Anda di halaman 1dari 95

Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

++

Keterpaduan strategi pengembangan Kabupaten Natuna dapat dilihat


dengan memadukan dokumen-dokumen pembangunan yang sudah ada
di Kabupaten Natuna, ketersediaan dokumen-dokumen pembangunan
menjadi dasar untuk memadukan strategi pengembangan Kabupaten
Natuna, berikut ini ialah tabel yang menjelaskan ketersediaan dokumen
terkait pengembangan Kabupaten Natuna.

Tabel 5.1. : Ketersediaan Dokumen di Kabupaten Natuna

NO DOKUMEN STATUS KETERANGAN


1 RTRW ADA PERDA NO. 10 TAHUN 2012
2 RPJMD ADA PERDA NO. 6 TAHUN 2012
3 PERDA BG ADA PERDA NO. 3 TAHUN 2014
4 RTBL ADA MASIH DALAM PROSES

5-1
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

NO DOKUMEN STATUS KETERANGAN


5 RI-SPAM ADA TAHUN 2011-2030
6 SSK ADA MASIH DALAM PROSES
7 RP2KP ADA MASIH DALAM PROSES
8 RTBL KSK TIDAK ADA MASIH DALAM PROSES

Pada tabel diatas terlihat ketersediaan dokumen pengembangan di


Kabupaten Natuna, RTRW Kabupaten Natuna sudah disusun dan
diperdakan pada tahun 2012 dengan jangka waktu perencanaan mulai
tahun 2011-2031, untuk RPJMD juga sudah tersedia di Kabupaten Natuna
dengan masa perencanaan dimulai tahun 2011-2016, Perda BG
Kabupaten Natuna sudah tersedia yaitu Perda No. 3 Tahun 2014,
dokumen RI-SPAM juga sudah ada di Kabupaten Natuna dengan masa
perencanaan mulai tahun 2011-2030. Untuk dokumen lain di Kabupaten
Natuna masih belum tersedia atau tersusun, oleh karena itu keterpaduan
strategi pengembangan di Kabupaten Natuna hanya bisa memadukan
dokumen-dokumen yang sudah tersedia diantaranya RTRW, RPJMD,
Perda BG dan RI-SPAM.

5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Natuna

Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Natuna merupakan


perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi
program utama penataan/pengembangan wilayah kabupaten dalam
jangka waktu perencanaan 5 (Lima) tahunan sampai akhir tahun
perencaaan 20 tahun. Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
Natuna berfungsi sebagai :

a. Sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman


penataan/pengembangan wilayah kabupaten.
b. Sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program
(besaran,lokasi, sumber pendanaan instansi pelaksana dan waktu
pelaksanaan).
c. Sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan jangka waktu 5 tahun.
d. Sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.

5-2
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota disusun berdasarkan : Rencana


struktur ruang dan pola ruang; Potensi ketersediaan sumber daya dan
sumber dana pembangunan; Kesepakatan para pemangku kepentingan
dan kebijakan yang ditetapkan serta Prioritas pengembangan wilayah
kota.

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota disusun dengan kriteria:


1. Mendukung perwujudan rencana struktur ruang kota, pola ruang kota
dan pengembangan kawasan strategis kota.
2. Mendukung program utama penataan ruang wilayah nasional dan
provinsi.
3. Realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu
perencanaan.
4. Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun,
baik dalam jangka waktu tahunan maupun antar lima tahunan.
5. Sinkronisasi antar program harus terjaga dalam satu kerangka program
terpadu pengembangan wilayah kota.

Berdasarkan Perda No. 10 Tahun 2012, dinyatakan bahwa tujuan


penataan ruang Kabupaten Natuna adalah : “Mewujudkan Kabupaten
Natuna sebagai Gerbang Utara Serambi Depan NKRI yang bemartabat
dan mandiri ekonomi berbasis migas dan agrominawisata yang
berkelanjutan dan lestari”.

Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Natuna,


disusun kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Natuna, sebagai
berikut :
1. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;
a. mengembangkan kawasan perkotaan pada kawasan perbatasan
yang di tetapkan sebagai kawasan strategis nasional;
b. melestarikan dan menjaga garis pantai pulau - pulau terluar;
c. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi
khusus pertahanan dan keamanan;
d. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan sekitar
kawasan khusus pertahanan dan keamanan; dan
e. menjaga dan memelihara aset - aset pertahanan dan keamanan
negara.

5-3
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

2. Peningkatan fungsi kawasan mengantisipasi peluang pengembangan


perdagangan bebas;
a. mengembangkan peluang pengembangan alur pelayaran di perairan
laut Cina Selatan;
b. mengembangkan kawasan budidaya yang mendukung fungsi
kawasan sebagai gerbang utara NKRI; dan
c. mengembangkan infrastruktur yang mendukung fungsi kawasan
sebagai kawasan strategis nasional.
3. Pemerataan pertumbuhan wilayah sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung lingkungan;
a. meningkatkan aksesibilitas dari arah laut maupun udara dengan
mengintegrasikan sistem transportasi wilayah;
b. mengembangkan pintu-pintu gerbang wilayah dari arah laut, yang
mendukung industri, wisata, pemerintahan dan komersial;
c. mengembangkan jalan poros/island corridor system untuk
menghubungkan antar pusat kawasan di pulau;
d. menciptakan pusat - pusat pelayanan kota yang hirarkis sesuai
dengan skala dan fungsi pelayanan kota; dan
e. menentukan hiraki pusat pelayanan berdasarkan aspek
perekonomian kota, konservasi alam, kependudukan dan
infrastruktur.
4. Pengembangan sektor ekonomi basis yang bertumpu pada sektor
migas, sumber daya bahari, perkebunan dan pertanian;
a. mengembangkan industri berbasis migas yang berorientasi ekspor;
b. mengembangkan industri berbasis migas yang mendorong
peningkatan investasi kawasan dan penciptaan lapangan kerja;
c. mengembangkan fasilitas penunjang pariwisata bahari berbasis
komunitas;
d. mengembangkan usaha kecil, menengah, koperasi, dan masyarakat
dibidang usaha pariwisata bahari;
e. merencanakan kebutuhan prasarana pariwisata;
f. mengembangkan fasilitas peningkatan produksi perikanan dan
penyediaan ruang;
g. mengembangkan infrastruktur yang mendukung pengembangan
sektor perikanan;

5-4
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

h. mengembangkan kawasan sektor pertanian dan pengolahan


produksi pertanian; dan
i. mengembangkan infrastruktur yang mendukung pengembangan
sektor pertanian.

5. Pemanfaatan kawasan budidaya dan kawasan lindung yang efisien,


serasi dan seimbang, sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan
kemampuan daya dukung wilayah;
a. mewujudkan pemanfaatan kawasan budidaya secara efisien, serasi
dan seimbang berdasarkan kesesuaian lahannya;
b. mengembangkan kawasan pertanian dan peternakan dalam upaya
untuk mendukung swasembada pangan;
c. menciptakan lahan produktif untuk pengembangan pertanian
tanaman pangan;
d. mengembangkan lahan untuk perkebunan berbasis masyarakat;
e. melestarikan kawasan tangkapan air, kawasan pantai, sungai, mata
air, kawasan perairan laut; dan
f. mengelola sumberdaya alam tak terbarukan dan terbarukan secara
bijaksana berkesinambungan dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas serta keanekaragamannya.

6. Pengembangan pusat-pusat pelayanan yang dapat mendorong


pertumbuhan yang merata di seluruh wilayah sesuai dengan hirarki dan
skala pelayanannya
a. mengembangkan pusat pelayanan kawasan di bagian utara, di
tengah dan di selatan wilayah Kabupaten;
b. menetapkan pusat pelayanan sesuai dengan kesatuan fungsional
pengembangan dan wilayah pelayanannya;
c. mengembangkan permukiman perkotaan baru pada kawasan yang
akan di dorong pengembangannya sebagai pusat pelayanan
kawasan;
d. mengembangkan permukiman pedesaan dengan kepadatan rendah
di kawasan konservasi dan kawasan lindung serta kawasan
perkebunan;
e. membatasi pengembangan permukiman di kawasan lindung; dan
f. mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan
permukiman yang sudah tertata.

5-5
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

7. Pengendalian dan penyebaran penduduk sesuai dengan daya dukung


dan daya tampung lingkungan serta peningkatan kualitas sumberdaya
manusia sejalan dengan tuntutan tenaga kerja di wilayah kabupaten;
a. mendorong pertumbuhan penduduk pada sepuluh tahun pertama
untuk mendukung pengembangan investasi di kabupaten melalui
penciptaan lapangan kerja produktif;
b. mengendalikan pertumbuhan penduduk di sepuluh tahun kedua
sesuai dengan daya dukung dan daya tampung ruang;
c. mengembangkan kualitas sumberdaya manusia sejalan tuntutan
kebutuhan tenaga kerja; dan
d. merencanakan distribusi penduduk pada masing - masing
kecamatan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta
arahan fungsi pelayanannya.
8. Percepatan pengembangan wilayah kabupaten;
a. pengembangan sistem transportasi internal dan regional di dalam
pulau dan antar pulau;
b. membangun sistem jaringan transportasi antar moda yang
berorientasi pada sistem angkutan umum;
c. mengembangkan simpul - simpul transportasi dalam rangka
peningkatan pelayanan inter dan antar moda meliputi pelabuhan,
terminal angkutan darat, dan bandar udara;
d. mengembangkan jaringan jalan baru untuk meningkatkan
aksesibilitas dalam pulau; dan
e. memelihara serta menegaskan kembali fungsi dan hirarki jalan.

9. Pengembangan sistem sarana dan prasarana permukiman yang


memadai sesuai dengan kapasitas dan tingkat pelayanan kepada
masyarakat
a. membangun sarana dan prasarana wilayah sesuai dengan rencana
struktur dan pola ruang wilayah;
b. mengembangkan sarana dan prasarana air baku dan air bersih,
mewujudkan ketersediaan air bersih;
c. meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan prasarana air limbah,
penyediaan sistem pengolahan air limbah yang komprehensif dan
peningkatan kualitas pengelolaan air limbah berbahaya;
d. mengembangkan sarana dan prasarana drainase;

5-6
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

e. mengembangkan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan


di perkotaan;
f. mengembangkan sarana dan prasarana energi serta energi alternatif
terbarukan yang efisien dan ramah lingkungan; dan
g. mengembangkan sarana dan prasarana telekomunikasi yang
terjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Berdasarkan tujuan dan kebijakan penataan ruang di wilayah Kabupaten


Natuna, selanjutnya dirumuskan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Natuna, yang meliputi :

A. Arahan Struktur Ruang Kabupaten Natuna

Arahan Struktur Ruang Kabupaten Natuna terdiri dari sistem perkotaan


dan sistem jaringan prasarana wilayah.

1. Sistem Perkotaan

Sistem Perkotaan Kabupaten Natuna terdiri dari Pusat Kegiatan Strategis


Nasional (PKSN), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Untuk lebih
jelasnya mengenai Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten
Natuna dan Arahan Fungsi Sitem Perkotaan Kabupaten Natuna, dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2 : Arahan Fungsi Sistem Perkotaan Kabupaten Natuna


Sistem Kota Arahan Fungsi Fungsi Penunjang
Kota
 Pusat Pemerintahan  Pemerintahan skala
 Pusat Perdagangan dan jasa skala Kabupaten
regional  Pendidikan: SD, SLTP,
 Pusat pengembangan industri hasil-hasil SMU, PT/Akademi
pertanian  Kesehatan: RSU
 Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan  Terminal Type C
 Pengembangan kegiatan  Pelabuhan
PKSN Ranai pertanian/perkebunan, perikanan,  Peribadatan
kehutanan, pertambangan dan pariwisata  Ekonomi: Pasar,
 Pusat pelayanan transportasi laut dan perdagangan grosir,
udara skala lokal, regional dan nasional  Fasilitas Olahraga dan
 Pusat pelayanan Perumahan/Permukiman Rekreasi
 Akomodasi: Hotel
Berbintang
 Pusat koleksi dan distribusi hasil  Pendidikan: SD,
perikanan serta kelautan. SLTP, SMU,
PKL PKL Sedanau
 Kawasan pertanian, perkebunan dan  Puskesmas dengan
perikanan. tempat perawatan

5-7
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Sistem Kota Arahan Fungsi Fungsi Penunjang


Kota
 Simpul pelayanan transportasi laut lokal.  Pelabuhan
 Kawasan pengembangan wisata bahari.  Peribadatan
 Permukiman / perumahan  Ekonomi: Pasar,
perdagangan grosir
 Fasilitas Olahraga
dan Rekreasi
 Akomodasi: Hotel
Melati
 Pengembangan kegiatan pertanian.  Pendidikan: SD,
 Kawasan perikanan dan kelautan. SLTP, SMU,
 Pusat koleksi dan distribusi hasil  Puskesmas dengan
pertanian. tempat perawatan
 Simpul pelayanan transportasi laut lokal  Pelabuhan
 Kawasan pengembangan wisata bahari  Peribadatan
PKL Serasan  Permukiman/perumahan  Ekonomi: Pasar,
perdagangan dan
grosir
 Fasilitas Olahraga
dan Rekreasi
 Akomodasi: Hotel
Melati
 Perindustrian berbasis perikanan  Pendidikan: SD,
 Transportasi Laut SLTP, SMU,
 pariwisata,  Puskesmas dengan
 perkebunan kelapa tempat perawatan
 perikanan (minapolitan),  Pelabuhan
PPK Tanjung  perumahan dan pemukiman  Peribadatan
Batang Pulau
Tiga  Konservasi laut  Ekonomi: Pasar,
 simpul pelayanan transportasi laut perdagangan
 Fasilitas Olahraga
dan Rekreasi
 Akomodasi: Hotel
Melati
 Industri perikanan
 Industri dan pergudangan berbasis migas  Akomodasi: Hotel
 Rencana transportasi laut nasional berbintang dan hotel
 Konservasi laut melati
 Perkebunan kelapa  Terminal tipe C
 Perumahan dan pemukiman  Ekonomi: Pasar,
perdagangan
 Fasilitas Olahraga
PPK PPK Teluk
Buton dan Rekreasi
 Peribadatan
 Pendidikan: SD,
SLTP, SMU,
 Puskesmas dengan
tempat perawatan
 Industri migas
 Konservasi Alam
 Agro Industri  Akomodasi: hotel
 Pertanian tanaman pangan dan melati
hortikultura  Terminal tipe C
 Perkebunan karet, kelapa,  Ekonomi: Pasar,
PPK Kelarik  Perumahan dan pemukiman perdagangan
 Budidaya perikanan  Fasilitas Olahraga
 Simpul pelayanan transportasi laut local dan Rekreasi
 Perikanan budidaya (rumput laut)  Peribadatan
 Pendidikan: SD,
SLTP, SMU,
 Puskesmas dengan

5-8
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Sistem Kota Arahan Fungsi Fungsi Penunjang


Kota
tempat perawatan
 Industri agro
 Konservasi Alam
 Pertanian tanaman pangan dan  Akomodasi: hotel
hortikultura melati
 Perkebunan kelapa, cengkaeh,melinjo  Ekonomi: Pasar,
 Perumahan dan pemukiman perdagangan
 Perikanan tangkap  Fasilitas Olahraga
 Pariwisata dan Rekreasi
PPK Midai
 Peribadatan
 Pendidikan: SD,
SLTP, SMU,
 Puskesmas dengan
tempat perawatan
 Konservasi Alam
Sumber : RTRW Kabupaten Natuna

2. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten Natuna terdiri dari sistem


transportasi darat, sistem transportasi udara, sistem transportasi laut,
sistem prasarana energi, sistem prasarana telekomunikasi, sistem
prasarana sumber daya air dan sistem prasarana lainnya. Berikut adalah
arahan perwujudan sistem jaringan prasarana Kabupaten Natuna.

Tabel 5.3. : Sistem Jaringan Prasarana Kabupaten Natuna

No. Sistem Prasarana Perwujudan Sistem Prasaran

 Pembangunan dan Peningkatan Ruas jalan Kolektor Primer 1


 Pembangunan dan Peningkatan Ruas jalan Kolektor Primer 2
1. Sistem Transportasi Darat
 Pembangunan / Peningkatan jalan lokal Primer
 Pengembangan Terminal
2. Sistem Transportasi Udara  Peningkatan fungsi dan peran Bandar udara Ranai sebagai bandara
enclave sipil
 Pembangunan bandar udara perintis Subi dan Serasan
3. Sistem Transportasi Laut  Pembangunan lintas penyebrangan Natuna-Sintete (Provinsi
Kalimantan Barat)
 Pembangunan lintas penyeberangan Natuna – Palmatak –
Tanjungpinang
 Pembangunan pelabuhan penyeberangan roro Selat Lampa di
Kecamatan Pulau Tiga
 Perencanaan pengembangan pelabuhan utama Teluk Buton
 Peningkatan dan optimalisasi fungsi pelabuhan Penagi
 Peningkatan dan optimalisasi fungsi pelabuhan Selat Lampa
 Peningkatan Pelabuhan Sedanau Kecamatan Bunguran Barat
 Peningkatan Pelabuhan Serasan Kecamatan Serasan
 Peningkatan Pelabuhan Midai Kecamatan Midai
 Peningkatan Pelabuhan Subi Kecamatan Subi
 Peningkatan Pelabuhan Seluan Kecamatan Pulau Tiga

5-9
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

No. Sistem Prasarana Perwujudan Sistem Prasaran

 Peningkatan Pelabuhan Pulau Tiga Kecamatan Pulau Tiga


 Peningkatan Pelabuhan Kelarik Kecamatan Bunguran Utara
 Peningkatan Pelabuhan Pulau Laut Kecamatan Pulau Laut
 Peningkatan pelabuhan Binjai
 Peningkatan Pelabuhan Semedang
 Peningkatan Pelabuhan Sabang Mawang
 Peningkatan Pelabuhan Sededap
 Peningkatan Pelabuhan Tanjung Kumbik
 Pengamanan pelabuhan khusus minyak
 Pembangunan/pengembangan terminal minyak kakap Natuna di
Kecamatan Bunguran Utara
 Pembangunan/pengembangan terminal minyak udang Natuna di
Kecamatan Bunguran Utara
4. Sistem Jaringan Energi  Pengamanan jaringan transmisi kategori 1 (open akses) Natuna D
Alpha– Batam – Duri di Pulau Subi kecamatan Subi
 Pengembangan Jaringan distribusi bahan bakar minyak di pulau
Bunguran
 Peningkatan kapasitas dan pengembangan PLTD terletak di Ranai
Kecamatan Bunguran Timur
 Peningkatan kapasitas dan pengembangan PLTD di Kelarik
Kecamatan Bunguran Utara
 Peningkatan kapasitas dan pengembangan PLTD di Sedanau
Kecamatan Bunguran Barat
 Peningkatan kapasitas dan pengembangan PLTD di Midai
Kecamatan Midai
 Peningkatan kapasitas dan pengembangan PLTD di Serasan
Kecamatan Serasan
 Peningkatan kapasitas dan pengembangan PLTD di Pulau Tiga
Kecamatan Pulau Tiga
 Perluasan Jaringan distribusi di Pulau Bunguran
 Perluasan Jaringan distribusi di Pulau Sedanau
 Perluasan Jaringan distribusi di Pulau Subi
 Perluasan Jaringan distribusi di Pulau Midai
 Perluasan Jaringan distribusi di Pulau Serasan
 Perluasan Jaringan distribusi di Pulau Laut
 Pembangunan gardu induk, di Kelarik Kecamatan Bunguran Utara
 Pembangunan gardu induk, di Ranai Kecamatan Bunguran Timur
 Pengembangan depo penimbunan migas di Selat Lampa Kecamatan
Pulau Tiga
 Pengembangan depo penimbunan migas di Pulau Midai Kecamatan
Midai
 Pengembangan depo penimbunan migas di Pulau Subi Kecamatan
Subi
 Pengembangan depo penimbunan migas di Pulau Serasan
Kecamatan Serasan
 Pengembangan depo penimbunan migas di Pulau Pulau Laut
Kecamatan Pulau Laut
 Pengembangan depo penimbunan bahan bakar pendukung operasi
bandara Ranai di Kecamatan Bunguran Timur
 Pengembangan stasiun pengisian bahan bakar untuk transportasi
darat dan laut

