Anda di halaman 1dari 28

BAB III-1

BAB III
ASAS, VISI, MISI, TUJUAN, KEBIJAKAN
DAN STRATEGIS PENATAAN RUANG

3.1. ASAS PENATAAN RUANG KABUPATEN JEMBER


Penataan RTRW diselenggarakan berdasarkan asas :
a. Keterpaduan;
b. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
c. Keberlanjutan;
d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
e. Keterbukaan;
f. Kebersamaan dan kemitraan;
g. Pelindungan kepentingan umum;
h. Kepastian hukum dan keadilan; dan
i. Akuntabilitas.
BAB III

ASAS, VISI, MISI, TUJUAN, 3.2. VISI PENATAAN RUANG KABUPATEN JEMBER
KEBIJAKAN DAN STRATEGIS
PENATAAN RUANG Terwujudnya keseimbangan pertumbuhan wilayah melalui pengembangan
Agribisnis, Pariwisata dan Usaha Ekonomi Produktif berbasis potensi lokal dalam
 ASAS
 VISI pembangunan berkelanjutan.
 MISI
 TUJUAN 3.3. MISI PENATAAN RUANG KABUPATEN JEMBER
 KEBIJAKAN
a. Keseimbangan pemerataan antar wilayah;
 STRATEGI PENATAAN
RUANG BAB III b. Kualitas pemanfaatan ruang yang berkelanjutan;
ASAS, VISI, MISI, TUJUAN, KEBIJAKAN c. Keseimbangan pertumbuhan ekonomi;
DAN d. Pengembangan Agribisnis, Pariwisata dan Usaha Ekonomi Produktif berbasis
STRATEGI PENATAAN RUANG
potensi lokal;
e. Penataan kembali kawasan lindung di seluruh wilayah; dan
f. Optimalisasi potensi sumber daya wilayah.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-2

b. Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan;


3.4. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN JEMBER c. Peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah;

Penataan ruang Kabupaten Jember bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah d. Percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki;

kabupaten yang berbasis agribisnis didukung oleh pertanian berkelanjutan, pariwisata e. Pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif;

dan usaha ekonomi produktif yang berbasis potensi lokal. f. Peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung;

Tinjauan pembahasan Tujuan RTRW Kabupaten Jember meliputi : g. Pengembangan sistem penanggulangan bencana pada kawasan rawan
bencana;
1. Mengkaji ulang RTRW Kabupaten Jember tahun 2015-2035 atas kesesuaiannya
h. Pengembangan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah;
dengan kondisi yang ada dan kebijakan tata ruang Propinsi Jawa Timur saat ini;
i. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; dan
2. Sinkronisasi antar produk tata ruang/antar program pembangunan dan menjaga
j. Pengelolaan kawasan pesisir.
konsistensi dan kesinambungan antar kebijaksanaan/program pembangunan;
3. Menyiapkan perwujudan dengan melaksanakan dan mengakomodasi program-
program pembangunan; TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
4. Mendayagunakan produk tata ruang sebagai alat penataan, penyusunan program Kebijakan Pengembangan Berdasar kan RTRWN

pembangunan dan pengendalian secara optimal. Sesuai dengan Pasal 15 UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang, RTRWN,
5. Mengembangkan kawasan industri pertambangan agar dapat dimanfaatkan secara RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten mencakup ruang darat, ruang laut dan ruang
optimal, efisien dan berwawasan lingkungan udara, termasuk ruang di dalam bumi. Memperhatikan tata ruang yang ada dan
6. Pengembangan agroindustri berbasis potensi lokal skenario ruang 2035 yang diinginkan, tujuan pemanfaatan ruang adalah peningkatan
7. Pengembangan daya tarik pariwisata yang berkelanjutan; kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, yang diupayakan melalui :
8. Peningkatankualitas dan jangkauanprasarana dan saranawilayah; 1. Pemanfaatan sumber daya nasional yang optimal, meliputi:
9. Percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki; a. Pemanfaatan sumber daya alam yang seoptimal mungkin dengan tetap
10. Pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif; memperhatikan kelestarian lingkungan.
11. Peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung;
b. Pengaturan lokasi pemanfaatan lahan yang menghasilkan sinergi keterkaitan
12. Pengembangan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah;
sektor dalam wilayah nasional dan menghindari konflik pemanfaatan ruang dan
sumber daya.
3.5. KEBIJAKAN PENATAAN RUANG KABUPATEN JEMBER
c. Penetapan pokok-pokok kriteria penentuan kawasan budi daya serta
(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten sebagaimana
kebijaksanaan pengelolaannya.
dimaksud dalam Pasal 5 ditetapkan kebijakan dan strategi perencanaan penataan
ruang wilayah. 2. Keseimbangan perkembangan antar kawasan nasional melalui pemanfaatan ruang

(2) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : kawasan secara serasi, selaras dan seimbang serta berkelanjutan dalam rangka

a. Pengembangan agribisnis dan Usaha Ekonomi Produktif berbasis potensi lokal; meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mempercepat pertumbuhan kawasan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-3

tertinggal dan meningkatkan daya dukung lingkungan nasional. direncanakan, sehingga pengembangannya dapat meningkatkan kualitas pemanfaatan
ruang.
3. Pencegahan kerusakan fungsi lingkungan hidup, meliputi:

a. Peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, keanekaragaman hayati, 3.6. STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH
tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa; Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Jember membahas mengenai :
b. Pemeliharaan keanekaragaman hayati, ekosistem dan keunikan alam serta (1) Pengembangan agribisnis dan usaha ekonomi produktif berbasis potensi lokal
kearifan tradisional; sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf a, dengan strategi meliputi:
a. Mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian dan usaha ekonomi
c. Penetapan pokok-pokok kriteria berdasarkan prinsip meningkatkan dan produktif berbasis potensi bahan baku lokal;
memelihara fungsi lindung fisik wilayah dan sosial budaya bangsa dalam b. Meningkatkan produktivitas hasil pertanian;
penentuan kawasan lindung serta kebijaksanaan pengelolaannya. c. Mengembangkan kawasan agropolitan;
d. Mengembangkan agribisnis pada sentra-sentra produksi;
4. Kemampuan memelihara pertahanan keamanan negara yang dinamis dan
e. Mengembangkan pusat pemasaran hasil komoditas kabupaten; dan
memperkuat integrasi nasional. f. Mengembangkan pertanian terpadu ramah lingkungan.
Untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan (2) Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal
7 ayat (2) huruf b, dengan strategi meliputi:
keamanan, perlu dirumuskan arah kebijakan dan strategi pengembangan pola
a. Mengembangkan kawasan daya tarik wisata unggulan;
pemanfaatan ruang nasional berupa pemanfaatan kawasan lindung, kawasan budidaya
b. Mengembangkan agrowisata;
(termasuk dengan pertahanan dan keamanan) dan kawasan tertentu beserta arah c. Meningkatkan kualitas perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan
kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang berupa sistem perkotaan, sistem warisan budaya;
transportasi, dan sistem infrastruktur wilayah pendukung lainnya. Perwujudan pola d. Mengembangkan industri pariwisata yang berdaya saing dan ramah
pemanfaatan dan struktur ruang wilayah nasional meliputi arah kebijakan, strategi dan lingkungan; dan
langkah-langkah dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan, kota, dan e. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan.
(3) Peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah sebagaimana
infrastruktur wilayah untuk mewujudkan tata ruang yang diinginkan.
dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf c, dengan strategi meliputi:
Dalam RTRWN ditetapkan bahwa pengembangan wilayah Pulau Jawa Bali a. Mengembangkan jalan penghubung perkotaan dan perdesaan;
sebagai wilayah pengembangan pangan nasional, perkebunan, peternakan, b. Mengembangkan sumberdaya energi listrik dan meningkatkan infrastruktur
sumberdaya alam yang hemat ruang terutama perikanan tangkap, perkebunan, pendukung;
c. Meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi;
pariwisata, pertambangan migas dan non migas, industri pengolahan yang hemat ruang
d. Mengoptimalkan pendayagunaan dan pengelolaan prasarana sumberdaya air;
dan air serta ramah lingkungan serta permukiman yang terkendali.
dan
Pengembangan pusat - pusat permukiman diserasikan dengan sistem jaringan e. Mengembangkan dan mengoptimalkan sistem pengelolaan lingkungan
transportasi, sistem jaringan prasarana dan sarana, dan memperhatikan peruntukan berkelanjutan.

ruang kawasan budidaya wilayah sekitarnya, baik yang telah ada maupun yang

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-4

(4) Percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki a. Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 pada ayat (2) huruf d, dengan strategi pertahanan dan keamanan;
meliputi: b. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
a. Mengembangkan pusat kegiatan yang mampu menjadi simpul distribusi dan terbangun di sekitar kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
pemasaran produk pertanian dan pariwisata; pertahanan dan keamanan sebagai zona penyangga yang memisahkan
b. Meningkatkan peran fungsi kawasan perkotaan; kawasan tersebut dengan kawasan budidaya terbangun;
c. Mengembangkan kawasan perdesaan sesuai dengan potensi masing-masing c. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan
perdesaan; dan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya; dan
d. Meningkatkan sinergitas keterkaitan kegiatan ekonomi wilayah perkotaan d. Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan milik tentara
dengan wilayah perdesaan. nasional indonesia dan kepolisian.
(5) Pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif sebagaimana dimaksud (10) Pengelolaan kawasan pesisir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat ( 2 )
dalam pasal 7 ayat (2) huruf e, dengan strategi meliputi: huruf j, dengan strategi meliputi :
a. Menetapkan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B); dan a. Mengembangkan kawasan minapolitan;
b. Mengarahkan perkembangan kegiatan terbangun pada lahan tidak dan/atau b. Menjaga kelestarian ekosistem kawasan pesisir;
kurang produktif. c. Meningkatkan kegiatan kepariwisataan di kawasan pesisir;
(6) Peningkatan pelestarian fungsi kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam d. Meningkatkan kegiatan perikanan di kawasan pesisir; dan
Pasal 7 ayat (2) huruf f, dengan strategi meliputi: e. Konservasi wilayah pesisir.
a. Mempertahankan kawasan lindung yang telah ditetapkan;
b. Memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah mengalami 3.7. KONSEP DAN SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH
penurunan fungsi; dan 3.7.1. Konsep Pengembangan Wilayah
c. Meningkatkan potensi sumberdaya alam dan buatan di kawasan lindung
Perumuskan konsep pengembangan wilayah Kabupaten Jember, dilakukan
dengan pengembangan agrowisata, budidaya dan ekowisata.
dengan tetap memperhatikan beberapa permasalahan sentral pembangunan wilayah
(7) Pengembangan sistem penanggulangan bencana pada kawasan rawan bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf g, dengan strategi meliputi: kabupaten, yaitu :
a. Saat prabencana 1. Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia
b. Saat terjadi bencana/tanggap darurat; dan Beberapa indikator yang menunjukan permasalahan ini, ditandai dengan angka
c. Saat pasca bencana pengangguran yang tinggi, angka buta aksara tinggi (18,9%), angka drop out
(8) Peningkatan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah Sekolah Dasar yang tinggi dan tingginya angka balita dan non balita kurang gizi.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf h, dengan strategi meliputi:
2. Rendahnya Tingkat Kesejahteraan Hidup
a. Meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan;
Fenomena kemiskinan yang menjadi indikator utama permasalahan ini adalah
b. Melestarikan upacara tradisional seni dan budaya; dan
besarnya angka kemiskinan di Kabupaten Jember yang mencapai 30% dari total
c. Menjaga dan melestarikan kawasan sosial budaya
(9) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara jumlah rumah tangga yang ada. Angka kemiskinan ini ditandai juga dengan kondisi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf i, dengan strategi meliputi :

