yang saat ini
menjadi lokasi Kawasan Industri (KI)
Morowali sebagai Proyek Strategis
Nasional (PSN) multipliyer effect-nya
cukup besar terhadap pertumbuhan
kawasan dan perubahan penggunaan
lahan dengan jangkauan pelayanan
tidak hanya Kecamatan Bahodopi.
(5) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, (3) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) sebagaimana Sebagaimana Justification diatas pada
terdiri atas: dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: Poin 2, dimana Ulaunambo sebagi
a. Padei Darat di Kecamatan Menui Kepulauan; a. Lantula Jaya di Kecamatan Witaponda; Ibukota Kecamatan Menui Kepulauan
b. Padei Laut di Kecamatan Menui Kepulauan; b. Wosu di Kecamtan Bungku Barat; sebelumnya dalam PERDA No. 10 Tahun
c. Samarengga di Kecamatan Menui Kepulauan; c. Bahonsuai di Kecamatan Bumi Raya; 2012 sebagai PKLp, dan dalam
d. Bahodopi di Kecamatan Bahodopi; d. Kolono di Kecamatan Bungku Timur; RAPERDA REVISI ditetapkan sebagai
e. Bahonsuai di Kecamatan Bumi Raya; e. Bahodopi di Kecamatan Bahodopi; PPK, maka secara tidak langsung PPK
f. Lantula Jaya di Kecamatan Wita Ponda; f. Lafeu di Kecamatan Bungku Pesisir; dalam PERDA No. 10 Tahun 2012
g. Tomata di Kecamatan Mori Atas; g. Kaleroang di Kecamatan Bungku Selatan; seperti Padei Darat, Padei Laut dan
h. Mayumba di Kecamatan Mori Utara; dan Samarengga ditetapkan menjadi PPL
i. Lembah Sumara di Kecamatan Soyo Jaya; h. Ulunambo di Kecamatan Menui Kepulauan; dalam RAPERDA REVISI.
j. Baturube di Kecamatan Bungku Utara; dan Hal ini disesuaikan dengan peran dari
k. Tanasumpu di Kecamatan Mamosalato. PPK dan PPL yaitu :
 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
merupakan kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan
skala kecamatan atau beberapa desa;
 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
merupakan pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan
skala antar desa. 

(6) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, (4) Pusal pelayanan lingkungan sebagaimana  PPL yang ditetapkan di Bente dan
terdiri atas : dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: Bahomohoni Kecamatan Bungku
a. Bente di Kecamatan Bungku Tengah; a. Pebatae di Kecamatan Bumi Raya; Tengah tidak dimasukan dalam
b. Bahomohoni di Kecamatan Bungku Tengah; b. Salonsa Jaya di Kecamatan Witaponda; RAPERDA REVISI karena masuk
c. Baho Ue di Kecamatan Petasia; c. Tondo Kecamatan Bungku Barat; dalam PKL Kawasan Perkotaan
d. Puntari Makmur di Kecamatan Bumi Raya; d. Lele Dampala Kecamatan Bahodopi; Bungku.
e. Salonsa Jaya di Kecamatan Wita Ponda; e. Makarti Jaya Kecamatan Bahodopi;  PPL Puntari Makmur yang terdapat
f. Ronta di Kecamatan Lembo; f. Buleleng Kecamatan Bungku Pesisir; di Kecamatan Bumi Raya pada
g. Ensa di Kecamatan Mori Atas; g. Lamontoli di Kecamatan Bungku Selatan; PERDA No. 10 Tahun 2012
h. Lembontonara di Kecamatan Mori Utara; h. Matarape di Kecamatan Menui Kepulauan; sebenarnya terdapat di Kecamatan
i. Bau Malino di Kecamatan Soyo Jaya; i. Padei Darat di Kecamatan Menui Witaponda. Dan pada RAPERDA
j. Tokala atas di Kecamatan Bungku Utara; dan Kepulauan; REVISI tidak dimasukkan sebagai
k. Pandauke di Kecamatan Mamosalato. j. Padei Laut di Kecamatan Menui Kepulauan; PPL karena menjadi satu kesatu
dan Kawasan Perkotaan-PKLp Lantula
k. Samarengga di Kecamatan Menui Jaya.
Kepulauan;  Penambahan penetapan PPL di
(5) Pusat pelayanan kawasan (PPK) sebagaimana Tondo Kecamatan Bungku Barat, Lele
dimaksud pada ayat (3) huruf a, e, dan g, Dampala Kecamatan Bahodopi,
diusulkan menjadi PKL. Makarti Jaya Kecamatan Bahodopi,
(6) PKL, dan PPK sebagaimana dimaksud pada dan Buleleng Kecamatan Bungku
ayat (2), dan (3) diatur lebih lanjut di dalam Pesisir di RAPERDA REVISI karena
Rencana Detail Tata Ruang. faktor pertimbangan jarak antara
(7) Rencana Detail Tata Ruang sebagaimana PKLp dengan PPK dan atau PPK
dimaksud pada ayat (6) ditetapkan dengan dengan PPK yang berjauhan, selain
peraturan daerah. itu sistem perkotaan harus
terintegrasi secara berjenjang
sehingga ditambahkan PPL diantara
PKLp dengan PPK dan atau PPK
dengan PPK.
 Penambahan penetapan PPL di
Lamontoli Kecamatan Bungku
Selatan, dan Matarape Kecamatan
Menui Kepulauan dibagian darat
Kabupaten Morowali karena PKLp
terdapat di Kawasan Perkotaan
Kaleroang yang merupakan wilayah
kepulauan.
(1)Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana (1) Sistem jaringan transportasi Darat  Garis bawah masuk di Kabupaten
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a, terdiri sebagaimana dimaksud Pasal 10 huruf a, Morowali Utara;
atas : terdiri dari :  Tidak digaris bawah masuk di
a. Jaringan jalan; a. Sistem Jaringan jalan; dan Kabupaten Morowali;
b. Jaringan prasarana lalu lintas; b. Sistem Jaringan Sungai Danau dan  Jalan Kolektor Primer K1 sesuai
c. Jaringan layanan lalu lintas; Penyebrangan. dengan SK Menteri PUPR No. 248
d. Jaringan pelabuhan penyeberangan; dan (2) Sistem Jaringan jalan sebagaimana dimaksud Tahun 2015 tentang Penetapan Ruas
e. Jaringan rel kereta api. pada ayat (1) huruf a terdiri atas: Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) a. Jaringan jalan nasional berupa jaringan Menurut Fungsinya Sebagai Jalan
huruf a, terdiri atas : jalan kolektor primer K1 sepanjang kurang Arteri (JAP) dan Jalan Kolektor -1
a. Jaringan Jalan Kolektor Primer K1 yang ada di lebih 183,82 km Ruas Jalan Trans Sulawesi. (JKP-1)
Kabupaten Morowali, terdiri atas : b. Jaringan Jalan Provinsi terdiri atas:  Jalan Strategis Provinsi sesuai
1. Ruas jalan Kolonodale – Tompira; 1. Jaringan jalan strategis provinsi dengan Keputusan Gubernur
2. Ruas jalan Tompira – Wosu; sepanjang kurang lebih 46.10 km Ruas Provinsi Sulawesi Tengah Nomor :
3. Ruas jalan Wosu – Bungku; Jalan Buleleng – Matarape. 620/299/DIS.BMPR-G.ST/2017
4. Ruas jalan Bungku – Bahodopi; 2. Rencana peningkatan fungsi jaringan tentang Penetapan Ruas Jalan
5. Ruas jalan Bahodopi batas Provinsi Sultra; jalan menjadi kolektor primer K2 ruas Menurut Statusnya Sebagai Jalan
6. Ruas jalan Tiwa’a (batas Kab. Poso) – Jalan Kolono – Ululere, ruas Jalan Provinsi.
Tomata; Ululere – Batas Sulawei Selatan  Jalan Kolektor Sekunder dan lokal
7. Ruas jalan Tomata – Beteleme; dan sepanjang kurang lebih 35.44 km. sesuai dengan dokumen Data Base
8. Ruas jalan Beteleme – Tompira. c. Jaringan Jalan Kabuapaten terdiri atas: Jalan Kabupaten Morowali Tahun
b. Jaringan jalan Strategis Nasional (K2) yang ada 1. Jaringan jalan kolektor sekunder 2017 (akan di SK –kan oleh Bupati)
di Kabupaten Morowali, sepanjang kurang lebih 10.83 km ruas
terdiri atas : Jalan Ringroad Bawah – Bungku.
1. Ruas jal an Rata – Baturube; dan 2. Rencana jaringan jalan kolektor
2. Ruas jalan Pape – Tomata. sekunder ruas Jalan Ringroad atas Wosu
c. Jaringan jalan Kolektor K2 yang ada di – Sakita sepanjang kurang lebih 31.16
Kabupaten Morowali, terdiri atas : km.
1. Ruas jalan pape – tomata; d. Jembatan terdiri atas:
2. Ruas jalan Malino – Tondoyondo; 1. Jembatan Lantula Jaya, Jembatan
3. Ruas jalan Kolonodale – Tondoyondo; Solonsa, Jembatan Ungkaya, Jembatan
4. Ruas jalan Tondoyondo – Salubiru; Batas Solonsa, Jembatan Lantula 2,
5. Ruas jalan Salobiro – S.P Baturube; Jembatan Korobomba, Jembatan
6. Ruas jalan Rata (KM. 753) – Baturube; dan Tetedongka, Jembatan Emea 1,
7. Ruas jalan Beteleme – Batas Sulsel. Jembatan Emea 2, Jembatan Emea 3
d. Jaringan jalan Lokal Primer yang ada di dan Jembatan Lantula 1 di Kecamatan
Kabupaten Morowali, terdiri atas : Witaponda.
1. Ruas jalan Lamontoli – Matano; 2. Jembatan Lambelu, Jembatan
2. Ruas jalan Salobiro – Lijo; Parilangke, Jembatan Karaupa,
3. Ruas jalan Pandauke – Lijo; Jembatan Pebotoa, Jembatan Rea 1,
4. Ruas jalan Peleru - Era; Jembatan Bengkati 1, Jembatan
5. Ruas jalan Korolama – Tiu; Bengkati 2, Jembatan Bengkati 3,
6. Ruas jalan Tinompo – Onepute ; Jembatan Pebatae 1, Jembatan Pebatae
7. Ruas jalan Padalaa – Torukuno; 2, Jembatan Samarenda 1, Jembatan
8. Ruas jalan Kaleroang – Pulau Paku; Samarenda 2, Jembatan Samarenda 3,
9. Ruas jalan Bungingkela – lingkar Pulau Jembatan Rea 2, Jembatan Polo, dan
Paku; Jembatan Puntari di Kecamatan Bumi
10. Ruas jalan Lokombulo - Paku; Raya.
11. Ruas jalan Ensa - Lanumor; 3. Jembatan Ambunu 1, Jembatan
12. Ruas jalan Tiu - Tontowea; dan Monsiga, Jembatan Umpanga,
13. Ruas jalan Kaw. Trans Molino. Jembatan Mangoni, Jembatan Wosu 3,
e. Jaringan jalan Lokal Sekunder yang ada di Jembatan Bosu, Jembatan Trans Wosu
Kabupaten Morowali, terdiri 3, Jembatan Wosu 1, Jembatan Wosu 4,
atas : Jembatan Wosu 5, Jembatan Trans
1. Ruas jalan Buleleng – Matarape; Wosu 2, Jembatan Uedago, Jembatan
2. Ruas jalan Tanakuraya – Salubiro; Ambunu 2, Jembatan Ambunu 3,
3. Ruas jalan Lijo – Manyo’e; Jembatan Wosu 2, Jembatan Larobenu,
4. Ruas jalan Manyo’e – batas Kabupaten Tojo Jembatan Lahuofu, Jembatan Bahoea 2,
Una-Una; dan Jembatan Bahoea 1
5. Ruas jalan Tiwa’a – Peleru; 4. Jembatan Bahoruru 1, Jembatan
6. Ruas jalan Tontowea – Era; Bahoruru 2, Jembatan Bahoruru 3,
7. Ruas jalan Peleru - Malino; Jembatan Bente 2, Jembatan Bente 1,
8. Ruas jalan Mondowe - Sampalowo; Jembatan Ipi 2, Jembatan Ipi 3,
9. Ruas jalan Ulunambo - Torukuno; Jembatan Ipi 1, Jembatan Mempueno,
10. Ruas jalan Ulunambo - Ngapaea; Jembatan SDN 4 1, Jembatan Limbosu
11. Ruas jalan Ulunambo - Buranga; 1, Jembatan Limbosu 2, Jembatan
12. Ruas jalan Beteleme – Petumbea; Tofuti 1, Jembatan Tofuti 2, Jembatan
13. Ruas jalan Ensa - Peonea; Tofuti 3, Jembatan Tofuti 4, Jembatan
14. Ruas jalan Lemboroma - Korwou; Tofuti 5, Jembatan Menserui, Jembatan
15. Ruas jalan Ungkaya - Moahino; Bungi, Jembatan Dalam Kota Bungku
16. Ruas jalan Sp.3 Jln. Propinsi – Lembo Baru; 5,Jembatan Dalam Kota Bungku 6,
17. Ruas jalan Ululere – batas Sulawesi Selatan; Jembatan Tole, Jembatan Bente 3,
18. Ruas jalan Kolono - Ululere; Jembatan Lanona, Jembatan Kote,
19. Ruas jalan Sp.3 Jl Negara – Pir Lembobaru; Jembatan Sakita, Jembatan
20. Ruas jalan Sp3. Jl. kabupaten – Lembo Bahonsifura, Jembatan Bahomoleo 4,
Belala; Jembatan Dalam Kota Bungku 1,
21. Ruas jalan Parilangke- Harapan Jaya; Jembatan Dalam Kota Bungku 2,
22. Ruas jalan Bahonsuai – Beringin Jaya; Jembatan Dalam Kota Bungku 4,
23. Ruas jalan Atananga – Limbo Makmur; Jembatan Dalam Kota Bungku 7,
24. Ruas jalan Pebatae – Lambelu ; Jembatan Dalam Kota Bungku 8,
25. Ruas jalan Kampong Baru – Pontari Jembatan Dalam Kota Bungku 9,
Makmur; Jembatan Dalam Kota Bungku 11,
26. Ruas jalan Sampeantaba A – Lantula Jaya; Jembatan Dalam Kota Bungku 12,
27. Ruas jalan Sampeantaba B – Lantula Jaya; Jembatan Dalam Kota Bungku 13,
28. Ruas jalan Emea – Bumi Harapan; Jembatan SDN 4 2, Jembatan
29. Ruas jalan Pir karet – beteleme; Baholangala, Jembatan Bahomohoni 1,
30. Ruas jalan Kaw. Trans Tananagaya; Jembatan Bahomohoni 2, Jembatan
31. Ruas jalan Kaw. Trans Margamulya; Bahomohoni 3, Jembatan KTM 2,
32. Ruas jalan Kaw. Trans Harapan Jaya; Jembatan KTM 1, Jembatan KTM 3,
33. Ruas jalan Kaw. Trans Beringin Jaya; Jembatan Bente 4, Jembatan Fohau,
34. Ruas jalan Kaw. Trans Lembomakmur; Jembatan Tudua 1, Jembatan Tudua 2,
35. Ruas jalan Kaw. Trans Pontarimakmur; Jembatan Puungkoilu, dan Jembatan
36. Ruas jalan Kaw. Trans Lantula Jaya; Bahomohoni 4 di Kecamatan Bungku
37. Ruas jalan Kaw. Trans Bumi Harapan; Tengah.
38. Ruas jalan Kaw. Trans Solonsa Jaya; 5. Jembatan Bahomoahi 3, Jembatan
39. Ruas jalan Kaw. Trans Molores; Bahomoahi 4, Jembatan Bahomoatefe
40. Ruas jalan Kaw. Trans Bahomakmur; 1, Jembatan Lahuafu, Jembatan Laroue
41. Ruas jalan Kaw. Trans Makarti jaya; 1, Jembatan Laroue 2, Jembatan
42. Ruas jalan dalam kota Kolonodale; Nambo, Jembatan Unsongi 1, Jembatan
43. Ruas jalan dalam kota Bungku; Unsongi 2, Jembatan Laroue 3,
44. Ruas jalan dalam kota Beteleme; Jembatan Geresa, Jembatan Kolono,
45. Ruas jalan dalam kota Tomata; Jembatan Bahomoahi 1, Jembatan
46. Ruas jalan dalam kota Baturube; Bahomoahi 2, Jembatan Bangkele 1,
47. Ruas jalan dalam kota Wosu; Jembatan Laroue 4, Jembatan
48. Ruas jalan dalam kota Kaleroang; Bahomoatefe 2, Jembatan Bangkele 2,
49. Ruas jalan dalam kota Ulunambo; Jembatan Bangkele 3, Jembatan
50. Ruas jalan Pebatae - Umbele; Onepute 1, Jembatan Onepute 2,
51. Ruas jalan Pebatae - Pebotoa; Jembatan Onepute, dan Jembatan
52. Ruas jalan Sp.3 Ambunu - Margamulya; Ngapaea di Kecamatan Bungku Timur.
53. Ruas jalan Tanasumpu - Pandauke; 6. Jembatan Bahodopi, Jembatan
54. Ruas jalan Sp.3 Jl. Propinsi – Kolo Bawah; Mambaru, Jembatan Bengkele 1,
55. Ruas jalan TANA Kuraya - Makoto; Jembatan Bengkele 2, Jembatan Keurea
56. Ruas jalan Sp.3 Jl. Negara – Bimor Jaya; 1, Jembatan Dampala, Jembatan
57. Ruas jalan Bintangor – Bimor Jaya; Keurea 3, Jembatan Labota 3, Jembatan
58. Ruas jalan Uedago Lingkar Atas - Emea; Lalampu 1, Jembatan Bahonkolangi,
dan Jembatan Lele, Jembatan Siumbatu,
59. Ruas jalan Bahomoahi Lama – Bahomoahi Jembatan Siumbatu 1, Jembatan
Baru . Dampala 1, Jembatan Siumbatu 2,
f. Jaringan jalan Strategis Kabupaten yang Jembatan Siumbatu 3, Jembatan
merupakan kewenangan Kabupaten terdiri Siumbatu 4, Jembatan Siumbatu 5,
atas : Jembatan Keurea 2, Jembatan Keurea  Rencana terminal tipe B, dan unit
1. Ruas jalan Kolektor Pasar Bungku; dan 4, Jembatan Bahomakmur 1, Jembatan pengujian kendaraan bermotor telah
2. Ruas jalan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Bahomakmur 2, Jembatan Fatufia 1, disepakati dalam pembahasan
Bungku. Jembatan Fatufia 2, Jembatan Fatufia 3, BKPRD Provinsi, dan sudah ada
Jembatan Fatufia 4, Jembatan Labota 1, dokumen DED Terminal Penumpang
Jembatan Labota 2, Jembatan Labota 4, Tipe B Kecamatan Bungku Tengah
Jembatan Makarti Jaya 2, Jembatan yang disusun tahun 2017.