5 - 10
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

No. Sistem Prasarana Perwujudan Sistem Prasaran

6. Sistem Jaringan  Fasilitasi pengembangan usaha pelayanan telekomunikasi operator


Telekomunikasi swasta/BUMN
 Penataan dan efisiensi penempataan BTS yang menjangkau seluruh
wilayah KabupatenNatuna
 Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi untuk operasionalisasi
kegiatan pemerintahaan dan usaha penduduk
 Penyusunan masterplan menara telekomunikasi Kabupaten Natuna
 Pengembanan jaringan kabel Ranai – Kelarik
 Pengembanan jaringan kabel Ranai - Teluk Buton
 Pengembanan jaringan Kabel Ranai – Selat lampa
7. Sistem Jaringan Prasarana  Penataan mata air sumber air baku di Gugusan Pulau Bunguran,
Sumberdaya Air Gugusan Pulau Serasan , Gugusan Pulau Midai dan Gugusan Pulau
Subi
 Studi kelayakan pemanfaatan permukaan sebagai air baku irigasi dan
air minum
 Pengembangan Sungai Ranai, Sungai Air Hijau, Sungai Ulu, Sungai
Semala, Air Terjun Air Lengit, Sungai Air Kupang Dan Sungai Air
Kimak (sumber air baku Bukit Berangin), Sungai Segeram, Sungai
Tapau, Sungai Binjai, Air Terjun Gunung Ranai, Air Terjun Bukit
Berangin dan Pembangunan Bendung Pering untuk air bersih di
Pulau Bunguran
 Penataan ruang DAS di Pulau Bunguran, DAS Pulau Seluan di Pulau
Seloan, DAS Selor di Pulau Selaut, DAS Sedanau di Pulau Sedanau,
DAS Batang di Pulau Tanjung Kumbik, DAS Lagong di Pulau Sabang
Mawang, DAS Serasan di Pulau Serasan, DAS Laut di Pulau Laut,
DAS Pulau Midai
 Pembangunan Bendung Kelarik untuk irigasi
 Peningkatan bendung Tapau untuk irigasi
 Pengembangan folder penampungan air Di Pulau Sedanau, Pulau
Serasan, Pulau Subi dan Pulau Midai
 Pengembangan embung penampungan air di Pulau-pulau
 Pengembangan sumber air baku untuk keperluan air bersih
pelayaran di Air Terjun Gunung Ranai, Air Terjun Bukit Berangin dan
Bendung Lampa
8. Sistem Jaringan air Limbah  Penyusunan masterplan pengelolaan air limbah
 Pembangunan sarana Intalasi pengolahan air limbah di Pulau
Bunguran
 Pengembangan sanitasi masyarakat di pesisir dan pulau-pulau kecil
 Pengadaan truk pengangkut air limbah
9 Sistem Jaringan  Penyusunan masteran drainase kawasan perkotaan dan melakukan
Pengembangan Drainase pemetaan kawasan kawasan yang memerlukan sistem drainase
konvensional dan kawasan kawasan yang memerlukan sistem
resapan air
 Perbaikan dan normalisasi sungai yang mengalir di kawasan
perkotaan yang menyebabkan genangan
 Melakukan perbaikan dan normalisasi saluran-saluran drainase yang
sudah ada untuk meningkatkan kapasitas saluran
 Pengendalian sungai agar tidak menjadi tempat sampah bagi
masyarakat
 Penataan bangunan sepanjang tepi sungai agar kapasitas alur
sungai tidak berkurang (tidak terjadi penyempitan)
 Pembangunan sumur resapan di kawasan perkotaan
Sumber : RTRW Kabupaten Natuna

5 - 11
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

5 - 12
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

5 - 13
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

B. Arahan Pola Ruang Kabupaten Natuna

Pola Ruang Kabupaten Natuna terdiri dari Kawasan Lindung dan


Kawasan Budidaya . Adapun arahan pengembangan kawasan lindung
dan budidaya di wilayah Kabupaten Natuna, dapat dilihat pada tabel dan
gambar berikut ini.

Tabel 5.4 : Arahan Perwujudan Kawasan Lindung dan Kawasan


Budidaya di Kabupaten Natuna

No. Fungsi Kawasan Perwujudan Kawasan Lindung

A KAWASAN LINDUNG
1. Kawasan Hutan Lindung  Penatapan tapal batas hutan lindung
 Melakukan Reboisasi pada lahan-lahan krisis
 Kegiatan rehabilitasi, redelianiasi kawasan hutan
 Menghentikan dan mengendalikan pembangunan
akses jalan yang melewati kawasan hutan lindung
2. Kawasan Resapan Air  Penetapan kawasan dengan kemiringan di atas
40% sebagai kawasn lindung
 Identifikasi dan klasifikasi lahan
 Rehabilitasi lahan kritis dengan program yang
masif dan partisipatif
 Rehabilitasi lahan kritis dengan tanaman produktif
 Pelestarian daerah rawa sebagai kawasan
resapan
3. Kawasan lindung setempat  Penyusunan Peraturan bupati tentang rencana
penetapan ruang sempadan sungai, sempadan
kolong/mata air dan sempadan pantai
 Pengembangan jalan inspeksi pada sungai-sungai
di perkotaan
 Rehabilitasi ruang sempadan sungai sebagai
ruang terbuka hijau
4. Kawasan Suaka alam dan cagar alam  Penetapan batas kawasan suaka alam dan cagar
laut budaya laut
 Pengendalian pemanfaatan ruang di darat yang
akan mempengaruhi kelestarian kawasan suaka
alam dan cagar alam laut
 Menjadikan kawasan suaka alam dan cagar alam
laut sebagai kawasan penelitian
 Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan
habitat penyu bertelur dan habitat ikan napoleon
5. Kawasan Rawasn bencana  Penguatan lereng rawan lingsor di sepanjang sisi
jalan raya yang rawan longsor
 Rehabilitasi dan reboisasi daerah-daerah
penyangga dan resapan air terutama di wilayah
hutan lindung
 Pengendalian penebangan dan pemanfaatan
lahan di daerah penyangga dan resapan air
 Investarisasi dan pengawasan ketaat daerah-
daerah rawan longsor
 Penyusunan program mitigasi bencana putong
beliung dan gelombang pasang

5 - 14
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

No. Fungsi Kawasan Perwujudan Kawasan Lindung


6. Kawasan Lindung Geologi  Penetapan deleniasi kawasan lindung geologi
 Pengembangan kegiatan wisata dan penelitian
pada kawasan lindung geologi
 Sosialisasi kawasan lindung geologi dan
pemanfaatan ruangnya
7. Kawasan Lindung Lainnya  Penetapan Kawasan pulau-pulau kecil sebagai
kawasan lindung
 Pelestarian ekosistem pada pulau-pulau
terluar/terdepan
B KAWASAN BUDIDAYA
1 Kawasan Hutan Produksi  Fasilitasi kelompok dalam izin dan pengelolaan
hutan
 Pemasangan batas luar kawasan dan blok
pemanfaatan pemasaran hasil produksi kehutanan
dan perkebunan
 Melakukan inventasrisasi sebaran dan luasan
hutan produksi
 Mengukuhkan keberadaan hutan produksi
2. Kawasan Pertanian  Identifikasi dan alokasi lahan sawah lestari
 Pencetakan sawah baru di kecamatan Buunguran
tengah, Utara dan bunguran Barat
 Pembangunan infrastruktur pendukund pertanian
seperti jalan produksi, pengolahan hasil panen dan
pemasaran hasil pertanian
 Peningkatan produksi pertanian sawah melalui
intensifikai lahan
 Pengembangan padi organik
 Penguatan lembaga petani
3. Kawasan Perkebunan  Penetapan (Deliniasi) kawasan perkebunan yang
potensial dan tidak berada pada kawasan
konservasi (Lindung)
 Mendorong investasi masyarakat di sektor
perkebunan
 Peningkatan produksi komoditas melalui
intensifikasi lahan
 Pembangunan infrastruktur kawasan agropolitan
4. Kawasan Peternakan  Studi kelayakan dan masterplan KUNAK
 Pengembangan sentra peternakan ternak besar
(Sapi dan kerbau) yang dilengkapi dengan
prasarana serta sarana reproduksi (inseminasi
buatan) pembesaran, penggemukan dan
pemanfaatan daging (RPH) serta susu sapi
 Pengembangan sentra peternakan ternak kecil
(Kambing dan domba) perlu dibangun prasarana
dan sarana pendukung agar sentra berfungsi dan
terjadi peningkatan populasi serta produksi ternak
kambing dan domba
 Pengembangan sentra peternakan unggas di
kecamatan bunguran selatan, bunguran utara dan
pulau tiga
 Pengembangan kawasan agribisnis peternakan
5. Kawasan Perikanan Budidaya dan  Studi kelayakan dan masterplan pusat perikanan
tangkap terpadu di serantas
 Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir yang
meliputi nelayan dan pembudidaya ikan

5 - 15
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

No. Fungsi Kawasan Perwujudan Kawasan Lindung


 Pengendalian dan peningkatan pelayanan
perizinan usaha
 Penguatan kelembagaan dan tata laksana
kelembagaan pemasaran produk perikanan
 Peningkatan akses nelayan dan pembudidaya ikan
terhadap lembaga keuangan dan bank
 Pembangunan infrastruktur kawasan pusat
perikanan terpadu dan fasilitas penunjangnya
 Pembangunan fisik pelabuhan pangkalan
pendaratan ikan dan fasilitas penunjangnya
 Pengembangan Kawasan mina pedesaan di
kecamatan bunguran barat
 Pengembangan Kawasan mina pedesaan di
Kecamatan Bunguran Utara
 Pengembangan Kawasan mina pedesaan di
Kecamatan Pulau Tiga
 Pengembangan Kawasan mina pedesaan di
kecamatan Serasan
6. Kawasan Pariwisata  Pengembangan Kawasan Wisata Terpadu
 Melengkapi Kawasan Wisata Terpadu dengan
mempermudah akses menyiapkan fasilitas dan
infrastruktur penunjang wisata
 Melakukan Promosi Kawasan Wisata Terpadu
melalui berbagai media dan melaksanakan
berbagai media dan melaksanakan berbagai event
promosi
 Melakukan kerjasama dengan berbagai biro
perjalanan dalam upaya pemasaran yang progresif
 Membentuk pusat informasi pariwisata terpadu dan
sistem informasi manajemen promosi pariwisata
daerah
 Pengembangaan potensi sumberdaya alam
sebagai objek-objek wisata dalamsatu kesatuan
sistem pengelolaan yang terpadu
7. Kawasan industri  Studi Kelayakan dan Masterplan Kawasan Industri
di Teluk Buton dan Kelarik
 Pembebasan dan pematangan lahan kawasan
industri
 Penyediaan infrastruktur primer (Pelabuhan, jalan,
drainase, air bersih, telepon, dan sebagainya)
 Promosi investasi industri pengolahan agro dan
perikanan
 Mempercepat proses perizinan untuk investasi
 Mempersiapkan sumberdaya manusia yang handal
 Persiapan dan penyediaan perumahan buruh /
karyawan industri
 Menjadikan industri pengolahan migas, Agro dan
Perikanan sebagai basis ekonomi di masa datang
 Meningkatkan keterampilan/skill tenaga kerja atau
buruh industri pengolahan melalui pelatihan dan
kursus
 Membuka kesempatan yang seluas- luasnya
kepada investor dalam berinvestasi pada sektor
industri dengan kemudahan pengurusan perijinan,
pendirian industri baru
 Penyediaan sarana dan prasarana yang dapat

5 - 16
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

No. Fungsi Kawasan Perwujudan Kawasan Lindung


memperlancar arus ekspor dan pengangkutan
bahan baku sebagai input produk industri seperti
pelabuhan dan alat angkut (kapal) di kawasan
industri
 Memperkecil kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh sektor industri dengan
mengarahkan industri pada jenis industri non
polutif dan penggunaan teknologi yang dapat
mereduksi limbah hasil proses industri
 Mengembangkan Industri Rumah Tangga Yang
Menunjang Struktur Ekonomi Strategi
8. Kawasan Pertambangan  Penyusunan Rencana Induk Pertambangan
 Inventarisasi daerah potensial untuk usaha
pertambangan
 Penetapan aturan zonasi pertambangan rakyat
 Pengawasan dan pengendalian kegiatan
penambangan yang berpotensi menimbulkan
kerusakan lingkungan
 Penyusunan profil investasi dan rencana bisnis
wilayah pertambangan
9. Kawasan Permukiman  Studi dan inventarisasi perumahan dan
permukiman
 Penyusunan RPIJM (Cipta Karya)
 Pemetaan digitasi kawasan perkotaan
 Sistem Informasi Data base IMB
 Urban Renewel permukiman kumuh
 Penyediaan dan perbaikan PSU (Prasarana
Sarana dan Utilitas)
 Penyiapan Kasiba dan Lisiba
10. Kawasan Pusat Pemerintahan  Pengendalian pengembangan kawasan pusat
pemerintahan
 Pembangunan infrastruktur pendukung kawasan
didalam kawasan pusat pemerintahan
 Pembangunan bangunan gedung gedung
perkantoran
11 Kawasan Pertahanan dan keamanan  Penyusunan masterplan kawasan dan bangunan
negara pangkalan Angkatan Laut dan angkatan udara
 Pembebasan lahan yang di tetapkan sebagai
kawasan latihan militer
 Melakukan pengendalian pemanfaatan ruang
daratan di sekitar kawasan yang diperkirakan
dapat mengganggu aktifitas di dalam kawasan
militer
 Melakukan pengendalian pemanfaatan ruang
daratan di sekitar kawasan terhadap
pengembangan aktifitas-aktifitas yang dapat
mengganggu kemudahan pencapaian
(aksesibilitas) dari/ke kawasan militer
 Sosialisasi kepada masyarakat yang bertempat
tinggal pada radius kawasan kemungkinan bahaya
ataupun yang membahayakan kawasan militer
 Relokasi perumahan yang berada pada radius
bahaya radiasi suara ke tempat yang lebih aman,
dengan mempertimbangkan jarak tempat relokasi
dengan lahan usaha mereka yang berada di
sekitar kawasan latihan Militer.
Sumber : RTRW Kabupaten Natuna

5 - 17
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

5 - 18
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

5 - 19
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

5 - 20
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

5 - 21
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Sedangkan arahan Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang, khususnya


yang terkait dengan Bidang Cipta Karya di wilayah Kabupaten Natuna
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5. : Arahan RTRW Kabupaten Natuna Untuk Bid. Cipta Karya
Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang
AIR MINUM KAWASAN LINDUNG
 Pengembangan folder penampungan air di  Penetapan Kawasan yang memberikan
Pulau Sedanau, Pulau Serasan, Pulau Subi perlindungan terhadap kawasan
dan Pulau Midai bawahannya yaitu kawasan resapan air dan
 Pembangunan dan peningkatan sarana kawasan rawa
reservoir air baku Sungai Ranai  Kawasan perlindungan setempat yang
 Pembangunan dan peningkatan sarana meliputi : Ruang sempadan waduk dan
reservoir Sungai Ulu kawasan sekitar mata air
 Pembangunan instalasi pengolahaan air  Perlestarian daerah rawa sebagai kawasan
bersih kawasan perkotaan ranai resapan
 Peningkatan pelayanan air bersih perpipaan  Konservasi hutan pada kawasan tangkapan
di perkotaan kelarik air sekitar bendung Kelarik dan Tapau
 Penetapan Kawasan dengan kemiringan di
atas 40 % sebagai kawasan lindung
AIR LIMBAH KAWASAN RAWAN BENCANA
 Pembangunan sarana isntalasi pengolahan  Investarisasi dan pengawasan ketaat
air limbah di Pulau Bunguran daerah-daerah rawan longsor
 Pengembangan sanitasi masyarakat di  Penyusunan program mitigasi bencana
pesisir dan pulau-pulau kecil puting beliung dan gelombang pasang
 Pengadaan truk pengangkut air limbah  Penguatan lereng rawan longsor di
 Penyusunan masterplan pengelolaan air sepanjang sisi jalan raya yang rawan
limbah longsor
 Pengendalian permukiman di daerah
penyanggaa resapan air, dan daerah rawan
longsor
DRAINASE KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN
 Penataan bangunan sepanjang tepi sungai  Penyediaan dan perbaikan PSU (Prasarana
agar kapasitas alur sungai tidak berkurang Sarana dan Utilitas)
(tidak terjadi penyempitan)  Urban Renewal permukiman kumuh
 Pengendalian sungai agar tidak menjadi  Peningkatan pengelolaan sampah dan
tempat sampah bagi masyarakat perbaikan lingkungan permukiman
 Melakukan perbaikan dan normalisasi  Penyiapan Kasiba dan Lisiba
saluran-saluran drainase yang sudah ada  Penyusunan RPIJM (Cipta Karya)
untuk meningkatkan kapasitas saluran  Pemetaan (digitasi) kawasan perkotaan
 Perbaikan dan normalisasi sungai yang
mengalir di kawasan perkotaan yang
menyebabkan genangan
PERSAMPAHAN KAWASAN PERMUKIMAN PEDESAAN
 Pembangunan TPA Sebayar di Desa  Pengembangan Kawasan mina pedesaan di
Sungai Ulu Kecamatan bunguran Timur Kecamatan Bunguran Utara
 Penanganan TPST di Pulau Laut  Pembangunan infrastruktur kawasan pusat

5 - 22
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang


 Penyediaan sarana pengangkutan sampah perikanan terpadu dan fasilitas
di Perkotaan penunjangnya
 Pengembangan Energi gas metan di TPST  Pencetakan sawah baru di kecamatan
Sedanau dan TPST Serasan Buunguran tengah, Utara dan bunguran
 Penanganan sampah di pedesaan melalui Barat
komposting  Pembangunan infrastruktur kawasan
 Pembangunan TPST di Pulau Subi agropolitan
 Pembangunan TPST di Pulau Sedanau  Peningkatan produksi pertanian sawah
melalui intensifikai lahan
AKSESIBILITAS KAWASAN PERMUKIMAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
 Pembangunan / Peningkatan jaringan  Pembangunan jalan sistem sekuder
sistem sekunder Kabupaten berupa jalan pendukung pengembangan kota
menghubungkan pusat kegiatan sekunder  Pembangunan perumahan PNS dan
di kawasan perkotaan perumahan rakyat
 Pembangunan / peningkatan jaringan Ruas
jalan Setengar – Teluk Depeh
Sumber : RTRW Kabupaten Natuna

C. Arahan Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten Natuna

Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah


kabupaten yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai
pengaruh sangat penting terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau
lingkungan. Penataan ruang dengan pendekatan nilai strategis kawasan
dimaksudkan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau
mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan
yang bersangkutan demi terwujudnya pemanfaatan yang berhasil guna,
berdaya guna, dan berkelanjutan. Adapun beberapa kawasan strategis
yang ada di Kabupaten Natuna adalah sebagai berikut :

 Kawasan Strategis Kabupaten Natuna dilihat dari sudut kepentingan


ekonomi meliputi:
a. Kawasan perkotaan Ranai Kecamatan Bunguran Timur
b. Kawasan pariwisata alam terletak di Kecamatan Bunguran Timur
Laut
c. Kawasan minapolitan Serantas terletak di Kecamatan Pulau Tiga
d. Kawasan agropolitan Kelarik terletak di Kecamatan Bunguran Utara
e. Kawasan agropolitan Batubi terletak di Kecamatan Bunguran Barat

 Kawasan Strategis Kabupaten Natuna dilihat dari sudut kepentingan


fungsi dan daya dukung lingkungan meliputi :

5 - 23
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

a. Kawasan hutan lindung Gunung Ranai;


b. Kawasan hutan lindung Gunung Bedung;
c. Kawasan hutan lindung Gunung Sekunyam; dan
d. Kawasan cagar alam dan suaka alam laut binaan Kawasan
Konservasi Laut Daerah.