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-5

permukiman tidak layak huni yang mencapai 50% dari jumlah rumah yang ada di didalamnya terdapat beberapa komponen penting yang saling berkaitan. Beberapa
Kabupaten Jember komponen tersebut seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini.
3. Tidak Optimalnya Pelayanan Prasarana Sarana Dasar
Tidak optimalnya pelayanan sarana prasarana pemenuhan kebutuhan masyarakat,
dapat dilihat dari pelayanan prasarana air bersih yang merupakan kebutuhan yang
pokok, hanya mencapai 41,9% untuk pelayanan air bersih perdesaan dan 65,8%
untuk pelayanan air bersih perkotaan. Semuanya masih jauh dari standar pelayanan TABEL 3.1
yang ditargetkan pada cakupan nasional yang sebesar 60% dan 80%. Prasarana MODEL KELOMPOK WILAYAH (REGIONAL CLUSTER)
dasar wilayah yang juga masih kurang optimal adalah jaringan jalan, sarana
No Komponen Deskripsi
perhubungan dan prasarana pendukung permukiman lainnya.
4. Belum Optimalnya Pemanfaatan Sumber Daya Alam 1. Sektor dasar Semua sektor, tergantung kepada kondisi dan potensi
Kabupaten Jember dengan karakteristik wilayah bergunung-gunung memiliki potensi
wilayah, dengan penekanan kepada pengembangan
sumber daya alam yang besar namun belum dimanfaatkan secara optimal.Dalam
usaha-usaha kecil-menengah yang berbasis kepada
pengembangan lahan sawah sebagai sumber pangan hanya 30.963 Ha atau 19,85%
sumberdaya lokal.
saja yang telah eksis. Kekayaan potensi pertambangan juga masih sebatas pada
bahan galian golongan C (pasir dan batuan), itupun dengan jumlah yang terbatas. 2. Sistem perkotaan Horizontal, terdiri dari beberapa pusat dan wilayah
Belum lagi potensi kehutanan dan perkebunan yang belum dikelola dengan lebih belakangnya, di mana masing-masing kelompok
baik. Namun pemanfaatan sumberdaya alam juga dihadapkan pada kendala mempunyai karakteristik dan keunggulan bandingnya
kerawanan bencana pada hampir seluruh bagian wilayah. sendiri-sendiri.
Konsep pengembangan wilayah yang diusulkan untuk wilayah Kabupaten
3. Hubungan desa- Tidak selalu satu arah, tetapi lebih banyak dua arah,
Jember adalah sebuah model yang mampu memberikan nilai tambah bagi tercapainya
kota dengan pusat pengembangan tidak selalu harus di kota
hubungan antar-ruang yang efisien dan efektif dan sesedikit mungkin menimbulkan
tetapi juga bisa di desa; intensitas lebih tinggi pola
dampak negatif, yaitu ketimpangan antar wilayah. Konsep pengembangan ini didasari
perkembangan akan banyak terjadi sepanjang koridor.
oleh pemikiran bahwa hubungan yang terjadi antar-ruang (misal antara desa dengan
4. Model Perencanaan yang lebih terdesentralisasi, integrasi antara
kota) merupakan hubungan yang saling mempengaruhi dan menguntungkan. Dengan
perencanaan multi-sektoral dan kegiatan desa dan kota pada tingkat
demikian, dalam konsep ini desa bukan merupakan sekedar pendukung perkembangan
lokal.
perkotaan, tetapi juga berfungsi sebaliknya. Keduanya berada dalam satu sistem yang
saling terkait karena mempunyai fungsi yang berbeda. 5. Kebijakan utama Diversifikasi pertanian, agro-industri, industri berbasis
sumberdaya alam, pelayanan perkotaan, pengembangan
Konsep pengembangan ini merupakan modifikasi dari model Kelompok Wilayah
kualitas sumberdaya manusia, dan pengembangan
(Regional Cluster) yang pertama kali diusulkan oleh Mike Douglass (1998) yang
jaringan transportasi antar pusat permukiman.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-6

Sumber: Analisis Perencanaan, 2009 Konsep ini memungkinkan untuk mengurangi pemusatan kegiatan pada wilayah
yang paling berkembang . Kelompok-kelompok wilayah yanag ada akan berkembang
Model pengembangan diatas berbeda dengan model „pusat pertumbuhan‟ yang
sesuai dengan potensinya dan akan menciptakan keterkaitan yang saling
selama ini banyak mendasari perencanaan pengembangan wilayah dan tata ruang di
menguntungkan.
Indonesia. Secara keruangan dijelaskan dalam Gambar 3.1

 Dari Sudut Pandang Ekonomi


Gambar 3.1
Diagram Pengembangan Sistem Keruangan Berdasarkan Pengembangan wilayah berbasis kelompok ini akan menciptakan keunggulan
Konsep Kelompok Wilayah banding yang spesifik dari setiap kelompok. Spesialisasi ini juga bisa bersifat
fleksibel (flexible specialization), karena masing-masing kelompok tidak bergantung
kepada satu sektor unggulan tetapi beberapa sektor yang pengembangannya
tergantung kepada bagaimana “pasar” yang potensial berjalan pada saat tertentu.

Walaupun demikian, keuntungan konsep pengembangan ini akan membawa


implikasi pengembangan beberapa sektor yang menjadi prasyarat implementasinya,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Penyediaan prasarana pendukung antar-wilayah, khususnya jaringan jalan yang
menciptakan kemudahan akses antar kelompok wilayah.
2. Pengembangan satu prasarana terminal yang menjadi main gate dan transit-point
yang menghubungkan antar kawasan dan antar wilayah.
3. Pengembangan perkotaan dengan melengkapi fungsi-fungsi kekotaan di kota-kota
utama yang berpotensi menjadi pusat kegiatan wilayah.
4. Arahan pengembangan sektoral yang bersifat makro tentang bagaimana sektor-
sektor ekonomi potensial bisa dikembangkan dengan berbagai model dan jenis
Salah satu hal mendasar dalam konsep ini adalah sektor ekonomi wilayah yang komoditas yang dihasilkan.
menjadi tumpuan perkembangan tidak ditentukan oleh keputusan yang bersifat teoritik/
top-down, melainkan berdasarkan oleh potensi wilayah setempat ditambah dengan
kajian strategis yang mempertimbangkan kecenderungan masa depan.

Keuntungan yang memungkinkan berkaitan dengan konsep pengembangan di


atas bisa mencakup beberapa hal, diantaranya :
 Dari Sudut Pandang Keruangan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-7

3.8. STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN DENGAN SWOT

Tabel. 3.2
Matriks Potensi dan Permasalah Kabupaten Jember
S (Strength) W (Weakness) O (Oportunity) T (Threath)
Variabel
Kekuatan Kelemahan Kesempatan Ancaman

Struktur Tata Ruang  Pembagian struktur tata ruang dalam  Lingkup administratif Wilayah  Adanya kebijakan pembangunan akses  Adanya kebijakan penetapan
wilayah pembangunan dapat Pengembangan (WP) yang terlalu luas regional Surabaya-Jember-Banyuwangi pusat dan sub pusat regional
memeratakan distribusi fasilitas sehingga kurang efisien dalam sistem dan jalur lintas selatan Kabupaten akan menjadi bumerang apabila
pelayanan umum dan meningkatkan pusat pelayanan Jember berpeluang untuk hanya menjadi pusat pelayanan
aktifitas ekonomi masyarakat untuk dikembangkan sub pusat wilayah yang wilayah sekitarnya tanpa mampu
 Beberapa wilayah kecamatan memiliki
mendorong pembangunan. akan berperan sebagai koleksi dan berperan sebagai katalis
tingkat perkembangan yang belum
distribusi untuk kawasan pusat wilayah pembangunan. Dampak
 Sistem Multiple Nucley pada struktur optimal karena terkendala faktor
yaitu WP Jember. buruknya adalah semakin
tata ruang Kabupaten Jember geografis kawasan
terkonsentrasinya pembangunan
berjalan efektif dalam pendistribusian
 Permukiman perdesaan umumnya
pada pusat-pusat wilayah.
pelayanan sekaligus sebagai katalis
memiliki pelayanan yang terbatas,
pengembangan wilayah dari pusat
sehingga banyak pusat permukiman
pelayanan terhadap daerah
yang masih bergantung pada pusat
hinterlandnya
perkotaan kecamatan yang selanjutnya
 Pengembangan sistem pelayanan menimbulkan ketergantungan terhadap
hirarki orde kota didasarkan pada kawasan perkotaan.
potensi yang dimiliki masing-masing
 Ketimpangan perkembangan pada
wilayah sehingga dalam satu
pusat Kota Jember berkembang
kesatuan sistem.
sangat cepat dimana kebijakan
Adanya sistem hirarki pusat pelayanan pembangunan didominasi di wilayah
permukiman perdesaan yang dapat ibukota kabupaten, sedangkan
mendukung pengembangan sosial pembangunan ibukota kecamatan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-8

S (Strength) W (Weakness) O (Oportunity) T (Threath)


Variabel
Kekuatan Kelemahan Kesempatan Ancaman
ekonomi masyarakat di wilayah kurang mendapat perhatian.
perdesaan secara umum.