Makarti Jaya 1, Jembatan Padabaho 1,  Penambahan Rencana pelabuhan
Jembatan Padabaho 2, Jembatan penyeberangan pada RAPERDA
Padabaho 3, Jembatan Betebete, REVISI berupa pelabuhan
Jembatan Betebete 1, dan Jembatan penyeberangan Bunginkela di
Betebete 2 di Kecamatan Bahodopi. Kecamatan Bungku Selatan karena
7. Jembatan Lafeu 3, Jembatan Puungkeu merupakan wilayah kepulauan dan
1, Jembatan One Ete, Jembatan One Ete menjadi usulan Dinas Perhubungan
1, Jembatan Tanda Oleo 1, Jembatan Kabupaten Morowali.
Tanda Oleo 2, Jembatan Lafeu 1,  Penamaan rencana pelabuhan
Jembatan Lafeu 2, Jembatan Torete, penyeberangan Buranga pada
Jembatan Buleleng 1, Jembatan RAPERDA REVISI disesuaikan
Buleleng 2, Jembatan Buleleng 3, dengan Keputusan Menteri
Jembatan Tangofa, dan Jembatan Perhubungan No. 901 Tahun 2016
Laroenai 1 di Kecamatan Bungku tentang Rencana Induk Pelabuhan
Pesisir. Nasional, menjadi pelabuhan
8. Jembatan Salabangka, Jembatan penyeberangan Menui.
Kaleroang 1, Jembatan Kaleroang 2,  Rencana pelabuhan penyeberangan
Jembatan Kaleroang 3, Jembatan Ulunambo dihilangkan berdasarkan
Keleroang 4 dan Jembatan Lamontoli 1 pertimbangan kedekatan antara
di Kecamatan Bungku Selatan. Kelurahan Ulunambo dan Desa
9. Rencana pembangunan Jembatan Buranga (pelabuhan penyeberangan
Ringroad Atas 1, dan Jembatan Trans Menui).
Wosu 1 di Kecamatan Bungku Barat.  Jaringan layanan lalu lintas dalam hal
10. Rencana pembangunan Jembatan ini jalur angkutan tidak dibahas di
Bahotobungku-Sakita, Jembatan Raperda baru, karena menyesuaikan
Bangkampusu, Jembatan Bahomoleo 1, dengan muatan Peraturan Menteri
Jembatan Bahomoleo 2, Jembatan ATR No. 1 Tahun 2018 tentang
Matansala-Matano, Jembatan Pedoman Penyusunan RTRW.
Bahomoleo 3, Jembatan Ringroad Atas  Rencana jaringan rel KA tidak dimuat
2, Jembatan Ringroad Atas 3, Jembatan dalam RAPERDA REVISI, karena
Tompaika, Jembatan SDN 4 3, berdasarkan Rencana Induk
Jembatan Fonuasingko - Bahomoleo 1, Perkeretaapian Nasional tidak
Jembatan KTM 4, Jembatan KTM 5, dan melewati Kabupaten Morowali.
Jembatan Bente 5 di Kecamatan
Bungku Tengah.
11. Rencana pembangunan Jembatan
Keurea 3 di Kecamatan Bahodopi.
12. Rencana pembangunan Jembatan
Trans Buleleng 1, Jembatan Tangofa 2,
Jembatan Tangofa 1, Jembatan
Puungkeu 2, Jembatan Tangofa 3,
Jembatan One Ete 2, Jembatan
Laroenai 2, Jembatan Sambalagi 1,
Jembatan Sambalagi 2, Jembatan
Sambalagi 3, Jembatan Sambalagi 4,
dan Jembatan Werea 1 di Kecamatan
Bungku Pesisir.
13. Rencana pembangunan Jembatan
Buajangka, Jembatan Padabale,
Jembatan Pado – Pado, Jembatan
Belanda, Jembatan Matantahi,
Jembatan Lamontoli 2, Jembatan
Lalemo 1, dan Jembatan Lalemo 2 di
Kecamatan Bungku Selatan.
14. Rencana pembangunan Jembatan
Matano 1 (Menui Kepulauan) dan
Jembatan Matarape 1 di Kecamatan
Menui Kepulauan.
(3) Jaringan Prasarana Lalu Lintas sebagaimana e. Terminal penumpang terdiri atas:
dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas: 1. Rencana terminal penumpang tipe B di
a. Terminal penumpang tipe C terdapat di Desa Kecamatan Bungku Tengah;
Tomata Kecamatan Mori Atas, Desa Beteleme 2. Terminal penumpang Tipe C berupa
Kecamatan Lembo, Desa Tompira Kecamatan Terminal Bungku di Kecamatan Bungku
Petasia, Desa Korolama Kecamatan Petasia dan Tengah;
Desa Lanona Kecamatan Bungku Tengah. 3. Rencana terminal penumpang Tipe C di
b. Terminal barang terdapat di Kel. Kolonodale Kecamatan Witaponda dan Kecamatan
Kecamatan Petasia. Bahodopi; dan
(4) Jaringan layanan lalu lintas sebagaimana dimaksud 4. Rencana terminal barang di Kecamatan
pada ayat (1) huruf c, terdiri atas : Bahodopi.
a. Lintasan angkutan barang, terdiri atas : f. Rencana unit pengujian kendaraan
1. Bungku – Buleleng; bermotor di Kecamatan Bungku Tengah.
2. Bungku - Kolonodale; (3) Sistem jaringan sungai danau dan
3. Bungku – Beteleme - Lawangke; penyebrangan sebagaimana dimaksud pada
4. Bungku – Bumi Raya; ayat (1) huruf b terdiri atas:
5. Bungku – Wita Ponda; a. lintas penyeberangan terdiri atas;
6. Bungku – Bahodopi; dan 1. lintas penyeberangan antar provinsi
7. Bungku – Bahomotefe. yaitu Kendari-Buranga (PP);
b. Trayek angkutan penumpang, terdiri atas : 2. lintas penyeberangan dalam kabupaten
1. Bungku - Buleleng; yaitu Lafeu-Bungingkela-Pulau Dua-
2. Bungku - Bahodopi; Pulau Tiga-Masadiang-Buranga (PP);
3. Bungku - Lawangke; b. pelabuhan penyeberangan terdiri atas:
4. Bungku – Kolonodale; dan 1. pelabuhan penyeberangan kelas II
5. Bungku – Bahomotefe. berupa Pelabuhan Penyeberangan Lafeu
(5) Jaringan pelabuhan penyeberangan sebagaimana di Kecamatan Bungku Pesisir;
dimaksud ayat (1) huruf d. yaitu pelabuhan 2. pelabuhan penyeberangan kelas III
penyeberangan dari Menui Kepulauan ke Morowali terdiri atas:
Daratan terdiri atas: a). pelabuhan penyeberangan
a. Pelabuhan Ulunambo di Pulau Menui; Bunginkela di Kecamatan Bungku
b. Pelabuhan Buranga di Pulau Menui; Selatan;
c. Pelabuhan Masadiang di Pulau Masadiang; b).pelabuhan penyeberangan
d. Pelabuhan Pulau Dua di Pulau Dua; Masadiang di Kecamatan Menui
e. Pelabuhan Pulau Tiga di Pulau Tiga; dan Kepulauan;
(6) Jaringan Rel Kereta Api sebagaimana dimaksud c). pelabuhan penyeberangan Menui di
pada ayat (1) huruf e, yaitu jaringan rel kereta api Kecamatan Menui Kepulauan.
yang menghubungkan Poso dengan Kolaka yang d).Pelabuhan Penyeberangan Pulau Dua
melewati Kabupaten Morowali. di Kecamatan Bungku Selatan; dan
e). Pelabuhan Penyeberangan Pulau Tiga
di Kecamatan Menui Kepulauan;
(4) Rincian sistim jaringan jalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a tercantum
dalam lampiran II (dua) yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana 1) Sistem jaringan transportasi laut  Garis bawah masuk di Kabupaten
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, meliputi : sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf Morowali Utara;
a. Tatanan kepelabuhanan; dan b terdiri atas:  Tidak digaris bawah masuk di
b. Alur pelayaran. a. Pelabuhan Laut; dan Kabupaten Morowali;
(2) Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Morowali b. Alur pelayaran.  Pelabuhan Parilangke tidak ada
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, 2) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada dalam Keputusan Menteri
terdiri atas : ayat (1) huruf a terdiri atas: Perhubungan No. 901 Tahun 2016,
a. Pelabuhan Nasional sebagai pelabuhan a. pelabuhan pengumpan regional terdiri namun diusulkan pengembangan
Pengumpul, terdiri atas : atas: sebagai pelabuhan pengumpan lokal,
1. Pelabuhan Bungku di Kecamatan Bungku 1. Pelabuhan Bungku di Kecamatan berdasarkan masukan dari Dinas
Tengah; Bungku Tengah; dan Perhubungan Kabuapaten Morowali.
2. Pelabuhan Kolonodale di Kecamatan 2. Pelabuhan Menui di Kecamatan Menui  Rencana Pelabuhan Pengumpan
Petasia; dan Kepulauan. Regional Menui di Kecamatan Menui
3. Pelabuhan Wosu di Kecamatan Bungku b. pelabuhan pengumpan lokal terdiri atas: Kepulauan dalam PERDA No. 10
Barat. 1. Pelabuhan Parilangke di Kecamatan Tahun 2012 tetap dimasukkan dalam
b. Pelabuhan Pengumpan Primer (Regional), Bumi Raya; PERDA REVISI dengan status yang
terdiri atas : 2. Pelabuhan Kaleroang di Kecamatan sama karena tertuang dalam
1. Pelabuhan Sambalagi di Kecamatan Bungku Selatan; Keputusan Menteri Perhubungan No.
Bungku Selatan; dan 3. Pelabuhan Sambalagi di Kecamatan 901 Tahun 2016 (Sub Lampiran A2-
2. Pelabuhan Menui di Kecamatan Menui Bungku Pesisir; dan Loaksi Wilayah Kerja Pelabuhan,
Kepulauan. 4. rencana pengembangan Pelabuhan Baris Tabel 190, hal.-6), namun
c. Pelabuhan Pengumpan Sekunder (Lokal), Wosu di Kecamamtan Bungku Barat. Kepmen Perhub tersebut dinamakan
terdiri atas : c. Rencana pelabuhan pelayaran rakyat “MANUI” yang terletak di Kabupaten
1. Pelabuhan Bungku di Kecamatan Bungku terdiri atas: Morowali Utara, padahal lokasi yang
Tengah; 1. Dermaga Bahonsuai di Kecamatan Bumi dimaksud tidak ada. Selain itu lokasi
2. Pelabuhan Bahodopi di Kecamatan Raya; yang dimaksud diindikasikan di
Bahodopi; 2. Dermaga Kaleroang di Kecamatan “MENUI” Kabupaten Morowali
3. Pelabuhan Kolonodale di Kecamatan Bungku Selatan; dan karena telah selesai dibangun
Petasia; 3. Dermaga Menui di Kecamatan Menui Pelabuhan Pengumpan Regional di
4. Pelabuhan Wosu di Kecamatan Bungku Kepulauan. Menui, dan telah masuk Kapal Pelni
Barat; sebagai Kapal Pelayaran Nasional
5. Pelabuhan Kolo Bawah di Kecamatan Indonesia.
Mamosalato;  Pelabuhan Sambalagi sebagai
6. Pelabuhan Bahonsuai di Kecamatan Bumi Pelabuhan Pengumpan Regional
Raya; dan dalam PERDA No 10 Tahun 2012
7. Pelabuhan Ulunambo di Kecamatan Menui tetap dimasukkan dalam PERDA
Kepulauan. REVISI namun statusnya diturunkan
d. Pelabuhan Pengumpan (Lokal lainnya), terdiri menjadi pelabuhan pengumpal lokal
atas : karena sudah ada dua pelabuhan
1. Pelabuhan Kaleroang di Kecamatan pengumpan regional yaitu Pelabuhan
Bungku Selatan; Bungku dan Pelabuhan Menui, selain
2. Pelabuhan Menui di Kecamatan Menui itu dalam Keputusan Menteri
Kepulauan Perhubungan No. 901 Tahun 2016
3. Pelabuhan Buranga di Kecamatan Menui (Sub Lampiran A3-Rencana Lokasi
Kepulauan; Pelabuhan, Baris Table 748, hal-19)
4. Pelabuhan Bahodopi di Kecamatan ditetapkan sebagai Pelabuhan
Bahodopi; Pengumpal Lokal.
5. Pelabuhan Bente di Kecamatan Bungku  Pelabuhan Kaleroang dan Pelabuhan
Tengah; dan Wosu sebagai Pelabuhan Pengumpal
6. Pelabuhan Baho Ue di Kecamatan Petasia. Lokal dalam PERDA No 10 Tahun
e. Terminal Khusus terdiri atas : d. Terminal khusus terdiri atas: 2012 tetap dimasukkan dalam
1. terminal khusus pertambangan yang 1. Rencana pemantapan terminal khusus PERDA REVISI dengan status sama
terdapat di Desa Laroenai Kecamatan di Kecamatan Witaponda, Kecamatan karena sesuai juga dengan Keputusan
Bungku Selatan, Desa Towi Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bungku Menteri Perhubungan No. 901 Tahun
Soyo Jaya, Tanjung Bangkele, Desa Ganda- Timur, Kecamatan Bahodopi, Kecamatan 2016 (Sub Lampiran A3-Rencana
Ganda, Desa Ungkea di Kecamatan Petasia, Bungku Pesisir, Kecamatan Bungku Lokasi Pelabuhan, Baris Table 747,
Desa Topogaro Kecamatan Bungku Barat, Selatan dan Kecamatan Menui hal-19 dan Sub Lampiran A2-Loaksi
Desa Bahomoahi Kecamatan Bungku Kepulauan. Wilayah Kerja Pelabuhan, Baris Tabel
Tengah, Desa Fatufia dan Desa Labota, 2. Rencana terminal khusus di Kecamatan 188, hal.-6).
Desa Bete-Bete Kecamatan Bahodopi, Desa Bumi Raya.
Buleleng Kecamatan Bungku Selatan; dan 3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada
Desa Matarape Kecamatan Menui ayat (1) huruf b terdiri atas:
Kepulauan. a. Alur pelayaran umum dan perlintasan
2. terminal khusus perkebunan Desa Solonsa menghubungkan Kendari-Kolonodale-
Kecamatan Wita Ponda, Desa Bungintimbe Luwuk.
Kecamatan Petasia. b. Alur pelayaran masuk pelabuhan
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat menghubungkan :
(1) huruf a, terdiri atas : 1. Bungku – Kaleroang – Kendari;
a. Alur Pelayaran Nasional, yaitu alur Kendari – 2. Bungku – Ulunambo – Kendari;  Alur Pelayaran telah disesuaikan dengan
Kolonodale – Luwuk. 3. Bungku – Baturube – Kolo Bawah; eksisting dan kebutuhan pengembangan
b. Alur Pelayaran Daerah, terdiri atas : 4. Bahonsuai – Dongin; dan Kabupaten Morowali.
1. Kolobawah - Baturube - Bungku - 5. Alur pelayaran rakyat melayani
Kaleroang - Kendari; angkutan penumpang dan barang
2. Kolobawah – Baturube – Kolonodale; menghubungkan antara Desa Kaleroang
3. Bahonsuai – Dongi; di Kecamatan Bungku Selatan – Desa
4. Menui Kepulauan – Kendari; Tandaoleo di Kecamatan Bungku Pesisir
5. Bungku – Menui Kepulauan ; dan – Pulau Sombori di Kecamatan Menui
6. Bungku – Bahodopi. Kepulauan – Desa Matarape di
c. Alur Pelayaran Rakyat terdiri atas: Kecamatan Menui Kepulauan;
1. Desa Lafeu – Kaleroang;
2. Bungku – Bahomotefe; dan
3. Kolonodale – Gililana.
(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana 1) Sistem jaringan transportasi udara 1. Sistem jaringan transportasi udara
dimaksud dalam Pasal 7 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c, pengumpan sesuai namun nama
ayat (1) huruf , c terdiri atas : meliputi: resmi bandara adalah Bandara
a. Tatanan kebandarudaraan; dan a. Bandar udara umum dan bandar udara Maleo, sedangkan Umbele adalah
b. Ruang udara untuk penerbangan. khusus; dan nama lokasi desa.
(2) Tatanan kebandarudaraan di Kabupaten b. Ruang udara untuk penerbangan. 2. penambahan bandara khusus sesuai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf 2) Bandar udara umum dan bandar udara khusus untuk mendukung Kawasan Industri
adalah Bandar Udara Pengumpan Umbele di sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, (KI) Morowali. dan
Kecamatan Bumi Raya; meliputi: 3. Izin pembangunan bandara khusus
(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana a. Pengembangan Bandar Udara Maleo di sudah terbit dari Kementrian
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri adalah Kecamatan Bumi Raya sebagai Bandar Perhubungan.
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Udara pengumpan;
(KKOP) di sekitar Bandara Udara Umbele. b. Rencana pembangunan bandar udara
khusus di Kecamatan Bahodopi
3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b, meliputi:
a. Kawasan Keselamatan operasi penerbangan
(KKOP) meliputi:
1. kawasan ancangan pendaratan dan lepas
landas;
2. kawasan kemingkanan bahaya kecelakan;
3. kawasan di bawah permukaan transisi;
4. kawasan di bawah permukaan horizontal
dalam;
5. kawasan di bawah permukaan kerucut;
dan
6. kawasan di bawah permukaan horozontal
luar
b. Ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur
penerbangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a mengacu pada peraturan
perundang-undangan.
(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud (1) Rencana sistem jaringan energi sebagaimana  Garis bawah masuk di Kabupaten
dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a, meliputi : dimaksud dalam Pasal 9 huruf b meliputi : Morowali Utara;
a. Pembangkit tenaga listrik; dan a. Infrastruktur pembangkitan tenaga listrik  Tidak digaris bawah masuk di
b. Jaringan prasarana energi. dan sarana pendukungnya; dan Kabupaten Morowali;
a. Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), b. Infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan  Perubahan nama pembangkit listrik
terdapat di Desa Baturube Kecamatan sarana pendukungnya. PLTA Sakita menjadi PLTM di
Bungku Utara, Kel. Kolonodale (2) Infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan RAPERDA REVISI karena kapasitas
Kecamatan Petasia, Desa Tomata sarana pendukungnya sebagaimana daya listrik yang dihasilkan
Kecamatan Mori Atas, Desa Tompira dimaksud dalam ayat (1) huruf a terdiri dari berdasarkan debit air Sungai Sakita
Kecamatan Petasia, Desa Bahoruru atas: maksimum 2 MW (Kapasitas PLMH
Kecamatan Bungku Tengah, Desa a. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di <1MW; PLTM 1-10 MW; dan PLTA >
Kaleroang Kecamatan Bungku Selatan, Kecamatan Bahodopi: 10 MW) dan ini sesuai dengan
Kelurahan Ulunambo di Kecamatan b. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) penamaan dari PLN Kabupaten
Menui Kepulauan, Desa Masadian di Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Morowali;
Kecamatan Menui Kepulauan, Desa Menui Kepulauan, Kecamatan Bungku  Recana Gardu Induk berdasarkan
Umbele Kecamatan Bungku Selatan, Desa Selatan dan Kecamatan Bungku Pesisir; Perda No. 10 Tahun 2012 untuk
Paku Kecamatan Bungku Selatan, Desa c. Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro wilayah administrasi Kabupaten
Lemo Kecamatan Bungku Selatan, Desa (PLTM) Sakita di Kecamatan Bungku Morowali saat ini, direncanakan
Matarape Kecamatan Menui Kepulauan, Tengah. disetiap kecamatan. Hal ini sangat
Desa Bahodopi Kecamatan Bahodopi, a. Rencana pengembangan Pembangkit bertentangan dengan fungsi dari
Desa Tambayoli Kecamatan Soyo Jaya, Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Gardu induk yaitu
Desa Tanasumpu Kecamatan Kecamatan Witaponda dan Kecamatan mentranformasikan daya listrik :
Mamosalato; dan Bahodopi; • Dari tegangan ekstra tinggi ke
b. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA), b. Rencana pengembangan potensi energi tegangan tinggi (500 KV/150 KV).
terdapat di Desa Sakita Kecamatan listrik tenaga surya dan tenaga gelombang • Dari tegangan tinggi ke tegangan
Bungku Tengah, Desa Buleleng laut. yang lebih rendah (150 KV/ 70
Kecamatan Bungku Pesisir, Desa c. Rencana Pembangkit tenaga Listrik lainnya KV).