 Kawasan Strategis Kabupaten Natuna dilihat dari sudut kepentingan


pertahanan dan keamanan merupakan pulau - pulau terluar meliputi:
Pulau Subi Kecil, Pulau Sekatung, Pulau Sebetul, Pulau Semiun, Pulau
Tokong Boro, Pulau Senua, dan Pulau Kepala.

Seluruh Kawasan Strategis Kabupaten Natuna yang telah ditetapkan


selanjutnya di tindak lanjuti dengan penyusunan rencana Rinci tata ruang
kawasan strategis Kabupaten atau rencana detail tata ruang kota
(RDTRK). Lebih jelasnya KSK Natuna lihat pada table dan gambar
berikut.

Tabel 5.6. : Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Natuna

Kawasan Strategis Lokasi/Batas


No Sudut Kepentingan
Kabupaten Natuna Kawasan
Kecamatan Bunguran
1 Kawasan Perkotaan Ranai Ekonomi
Timur
Kecamatan bunguran
2 Kawasan Agropolitan Kelarik Ekonomi
Utara
Kecamatan Bunguran
3 Kawasan Pariwisata alam Ekonomi
Timur Laut
4 Kawasan Minapolitan Serantas Ekonomi Kecamatan Pulau Tiga
Kecamatan Bunguran
5 Kawasan Agropolitan Batubi Ekonomi
Barat
Kawasan Hutan Lindung Gunung Fungsi dan Daya Dukung
6 Pulau Bunguran
Ranai Lingkungan Hidup
Kawasan Hutan Lindung Gunung Fungsi dan Daya Dukung
7 Pulau Bunguran
Bedung Lingkungan Hidup
Kawasan Hutan Lindung Gunung Fungsi dan Daya Dukung
8 Pulau Bunguran
Sekunyam Lingkungan Hidup
Kawasan Cagar Alam dan Suaka
Fungsi dan Daya Dukung
9 Alam Laut Binaan Kawasan Laut Kabupaten Natuna
Lingkungan Hidup
Konservasi Laut Daerah
Pulau - Pulau terluar meliputi:
Pulau Subi Kecil, Pulau Sekatung,
Pertahanan dan
10 Pulau Sebetul, Pulau Semiun, Kabupaten Natuna
Keamanan
Pulau Tokong Boro, Pulau Senua,
dan Pulau Kepala.
Sumber : RTRW Kabupaten Natuna

5 - 24
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

5 - 25
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

D. Indikasi Program

Indikasi program utama di wilayah Kabupaten Natuna, yang terkait


dengan Bidang Cipta Karya, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.7. : Indikasi Program Kabupaten Natuna


Sumber
Indikasi Program Lokasi Instansi Pelaksana
Pendanaan
I. Sistem Jaringan Prasarana dan sarana Sumber Daya Air
Penataan mata air sumber air baku di Gugusan Kementerian PU, Dinas
APBN, APBD
Pulau Bunguran, Gugusan Pulau Serasan , Seluruh Kecamatan PU Prov, Dinas PU Kab.
Prov.APBD Kab
Gugusan Pulau Midai dan Gugusan Pulau Subi PDAM
Studi kelayakan pemanfaatan permukaan sebagai
Seluruh Kecamatan APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
air baku irigasi dan air minum
Pengembangan Sungai Ranai, Sungai Air Hijau,
Sungai Ulu, Sungai Semala, Air Terjun Air Lengit,
Sungai Air Kupang Dan Sungai Air Kimak (sumber Kementerian PU, Dinas
APBN, APBD
air baku Bukit Berangin), Sungai Segeram, Sungai Seluruh Kecamatan PU Prov. Dinas PU Kab.
Prov.APBD Kab.
Tapau, Sungai Binjai, Air Terjun Gunung Ranai, Air PDAM
Terjun Bukit Berangin dan Pembangunan Bendung
Pering untuk air bersih di Pulau Bunguran
Penataan ruang DAS di Pulau Bunguran, DAS
Pulau Seluan di Pulau Seloan, DAS Selor di Pulau
Selaut, DAS Sedanau di Pulau Sedanau, DAS
Seluruh Kecamatan APBD kab Dinas PU Kab, PDAM
Batang di Pulau Tanjung Kumbik, DAS Lagong di
Pulau Sabang Mawang, DAS Serasan di Pulau
Serasan, DAS Laut di Pulau Laut, DAS Pulau Midai
Pembangunan Bendung Kelarik untuk irigasi Seluruh Kecamatan APBN Kementerian PU,
Peningkatan bendung Tapau untuk irigasi Seluruh Kecamatan APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
Pengembangan folder penampungan air Di Pulau
Sedanau, Pulau Serasan, Pulau Subi dan Pulau Seluruh Kecamatan APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
Midai
Pengembangan embung penampungan air di Pulau Serasan, Pulau APBD Prov. Dinas Pu Prov, Dinas PU
Pulau-pulau Subi Besar, Pulau Subi APBD Kab Kab
Kecil, Pulau Sedanau,
Pulau Laut dan Pulau
Tiga
II. Sistem Prasarana lainnya
A. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Penyusunan masterplan air minum Kabupaten Bappeda Kab, Dinas PU,
Seluruh Kecamatan APBD Kab
Natuna PDAM
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir air
Pulau Bunguran APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
baku Sungai Ranai
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir
Pulau Bunguran APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
Sungai Air Hijau
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir
Pulau Bunguran APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
Sungai Ulu
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir
Pulau Bunguran APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
Sungai Semala
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir
Pulau Bunguran APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
Air Terjun Air Lengit
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir
Pulau Bunguran APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
Sungai Air Kupang
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir
Pulau Bunguran APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
Sungai Air Kimak (sumber air baku Bukit Berangin)
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir
Sungai Semala Kecamatan Bunguran Barat di Pulau Bunguran dan APBD Prov, Dinas PU Prov, Dinas
alirkan melalui pipa bawah laut untuk Pulau Pulau Sedanau APBD Kab PU Kab, PDAM
Sedanau
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir
Pulau Serasan APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
mata air di Gunung Air Jambu,di Pulau Serasan
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir
Pulau Serasan APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
Gunung Air Ringau di Pulau Serasan
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir
Pulau Midai APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
mata air Gunung Jambat, di Pulau Midai

5 - 26
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Sumber
Indikasi Program Lokasi Instansi Pelaksana
Pendanaan
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir
Pulau Midai APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
mata air Gunung Teledu, di Pulau Midai
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir
Pulau Midai APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
mata air Sabang Muduk di Pulau Midai
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir
Sumur Limau Kecil, Sumur Air Putih 1 dan Sumur Pulau Midai APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
Air Putih 2 di Pulau Midai
Pembangunan dan peningkatan sarana reservoir
pengolahan air baku dari Sungai Air Bunga, Sungai
Sebelat Laut, Sungai Sabang Muduk, Sungai Air Pulau Midai APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
Salor, Sungai Cabang Sungai Abit, Sungai Air
Pancur di Pulau Midai
Pembangunan intalasi pengolahan air bersih
Pulau Bunguran APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
kawasan perkotaan Ranai
Peningkatan pelayanan air bersih perpipaan di
Pulau Bunguran APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
perkotaan Kelarik
Peningkatan pelayanan air minum bagi masyarakat
Seluruh Kecamatan APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
pesisir
Pembangunan sarana pelayanan air bersih di Pulau
Pulau Tiga APBD Kab Dinas PU Kab, PDAM
Tiga dan Selat Lampa
B. Sistem Jaringan Drainase
Penyusunan masteran drainase kawasan perkotaan APBD Kab Dinas PU Kab
dan melakukan pemetaan kawasan kawasan yang
memerlukan sistem drainase konvensional dan Seluruh Kecamatan
kawasan kawasan yang memerlukan sistem
resapan air
Perbaikan dan normalisasi sungai yang mengalir di APBD Prov, Dinas PU Prov, Dinas
Seluruh Kecamatan
kawasan perkotaan yang menyebabkan genangan APBD Kab PU Kab
Melakukan perbaikan dan normalisasi saluran- APBD Kab Dinas PU Kab
saluran drainase yang sudah ada untuk Seluruh Kecamatan
meningkatkan kapasitas saluran
Pengendalian sungai agar tidak menjadi tempat APBD Kab Dinas PU Kab
Seluruh Kecamatan
sampah bagi masyarakat
Penataan bangunan sepanjang tepi sungai agar APBD Kab Dinas PU Kab
kapasitas alur sungai tidak berkurang (tidak terjadi Seluruh Kecamatan
penyempitan)
Pembangunan sumur resapan di kawasan APBD Kab, Dinas PU Kab,
Seluruh Kecamatan
perkotaan masyarakat masyarakat
C. Pengelolaan Air Limbah
Penyusunan masterplan pengelolaan air limbah Seluruh Kecamatan APBD Kab Dinas PU Kab
Pembangunan sarana Intalasi pengolahan air APBD Prov, Dinas PU Prov, Dinas
Seluruh Kecamatan
limbah di Pulau Bunguran APBD Kab PU Kab,
Pengembangan sanitasi masyarakat di pesisir dan APBN, APBD Kab Kementerian PU, Dinas
Seluruh Kecamatan
pulau-pulau kecil PU Kab,
Pengadaan truk pengangkut air limbah APBN, APBD Kementerian PU , Dinas
Seluruh Kecamatan
Prov, APBD Kab PU Prov, Dinas PU Kab,
D. Pengembangan Kinerja Sistem Pengelolaan Persampahan
Penyusunan masterplan persampahan Kabupaten Bappeda Kab, Dinas PU
Seluruh Kecamatan APBD Kab
Natuna Kab, BLH Kab
Pembangunan TPA Sebayar di Desa Sungai Ulu Kementerian PU, Dinas
Pulau Bunguran APBN, APBD Kab
Kecamatan Bunguran Timur PU Kab, BLH Kab
Pembangunan TPST di Pulau Serasan Bappeda Kab, Dinas PU
Pulau Serasan APBD Kab
Kab, BLH Kab
Pembangunan TPST Pulau Sedanau Bappeda Kab, Dinas PU
Pulau Sedanau APBD Kab
Kab, BLH Kab
Pembangunan TPST Pulau Subi Bappeda Kab, Dinas PU
Pulau Subi APBD Kab
Kab, BLH Kab
Pembangunan TPST Pulau Midai Bappeda Kab, Dinas PU
Pulau Midai APBD Kab
Kab, BLH Kab
Pembangunan TPST di Pulau Tiga Bappeda Kab, Dinas PU
Pulau Tiga APBD Kab
Kab, BLH Kab
Pembangunan TPST di Pulau laut Bappeda Kab, Dinas PU
Pulau Laut APBD Kab
Kab, BLH Kab
Penanganan sampah di pedesaan melalui Bappeda Kab, Dinas PU
Seluruh Kecamatan APBD Kab
komposting Kab, BLH Kab
Peyediaan sarana pengangkutan sampah di Kementerian PU, Dinas
Seluruh Kecamatan APBN, APBD Kab
perkotaan PU Kab, BLH Kab
pengembangan energi gas metan di TPST Sedanau Kementerian PU, Dinas
Sedau dan Serasan APBN, APBD Kab
dan TPST Serasan PU Kab, BLH Kab
Sumber : RTRW Kabupaten Natuna

5 - 27
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Terkait dengan Indikasi program RTRW Kabupaten Natuna terhadap


Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Natuna, dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Tabel 5.8.: Indikasi Program RTRW Kabupaten Natuna Terkait


Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Merupakan
Sumber Instansi
No Usulan Program Utama Lokasi KSK
Pendanaan Pelaksana
(Ya/Tidak)
APBN, APBD Kementrian PU,
Penyediaan air bersih dan
1 Ranai Ya Prov, Dinas PU Prov,
air baku
APBD Kab Dinas PU Kab
Kementrian PU,
Dinas PU Prov,
Peningkatan Pengelolaan APBN, APBD
Dinas PU Kab,
2 Sampah dan perbaikan Ranai Ya Prov,
Badan
lingkungan permukiman APBD Kab
Lingkungan
Hidup Kab
Penataan mata air
Pulau
sumber air baku di
Bunguran, Kementerian
Gugusan APBN, APBD
Pulau PU, Dinas PU
3 Pulau Bunguran, Ya Prov,
Serasan, Prov, Dinas PU
Gugusan Pulau Serasan , APBD Kab
Pulau Midai, Kab, PDAM
Gugusan Pulau Midai dan
Pulau Subi
Gugusan Pulau Subi
Pembangunan Bendung
4 Kelarik Ya APBN Kementrian PU
Kelarik untuk irigasi
Peningkatan bendung Dinas PU Kab,
5 Tapau Ya APBD Kab
Tapau untuk irigasi PDAM
P. Serasan,
P. Subi Besar,
Pengembangan embung Dinas PU Prov,
P. Subi Kecil, APBD Prov,
6 penampungan air di Ya Dinas PU
P. Sedanau, APBD Kab
Pulau-pulau Kab
P. Laut dan
Pulau Tiga
Pembangunan TPA Kementerian
Bunguran APBN, APBD
7 Sebayar di Desa Sungai Ya PU, Dinas PU
Timur Kab
Ulu Kec. Bunguran Timur Kab, BLH Kab
Peyediaan sarana Kementerian
APBN, APBD
8 pengangkutan sampah di Ranai Ya PU, Dinas PU
Kab
perkotaan Kab, BLH Kab
Pembangunan dan
peningkatan sarana Dinas PU Kab,
9 Ranai Ya APBD Kab
reservoir PDAM
air baku Sungai Ranai
Sungai Ulu, Air
Pembangunan dan Hijau, Semata,
Dinas PU Kab,
10 peningkatan sarana Air Terjun Air Ya APBD Kab
PDAM
reservoir Lengit,
Kupang, Kimak

5 - 28
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Merupakan
Sumber Instansi
No Usulan Program Utama Lokasi KSK
Pendanaan Pelaksana
(Ya/Tidak)
Pembangunan sarana
pelayanan air bersih di Dinas PU Kab,
11 Pulau Tiga Ya APBD Kab
Pulau Tiga dan Selat PDAM
Lampa
Pembangunan sarana APBD Prov,
Pulau Dinas PU Prov,
12 Intalasi pengolahan air Ya APBD
Bunguran Dinas PU Kab,
limbah di Pulau Bunguran Kab
Melakukan perbaikan dan
normalisasi saluran
saluran drainase yang Seluruh
13 Ya APBD Kab Dinas PU Kab
sudah ada untuk Kawasan
meningkatkan kapasitas
saluran
Sumber : RTRW Kabupaten Natuna

5.2. Arahan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

RPJMD disusun berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang tersebut,
RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program
Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah
dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan
Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program
Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah,
dan program kewilayahan disertai dengan rencanar encana kerja dalam
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

5.2.1. Kebijakan Pembangunan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Natuna Tahun


2011–2016 merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Natuna Tahun 2005-2025.
RPJM ini selanjutnya menjadi pedoman bagi seluruh SKPD dalam
menyusun Rencana Strategis. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMD ini
akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) pada tahapan tahunannya.

5 - 29
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

A. Visi dan Misi Kabupaten Natuna

Visi Kabupaten Natuna 2011-2016 merupakan visi dan misi dari Bupati
yang terpilih pada saat pemilu kada yang merupakan gambaran
kondisi masa depan yang dicita-citakan dari Bupati dapat terwujud
dalam kurun waktu 2011-2016. Adapun Visi pembangunan Kabupaten
Natuna adalah : Menjadikan Natuna Sejahtera, Merata dan
Seimbang. Visi tersebut memberikan arti :
 Sejahtera : Sejahtera, Secara sederhana, sejahtera mudah dipahami
sebagai perasaan: aman sentosa, makmur, dan selamat atau terlepas
dari segala macam gangguan. Dengan pendekatan yang lain, sejahtera
juga dapat dikaitkan dengan terbebasnya masyarakat dari “rasa lapar”
dan “rasa takut”. Di sini, kesejahteraan dikaitkan tidak saja pada konsep
lahiriah, tapi juga menjangkau segi batin. Kesejahteraan yang
dihubungkan dengan pelaksanaan otonomi daerah juga dimaknai oleh
terselenggaranya kehidupan demokrasi di tingkat lokal sebagai salah
satu pilar penyangga pencapaian kesejahteraan masyarakat secara
lebih fundamental.
 Merata : Kesejahteraan sebagai visi utama pembangunan jangka
menengah mutlak dibarengi dengan pemerataan. Merata maksudnya
adalah bahwa pembangunan dan pelayanan publik dilaksanakan ke
seluruh pelosok dengan memerhatikan karakteristik wilayah dan
masyarakat. Pemerataan ingin arah pembangunan tidak saja bertumpu
pada pengembangan ibukota kabupaten, namun sarana dasar harus
dapat menjangkau ke seluruh kecamatan guna menjaga keadilan
dalam pembangunan daerah. Pemerataan juga diarahkan agar
pembangunan dapat menjangkau lapisan masyarakat paling bawah
agar kebijakan dalam pembangunan dapat menjadi stimulus yang
signifikan bagi perbaikan kualitas hidup mereka.
 Seimbang Pembangunan dalam dimensi yang banyak menitikberatkan
pada perbaikan aspek sosial-ekonomi sebagai salah satu basis dalam
mewujudkan kesejahteraan yang nyata dapat dirasakan masyarakat
harus didukung dengan perwujudan “keseimbangan”. Pembangunan
masyarakat Natuna juga mengembangkan kehidupan yang seimbang

5 - 30
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

antara dunia dan akhirat. Tercipta kerukunan umat beragama dan hidup
bermasyarakat, dengan dukungan lingkungan yang aman dan tertib.
Keseimbangan sebagai visi pembangunan juga menjadi daya dukung
bagi pembangunan itu sendiri. Pengembangan aspek rohani dapat
menciptakan kondusifitas pelaksanaan berbagai agenda pembangunan
di berbagai bidang.