Pola Pemanfaatan  57.21 % luas wilayah di Kabupaten  Kurangnya pengawasan dan  Kebijakan propinsi untuk  Kebijakan penetapan kawasan
Ruang / Lahan Jember merupakan lahan dengan pemantauan terhadap pelestarian pengembangan sektor pertanian hutan produksi apabila kurang
kemiringan lahan 0-15% (landai), kawasan konservasi dan hutan lindung hortikultura, perkebunan, kehutanan pengawasan dan pengendalian
sehingga lebih memudahkan dalam mengakibatkan berkembangnya sebagai sistem kegiatan Kabupaten dapat menyebabkan eksploitasi
proses pembangunan pola kawasan budidaya ke kawasan lindung Jember yang merupakan pusat hasil hutan yang tidak
pemanfaatan ruang. yang menyebabkan terjadinya longsor pertumbuhan wilayah (SWP Jember) memperhatikan kelestarian
yang pada akhirnya akan propinsi dapat mendukung lingkkungan.
 Memiliki sumber mata air yang
memperparah kerusakan lingkungan perkembangan pola pemanfaatn lahan
tersebar relatif merata dengan lima  Kebijakan pengembangan
yang ada.
hidrologi sungai yang berperan  Kurang lestarinya hutan, kurangnya kawasan pertambangan jika
penting dalam pengembangan sektor kegiatan penghijauan kembali  Kebijakan kawasan agropolitan melalui kurang memperhatikan
pertanian di seluruh wilayah (reboisasi), terjadinya kegiatan agroindustri mampu memberi kelestarian lingkungan dapat
Kabupaten Jember. pencurian/penebangan kayu, berbagai nilai tambah serta meraih pangsa pasar berdampak buruk terhadap
alih fungsi kawasan sehingga fungsi yang lebih besar. lingkungan.
 Lahan di Kabupaten Jember
dasar sebagai kawasan lindung
mempunyai potensi besar terhadap  Kebijakan pembangunan rencana-
menjadi berkurang.
pengembangan sektor perekonomian rencana jalan baru membuka peluang
yang berasal dari hasil alam berupa  Kerusakan kawasan lindung karena pemanfaatan lahan yang lebih luas.
pertanian, perkebunan dan mengalami perubahan fungsi, yakni
 Kebijakan pengembangan wilayah yang
kehutanan. seharusnya hutan berubah menjadi
memiliki aksesibilitas laut dan udara
kawasan budidaya seperti tegalan,
 Kabupaten Jember telah memiliki mendorong pengembangan guna lahan
sawah, kebun, perumahan, dan
kawasan lindung yang berfungsi lebih cenderung ke wilayah selatan dan
sebagainya.
untuk perlindungan, pengawetan, timur Jember.
konservasi dan pelestarian fungsi  Pengetahuan masyarakat tentang
 letak Jember di pantai selatan yang
sumberdaya alam dan lingkungannya pentingnya fungsi kawasan lindung
sangat potensial akan kekayan ikan dan
guna mendukung kehidupan secara cenderung kurang, atau bahkan tidak
didukung kebijakan pengembangan
serasi yang berkelanjutan. perduli, sehingga masyarakat
kawasan pantai Selatan terkait

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-9

S (Strength) W (Weakness) O (Oportunity) T (Threath)


Variabel
Kekuatan Kelemahan Kesempatan Ancaman
cenderung melakukan perusakan pengembangan Jalan Lintas Selatas
terhadap kawasan tersebut. (JLS) memerikan peluang
pengembangan kawasan Selatan yang
selama ini tertinggal dengan penekanan
pengembangan sektor perikanan.

Sumber Daya  Secara kuantitas Kabupaten Jember  Besarnya kuantitas penduduk  Tingkat pertumbuhan sektor  Faktor persaingan era global dan
Manusia memiliki penduduk yang cukup Kabupaten Jember masih harus perekonomian memberikan potensi bagi standard kualitas tenaga kerja,
potensial dalam memenuhi kebutuhan didukung peningkatan kualitas dari masuknya investasi luar, sehingga memungkinakan masuknya
tenaga kerja dan sebagai motor segi pendidikan sehingga mampu dapat membuka kesempatan kerja lebih tenaga kerja non lokal, sehingga
penggerak pembangunan wilayah. menjadi motor penggerak besar bagi masyarakat Kabupaten dapat mengurangi kesempatan
pembangunan berbasis masyarakat. Jember. kerja masyarakat lokal

 Distriusi penduduk Kabupaten Jember  Peluang masuknya investasi dari luar


masih belum merata, terpusat pada membuka kesempatan penerapan dan
ibukota Kabupaten sehingga tidak pemanfaatan teknologi tepat guna yang
mendukung terciptanya pemerataan dapat bermanfaat bagi peningkatan
pembangunan antar wilayah di SDM lokal
Kabupaten Jember

Jaringan Jalan /  Jaringan jalan kabupaten sudah dapat  Jaringan jalan terutama jalan arteri dan  Dengan adanya kebijakan -
Transportasi menghubungkan antar wilayah kota, kolektor primer sebagian ruas memiliki pembangunan terminal peti kemas dan
sehingga aksesibilitas wilayah- kepadatan lalu lintas yang sangat rencana pembangunan terminal kargo
wilayah tersebut dapat lebih tinggi, sehingga terjadi kemacetan dan di Jember akan mendorong
mendukung proses pembangunan masalah transportasi lainnya. perkembangan wilayah lebih tinggi.
fasilitas penunjang kegiatan dan
 Kondisi topografi Jember yang sangat  Kebijakan pengembangan Bandara
jaringan utilitas.
beragam menjadikan beberapa udara Notohadinegoro yang merupakan
 Kelas jalan yang digunakan saat ini permasalahan misalnya jaringan jalan bandara domestik lokal di Jember
sudah sesuai dengan standar yang mempunyai topografi cenderung memberikan peluang pengembangan
pelayanan yang ditentukan. terjal/pegunungan serta rawan longsor. investasi untuk pengembangan wilayah

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-10

S (Strength) W (Weakness) O (Oportunity) T (Threath)


Variabel
Kekuatan Kelemahan Kesempatan Ancaman
Jember dengan adanya kemudahan
 Kondisi prasarana jalan yang ada  Sistem jaringan kereta api belum dapat
aksesibilitas.
sebagian besar masih dalam keadaan menghubungkan antar kawasan
baik. Adapun tipe perkerasan jalan industri, kawasan pelabuhan, kawasan  Kebijakan pembangunan Jalur Lintas
terdiri dari jalan aspal, batu, dan bisnis dan kawasan fungsional lainnya Selatan dengan jalan siripnya akan
tanah. (keterkaitan antar moda transportasi meningkatkan aksesibilitas wilayah-
massal yang satu dengan lainnya wilayah yang ada di bagian selatan.
 Kabupaten Jember sudah mempunyai
masih rendah)
kelengkapan sarana dan prasarana
infrastruktur transportasi (darat dan
udara).

Sarana / Fasilitas  Ketersediaan fasilitas pendidikan  Masih ada beberapa fasilitas  Kebijakan fasilitas pendidikan berupa -
yang tersebar merata pada wilayah pelayanan masyarakat yang penambahan unit dan peningkatan
kecamatan sehingga dapat ketersediaannya masih kurang kualitas.
membantu meningkatkan kualitas memenuhi ditinjau dari jumlah
 Adanya kebijakan penambahan jumlah
SDM penduduk per kecamatan.
fasilitas pada masing-masing pusat
 Adanya pembangunan sekolah-  Adanya pemusatan fasilitas-fasilitas pelayanan agar dapat memberikan
sekolah unggulan yang terpadu penting yang hanya berada pada pelayanan maksimal yang menjangkau
diharapkan dapat meningkatkan wilayah pusat Kabupaten sehingga seluruh wilayah secara hirarkis.
kualitas pendidikan melalui proses mempersulit jangkauan pelayanan
kegiatan belajar mengajar yang lebih untuk seluruh Kabupaten Jember yang
efektif. relatif luas.

 Fasilitas kesehatan berupa pondok


bersalin, puskesmas dan puskesmas
pembantu telah memenuhi kebutuhan
masyarakat dan tersebar merata.

 Fasilitas peribadatan pada umumnya


telah memenuhi kebutuhan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-11

S (Strength) W (Weakness) O (Oportunity) T (Threath)


Variabel
Kekuatan Kelemahan Kesempatan Ancaman
masyarakat dan tersebar merata pada
masing-masing wilayah..

Prasarana / Utilitas  Banyaknya aliran sungai yang  Sumberdaya air banyak mengalami  Pengembangan telekomunikasi sangat  Kebijakan masuknya jaringan
mengaliri kabupaten ini menjadi penyusutan dan pada tempat tertentu pesat, mengingat percepatan informasi telepon seluler menyebabkan
sumberdaya air bagi kegiatan malah tidak dapat dikendalikan yang dengan pengembangan teknologi maraknya pembangunan
pertanian dan untuk kebutuhan air mengakibatkan timbulnya banjir. telekomunikasi sangat dibutuhkan oleh menara-menara BTS (Base
bersih perkotaa, menjadikan wilayah masyarakat. Dengan pengembangan Transceiver System) yang
 Perubahan bantaran sungai menjadi
Kabupaten Jember menjadi salah teknologi telekomunikasi, bentuk-bentuk kurang terkendali.
permukiman ini juga mengakibatkan
satu lumbung pangan Jawa Timur sistim informasi semakin beragam pula
berkurangnya kapasitas tampung,
perkembangannya.
 Kebutuhan listrik di Kabupaten berubahnya kawasan karena gejala
Jember dipenuhi kebutuhan energi alam, penurunan kualitas air yang  Dukungan kebijakan untuk jaringan
listriknya oleh jaringan interkoneksi diakibatkan oleh sumber-sumber telepon seluler dapat membantu
Jawa Bali pencemar yang masuk ke badan memenuhi kebutuhan komunikasi
sungai. masyarakat Jember khususnya di
 Perkembangan telekomunikasi di
daerah yang tidak terjangkau jaringan
wilayah Kabupaten Jember  Kekeringan saat kemarau dan banjir
Telkom.
berkembang dengan cepat melalui saat musim hujan karena belum
jaringan PT. Telkom dan jaringan optimalnya penataan sumberdaya air  Pengembangan energi baru dan
seluler. di aliran sungai, menyebabkan daerah terbarukan perlu diterapkan, sumber
relatif tertinggal. energi tersebut adalah energi
 Masih besarnya lahan belum
mikrohidro, energi angin, energi surya,
terbangun sebagai area resapan air  Kurang tepat dalam pemilihan lokasi
energi gelombang dan energi nabati.
menjadikan Kabupaten Jember TPA di samping tata cara pengelolaan
secara umum tidak memiliki operasional yang tidak berjalan dengan
permasalahan dalam hal genangan baik menyebabakan permasalahan
yang disebabkan oleh terhambatnya pengelolaan sampah.
air untuk masuk ke saluran drainase
baik primer, sekunder maupun tersier.
Perekonomian  Berdasarkan struktur PDRB  Usaha peningkatan kualitas dan  Kebijakan agroindustri memungkinkan  Kebijakan kawasan agropolitan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-12