Wawopada Kecamatan Lembo, Desa yang di tetapkan oleh peraturan • Dari tegangan tinggi ke tegangan
Karaupa Kecamatan Wita Ponda dan Desa perundang-undangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70
Tiu Kecamatan Petasia. (3) Infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan KV/20 KV).
(2) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud sarana pendukungnya sebagaimana • Dengan frequensi tetap (di
pada ayat (1) huruf b, terdiri atas : dimaksud dalam ayat (1) huruf b, terdiri atas: Indonesia 50 Hertz).
a. Jaringan pipa minyak dan gas bumi, terdiri a Jaringan transmisi tenaga listrik untuk Dimana pembangkit eksisting PLTD,
atas : menyalurkan tenga listrik antar sistem PLTM/PLTMH dan PLTU tidak ada
1. Jaringan pipa transmisi gas bumi JOB berupa rencana pembangunan jaringan yang menggunakan jaringan
Medco Tomori jalur CPP – SNO – TP – transmisi saluran udara tegangan tinggi transmisi tenaga listrik untuk
BUYER dari sumber gas (Blok) Toili; dan (SUTET) 150 KV Tentena – Kolonedale – menyalurkan tenaga listrik
2. Depo BBM Pertamina di Kelurahan Bungku. antarsistem seperti SUTET/SUTT
Bahoue Kec. Petasia. b Rencana gardu Induk di Kecamatan Karena berdasarkan Kapasitas Daya
b. Jaringan transmisi tenaga listrik, terdiri atas : Bungku tengah; Pembangkit Listrik tergolong rendah.
1. gardu induk, terdapat di Desa Bahoruru Selain itu, tidak sesuai dengan
Kecamatan Bungku Tengah, Desa KepMen ESDM No. 5899 Tahun
Tompira Kecamatan Petasia, Kecamatan K/20/MEM/2016 tentang
Menui Kepulauan, Kecamatan Bungku Pengesahan Rencana Usaha
Selatan, Kecamatan Bungku Pesisir, Penyediaan Tenaga Listrik PT
Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Timur, Kecamatan Bungku Barat, Tahun 2016 S.D 2025.
Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Wita  Rencana pembangunan jaringan
Ponda, Kecamatan Petasia Timur, transmisi saluran udara tegangan
Kecamatan Lembo, Kecamatan Lembo tinggi (SUTET) 150 KV Tentena –
Raya, Kecamatan Mori Atas, Kecamatan Kolonedale – Bungku dan Rencana
Mori Utara, Kecamatan Soyo Jaya, Gardu Induk berdasarkan KepMen
Kecamatan Bungku Utara, dan Kecamatan ESDM No. 5899 Tahun
Mamosalato; K/20/MEM/2016 tentang
2. Jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Pengesahan Rencana Usaha
Tinggi (SUTET) yaitu menghubungkan Penyediaan Tenaga Listrik PT
PLTA Sulewana Kabupaten Poso dengan Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Kabupaten Morowali, PLTA Wawondula Tahun 2016 S.D 2025.
Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi
Selatan dengan Kabupaten Morowali,
PLTA Kabupaten Konawe Utara Provinsi
Sulawesi Tenggara dengan Kabupaten
Morowali.
(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana (1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana  Garis bawah masuk di Kabupaten
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b, terdiri dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, terdiri atas: Morowali Utara;
atas : a. Jaringan tetap; dan  Tidak digaris bawah masuk di
a. Sistem jaringan kabel; dan b. Jaringan bergerak. Kabupaten Morowali;
b. Sistem jaringan seluler; (2) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada  Penambahan rencana jaringan serat
(2) Sistem jaringan kabel sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri atas: optik pada RAPERDA REVISI
pada ayat (1) huruf a, terdiri atas jaringan kabel a. Jaringan serat optik terdapat disepanjang menjangkau seluruh Kecamatan di
terdapat di Kolonodale Kecamatan Petasia, jalan yang menghubungkan Kota Kendari – Kabupaten Morowali menggantikan
Bungku di Kecamatan Bungku Tengah, Beteleme Wanggudu – Bungku- Solonsa. rencana jaringan kabel tembaga
Kecamatan Lembo, Wosu di Kecamatan Bungku b. Stasiun Telepon Otomat (STO) di konvensional dalam PERDA No. 10
Barat, Bahodopi di Kecamatan Bahodopi, Lantula Kecamatan Bungku Tengah. Tahun 2012, disesuaikan dengan
Jaya di Kecamatan Wita Ponda, Bahonsuai di (3) Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud Program Kementerian Komunikasi
Kecamatan Bumi Raya, Tomata di Kecamatan pada ayat (1) huruf b terdiri atas: dan Informatika yang saat ini
Mori Atas. a. Jaringan seluler berupa pengembangan sebagian sudah terbangun.
(3) Sistem jaringan seluler sebagaimana dimaksud menara Base Transcaiver Station (BTS) Jaringan serat/fiber optic merupakan
pada ayat (1) huruf b, terdapat di semua untuk penguatan sinyal menjangkau teknologi yang lebih canggih dari
Kecamatan Kabupaten Morowali. seluruh wilayah di daerah terdiri atas: jaringan kabel tembaga
1. Menara BTS eksisting terdapat di konvensional.
Kecamatan Wita Ponda, Kecamatan  Stasiun Telepon Otomat (STO)
Bumi Raya, Kecamatan Bungku Barat, merupakan kondisi eksisting.
Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan
Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi,
Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan
Bungku Selatan, dan Kecamatan Menui
Kepulauan.
2. Rencana BTS terdiri atas:
a). Rencana BTS di setiap kecamatan;
dan
b).Rencana pengembangan Menara
Telekomunikasi yang di
selenggarakan secara bersama oleh
penyelenggara telekomunikasi sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Sistem jaringan stasiun radio lokal di
rencanakan menjangkau hingga ke seluruh
pelosok pedesaan dengan rencana stasiun
pemancar di Kecamatan Bungku Tengah.
(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana (1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana  Garis bawah masuk di Kabupaten
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c, dimaksud dalam Pasal 9 huruf d, terdiri atas: Morowali Utara;
dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan air a. Sistem jaringan sumber daya air lintas  Tidak digaris bawah masuk di
bersih dan irigasi dengan cara rencana provinsi; Kabupaten Morowali;
pengembangan wilayah terdiri atas : b. Sistem jaringan sumber daya air lintas  Penetapan WS Lasolo - Konaweha
a. Wilayah Sungai (WS); kabupaten; dan didalam RAPERDA REVISI (namun
b. Cekungan Air Tanah (CAT); c. Sistem jaringan sumber daya air tidak ada dalam PERDA No. 10 Tahun
c. Bendung; kabupaten. 2012) sebagai jaringan sumber daya
d. Daerah Irigasi (DI); (2) Rencana pengembangan sistem jaringan air lintas provinsi dengan DAS dalam
e. Prasarana air baku untuk air bersih; dan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada Kabupaten Morowali berupa DAS
f. Jaringan air bersih ke kelompok pengguna. ayat (1) meliputi aspek konservasi sumber Manui, disesuaikan dengan Permen
(2) WS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, daya air, pendayagunaan sumberdaya air, dan PUPR No 04 Tahun 2015 tentang
terdiri atas : pengendalian daya rusak air secara terpadu Kriteria dan Penetapan Wilayah
a. WS Strategis Nasional yaitu WS Laa – berbasis wilayah sungai berdasarkan pola Sungai (bagian Lampiran I Tabel 1.2
Tambalako mencakup DAS Salato, DAS dan rencana pengelolaan sumber daya air WS baris 30).
Morowali, DAS Sumare dan DAS Bahonbelu. Lasolo -Konaweha – WS Laa - Tambalako.  Perubahan penetapan WS Laa -
b. WS lintas Provinsi terdiri atas : (3) Sistem jaringan sumber daya air lintas Tambalako dari Wilayah Sungai
1. WS Pompengan – Laroenai; dan provinsi sebagaimana dimaksud ayat (1) Strategis Nasional dalam PERDA NO.
2. WS Lasolo – Sampara mencakup DAS huruf a berupa Wilayah Sungai Lasolo - 10 Tahun 2010 menjadi Wilayah
Lasolo, DAS Sampara, DAS Lalindu, DAS Konaweha sebagai wilayah sungai lintas Sungai Lintas Kabupaten didalam
Aopa, DAS Luhumbuti, DAS Landawe, dan provinsi dengan DAS dalam Daerah meliputi RAPERDA REVISI dengan DAS dalam
DAS Amesiu. DAS Manui. Kabupaten Morowali (sebagaimana
(3) Cekungan Air Tanah (CAT) sebagaimana (4) Sistem jaringan sumber daya air lintas disebutkan dalam RAPERDA REVISI),
dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah CAT kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat disesuaikan dengan Permen PUPR No
Morowali, CAT Tomori, CAT Tanona. (1) huruf b berupa Wilayah Sungai Laa - 04 Tahun 2015 tentang Kriteria dan
(4) Bendung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Tambalako sebagai wilayah sungai lintas Penetapan Wilayah Sungai (bagian
huruf b, terdiri atas : kabupaten dengan DAS dalam Daerah Lampiran I Tabel 1.4 baris 45).
a. Bendung Tambayoli Sumara di Kecamatan meliputi DAS Solonsa, DAS Ungkaya, DAS  Bendung Ungkaya di Kecamatan
Soyo Jaya; Emea, DAS Karaopa, DAS Dendeo, DAS Baho Witaponda yang tertuang dalam
b. Bendung Kulangi; Belu, DAS Baho Suai, DAS Parilangke, DAS PERDA No. 10 Tahun 2012, tetap
c. Bendung Andolea di Kecamatan Mamosalato; Baho Monsombu, DAS Baho Ambunu, DAS dimasukkan dalam RAPERDA REVISI.
d. Bendung Momo di Kecamatan Mamosalato; Baho Maburu, DAS Umpanga, DAS Baho  Bendung Karaupa di Kecamatan
e. Bendung Era di Kecamatan Mori Utara; Mangoni, DAS Baho Wosu, DAS Baho Witaponda yang tertuang dalam
f. Bendung Ungkaya di Kecamatan Wita Ponda; Mooluno, DAS Baho Larakorako, DAS Lanona, PERDA No. 10 Tahun 2012, tetap
dan DAS Baho Lanona, DAS Baho dimasukkan dalam RAPERDA REVISI
g. Bendung Karaupa di Kecamatan Wita Ponda. Kantobantalangu, DAS Bahomohonni, DAS namun ada kesalahan penulisan
(4) DI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c Baho Paororoa, DAS Torukuno Totoko, DAS lokasi kecamatan di PERDA No. 10
terdiri atas : Baho Tofu, DAS Baho Bohontue, DAS Baho Tahun 2012, yang seharusnya di
a. DI yang merupakan kewenangan Provinsi Lahuafu, DAS Baho Unsongi, DAS Baho Kecamatan Bumi Raya.
yaitu : Laronsangi, DAS Baho Mofefe, DAS Baho  Adapun Sumber Air khususnya Air
1. DI Ungkaya di Kecamatan Wita Ponda; Petula, DAS Siumbahu, DAS Baho Niula, DAS permukaan (Sungai, Danau dan
2. DI Karaopa di Kecamatan Wita Ponda; Baho Nkolango, DAS Baho Dopi, DAS Kumpi, Embung) dan Mata Air merupakan
dan DAS Morahu, DAS Padabahu, DAS Huwu, DAS kondisi eksisting. Sedangkan rencana
3. DI Tambayoli di Kecamatan Soyo Jaya. Huwatubobotol, DAS Mente, DAS Lafeu, DAS Embung merupakan program Dinas
b. DI yang merupakan kewenangan Kabupaten Tinala, DAS Laroenai, DAS Sambalagi, DAS Pertanian dan Ketahanan Pangan
yaitu : Torukuno Aea, DAS Warea, DAS Lamontoli, Kabupaten Morowali.
1. DI Taliwan di Kecamatan Mori Utara; DAS Latamo, DAS Rano, DAS Menui, DAS  Sumber air khususnya CAT, Setelah
2. DI Tamongjengi di Kecamatan Mori Utara; Matarase, DAS Kayangan, DAS Ambokita, DAS meninjau Peraturan Menteri ESDM
3. DI Era di Kecamatan Mori Utara; Kokoh, DAS Harapan, DAS Pandat, DAS No. 2 Tahun 2017 tentang CAT
4. DI Mayumba di Kecamatan Mori Utara; Sombori, DAS Marege, DAS Bapa, DAS Pado- Indonesia (Lampiran I Tabel-Baris
5. DI Tiwa’a I di Kecamatan Mori Utara; pado, DAS Padabale DAS Tadingan, DAS 223 dan Lampiran II Peta CAT
6. DI Bayu di Kecamatan Mori Utara; Waru-waru, DAS Karantu, DAS Kaleroang, Provinsi Sulawesi Tengah),
7. DI Tiwa’a II di Kecamatan Mori Utara; DAS Paku, dan DAS Umbele. berdasarkan batas administrasi
8. DI Lembontonara di Kecamatan Mori (5) Sistem jaringan sumber daya air kabupaten Kabupaten Morowali saat ini, hanya
Utara; sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat CAT Tanoa.