Pencapaian cita-cita ini akan selalu diwarnaiberbagai peluang dan


tantangan masa depan yang perlu diantisipasi dengan melaksanakan
misi pembangunan 2011-2016. Adapun misi pembangun Kabupaten
Natuna :
1) Meletakkan dasar-dasar pembangunan yang selaras dengan
struktur dan pola ruang
Pembangunan wilayah diarahkan untuk selaras dan sesuai dengan
struktur dan pola ruang, agar tercipta kualitas hidup yang seimbang
dan berkelanjutan. Pengintegrasian faktor tata ruang, lingkungan,
ekonomi dan sosial budaya diharapkan dapat berdampak positif bagi
pembangunan Kabupaten Natuna.
2) Memeratakan pembangunan infrastuktur dasar
Infrastruktur merupakan faktor penunjang bagi berbagai aktivitas
masyarakat di dalam suatu wilayah. Penyediaan sarana dan prasarana
kota yang memadai, efesien dan efektif mutlak diperlukan. Hal ini
sekaligus mendorong pengembangan wilayah sesuai dengan struktur
dan pola secara produktif.
3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu dilakukan sejak dini
dan terus menerus. Kualitas SDM sangat dipengaruhi oleh aspek
pendidikan dan kesehatan. Peningkatan pelayanan pendidikan dan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat Kabupaten Natuna. Peningkatan pelayanan tersebut
ditunjang dengan upaya peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat
untuk mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang maju dan
sejahtera. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas
infrastruktur, serta faktor pendukung lainnya.

5 - 31
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

4) Mengembangkan, meningkatkan dan memanfaatkan potensi


unggulan sumber daya alam
Pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya alam
secara optimal mampu mendorong roda perekonomian daerah.
Pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan secara bijaksana dan
berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian dan keseimbangan
lingkungan. Dengan demikian, potensi unggulan sumber daya alam
harus dikelola dengan efektif dan efisien sehingga mampu
menghadirkan komoditas unggulan yang berdaya saing tinggi.
5) Meningkatkan profesionalisme pemerintah
Pelaksanan pembangunan akan berjalan dengan optimal apabila
ditunjang oleh aparatur pemerintah yang profesional. Dalam
mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih membutuhkan
aparatur yang profesional, memiliki etos kerja dan komitmen yang
tinggi disertai dukungan sistem teknologi informasi yang handal,
sehingga dapat menjamin kinerja pemerintahan dalam meningkatkan
pelayanan publik serta menciptakan kepastian hukum, transparansi
dan akuntabilitas publik.

B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang


menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan
jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar
penyusunan arsitektur kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan
yang mencakup strategi, arah kebijakan, kebijakan umum, program dan
kegiatan prioritas. Tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Natuna,
yaitu:
1) Meningkatkan pemanfaatan ruang untuk pembangunan.
Pemanfaatan ruang untuk pembangunan adalah bahwa
pembangunan yang akan dilakukan harus sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) sehingga tetap memperhatikan
keberlanjutan lingkungan. Untuk mencapai pemanfaatan ruang untuk
pembangunan, maka sasarannya sebagai berikut: Terciptanya
aktivitas pembangunan yang sesuai dengan potensi dan karateristik
wilayah.

5 - 32
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas infastruktur dasar


Infastruktur dasar terdiri dari transportasi, komunikasi, energi, dan air
bersih. Peningkatan kualitas memiliki arti memperbaiki kondisi
eksisting yang sudah terbangun sehingga menjadi layak digunakan
oleh masyarakat, sesuai standar yang berlaku. Sementara
peningkatan kuantitas memiliki arti menambah jumlah yang sudah ada
sehingga dapat menjangkau dan terjangkau oleh seluruh masyarakat
di wilayah Kabupaten Natuna. Untuk mencapai tujuan meningkatkan
kualitas dan kuantitas infrastruktur dasar, maka sasarannya adalah
sebagai berikut: Terwujudnya infastruktur transportasi, listrik,
komunikasi, dan air bersih menuju pemukiman penduduk dan pusat
ekonomi.
3) Meningkatkan kualitas pendidikan
Pendidikan merupakan pelayanan dasar yang wajib diselenggarakan
oleh pemerintah Kabupaten Natuna karena pendidikan merupakan
intangible asset yang akan dimiliki oleh pemerintah daerah dalam
jangka panjang. Untuk mencapai tujuan meningkatkan kualitas
pendidikan, maka sasarannya sebagai berikut:
a. Meningkatnya pelayanan pendidikan yang bermutu dan merata;
b. Meningkatnya kualitas lulusan; dan
c. Meningkatnya kualitas tenaga pendidik.
4) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Selain pendidikan, kesehatan juga merupakan layanan dasar yang
wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Pembangunan
kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kesehatan juga
merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Untuk mencapai tujuan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat,
maka sasarannya adalah: Meningkatnya kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat.
5) Mewujudkan masyarakat yang produktif dan berkesetaraan
gender
Masyarakat yang memiliki keterampilan kerja diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hidupnya. Disadari bahwa tenaga kerja dan

5 - 33
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

para pencari kerja yang adamemiliki jenis dan kualitas kemampuan


dan keterampilan yang tidak sama. Kualitas tenaga kerja harus
ditingkatkan dan dikembangkan sehingga mampu mendukung
pembangunan pertanian, industri, perdagangan, perhubungan,
pariwisata dan sumberdaya lokal lainnya, menjadi usaha yang efisien
dan mandiri.
Dengan demikian, diharapkan mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat, memperluas kesempatan kerja, dan makin berperan
dalam penyediaan barang dan jasa baik untuk pasar dalam negeri
maupun luar negeri. Di dalam pembangunan sumber daya manusia
akhir-akhir ini, isu keadilan dan kesetaraan gender menjadi hal yang
penting. Dalam dunia kerja, partisipasi dalam pembangunan, aktivitas
ekonomi dan aspek lainnya, diharapkan terjadi kesetaraan gender.
Dalam lima tahun kedepan, Natuna diharapkan dapat
mengintegrasikan perspektif gender ke dalam seluruh proses
pembangunan, yang melibatkan pemerintah, swasta maupun
masyarakat. Untuk mencapai tujuan Mewujudkan masyarakat yang
produktif dan berkesetaraan gender, maka sasarannya adalah:
a. Terciptanya tenaga kerja yang kompeten dan produktif; dan
b. Terselenggaranya pembangunan yang berkesetaraan gender.
6) Meningkatkan kualitas kehidupan beragama
Pembangunan sumber daya manusia tidak saja dari sisi jasmaniah
namun juga dari sisi rohani. Hal ini tentu saja menjadi perhatian dalam
pembangunan di Kabupaten Natuna. Kerukunan hidup umat
beragama di dalam suatu wilayah memberikan dampak yang positif
bagi pembangunan. Kualitas sumber daya manusia tidak saja
ditentukan oleh kualitas pendidikan dan kesehatan yang dimilikinya,
namun juga harus diimbangi dengan pertumbuhan di dalam iman dan
taqwa.
Dengan bekal ketiga aspek ini, maka seorang manusia diharapkan
memiliki kualitas hidup yang baik dan mampu menghargai keragaman
atau perbedaan yang ada di masyarakat. Untuk mencapai tujuan
Mencipt, berkesetaraan gender akan kerukunan hidup umat
beragama, maka sasarannya adalah: Terwujudnya tatanan sosial
kemasyarakatan yang beriman dan bertaqwa.

5 - 34
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

7) Menumbuhkembangkan ekonomi kerakyatan dan industri


berbasis sumber daya alam
Penguatan ekonomi kerakyatan dapat dilakukan dengan peningkatan
daya usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan koperasi dengan
meningkatkan kompetensi dan jiwa kewirausahaan, pengembangan
kemitraan untuk meningkatkan produktivitas dan mampu beradaptasi
terhadap kebutuhan pasar dan memanfaatkan inovasi dan teknologi.
Pengembangan industri berbasis kerakyatan diutamakan berbasis
sumber daya alam khususnya sektor/komoditas unggulanyang dimiliki
oleh Kabupaten Natuna, seperti kelautan dan perikanan. Untuk
mencapai tujuan menumbuhkembangkan ekonomi kerakyatan dan
industri berbasis sumber daya alam, maka sasarannya:
a. Tercapainya optimalisasi sektor unggulan daerah;
b. Terwujudnya sentra-sentra ekonomi rakyat;
c. Berkembangnya industri berbasis SDA; dan
d. Terjaminnya distribusi dan pemasaran hasil pengelolaan industri.
8) Mewujudkan aparatur pemerintah yang bersih dan memiliki
kinerja prima
Perwujudan pemerintahan yang baik dan bersih tidak terlepas dari
dukungan aparatur yang profesional. Pelayanan publik yang ditopang
oleh aparatur yang profesional, bertanggung jawab, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menjunjung etika dan bebas KKN
(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), diharapkan mampu mendukung
jalannya penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih baik dan
memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Untuk
mewujudkan aparatur pemerintah yang bersih dan memiliki kinerja
prima, maka sasarannya sebagai berikut:
a. Meningkatnya kualitas aparatur pemerintah; dan
b. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang transparan dan
akuntabel.

C. Strategi

Strategi merupakan langkah-langkah yang berisikan program-program


indikatif utuk mewujudkan visi dan misi. Satu strategi dapat terhubung
dengan pencapaian satu sasaran. Dalam hal beberapa sasaran bersifat

5 - 35
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

inheren dengan satu tema, satu strategi dapat dirumuskan untuk


mencapai gabungan beberapa sasaran tersebut. Dibawah ini akan
dijelaskan Strategi - Strategi yang dilakukan dalam mengupayakan Misi -
Misi yang sudah dituliskan diatas, diantaranya yaitu :
a. Strategi 1: Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh
secara lestari dan berkelanjutan
Strategi ini ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan:
Terciptanya aktivitas pembangunan yang sesuai dengan potensi dan
karateristik wilayah. Strategi pengembangan wilayah strategis dan
cepat tumbuh secara lestari dan berkelanjutan bertujuan untuk
memetakan dan mengembangkan wilayah-wilayah yang memiliki
potensi untuk berkembang baik secara alamiah maupun berdasarkan
kebijakan pemerintah untuk peruntukan tertentu.
Penerapan strategi ini harus diselaraskan dengan strategi-strategi
lainnya yang terkait, meliputi: Strategi Peningkatan cakupan dan
kualitas pelayanan infrastruktur dasar, Strategi Peningkatan jumlah
sarana dan prasarana pendidikan, Strategi pelayanan kesehatan
terpadu, Strategi Penerapan manajemen industri yang terpadu dan
berkelanjutan, dan Strategi Penguatan kelembagaan UMKM.
b. Strategi 2: Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan
infrastruktur dasar
Strategi ini ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan:
Terwujudnya infrastruktur transportasi, listrik, komunikasi, dan air
bersih menuju pemukiman penduduk dan pusat ekonomi. Strategi
peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar
ditempuh untuk memberikan hak-hak masyarakat mendapatkan akses
terhadap transportasi, listrik, air bersih dan telekomunikasi sesuai
dengan tingkat kebutuhan dan asas pemerataan pembangunan.
Cakupan dan kualitas pelayanan yang diberikan diharapkan dapat
mendorong aktivitas perkotaan di Kabupaten Natuna.
c. Strategi 3: Peningkatan jumlah sarana dan prasarana pendidikan
Strategi ini ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan:
Meningkatnya pelayanan pendidikan yang bermutu dan merata.
Strategi peningkatan jumlah sarana dan prasarana pendidikan

5 - 36
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

ditempuh untuk melengkapi hak-hak dasar masyarakat terhadap


pendidikan melalui dukungan penyediaan, pengembangan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan. Penyediaan sarana
dan prasarana pendidikan dilakukan secara merata ke seluruh wilayah
kabupaten dengan mempertimbangkan pemenuhan standar pelayanan
minimal bidang pendidikan yang telah diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan.
d. Strategi 4: Pengembangan manajemen pendidikan berbasis
prestasi
Strategi ini ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan:
1) Meningkatnya kualitas lulusan; dan
2) Meningkatnya kualitas tenaga pendidik
Penerapan strategi pengembangan manajemen pendidikan berbasis
prestasi bertujuan untuk mengembangkan kualitas pendidikan dengan
penekanan kepada peningkatan kualitas tenaga pendidik dan anak
didik, sehingga mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan
mempunyai kemampuan berkompetisi.
e. Strategi 5: Pelayanan kesehatan terpadu
Strategi ini ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan:
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Strategi
pelayanan kesehatan terpadu menekankan pada upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, sumberdaya
obat & perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat kesehatan
dan manajemen kesehatan.
f. Strategi 6: Pengembangan keterampilan dan keahlian tenaga kerja
dan pencari kerja
Strategi ini ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan:
Terciptanya tenaga kerja yang kompeten dan produktif. Penerapan
strategi pengembangan keterampilan dan keahlian tenaga kerja dan
pencari kerja bertujuan meningkatkan kualitas/mutu tenaga kerja dan
pencari kerja sehingga memiliki daya saing dalam dunia kerja.
g. Strategi 7: Pengarusutamaan gender dalam pembangunan
Strategi pengarusutamaan gender dalam pembangunan ini ditempuh
untuk memenuhi aspek keadilan dan pemenuhan hak-hak dasar

5 - 37
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

perempuan. Strategi ini bertujuan memberikan perhatian pada


tercukupinya kebutuhan dasar dan hak partisipasi perempuan dalam
perekonomian, politik, perencanaan pembangunan, sosial budaya
termasuk hak-hak anak untuk mencapai kualitas tumbuh kembang dan
kesejahteraan, serta perlindungan dan penanganan terhadap
perempuan dan anak dari berbagai ancaman tindak kekerasan.
h. Strategi 8: Peningkatan kualitas hidup spiritual masyarakat
Strategi ini ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan:
Terwujudnya tatanan sosial kemasyarakatan yang beriman dan
bertaqwa.Penggunaan strategi ini bertujuan untuk memperkokoh
kerukunan hidup umat beragama melalui peningkatan kualitas iman
dan taqwa seluruh masyarakat.
i. Strategi 9: Peningkatan produktifitas sektor unggulan
Strategi ini ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan:
Tercapainya optimalisasi sektor unggulan daerah. Strategi peningkatan
produktifitas sektor unggulan merupakan cara yang dtempuh untuk
mengelola potensi sektor unggulan yang ada di Natuna secara optimal
dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
j. Strategi 10: Penguatan kelembagaan UMKM
Strategi ini ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan:
Terwujudnya sentra-sentra ekonomi rakyat. Strategi penguatan
kelembagaan UMKM ditempuh untuk memberdayakan usaha-usaha
ekonomi masyarakat yang mampu menunjang perekonomian keluarga,
warga dan wilayahnya. Penguatan UMKM difokuskan kepada sumber
daya manusia, manajemen usaha, akses permodalan dan kemitraan.
Melalui sentra-sentra ekonomi rakyat yang tumbuh dan berkembang di
Natuna, diharapkan mampu mengangkat dan memperkuat peran
UMKM.
k. Strategi 11: Penerapan manajemen industri yang terpadu dan
berkelanjutan
Strategi ini ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan:
1) Berkembangnya industri berbasis SDA; dan
2) Terjaminnya distribusi dan pemasaran hasil pengolahan industri
l. Strategi 12: Penataan sistem manajemen SDM aparatur
Strategi ini ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan:
Meningkatnya kualitas aparatur pemerintah. Strategi penataan sistem

5 - 38
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

manajemen sumber daya manusia aparatur bertujuan meningkatkan


kualitas dan kinerja serta mengembangkan karir SDM aparatur.
Penataan sistem manajemen SDM aparatur dilakukan sejak rencana
pengadaan/rekrutmen sampai dengan purna bakti (pensiun) yang
antara lain meliputi rekrutmen, penempatan, pelatihan dan
pengembangan, mutasi, penilaian kinerja, sistem reward dan
punishment serta sistem pengganjian. Penerapan strategi ini perlu
sejalan dengan Strategi penguatan akuntabilitas kinerja pemerintah
agar menghasilkan birokrasi pemerintah yang profesional.
m. Strategi 13: Penguatan akuntabilitas kinerja pemerintah
Strategi ini ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan:
Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang transparan dan akuntabel.
Penerapan strategi penguatan akuntabilitas kinerja pemerintah
bertujuan menghadirkan kinerja pemerintah daerah yang mampu
menjawab kebutuhan masyarakat melalui pelayanan publik dan
penyelenggaraan pemerintahan yang prima, transparan dan akuntabel.

D. Arah Kebijakan

Arah kebijakan Kabupaten Natuna merupakan fokus/tema pembangunan


setiap tahunnya selama 5 (lima) tahun. Pentahapan dan fokus/tema ini
mencerminkan urgensi permasalahan yang hendak diselesaikan berkaitan
dengan pengaturan waktu. Penekanan fokus/tema dalam setiap tahunnya
selama 5 (lima) tahun memiliki kesinambungan dari satu periode
keperiode lainnya dalam rangka mencapai visi, misi tujuan dan sasaran
yang telah ditetepkan. Arah kebijakan Kabupaten Natuna disusun sebagai
berikut:
a. Arah Kebijakan Tahun Pertama (2012)
Pembangunan pada tahun 2012 diarahkan kepada pengembangan
aktivitas pembangunan yang sesuai dengan potensi dan karakteristik
wilayah dan tidak bertentangan dengan struktur dan pola ruang yang
ada, pembangunan ekonomi mulai dilaksanakan pada berbagai sektor
potensi-potensi unggulan dengan dukungan infrastruktur wilayah yang
memadai dan masyarakat yang sehat.
b. Arah Kebijakan Tahun Kedua (2013)
Pembangunan pada tahun 2013 diarahkan kepada pengembangan
infrastruktur wilayah untuk menunjang seluruh aktivitas masyarakat

5 - 39
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

serta pelayanan kesehatan dan pendidikan yang selaras dengan aspek


tata ruang. Selain itu, pembangunan juga diprioritaskan pada
pengembangan sumber daya manusia khususnya tenaga kerja dan
aparatur pemerintah guna meningkatkan produktifitas dan kinerja.Di
tahun ini, pemerintah Natuna juga memberikan penekanan kepada
upaya optimalisasi pengembangan sektor unggulan daerah guna
meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong perekonomian
daerah.
c. Arah Kebijakan Tahun Ketiga (2014)
Pembangunan pada tahun 2014 masih tetap diarahkan kepada
pengembangan infrastruktur wilayah untuk menunjang seluruh aktivitas
masyarakat serta pelayanan kesehatan dan pendidikan. Selain itu,
pembangunan juga diprioritaskan pada pengembangan sumber daya
manusia khususnya kualitas tenaga pendidik, tenaga kerja dan
perwujudan pembangunan berkesetaraan gender. Fokus pada
kesetaraan gender ini mulai dilaksanakan pada tahun ini dan masih
akan dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun ini
kebijakan pembangunan juga diarahkan untuk melanjutkan upaya
pengembangan aparatur pemerintah agar memiliki kinerja yang baik
dan mampu memberikan pelayanan publik yang baik. Hal ini dibarengi
juga dengan kebijakan untukmelaksanakan sasaran pembangunan
penerapan tata kelola pemerintahan yang transparan dan akuntabel.
Dengan dukungan infrastruktur, sumber daya manusia yang
berkualitas dan tata kelola pemerintahan yang baik, diharapkan dapat
mendukung upaya melanjutkan optimalisasi pengembangan sektor
unggulan daerah serta merangsang pertumbuhan sentra-sentra
ekonomi rakyat yang mendorong perekonomian wilayah.
d. Arah Kebijakan Tahun Keempat (2015)
Pembangunan pada tahun 2015 diarahkan kepada upaya
memantapkan peningkatan kualitas pelayanan infrastruktur wilayah
yang mendukung optimalisasi pengembangan sektor unggulan dan
sentra-sentra ekonomi rakyat dan industri berbasis sumber daya alam.
Pada tahun ini, pembangunan tetap menekankan upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia, khususnya pada peningkatan kualitas
tenaga pendidik, lulusan anak didik, tenaga kerja yang kompeten dan
produktif, dan upaya kesetaraan gender dalam bentuk perlindungan

5 - 40
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

dan pemenuhan hak dasar perempuan dan anak. Diharapkan kualitas


tenaga kerja dan pencari kerja serta kaum perempuan dapat
mendukung dan berperan aktif dalam pengembangan sentra ekonomi
rakyat dan industri berbasis SDA yang mulai dikembangkan sejak
tahun lalu. Arah kebijakan tahun ini mulai memberikan prioritas kepada
upaya mewujudkan tatanan sosial kemasyarakatan yang beriman dan
bertaqwa. Prioritas ini dianggap penting dilakukan pada tahun ini untuk
menyempurnakan pencapaian misi meningkatkan kualitas sumber
daya manusia.
e. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2016)
Pembangunan pada tahun 2016 diarahkan kepada upaya melanjutkan
penguatan kualitas lulusan anak didik dantenaga
kerja,pengarusutamaan gender, sertakeimanan dan taqwa masyarakat
Natuna. Kualitas SDM yang baik, diharapkan nantinya mampu terserap
pada industri berbasis SDA yang pengembangannya juga diprioritas
pada tahun ini. Guna mendukung keberhasilan pengembangan industri
tersebut, maka pemerintah memprioritaskan pengembangan jaringan
distribusi dan pemasaran hasil pengolahan industri.