S (Strength) W (Weakness) O (Oportunity) T (Threath)


Variabel
Kekuatan Kelemahan Kesempatan Ancaman
Kabupaten Jember dapat dilihat kuantitas hasil produksi pertanian sumber daya alam yang dimiliki dapat melalui kegiatan agroindustri
bahwa ada tiga sektor yang sebagai basic sektor penunjang dikelola lebih lanjut menjadi produk yang kurang memperhatikan
mendominasi, yaitu sektor pertanian, industri masih mengalami berbagai turunan yang bernilai ekonomis tinggi, kaidah lingkungan dapat
sektor perdagangan, hotel dan kendala, antara lain belum cukup khususnya produksi pertanian. menyebabkan kegiatan
restoran, serta sektor jasa. menariknya kebijakan deregulasi  Kebijakan pembangunan jaringan jalan pertanian/perkebunan yang
 Kontribusi sub sektor perekonomian  Minimnya infrastruktur pendukung baru (Jalur Lintas Selatan) diharapkan merambah lahan lindung.
yang mendominasi perekonomian di berkembangnya aktivitas industri dapat membuka akses untuk  Persaingan produk
Jember adalah pertanian tanaman sehingga kurang berkembang dan meningkatkan potensi pembangunan perekonomian dari luar yang
pangan, perkebunan, peternakan, memberikan kontribusi pada sektor perekonomian bagi wilayah yang dilalui. semakin tinggi memasuki era
perdagangan besar dan eceran serta perekonomian kabupaten.  Kebijakan kerjasama daerah perdagangan bebas
jasa-jasa, baik jasa pemerintah  Sistem pengelolaan hasil pertanian, perbatasan dengan Kabupaten
maupun swasta. perkebunhan, peternakan dan Lumajang, Situbondo dan Bondowoso
 Indikator lain yang menunjukan perikanan, kehutanan yang masih dapat membuka peluang perluasan
potensi ekonomi adalah ekspor sangat tradisional dengan penggunaan wilayah pemasaran potensi
komoditas yang dilakukan dalam faktor produksi yang belum efisien. pertumbuhan sektor pertanian,
menunjang kawasan potensial di pertambangan dan pariwisata.
Kabupaten Jember.
Sumber : Hasil Analisis, 2010

Berikut ini analisis dengan metoda SWOT untuk pengembangan Kabupaten Jember melalui proses IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) dan EFAS (Eksternal
Strategic Factor Analysis Summary) agar dapat diketahui posisinya dalam kuadran SWOT.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-13

Tabel 3.3
Analisis IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary)
Faktor-faktor Bobot x
Keterangan Bobot Rating
Strategi Internal Rating
KEKUATAN

Struktur Tata  Pembagian struktur tata ruang dalam wilayah pembangunan dapat memeratakan distribusi fasilitas pelayanan umum dan 0.10 3 0.3
Ruang meningkatkan aktifitas ekonomi masyarakat untuk mendorong pembangunan.

 Sistem Multiple Nucley pada struktur tata ruang Kabupaten Jember berjalan efektif dalam pendistribusian pelayanan sekaligus 0.05 2 0.1
sebagai katalis pengembangan wilayah dari pusat pelayanan terhadap daerah hinterlandnya

 Pengembangan sistem pelayanan hirarki orde kota didasarkan pada potensi yang dimiliki masing-masing wilayah sehingga 0.07 3 0.21
dalam satu kesatuan sistem.

 Adanya sistem hirarki pusat pelayanan permukiman perdesaan yang dapat mendukung pengembangan sosial ekonomi 0.04 3 0.12
masyarakat di wilayah perdesaan secara umum.

Pola Pemanfaatan  57.21 % luas wilayah di Kabupaten Jember merupakan lahan dengan kemiringan lahan 0-15% (landai), sehingga lebih 0.08 3 0.24
Ruang / Lahan memudahkan dalam proses pembangunan pola pemanfaatan ruang.

 Memiliki sumber mata air yang tersebar relatif merata dengan lima hidrologi sungai yang berperan penting dalam 0.02 2 0.04
pengembangan sektor pertanian di seluruh wilayah Kabupaten Jember.

 Lahan di Kabupaten Jember mempunyai potensi besar terhadap pengembangan sektor perekonomian yang berasal dari hasil 0.04 2 0.08
alam berupa pertanian, perkebunan dan kehutanan.

 Kabupaten Jember telah memiliki kawasan lindung yang berfungsi untuk perlindungan, pengawetan, konservasi dan pelestarian 0.02 2 0.04
fungsi sumberdaya alam dan lingkungannya guna mendukung kehidupan secara serasi yang berkelanjutan.

Sumber Daya  Secara kuantitas Kabupaten Jember memiliki penduduk yang cukup potensial dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan 0.03 2 0.06
Manusia sebagai motor penggerak pembangunan wilayah.

Jaringan Jalan /  Jaringan jalan kabupaten sudah dapat menghubungkan antar wilayah kota, sehingga aksesibilitas wilayah-wilayah tersebut 0.07 3 0.21
Transportasi dapat lebih mendukung proses pembangunan fasilitas penunjang kegiatan dan jaringan utilitas.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-14

Faktor-faktor Bobot x
Keterangan Bobot Rating
Strategi Internal Rating

 Kelas jalan yang digunakan saat ini sudah sesuai dengan standar pelayanan yang ditentukan. 0.02 1 0.02

 Kondisi prasarana jalan yang ada sebagian besar masih dalam keadaan baik. Adapun tipe perkerasan jalan terdiri dari jalan 0.02 2 0.04
aspal, batu, dan tanah.

 Kabupaten Jember sudah mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana infrastruktur transportasi (darat dan udara). 0.03 2 0.06

Sarana / Fasilitas  Ketersediaan fasilitas pendidikan yang tersebar merata pada wilayah kecamatan sehingga dapat membantu meningkatkan 0.03 2 0.06
kualitas SDM

 Adanya pembangunan sekolah-sekolah unggulan yang terpadu diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan melalui 0.04 2 0.08
proses kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif.

 Fasilitas kesehatan berupa pondok bersalin, puskesmas dan puskesmas pembantu telah memenuhi kebutuhan masyarakat dan 0.02 2 0.04
tersebar merata.

 Fasilitas peribadatan pada umumnya telah memenuhi kebutuhan masyarakat dan tersebar merata pada masing-masing 0.02 1 0.02
wilayah..

Prasarana /  Banyaknya aliran sungai yang mengaliri kabupaten ini menjadi sumberdaya air bagi kegiatan pertanian dan untuk kebutuhan air 0.05 2 0.1
Utilitas bersih perkotaa, menjadikan wilayah Kabupaten Jember menjadi salah satu lumbung pangan Jawa Timur

 Kebutuhan listrik di Kabupaten Jember dipenuhi kebutuhan energi listriknya oleh jaringan interkoneksi Jawa Bali 0.03 2 0.06

 Perkembangan telekomunikasi di wilayah Kabupaten Jember berkembang dengan cepat melalui jaringan PT. Telkom dan 0.03 2 0.06
jaringan seluler.

 Masih besarnya lahan belum terbangun sebagai area resapan air menjadikan Kabupaten Jember secara umum tidak memiliki 0.02 1 0.02
permasalahan dalam hal genangan yang disebabkan oleh terhambatnya air untuk masuk ke saluran drainase baik primer,
sekunder maupun tersier.

Perekonomian  Berdasarkan struktur PDRB Kabupaten Jember dapat dilihat bahwa ada tiga sektor yang mendominasi, yaitu sektor pertanian, 0.07 3 0.21
sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa.

 Kontribusi sub sektor perekonomian yang mendominasi perekonomian di Jember adalah pertanian tanaman pangan, 0.05 2 0.1
perkebunan, peternakan, perdagangan besar dan eceran serta jasa-jasa, baik jasa pemerintah maupun swasta.

 Indikator lain yang menunjukan potensi ekonomi adalah ekspor komoditas yang dilakukan dalam menunjang kawasan 0.05 2 0.1

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-15

Faktor-faktor Bobot x
Keterangan Bobot Rating
Strategi Internal Rating
potensial di Kabupaten Jember.
TOTAL 1 2.37

KELEMAHAN

Struktur Tata  Lingkup administratif Wilayah Pengembangan (WP) yang terlalu luas sehingga kurang efisien dalam sistem pusat pelayanan 0.05 2 0.1
Ruang  Beberapa wilayah kecamatan memiliki tingkat perkembangan yang belum optimal karena terkendala faktor geografis kawasan 0.07 3 0.21

 Permukiman perdesaan umumnya memiliki pelayanan yang terbatas, sehingga banyak pusat permukiman yang masih 0.07 3 0.21
bergantung pada pusat perkotaan kecamatan yang selanjutnya menimbulkan ketergantungan terhadap kawasan perkotaan.

 Ketimpangan perkembangan pada pusat Kota Jember berkembang sangat cepat dimana kebijakan pembangunan didominasi 0.07 3 0.21
di wilayah ibukota kabupaten, sedangkan pembangunan ibukota kecamatan kurang mendapat perhatian.

Pola Pemanfaatan  Kurangnya pengawasan dan pemantauan terhadap pelestarian kawasan konservasi dan hutan lindung mengakibatkan 0.03 2 0.06
Ruang / Lahan berkembangnya kawasan budidaya ke kawasan lindung yang menyebabkan terjadinya longsor yang pada akhirnya akan
memperparah kerusakan lingkungan

 Kurang lestarinya hutan, kurangnya kegiatan penghijauan kembali (reboisasi), terjadinya pencurian/penebangan kayu, berbagai 0.03 2 0.06
alih fungsi kawasan sehingga fungsi dasar sebagai kawasan lindung menjadi berkurang.

 Kerusakan kawasan lindung karena mengalami perubahan fungsi, yakni seharusnya hutan berubah menjadi kawasan budidaya 0.07 2 0.14
seperti tegalan, sawah, kebun, perumahan, dan sebagainya.

 Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya fungsi kawasan lindung cenderung kurang, atau bahkan tidak perduli, sehingga 0.05 2 0.1
masyarakat cenderung melakukan perusakan terhadap kawasan tersebut.

Sumber Daya  Besarnya kuantitas penduduk Kabupaten Jember masih harus didukung peningkatan kualitas dari segi pendidikan sehingga 0.02 2 0.04
Manusia mampu menjadi motor penggerak pembangunan berbasis masyarakat.