9. DI Penggoli di Kecamatan Mori Utara; terdiri atas:  DI Ungkaya Kecamatan Witaponda
10. DI Padawa di Kecamatan Mori Utara; a. Sumber air terdiri atas : sebagai DI kewenangan provinsi
11. DI Tomata di Kecamatan Mori Atas; 1. Air permukaan terdiri atas : dalam PERDA No. 10 Tahun 2012
12. DI Ensa di Kecamatan Mori Atas; a) Sungai Ungkaya di Kecamatan tetap dimasukkan dalam RAPERDA
13. DI Lanumor di Kecamatan Mori Atas; Witaponda; REVISI dengan status yang sama
14. DI Lee di Kecamatan Mori Atas; b) Sungai Parilangke di Kecamatan karena sesuai dengan Peraturan
15. DI Kabombaa di Kecamatan Mori Atas; Bumi Raya; Menteri Pekerjaan Umum dan
16. DI Kasingoli di Kecamatan Mori Atas; c) Sungai Ipi, Sungai Sakita dan Sungai Perumahan Rakyat No 14 Tahun
17. DI Gontara di Kecamatan Mori Atas; Tompaika di Kecamatan Bungku 2015 Daerah Irigasi.
18. DI Korondui di Kecamatan Mori Atas; Tengah;  DI Karaupa Kecamatan Witaponda
19. DI Waku di Kecamatan Mori Atas; d) Sungai Larobenu di Kecamatan sebagai DI kewenangan provinsi
20. DI Pipi Wo’o di Kecamatan Mori Atas; Bungku Barat; dalam PERDA No. 10 Tahun 2012
21. DI Lembongopa di Kecamatan Mori Atas; e) Sungai Bete-Bete di Kecamatan dan sesuai dengan Peraturan Menteri
22. DI Werongke di Kecamatan Mori Atas; Bahodopi; Pekerjaan Umum dan Perumahan
23. DI Korobongko di Kecamatan Mori Atas; f) Danau Aau di Kecamatan Menui Rakyat No 14 Tahun 2015 Daerah
24. DI Landusa di Kecamatan Mori Atas; Kepulauan; Irigasi. Namun dalam RAPERDA
25. DI Korongkatu di Kecamatan Mori Atas; g) Danau Molowo di Kecamatan Menui REVISI dimasukkan sebagai DI
26. DI Mangapa di Kecamatan Mori Atas; Kepulauan; kewenangan Pemerintah Pusat
27. DI Kororombia di Kecamatan Mori Atas; h) Danau Salamenipa di Kecamatan dikarenakan berdasarkan arahan
28. DI Korowalelo di Kecamatan Lembo; Menui Kepulauan; dari Dinas Sumber Daya Air Provinsi
29. DI Lawangke di Kecamatan Lembo; i) Bendung Ungkaya di Kecamatan Sulawesi Tengah bahwa Pemerintah
30. DI Lembobelala di Kecamatan Lembo; Witaponda; Pusat akan mengambil alih DI
31. DI Korobomba di Kecamatan Lembo; j) Bendung Karaupa di Kecamatan Karaupa dikarenakan memiliki luas
32. DI Wara’a di Kecamatan Lembo; Bumi Raya; DI 3.810 ha (>3.000 ha). Karena
33. DI Buli di Kecamatan Lembo; k) Bendung Umpanga di Kecamatan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
34. DI Ronta di Kecamatan Lembo; Bungku Barat; dan Perumahan Rakyat No 14 Tahun
35. DI Wawopada di Kecamatan Lembo; l) Bendung Wosu di Kecamatan 2015 Daerah Irigasi dalam Pasal 9
36. DI Tinompo di Kecamatan Lembo; Bungku Barat; menjelaskan bahwa Pemerintah
37. DI Koronsusu di Kecamatan Lembo; m) Bendung Topogara di Kecamatan Pusat mempunyai wewenang dan
38. DI Tontowea di Kecamatan Petasia; Bungku Barat; tanggungjawab melakukan
39. DI Molino di Kecamatan Petasia; n) Bendung Larobenu di Kecamatan pengembangan dan pengelolaan
40. DI Towara di Kecamatan Petasia; Bungku Barat; Daerah Irigasi >3.000 ha.
41. DI Korololama di Kecamatan Petasia; o) Bendung Bahomoleo di Kecamatan  D.I Bahodopi D.I Moburu, D.I Harapan
42. DI Mondowe di Kecamatan Petasia; Bungku Tengah; Jaya, D.I Wosu, D.I Larobenu, D.I
43. DI Sampalowo di Kecamatan Petasia; p) Bendung Bahomoahi di Kecamatan Topogaro, D.I Bahomotefe, D.I
44. DI Webana di Kecamatan Petasia; Bungku Timur; Kolono, D.I Ululere,, D.I Lele-
45. DI Maralee di Kecamatan Petasia; q) Bendung Bahomotefe di Kecamatan Dampala, D.I Keurea, D.I Labota, D.I
46. DI Tadiola di Kecamatan Petasia; Bungku Timur; Makarti Jaya, D.I Bahomoahi, dan D.I
47. DI Keuno di Kecamatan Petasia; r) Bendung Onepute Jaya di Onepute Jaya merupakan D.I Irigasi
48. DI Tambarabone di Kecamatan Petasia; Kecamatan Bungku Timur; eksisting (sudah terbangun) dan
49. DI Siliti di Kecamatan Petasia; s) Bendung Ululere di Kecamatan telah tertuang dalam Peraturan
50. DI Posangke di Kecamatan Petasia; Bungku Timur; Menteri Pekerjaan Umum dan
51. DI Ue Masi di Kecamatan Petasia; t) Bendung Dampala di Kecamatan Perumahan Rakyat No 14 Tahun
52. DI Andolea di Kecamatan Mamosalato; Bahodopi; 2015 Daerah Irigasi.
53. DI Mamosalato di Kecamatan u) Bendung Keurea di Kecamatan  D.I Salonsa Jaya D.I Umpanga, dan D.I
Mamosalato; Bahodopi; Bahomante-Bahomoleo meru
54. DI Cendrawasi di Kecamatan Mamosalato; v) Embung Emea dan Embung Salonsa merupakan D.I Irigasi eksisting
55. DI Tananagaya di Kecamatan Jaya di Kecamatan Witaponda; (sudah terbangun) yang menjadi
Mamosalato; w) Embung Bahonsuai di Kecamatan program dari Dinas PUPR Kabupaten
56. DI Malino di Kecamatan Soyo Jaya; Bumi Raya; Morowali.
57. DI Topogaro di Kecamatan Bumi Raya; x) Embung Larobenu di Kecamatan  Rencana DI yaitu D.I Buleleng,D.I
58. DI Moburu di Kecamatan Bumi Raya; Bungku Barat; Lalemo, D.I Tanona, D.I Tanjung
59. DI Bahomotefe di Kecamatan Bungku y) Embung Onepute Jaya di Kecamatan Harapan, D.I Tanjung Tiram, D.I
Tengah; Bungku Timur; Ambunu dan D.I Bahoea Reko-reko
60. DI Kolono di Kecamatan Bungku Tengah; z) rencana Embung Marga Mulya di merupakan program usulan dari
61. DI Ululere di Kecamatan Bungku Tengah; Kecamatan Bungku Barat; dan Dinas PUPR Kabupaten Morowali.
62. DI Lele Dampala di Kecamatan Bahodopi; aa) rencana Embung Unsongi dan
63. DI Keurea di Kecamatan Bahodopi; dan Embung Lahuafu di Kecamatan
64. DI Labota di Kecamatan Bahodopi. Bungku Timur.
(5) Prasarana air baku untuk air bersih sebagaimana 2. Mata air terdiri atas:
dimaksud pada ayat (1) huruf d yaitu Prasana air a) Mata Air Puungkoilu, Mata Air Tudua,
baku berupa bangunan penyadap, terdapat di Mata Air Bahontubungku, Mata Air
Desa Sakita, Desa Ipi dan Desa Bahoruru Tofuti, Mata Air Bahomoleo, Mata Air
Kecamatan Bungku Tengah. Bahomante dan Mata Air Lanona di
(6) Jaringan air bersih ke kelompok pengguna Kecamatan Bungku Tengah;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, b) Mata Air Sangi, Mata Air Laroue, Mata
terdapat di Kecamatan Bungku Tengah, Air Unsongi dan Mata Air Lahuafu di
Kecamatan Petasia, Kecamatan Lembo, dan Kecamatan Bungku Timur;
Kecamatan Mori Atas. c) Mata Air Buleleng, Mata Air
(7) Sistem pengendalian banjir, erosi dan longsor Sambalagi, Mata Air Laroenai, Mata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e Air Pungkeu dan Mata Air Were’ea di
dilakukan dengan: Kecamatan Bungku Pesisir;
a. melakukan penghijauan dan/atau penanaman d) Mata Air Bahoe’a Reko-reko dan Mata
vegetasi yang mampu menahan erosi pada Air Umpanga di Kecamatan Bungku
lahan-lahan berlereng dengan kategori agak Barat;
curam, curam dan sangat curam yang e) Mata Air Wawoolipa, Mata Air
memiliki kemiringan mulai 25 persen hingga Padabaho, Mata Air Makarti, Mata Air
lebih dari 40 persen; Labota dan Mata Air Fatufia di
b. melakukan rekayasa teknik berupa Kecamatan Bahodopi;
pembangunan tembok penyokong (talud) f) Mata Air Baho, Mata Air Ulunipa,
pada lahan-lahan berlereng dengan kategori Mata Air Terebino, Torukuno, Mata
agak curam, curam dan sangat curam yang Air Ngapaea, Mata Air Padalaa, Mata
memiliki kemiringan mulai 25 persen hingga Air Morompaitonga, Mata Air
lebih dari 40 persen; Kofalagadi, Mata Air Padei Darat,
c. melakukan pembangunan konstruksi Mata Air Samarengga, Mata Air
penahan (tanggul) sebagai pengaman pada Masadian, Mata Air Pulau Tiga, Mata
lokasi-lokasi yang diindikasi memiliki Air Matano, Mata Air Matarape, Mata
kerawanan terjadinya erosi dan longsor; Air Wawongkolono, Mata Air
d. melakukan pelandaian atau penyesuaian Dongkalan, Mata Air Tafagapi, Mata
tingkat kecuraman lereng pada lokasi-lokasi Air Tanjung Tiram, Mata Air Tanona,
yang dimungkinkan. Mata Air Pulau Tengah, Mata Air
(6) Sistem pengamanan gelombang pasang Mbokita, Mata Air Pulau Dua dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e Mata Air Tabura-Bura di Kecamatan
terdiri atas: Menui Kepulauan; dan
a. reboisasi atau penanaman kembali tanaman g) Mata Air Polewali, Mata Air Umbele,
bakau pada kawasan hutan bakau yang telah Mata Air Pulau Dua, Mata Air Lalemo,
mengalami penggundulan; Mata Air Lamontoli, Mata Air Umbele
b. pembangunan konstruksi pemecah ombak Lama dan Mata Air Poaro di
lepas pantai pada lokasi-lokasi dengan Kecamatan Bungku Selatan
gelombang air laut yang relatif besar; 3. Air tanah berupa CAT Tanoa sebagai
c. rekayasa teknik berupa pembangunan cekungan Air Tanah dalam kabupaten
tembok penyokong (talud) pada lokasi-lokasi terdapat di Kecamatan Witaponda,
yang dinilai memiliki kerawanan terhadap Kecamatan Bumi Raya dan Kecamatan
abrasi dan tsunami; dan Bungku Barat.
d. pembangunan konstruksi penahan (tanggul) b. Prasarana sumber daya air terdiri atas:
pada lokasi-lokasi yang dinilai memiliki 1. Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud
kerawanan terhadap abrasi dan tsunami. pada ayat (1) huruf c merupakan
pengembangan, peningkatan,
rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan
Irigasi pada daerah Irigasi permukaan
terdiri atas:
a) Daerah Irigasi Permukaan yang
ditetapkan menjadi kewenangan
Pemerintah berupa D.I Karaupa
seluas 3,810 ha.
b) Daerah Irigasi permukaan yang
ditetapkan menjadi kewenangan
Pemerintah Provinsi meliputi D.I
Ungkaya seluas 2,538 ha.
c) Daerah Irigasi permukaan yang
ditetapkan menjadi kewenangan
Pemerintah Kabupaten meliputi D.I
Bahodopi seluas 2500 ha, D.I Salonsa
Jaya seluas 430 ha, D.I Moburu seluas
150 ha, D.I Harapan Jaya seluas 320
ha, D.I Wosu seluas 185 ha, D.I
Larobenu seluas 140 ha, D.I Topogaro
seluas 235 ha, D.I Umpanga seluas
220 ha, D.I Bahomotefe seluas 270 ha,
D.I Kolono seluas 180 ha, D.I Ululere
seluas 275 ha, D.I Bahomante-
Bahomoleo seluas 190 ha, D.I Lele-
Dampala seluas 280 ha, D.I Keurea
seluas 245 ha, D.I Labota seluas 240
ha, D.I Makarti Jaya, D.I Bahomoahi
seluas 185 ha, dan D.I Onepute Jaya
seluas 185 ha.
d) Rencana Daerah Irigasi yaitu D.I
Buleleng seluas 200 ha di Kecamatan
Bungku Pesisir, D.I Lalemo seluas 125
ha di Kecamatan Bungku Selatan, D.I
Tanona seluas 120 ha, D.I Tanjung
Harapan seluas 120 ha dan D.I
Tanjung Tiram seluas 100 ha di
Kecamatan Menui Kepulauan, D.I
Ambunu seluas 150 ha dan D.I
Bahoea Reko-reko seluas 100 ha di
Kecamatan Bungku Barat.
2. Sistem Pengendalian Banjir
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf f
terdiri atas:
a) penanganan banjir pada kawasan
rawan banjir secara terpadu dengan
sistem pengembangan drainase dan
upaya konservasi daerah hulu aliran
sungai terutama pada kawasan
rawan banjir di Kecamatan Bungku
Tengah, Kecamatan Bungku Barat,
Kecamatan Bahodopi, dan Kecamatan
Witaponda.
b) normalisasi sungai meliputi
normalisasi Sungai Karaupa, Sungai
Ungkaya, Sungai Ipi, Sungai Sakita,
Sungai Laatolongke, Sungai Bahodopi,
Sungai Wosu, Sungai Bahomante,
Sungai Siumbatu, Sungai Makarti
Jaya, dan Sungai Umbele.
c) penanganan abrasi pantai dengan
pemasangan Batu Gaja di kawasan
rawan abrasi pantai Kecamatan
Bungku Tengah, Kecamatan Bumi
Raya, Kecamatan Bungku Barat,
Kecamatan Bungku Timur,
Kecamatan Bahodopi dan Kecamatan
Bungku Pesisir.
d) rencana pengembangan Sarana dan
Prasarana pengendali Banjir Berupa
Tanggul, Talud, Bronjong, Kanal
Banjir, Sumur Resapan, dan Turap.
e) rencana pengembangan sistem
peringatan dini pada potensi tsunami
f) pelibatan Masyarakat dalam
penanganan dan pencegahan banjir.
(6) Rincian sistem jaringan sumber daya air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam lampiran III (tiga) yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini
(1) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan (1) Sistem jaringan prasarana lainnya  Garis bawah masuk di Kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf e, Morowali Utara;
huruf d, terdiri atas : terdiri atas:  Tidak digaris bawah masuk di
a. Sistem pengelolaan persampahan; a. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM); Kabupaten Morowali;
b. Sistem jaringan air minum; b. Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL);  TPA di Kecamatan Bungku Tengah
c. Sistem sanitasi atau air limbah; c. Sistem jaringan persampahan wilayah; dalam PERDA No. 10 Tahun 2012,
d. Sistem jaringan drainase; dan d. Jalur evakuasi bencana; dan tetap dimasukkan dalam RAPERDA
e. Jalur evakuasi bencana. e. Sistem jaringan drainase. REVISI.
(2) Sistem pengelolaan persampahan sebagaimana (2) Sistem penyediaan air minum (SPAM)  Perencanaan TPA juga telah
dimaksud pada pasal 15 ayat (1) huruf a terdiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disesuaikan dengan Dokumen
atas : merupakan pengembangan SPAM: Perencanaan Teknis Managemen
a. Tempat penampungan sementara (TPS) di a. SPAM Jaringan Perpipaan (SPAM JP) Persampahan Kabupaten Morowali
Kelurahan Ulunambo Kecamatan Menui meliputi unit air baku, unit Produksi, Unit Tahun 2015.
Kepulauan, Desa Kaleroang di Kecamatan Distribusi dan Unit pelayanan dengan  Rencana sistem penyediaan air
Bungku Selatan, Desa Bahodopi Kecamatan ketentuan teknis Unit SPAM untuk minum (SPAM) pada RAPERDA
Bahodopi, Desa Tofuti, Kelurahan Tofoiso, menjamin Produksi Air Minum yang REVISI lebih detail, karena telah
Kelurahan Mendui, Kelurahan Marsaoleh, disalurkan pada pelanggan memenuhi disesuaikan dengan data eksisting
Kelurahan Lamberea, Kelurahan Matano, Desa standar kualitas, kwantitas dan kontinuitas dan rencana program dari Dinas
Sakita, Desa Matansala, Desa Bahoruru, Desa mengacu pada peraturan perundang- Pekerjaan Umum Kabupaten
Ipi, Desa Bente, Desa Bahomohoni, Desa undangan, terdiri atas: Morowali.
Bahomoleo, Desa Bahomante, Desa Lanona 1. SPAM Perkotaan terdiri atas:  Sistem Jaringan Drainase di Desa
Kecamatan Bungku Tengah, Desa Wosu a) SPAM Ibu Kota Kecamatan (SPAM Beteleme Kec. Lembo; Kel.
Kecamatan Bungku Barat, Desa Bahonsuai IKK) Witaponda terdiri atas: Kolonodale, Kel. Bahontula, Kel. Baho
Kecamatan Bumi Raya, Desa Lantula Jaya 1) Air baku bersumber dari Sungai Ue, Kec. Petasia; Desa Bungintimbe,
Kecamatan Wita Ponda, Desa Beteleme Ungkaya Desa Tomata Kec. Mori Atas; Desa
Kecamatan Lembo, Kelurahan Kolonodale, 2) Unit produksi berupa instalasi Taliwan Kec. Mori Utara; Desa
Kelurahan Bahontula, Kelurahan Baho Ue, pengolahan air di Desa Ungkaya Lembasumara Kec. Soyo Jaya; Desa
Kec. Petasia, Desa Bungintimbe, Desa Tomata 3) Jangkauan wilayah pelayanan Baturube Kec. Bungku Utara; Desa
Kecamatan Mori Atas, Desa Taliwan menjangkau Desa Lantula Jaya, Tanasumpu Kec. Mamosalato; dan
Kecamatan Mori Utara, Desa Lembasumara Desa Moahino, Desa Ungkaya, Desa Sistem Jaringan Drainase di daerah
Kecamatan Soyo Jaya, Desa Baturube Sampeantaba, Desa Emea, Desa perdagangan/komersial terdapat di
Kecamatan Bungku Utara, Desa Tanasumpu Solonsa Jaya, Desa Solonsa, Desa Kolonodale Kecamatan Petasia
Kecamatan Mamosalato; dan Pontari Makmur, dan Desa Bumi terdapat di Kabupaten Morowali
b. Tempat pemrosesan akhir (TPA) dengan Harapan. Utara.
Sistem Sanitary Lanfill di Kecamatan Bungku b) SPAM Ibu Kota Kecamatan (SPAM
Tengah, Kecamatan Petasia, dan Kecamatan IKK) Bungku Barat terdiri atas:
Lembo. 1) Air baku bersumber dari Sungai
c. Untuk mengurangi timbunan sampah, Larobenu di Kecamatan Bungku
pengelohan sampah dilakukan dengan Barat;
menerapkan prinsip 3R. 2) Unit produksi berupa instalasi
(3) Sistem Jaringan Air Minum sebagaimana pengolahan air di Desa Larobenu
dimaksud pasal 15 ayat (1) huruf b terdiri atas : Kecamatan Bungku Barat;
a. Sistem Jaringan Air Minum Perpipaan 3) Jangkauan wilayah pelayanan
Perkotaan di Setiap Kecamatan. mengjangkau Desa Larobenu dan
b. Sistem Jaringan Air Minum Non Perpipaan Desa Wosu.
Perkotaan terdapat di setiap Kota Kecamatan; c) SPAM Ibu Kota Kecamatan (SPAM
c. Sistem Jaringan Air Minum Non Perpipaan IKK) Bungku Tengah terdiri atas:
Pedesaan terdapat di seluruh Desa; dan 1) Air Baku Bersumber dari Sungai
d. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Sakita dan Sungai Ipi di Kecamatan
terdapat di Bungku (50-100 1/dt), Kolonodale Bungku Tengah;
(20-50 1/dt), dan Beteleme (20-50 1/dt). 2) Unit produksi berupa instalasi
pengolahan air di Desa Sakita dan
Desa Ipi Kecamatan Bungku
Tengah; dan
3) Jangkauan wilayah pelayanan
Kelurahan Mendui, Kelurahan
Tofoiso, Kelurahan Marsaole,
Kelurahan Matano, Kelurahan
Lamberea, Kelurahan Bungi, Desa
Sakita, Desa Matansala, Desa
Bahoruru, Desa Ipi, Desa Bente
dan Desa Bahomohoni.
d) SPAM Ibu Kota Kecamatan (SPAM
IKK) Bahodopi terdiri atas:
1) Air Baku Bersumber dari Mata Air
Wawoolipa di Kecamatan Bungku
Tengah;
2) Unit produksi berupa instalasi
pengolahan air di Desa Lalampu
Kecamatan Bahodopi; dan
3) Jangkauan wilayah pelayanan
mengjangkau Desa Lalampu, Desa
Bahodopi, Desa Baho Makmur,
Desa Keurea, dan Desa Fatufia.
e) SPAM Ibu Kota Kecamatan (SPAM
IKK) Bungku Pesisir terdiri atas:
1) Air Baku Bersumber dari Mata Air
Buleleng di Kecamatan Bungku
Pesisir;
2) Unit produksi berupa instalasi
pengolahan air di Desa Buleleng
Kecamatan Bungku Pesisir;
3) Jangkauan wilayah pelayanan
mengjangkau Desa Buleleng, Desa
Torete, Desa Lafeu, Desa
Tandaoleo, Desa One Ete, dan Desa
Tangofa.
f) SPAM Ibu Kota Kecamatan (SPAM
IKK) Menui Kepulauan terdiri atas:
1) Air Baku Bersumber dari Danau
Salamenipa Kecamatan Menui
Kepulauan;
2) Unit produksi berupa instalasi
pengolahan air di Desa Buranga
Kecamatan Menui Kepulauan;
3) Jangkauan wilayah pelayanan
menjangkau Desa Buranga, Desa
Ulunipa dan Kelurahan Ulunambo.
g) Rencana SPAM Ibu Kota Kecamatan
(SPAM IKK) di Kecamatan Bumi Raya
terdiri atas:
1) Air Baku Bersumber dari Sungai
Parilangke Kecamatan Bumi Raya;
2) Unit produksi berupa instalasi
pengolahan air di Desa Parilangke
Kecamatan Bumi Raya;
3) Jangkauan wilayah pelayanan
menjangkau Desa Parilangke, Desa
Bahonsuai, Desa Samarenda, Desa
Atananga, Desa Pebatae, Desa
Karaupa, Desa Limbo Makmur,
Desa Lambelu, Desa Beringin Jaya
dan Desa Harapan Jaya.
h) Rencana SPAM Ibu Kota Kecamatan
(SPAM IKK) di Kecamatan Bungku
Timur terdiri atas:
1) Air Baku Bersumber dari Mata Air
Sangi Kecamatan Bungku Timur;
2) Unit produksi berupa instalasi
pengolahan air di Desa Ululere
Kecamatan Bungku Timur;
3) Jangkauan wilayah pelayanan
menjangkau Desa Ululere, Desa
Kolono, Desa Geresa, Desa
Bahomoahi, dan Desa Bahomotefe.
i) Rencana SPAM Ibu Kota Kecamatan
(SPAM IKK) di Kecamatan Bungku
Selatan terdiri atas:
1) Air Baku Bersumber dari Mata Air
Sambalagi Kecamatan Bungku
Pesisir;
2) Unit produksi berupa instalasi
pengolahan air di Desa Sambalagi
Kecamatan Bungku Pesisir;
3) Jangkauan wilayah pelayanan
menjangkau Desa Sambalagi, Desa
Kaleroang, Desa Bungingkela, Desa
Lakombulo, Desa Paku, Desa
Buajangka, Desa Bakala, Desa
Koburu, Desa Buton, dan Desa
Jawijawi.