Pada akhir periode pembangunan lima tahunan, daya saing Kabupaten


Natuna meningkat melalui penguatan ekonomi kerakyatan sejalan dengan
pengembangan industri-industri yang mengelola kekayaan SDA secara
optimal dan berkelanjutan serta bermitra dengan UMKM dan menyerap
tenaga kerja local yang terampil dan kompeten. Kondisi ini didukung oleh
pengembangan layanan infrastruktur wilayah yang merata ke seluruh
wilayah termasuk sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan serta
fasilitas sosial dan fasilitas umum; pengembangan kualitas sumber daya
manusia dan aparatur pemerintah yang didukung oleh kelembagaan
pemerintah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.

5.2.2. Kebijakan Keuangan Daerah

Pendanaan program kegiatan yang akan diakomodir dalam periode tahun


2011-2016 ini sangatlah penting untuk dikaji. Dari dasar analisis
gambaran umum pengelolaan keuangan daerah pada periode
sebelumnya (2006-2010), maka dapat disusun suatu analisis dalam

5 - 41
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

rangka pendanaan program kegiatan pada periode tahun 2011-2016.


Berdasarkan potensi pendanaan, Kabupaten Natuna mempunyai potensi
pendanaan dari Pendapatan Asli Daerah yang besar dan juga didukung
oleh Dana Perimbangan yang menjanjikan serta bagi hasil migas yang
sangat besar. Penghitungan kerangka pendanaan memperhatikan
kerangka penerimaan dan kerangka belanja, sebagai dasar penghitungan
kapasitas riil pengelolaan keuangan daerah.

a. Kerangka Penerimaan

Sesuai dengan analisis-analisis diatas dapat diestimasi kerangka


pendanaan Kabupaten Natuna pada tahun 2011-2016. Pendanaan
tersebut terbagi kedalam jenis-jenis pendapatan sesuai dengan aturan
perundang-undangan yang berlaku.

Tabel 5.9. : Estimasi Penerimaan Kabupaten NATUNA, 2011-2016


(Dalam Juta Rupiah)

URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016

PENDAPATAN DAERAH 909,538.45 1,215,451.85 1,336,997.04 1,470,696.74 1,617,766.42 1,779,543.06


Pendapatan Asli Daerah 20,847.00 22,931.70 25,224.87 27,747.36 30,522.09 33,574.30
Hasil Pajak Daerah 2,854.00 3,139.40 3,453.34 3,798.67 4,178.54 4,596.40
Hasil Retribusi Daerah 1,893.00 2,082.30 2,290.53 2,519.58 2,771.54 3,048.70
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 4,600.00 5,060.00 5,566. 00 6,122.60 6,734.86 7,408.35
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Dipisahkan 11,500.00 12,650.00 13,915.00 15,306.50 16,837.15 18,520.87
Dana Perimbangan 832,815.52 1,131,056.63 1,244,162.30 1,368,578.53 1,505,436.38 1,655,980.02
Bagi Hasil Pajak 154,588.71 185,506.46 204,057.10 224,462.81 246,909.10 271,600.00
Bagi Hasil Bukan Pajak / Sumber Daya Alam 570,001.97 826,502.86 909,153.14 1,000,068.46 1,100,075.30 1,210,082.83
Dana Alokasi Umum 71,909.24 79,100.16 87,010.18 95,711.20 105,282.31 115,810.55
Dana Alokasi Khusus 36,315.60 39,947.16 43,941.88 48,336.06 53,169.67 58,486.64
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah 55,875.93 61,463.52 67,609.87 74,370.86 81,807.99 89,988.74
Dana Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi 25,080.34 27,588.38 30,347.22 33,381.94 36,720.13 40,392.14
Dana Penyesuaian Otonomi Daerah 4,855.43 5,340.97 5,875.06 6,462.57 7,108.83 7,819.71
Dana Bantuan Dari Propinsi 25,940.16 28,534.18 31,387. 60 34,526.35 37,978.99 41,776.89

JUMLAH PENDAPATAN 909,538.45 1,215,451.85 1,336,997.04 1,470,696.74 1,617,766.42 1,779,543.06

Sumber : RPJMD Kabupaten Natuna

b. Kerangka Belanja

Untuk menentukan kerangka belanja tidak langsung ini, perlu mngetahui


proyeksi jumlah pegawai negeri sipil (PNS/CPNS) dan jumlah pegawai
tidak tetap (PTT) selama 5 tahun perencanaan. Perkiraan jumlah
PNS/CPNS dan PTT dapat dilihat pada tabel berikut ini:

5 - 42
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Tabel 5.10. : Perkiraan Jumlah Pegawai Kabupaten Natuna, Tahun


2011-2016
Pegawai 2011 2012 2013 2014 2015 2016
PNS 3058 3180 3308 3440 3577 3721
PTT 2532 3060 3120 3180 3180 3240
JUMLAH 5590 6240 6428 6620 6757 6961
Sumber : RPJMD Kabupaten Natuna

Dari data-data diatas, dapat dilakukan perhitungan, bahwa perkiraan


belanja gaji dan tunjangan untuk PNS/CPNS Kabupaten Natuna adalah
sebagai berikut:

Tabel 5.11. : Perkiraan Belanja Pegawai Kabupaten Natuna, Tahun


2011-2016
Belanja 2012 2013 2014 2015 2016
Prediksi Gaji
144.977.464.400 166.724.084.060 191.732.696.669 220.429.601.170 230.789.801
dan Tunjangan PNS
Sumber : RPJMD Kabupaten Natuna

Dari perkiraan belanja gaji dan tunjangan tersebut dapat diketahui


kapasitas riil keuangan daerah Kabupaten Natuna, kapasitas riil adalah
dimana dana yang teredia untuk melaksanakan pembangunan yang
penghitunganya adalah total penerimaan dikurangi belanja gaji dan
tunjangan serta belanja wajib dan mengingkat. Adapun tabel berikut
menunjukkan kapasitas riil ataupun dana yang tersedia setiap
tahunnyauntuk melaksanakan pembangunan di Kabupaten Natuna.

Tabel 5.12. : Perkiraan Kapasitas Riil Kabupaten Natuna, Tahun


2011-2016
URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016

Total Penerimaan
(Dana Tersedia) 1.215.451.855 1.336.997.040 1.470.696.744 1.617.766.419 1.779.543.061
Jumlah Belanja Gaji & Tujangan PNS 144.977.464 166.724.084 191.732.696 220.429.601 230.789.801
Belanja wajib dan mengikat 331.319.902 335.245.148 344.587.625 334.367.394 344.605.494

Kapasitas Riil 739.154.488 835.027.809 934.376.423 1.062.969.423 1.204.147.767


Sumber : RPJMD Kabupaten Natuna

Dari dana yang tersedia tersebut, dapat diambil pendekatan penggunaan


dana yang tersedia dengan pendekatan prioritas penggunaan dana,
dimana ada 3 (tiga) prioritas penggunaan dana yaitu:

5 - 43
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

1. Prioritas I, digunakan untuk alokasi pembangunan untuk program


pembangunan daerah yang terkait langsung dengan Visi dan Misi
Bupati.

2. Prioritas II, digunakan untuk alokasi pembangunan untuk program


penyelenggaraan urusan lainnya.

3. Prioritas III, digunakan untuk alokasi Belanja Tidak Langsung Lainnya


seperti Bantuan Sosial, Hibah, Tambahan Penghasilan PNS dan lain
sebagainya.

Pendanaan prioritas di Kabupaten Natuna selama kurun waktu 2011-2016


dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.13. : Pendanaan Prioritas Kabupaten Natuna, Tahun 2011-


2016
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

Prioritas I 254.748.230.747 339.120.178.560 417.894.185.401 318.478.389.648


20.616.175.089
Prioritas II 400.398.729.184 417.000.309.401 444.464.065.994 600.705.819.734 1.009.186.090.576
Prioritas III 84.007.528.304 78.907.320.621 72.018.171.825 143.785.213.807 174.345.500.948

JUMLAH 739.154.488 835.027.809 934.376.423 1.062.969.423 1.204.147.767


Sumber : RPJMD Kabupaten Natuna

Setelah prioritas I dan II ditetapkan, maka untuk penetapan prioritas III


untuk belanja tidak langsung yang kemampuan pendanaannya
disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah diajabarkan lagi tiap
tahunnya selama 5 (lima) tahun perencanaan RPJMD. Sehingga
pengalokasian pada prioritas III untuk belanja tidak langsung tersebut
lebih jelas, transparan, akuntabel dan pengelokasiannya sesuai dengan
perencanaan. Untuk lebih rinci pengalokasian belanja tidak langsung
dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.14. : Belanja Tidak Langsung Untuk Prioritas III Kabupaten


Natuna, Tahun 2011-2016
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

Belanja Bantuan Sosial 38.000.000 43.700.000 30.255.000 57.793.250 66.462.237

Tambahan Penghasilan 46.007.528 35.207.320 41.763.171 85.991.963. 107.883.263

JUMLAH 84.007.528 78.907.320 72.018.171 143.785.213 174.345.500


Sumber : RPJMD Kabupaten Natuna

5 - 44
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

5.2.3. Indikator Kinerja

Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi


gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi
Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah pada akhir periode masa
jabatan. Indikator kinerja daerah dapat disusun berdasarkan indikator
dari program prioritas yang telah ditetapkan (outcomes) atau
kompositnya (impact).

Indikator kinerja daerah dibagi dalam 3 (tiga) aspek meliputi (i) aspek
kesejahteraan masyarakat, (ii) aspek pelayanan umum, dan (iii) aspek
daya saing daerah. Gambaran lengkap kondisi dan rencana capaian
kinerja selama 5 (lima) tahun Pemerintah Kabupaten Natuna dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 5.15. : Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Natuna


VISI:MENUJU NATUNA YANG SEJAHTERA, MERATA, DAN SIMBANG
Kondisi Target
Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran
Saat Ini 2016
1) Meletakkan Meningkatkan Terciptanya aktivitas - Jumlah kawasan cepat tumbuh 0 5 kawasan
dasar-dasar pemanfaatan ruang pembangunan yang dan atau strategis yang memiliki
pembangunan untuk pembangunan sesuai dengan potensi perencanaan tata ruang
yang selaras dan karateristik wilayah
dengan struktur
dan pola ruang
2) Memeratakan Meningkatkan Terwujudnya infastuktur - Panjang jalan kabupatendalam 596,950 km 657,140
pembangunan kualitas dan transportasi, listrik, kondisi baik km
infasrtuktur kuantitas infrastuktur komunikasi, dan air - Jumlah barang yang dibongkar 37.000 ton/thn 60.000
dasar dasar bersih menuju di pelabuhan ton/th
pemukiman dan pusat - Jumlah barang yang dimuat di 3.500 ton/th 15.000
ekonomi pelabuhan ton/th
- Rasio elektrifikasi 32,05% 42,05%
- Jumlah desa berlistrik 48 desa 56 desa
- Cakupan layanan air bersih 396.030 m3 *
3) Meningkatkan Meningkatkan Meningkatnya pelayanan - Rasio ketersediaan sekolah/ 1 : 129 1 : 110
kualitas sumber kualitas pendidikan pendidikan yang bermutu penduduk usia sekolah SD
daya manusia dan merata - Rasio ketersediaan sekolah/ 1 : 153 1 : 130
penduduk usia sekolah SMP
- Rasio ketersediaan sekolah/ 1 : 204 1 : 173
penduduk usia sekolah SMU
Meningkatkan kualitas - Peringkat kelulusan SD 5 dari 7 2 dari 7
lulusan - Peringkat kelulusan SMP 6 dari 7 2 dari 7
- Peringkat kelulusan SMU 6 dari 7 2 dari 7
- Angka kelulusan SD 100% 100%
- Angka kelulusan SMP 96% 100%
- Angka kelulusan SMU 92,46% 100%
Meningkatnya kulitas - Persentase guru SD/Mi yang 2% 10%
tenaga pendidik bersertifikasi pendidik
- Persentase guru SMP/MTs 12% 70%
yang bersertifikasi pendidik
- Persentase guru SMA/MA/SMK 13,95% 40%
yang bersertifikasi pendidik
- Persentase guru SD/Mi 5% 100%
berkualifikasi S1/D4
- Persentase guru SMP/MTs 46% 70%
berkualifikasi S1/D4
- Persentase guru SMA/MA/SMK 83,33% 60%
berkualifikasi S1/D4

5 - 45
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Kondisi Target
Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran
Saat Ini 2016
Meningkatkan Meningkatnya kualitas - Umur Harapan Hidup 68,10 thn 70,7 thn
derajat kesehatan pelayanan kesehatan - Angka Gizi Buruk 0,29% 0,05%
masyarakat masyarakat - Angka Kematian Ibu (AKI) 486,75/100.00 260/100.0
0KH 00KH
- Angka Kematian Bayi (AKB) 7,03/1.000KH 3/1.000
KH
Mewujudkan Terciptanya tenaga kerja - Tingkat pengangguran terbuka 8,14% *
masyarakat yang yang kompetitif dan
produktif dan produktif
berkesetaraan Terselenggaranya - Indeks Pembangunan Gender * *
gender pembangunan yang (IDG)
berkesetaraan gender - Indeks Pemberdayaan Gender * *
(IPG)
Meningkatkan Terwujudnya tatanan - Persentase anak lulus SMP * *
kualitas kehidupan sosial kemasyarakatan yang mampu baca tulis qur’an
beragama yang beriman dan
bertaqwa
4) Mengembangka Menumbuhkembang Tercapainya optimalisasi - Produktifitas sektor kelautan * *
n, meningkatkan kan ekonomi sektor unggulan daerah dan perikanan
dan kerakyatan dan - Kunjungan wisata 131.616 187.704
memanfaatkan industri berbasis - Kontribusi sektor kelautan dan Rp. 523.853 Jt *
potensi sumber daya alam perikanan terhadap PDRB
unggulan - Kontribusi subsektor hotel, Rp. 11.062 Jt *
sumber daya restoran & rumah makan, dan
alam hiburan dan rekreasi terhadap
PDRB
Terwujudnya sentra- - Persentase penduduk miskin 4,84% 2,5%
sentra ekonomi rakyat - Jumlah industri rumah tangga 284 568
- Persentase koperasi aktif 47,88% 52,88%
- Jumlah BPR 0 1
- Jumlah lembaga keuangan 3 7
mikro
- Jumlah pasar tradisional di 0 3
daerah perbatasan
- Laju pertumbuhan ekonomi 6,25 *
Berkembangnya industri - Produksi industri 5,52% 13,70%
berbasis SDA - Jumlah Perusahaan Industri 30 60
Besar
Terjaminnya distribusi - Persentase hasil olahan industri 25% 75%
dan pemasaran hasil yang terdistribusi dan
pengelolaan industri dipasarkan
5) Meningkatkan Mewujudkan Meningkatnya kulitas - Persentase aparatur yang 84, 39% 95%
profesionalisme aparatur pemerintah aparatur pemerintah memiliki kompetensi sesuai
pemerintah yang bersih dan bidangnya
memiliki kineja prima Terwujudnya tata kelola - Opini Audit BPK: WTP (Wajar WDP WTP
pemerintahan yang Tanpa Pengecualian
transparan dan akuntabel - Jumlah SKPD yang 0 Seluruh
menerapkan SPM daerah SKPD
yang
memiliki
SPM dari
Pusat
Sumber: RPJMD Kabupaten Natuna

5.3. Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung

Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan


UU 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, mengamanatkan bahwa
pengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunan
Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung berdasarkan padaperaturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi

5 - 46
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan peraturan perundang-


undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan gedung dan
operasionalisasinya di masyarakat.

Berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2014 tentang Bangunan Gedung


mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis bangunan gedung.
Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini
wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna
bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai
landasan operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah.
Utamanya untuk daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat
penting sebagai payung hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan
keselamatan bagi pengguna.

5.3.1. Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung

Fungsi bangunan gedung merupakan ketetapan mengenai pemenuhan


persyaratan teknis bangunan gedung ditinjau dari segi tata bangunan
dan lingkungan maupun keandalannya serta sesuai dengan peruntukan
lokasi yang diatur dalam RTRW Kabupaten dan/atau RDTR dan/atau
RTBL. Fungsi bangunan gedung meliputi:

(1) Bangunan gedung fungsi hunian dengan fungsi utama sebagai tempat
manusia tinggal dapat berbentuk: bangunan rumah tinggal tunggal;
bangunan rumah tinggal deret; bangunan rumah tinggal susun; dan
bangunan rumah tinggal sementara.
(2) Bangunan gedung fungsi keagamaan dengan fungsi utama
sebagai tempat manusia melakukan ibadah keagamaan dapat
berbentuk: bangunan masjid, mushalla, langgar, surau; bangunan
gereja, kapel; bangunan pura; bangunan vihara; bangunan kelenteng;
dan bangunan keagamaan dengan sebutan lainnya.
(3) Bangunan gedung fungsi usaha dengan fungsi utama sebagai tempat
manusia melakukan kegiatan usaha dapat berbentuk:
a. bangunan gedung perkantoran seperti bangunan perkantoran non
pemerintah dan sejenisnya;

5 - 47
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

b. bangunan gedung perdagangan seperti bangunan pasar,


pertokoan, pusat perbelanjaan, mal dan sejenisnya;
c. bangunan gedung pabrik;
d. bangunan gedung perhotelan seperti bangunan hotel, motel, hostel,
penginapan dan sejenisnya;
e. bangunan gedung wisata dan rekreasi seperti tempat rekreasi,
bioskop dan sejenisnya;
f. bangunan gedung terminal seperti bangunan terminal bus
angkutan umum, halte bus, terminal peti kemas, pelabuhan laut,
pelabuhan sungai, pelabuhan perikanan, bandar udara; dan
g. bangunan gedung tempat penyimpanan sementara seperti
bangunan gudang, gedung parkir dan sejenisnya.
(4) Bangunan gedung sosial dan budaya dengan fungsi utama sebagai
tempat manusia melakukan kegiatan sosial dan budaya dapat
berbentuk:
a. bangunan gedung pelayanan pendidikan seperti bangunan
sekolah taman kanak kanak, pendidikan dasar pendidikan
menengah, pendidikan tinggi, kursus dan semacamnya;
b. bangunan gedung pelayanan kesehatan seperti bangunan
puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, rumah sakit termasuk panti-
panti dan sejenisnya;
c. bangunan gedung kebudayaan seperti bangunan museum, gedung
kesenian, bangunan gedung adat dan sejenisnya;
d. bangunan gedung laboratorium seperti bangunan laboratorium
fisika, laboratorium kimia, dan laboratorium lainnya, dan
e. bangunan gedung pelayanan umum seperti bangunan stadion,
gedung olah raga dan sejenisnya.
(5) Bangunan fungsi khusus dengan fungsi utama yang memerlukan
tingkat kerahasiaan tinggi untuk kepentingan nasional dan/atau yang
mempunyai tingkat risiko bahaya yang tinggi.
(6) Bangunan gedung lebih dari satu fungsi dengan fungsi utama
kombinasi lebih dari satu fungsi dapat berbentuk:
a. bangunan rumah – toko (ruko);
b. bangunan rumah – kantor (rukan);

5 - 48
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

c. bangunan gedung mal–apartemen–perkantoran; dan


d. bangunan gedung mal–apartemen–perkantoran-perhotelan.