 Distriusi penduduk Kabupaten Jember masih belum merata, terpusat pada ibukota Kabupaten sehingga tidak mendukung 0.05 2 0.1
terciptanya pemerataan pembangunan antar wilayah di Kabupaten Jember

Jaringan Jalan /  Jaringan jalan terutama jalan arteri dan kolektor primer sebagian ruas memiliki kepadatan lalu lintas yang sangat tinggi, 0.02 1 0.02
Transportasi sehingga terjadi kemacetan dan masalah transportasi lainnya.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-16

Faktor-faktor Bobot x
Keterangan Bobot Rating
Strategi Internal Rating

 Kondisi topografi Jember yang sangat beragam menjadikan beberapa permasalahan misalnya jaringan jalan yang mempunyai 0.04 2 0.08
topografi cenderung terjal/pegunungan serta rawan longsor.

 Sistem jaringan kereta api belum dapat menghubungkan antar kawasan industri, kawasan pelabuhan, kawasan bisnis dan 0.04 2 0.08
kawasan fungsional lainnya (keterkaitan antar moda transportasi massal yang satu dengan lainnya masih rendah)

Sarana / Fasilitas  Masih ada beberapa fasilitas pelayanan masyarakat yang ketersediaannya masih kurang memenuhi ditinjau dari jumlah 0.03 2 0.06
penduduk per kecamatan.

 Adanya pemusatan fasilitas-fasilitas penting yang hanya berada pada wilayah pusat Kabupaten sehingga mempersulit 0.07 2 0.14
jangkauan pelayanan untuk seluruh Kabupaten Jember yang relatif luas.

Prasarana /  Sumberdaya air banyak mengalami penyusutan dan pada tempat tertentu malah tidak dapat dikendalikan yang mengakibatkan 0.04 1 0.04
Utilitas timbulnya banjir.

 Perubahan bantaran sungai menjadi permukiman ini juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas tampung, berubahnya 0.02 1 0.02
kawasan karena gejala alam, penurunan kualitas air yang diakibatkan oleh sumber-sumber pencemar yang masuk ke badan
sungai.

 Kekeringan saat kemarau dan banjir saat musim hujan karena belum optimalnya penataan sumberdaya air di aliran sungai, 0.02 2 0.04
menyebabkan daerah relatif tertinggal.

 Kurang tepat dalam pemilihan lokasi TPA di samping tata cara pengelolaan operasional yang tidak berjalan dengan baik 0.02 2 0.04
menyebabakan permasalahan pengelolaan sampah.

Perekonomian  Usaha peningkatan kualitas dan kuantitas hasil produksi pertanian sebagai basic sektor penunjang industri masih mengalami 0.05 2 0.1
berbagai kendala, antara lain belum cukup menariknya kebijakan deregulasi

 Minimnya infrastruktur pendukung berkembangnya aktivitas industri sehingga kurang berkembang dan memberikan kontribusi 0.07 3 0.21
pada sektor perekonomian kabupaten.

 Sistem pengelolaan hasil pertanian, perkebunhan, peternakan dan perikanan, kehutanan yang masih sangat tradisional dengan 0.07 3 0.21
penggunaan faktor produksi yang belum efisien.
TOTAL 1 2.27
Sumber : Hasil Analisis, 2010

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-17

Analisis EFAS (Eksternal Strategic Factor Analysis Summary)


Faktor-faktor
Bobot x
Strategi Keterangan Bobot Rating
Rating
Eksternal
PELUANG
Struktur Tata  Adanya kebijakan pembangunan akses regional Surabaya-Jember-Banyuwangi dan jalur lintas selatan Kabupaten Jember 0.07 3 0.21
Ruang berpeluang untuk dikembangkan sub pusat wilayah yang akan berperan sebagai koleksi dan distribusi untuk kawasan pusat
wilayah yaitu WP Jember.
Pola  Kebijakan propinsi untuk pengembangan sektor pertanian hortikultura, perkebunan, kehutanan sebagai sistem kegiatan Kabupaten 0.06 2 0.12
Pemanfaatan Jember yang merupakan pusat pertumbuhan wilayah (SWP Jember) propinsi dapat mendukung perkembangan pola pemanfaatn
Ruang / Lahan lahan yang ada.
 Kebijakan kawasan agropolitan melalui kegiatan agroindustri mampu memberi nilai tambah serta meraih pangsa pasar yang lebih 0.05 2 0.1
besar.
 Kebijakan pembangunan rencana-rencana jalan baru membuka peluang pemanfaatan lahan yang lebih luas. 0.05 3 0.15
 Kebijakan pengembangan wilayah yang memiliki aksesibilitas laut dan udara mendorong pengembangan guna lahan lebih 0.05 2 0.1
cenderung ke wilayah selatan dan timur Jember.
 letak Jember di pantai selatan yang sangat potensial akan kekayan ikan dan didukung kebijakan pengembangan kawasan pantai 0.05 2 0.1
Selatan terkait pengembangan Jalan Lintas Selatas (JLS) memerikan peluang pengembangan kawasan Selatan yang selama ini
tertinggal dengan penekanan pengembangan sektor perikanan.
Sumber Daya  Tingkat pertumbuhan sektor perekonomian memberikan potensi bagi masuknya investasi luar, sehingga dapat membuka 0.07 3 0.21
Manusia kesempatan kerja lebih besar bagi masyarakat Kabupaten Jember.
 Peluang masuknya investasi dari luar membuka kesempatan penerapan dan pemanfaatan teknologi tepat guna yang dapat 0.05 3 0.15
bermanfaat bagi peningkatan SDM lokal
Jaringan Jalan /  Dengan adanya kebijakan pembangunan terminal peti kemas dan rencana pembangunan terminal kargo di Jember akan 0.07 3 0.21
Transportasi mendorong perkembangan wilayah lebih tinggi.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-18

Faktor-faktor
Bobot x
Strategi Keterangan Bobot Rating
Rating
Eksternal
 Kebijakan pengembangan Bandara udara Notohadinegoro yang merupakan bandara domestik lokal di Jember memberikan 0.05 3 0.15
peluang pengembangan investasi untuk pengembangan wilayah Jember dengan adanya kemudahan aksesibilitas.
 Kebijakan pembangunan Jalur Lintas Selatan dengan jalan siripnya akan meningkatkan aksesibilitas wilayah-wilayah yang ada di 0.06 2 0.12
bagian selatan.
Sarana / Fasilitas  Kebijakan fasilitas pendidikan berupa penambahan unit dan peningkatan kualitas. 0. 04 2 0.08
 Adanya kebijakan penambahan jumlah fasilitas pada masing-masing pusat pelayanan agar dapat memberikan pelayanan maksimal 0.05 2 0.1
yang menjangkau seluruh wilayah secara hirarkis.
Prasarana /  Pengembangan telekomunikasi sangat pesat, mengingat percepatan informasi dengan pengembangan teknologi telekomunikasi 0.05 3 0.15
Utilitas sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan pengembangan teknologi telekomunikasi, bentuk-bentuk sistim informasi semakin
beragam pula perkembangannya.
 Dukungan kebijakan untuk jaringan telepon seluler dapat membantu memenuhi kebutuhan komunikasi masyarakat Jember 0.05 2 0.1
khususnya di daerah yang tidak terjangkau jaringan Telkom.
 Pengembangan energi baru dan terbarukan perlu diterapkan, sumber energi tersebut adalah energi mikrohidro, energi angin, energi 0.05 2 0.1
surya, energi gelombang dan energi nabati.
Perekonomian  Kebijakan agroindustri memungkinkan sumber daya alam yang dimiliki dapat dikelola lebih lanjut menjadi produk turunan yang 0.05 3 0.15
bernilai ekonomis tinggi, khususnya produksi pertanian.
 Kebijakan pembangunan jaringan jalan baru (Jalur Lintas Selatan) diharapkan dapat membuka akses untuk meningkatkan potensi 0.05 3 0.15
pembangunan perekonomian bagi wilayah yang dilalui.
 Kebijakan kerjasama daerah perbatasan dengan Kabupaten Lumajang, Situbondo dan Bondowoso dapat membuka peluang 0.07 3 0.21
perluasan wilayah pemasaran potensi pertumbuhan sektor pertanian, pertambangan dan pariwisata.
TOTAL 1 2.66

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-19

Faktor-faktor
Bobot x
Strategi Keterangan Bobot Rating
Rating
Eksternal

ANCAMAN
Struktur Tata  Adanya kebijakan penetapan pusat dan sub pusat regional akan menjadi bumerang apabila hanya menjadi pusat pelayanan 0.25 3 0.75
Ruang wilayah sekitarnya tanpa mampu berperan sebagai katalis pembangunan. Dampak buruknya adalah semakin terkonsentrasinya
pembangunan pada pusat-pusat wilayah.
Pola  Kebijakan penetapan kawasan hutan produksi apabila kurang pengawasan dan pengendalian dapat menyebabkan eksploitasi hasil 0.15 2 0.3
Pemanfaatan hutan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkkungan.
Ruang / Lahan  Kebijakan pengembangan kawasan pertambangan jika kurang memperhatikan kelestarian lingkungan dapat berdampak buruk 0.15 1 0.3
terhadap lingkungan.
Sumber Daya  Faktor persaingan era global dan standard kualitas tenaga kerja, memungkinakan masuknya tenaga kerja non lokal, sehingga 0.10 2 0.2
Manusia dapat mengurangi kesempatan kerja masyarakat lokal
Prasarana /  Kebijakan masuknya jaringan telepon seluler menyebabkan maraknya pembangunan menara-menara BTS (Base Transceiver 0.10 2 0.2
Utilitas System) yang kurang terkendali.
Perekonomian  Kebijakan kawasan agropolitan melalui kegiatan agroindustri yang kurang memperhatikan kaidah lingkungan dapat menyebabkan 0.10 2 0.2
kegiatan pertanian/perkebunan yang merambah lahan lindung.
 Persaingan produk perekonomian dari luar yang semakin tinggi memasuki era perdagangan bebas 0.15 2 0.3
TOTAL 1 2.25
Sumber : Hasil Analisis, 2010
Berdasarkan pada penghitungan dengan IFAS dan EFAS di atas, maka dapat diketahui nilai X dan Y sebagai berikut :

X = Potensi + Masalah

= 2.37 + (-2.27) Y = Peluang + Ancaman

= 0.10 = 2,66 + (-2,25)

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-20

= 0,41 Berdasarkan kedudukannya dalam diagram kuadran strategi pengembangan,


maka wilayah Kabupaten Jember terletak pada Kwadran I (Growth) – Stable Growth
Strategi. Dengan demikian berdasarkan analisis IFAS-EFAS SWOT, wilayah Kabupaten
Jember secara umum di masa mendatang strategi pengembangan wilayahnya adalah
strategi pertumbuhan stabil dimana pengembangan dilakukan secara bertahap dan
target disesuaikan dengan kondisi, perubahan yang terjadi.