2. SPAM Pedesaan diseluruh kecamatan.
b. SPAM bukan Jaringan Perpipaan (SPAM
BJP) terdiri atas:
1. Sumur Dangkal Pebotoa dan Sumur
Dangkal Lasampi di Kecamatan Bumi
Raya;
2. Sumur Dangkal Tondo, Sumur Dangkal
Ambunu, Sumur Dangkal Marga Mulya,
Sumur Dangkal Wata dan Sumur
Dangkal Topogaro di Kecamatan
Bungku Barat;
3. Sumur Dangkal Nambo di Kecamatan
Bungku Timur;
4. Sumur Dangkal Simbatu, Sumur Dangkal
Dampala dan Sumur Dangkal Le-Le di
Kecamatan Bahodopi;
5. Sumur Bor Bakala, Sumur Dangkal
Koburu, Sumur Bor Buton, Sumur
Dangkal Jawi-Jawi, Sumur Dangkal
Kaleroang, Sumur Bor Bungingkela,
Sumur Dangkal Buajangka, Sumur
Dangkal Waru-Waru, Sumur Dangkal
Padabale, Sumur Dangkal Pado-Pado,
Sumur Dangkal Pulau Bapa, Sumur
Dangkal Bungintende, Sumur Dangkal
Panimbawang, Sumur Bor Po’o, Sumur
Dangkal Boelimau dan Sumur Dangkal
Pulau Dua Darat di Kecamatan Bungku
Selatan;
c. Penyelenggaraan SPAM di Daerah mengacu
pada Dokumen rencana Induk SPAM
Kabupaten yang di tetapkan oleh Bupati.
(4) Sistem Sanitasi atau air limbah sebagaimana (3) Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
dimaksud pada pasal 15 ayat (1) c huruf terdiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
atas : terdiri atas:  Sistem Sanitasi atau air limbah,
a. Sistem sanitasi off site perkotaan di a. Pengelolaan Limbah Cair terdiri atas: Sistem terpusat (off site) perkotaan
Kolonodale dan Bungku; 1. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Perkotaan Bungku dalam PERDA
b. Sistem sanitasi on site perkotaan di Beteleme, di Desa Bente Kecamatan Bungku No. 10 Tahun 2012, tetap
Wosu, Kaleroang, Ulunambo; dan Tengah dan direncanakan di setiap dimasukkan dalam RAPERDA REVISI,
c. Sistem sanitasi on site perdesaan tersebar di kecamatan; dan namun didetailkan antara lain:
seluruh desa. 2. Rencana Instalasi Pengolahan lumpur - IPAL di Desa Bente Kecamatan
(5) Sistem Jaringan Drainase sebagaimana dimaksud Tinja (IPLT) di setiap kecamatan. Bungku Tengah merupakan IPAL
pada pasal 15 ayat (1) huruf d yaitu : b. Sistem Pembuangan Air Limbah setempat eksisting.
a. Sistem Jaringan Drainase di Kel. Ulunambo secara individual tersebar pada kawasan - Rencana sistem Sanitasi terpusat
Kec. Menui Kepulauan; Desa Kaleroang di Kec. perkotaan dan kawasan perdesaan (off site) di Kawasan perdangan dan
Bungku Selatan; Desa Lafeu Kec. Bungku diseluruh Kabupaten Morowali; jasa di Kecamatan Bungku Tengah.
Pesisir; Desa Bahodopi Kec. Bahodopi; Kel. c. Sistem pembuangan air limbah terpusat - Rencana sistem Sanitasi terpusat
Tofoiso, Kel. Mendui, Kel. Marsaoleh, Kel. yang dilakukan secara kolektif melalui (off site) di Kompleks perkantoran
Lamberea, Kel. Matano, Desa Sakita, Desa jaringan pengumpul, diolah dan dibuang Funuasingko di Kecamatan Bungku
Matansala, Desa Bahoruru, Desa Ipi, Desa secara terpusat, direncanakan di: Tengah.
Bente, Perkantoran Fonuasingko, Desa 1. Kawasan perdagangan dan jasa di
Bahomohoni, Desa Bahomoleo, Desa Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan
Bahomante, Desa Lanona Kec. Bungku Witaponda, Kecamatan Bahodopi dan
Tengah; Desa Wosu Kec. Bungku Barat; Desa Kecamatan Bungku Selatan.
Bahonsuai Kec. Bumi Raya; Desa Lantula Jaya 2. Kawasan permukiman kepadatan tinggi
Kec. Wita Ponda; Desa Beteleme Kec. Lembo; di setiap kecamatan.
Kel. Kolonodale, Kel. Bahontula, Kel. Baho Ue, 3. Kawasan industri (KI) Morowali berada
Kec. Petasia; Desa Bungintimbe, Desa Tomata di Kecamatan Bahodopi; dan
Kec. Mori Atas; Desa Taliwan Kec. Mori Utara; 4. Kompleks perkantoran Funuasingko di
Desa Lembasumara Kec. Soyo Jaya; Desa Kecamatan Bungku Tengah.
Baturube Kec. Bungku Utara; Desa (4) Sistem Jaringan Persampahan Wilayah
Tanasumpu Kec. Mamosalato; dan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c
b. Sistem Jaringan Drainase di daerah terdiri atas:
perdagangan/komersial terdapat di a. Tempat penampungan sementara (TPS) di
Kolonodale Kecamatan Petasia, Bungku Kecamatan Bungku Tengah
Kecamatan Bungku Tengah, Wosu Kecamatan b. Rencana Tempat Penampungan Sementara
Bungku Barat, Kaleroang Kecamatan Bungku (TPS) di Kecamatan Witaponda,
Selatan dan Ulunambo Kecamatan Menui Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku
Kepulauan. Barat, Kecamatan Bungku Timur,
(6) Jalur Evakuasi bencana gelombang Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku
pasang/tsunami sebagaimana di maksud pasal 15 Pesisir, Kecamatan Bungku Selatan dan
ayat (1) huruf e adalah semua jalur Desa/Kota Kecamatan Menui Kepulauan.
dari arah pantai kearah dataran tinggi atau c. Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Sampah
pegunungan. dengan sistem Pengurugan berlapis bersih
(Sanitari Landfill) di Kecamatan Bungku
Tengah;
d. Rencana Tempat Pemprosesan Akhir
(TPA) Sampah dengan sistem Pengurugan
berlapis bersih (Sanitari Landfill) di
Kecamatan Bumi Raya dan Kecamatan
Bahodopi.
e. Sarana dan prasarana persampahan, dan
menerapkan sistem 4R (Reduce, Reuse,
Recycle dan Replace) untuk penanganan
sampah anorganik di setiap kecamatan
(5) Jalur Jaringan Evakuasi Bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d, merupakan
pengembangan Jalur Evakuasi pada ruas jalan
dalam Kawasan Perkotaan menuju titik Kota
Terpadu Mandiri (KTM) Bungku, ruas jalan di
Bahodopi menuju titik kumpul Kantor
Kecamatan Bahodopi.
(6) Sistem Jaringan Drainase sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e, terdiri atas:
a. Sistem Drainase Jalan berupa perencanaan
Drainase permukaan pada saluran samping
jalan agar aliran air/air hujan dapat di
alirkan dengan cepat hingga menuju
saluran pembuangan akhir;
b. Sistem Drainase Perkotaan berupa
pengembangan Drainase dengan bentuk
saluran air yang terbuka dan saling
berhubungan secara sistemik satu dengan
lainnya terdiri atas:
1. saluran induk/primer terdiri atas:
a) saluran induk/primer pada sungai
dan anak sungai yang tersebar dalam
kawasan perkotaan dan perdesaan di
setiap kecamatan; dan
b) Rencana pengembangan saluran
primer di setiap kecamatan
2. saluran sekunder di rencanakan
mengikuti pola jaringan jalan pada
Kawasan Perkotaan di setiap kecamatan
3. saluran tersier pada Kawasan
Permukiman Perkotaan dan
Permukiman Perdesaan disetiap
kecamatan; dan
4. saluran Lokal disetiap kecamatan.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai
perencanaan Sistem Jaringan Drainase
sebagaimana dimaksud pada huruf e diatur
dalam rencana Induk Sistem Jaringan
Drainase.
(7) Rincian Sistem Jaringan Prasarana
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum pada lampiran IV (empat) yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
RENCANA POLA RUANG
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap (1) Kawasan yang memberikan perlindungan  Garis bawah masuk di Kabupaten
kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam terhadap kawasan bawahannya sebagaimana Morowali Utara;
Pasal 17 huruf a adalah hutan lindung, tersebar di dimaksud dalam Pasal 19 huruf a berupa  Tidak digaris bawah masuk di
seluruh Kecamatan Kabupaten dengan total luas area kawasan hutan lindung (HL), di tetapkan Kabupaten Morowali;
kurang lebih 472.734,88 Ha terdiri atas : seluas 99.520,02 (sembilan puluh sembilan  Disesuaikan dengan SK Menteri
a. Kawasan hutan Torukuno di Kecamatan Menui ribu lima ratus dua puluh koma nol dua) Kehutanan No. 517 Tahun 2017
Kepulauan; hektar terdapat Kecamatan Witaponda, tentang Perkembangan dan
b. Kawasan hutan Tangofa di Kecamatan Bungku Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi
Selatan; Barat, Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Sulawesi Tengah
c. Kawasan hutan Bete-Bete di Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan Bungku Pesisir  Kawasan hutan terjadi sedikit
Bahodopi; dan Kecamatan Menui Kepulauan. perubahan dari SK Menteri
d. Kawasan hutan Bahontobungku di Kecamatan (2) Didalam kawasan hutan lindung (HL) Kehutanan No. 869 Tahun 2014
Bungku Tengah; sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan Tapal Batas dari
e. Kawasan hutan Wosu di Kecamatan Bungku terdapat kawasan outline terdiri atas: BPKH Provinsi Sulawesi Tengah.
Barat; a. rencana kawasan industri besar seluas ±
f. Kawasan hutan Lantula jaya di Kecamatan Bumi 30,39 (tiga puluh koma tiga sembilan)
Raya; hektar terdapat di Kecamatan Bahodopi;
g. Kawasan hutan Emea di Kecamatan Witaponda; dan
h. Kawasan hutan Ganda-ganda di Kecamatan b. rencana budidaya perikanan tambak seluas
Petasia; ± 26 (dua puluh enam) hektar terdapat di
i. Kawasan hutan Lanumor di Kecamatan Lembo; Kecamatan Bahodopi.
j. Kawasan hutan Tomata di Kecamatan Mori Atas;
k. Kawasan hutan Mayumba di Kecamatan Mori
Utara;
l. Kawasan hutan Lembah Sumara di Kecamatan
Soyo Jaya;
m. Kawasan hutan Tokala atas di Kecamatan Bungku
Utara; dan
n. Kawasan hutan Lijo di Kecamatan Mamosalato.

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana (1) Kawasan perlindungan setempat  Garis bawah masuk di Kabupaten
dimaksud dalam Pasal 17 huruf b, terdiri atas : sebagamainana dimaksud dalam pasal 19 Morowali Utara;
a. Kawasan sempadan pantai; huruf b terdiri atas:  Tidak digaris bawah masuk di
b. Kawasan sempadan sungai; a. Sempadan pantai; Kabupaten Morowali;
c. Kawasan sekitar danau/waduk; b. Sempadan sungai;  Kawasan Sempadan Pantai disemua
d. Kawasan sekitar mata air; c. Kawasan sekitar danau; Kecamatan yang ada di Kabupaten
e. Kawasan lindung spiritual; d. Kawasan lindung spiritual dan kearifan Morowali dalam PERDA No. 10
f. Kawasan kearifan lokal lainnya; dan lokal; dan Tahun 2012, tetap dimasukkan
g. Kawasan Ruang Terbuka Hijau. e. Ruang terbuka hijau; dalam RAPERDA REVISI.
h. Kawasan Mangrove. (2) Sempadan pantai sebagaimana dimaksud  Kawasan Sempadan Sungai disemua
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana pada ayat (1) huruf a terdiri atas: Kecamatan yang ada di Kabupaten
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di : a. Sempadan pantai terdapat di setiap Morowali dalam PERDA No. 10
Kecamatan Menui Kepulauan, Kecamatan kecamatan; dan Tahun 2012, tetap dimasukkan
Bahodopi, Kecamatan Bungku Selatan, Kecamatan b. Penetapan garis batas sempadan pantai dalam RAPERDA REVISI.
Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Barat, oleh Pemerintah Daerah dilakukan  Kawasan sekitar danau/waduk
Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Wita Ponda, berdasarkan Kajian Penetapan Sempadan sebagaimana dimaksud PERDA No.10
Kecamatan Petasia, Kecamatan Soyo jaya, dan Pantai dengan ketentuan: Tahun 2012 semuanya terdapat di
Kecamatan Mamosalato; 1. Daratan sepanjang tepian laut yang Kabupaten Morowali Utara. Padahal
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana sudah ada permukiman lama ditetapkan di Kabupaten Morowali juga terdapat
dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di : dengan jarak paling sedikit 20 (dua beberapa danau dan telah dimasukan
Kecamatan Bahodopi Sungai Baho Dopi dan puluh) sampai dengan 100 (seratus) dalam RAPERDA REVISI.
Sungai La Siumbatu , Kecamatan Bungku Tengah meter dari titik pasang air laut tertinggi  Ketentuan garis sempadan sungai
Sungai La Rongsangi, dan Baho Ipi, Kecamatan ke arah darat; atau daratan sepanjang dan kawasan sekitar danau dalam
Bungku Barat Baho Mangoni, Kecamatan Bumi tepian laut tidak diperkenankan untuk RAPERDA REVISI lebih didetailkan,
Raya BahomBelu, Kecamatan Wita Ponda Ue pengembangan baru. berdasarkan Perda Provinsi Sulawesi
Lantula, Kecamatan Petasia Koro Tiu, Koro 2. Daratan sepanjang tepian laut yang Tengah No. 16 Tahun 2014 tentang
Langkei, Koro Laa, Koro Lamoito, Kecamatan bentuk dan kondisi fisik pantainya Sungai dan Peraturan Menteri PUPR
Beteleme Koro Tambaleko, dan Koro Puawu, Koro curam atau terjal dengan jarak No. 28/Prt/M/2015 tentang
Pontangoa, dan Koro La, Kecamatan Mori Atas proporsional terhadap bentuk dan Penetapan Garis Sempadan Sungai
Sungai Koro Laa, Kecamatan Soyo Jaya Koro Soyo kondisi fisik pantai tidak berlaku syarat Dan Garis Sempadan Danau
dan Koro Sumara, Kecamatan Bungku Utara Koro sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  Kawasan sekitar mata air dibahas
Morowali, Koro Ula, Koro Tiworo, dan Koro huruf a. pada bagian Kawasan Lindung
Tirongan, Kecamatan Mamosalato Kuala Bongka, (3) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud Geologi.
Koro Sikoy, dan Koro Tanasumpu; pada ayat (1) hurup b terdiri atas:  Kawasan lindung spritual
(4) Kawasan sekitar danau/waduk sebagaimana a. Sempadan sungai terdapat disetiap sebagaimana dimaksud PERDA No.10
dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdapat di : kecamatan; dan Tahun 2012 di Desa Pulau Tiga
Kecamatan Petasia yaitu Danau Tiu, dan Danau b. Penetapan garis batas sempadan sungai Kecamatan Menui Kepulauan
Sampalowo, Kecamatan Bungku Utara Yaitu oleh Pemerintah Daerah dilakukan terdapat di Kabupaten Morowali
Danau Rano Bae dan Danau Rano Kodi; berdasarkan kajian penetapan sempadan Utara.
(5) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud sungai dengan ketentuan:  Kawasan lindung spritual Desa Pulau
pada ayat (1) huruf d, terdapat di : Kecamatan 1. daratan sepanjang tepian sungai Tiga Kecamatan Menui Kepulauan
Petasia yaitu Danau Tiu, dan danau Sampalowo bertanggul di dalam kawasan perkotaan dalam PERDA No. 10 Tahun 2012,
dan Kecamatan Bungku Utara Danau Rano Bae yang berpenduduk ditetapkan paling tetap dimasukkan dalam RAPERDA
dan Danau Rano Kodi; sedikit berjarak 3 (tiga) sampai dengan REVISI.
(6) Kawasan lindung spiritual sebagaimana dimaksud 4 (empat) meter dari tepi luar kaki  Kawasan kearifan lokal sebagaimana
pada ayat (1) hurf e, terdapat di : Desa Pulau Tiga tanggul sepanjang alur sungai; dimaksud pada PERDA NO.10 Tahun
Kecamatan Menui Kepulauan dan Desa Tokala 2. daratan sepanjang tepian sungai 2012 terdapat di Gunung Tokala
Atas Kecamatan Bungku Utara; bertanggul di dalam kawasan perkotaan Kecamatan Bungku Utara terletak di
(7) Kawasan kearifan lokal sebagaimana dimaksud yang tidak berpenduduk ditetapkan Kabupaten Morowali Utara.
pada ayat (1) huruf f, terdapat di Gunung Tokala paling sedikit berjarak 3 (tiga) sampai  Rencana penyediaan RTH
Kecamatan Bungku Utara; dan dengan 5 (lima) meter dari tepi luar disesuaikan dengan kebutuhan RTH
(8) Kawasan Ruang Terbuka Hijau sebagimana kaki tanggul sepanjang alur sungai; kawasan perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf g, terdapat di 3. daratan sepanjang tepian sungai tidak tertuang dalam Peraturan Menteri
seluruh Ibu Kota Kecamatan Kabupaten Morowali, bertanggul di dalam kawasan perkotaan No. 05/Prt/M Tahun 2008 tentang
Kawasan Kota Terpadu Mandiri Desa Bahomohoni yang berpenduduk dengan kedalaman Pedoman Penyediaan dan
Kecamatan Bungku Tengah, Pusat Perkantoran sungai kurang dari atau sama dengan 3 Pemanfaatan RTH di Kawasan
Fonusingko Kecamatan Bungku Tengah. (tiga) meter ditetapkan paling sedikit Perkotaan.
berjarak 10 (sepuluh) sampai dengan 12  Adapun pemetaan jenis RTH yang
(dua belas) meter dari tepi kiri dan tidak terlihat dalam skala 1:50.000
kanan sungai sepanjang alur sungai; akan didetailkan dalam Penyusunan
4. daratan sepanjang tepian sungai tidak RDTR.
bertanggul di dalam kawasan perkotaan
yang berpenduduk dengan kedalaman
sungai lebih dari 3 (tiga) meter
ditetapkan paling sedikit berjarak 15
(lima belas) sampai dengan 17 (tujuh
belas) meter dari tepi kiri dan kanan
sungai sepanjang alur sungai
5. daratan sepanjang tepian sungai tidak
bertanggul di dalam kawasan perkotaan
yang tidak berpenduduk dengan
kedalaman sungai kurang dari atau
sama dengan 3 (tiga) meter ditetapkan
paling sedikit berjarak 10 (sepuluh)
sampai dengan 14 (empat belas) meter
dari tepi kiri dan kanan sungai
sepanjang alur sungai
6. daratan sepanjang tepian sungai tidak
bertanggul di dalam kawasan perkotaan
yang tidak berpenduduk dengan
kedalaman sungai lebih dari 3 (tiga)
meter ditetapkan paling sedikit berjarak
15 (lima belas) sampai dengan 20 (dua
puluh) meter dari tepi kiri dan kanan
sungai sepanjang alur sungai
7. daratan sepanjang tepian sungai
bertanggul di luar kawasan perkotaan
yang berpenduduk ditetapkan paling
sedikit berjarak 5 (lima) sampai dengan
7 (tujuh) meter dari tepi luar kaki
tanggul sepanjang alur sungai;
8. daratan sepanjang tepian sungai
bertanggul di luar kawasan perkotaan
yang tidak berpenduduk ditetapkan
paling sedikit berjarak 5 (lima) sampai
dengan 9 (sembilan) meter dari tepi
luar kaki tanggul sepanjang alur sungai;
9. daratan sepanjang tepian sungai tidak
bertanggul di luar kawasan perkotaan
yang berpenduduk untuk sungai
kecilditetapkan dengan jarak paling
sedikit 50 (lima puluh) sampai dengan
55 (lima puluh lima) meter dari tepi kiri
dan kanan sungai sepanjang alur sungai
10. daratan sepanjang tepian sungai tidak
bertanggul di luar kawasan perkotaan
yang berpenduduk untuk sungai besar
ditetapkan dengan jarak paling sedikit
100 (seratus) sampai dengan 110
(seratus sepuluh) meter dari tepi kiri
dan kanan sungai sepanjang alur
sungai
11. daratan sepanjang tepian sungai tidak
bertanggul di luar kawasan perkotaan
yang tidak berpenduduk untuk sungai
kecil ditetapkan dengan jarak paling
sedikit 50 (lima puluh) sampai dengan
60 (enam puluh) meter dari tepi kiri
dan kanan sungai sepanjang alur
sungai
12. daratan sepanjang tepian sungai tidak
bertanggul di luar kawasan perkotaan
yang tidak berpenduduk untuk sungai
besar ditetapkan dengan jarak paling
sedikit 100 (seratus) sampai dengan
120 (seratus dua puluh) meter dari
tepi kiri dan kanan sungai sepanjang
alur sungai.