Fungsi bangunan gedung tersebut diatas selanjutnya diklasifikasikan


berdasarkan:

a. Tingkat Kompleksitas meliputi:


1. Bangunan gedung sederhana yaitu bangunan gedung dengan
karakter sederhana dan memiliki kompleksitas serta teknologi
sederhana dan/atau bangunan gedung yang sudah ada desain
prototipnya;
2. Bangunan gedung tidak sederhana yaitu bangunan gedung dengan
karakter sederhana dan memiliki kompleksitas serta teknologi tidak
sederhana, dan;
3. Bangunan gedung khusus yaitu bangunan gedung yang memiliki
penggunaan dan persyaratan khusus yang dalam perencanaan dan
pelaksanaannya memerlukan penyelesaian dan/atau teknologi
khusus.

b. Tingkat Permanensi meliputi:


1. Bangunan gedung darurat atau sementara;
2. Bangunan gedung semi permanen; dan
3. Bangunan gedung permanen.

c. Tingkat Risiko Kebakaran meliputi:


1. Tingkat risiko kebakaran rendah;
2. Tingkat risiko kebakaran sedang, dan
3. Tingkat risiko kebakaran tinggi.

d. Zonasi Gempa meliputi tingkat zonasi gempa untuk tiap-tiap wilayah


berdasarkan Peta Zonasi Gempa Indonesia yang ditetapkan oleh
Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 1 Juli 2010 sebagai materi
revisi SNI 03-1726-2002 Tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk rumah dan gedung.

e. Lokasi meliputi:
1. bangunan gedung di lokasi renggang;
2. bangunan gedung di lokasi sedang, dan;
3. bangunan gedung di lokasi padat.

5 - 49
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

f. Ketinggian bangunan gedung meliputi:


1. bangunan gedung bertingkat rendah;
2. bangunan gedung bertingkat sedang;
3. bangunan gedung bertingkat tinggi.

g. Kepemilikan meliputi:
1. bangunan gedung milik Negara/Daerah;
2. bangunan gedung milik perorangan, dan;
3. bangunan gedung milik badan usaha.

5.3.2. Persyaratan Bangunan Gedung

Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan


persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan
administratif bangunan gedung meliputi: a) status hak atas tanah
dan/atau izin dari pemanfaatan hak atas tanah; b) status kepemilikan
bangunan gedung, dan c) IMB.

Sedangkan persyaratan teknis bangunan gedung meliputi:


a. persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang terdiri atas:
persyaratan peruntukan lokasi; intensitas bangunan gedung; arsitektur
bangunan gedung; pengendalian dampak lingkungan untuk bangunan
gedung tertentu; dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
b . persyaratan keandalan bangunan gedung terdiri atas: persyaratan
keselamatan; persyaratan kesehatan; persyaratan kenyamanan; dan
persyaratan kemudahan.

Untuk Pembangunan Bangunan Gedung di Atas atau Bawah Tanah, Air


atau Prasarana/Sarana Umum, dan pada Daerah Hantaran Udara Listrik
Tegangan Tinggi/Ekstra Tinggi/Ultra Tinggi dan/atau Menara
Telekomunikasi dan/atau Menara Air, diatur dengan syarat sebagai
berikut :

1. Pembangunan bangunan gedung di atas prasarana dan/atau sarana


umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sesuai dengan RTRW Kabupaten dan/atau RDTR dan/atau RTBL;
b. tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada di
bawahnya dan/atau di sekitarnya;

5 - 50
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

c. tetap memperhatikan keserasian bangunan terhadap lingkungan-


nya; dan
d. mempertimbangkan pendapat Tim Ahli Bangunan Gedung dan
pendapat masyarakat.
2. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang
melintasi prasarana dan/atau sarana umum harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. sesuai dengan RTRW Kabupaten dan/atau RDTR dan/atau RTBL;
b. tidak untuk fungsi hunian atau tempat tinggal;
c. tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada di
bawah tanah;
d. memiliki sarana khusus untuk kepentingan keamanan dan
keselamatan bagi pengguna bangunan; dan
e. mempertimbangkan pendapat Tim Ahli Bangunan Gedung dan
pendapat masyarakat.
3. Pembangunan bangunan gedung di bawah dan/atau di atas air harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sesuai dengan RTRW Kabupaten dan/atau RDTR dan/atau RTBL;
b. tidak mengganggu keseimbangan lingkungan dan fungsi lindung
kawasan;
c. tidak menimbulkan pencemaran;
d. telah mempertimbangkan faktor keselamatan, kenyamanan,
kesehatan dan kemudahan bagi pengguna bangunan, dan
e . mempertimbangkan pendapat Tim Ahli Bangunan Gedung dan
pendapat masyarakat.
4. Pembangunan bangunan gedung pada daerah hantaran udara listrik
tegangan tinggi/ekstra tinggi/ultra tinggi dan/atau menara
telekomunikasi dan/atau menara air harus memenuhi persyaratan :
a. sesuai dengan RTRW dan/atau RDTR Kabupaten dan/atau RTBL;
b. telah mempertimbangkan faktor keselamatan, kenyamanan,
kesehatan dan kemudahan bagi pengguna bangunan;
c. khusus untuk daerah hantaran listrik tegangan tinggi harus
mengikuti pedoman dan/atau standar teknis tentang ruang bebas
udara tegangan tinggi dan SNI Nomor 04-6950-2003 Saluran Udara

5 - 51
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi


(SUTET) tentang Nilai ambang batas medan listrik dan medan
magnet, atau edisis terbaru, atau berdasarkan standar baku dan/atau
pedoman teknis yang berlaku.
d. khusus menara telekomunikasi harus mengikuti Surat Keputusan
Bersama 4 Menteri, yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan
Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika, dan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal tentang Pedoman Pembangunan dan
Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi; atau berdasarkan
standar baku dan/atau pedoman teknis yang berlaku.
e . mempertimbangkan pendapat Tim Ahli Bangunan Gedung dan
pendapat masyarakat.

Khusus untuk Bangunan Gedung Adat harus dibangun berdasarkan


kaidah hukum adat atau tradisi masyarakat hukum adat sesuai
dengan budaya dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat hukum
adatnya. Pemerintah Daerah dapat menetapkan persyaratan administratif
dan persyaratan teknis tersendiri untuk bangunan rumah adat dalam
Peraturan Bupati. Penyelenggaraan bangunan rumah adat selain
memperhatikan kearifan lokal dan sistem nilai yang berlaku di lingkungan
masyarakat hukum adatnya.

5.3.3. Penyelenggaraan Bangunan Gedung

Penyelenggaraan bangunan gedung terdiri atas kegiatan pembangunan,


pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.

A. Kegiatan Pembangunan Bangunan Gedung

Kegiatan pembangunan bangunan gedung diselenggarakan


melalui proses perencanaan teknis dan proses pelaksanaan
konstruksi. Kegiatan pembangunan bangunan gedung dapat
diselenggarakan secara swakelola atau menggunakan penyedia jasa
di bidang perencanaan, pelaksanaan dan/atau pengawasan.
Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan teknis kepada pemilik
bangunan gedung dengan penyediaan rencana teknik sederhana atau
gambar prototip.

5 - 52
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

 Perencanaan Teknis

Setiap kegiatan mendirikan, mengubah, menambah dan


membongkar bangunan gedung harus berdasarkan pada
perencanaan teknis yang dirancang oleh penyedia jasa
perencanaan bangunan gedung yang mempunyai sertifikasi
kompetensi di bidangnya sesuai dengan fungsi dan klasifikasinya.
Terkecuali untuk bangunan gedung hunian tunggal sederhana,
bangunan gedung hunian deret sederhana, dan bangunan gedung
darurat.

Perencanaan bangunan gedung dilakukan berdasarkan kerangka


acuan kerja dan dokumen ikatan kerja dengan penyedia jasa
perencanaan bangunan gedung yang memiliki sertifikasi sesuai
dengan bidangnya. Perencanaan teknis bangunan gedung harus
disusun dalam suatu dokumen rencana teknis bangunan gedung.

 Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanaan konstruksi bangunan gedung meliputi kegiatan


pembangunan baru, perbaikan, penambahan, perubahan dan/atau
pemugaran bangunan gedung dan/atau instalasi dan/atau
perlengkapan bangunan gedung. Pelaksanaan konstruksi
bangunan gedung dimulai setelah pemilik bangunan gedung
memperoleh IMB dan dilaksanakan berdasarkan dokumen rencana
teknis yang telah disahkan. Dalam melaksanakan pekerjaan,
pelaksana bangunan diharuskan mengikuti semua ketentuan dan
syarat-syarat pembangunan yang ditetapkan dalam IMB.

 Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanaan konstruksi harus diawasi oleh petugas pengawas


pelaksanaan konstruksi. Pengawasan konstruksi bangunan gedung
dapat berupa kegiatan pengawasan pelaksanaan konstruksi atau
kegiatan manajemen konstruksi pembangunan bangunan gedung.
Kegiatan pengawasan pelaksanaan konstruksi dilakukan pada
tahap pelaksanaan konstruksi meliputi: pengawasan biaya,
pengawasan mutu, pengawasan waktu; dan pemeriksaan kalaikan

5 - 53
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

fungsi bangunan gedung setelah pelaksanaan konstruksi selesai


untuk memperoleh SLF bangunan gedung. Sedangkan Kegiatan
manajemen konstruksi dilakukan dari tahap perencanaan teknis
hingga pelaksanaan konstruksi meliputi: pengendalian biaya,
pengendalian mutu, pengendalian waktu, dan pemeriksaan
kalaikan fungsi bangunan gedung setelah pelaksanaan konstruksi
selesai untuk memperoleh SLF bangunan gedung.

 Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung

Pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung dilakukan setelah


bangunan gedung selesai dilaksanakan oleh pelaksana konstruksi
sebelum diserahkan kepada pemilik bangunan gedung.
Pemeriksaan dapat dilakukan oleh pemilik/ pengguna bangunan
gedung atau penyedia jasa atau petugas instansi teknis pembina
penyelenggaraan bangunan gedung.

Pelaksanaan pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung untuk


proses penerbitan SLF bangunan gedung hunian rumah tinggal
tidak sederhana, bangunan gedung lainnya atau bangunan
gedung tertentu dilakukan oleh penyedia jasa pengawasan atau
manajemen konstruksi yang memiliki sertifikat keahlian.
Pelaksanaan pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung untuk
proses penerbitan SLF bangunan gedung fungsi khusus dilakukan
oleh penyedia jasa pengawasan atau manajemen konstruksi yang
memiliki sertifikat dan tim tim internal yang memiliki sertifikat
keahlian dengan memperhatikan pengaturan internal dan
rekomendasi dari instansi yang bertanggung jawab di bidang fungsi
khusus tersebut.

Pengkajian teknis untuk pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan


gedung untuk proses penerbitan SLF bangunan gedung hunian
rumah tinggal tidak sederhana, bangunan gedung lainnya pada
umumnya dan bangunan gedung tertentu untuk kepentingan umum
dilakukan oleh penyedia jasa pengkajian teknis konstruksi
bangunan gedung yang memiliki sertifikat keahlian. Pelaksanaan
pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung untuk proses

5 - 54
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

penerbitan SLF bangunan gedung fungsi khusus dilakukan oleh


penyedia jasa pengkajian teknis konstruksi bangunan gedung yang
memiliki sertifikat keahlian dan tim internal yang memiliki sertifikat
keahlian dengan memperhatikan pengaturan internal dan
rekomendasi dari instansi yang bertanggung jawab di bidang fungsi
tersebut.

B. Kegiatan Pemanfaatan Bangunan Gedung

Kegiatan pemanfaatan bangunan gedung meliputi kegiatan


pemeliharaan, perawatan, pemeriksaan secara berkala, perpanjangan
SLF, dan pengawasan pemanfaatan bangunan gedung.

 Pemeliharaan Bangunan Gedung


Kegiatan pemeliharaan gedung meliputi pembersihan, perapian,
pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan
atau perlengkapan bangunan gedung dan/atau kegiatan sejenis
lainnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan pemeliharaan
bangunan gedung.

 Perawatan Bangunan Gedung


Kegiatan perawatan bangunan gedung meliputi perbaikan dan/atau
penggantian bagian bangunan gedung, komponen, bahan
bangunan dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan rencana
teknis perawatan bangunan gedung.

 Pemeriksanaan Berkala Bangunan Gedung


Pemeriksaan berkala bangunan gedung dilakukan untuk seluruh
atau sebagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan,
dan/atau sarana dan prasarana dalam rangka pemeliharaan dan
perawatan yang harus dicatat dalam laporan pemeriksaan sebagai
bahan untuk memperoleh perpanjangan SLF.

 Perpanjangan SLF
Perpanjangan SLF bangunan gedung diberlakukan untuk
bangunan gedung yang telah dimanfaatkan sesuai dengan
ketentuan:

5 - 55
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

a. 20 tahun untuk rumah tinggal tunggal atau deret sampai


dengan 2 lantai;
b. 5 tahun untuk bangunan gedung lainnya.

Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal sederhana


meliputi rumah tumbuh, rumah sederhana sehat dan rumah deret
sederhana tidak dikenakan perpanjangan SLF.

 Pengawasan Pemanfaatan Bangunan Gedung


Pengawasan pemanfaatan bangunan gedung dilakukan oleh
Pemerintah Daerah: pada saat pengajuan perpanjangan SLF;
adanya laporan dari masyarakat, dan adanya indikasi perubahan
fungsi dan/atau bangunan gedung yang membahayakan
lingkungan.

C. Kegiatan Pelestarian Bangunan Gedung

Kegiatan pelestarian bangunan gedung meliputi kegiatan penetapan


dan pemanfaatan termasuk perawatan dan pemugaran serta kegiatan
pengawasannya.

 Penetapan dan Pendaftaran Bangunan Gedung yang Dilestarikan

Bangunan gedung dan lingkungannya dapat ditetapkan


sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi dan
dilestarikan apabila telah berumur paling sedikit 50 (lima puluh)
tahun, atau mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima
puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting sejarah,
ilmu pengetahuan, dan kebudayaan termasuk nilai arsitektur dan
teknologinya, serta memiliki nilai budaya bagi penguatan
kepribadian bangsa.

Bangunan gedung yang diusulkan untuk ditetapkan sebagai


bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan dilakukan sesuai
dengan klasifikasinya yang terdiri atas:
a. klasifikasi utama yaitu bangunan gedung dan lingkungannya
yang bentuk fisiknya sama sekali tidak boleh diubah;
b. klasifikasi madya yaitu bangunan gedung dan lingkungannya
yang bentuk fisiknya dan eksteriornya sama sekali tidak boleh

5 - 56
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

diubah, namun tata ruang dalamnya sebagian dapat diubah


tanpa mengurangi nilai perlindungan dan pelestariannya;
c. klasifikasi pratama yaitu bangunan gedung dan lingkungannya
yang bentuk fisik aslinya boleh diubah sebagian tanpa
mengurangi nilai perlindungan dan pelestariannya serta tidak
menghilangkan bagian utama bangunan gedung tersebut.

 Pemanfaatan Bangunan Gedung yang Dilestarikan

Bangunan gedung yang ditetapkan sebagai bangunan cagar


budaya dapat dimanfaatkan oleh pemilik dan/atau pengguna
dengan memperhatikan kaidah pelestarian dan klasifikasi
bangunan gedung cagar budaya sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Bangunan gedung cagar budaya dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan.

Bangunan gedung cagar budaya tidak dapat dijual atau


dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa seizin Pemerintah
Daerah. Pemilik bangunan cagar budaya harus melindungi dari
kerusakan atau bahaya yang mengancam keberadaannya. Pemilik
bangunan gedung cagar budaya berhak memperoleh insentif dari
Pemerintah Daerah. Besarnya insentif untuk melindungi bangunan
gedung diatur dalam Peraturan Bupati berdasarkan kebutuhan
nyata.

Pemugaran, pemeliharaan, perawatan, pemeriksaan secara


berkala bangunan gedung cagar budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 102 dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan biaya
yang bersumber dari APBD. Kegiatan t e r s e b u t dilakukan sesuai
dengan rencana teknis pelestarian dengan mempertimbangkan
keaslian bentuk, tata letak, sistem struktur, penggunaan bahan
bangunan, dan nilai-nilai yang dikandungnya sesuai dengan
tingkat kerusakan bangunan gedung dan ketentuan klasifikasinya.

Pelestarian bangunan gedung dilaksanakan secara tertib dan


menjamin kelaikan fungsi bangunan gedung dan lingkungannya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5 - 57
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

D. Kegiatan Pembongkaran Bangunan Gedung

Kegiatan pembongkaran bangunan gedung meliputi penetapan


pembongkaran dan pelaksanaan pembongkaran serta pengawasan
pembongkaran.

 Penetapan Pembongkaran
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mengidentifikasi
bangunan gedung yang akan ditetapkan untuk dibongkar
berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau laporan dari masyarakat.
Bangunan gedung yang dapat dibongkar meliputi:
a. bangunan gedung yang tidak laik fungsi dan tidak dapat
diperbaiki lagi;
b. bangunan gedung yang pemanfaatannya menimbulkan bahaya
bagi pengguna, masyarakat, dan lingkungannya;
c. bangunan gedung yang tidak memiliki IMB; dan/atau
d. bangunan gedung yang pemiliknya menginginkan tampilan baru.
Pemerintah Daerah menyampaikan hasil identifikasi kepada
pemilik/pengguna bangunan gedung yang akan ditetapkan untuk
dibongkar. Berdasarkan hasil identifikasi, pemilik/
pengguna/pengelola bangunan gedung harus melakukan
pengkajian teknis dan menyampaikan hasilnya kepada Pemerintah
Daerah. Apabila hasil pengkajian tersebut sesuai dengan
ketentuan, Pemerintah Daerah menetapkan bangunan gedung
tersebut untuk dibongkar dengan surat penetapan pembongkaran
atau surat pesetujuan pembongkaran dari Bupati yang memuat
batas waktu dan prosedur pembongkaran serta sanksi atas
pelanggaran yang terjadi. Jika pemilik/pengguna/pengelola
bangunan gedung tidak melaksanakan perintah pembongkaran,
pembongkaran akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah atas beban
biaya pemilik/pengguna/ pengelola bangunan gedung, kecuali bagi
pemilik bangunan rumah tinggal yang tidak mampu, biaya
pembongkarannya menjadi beban Pemerintah Daerah.