Berdasarkan potensi dan masalah utama yang telah dijabarkan tersebut, maka
kebijakan dan strategi ruang wilayah Kabupaten Jember diarahkan dengan konsep
terpadu dan bertujuan melakukan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
Adapun berdasarkan penilaian tersebut maka Kabupaten Jember dapat lingkungan baik ekonomi, masyarakat, maupun lingkungan. Strategi Dasar
diletakkan pada kuadran SWOT sebagai berikut : pengembangan Kabupaten Jember diarahkan dengan memanfaatkan potensi yang ada
untuk menangkap peluang dan mengatasi kelemahan.
Gambar 3.2 Muatan dasar kebijakan dan strategi ini didasarkan pada kajian potensi, masalah,
Kuadran SWOT Startegi Pengembangan Kabupaten Jember
dan prospek terhadap aspek-aspek penataan ruang seperti yang tealh dijabrakan pada
POSISI EKSTERNAL
(+) bab sebelumnya. Berdasarkan potensi dan masalah utama yang telah dijabarkan
tersebut, maka kebijakan dan strategi ruang wilayah Kabupaten Jember diarahkan
Kuadran II Kuadran I
Stability Agresif Stable Growth dengan konsep terpadu dan bertujuan melakukan pembangunan berkelanjutan yang
Maintenance Growth
Strategy Strategy berwawasan lingkungan baik ekonomi, masyarakat, maupun lingkungan. Strategi Dasar
B
C
pengembangan Kabupaten Jember diarahkan dengan memanfaatkan potensi yang ada
Selective Rapid Growth
Maintenance Strategy untuk menangkap peluang dan mengatasi kelemahan.
Strategy A
D
(-) (+) Posisi
INTERNAL
Gambar 3.3
Turn Conglomerate
Dasar Pengembangan Kabupaten Jember
Around Strategy
Strategy H
E Guirelle Concentric KONSEP
Strategy Strategy MASALAH-
F G BERKELANJUTAN
POTENSI
Kuadran III Kuadran IV INTERNAL
Survival (-) Diversification ANCAMAN- KONSEP
PELUANG TERPADU
EKSTERNAL

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-21

3.9. STRATEGI PENETAPAN STRUKTUR TATA RUANG WILAYAH selanjutnya sebagai orde IIIB adalah perkotaan pusat WP. Selanjutnya perkotaan lain
berhirarki sesuai dengan ukuran masing-masing memiliki orde IVB dan VB.
Strategi struktur pemanfaataan ruang wilayah terdiri atas pengembangan sistem
pusat permukiman perdesaan, sistem pusat permukiman perkotaan dan arahan sistem Untuk mendorong pertumbuhan wilayah dan pemerataan pembangunan dari sisi

prasarana wilayah. Sistem pusat permukiman perdesaan dilakukan dengan membentuk wilayah diperlukan pembentukan hirarki perkotaan mulai dari perkotaan besar sampai

pusat pelayanan desa secara berhirarki, dengan membentuk pusat pelayanan desa kota kecil. Perkotaan Besar adalah Perkotaan Kaliwates, Perkotaan Sumbersari dan

mulai dari pusat pelayanan antardesa, pusat pelayanan setiap desa, sampai pada pusat Perkotaan Patrang sebagai ibukota kabupaten. Untuk mendorong perkembangan

pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman. Peningkatan skala pelayanan wilayah maka perkotaan menengah dan kota kecil perlu ditingkatkan perannya lewat

pusat permukiman perdesaan ini dilakukan dengan membentuk hubungan pada pusat penyediaan berbagai fasilitas dan infrastruktur yang memadai.

kecamatan dan perkotaan pusat WP. Efisiensi pelayanan perkotaan ditentukan melalui skala pelayanan wilayah

Penentuan struktur kegiatan tata ruang/hirarki kota-kota di Kabupaten Jember dengan membentuk perwilayahan, dimana masing-masing WP memiliki satu pusat.

didasarkan pada jalur upaya pemantapan-pemantapan fungsi kota dalam kerangka Dalam hal ini Kabupaten Jember dibagi menjadi 5 (lima) wilayah pengembangan (WP),
strategi dan kebijaksanaan pengembangan peta struktur tata ruang wilayah Kabupaten yakni Jember Tengah, Jember Utara Barat, Jember Utara Timur, Jember Selatan Timur

Jember. Dengan demikian struktur kegiatan tata ruang ini diarahkan pada tujuan dan Jember Selatan Barat.

keseimbangan pembangunan antar wilayah. Artinya, adanya keseimbangan Kebijaksanaan sistem pusat pelayanan diarahkan sebagai berikut :
pembangunan antara perkembangan wilayah pusat, wilayah transisi, dan wilayah 1. Pusat Pelayanan Berskala Regional :
belakang sehingga wilayah sekitar dapat ikut berkembang akibat multiplier effect dari Pusat pelayanan berskala regional didefinisikan sebagai fasilitas yang lingkup
sistem kegiatan ekonomi pada pusat-pusat pengembangan. Untuk menciptakan kondisi pelayanannya mencakup wilayah kecamatan atau wilayah yang lebih luas dari
ini, maka struktur ekonomi yang mantap dan seimbang diperlukan diantara sektor kecamatan. Seperti;
primer, sekunder, dan sektor tersier. a. Pusat pelayanan berskala regional terdiri dari fasilitas pemerintahan, kesehatan,

Disamping berdasarkan aspek administrasi, faktor yang juga harus perdagangan dan jasa yang melayani tingkat kecamatan atau wilayah yang lebih

dipertimbangkan dalam penataan struktur kegiatan tata ruang Kabupaten Jember ini luas dari kecamatan.

adalah hirarki jumlah penduduk dan hirarki fungsional yang berdasarkan pada b. Lokasinya diarahkan pada wilayah yang cenderung menjadi aglomerasi fasilitas

kelengkapan serta besaran daerah pelayanan dari fasilitas dan utilitas yang ada di pelayanan tingkat kecamatan yang sudah ada.

masing-masing wilayah. c. Mempunyai kemudahan aksesbilitas terhadap daerah yang dilayani, terutama
lokasi yang terletak atau mudah dicapai dari jalur regional.
Sistem pusat permukiman perkotaan diarahkan dengan membentuk orde kota –
2. Pusat Pelayanan Berskala Kabupaten/Kota
perkotaan, hirarkhi kota – perkotaan, perwilayahan dan penentuan fungsi satuan wilayah
Pusat Pelayanan berskala kota didefinisikan sebagai fasilitas yang lingkup
pengembangan. Penentuan orde kota–perkotaan disusun secara berhirarki membentuk
pelayanannya mencakup wilayah kota bersangkutan, yaitu :
orde-orde dengan Pusat Kota Jember yang terdiri dari Kecamatan Kaliwates,
Kecamatan Sumbersari dan Kecamatan Patrang sebagai kota utama memiliki orde IIB,

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-22

a. Pusat pelayanan skala kota meliputi faslitas pendidikan, kesehatan, perdagangan ekonomi. Selanjutnya untuk mendorong pengembangan perdesaan dilakukan
dan jasa, peribadatan, serta olahraga yang melayani tingkat kota atau wilayah pembentukan kawasan agropolitan melalui keterkaitan kawasan perkotaan – perdesaan.
perencanaan. Penataan kawasan perkotaan dilakukan sesuai dengan fungsi dan peran masing-
b. Lokasinya diarahkan pada tempat-tempat yang cenderung menjadi aglomerasi masing, yakni sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi
fasilitas pelayanan tingkat kota yang sudah ada. hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, serta
c. Mempunyai kemudahan aksesbilitas terhadap bagian wilayah kota yang dilayani. transportasi, pergudangan dan sebagainya.
d. Lokasinya diarahan pada tempat yang cenderung sentris dengan maksud agar
Penataan kawasan tertentu, yakni Jember Tengah dilakukan melalui
bisa dicapai secara lebih merata dari setiap bagian wilayah kota.
pembentukan cluster, pengembangan transportasi wilayah, membentuk kawasan
permukiman baru dan penyediaan ruang terbuka hijau yang memadai.

Strategi penataan permukiman perdesaan dan perkotaan dilakukan dengan


membentuk sistem pusat permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan.
3. Pusat Pelayanan Berskala Lokal Pengembangan pusat permukiman perdesaan dilakukan melalui pengembangan pusat
Pusat pelayanan berskala lokal adalah fasilitas yang lingkup pelayanannya pertumbuhan di perdesaan dalam bentuk Desa Pusat Pertumbuhan (DPP),
mencakup bagian wilayah kota, yaitu : pembentukan pusat desa, dan pembentukan pusat permukiman perdusunan.
a. Pusat pelayanan berskala lokal meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, Pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan dilakukan dengan
peribadatan, olahraga, serta perdagangan eceran yang melayani bagian wilayah membentuk struktur ruang pusat-pusat permukiman perkotaan melalui pusat kegiatan
kota. nasional, wilayah dan lokal. Sebagai pusat kegiatan wilayah adalah pusat Kota Jember,
b. Diarahkan pada lokasi yang mempunyai kemudahan aksesbilitas dan bisa dicapai sedangkan sebagai pusat kegiatan lokal adalah ibukota wilayah pengembangan.
secara lebih merata dari setiap lingkungan.
c. Pada kawasan terbangun, lokasinya diarahkan pada tempat-tempat yang A. Kawasan Perdesaan

cenderung menjadi aglomerasi fasilitas pelayanan bagian kota yang telah ada. Kawasan perdesaan diarahkan ke dalam Desa Pusat Pertumbuhan (DPP),
d. Penempatan pusat pelayanan lokal digunakan sebagai salah satu strategi untuk dimana terdapat pusat lokal yang didukung dengan sub pusat wilayah. Pengembangan
mengacu perkembangan kawasan baru. pusat pertumbuhan desa bukan hanya untuk meningkatkan pertumbuhan dan
kesejahteraan desa-desa di sekitarnya, namun juga untuk mengurangi ketimpangan
3.9.1 Strategi Penataan Kawasan Perdesaan Dan Perkotaan antara daerah perkotaan dan daerah-daerah perdesaan. Strategi pengembangan
kawasan perdesaan adalah penyediaan prasarana jalan untuk mengurangi kesenjangan
Penataan kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu
dan memperbanyak pusat-pusat perdesaan sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP)
terutama ditujukan untuk keseimbangan menunjang program pembangunan
dan kawasan agropolitan. Untuk mendukung terciptanya DPP maka strategi yang
berkelanjutan. Kawasan perdesaan sebagai kawasan permukiman diarahkan memiliki
dikembangkan untuk kawasan perdesaan antara lain :
dan dilengkapi dengan pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-23

1 Penempatan prasarana fisik (jalan, irigasi), fasilitas pelayanan ekonomi (pasar, Kabupaten Jember pada berdasarkan segi kuantitasnya yang didasarkan pada standar
terminal, pertokoan), fasilitas sosial (pendidikan dan kesehatan) permukiman perkotaan sudah mencukupi kebutuhan penduduknya. Namun jika ditinjau
2 Penyebaran permukiman dari persebarannya, maka diperlukan penditribusian pembangunan fasilitas umum
3 Pengaturan lokasi usaha dan kegiatan-kegiatan yang bersifat menyebar dan secara merata di masing-masing kecamatan sehingga tidak terjadi kesenjangan
memusat pembangunan terutama fasilitas pendidikan yang hingga saat ini masih cenderung
4 Pembentukan pusat-pusat pelayanan dan pertumbuhan desa dalam besaran yang terpusat di pusat-pusat pertumbuhan, serta peningkatan kulitas tiap-tiap jenis fasilitas
kecil-kecil membentuk konfigurasi pusat-pusat lokal yang efektif dalam lingkup suatu yang sudah ada sehingga dapat memeberikan pelayanan yang optimal kepada
kawasan. masyarakat.