(4) Kawasan sekitar danau sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdapat di
Kecamatan Menui Kepulauan dengan garis
sempadan danau ditentukan mengelilingi
danau paling sedikit berjarak 50 (lima puluh)
meter dari titik pasang tertinggi kearah darat.
(5) Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
terdapat di Desa Pulau Tiga Kecamatan Menui
Kepulauan.
(6) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e terdiri atas :
a. Luas yang harus dipenuhi paling sedikit
sekitar 30% (tiga puluh persen) dari luas
kawasan perkotaan dengan proporsi RTH
terdiri atas :
1. Paling sedikit sebesar 20% (dua puluh
persen) ruang terbuka hijau publik; dan
2. Paling sedikit sebesar 10% (sepuluh
persen) ruang terbuka hijau privat.
b. Penetapan jenis dan lokasi RTH terdiri
atas:
1. ruang terbuka hijau (RTH) tersebar
disetiap kecamatan;
2. rencana RTH terdiri atas :
a) rencana RTH alun-alun kawasan
kompleks perkantoran fonuasingko
Bungku Kecamatan Bungku Tengah;
b) rencana RTH taman kota, RTH taman
kecamatan, RTH taman kelurahan,
RTH taman RW, RTH hutan kota dan
bumi perkemahan, RTH jalur hijau
jalan, RTH sempadan pantai, RTH
sempadan sungai, RTH kawasan
sekitar mata air, dan RTH
pemakaman; dan
c) rencana RTH di kawasan reklamasi
Pantai Matano Kecamatan Bungku
Tengah, kawasan reklamasi pantai
Kecamatan Bungku Tengah; kawasan
reklamasi pasca tambang di
Kecamatan Bahodopi dan kawasan
reklamasi pantai fatufia di Kecamatan
Bahodopi.
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar (1) Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud 1. Kawasan suaka margasatwa pada
budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dalam Pasal 19 huruf c, terdiri atas: PERDA No. 10 Tahun 2012 semuanya
huruf c, terdiri atas : a. kawasan konservasi wilayah pesisir dan terdapat di Kabupaten Morowali dan
a. Kawasan suaka margasatwa; pulau-pulau kecil; tetap dipertahankan dalam RAPERDA
b. Kawasan cagar alam; b. kawasan konservasi maritim; REVISI, namun diganti statusnya
c. Kawasan pantai berhutan bakau; dan c. kawasan koservasi perairan; dan menjadi kawasan perlindungan
d. Kawasan cagar budaya dan ilmu d. kawasan perlindungan satwa. satwa karena tidak terdaftar dalam
pengetahuan. (2) Kawasan konservasi wilayah pesisir dan Kawasan Suaka Margasatwa di
(2) Kawasan Suaka Margasatwa sebagaimana pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud Kementerian Lingkungan Hidup dan
dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu : pada ayat (1) huruf a, terdiri atas: Kehutanan.
a. Kawasan Suaka Margasatwa Pantai Burung a. taman pesisir terdapat di Kecamatan 2. Kawasan cagar alam terdapat di
Maleo terdapat di Kec. Bungku Barat; dan Bungku Selatan dan Kecamatan Menui Kabupaten Morowali Utara.
b. Kawasan Suaka Margasatwa Laut Pulau Tiga Kepulauan; dan 3. Kawasan konservasi wilayah pesisir
di Kecamatan Menui Kepulauan seluas b. taman pulau kecil terdapat di Kecamatan dan pulau-pulau kecil dan kawasan
kurang lebih 42.000 Ha. Bungku Selatan dan Kecamatan Menui konservasi maritim ditambahkan
(3) Kawasan Cagar Alam sebagaimana dimaksud pada Kepulauan. berdasarkan potensi Kabupaten
ayat (1) huruf b, yaitu Kawasan Cagar Alam (3) Kawasan konservasi maritim sebagaimana Morowali dan telah tertuang dalam
Morowali terdapat di Kec. Bungku Utara dan Kec. dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi
Soyo Jaya dengan luas kurang lebih 209.400 Ha; Kawasan Suku Bajo di Kecamatan Bungku Tengah Nomor 10 Tahun 2017
(4) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana Selatan. tentang RZWP3K Provinsi Sulawesi
dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas : (4) Kawasan konservasi perairan sebagaimana Tengah Tahun 2017-2037
a. Kawasan hutan bakau Bumi Raya; dimaksud pada ayat (1) huruf c, berupa
b. Kawasan hutan bakau Bungku; kawasan konservasi perairan Pulau Tiga di
c. Kawasan hutan bakau Bungku Tengah; Kecamatan Menui Kepulauan.
d. Kawasan hutan bakau Mamosalato; (5) Kawasan perlindungan satwa sebagaimana
e. Kawasan hutan bakau Soyo Jaya; dimaksud pada ayat (1) huruf d, berupa
f. Kawasan hutan bakau Petasia; kawasan perlindungan Burung Maleo
g. Kawasan hutan bakau Witaponda; terdapat di Kecamatan Bungku Barat.
h. Kawasan hutan bakau Bahodopi; dan Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud  Garis bawah masuk di Kabupaten
i. Kawasan hutan bakau Menui Kepulauan. dalam Pasal 19 huruf f, terdiri atas : Morowali Utara;
(5) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan a. Kawasan Cagar Budaya Mesjid Tua Bungku  Tidak digaris bawah masuk di
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdapat di Kecamatan Bungku Tengah; dan Kabupaten Morowali;
terdiri atas : b. Kawasan Cagar Budaya Benteng Fafontofure di  Kawasan cagar budaya Masjid Tua
a. Kawasan cagar budaya mesjid tua Bungku Kecamatan Bungku Tengah. Bungku di Kecamatan Bungku
terdapat di Kec. Bungku Tengah; Tengah yang tertuang dalam PERDA
b. Kawasan cagar budaya raja mori terdapat di No. 10 Tahun 2012, tetap
Kec. Petasia; dan dimasukkan dalam RAPERDA REVISI.
c. Kawasan cagar budaya benteng fafontofure  Cagar Budaya Masjid Tua Bungku
di Kec. Bungku Tengah. telah ditetapkan dalam SK Menteri
No KM.11/PW.007/MPK/03 tanggal
4 Maret 2003.
 Benteng Fafontofure di Kecamatan
Bungku Tengah berdasarkan Sistem
Registrasi Nasional Cagar Budaya
Kementerian Pendidikan Menengah
dan Kebudayaan telah teregistrasi
dan Lolos Verifikasi, dan dalam
Tahap Kajian dan Penilaian Tim Ahli.
Kawasan eksosistem mangrove sebagaimana  Garis bawah masuk di Kabupaten
dimaksud dalam Pasal 19 huruf g, terdiri atas: Morowali Utara;
a. Kawasan hutan bakau Witaponda;  Tidak digaris bawah masuk di
b. Kawasan hutan bakau Bumi Raya; Kabupaten Morowali;
c. Kawasan hutan bakau Bungku Tengah;  Kawasan pantai berhutan bakau yang
d. Kawasan hutan bakau Bahodopi; dan tertuang dalam PERDA No. 10 Tahun
e. Kawasan hutan bakau Menui Kepulauan. 2012, tetap dimasukkan dalam
RAPERDA REVISI
 Kawasan Pantai berhutan bakau
dibahas pada bagian Kawasan
Ekosistem Mangrove yang
disesuaikan berdasarkan Peraturan
Menteri ATR No. 1Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan
RTRW.
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana (1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana  Kawasan rawan tanah longsor
dimaksud dalam Pasal 17 huruf d, terdiri atas : dimaksud dalam Pasal 19 huruf e, terdiri atas: sebagaimana dimaksud pada PERDA
a. Kawasan rawan tanah longsor; a. kawasan rawan bencana tanah longsor; No.10 Tahun 2012 semuanya terletak
b. Kawasan rawan gelombang pasang; dan b. kawasan rawan bencana banajir; dan di Kabupaten Morowali Utara.
c. Kawasan rawan banjir. c. sempadan patahan aktif (active fault) pada  Adapun lokasi tanah longsor yang
kawasan rawan bencana gempa bumi. termuat dalam RAPERDA REVISI
(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana (2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaiman disesuaikan berdasarkan data BPBD
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di Kec. dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di Kabupaten Morowali.
Petasia, Kec. Soyo Jaya, Kec. Bungku Utara dan Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bumi  Kawasan rawan gelombang pasang
Kec. Mamosalato; Raya, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan yang terdapat di Kabupaten
(3) Kawasan rawan gelombang pasang sebagaimana Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Timur, Morowali sebagaimana tertuang
dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di Kecamatan Bahodopi dan Kecamatan Bungku dalam PERDA No.10 Tahun 2012
Kecamatan Menui Kepulauan, Kecamatan Bungku Pesisir. tidak dimasukkan karena
Selatan, Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku (3) Kawasan rawan banjir sebagaimana berdasarkan data potensi gelombang
Tengah, Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di pasang dan atau tsunami BNPB
Bumi Raya, Kecamatan Wita Ponda, Kecamatan Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bungku Kabupaten Morowali tergolong
Soyo Jaya, Kecamatan Bungku Utara dan Tengah dan Kecamatan Bahodopi. rendah.
Kecamatan Mamosalato; dan (4) Sempadan patahan aktif (active fault) Matano  Kawasan rawan banjir sebagaimana
(4) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada kawasan rawan bencana gempa bumi dimaksud pada PERDA No.10 Tahun
pada ayat (1) huruf c, terdapat di Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, 2012 semuanya terletak di
Petasia, Kecamatan Soyo Jaya, dan Kecamatan terdapat di Kecamatan Witaponda, Kabupaten Morowali Utara. Adapun
Bungku Utara. Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku lokasi rawan banjir yang termuat
Barat Kecamatan Bungku Pesisir dan dalam RAPERDA REVISI disesuaikan
Kecamatan Bungku Tengah. berdasarkan data BPBD Kabupaten
(5) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana Morowali.
dimaksud pada ayat (2), (3), dan ayat (4)
digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:50.000 (satu banding lima puluh
ribu) yang tercantum dalam Lampiran VI
(enam) dan merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud (1) Kawasan lindung geologi sebagaimana  Kawasan cagar alam geologi
dalam Pasal 17 huruf e, terdiri atas : dimaksud dalam pasal 19 huruf d terdiri atas: sebagaimana dimaksud pada PERDA
a. Kawasan cagar alam geologi; a. Kawasan cagar alam geologi; No.10 Tahun 2012 terletak di
b. Kawasan rawan bencana alam geologi; dan b. Kawasan yang memberikan perlindungan Kabupaten Morowali Utara.
c. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah Sedangkan lokasi cagar alam geologi
terhadap air tanah. (2) Kawasan cagar alam geologi sebagaimana di Kabupaten Morowali berupa karst
(2) Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa sesuai potensi yang ada di Kabupaten
dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah kawasan kawasan keunikan bentang alam kawasan Morowali.
keunikan bentang alam danau rano di Kec. Soyo karst di Kecamatan Menui Kepulauan.  Kawasan rawan bencana alam
Jaya. (3) Kawasan yang memberikan perlindungan geologi yang terdiri dari Kawasan
(3) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana terhadap air tanah sebagaimana dimaksud rawan gempa dan patahan aktif telah
dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas : pada ayat (1) huruf b, terdiri atas: dibahas di Kawasan Rawan Bencana
a. Kawasan rawan gempa bumi, terdapat di a. Kawasan imbuhan air tanah pada CAT alam, muatan raperda baru
Kec.Menui Kepulauan, dan Kec. Mori Atas; Tonoa di Kecamatan Witaponda, disesuaikan berdasarkan Peraturan
b. Kawasan rawan gerakan tanah, terdapat Kecamatan Bumi Raya, dan Kecamatan Menteri ATR No. 1 Tahun 2018
dikawasan rawan bencana sesar naik Soyo Jaya- Bungku Barat. tentang Pedoman Penyusunan
Bungku Utara - Mamosalato, rawan bencana b. Kawasan sekitar mata air terdapat di RTRW. Adapun data patahan aktif
sesar naik Bungku Barat - Bumi Raya – setiap kecamatan dengan garis sempadan menggunakan data Kementerian
Witaponda, kawasan rawan bencana sesar geser mata air ditentukan mengelilingi mata air ESDM yang dirilis tahun 2017 dan
Mamosalato, Soyo Jaya, dan Bungku Tengah; paling sedikit berjarak 200 (dua ratus) jurnal yang diterbitkan oleh BMKG.
c. Kawasan yang terletak di zona patahan aktif, meter dari pusat mata air.  Terdapat CAT Tanoa Berdasarkan
terdapat di Kec. Menui Kepulauan; dan Peraturan Menteri ESDM No. 2 Tahun
d. Kawasan rawan abrasi; terdapat di Kec. Menui 2017 tentang CAT Indonesia
Kepulauan, Kec.Bungku Selatan, Kec. Bahodopi, (Lampiran I Tabel-Baris 223 dan
Kec. Bungku Tengah, Kec. Bungku Barat, Kec. Lampiran II Peta CAT Provinsi
Bumi Raya, Kec. Wita Ponda dan Kec. Bungku Sulawesi Tengah).
Utara.

(1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud


dalam pasal 17 huruf f, yaitu kawasan lindung
terumbu karang dan taman buru terdapat di :
Kecamatan Menui Kepulauan, Kecamatan Bungku
Selatan, Kecamatan, Kecamatan Bahodopi,
Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan Bungku
Barat, Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan
Witaponda, Petasia, Kecamatan Lembo,
Kecamatan Mori Atas, Bungku Utara, Kecamatan
Soyo Jaya, dan Kecamatan Mamosalato;
(2) Kawasan lindung terumbu karang merupakan
kawasan konservasi laut daerah;
(1) Kawasan peruntukan hutan produksi (1) Kawasan peruntukan hutan produksi Disesuaikan dengan SK Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf Kehutanan No. 517 Tahun 2017 tentang
terdiri atas : a terdiri atas: Perkembangan dan Pengukuhan
a. Kawasan hutan produksi terbatas; a. kawasan peruntukan hutan produksi Kawasan Hutan Provinsi Sulawesi
b. Kawasan hutan produksi tetap; dan terbatas; Tengah
c. Kawasan hutan produksi yang dapat b. kawasan peruntukan hutan produksi tetap;
dikonversi. dan
(2) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana c. kawasan peruntukan hutan produksi yang
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di semua dapat dikonversi.
wilayah Kecamatan; (2) Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas
(3) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana (HPT) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di semua huruf a, seluas 117.235,20 (seratus tujuh
wilayah Kecamatan; dan belas ribu dua ratus tiga puluh lima koma
(4) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi dua) hektar yang terdapat di Kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Timur,
terdapat di semua wilayah Kecamatan. Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku
Pesisir, Kecamatan Bungku Selatan, dan
Kecamatan Menui Kepulauan.
(3) Kawasan peruntukan hutan produksi tetap
(HP) sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) huruf b, seluas 28.432,98 (dua puluh
delapan ribu empat ratus tiga puluh dua
koma sembilan delapan) hektar yang
terdapat di Kecamatan Witaponda,
Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku
Barat, Kecamatan Bungku Tengah, dan
Kecamatan Bahodopi.
(4) Kawasan peruntukan hutan produksi yang
dapat dikonversi (HPK) sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) huruf c, seluas seluas
40.042,29 (empat puluh ribu empat puluh
dua koma dua sembilan) hektar yang
terdapat di Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan
Bungku Barat, Kecamatan Bungku Tengah,
Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan
Bahodopi, dan Kecamatan Bungku Pesisir.
(5) Di dalam kawasan hutan produksi terbatas
(HPT) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdapat kawasan outline seluas 3.602,13
(tiga ribu enam ratus dua koma satu tiga)
hektar terdapat di Kecamatan Bahodopi yang
peruntukanya direncanakan menjadi
kawasan pertambangan mineral logam.
(6) Di dalam kawasan hutan produksi yang dapat
dikonversi (HPK) sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) terdapat kawasan outline terdiri
atas :
a. rencana kawasan industri besar seluas
6,35 (enam koma tiga lima) hektar
terdapat di Kecamatan Bahodopi; dan
b. rencana pertambangan mineral logam
seluas ± 159,28 (seratus lima puluh
sembilan koma dua delapan) hektar
terdapat di Kecamatan Bahodopi.