 Rencana Teknis Pembongkaran


Pembongkaran bangunan gedung yang pelaksanaannya dapat

5 - 58
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

menimbulkan dampak luas terhadap keselamatan umum dan


lingkungan harus dilaksanakan berdasarkan rencana teknis
pembongkaran yang disusun oleh penyedia jasa perencanaan
teknis yang memiliki sertifikat keahlian yang sesuai. Rencana teknis
pembongkaran harus disetujui oleh Pemerintah Daerah setelah
mendapat pertimbangan dari TABG. Dalam hal pelaksanaan
pembongkaran berdampak luas terhadap keselamatan umum dan
lingkungan, pemilik dan/atau Pemerintah Daerah melakukan
sosialisasi dan pemberitahuan tertulis kepada masyarakat di sekitar
bangunan gedung, sebelum pelaksanaan pembongkaran.
Pelaksanaan pembongkaran mengikuti prinsip-prinsip keselamatan
dan kesehatan kerja (K3).

 Pelaksanaan Pembongkaran
Pembongkaran bangunan gedung dapat dilakukan oleh pemilik
dan/atau pengguna bangunan gedung atau menggunakan
penyedia jasa pembongkaran bangunan gedung yang memiliki
sertifikat keahlian yang sesuai.

 Pengawasan Pembongkaran Bangunan Gedung


Pengawasan pembongkaran bangunan gedung tidak sederhana
dilakukan oleh penyedia jasa pengawasan yang memiliki sertifikat
keahlian yang sesuai.

5.3.4. Peran Masyarakat dan Pembinaan Dalam Penyelenggaraan


Bangunan Gedung

Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung dapat


terdiri atas:

a. Pemantauan dan penjagaan ketertiban penyelenggaraan


bangunan gedung;
b. Pemberian masukan kepada Pemerintah Daerah dalam
penyempurnaan peraturan, pedoman dan standar teknis di bidang
bangunan gedung;
c. Penyampaian pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang
berwenang terhadap penyusunan RTBL, rencana teknis bangunan

5 - 59
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

tertentu dan kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung yang


menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan;
d. Pengajuan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang
mengganggu, merugikan dan/atau membahayakan kepentingan
umum.

Peran masyarakat dalam tahap rencana pembangunan bangunan


gedung dapat dilakukan dalam bentuk:
a . penyampaian keberatan terhadap rencana pembangunan bangunan
gedung yang tidak sesuai dengan RTRW, RDTR, dan/atau Peraturan
Zonasi;
b . pemberian masukan kepada Pemerintah Daerah dalam rencana
pembangunan bangunan gedung;
c . pemberian masukan kepada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan
pertemuan konsultasi dengan masyarakat tentang rencana
pembangunan bangunan gedung.

Peran masyarakat dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung


dapat dilakukan dalam bentuk:
a . Menjaga ketertiban dalam kegiatan pembangunan;
b . Mencegah perbuatan perseorangan atau kelompok yang dapat
mengurangi tingkat keandalan bangunan gedung dan/atau
mengganggu penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan;
c . Melaporkan kepada instansi yang berwenang atau kepada pihak yang
berkepentingan atas perbuatan sebagaimana dimaksud pada huruf b;
d . Melaporkan kepada instansi yang berwenang tentang aspek teknis
pembangunan bangunan gedung yang membahayakan kepentingan
umum;
e . Melakukan gugatan ganti rugi kepada penyelenggara bangunan
gedung atas kerugian yang diderita masyarakat akibat dari
penyelenggaraan bangunan gedung.

Peran masyarakat dalam pemanfaatan bangunan gedung dapat


dilakukan dalam bentuk:
a . Menjaga ketertiban dalam kegiatan pemanfaatan bangunan gedung;
b . Mencegah perbuatan perorangan atau kelompok yang dapat
mengganggu pemanfaatan bangunan gedung;

5 - 60
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

c . Melaporkan kepada instansi yang berwenang atau kepada pihak


yang berkepentingan atas penyimpangan pemanfaatan bangunan
gedung;
d . Melaporkan kepada instansi yang berwenang tentang aspek teknis
pemanfaatan bangunan gedung yang membahayakan kepentingan
umum;
e . Melakukan gugatan ganti rugi kepada penyelenggara bangunan
gedung atas kerugian yang diderita masyarakat akibat dari
penyimpangan pemanfaatan bangunan gedung.

Peran masyarakat dalam pelestarian bangunan gedung dapat dilakukan


dalam bentuk:
a . Memberikan informasi kepada instansi yang berwenang atau pemilik
bangunan gedung tentang kondisi bangunan gedung yang tidak
terpelihara, yang dapat mengancam keselamatan masyarakat, dan
yang memerlukan pemeliharaan;
b . Memberikan informasi kepada instansi yang berwenang atau pemilik
bangunan gedung tentang kondisi bangunan gedung bersejarah yang
kurang terpelihara dan terancam kelestariannya;
c . Memberikan informasi kepada instansi yang berwenang atau pemilik
bangunan gedung tentang kondisi bangunan gedung yang kurang
terpelihara dan mengancam keselamatan masyarakat dan
lingkungannya;
d . Melakukan gugatan ganti rugi kepada pemilik bangunan gedung atas
kerugian yang diderita masyarakat akibat dari kelalaian pemilik di
dalam melestarikan bangunan gedung.

Peran masyarakat dalam pembongkaran bangunan gedung dapat


dilakukan dalam bentuk:
a . Mengajukan keberatan kepada instansi yang berwenang atas rencana
pembongkaran bangunan gedung yang masuk dalam kategori cagar
budaya;
b . Mengajukan keberatan kepada instansi yang berwenang atau
pemilik bangunan gedung atas metode pembongkaran yang
mengancam keselamatan atau kesehatan masyarakat dan
lingkungannya;

5 - 61
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

c . Melakukan gugatan ganti rugi kepada instansi yang berwenang atau


pemilik bangunan gedung atas kerugian yang diderita masyarakat
dan lingkungannya akibat yang timbul dari pelaksanaan
pembongkaran bangunan gedung;
d . Melakukan pemantauan atas pelaksanaan pembangunan
bangunan gedung.

5.4. Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)

Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana
jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal
dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan
perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode
yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama
sistem beserta dimensi-dimensinya. Penyusunan rencana induk
pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan
prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit
pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air.

5.4.1. Rencana Sistem Pelayanan Air Minum

Berdasarkan hasil perhitungan rencana kebutuhan air bersih di Kabupaten


Natuna pada akhir tahun rencana (tahun 2031) adalah sebesar 216.74
ltr/org/detik atau 18.725,944 ltr/org/hr. Kebutuhan air bersih setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk.

Rencana kebutuhan air bersih ini dihitung menggunakan standar yang


dikeluarkan Kementerian Pekerjaan Umum yang menyusun standar
pelayanan minimal kebutuhan akan air bersih untuk masyarakat dengan
asumsi 60 Lt/org/hari dengan asumsi asumsi sebagi berikut:
1. Jumlah penduduk Kabupaten Natuna pada akhir tahun perencanaan
adalah 173.388 jiwa.
2. Kebutuhan air minum penduduk Kabupaten Natuna akan dipenuhi
dengan sistem perpipaan yang di kelola oleh PDAM Kabupaten Natuna.

5 - 62
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

3. Konsumsi domestik meliputi sambungan rumah (SR) dan kran umum


(KU), dengan asumsi 60 ltr/org/hr pada akhir tahun perencanaan.
Sementara tingkat konsumsi untuk kran umum (KU) adalah tetap, yaitu
30 ltr/org/hr.
4. Sambungan rumah (SR) akan melayani 4 penduduk, sementara 1 kran
umum (KU) akan melayani 100 penduduk.
5. Kehilangan air pada akhir perencanaan (tahun 2031) kehilangan air
turun menjadi 15% dengan rata-rata pengurangan 1% setiap tahunnya.

Dalam kaitannya dengan aspek pengembangan wilayah, maka arahan


rencana pelayanan air minum direncanakan sejalan dengan arahan
pengembangan wilayah. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka
pengembangan air minum di Kabupaten Natuna diarahkan untuk
mencapai tujuan sebagai berikut :

1. Berkurangnya pemakaian air tanah dan terpeliharanya sumber daya air


tanah dan air permukaan sebagai air baku.
2. Terlaksananya distribusi air minum untuk seluruh lapisan masyarakat
baik di perkotaan maupun di pedesaan serta pulau - pulau kecil yang
memiliki keterbatasan sumberdaya air baku untuk air minum
3. Terlaksananya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air yang
dapat mendukung kebutuhan penduduk serta aktivitas kawasan
perencanaan dengan melihat kecenderungan dan kendala faktor
ketersediaan produksi air dan kecenderungan peningkatan aktivitas dan
penduduk dan penyediaan air minum untuk masyarakat dengan
kualitas yang baik serta kuantitas yang mencukupi secara
berkesinambungan.
4. Terlaksananya konservasi air tanah untuk pengendalian muka tanah,
muka air tanah dan kerusakan struktur tanah.
5. Tersedianya air minum yang memenuhi standar yang ditetapkan, baik
secara kualitas maupun kuantitas kepada seluruh penduduk.
6. Tercapainya target pelayanan air minum sebesar 75% pada akhir tahun
perencanaan.
7. Terjaganya konservasi hutan dalam rangka menjaga ketersediaan air
baku dari sumber sumber air yang ada di Kabupaten Natuna.

5 - 63
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Target tingkat pelayanan disesuaikan dengan program Milleniium


Development Goals yang berbunyi Reduce by halve the proportion of
people without sustainable access to safe rining water, dapat
diterjemahkan sebagai berikut, yaitu”menciptakan kemudahan bagi separu
presentase penduduk yang belum memperoleh kemudahan akses air
minum ditambah presenase penduduk yang telah mperolehnya saat ini”.

Selain mempermbangkan program MDGs tersebut, target pelayanan juga


mempertimangkan kondisi eksisting SPAM dan strategi daerah, degan
Kriteria pelayanan sebagai berikut :
 Domestik (Eksisting) = Cakupan Pelayanan 30 – 70 %
 Domestik (Baru) = Cakupan Pelayanan 20 – 70 %
 Non Domestik (eksisting) = Cakupan Pelayanan 35 %
 Non Domestik (baru) = Cakupan Pelayanan 30 %

5.4.2. Rencana Pengembangan SPAM

Rencana pengembangan SPAM di Kabupaten Natuna


mempertimbangkan skala prioritas pengembangan kawasan strategis baik
dalam lingkup nasional, provinsi maupun dalam lingkup wilayah
Kabupaten Natuna sendiri.

Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum Kabupaten


Natuna meliputi pelayanan air minum di kawasan perkotaan Pulau
Bunguran, dan gugusan pulau kecil lainnya.

a. Pelayanan air minum di wilayah perkotaan pualu Bunguran akan


dilayani dengan sistem perpipaan dari air baku Sungai Ranai, Sungai
Air Hijau dan Sungai Ulu, Sungai Semala, Air Terjun Air Lengit, Sungai
Air Kupang dan Sungai Air Kimak (sumbar air baku Bukit Berangin).
b. Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pulau Sedanau akan
dilayani dengan sistem perpipaan dari pengolahan air baku Sungai
Semala Kecamatan Bunguran Barat di alirkan melalui pipa bawah laut.
c. Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pulau Serasan akan
dilayani dengan sistem perpipaan dari mata air di Gunung Air Jambu,
Gunung Air Ringau.

5 - 64
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

d. Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pulau Subi akan dilayani


dengan sistem perpipaan dari pengolahan air baku yang berasal dari
folder penampungan air hujan yang di kembangkan di Pulau Subi
Besar.
e. Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pulau Midai akan dilayani
dengan sistem perpipaan dari Mata Air Gunung Jambat, Mata Air
Gunung Teledu, Mata Air Sabang Muduk, Sumur Limau Kecil, Sumur
Air Putih 1 Dan Sumur Air Putih 2 Pengolahan Air Baku Dari Sungai Air
Bunga, Sungai Sebelat Laut, Sungai Sabang Muduk, Sungai Air Salor,
Sungai Cabang Sungai Abit, Sungai Air Pancur.
f. Pelayanan air bersih di Pulau Laut akan dilayani dengan sistem
perpipaan dari mata air serta pengolahan air baku dari polder folder
penampungan air yang di bangun untuk kebuuthan air bersih di Pulau
Laut
g. Pelayanan air minum sekala rumah tangga di wilayah pedesaan akan di
penuhi dari pengambilan mata air dengan sistem perpipaan yang di
kelola secara swadaya oleh masyarakat dan pengambilan air tanah
(sumur gali) dalam skala kecil.
h. Pelayanan air minum di pulau - pulau kecil akan dipenuhi dari
pengambilan air tanah dalam skala kecil.

Wilayah Ibukota Kabupaten Natuna bercirikan pengembangan SPAM


multi sistem, karena belum mempunyai 1 (satu) sumber air baku yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah. Dengan pengembangan
SPAM multi sistem, maka dibutuhkan beberapa fasilitas yang bekualitas
sama dan pengoperasian yang sama. Demikian pula untuk jaringan
transmisi dan distribusi yang memerlukan perencanaan yang tepat,
sehingga dapat saling mendukung. Selain itu dalam fasilitas perkotaan
belum terdapat Hidran Umum khusus untuk membantu Pemadam
Kebakaran, hal ini akan menyebabkan desain jaringan distribusi
memerlukan persyaratan khusus mengenai desain Hidran Umum ini,
terutama diameter pipa dan tekanan airnya.

Hasil simulasi melalui EPANET untuk jaringan pipa PDAM Eksisting,


dimulai dari Bak Penampung 1 (tanda panah) dengan diameter pipa

5 - 65
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

distribusi merata 12 “ , maka terlihat aliran air dan pergerakan air ke setiap
jaringan. Metoda ini memasukkan juga faktor elevasi setiap persimpangan
dan menjadikan pergerakan air ini berjalan berdasarkan sistem Gravitasi
(tidak memerlukan pompa) . untuk penambahan jaringan SR yang baru,
disarankan memindahkan bak penampung 1 yang berperan sebagai
sumber air ke arah yang lebih tinggi elevasinya, sehingga akan
mempunyai tekanan yang cukup. Di tabel dibawah ini akan dijelaskan
mengenai Kebutuhan Pemasangan Sambungan Rumah Berdasarkan
Zona Pengembangan Sistem Pelayanan Air Minum.

Tabel 5.16 : Kebutuhan Pemasangan Sambungan Rumah


Berdasarkan Zona Pengembangan Sistem Pelayanan
Air minum
Jumlah Jumlah
SR Penyambungan
No. Kecamatan Penduduk Sambungan kategori
eksisting SR Baru
(Jiwa) Sr

zona 1 Bunguran Timur 22.800 5.700 1.900 3.800 in field

zona 2 Bunguran Timur Laut 4.306 1.077 - 1.077 green field

zona 3 Bunguran Tengah 2.834 709 - 709 green field

zona 4 Bunguran Selatan 2.537 634 - 634 green field

zona 5 Bunguran Barat 10.893 2.723 - 2.723 green field

69.003 10.843 1.900 8.943 green field


Sumber : RISPAM Kab. Natuna

Zona 1 adalah Ibukota Kabupaten Natuna dan sudah ada jaringan PDAM
eksisting, sehingga termasuk kategori In Field , pengembangan
selanjutnya ke Zona 2 yang diutamakan pada wilayah yang berbatasan
langsung dengan Zona 1. Pada Zona 2 ini sedang dikembangkan sumber
air Baku dari Air terjun Batu Hiu Desa Ceruk.

Untuk pengembangan Zona 3, Zona 4 dan Zona 5, sebaiknya


membangun reservoar di Lokasi Perkantoran Pemerintahan Kabupaten
Natuna, karena selama ini komplek perkantoran menggunakan sumber air
Hijau sebagai sumber air baku. Jika dapat dibangun reservoar dengan
elevasi yang cukup (62 meter dpl) akan mampu untuk mendistribusikan air
ke 3 wilayah zona pengembangan. Dibutuhkan cukup banyak bahan untuk
transmisi dan distribusi air ini, akan tetapi termasuk dalam investasi,
bukan sebagai biaya produksi.

5 - 66
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

L = 6 m

D = 12"
Q =
Sumber Air Baku Air Terjun
Batuhiu Desa Ceruk
(Elevasi = 78 m)
IPA

L = 6 m

D = 12"
Q =
Rencana IPA (Instalasi
Pengelolaan Air) sekitar

L = 6 m

D = 12"
Desa Ceruk (Elevasi = 72 m)
Reservoir

Q =
Rencana Reservoir sekitar

D = 8"
Desa Ceruk (Elevasi = 66 m) Tank

Q =
L =
Rencana Tangki sekitar Wilayah Pelayanan Bunguran Timur
Desa Ceruk (Elevasi = 60 m) Laut (Jumlah SR = 1077 Sambungan )

Gambar 5.5
Rencana Pengembangan Zona 1 dan Zona 2
Sistem Pengelolaan Air Minum

Keterangan
L=6m

D = 12"
Q=

P = Panjang Pipa
Sumber Air Baku Mata Air
Hijau (Elevasi = 189 m)
IPA Q = Debit Air
L=6m

D = 12"
Q=

D = Diameter Pipa
Rencana IPA (Instalasi
Pengelolaan Air) sekitar Kantor
L=6m

D = 12"

Pemda Natuna (Elevasi = 183 m)


Reservoir
Q=

Rencana Reservoir sekitar


D = 8"

Kantor Pemda Natuna Tank


Q=
L=

(Elevasi = 177 m)

Wilayah Pelayanan Bunguran Tengah


(Jumlah SR = 704 Sambungan )

Wilayah Pelayanan Bunguran Barat


(Jumlah SR = 2723 Sambungan )

Wilayah Pelayanan Bunguran Selatan


(Jumlah SR = 634 Sambungan )

Gambar 5.6
Rencana Pengembangan Zona 3, Zona 4 dan Zona 5
Sistem Pengelolaan Air Minum

5 - 67
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Adapun rencana investasi pengembangan SPAM di Kabupaten Natuna,


diuraikan sebagai berikut :

 Tahap I (Mendesak)

Pada tahap I ini diupayakan untuk menjadikan sumber air hijau berada
dalam satu pengelolaan manajemen, sehingga upaya diutamakan
untuk mengakuisisi pengelolaan Air Minum Masyarakat mulai dari
sumber air dan jaringan perpipaan yang telah ada dan terpasang.
Pengembangan air minum pada rencana induk SPAM Kawasan
Kelurahan Ranai Sistem Gravitasi dengan kapasitas 30 l/detik yang
dibagi ke dalam 1 tahap :

1. Sistem 1 : Kapasitas 30l/detik. (Tahun 2012-2013). Sumber air


baku dari Air hijau, intake 3 IPA (belum ada) dengan kapasitas .30
l/detik. Nilai investasi Rp.12.654.000.000

2. Sistem 2 : Kapasitas 89,5 liter/detik. (Tahun 2013-2016). Sumber


air baku dari sumber air bendung sebayar, intake 1 (satu) IPA.1
(satu) .dengan kapasitas 89,5 l/detik. Nilai investasi
Rp.22.903.700.000,-

Bahwa Debit Andalan Sungai Sebayar di Lokasi Rencana Bendungan


untuk tahun kering Q100%

 Tahap II (Jangka Menengah)

Penyediaan air bersih (domestik dan non domestik) di seluruh wilayah


Kabupaten Natuna dilakukan oleh PDAM saja. Dalam hal ini sumbernya
berasal dari Mata air dan sungai yang pada saat ini debit yang ada
telah mengalami penurunankapasitas produksi. Pada kenyataannya
tidak semua daerah di Kabupaten Natunadapat dijangkau oleh jaringan
pipa PDAM, maka disarankan kepadaPerusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) untuk berusaha memanfaatkansumber mata air yang tersebar
di beberapa wilayah Kabupaten Natuna untukmensuplai kebutuhan air
bersih di daerah-daerah yang tidak terjangkautersebut.