B. Kawasan Perkotaan 3.10.2 Startegi Penataan Prasarana / Utilitas


Strategi kawasan perkotaan lebih ditekankan pada visi RTRW Jember yaitu
Sistem prasarana wilayah di Kabupaten Jember terdiri atas transportasi,
mandiri, dimana pada kawasan perkotaan dengan pusat kegiatan masyarakat
sumberdaya energi, sumberdaya air, dan sistem prasarana lingkungan. Strategi
diupayakan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan azas merata, interaktif,
penanganannya adalah menciptakan pengembangan transportasi yang dapat menjadi
responsif, manfaat yang optimal.
akses penghubung antarwilayah, antarkawasan dan antar kegiatan fungsional, serta
Penataan ruang di kawasan perkotaan ditujukan pada fungsi dan peran kota,
mampu mengurangi berbagai masalah yang terjadi akibat perkembangan kegiatan
yaitu mengusahakan keseimbangan antara kota dengan kawasan ekonomi yang
perkotaan dan wilayah.
dilayaninya dengan mengusahakan pola hirarki kota sesuai dengan fungsi dan
A. Prasarana Jaringan Jalan dan Sistem Transportasi
perannya; mendorong perwujudan dan perkembangan jaringan pusat pertumbuhan
I. Strategi pengembangan sistem jaringan jalan
baru; meningkatkan mutu dan jumlah fasilitas pelayanan umum kota, menciptakan iklim
yang meningkatkan kegiatan ekonomi dengan perbaikan kondisi permukiman, Berikut beberapa strategi khusus terkait pengembangan sistem jaringan jalan dalam
penentuan lokasi kawasan industri dengan tepat; mendorong inisiatif dan usaha swasta. wilayah internal Kabupaten Jember :

 Penataan dan pemantapan kembali hirarkhi sistem jaringan jalan di wilayah


3.10. STARTEGI PENATAAN SARANA PRASARANA WILAYAH
adminsitrasi Kabupaten Jember, khususnya linkage antara Pusat WP dengan Sub
3.10.1 Startegi Penataan Sarana / Fasilitas Pusat WP, dan linkage antar Sub Pusat WP.

Penyediaan fasilitas dalam menunjang kehidupan suatu wilayah didasarkan pada  Pembangunan pola jaringan jalan yang lebih menjangkau daerah-daerah di luar
jumlah penduduk yang ada, sehingga besar kecilnya jumlah penduduk akan pusat perkembangan kota dan memiliki pola jaringan yang lebih memungkinkan
mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah fasilitas yang ada. Standar penyediaan fasilitas untuk menciptakan pergerakan yang lebih efektif dan efisien. Hal ini dimaksudkan
merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk penyediaan fasilitas, sehingga untuk menciptakan sebuah sistem transportasi perkotaan yang efektif dan efisien.
penyediaan fasilitas tersebut akan sesuai dengan tingkat kebutuhan dari masyarakat.
Ketersediaan fasilitas berupa sarana pendidikan, peribadatan dan kesehatan di

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-24

 Peningkatan kualitas fisik jalan yang berada pada kondisi yang menghambat III. Strategi Pengembangan Bandara
kelancaran lalu lintas. Hal ini dilakukan untuk menghindari semakin rusaknya  Peningkatan pelayanan penerbangan di Bandara Notohadinegoro setiap
kondisi jalan yang dapat mengurangi daya jangkau dari jaringan jalan yang ada. tahunnya.
 Membuat alternatif pengembangan sistem transportasi yang baru pada wilayah
 Pengembangan bandara untuk mendukung dan menstimulasi wilayah belakang
yang mempunyai tingkat perkembangan kegiatan fungsional sangat tinggi dan dan wilayah potensial untuk menunjang pemerataan perkembangan (karena faktor
pada ruas-ruas jalan yang sering mengalami kemacetan lalu lintas. topografi) melalui aspek efisiensi dan efektivitas jarak pelayanan transportasi
 Peningkatan jaringan jalan dengan cara pelebaran atau membuat alternatif jalan
 Identifikasi terhadap kebutuhan pengembangan pelabuhan bandara sehingga
baru. dapat difungsikan secara optimal yang didasarkan pada pertimbangan :
 Penetapan jalan sesuai dengan fungsi, kapasitas dan tingkat pelayanannya. - Potensi perekonomian yang cukup tinggi
- Adanya permintaan yang cukup
 Meningkatkan peran jalan kolektor primer.
- Adanya kerjasama antara pemerintah dengan instansi terkait
 Pengembangan jalur penghubung antarwilayah khususnya wilayah Selatan.

 Pengelolaan transportasi jalan raya di dalam maupun di luar wilayah Jember IV. Strategi pengembangan sistem pergerakan
Tengah.
Secara umum strategi pengembangan sistem pergerakan dalam wilayah internal
 Pengaturan dan perencanaan pemisahan moda transportasi terutama untuk Kabupaten Jember berupa peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum untuk
menghindari masuknya angkutan luar kota ke dalam wilayah perkotaan agar dapat lebih mengoptimalkan fungsi angkutan umum sebagai alat transportasi publik
mengurangi masalah transportasi (kemacetan) dalam wilayah perkotaan sehingga dapat mengurangi jumlah pergerakan kendaraan pribadi.
II. Strategi Pengembangan Sistem Kereta Api Adapun beberapa strategi khususnya meliputi :
 Pengembangan prasarana transportasi kereta api untuk keperluan  Perencanaan rute dan moda angkutan umum pada wilayah Kabupaten Jember.
penyelenggaraan kereta api ganda, dry port, terminal barang, serta konservasi rel
 Penambahan alternatif pilihan moda angkutan umum dan peningkatan frekuensi
mati.
pelayanan moda angkutan umum.
 Membuka kembali akses jalur kereta api (rel) yang sudah mati (konservasi)
 Penataan dan perencanaan kembali rute-rute angkutan umum yang telah
 Mengembangkan jalur kereta api baru menuju ke terminal peti kemas dan terminal mengalami gejala kejenuhan pada sistem jaringan jalannya.
barang serta ke pusat-pusat kegiatan perkotaan lainnya
 Penataan sistem parking on-street pada titik-titik jaringan jalan tertentu yang
 Mengembangkan sistem transportasi terpadu antarmoda angkutan umum massal mengakibatkan kondisi perlambatan sistem pergerakan lalu lintas, khususnya
 Mengembangkan jalur kereta api double track untuk meningkatkan kinerja pada wilayah-wilayah dengan bangkitan kegiatan tinggi.
perkeretaapian V. Strategi pengembangan sistem aktivitas

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-25

Strategi pengembangan sistem perangkutan secara keseluruhan harus  Untuk dapat mempertahankan ketersediaan sumber air di Kabupaten Jember
terintegrasi dengan sistem struktur hirarkhi ruang Kabupaten Jember secara makro, maka perlu dilakukan konservasi air dengan cara meningkatkan pemanfaatan air
disamping sejalan juga dengan strategi pengembangan pemanfaatan guna lahan permukaan, meningkatkan efisiensi air irigasi dan menjaga kualitas air sesuai
baik secara fisik spasial maupun non-fisik. Dengan demikian, strategi pengembangan dengan peruntukannya.
sistem perangkutan akan mampu menjembatani disparitas perkembangan kawasan
C. Prasarana Jaringan Drainase
di dalam lingkup internal (WP Jember Tengah dengan bagian utara – selatan)
 Strategi untuk pengembangan jaringan drainase yaitu dengan cara pembangunan
Kabupaten Jember, serta keterpaduan dengan sistem perangkutan di luar wilayah
dan perbaikan saluran drainase terutama sepanjang jaringan jalan guna
Kabupaten. Strategi khusus terkait pengembangan sistem aktivitas dalam sistem
menunjang saluran induk drainase serta memperbesar kapasitas saluran/
perangkutan adalah penataan dan perencanaan pemanfaatan guna lahan di kiri
gorong-gorong sehingga mampu mangalirkan air hujan, khususnya di lokasi-
kanan jaringan jalan melalui pengaturan intensitas bangunan serta sistem perpakiran
lokasi yang rawan genangan dan daerah permukiman pada musim hujan.
off-street di wilayah-wilayah dengan bangkitan kegiatan tinggi, guna menghilangkan
hambatan samping.  Penertiban kawasan sempadan sungai dan pembuatan plengesengan pada
saluran drainase sekunder untuk menghindari terjadinya erosi dinding saluran
drainase yang akan berakibat pada pengurangan kapasitas penampungan air.
B. Prasarana Jaringan Air Bersih
D. Prasarana Jaringan Listrik
 Untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk, maka diperlukan peningkatan
 Pemeliharaan jaringan-jaringan listrik yang sudah ada, dan penambahan jaringan
pelayanan jaringan yang ada dengan pembuatan jaringan baru, khususnya di
listrik untuk daerah yang masih belum terlayani terutama di daerah pedeesaan.
kawasan permukiman serta rehabilitasi jaringan yang telah ada. Selain itu juga
pengembangan sumber air bersih agar meningkatkan produksi dan pengendalian  Pengembangan pambangkit listrik dengan menggunakan tenaga alternatif yang
tingkat kebocoran. berpotensi di masing-masing wilayah.