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana (1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana  Garis bawah masuk di Kabupaten
dimaksud dalam Pasal 24 huruf b, terdiri atas : dimaksud dalam Pasal 27 huruf b terdiri atas: Morowali Utara;
a. Kawasan peruntukan tanaman pangan; a. kawasan pertanian tanaman pangan;  Tidak digaris bawah masuk di
b. Kawasan peruntukan perkebunan; dan b. kawasan hortikultura; Kabupaten Morowali;
c. Kawasan peruntukan peternakan. c. Kawasan perkebunan; dan  Secara umum data pertanian
(2) Kawasan peruntukan tanaman pangan d. Kawasan peternakan. tanaman pangan, perkebunan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, (2) Kawasan pertanian tanaman pangan tanaman hortikulura merupakan
terdapat di : sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, data eksisting dari data statistik
a. Kecamatan Menui Kepulauan; terdiri atas : Dinas Pertanian dan Ketahanan
b. Kecamatan Bungku Selatan; a. kawasan pertanian tanaman pangan lahan Pangan Kabupaten Morowali Tahun
c. Kecamatan Bahodopi; basah terdiri atas lahan beririgasi, lahan 2017.
d. Kecamatan Bungku Tengah; tidak beririgasi dengan komoditi padi  Berdasarkan Peraturan Daerah
e. Kecamatan Bungku Barat; sawah terdapat disetiap kecamatan. Provinsi Sulawesi Tengah No. 1
f. Kecamatan Bumi Raya; b. kawasan pertanian tanaman pangan lahan Tahun 2015 tentang Perlindungan
g. Kecamatan Wita Ponda; kering komoditi padi ladang, jagung, Lahan Pertanian Pangan
h. Kecamatan Petasia; kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi Berkelanjutan luas LP2B Kabupaten
i. Kecamatan Lembo; kayu dan ubi jalar terdapat di setiap Morowali seluas 5.180 ha, dan LCP2B
j. Kecamatan Mori Atas; kecamatan. seluas 42.000 ha, dimana Perda
k. Kecamatan Soyo Jaya; (3) Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud tersebut tidak terlampir peta,
l. Kecamatan Bungku Utara; pada ayat (1) huruf b terdiri atas tanaman sedangkan setelah dilakukan
m. Kecamatan Mamosalato; dan sayur, tanaman buah-buahan dan tanaman perhitungan ulang berdasarkan
n. Kecamatan Mori Utara; biofarmaka tersebar di kawasan pertanian interpretasi citra diketahui bahwa
(3) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana lahan basah, pertanian lahan kering, luas potensi LP2B di Kabuapten
dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas : perkebunan dan permukiman perdesaan Morowali seluas 6.835,47 ha.
a. Kawasan peruntukan perkebunan kakao, disetiap Kecamatan.
terdapat di Kecamatan Mamosalato, (4) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud
Kecamatan Bungku Utara, Kecamatan Soyo pada ayat (1) huruf c terdiri atas kawasan
Jaya, Kecamatan Petasia, Kecamatan Mori perkebunan rakyat dengan komoditi tanaman
Atas, Kecamatan Wita Ponda, Kecamatan perkebunan campuran yang terdapat di
Bumi Raya, Kecamatan Bungku Barat, setiap kecamatan.
Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan (5) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud
Bahodopi, Kecamatan Bungku Selatan, dan pada ayat (1) huruf d terdiri atas :
Kecamatan Menui Kepulauan; a kawasan integrasi tanaman dan ternak
b. Kawasan peruntukan perkebunan cengkeh, meliputi semua komoditi ternak terdapat
terdapat di Kecamatan Menui Kepulauan, di setiap kecamatan.
Kecamatan Bungku Selatan, Kecamatan b rencana lahan penggembalaan ternak di
Bungku Tengah, Kecamatan Lembo, dan Kecamatan Witaponda, Kecamatan Bungku
Kecamatan Bungku Utara; Barat, Kecamatan Bungku Timur dan
c. Kawasan peruntukan perkebunan kelapa, Kecamatan Bahodopi.
terdapat di Kecamatan Menui Kepulauan, c rencana sentra peternakan rakyat di
Kecamatan Bungku Selatan, Kecamatan Kecamatan Bungku Timur.
Bahodopi, Kecamatan Bungku Tengah , (6) Kawasan pertanian tanaman pangan lahan
Kecamatan Bungku Barat, dan Kecamatan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Bungku Utara; ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian
d. Kawasan peruntukan perkebunan jambu Pangan Berkelanjutan, terdiri atas:
mete, terdapat di Kecamatan Menui a. lahan pertanian pangan berkelanjutan
Kepulauan, Kecamatan Bungku Selatan, (LP2B) seluas 6.835,47 (enam ribu
Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku delapan ratus tiga puluh lima koma
Tengah, dan Kecamatan Bungku Utara; empat tujuh) hektar; dan
e. Kawasan peruntukan perkebunan vanili, b. lahan cadangan pertanian pangan
terdapat di Kecamatan Soyo Jaya; berkelanjutan (LCP2B) seluas 36.596,78
f. Kawasan peruntukan perkebunan sagu, (tiga puluh enam ribu lima ratus
terdapat di Kecamatan Petasia dan sembilan puluh enam koma tujuh
Kecamatan Soyo Jaya; dan delapan) hektar.
g. Kawasan peruntukan perkebunan karet, (7) Kawasan pertanian pangan berkelanjutan
terdapat di Kecamatan Lembo. sebagaimana dimaksud pada ayat (6),
(4) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana digambarkan dalam peta dengan tingkat
dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdapat di : ketelitian 1:50.000 (satu banding lima puluh
a. Kawasan peruntukan peternakan Sapi, ribu) yang tercantum dalam Lampiran VII
terdapat di Kecamatan Bungku Barat, (tujuh) dan merupakan bagian tidak
Kecamatan Mori Atas, Kecamatan Lembo, terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Kecamatan Petasia, Kecamatan Soyo Jaya,
dan Kecamatan Bungku Utara;
b. Kawasan peruntukan peternakan kerbau,
terdapat di Kecamatan Petasia dan
Kecamatan Soyo Jaya;
c. Kawasan peruntukan peternakan babi,
terdapat di Kecamatan Bungku Utara,
Kecamatan Lembo dan Kecamatan Mori
Atas;
d. Kawasan peruntukan peternakan kambing,
terdapat di Kecamatan Lembo, Kecamatan
Petasia, dan Kecamatan Bungku Utara;
e. Kawasan peruntukan peternakan ayam
kampung, terdapat di Kecamatan Mori atas,
Kecamatan Lembo, Kecamatan Petasia, dan
Kecamatan Bungku Utara; dan
f. Kawasan peruntukan peternakan itik,
terdapat di Kecamatan Bungku Utara,
Kecamatan Petasia, dan Kecamatan Lembo.
(5) Kawasan pertanian tanaman pangan di
Kecamatan Wita Ponda dan Kecamatan Bumi Raya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
sebagai kawasan pertanian pangan berkelanjutan,
dengan luas kurang lebih 5.278 Ha.
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana (1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana 1. Kawasan peruntukan perikanan
dimaksud dalam Pasal 24 huruf c, terdiri atas : dimaksud dalam Pasal 27 huruf c terdiri atas: mengalami penambahan kawasan
a. Kawasan peruntukan perikanan tangkap; a. kawasan perikanan tangkap; minapolitan berdasarkan kebutuhan
b. Kawasan peruntukan budidaya perikanan; b. kawasan perikanan budidaya; dan pengembangan wilayah.
dan c. kawasan pengolahan ikan; 2. Sesuai dengan potensi Kabupaten
c. Kawasan pengolahan ikan. (2) Kawasan perikanan tangkap sebagaimana Morowali dimana semua kecaamatan
(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas : berbatasan dengan laut, dan 3
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, a. seluruh perairan Kabupaten Morowali kecamatan merupakan wilayah
tersebar pada perairan Kabupaten Morowali. yang memiliki potensi hasil perikanan pesisir dan pulau-pulau kecil.
(3) Kawasan peruntukan budidaya perikanan tangkap terdiri dari ikan cakalang, ikan 3. Kawasan budidaya laut dalam PERDA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, layang, ikan selar, ikan kembung, ikan No. 10 Tahun 2012 yang terdapat di
terdiri atas : sunu, ikan kakap dan jenis ikan tangkap Kabupaten Morowali tetap
a. Kawasan budidaya laut terdapat di lainnya. dimasukkan dalam RAPERDA REVISI,
Kecamatan Menui Kepulauan, Kecamatan b. pengembangan Kawasan Minapolitan kemudian tambahan Kecamatan
Bungku Selatan, Kecamatan Wita Ponda, Kepulauan Paku dan sekitarnya di Bungku Barat merupakan usulan dari
Kecamatan Bumi Raya, dan Kecamatan Kecamatan Bungku Selatan; Dinas Kelautan dan Perikanan
Bungku Utara. c. Rencana pengembangan Kawasan Kabupaten Morowali.
b. Kawasan budidaya tambak terdapat di Minapolitan Kepulauan Menui dan 4. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi
Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Petasia, sekitarnya di Kecamatan Menui Kepulauan, Tengah Nomor 10 Tahun 2017
Kecamatan Wita Ponda, dan Kecamatan Kawasan Minapolitan Moahino dan tentang RZWP3K Provinsi Sulawesi
Bungku Tengah. sekitarnya di Kecamatan Witaponda, dan Tengah Tahun 2017-2037
c. Kawasan budidaya perikanan terdapat di Kawasan Minapolitan Umbele dan 5. Secara umum semua data perikanan
Kecamatan Lembo, Kecamatan Mori atas, sekitarnya di Kecamatan Bumi Raya. eksising berdasarkan data dari Dinas
dan Kecamatan Bumi Raya. (3) Kawasan peruntukan perikanan budidaya Kelautan dan Perikanan Kabupaten
(4) Kawasan pengolahan ikan sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b Morowali. Demikain untuk program
pada ayat (1) huruf c, terdapat di Desa Bente terdiri atas: rencana telah mengakomodir
Kecamatan Bungku Tengah. a. kawasan perikanan budidaya perikanan program dinas terkait.
laut;
b. kawasan perikanan budidaya tambak; dan
c. kawasan perikanan budidaya kolam air
tawar;
(4) Kawasan perikanan budidaya perikanan laut
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
terdiri atas :
a. perikanan budidaya keramba, dengan
potensi ikan kerapu, ikan kuwe, dan
lobster di Kecamatan Bumi Raya,
Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan
Bahodopi, Kecamatan Bungku Selatan, dan
Kecamatan Menui Kepulauan;
b. rencana pengembangan perikananan
budidaya keramba di Kecamatan Bungku
Tengah dan Kecamatan Bungku Pesisir.
c. perikanan budidaya rumput laut di
perairan Kecamatan Witaponda,
Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku
Barat, Kecamatan Bungku Selatan, dan
Kecamatan Menui Kepulauan.
(5) Kawasan budidaya perikanan tambak
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
terdiri atas:
a. tambak udang, ikan bandeng dan rumput
laut terdapat di Kecamatan Bungku Pesisir,
Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku
Timur, Kecamatan Bungku Tengah,
Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Bumi
Raya dan Kecamatan Witaponda.
b. kawasan budidaya perikanan tambak yang
berada dalam outline kawasan hutan
lindung (HL) seluas 26 (dua puluh enam)
hektar di Kecamatan Bahodopi.
(6) Kawasan budidaya perikanan kolam air tawar
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c
berupa kolam air tawar dengan komoditi ikan
lele, ikan nila dan ikan mas terdapat di
Kecamatan Witaponda, dan Kecamatan Bumi
Raya.
(7) Kawasan pengolahan ikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. pengolahan ikan di Kecamatan Menui
Kepulauan, Kecamatan Bungku Selatan,
Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan
Bungku Tengah, Kecamatan Bungku Barat,
dan Kecamatan Witaponda;
b. rencana pengembangan pengolahan ikan
disetiap kecamatan.
c. sarana dan prasarana pengolahan ikan
terdiri atas:
1. Pelabuhan perikanan terdiri atas :
a). Pelabuhan Umbele dan Pelabuhan
Lamontoli di Kecamatan Bungku
Selatan, dan Pelabuhan Sambalagi di
Kecamatan Bungku Pesisir.
b).rencana Pelabuhan Perikanan
Moahino di Kecamatan Witaponda,
Pelabuhan Perikanan Bente di
Kecamatan Bungku Tengah, dan
Pelabuhan Perikanan Ulunambo di
Kecamatan Menui Kepulauan.
2. cold storage di Kecamatan Bahodopi,
Kecamatan Witaponda dan Kecamatan
Bungku Tengah;
3. pabrik es di Kecamatan Menui
Kepulauan, Kecamatan Bungku Tengah
dan Kecamatan Witaponda;
4. pengolahan tepung ikan di Kecamatan
Menui Kepulauan;
5. sub TPI di Kecamatan Menui Kepulauan,
Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan
Bungku Selatan, Kecamatan Bungku
Barat dan Kecamatan Witaponda;
6. TPI moderen di Kecamatan Bungku
Tengah;
7. gudang rumput laut di Kecamatan
Bungku Pesisir, Kecamatan Bumi Raya
dan Kecamatan Witaponda;
8. pabrik rumput laut di Kecamatan Bumi
Raya.
(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana (1) Kawasan peruntukan pertambangan  Garis bawah masuk di Kabupaten
dimaksud dalam Pasal 24 huruf d, terdiri atas : sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf Morowali Utara;
a. Kawasan peruntukan pertambangan mineral d berupa wilayah pertambangan terdiri atas:  Tidak digaris bawah masuk di
dan batubara; dan a. Kawasan pertambangan; Kabupaten Morowali;
b. Kawasan peruntukan pertambangan minyak b. Wilayah Usaha Pertambangan (WUP);  Rencana WUP disesuaikan dengan
dan gas bumi; c. Wilayah Usaha Pertambangan Khusus Kepmen ESDM No 3673 Tahun 2017
(2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan (WUPK); dan tentang Penetapan Wilayah
batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) d. Wilayah Pertambangan rakyat (WPR). Pertambangan Pulau Sulawesi dan
huruf a, terdiri atas : (2) Kawasan pertambangan sebagaimana beberapa poin dalam penjelasan :
a. Kawasan peruntukan pertambangan nikel dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas : - Diktum ketiga, kelima dan ketujuh
terdapat di Kecamatan Bungku Selatan, a. Pertambangan mineral logam terdapat di menjelaskan bahwa WUP harus
Kecamatan Bahodopi, Kecamatan Bungku Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan tertuang dalam RTRW Provinsi,
Tengah dan Kecamatan Petasia; Bahodopi, dan Kecamatan Bungku Pesisir. dan Kabupaten/Kota.
b. Kawasan peruntukan pertambangan b. Pertambangan batuan terdapat di - Diktum keseblas menjelaskan
batubara terdapat di Kecamatan Mori Atas; Kecamatan Bungku Tengah, Kecamatan bahwa berlakunnya Kepmen
c. Kawasan peruntukan pertambangan Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi dan ESDM No 3673 Tahun 2017 maka
chromit terdapat di kecamatan bungku Kecamatan Bungku Pesisir. Kepmen ESDM No 2737 Tahun
barat. c. Pertambangan mineral logam yang berada 2013 dicabut dan dinyatakan tidak
(3) Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan dalam outline kawasan hutan produksi berlaku.
gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas 3.602,13 (tiga ribu enam ratus - Selain itu rencana kawasan
huruf b, meliputi tambang minyak bumi dan gas dua koma satu tiga) hektar di Kecamatan pertambangan juga memasukan
alam terdapat di wilayah Kecamatan Bungku Bahodopi. Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Utara. d. Pertambangan mineral logam yang berada Eksploitasi yang telah terbit.
dalam outline kawasan hutan produksi
konversi seluas ± 159.22 (seratus lima
puluh sembilan koma dua puluh dua)
hektar di Kecamatan Bahodopi.
(3) Wilayah usaha pertambangan (WUP)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdiri atas :
a. rencana WUP mineral logam terdapat di
setiap kecamatan.
b. rencana WUP mineral bukan logam
terdapat di Kecamatan Witaponda,
Kecamatan Bumi Raya, Kecamatan Bungku
Barat, Kecamatan Bungku Tengah,
Kecamatan Bungku Timur, Kecamatan
Bahodopi, dan Kecamatan Menui
Kepulauan.
(4) Wilayah Usaha Pertambangan Khusus
(WUPK) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdapat di Kecamatan Bungku
Tengah dan Kecamatan Bahodopi.
(5) Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
direncanakan pada lokasi dilakukannya
kegiatan usaha pertambangan rakyat yang
memenuhi kriteria dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan, dengan
komoditi tambang rakyat terdiri atas :
a. Pasir batu di setiap kecamatan;
b. Batu kali disetiap kecamatan;
c. Batu gunung disetiap kecamatan; dan
d. Tanah liat di Kecamatan Witaponda
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana (1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana 1. Kawasan peruntukan industri
dimaksud dalam Pasal 24 huruf e, terdiri atas : dimaksud dalam Pasal 27 huruf e, terdiri atas: mengalami penambahan kawasan
a. Kawasan peruntukan industri berbasis a. kawasan peruntukan industri besar; dan berdasarkan kebutuhan
bahan baku pertanian; b. kawasan peruntukan industri sedang dan pengembangan wilayah.
b. Kawasan peruntukan industri berbasis rumah tangga; 2. Industri besar yang direncakan di
bahan baku perikanan; (2) Kawasan peruntukan industri besar Kecamatan Bungku Tengah dan
c. Kawasan peruntukan industri berbasis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a, Kecamatan Menui Kepulauan
bahan baku pertambangan; dan berupa Industri pengolahan bijih nikel terdiri dihilangkan disesuaikan dengan
d. Kawasan peruntukan industri rumah tangga. atas: Perpres No. 3 Tahun 2016 tentang
(2) Kawasan peruntukan industri berbasis bahan a. Kawasan Industri (KI) Morowali terdapat Pecepatan Proyek Strategis Nasional.
baku pertanian dan perkebunan sebagaimana di Kecamatan Bahodopi. Dan Telah mendapat Izin dari
dimaksud ayat (1) huruf a, terdapat di Kota b. Industri pengolahan hasil tambang Kementerian ATR untuk pelepasan
Terpadu Mandiri (KTM) Bungku Kecamatan terdapat di Kecamatan Bungku Timur dan tanah seluas 2.000 ha.
Bungku Tengah, Ungkaya Kecamatan Wita Ponda, Bungku Pesisir. 3. Selain itu di Kecamatan Bungku
Tompira Kecamatan Petasia, c. Rencana industri pengolahan hasil Tengah diarahkan sebaai pusat
(3) Kawasan peruntukan industri berbasis bahan tambang di Kecamatan Bungku Barat dan pemerintahan dan perdangan jasa.
baku perikanan dan hasil laut sebagaimana Kecamatan Menui Kepulauan. Sedangkan Kecamatan Menui
dimaksud ayat (1) huruf b, terdapat di Desa Bente (3) Kawasan peruntukan industri sedang dan Kepulauan khususnya wilayah pulau-
Kecamatan Bungku Tengah, Desa Bahonsuai rumah tangga sebagaimana dimaksud pada pulau kecil diiarahkan untuk
Kecamatan Bumi Raya, ayat (1) huruf b merupakan pengembangan kegiatan budidaya lainnya seperti
(4) Kawasan peruntukan industri berbasis bahan sentra industri kecil dan industri menengah perikanan.
baku pertambangan sebagaimana dimaksud ayat dengan kegiatan industri terdiri atas :
1 huruf c, terdapat di Kecamatan Bahodopi, a. industri pengolahan hasil pertanian
Kecamatan Petasia, Kecamatan Bungku Barat, pangan terdiri atas :
Kecamatan Bungku Tengah dan Kecamatan 1. Sentra Industri Kecil Menengah (Sikim)
Bungku Selatan; dan Pangan terdapat di Desa Wosu
(5) Kawasan peruntukan industri rumah tangga Kecamatan Bungku Barat
sebagaimana dimaksud ayat 1 huruf d, terdapat di 2. rencana peningkatan Sentra Industri
seluruh Kecamatan. Kecil Menengah (Sikim) Pangan
terdapat di Desa Wosu Kecamatan
Bungku Barat
b. industri pengolahan hasil perkebunan
terdiri atas :
1. Industri Pengolahan Kelapa Sawit
terdapat di Kecamatan Witaponda.
2. rencana Industri Pengolahan Kelapa
Sawit di Kecamatan Bungku Barat dan
Kecamatan Bumi Raya.
c. industri pengolahan hasil hutan terdiri
atas:
1. Industri meubel kayu terdapat di
Kecamatan Bungku Tengah;
2. Rencana industri meubel rotan di
Kecamatan Bungku Barat dan
Kecamatan Bungku Tengah.
d. industri pengolahan hasil perikanan terdiri
atas :
1. Industri Pengolahan Ikan terdapat di
Kecamatan Menui Kepulauan,
Kecamatan Bungku Selatan, Kecamatan
Bungku Pesisir, Kecamatan Bungku
Tengah, Kecamatan Bungku Barat, dan
Kecamatan Witaponda;
2. rencana Industri Pengolahan Ikan
disetiap kecamatan.
e. rencana pengembangan Industri kreatif
tersebar disetiap kecamatan.
(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana (1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana Kawasan peruntukan pariwisata yang
dimaksud dalam Pasal 24 huruf f, terdiri atas: dimaksud dalam Pasal 27 huruf f terdiri atas: ada di Raperda baru disesuaikan
a. Kawasan peruntukan pariwisata budaya; a. kawasan peruntukan pariwisata dengan potensi wisata yang ada di
b. Kawasan peruntukan pariwisata alam; alam/bahari; Kabupaten Morowali. Termasuk yang
c. Kawasan peruntukan pariwisata cagar alam b. kawasan peruntukan pariwisata sejarah termuat dalam PERDA NO. 10 Tahun
dan marga satwa; dan budaya; 2012 khususnya dalam wilayah
d. Kawasan peruntukan pariwisata buatan c. kawasan peruntukan pariwisata buatan. administrasi Kabupaten Morowali saat
(pertanian/agriwisata); dan (2) Kawasan peruntukan pariwisata alam ini. Adapun beberapa wisata yang tidak
e. Kawasan peruntukan pariwisata ziarah. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dalam raperda baru karena terdapat di
(2) Kawasan peruntukan pariwisata budaya terdiri atas: Kabuapaten Morowali Utara.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, (3) Kawasan peruntukan pariwisata alam
Yaitu : sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
a. Situs rumah Raja dan Mesjid Tua terdapat di terdiri atas:
Kecamatan Bungku Tengah; a. Pantai Pebotoa terdapat di Desa Pebotoa
b. Situs rumah Raja Mori terdapat di Kecamatan Bumi Raya;
Kecamatan Petasia; dan b. Penangkaran burung maleo terdapat di
c. Rumah Suku Wana terdapat di Kecamatan Kecamatan Bungku Barat;
Bungku Utara. c. Penangkaran rusa terdapat di Desa Wosu
(3) Kawasan peruntukan pariwisata alam Kecamatan Bungku Barat;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, d. Pantai Raha-raha terdapat di Desa
yaitu : Larobenu Kecamatan Bungku Barat;
a. Suaka Marga Satwa Laut Pulau Tiga terdapat e. Goa Tengkorak terdapat di Desa Larobenu
di Kecamatan Menui Kepulauan; Kecamatan Bungku Barat;
b. Taman Wisata Laut Teluk Tomori terdapat f. Permandian Tompaika terdapat di Desa
di Kecamatan Petasia; Sakita Kecamatan Bungku Tengah;
c. Taman Wisata Alam Laut Pulau Tokobae g. Pantai Lanona terdapat di Desa Lanona
terdapat di Kecamatan Bungku Selatan; Kecamatan Bungku Tengah;
d. Rekreasi Pulau Sangata terdapat di h. Pantai Pasir Putih terdapat di Desa Tudua
Kecamatan Menui Kepulauan; Kecamatan Bungku Tengah;
e. Permandian Tumpukan/Sakita terdapat di i. Puncak Fafobaho terdapat di Kelurahan
Kecamatan Bungku Tengah; Lamberea Kecamatan Bungku Tengah;
f. Air Terjun Wosu terdapat di Kecamatan j. Air Terjun Bahomohoni di Desa
Bungku Barat; Bahomohoni Kecamatan Bungku Tengah;
g. Wisata Sungai/Arung Jeram, Permandian Air k. Air Terjun Sampala terdapat di Desa Sakita
Panas, Permandian Panapa, Permandian Kecamatan Bungku Tengah;
Korowalelo terdapat di Kecamatan Lembo; l. Air Terjun Vera terdapat di Desa Ipi
h. Permandian Gontara terdapat di Kecamatan Kecamatan Bungku Tengah;
Mori Atas; m. Ekowisata Mangrove terdapat di
i. Batu Payung terdapat di Kecamatan Petasia; Kecamatan Bungku Tengah; dan
dan n. Ekowisata Mangrove Nambo–Laroue
j. Pasir Putih, Pantai Siliti, Air Terjun terdapat di Kecamatan Bungku Timur.
Waranpadoa terdapat di Kecamatan Bungku o. Penangkaran anoa terdapat di Kecamatan
Utara. Bungku Timur;
(4) Kawasan peruntukan pariwisata cagar alam dan p. Pantai Pasir Besi terdapat di Desa Kolono
marga satwa sebagaimana dimaksud pada ayat Kecamatan Bungku Timur;
(1) huruf c, yaitu : q. Puncak Mateantina Terdapat di Desa
a. Cagar Alam Morowali terdapat di Kecamatan Kolono Kecamatan Bungku Timur;
Bungku Utara dan Kec. Soyo Jaya; dan r. Puncak Unsongi terdapat di Desa Unsongi
b. Taman Buru Landusa Tomata terdapat di Kecamatan Bungku Timur;
Kecamatan Mori Atas. s. Pulau Langala terdapat di Desa Fatufia
(5) Kawasan peruntukan pariwisata buatan Kecamatan Bahodopi.
(pertanian/agriwisata) sebagaimana dimaksud t. Pantai Panjang terdapat di Desa Tangofa
pada ayat (1) huruf d, yaitu : Kecamatan Bungku Pesisir;
a. Wisata Agro Perkebunan Kelapa Sawit u. Air terjun Buleleng terdapat di Desa
terdapat di Kecamatan Bungku Barat; dan Buleleng Kecamatan Bungku Pesisir;
b. Wisata Agro Perkebunan Kelapa terdapat di v. Air Terjun Bahoumumpa terdapat di Desa
Kecamatan Mori Atas. Betebete Kecamatan Bungku Pesisir;
(6) Kawasan peruntukan pariwisata ziarah w. Suaka Marga Satwa laut pulau tiga terdapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, di Kecamatan Menui Kepulauan;
yaitu : x. Pulau Kokoila terdapat di Kecamatan
a. Makam Raja Bungku terdapat di Kecamatan Menui Kepulauan;
Bungku Tengah; y. Pulau Dua Laut terdapat di Kecamatan
b. Makam Raja Mori terdapat di Kecamatan Menui Kepulauan; dan
Petasia; dan z. Rekreasi laut Kepulauan Sombori terdapat
c. Kubur Keramat Desa Tokala terdapat di di Kecamatan Menui Kepulauan.
Kecamatan Bungku Utara. (4)
Kawasan peruntukan pariwisata sejarah dan
budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdiri atas :
a. Situs Istana Raja Bungku di kecamatan
bungku tengah
b. Masjid Tua Bungku di kecamatan Bungku
Tengah
c. Makam Raja Bungku di kecamatan Bungku
Tengah;
d. Benteng Fafontofure di Kecamatan Bungku
Tengah;
e. Taman Sangiang Kinambuka Terdapat di
Kecamatan Bungku Tengah; dan
f. Alun-Alun Rumah Jabatan Bupati Terdapat
di Kecamatan Bungku Tengah.
(5) Kawasan peruntukan pariwisata buatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
berupa Permandian Bahoruru di Kecamatan
Bungku Tengah.
(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana (1) Kawasan peruntukan permukiman 1. Rencana lokasi permukiman masih
dimaksud dalam Pasal 24 huruf g, terdiri atas : sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf sama dengan PERDA NO. 10 Tahun
a. Kawasan peruntukan permukiman g direncanakan seluas 2.437,07 (dua ribu 2012, hanya menghilangkan lokasi
perkotaan; dan empat ratus tiga puluh tujuh koma nol tujuh) permukiman yang terdapat di
b. Kawasan peruntukan permukiman hektar terdiri atas: Kabupaten Morowali Utara.
perdesaan. a. kawasan peruntukan permukiman 2. Data permukiman transmigrasi
(2) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan perkotaan; berdasarkan data dari Dinas
sebagimana dimaksud ayat (1) huruf a,; dan b. kawasan peruntukan Permukiman Transmigrasi Kabupaten Morowali.
(3) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan perdesaan; dan 3. Rencana peruntukan kawasan
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b. dengan c. kawasan peruntukan permukiman permukiman disesuaikan dengan
luas kurang lebih 138.102 Ha. transmigrasi. kebutuhan pengembangan, karena
(2) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan jumlah penduduk di Kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf Morowali mengalami
a terdiri atas : pertumbuhantiap tahunnya.
a. permukiman kawasan Kota Terpadu 4. Adapun lokasi deliniasi penambahan
Mandiri (KTM) Bungku di Kecamatan untuk eruntukan permukiman
Bungku Tengah. menyesuaikan dengan hasil analisis
b. permukiman perkotaan di Kecamatan kemampuan lahan untuk kawasan
Bahodopi. permukiman yaitu pada kemiringan
c. rencana permukiman perkotaan pada lereng 0-8%..
Kawasan Perkotaan di Kecamatan Bungku 5. Rencana permukiman kawasan
Pesisir. transmigrasi disesuaikan
d. Rencana permukiman kawasan Kota berdasarkan program Kementerian
Terpadu Mandiri (KTM) di Kecamatan Desa, Daerah Tertinggal dan
Bungku Barat, Kecamatan Bumi Raya dan Transmigrasi.
Kecamatan Witaponda.
(3) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
b terdapat disetiap Kecamatan
(4) Kawasan peruntukan permukiman
transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. Permukiman Transmigrasi Watu Pali
terdapat di Kecamatan Bahodopi dan
Kecamatan Bungku Pesisir, Transmigasi
Bahoea Rekoreko, Transmigrasi Lanona
dan Transmigasi Wosu di Kecamatan
Bungku Barat dan Transmigrasi
Bahomante di Kecamatan Bungku Tengah.
b. rencana Kawasan Permukiman
Transmigrasi Nelayan Matarape di
Kecamatan Bungku Selatan dan Kecamatan
Menui Kepulauan.
(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan 1. Kawasan peruntukan pertahanan
dimaksud dalam Pasal 24 huruf h, terdiri atas : sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf h dan keamanan sebagimana dimaksud
a. Kawasan peruntukan pertahanan dan terdiri atas: PERDA No.10 Tahun 2012, yang
keamanan; dan a. Komando terdapat di Kabupaten Morowali
b. Kawasan peruntukan lainnya. Distrik Militer (KODIM) terdapat di Kecamatan Utara terdiri atas :
(2) Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan Bungku Tengah. a. Kompi Senapan B, Yonif
sebagimana dimaksud ayat (1) huruf a, terdiri b. Komando 714/Sintuwu Maroso di Desa
atas : Rayon Militer (KORAMIL) terdiri atas: Molino Kecamatan Petasia.
a. Komando Rayon Militer (Koramil) yang 1. KORAMIL Eksisting di Kecamatan Bungku b. Polres Morowali yang berada di
berada di kecamatan-kecamatan di wilayah Tengah Desa Korowou;
Kabupaten Morowali; 2. Rencana KORAMIL di Kecamatan c. Kompi Brimob yang berada di
b. Kompi Senapan B, Yonif 714/Sintuwu Witaponda, Kecamatan Bumi Raya, Desa Lemboroma Kecamatan
Maroso di Desa Molino Kecamatan Petasia. Kecamatan Bungku Barat, Kecamatan Lembo.
c. Polres Morowali yang berada di Desa Bungku Timur, Kecamatan Bahodopi, 2. Selebihnya masuk di Kabupaten
Korowou; Kecamatan Bungku Pesisir, Kecamatan Morowali.
d. Polsek yang berada di Kecamatan- Bungku Selatan dan Kecamatan Menui 3. Kawasan peruntukan lainnya yang
kecamatan di wilayah Kabupaten Morowali; Kepulauan. tidak dibahas, akan ditindaklanjut
dan c. rencana dalam Rencana Detail Tata Ruang.
e. Kompi Brimob yang berada di Desa Pangkalan TNI Angkatan Laut di Kecamatan
Lemboroma Kecamatan Lembo. Bahodopi.
(3) Kawasan peruntukan penggunaan lainnya d. Kepolisian
sebagimana dimaksud ayat (1) huruf b, dengan Resort (POLRES) terdiri atas :
luas kurang lebih 293.088,78 Ha. 1. POLRES Morowali Eksisting di kecamatan
Lembo Kabupaten Morowali Utara; dan
2. Rencana POLRES Morowali di Kecamatan
Bungku Tengah.
e. Kepolisian
Sektor (POLSEK) terdiri atas ;
1. POLSEK eksisting di kecamatan Bungku
Tengah, Bungku Barat, Bumi Raya,
Witaponda, Bahodopi, Bungku Pesisir, dan
Menui Kepulauan; dan
2. Rencana POLSEK di Kecamatan Bungku
Selatan, dan Bungku Timur
(1) Kawasan Strategis Provinsi yang ada di (1) Kawasan strategis provinsi (KSP) di daerah Kawasan strategis provinsi yang
Kabupaten Morowali sebagaimana dimaksud sebagaiman dimaksud dalam Pasal 37 ayat tertuang dalam PERDA No. 10 Tahun
dalam pasal 35 ayat (1) huruf b, terdiri atas : (1) huruf b terdiri atas : 2012, tetap dimasukkan dalam
a. Kawasan strategis provinsi dari sudut a. kawasan strategis dari sudut kepentingan RAPERDA REVISI.
kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan pertumbuhan ekonomi; dan
b. Kawasan strategis provinsi dari sudut b. kawasan strategis dari sudut kepentingan
kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam pendayagunaan sumber daya alam
dan teknologi tinggi. dan/atau teknologi tinggi.
(2) Kawasan Strategis Provinsi dari sudut (2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan
kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana pertumbuhan ekonomi sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf a yaitu : dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas;
a. Kota Terpadu Mandiri (KTM) Bungku; dan a. Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM)
b. Kawasan Teluk Matarape. Bungku di Kecamatan Bungku Tengah; dan
(3) Kawasan Strategis Provinsi dari sudut b. Kawasan Perbatasan Matarape-Sombori-
kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam Laroenai di Kecamatan Bungku Pesisir dan
dan teknologi tinggi sebagaimana dimaksud ayat Kecamatan Menui Kepulauan.
(1) huruf b yaitu Kawasan Teluk Tolo. (3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b berupa Kawasan Sumberdaya
Perikanan dan Kelautan Zona III Teluk Tolo.
(1) Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana (1) Kawasan strategis Kabupaten (KSK) 1. Garis bawah masuk di Kabupaten
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) huruf c yaitu: sebagaiman dimaksud dalam Pasal 37 ayat Morowali Utara;
a. kawasan strategis Kabupaten dari sudut (1) huruf c terdiri atas : 2. Tidak digaris bawah masuk di
kepentingan ekonomi; a. kawasan strategis dari sudut kepentingan Kabupaten Morowali;
b. kawasan strategis Kabupaten dari sudut pertumbuhan ekonomi; dan 3. Kawasan strategis kabupaten dari
kepentingan sosial budaya; b. kawasan strategis dari sudut kepentingan sudut kepentingan ekonomi yang
c. kawasan strategis Kabupaten dari sudut sosial budaya. terdapat dalam PERDA No. 10 Tahun
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau (2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan 2012 tetap dimasukkan dalam
tekhnologi; dan pertumbuhan ekonomi sebagaimana RAPERDA REVISI.
d. kawasan strategis Kabupaten dari sudut dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas; 4. Kawasan strategis kabupaten dari
kepentingan fungsi dan daya dukung a. Kawasan Perkotaan Bungku terdapat di sudut kepentingan sosial budaya
lingkungan hidup. Kecamatan Bungku Tengah; yang terdapat dalam PERDA No. 10
(2) Kawasan strategis Kabupaten dari sudut b. Kawasan Perkotaan Lantula Jaya terdapat Tahun 2012 tetap dimasukkan dalam
kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud di Kecamatan Witaponda; RAPERDA REVISI tetap dimasukkan.
pada ayat (1) huruf a yaitu : Kawasan Minapolitan, c. Kawasan Perkotaan Bahodopi terdapat di - Point a dalam PERDA No. 10
meliputi Kecamatan Bungku Selatan dan Kecamatan Bahodopi; Tahun 2012 sama dengan poin a
Kecamatan Menui Kepulauan dengan luasan d. Kawasan Perkotaan Kaleroang terdapat di pada RAPERDA REVISI, hanya saja
kurang lebih 1.495 Km2. Kecamatan Bungku Selatan; sudut kepentingan Kawasan
(3) Kawasan strategis Kabupaten dari sudut e. Kawasan Agropolitan Witabura di Perkotaan Bungku berdasarkan
kepentingan sosial budaya sebagaimana Kecamatan Witaponda dan Kecamatan sudut kepentingan ekonomi,
dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu : Bumi Raya. bukan sosial budaya. Sedangkan
a. Kota Bungku di Kecamatan Bungku Tengah c. Kawasan Minapolitan Perairan Sombori - Point b dalam PERDA No. 10
sebagai Ibukota Kabupaten Morowali; terdapat di Kecamatan Bungku Selatan dan Tahun 2012 sama dengan poin f
b. Situs rumah Raja dan Mesjid Tua Bungku di Kecamatan Menui Kepulauan; dan pada RAPERDA REVISI, justru
Kecamatan Bungku Tengah; d. Kawasan Industri (KI) Morowali dan lebih luas, karena melingkupi
c. Situs rumah Raja Mori di Kecamatan Petasia; sekitarnya terdapat di Kecamatan seluruh kota lama di Kabupaten
dan Bahodopi. Morowali.
d. Rumah Suku Wana di Kecamatan Bungku (3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan 5. Perubahan kawasan strategis pada
Utara. sosial budaya sebagaimana dimaksud pada raperda baru telah disepakati dalam
(4) Kawasan strategis Kabupaten dari sudut ayat (1) huruf b berupa Kawasan Kota Lama pembahasan BKPRD Kabupaten dan
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau terdapat di Kecamatan Bungku Tengah. BKPRD Provinsi Sulawesi Tengah.
tekhnologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 6. Penetapan kawasan strategis
huruf c yaitu Kawasan industri besar di kabupaten ditetapkan dengan
Kecamatan Bahodopi. pertimbangan sesuai untuk
(5) Kawasan strategis Kabupaten dari sudut ditindaklanjut dalam rencana rinci
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan tata ruang.
hidup sebagaimana pada ayat (1) huruf d yaitu :
a. Cagar Alam Morowali terdapat di Kecamatan
Soyo Jaya dan Kecamatan Bungku Utara,;
b. Kawasan Hutan Lindung terdapat di Desa
Bete-Bete di Kecamatan Bahodopi, Kawasan
Hutan Lindung di Desa Bahoruru, Hutan
Lindung Desa Ipi, Hutan Lindung Desa Bente,
dan Hutan Lindung Desa Bahomohoni
Kecamatan Bungku Tengah;
c. Kawasan kritis lingkungan DAS Tompira, DAS
Saleto, DAS Morowali, DAS Sumare, DAS
Bahonbelu; dan
d. Kawasan kritis reklamasi pertambangan.

Anda mungkin juga menyukai