 Penyediaan air bersih dengan menggunakan pelayanan PDAM harus tetap  Peningkatan kuantitas dan kuallitas pelayanan kelistrikan pada wilayah yang
memperhatikan sistem kompleks yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu: belum terjangkau jaringan listrik kabupaten pada daerah-daerah dengan

– Sistem sumber kekhususan geografis melalui pembangkit listrik bertenaga diesel dalam skala
pelayanan komunal.
– Sistem transmisi
E. Prasarana Jaringan Telematika
– Sistem distribusi
Melakukan peningkatan pelayanan jaringan yang ada dengan pemasangan jaringan
 Untuk penyediaan air bersih yang tidak dapat dijangkau oleh pelayanan strategi
baru di daerah yang belum terlayani dan pemeliharaan jaringan telepon yang sudah
yang dilakukan dengan meningkatkan pelayanan dan menambah jaringan air
ada, mengingat kebutuhan akan telekomunikasi dewasa ini menjadi sangat penting.
bersih yang diusahakan melalui WSLIC.
Khusus pada wilayah dengan kondisi geografis terpencil dan kepadatan penduduk
sangat rendah, peningkatan kualitas pelayanan jaringan telekomunikasi

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-26

dikembangkan melalui sistem telekomunikasi nir-kabel (wireless), guna lebih 3.11. STRATEGI POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN
memperbesar akses informasi komunikasi yang optimal bagi seluruh masyarakat di
Fungsi Kawasan di wilayah Kabupaten Jember dibagi menjadi dua, yaitu
seluruh wilayah Kabupaten Jember.
kawasan lindung dan budidaya. Pola pemanfaatan ruang wilayah di Jember diarahkan
F. Prasarana Jaringan Persampahan untuk menciptakan keseimbangan antara fungsi kawasan sebagai kawasan lindung
Untuk daerah perkotaan cara pengolahan sampah dilakukan dengan membuang dengan kawasan budidaya. Pemanfaatan kawasan lindung terdiri atas: kawasan suaka
sampah ke dump truck (truk sampah) sedangkan di daerah perdesaan masih alam, kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan,
dilakukan cara penimbunan dan pembakaran sampah karena bagi masyarakat cara kawasan perlindungan bawahan, kawasan perlindungan setempat, dan kawasan rawan
ini dianggap efektif. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengurangi bencana alam. Adapun kawasan budidaya terdiri atas: kawasan hutan produksi,
permasalahan sampah dengan cara 4R yaitu: kawasan pertanian, kawasan perikanan, kawasan perkebunan, kawasan peternakan,
kawasan pariwisata, kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan pertambangan, dan
– Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material
kawasan perdagangan.
yang dipergunakan. Semakin banyak menggunakan material, semakin banyak
sampah yang dihasilkan. 3.11.1 Startegi Pemantapan Kawasan Lindung
– Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin memilih barang-barang yang bisa Kawasan suaka alam, baik cagar alam maupun suaka marga satwa, ditetapkan
dipakai kembali. Dan menghindari pemakaian barang-barang yang disposable sebagai kawasan lindung yang tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan budidaya.
(sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang Selanjutnya untuk kawasan yang telah mengalami perubahan fungsi akan dikembalikan
sebelum ia menjadi sampah. ke fungsi semula. Kawasan cagar alam yang terdapat pada dua daerah yang
– Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berbatasan, maka secara bersama ditetapkan dan diamankan sebagai kawasan lindung.
berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun Kawasan pelestarian alam terdiri atas taman nasional dan taman wisata alam.
saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang Kawasan ini umumnya merupakan kawasan pegunungan dan dataran tinggi yang tidak
memanfaatkan sampah menjadi barang lain. boleh dialihkan bagi peruntukan lainnya. Beberapa kawasan pelestarian alam telah
– Replace (Mengganti); meteliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang mengalami kerusakan hutan, sehingga diperlukan upaya mengembalikan fungsinya
barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. sebagai hutan untuk menyangga berbagai kehidupan flora dan fauna. Kawasan
Juga meneliti agar kita memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, pelestarian alam ini umumnya memiliki kekayaan dan keragaman habitat yang tinggi
Misalnya, mengganti kantong plastik dengan keranjang bila berbelanja, dan tidak sehingga dapat digunakan untuk kepentingan pariwisata alam dan penelitian ilmiah yang
mempergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara tidak menganggu ekosistem. Hal ini juga diperlukan untuk meningkatkan kesadaran
alami. akan pentingnya perlindungan alam.

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan terdiri atas lingkungan non
bangunan dan lingkungan bangunan non gedung. Kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan merupakan aset budaya dan ilmu pengetahuan yang harus dijaga

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-27

pemanfaatannya untuk kepentingan pelestarian peninggalan sejarah, kepentingan ritual,  Pemanfaatan kawasan lindung wilayah kota/perkotaan dilakukan melalui
pariwisata dan keanekaragaman artefak masa lalu, serta keanekaragaman hayati. Untuk pemanfaatan kawasan-kawasan tersebut untuk kegiatan jalur hijau dan ruang
mewujudkan hal tersebut strategi yang diperlukan adalah sebagai berikut : terbuka hijau.

 Strategi pemantapan kawasan lindung mutlak adalah untuk menjaga dan  Pemanfaatan kawasan lindung jangan sampai mengganggu sistem ekologi yang
mengembalikan fungsi kawasan, sedangkan pada kawasan yang telah digunakan telah berjalan dan sesuai dengan kondisi yang ada.
tidak direkomendasikan untuk ditingkatkan. Kawasan ini mutlak harus menjadi
kawasan lindung sedangkan kegiatan atau aktifitas manusia yang diijinkan hanya
3.11.2 Startegi Pengembangan Kawasan Budidaya
sebatas menikmati pemandangan alam dan pos informasi wisata dan perlindungan Kawasan budidaya yang ada di Kabupaten Jember ditinjau dari luas lahan
kawasan saja, atau memiliki kepentingan fungsi sangat strategis. sebagian besar merupakan kawasan budidaya pertanian. Kawasan lain yang mengalami

 Strategi pemantapan kawasan resapan air adalah untuk pemantapan kawasan perkembangan cukup besar adalah permukiman perkotaan, permukiman perdesaan,

sebagai area yang mampu menjaga kelestarian sumberdaya air dengan tidak sedangkan yang menunjukkan prospek perkembangan cukup tinggi adalah kawasan

mengijinkan perubahan fungsi kawasan. Peningkatan daya dukung sumber air industri, dan pertambangan. Oleh karena itu pengembangan kawasan budidaya ini perlu

dilakukan dengan meningkatkan populasi vegetasi di kawasan lindung mutlak ditunjang oleh adanya strategi terhadap keseimbangan perkembangan dan keserasian

sesuai dengan fungsi kawasan, serta dengan mendayagunakan potensi tanah kritis, lingkungan yang ditunjang dengan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan dan

padang alang-alang, tanah tandus yang menjadi bagian dari kawasan lindung mempermudah kegiatan perekonomian. Oleh karena itu, strategi yang perlu dilakukan

mutlak. dalam rangka pemanfaatan kawasan budidaya di Kabupaten Jember adalah sebagai
berikut :
 Pengamanan berbagai kawasan lindung dari kegiatan penduduk yang cenderung
akan mengganggu penggunaan kawasan tersebut.  Pengembangan dan pembangunan infrastruktur yang akan menunjang pemanfaatan
kawasan budidaya perlu dilakukan agar pemanfaatan kawasan budidaya tersebut
 Pemanfaatan kawasan lindung, baik lindung mutlak maupun kawasan lindung
dapat memberikan hasil optimal.
bawahannya akan disesuaikan atau diarahkan dalam rangka pengamanan
kawasan lindung dimaksud.  Pemanfaatan kawasan budidaya yang ada perlu disesuaikan dengan kondisi fisik
yang mendukungnya.
 Pengembangan strategi pelestarian dilakukan dengan kerjasama antarwilayah
dalam menjaga kawasan konservasi.  Pemanfaatan kawasan budidaya yang lokasinya berdekatan dengan kawasan
lindung memerlukan pengawasan yang cukup ketat.
 Pemanfaatan kawasan lindung bawahannya serta kawasan lindung lainnya
diarahkan untuk menunjang fungsi lindung yang telah ditetapkan.  Pemanfaatan kawasan budidaya dilakukan sebesar-besarnya untuk kepentingan
masyarakat.
 Bagi kawasan lindung di wilayah laut atau pantai, maka pemanfaatannya
disesuaikan dengan kondisi pantai dan kegiatan yang telah ada tanpa mengganggu  Pemanfaatan kawasan budidaya tidak boleh mengganggu ekosistem yang ada.

fungsi dari kawasan lindung tersebut.  Dasar kawasan.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035
BAB III-28

3.12. STRATEGI PENATAAN TATA GUNA TANAH, TATA GUNA AIR Untuk memastikan terwujudnya keserasian pemanfaatan ruang, sumberdaya air

DAN TATA GUNA UDARA dan udara diKabupaten Jember, maka diperlukan koordinasi dan kerjasama
pemanfaatan ruang antar wilayah antar sektor sesuai dengan ketentuan peraturan
Arahan tata guna tanah dilakukan melalui upaya perlindungan tanah dan
perundang-undangan yang berlaku.
perlindungan keseimbangaannya terhadap kelestarian lingkungan hidup. Penatagunaan
tanah ini dilakukan melalui pengaturan peruntukan dan penggunaan tanah yang
memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan mengacu
pada fungsi (zonasi) yang telah ditetapkan untuk kawasan lindung dengan pemanfaatan
sebagai kawasan konservasi.

Arahan penataan tata guna air dilakukan melalui upaya kelestarian sumberdaya
air. Diantara kegiatan yang harus dilakukan adalah pengawasan dan pengendalian
terhadap kegiatan industri, kegiatan domestik, kegiatan pertanian, kegiatan peternakan
dan kegiatan perikanan budidaya, selain penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian baik air permukaan dan/atau air tanah. Disamping itu dilakukan
penjagaan terhadap ketersediaan kuantitas dan kualitas air yang berkelanjutan, melalui
pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air; pengisian air
pada sumber air; pengendalian pengelolaan lahan di daerah hulu; pengaturan daerah
sempadan sumber air; rehabilitasi hutan dan lahan dan/atau pelestarian hutan lindung,
kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam.Arahan penataan guna udara
dilakukan melalui pengaturan penggunaan ruang udara untuk kepentingan saluran
tegangan listrik, jalur penerbangan, keperluan militer, pengaturan frekuensi radio dan
jalur transmisi lainnya, dan pengaturan ruang kawasan keselamatan operasional
penerbangan.

3.13. STRATEGI PELAKSANAAN PEMANFAATAN RUANG

Pemanfaatan ruang di daerah bertujuan untuk meningkatkan kegiatan


pembangunan, kesejahteraan masyarakat, investasi dan memelihara serta mencegah
terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Pelaksanaan pemanfaatan ruang
diselenggarakan berdasarkan sistem kegiatan pembangunan, pengelolaan kawasan dan
penatagunaan.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH JEMBER


TAHUN 2015-2035

Anda mungkin juga menyukai