Penyediaan air bersih (domestik dan non domestik) diseluruh wilayah


Kabupaten Natuna dilakukan dengan sistem kombinasi antara PDAM

5 - 68
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

dan penerapanTeknologi Tepat Guna yang berbasis ekologi (jika masih


mengalamikekurangan air bersih) mengingat biaya operasional jaringan
perpipaan yang baru cukup tinggi.

 Tahap III (Jangka Panjang)

Penyediaan air bersih (domestik dan non domestik) diseluruh wilayah


Kabupaten Natuna dilakukan dengan sistem penguasaan sumber air
baku. Sehingga kepemilikan lahan di sekitar mata air dimiliki negara
akan memudahkan dalam upaya konservasi dan operasionalnya.
Perkiraan biaya Rp. 38.586.525.000,-

Secara keseluruhan rencana investasi pengembangan SPAM di


Kabupaten Natuna, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.17 : Kebutuhan Biaya pemasangan Sambungan Rumah


berdasarkan Zona Pengembangan sistem pelayanan air
minum

No Kecamatan SR baru Kategori Biaya/SR Kebutuhan Biaya

zona 1 BunguranTimur 3.800 in field 3.330.000 Rp. 12.654.000.000

zona 2 BunguranTimurLaut 1.077 green field 5.730.000 Rp. 6.168.345.000

zona 3 Bunguran Tengah 709 green field 5.730.000 Rp. 4.059.705.000

zona 4 Bunguran Selatan 634 green field 5.730.000 Rp. 3.634.252.500

zona 5 Bunguran Barat 2.723 green field 5.730.000 Rp. 15.604.222.500

8.943 green field 5.730.000 Rp. 51.240.525.000


Sumber : RISPAM Kab. Natuna

5.4.3. Rencana Penurunan Kebocoran

Rencana penurunan kebocoran pada sistem penyediaan air minum di


Kabupaten Natuna dilakukan melalui rencana penurunan kebocoran
secara teknis maupun kebocoran non teknis.

A. Penurunan Kebocoran Teknis

Untuk dapat mengontrol dan melakukan tindakan untuk mengurangi


kehilangan air secara fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut :

5 - 69
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

 Peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letak,


dimensi, jenis, tahun pemasangan, dan aksesoris yang terpasang
 Meteran induk dan meteran di zona distribusi yang berfungsi baik
 Peralatan deteksi kebocoran serta peralatan untuk melakukan
perbaikan
 Zona-zona distribusi/pelyanan air yang dilengkapi dengan aksesoris
untuk melakukan kontrol kehilangan air serta pelaksanaan perbaikan
 SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan
jaringan perpipaan
 SOP untuk O&M perpipaan

B. Penurunan Kebocoran Non Teknis

Dalam upaya mengurangi kehilangan air secara non fisik maka harus
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
 Inventarisasi pelanggan meliputi: lokasi, tipe/kelas, dimensi meteran
dan pemakaian airnya
 Data teknis meteran pelanggan: jenis/tipe, tahun pembuatan, tahun
pemasangan, informasi perbaikan/kalibrasi yang pernah dilakukan
 Pembacaan meteran pelanggan secara cermat dan teratur

5.5. Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka


menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi
suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini,
rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka
menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung
fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.

5.5.1. Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi

Penetapan sistem dan zona sanitasi dilakukan untuk mengidentifikasi


sistem sanitasi yang paling sesuai dan perumusan program dan kegiatan
yang sesuai dengan kondisi wilayah berdasarkan sistem yang diusulkan.

5 - 70
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Sistem sanitasi adalah proses multilangkah dimana berbagai jenis limbah


dikelola dari titik timbulan ke titik pemanfaatan kembali atau pemrosesan
akhir. Setiap tahap ini disebut kelompok fungsional karena memiliki
teknologi sendiri-sendiri dengan pengelolaan spesifik.

Sistem sanitasi yang akan diusulkan ditentukan berdasarkan tahapan


implementasi yakni jangka pendek (1-2 tahun), jangka menengah (5
tahun), dan jangka panjang (10-15 tahun). Penetapan sistem sanitasi
mempertimbangkan beberapa faktor, yakni:
1. Faktor pengelolaan (peraturan, pengelolaan kelembagaan, pengaturan
O & M, dan kepemilikan asset).
2. Faktor fisik wilayah (kepadatan penduduk, pemanfaatan lahan, dan
topografi).
3. Faktor keuangan dan pendanaan (kapasitas fiscal, dukungan, dan
mekanisme pendanaan).

Pemilihan sistem berdasarkan sub-sektor yang digunakan umumnya


adalah:
a. Sub-sektor air limbah domestik: sistem setempat (sistem on-site)
dimana air limbah langsung diolah ditempat; dan sistem terpusat
(sistem off-site) dengan mengalirkan air limbah domestik melalui
perpipaan menuju instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
b. Sub-sektor persampahan: sistem pengangkutan tidak langsung (melalui
tempat penampungan sementara/TPS); sistem pengangkutan
langsung; dan sistem penanganan sampah di sumbernya.
c. Sub-sektor drainase: sistem gravitasi dan sistem pemompaan.

A. Visi Misi Sanitasi

Penetapan visi misi sanitasi diperlukan sebagai koridor pembangunan


jangka menengah infrastruktur sanitasi dan sistem pendukungnya yang
mengacu ke visi misi kota. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan
yang diinginkan di akhir periode perencanaan sedangkan Misi adalah
rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi. Visi misi yang ditetapkan merupakan acuan untuk
pembangunan sanitasi jangka menengah. Dari hasil pertemuan Pokja

5 - 71
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Sanitasi Kabupaten Natuna dicapai suatu kesepakatan mengenai visi dan


misi sanitasi Kabupaten Natuna yang merupakan penjabaran dari Visi dan
Misi Kabupaten Natuna yang tertuang dalam Dokumen Perencanaan
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Natuna.

Tabel 5.18 : Visi dan Misi Sanitasi Kota Natuna

Visi Sanitasi Kabupaten natuna Misi Sanitasi Kabupaten Natuna


Misi Air Limbah
1. Meningkatkan pelayanan pengolahan
air limbah rumah tangga secara
profesional
2. Membangun sistem pengolahan air
limbah yang menjangkau seluruh
elemen masyarakat
Misi Persampahan
1. Meningkatkan lingkungan permukiman
yang bersih dan sehat melalui
pengolahan persampahan yang
Mewujudkan Kabupaten Natuna yang terintegrasi
berwawasan lingkungan, bersih, dan sehat melalui 2. Meningkatkansistem pelayanan
pelayanan sanitasi yang terintegrasi dan persampahan industri dan perumahan
profesional yang terpadu
3. Mengurangi timbulan sampah yang
berkelanjutan dengan memberdayakan
program 3R di tingkat masyrakat
Misi Drainase
1. Meningkatkan infrastruktur pelayanan
drainase yang berkualitas
2. Meningkatkan sistem jaringan drainase
yang berfungsi secara maksimal serta
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan
pengelola dan penyedia layanan
drainase
Sumber : SSK Kabupaten Natuna

B. Tahapan Pengembangan Sanitasi

Tahapan pengembangan Sanitasi di Kabupaten Natuna, akan diuraikan


sebagai berikut :

 Sub Sektor Persampahan

Rencana prasarana dan sarana pengelolaan persampahan di


Kabupaten Natuna meliputi prediksi jumlah timbunan sampah dan
kebutuhan sistem penanganan pada tempat pengelolaan sampah akhir.

5 - 72
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Tujuan pengelolaan sampah di Kabupaten Natuna adalah :


1. Meminimalkan volume sampah dan pengembangan prasarana
pengolahan sampah dengan teknologi yang berwawasan
lingkungan.
2. Mencapai target penanganan 100 % dari jumlah total sampah
khususnya di permukiman perkotaan yang dilakukan baik pada
sumbernya, proses pengangkutan maupun pengelolaannya di TPA.
3. Mendorong keterlibatan masyarakat didalam proses pengelolaan
sampah.

Rencana prasarana dan sarana pengelolaan persampahan di


Kabupaten Natuna dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Sistem Penanganan Sampah Pada Lingkungan Permukiman


Perkotaan

Pengelolaan sampah di lingkungan perkotaan khususnya di Pulau


Bunguran di kembangkan dengan sistem penanganan sampah
terpadu yang meliputi sistem pengumpulan, sistem pengangkutan
sementara, pengolahan akhir dan pengolahan untuk sampah
tertentu. Rencana sistem penanganan sampah di permukiman
perkotaan di Kabupaten Natuna adalah sebagai berikut :

a. Pengelolaan sampah permukiman perkotaan di Kabupaten


Natuna dilakukan melalui proses pewadahan, pemilahan,
pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan pengolahan.
b. Sistem pengolahan sampah direncanakan sistem pengolahan
sampah secara terpadu.
c. Penggunaan teknologi tepat guna untuk meningkatkan efisiensi
dan mengoptimalkan prasarana persampahan
d. Pengembangan prasarana sampah bahan berbahaya dan
beracun serta pengelolaannya dilakukan dengan teknologi yang
tepat serta berwawasan lingkungan.
e. Pemanfaatan kembali sampah non organik pada sumber
produksi sampah; Skenario ini diharapkan dapat mereduksi
sampah sebesar 20% pada TPST dan 10% di TPA sehingga
total reduksi sampah adalah 30%.

5 - 73
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

f. Komposter sampah organik pada sumber domestik; di TPST dan


TPA.
g. Pengembangan sumber energi alternafif (gas metan) pada
Tempat Pengelolaan Sampah Akhir.
h. Pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir dilakuan
dengan sistem sanitari lanfill.
i. Peningkatan daerah pelayanan pengelolaan sampah.

2. Sistem penanganan sampah pada lingkungan permukiman


pedesaan, pesisir dan pulau-pulau kecil

Sistem penanganan sampah di pedesaan, pesisir dan pulau - pulau


kecil di rencanakan untuk dilakukan secara swadaya oleh
masyarakat dengan sistem komposting. Rencana sistem
penanganan sampah di permukiman pedesaan di Kabupaten
Natuna adalah sebagai berikut :

a. Pemanfaatan kembali sampah non organik pada sumber


produksi sampah.
b. Komposter sampah organik secara on site oleh masyarakat.

 Sub Sektor Air Limbah

Sampai dengan saat ini Kabupaten Natuna belum memiliki jaringan


perpipaan air limbah. Air dari bekas mandi, mencuci, dan memasak
yang dialirkan ke saluran drainase, sungai melalui saluran terbuka
ataupun tertutup. Sedangkan air limbah yang berupa tinja diolah
sementara melalui septic tank atau cubluk.

Sarana dan Prasarana air limbah di Kabupaten Natuna menjadi sangat


penting khususnya pada kawasan yang dikembangkan di wilayah
pesisir dan kawasan perkotaan dengan kepadatan penduduk sedang
sampai tinggi. Secara umum tujuan perencanaan pengelolaan air
limbah di Kabupaten Natuna sampai dengan akhir tahun perencanaan
adalah untuk meminimalkan tingkat pencemaran air tanah dan
meningkatkan, serta meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan.

Berdasarkan kondisi geografis wilayah Kabupaten Natuna maka secara


umum rencana penanganan air limbah dilakukan secara on site dan off

5 - 74
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

site berdasarkan karakter wilayah yang akan ditangani. Sebagai acuan


akan dipergunakan kriteria penanganan air limbah berdasarkan
kepadatan penduduk dan tingkat pemakaian air bersih. Berdasarkan
kondisi geografis Kabupaten Natuna maka rencana sarana dan
prasarana air limbah di Kabupaten Natuna sampai dengan akhir tahun
perencanaan dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Pengelolaan air limbah kawasan permukiman perkotaan

a. Pengembangan pengelolaan air limbah on site di kawasan


perumahan di perkotaan.
b. Pengembangan pengelolaan air limbah on site komunal pada
perumahan di perkotaan dengan kepadatan tinggi.
c. Pengembangan fasilitas jamban dan tangki septik untuk
menggantikann fasilitas cubluk.
d. Penambahan MCK umum di daerah yang minim sarana sanitasi
khususnya pada kawasan padat dan kumuh.
e. Pengadaan dan pengelolaan truk tinja untuk meningkatkan
pelayanan penanganan air limbah.
f. Penambahan/pengadaan mobil tangki tinja seiring dengan
rencana peningkatan pelayanan pengurasan.
g. Pembangunan IPLT baru di Pulau Bunguran yang dilakukan
sejalandengan kenaikan volume lumpur tinja.

2. Pengelolaan air limbah kawasan permukiman pedesaan

a. Pengembangan fasilitas jamban dan tangki septik untuk


menggantikan fasilitas cubluk.
b. Penambahan MCK umum di daerah pedesaan yang minim
sarana sanitasi.

 Sub Sektor Drainase

Rencana sarana dan prasarana drainase di Kabupaten Natuna secara


umum bertujuan sebagai berikut :

1. Menciptakan lingkungan permukiman yang bebas banjir dan


genangan air.
2. Meminimalkan dampak apabila terjadi bencana banjir;

5 - 75
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

3. Mengoptimalkan dan memadukan fungsi saluran besar, sedang


dan kecil serta pengembangan cek dam pengendali banjir pada
sungai sungai yang diindikasikan menimbulkan banjir di wilayah
hilir; dan
4. Menata daerah aliran sungai pada sungai - sungai yang melalui
permukiman dan berpotensi menimbulkan banjir.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penanganan drainase di


Kabupaten Natuna antara lain :

1. Kondisi geografis Kabupaten Natuna berupa kepulauan dengan


demikian memiliki sistem penanganan drainase dan pengendali
banjir yang berbeda antara pulau - pulau besar dan pulau - pulau
kecil.
2. Pada pulau besar ( Pulau Bunguran, Pulau Serasan, Pulau Subi
dan Pulau Midai) terdapat perbukitan dan gunung yang memiliki
jarak tidak terlalu jauh dengan pantai dengan tingkat kelerengan
yang bervariasi. Kondisi ini dapat menjadi ancaman terjadinya
banjir bandang apabila kawasan hulu (perbukitan dan gunung) tidak
di jaga kelestariannya.
3. Pengembangan permukiman yang diarahkan ke kawasan pesisir
merupakan wilayah yang relatif datar dengan perbedaan elevasi
kecil terhadap permukaan air laut yang memungkinkan sebagian
wilayah dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang mengakibatkan
aliran drainase tidak lancar dan meluasnya daerah genangan.

Rencana pengembangan sistem drainase di Kabupaten Natuna


dilakukan sebagai berikut :

1. Melakukan pemetaan kawasan-kawasan permukiman yang rawan


banjir dan genangan
2. Melakukan pemetaan kawasan-kawasan yang memerlukan sistem
drainase konvensional dan kawasan kawasan yang memerlukan
sistem resapan air.
3. Perbaikan dan normalisasi sungai yang mengalir di kawasan
perkotaan yang menyebabkan banjir.
4. Melakukan perbaikan dan normalisasi saluran-saluran drainase
yang sudah ada untuk meningkatkan kapasitas saluran.

5 - 76
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

5. Pengendalian sungai agar tidak menjadi tempat sampah bagi


masyarakat.
6. Mencegah pendangkalan pada sungai akibat sedimentasi.
7. Penataan bangunan sepanjang tepi sungai agar kapasitas alur
sungai tidak berkurang (tidak terjadi penyempitan).
8. Pembangunan sumur resapan di kawasan perkotaan.
9. Pembangunan dan pengembangan jaringan drainase di kawasan
perkotaan.

Rencana sarana dan prasarana drainse di Kabupaten Natuna terdiri


dari :

1. Jaringan drainase primer merupakan saluran pembuangan menuju


laut melalui sungai dan anak sungai, jaringan drainase primer
merupakan sungai utama di wilayah Kabupaten Natuna.
2. Jaringan drainase sekunder merupakan saluran penghubung dari
drainase tersier ke drainase primer;
3. Jaringan drainase tersier merupakan saluran drainase pada
kawasan permukiman dengan jenis saluran terbuka dan/atau
tertutup.

C. Perkiraan Pendanaan Pengembangan Sanitasi

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003


Tentang Keuangan Negara, disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD).
Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD) terdiri dari pendapatan,
belanja, dan pembiayaan daerah. Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
dilaksanakan oleh kepala/pimpinan satuan kerja pengelola keuangan daerah
selaku pejabat pengelola APBD dan kepala/pimpinan SKPD selaku pejabat
pengguna anggaran/barang daerah.

Untuk perkiraan kekuatan pendanaan dan anggaran sektor sanitasi yang


ada di Kabupaten Natuna untuk 5 tahun ke depan dituangkan pada Tabel
5.19 – Tabel 5.20 berikut ini. Angka yang tertera pada tabel ini bukanlah
nominal pasti dan masih berupa perkiraan, sehingga dapat dipastikan
bahwa akan ada perubahan atau penyesuaian yang terjadi.

5 - 77
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Tabel 5.19 : Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan


Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.) (Ribu) Total
No Uraian Pendanaan
n+1 n+2 n+3 n+4 n+5
1 Perkiraan Belanja 3.500 4.000 5.000 6.000 7.000 25.500
Langsung
2 Perkiraan APBD Murni 3.500 4.000 5.000 6.000 7.000 25.500
untuk Sanitasi
3 Perkiraan Komitmen 3.500 4.000 5.000 6.000 7.000 25.500
Pendanaan Sanitasi
Sumber : SSK Kabupaten Natuna

Tabel 5.20 : Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten


Natuna untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi
Sanitasi
Belanja Sanitasi (Rp.) (Ribu) Pertumbuh-
No Uraian
n-4 n-3 n-2 n-1 n an rata-rata
1 Belanja Sanitasi
Air Limbah
1.1 Domestik
Biaya operasional /
1.1.1 pemeliharaan 271.365 232.122 211.232 189.621 144.368 -2,13
(justified)
1.2 Sampah rumah
tangga
Biaya
1.2.1 operasional/pemeliha 1.352.624 1.462.301 1.625.124 1.985.361 2.198.756 0,36
raan (justified)
Drainase
1.3 lingkungan
Biayaoperasional/pe
1.3.1 meliharaan (justified) 0 0 0 160.250 95.000 -75%
Sumber : SSK Kabupaten Natuna

Tabel di atas menggambarkan perkiraan besaran kekuatan dana APBD


Kabupaten Natuna dalam hal kebutuhan operasional dan pemeliharaan
aset sanitasi untuk jangka waktu 5 tahun mendatang. Sementara Tabel
5.21 di bawah berikut ini memperkirakan kemampuan pendanaan yang
bersumber dari APBD Kabupaten Natuna untuk mendanai daftar
program/kegiatan sektor sanitasi untuk jangka waktu 5 tahun mendatang.

Tabel 5.21 : Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Natuna dalam


Mendanai Program/Kegiatan SSK
Pendanaan (Rp.) (Milyar)
No Uraian Total Dana
n+1 n+2 n+3 n+4 n+5
1 Perkiraan Kebutuhan Operasional / Pemeliharaan 2,3 3,5 4,0 5,0 6,0 20,5
2 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi 8 9 10 11 12 50
3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi 7,0 8,0 9,0 10 11 45
4 Kemampuan Mendanai SSK (APBD Murni) (2-1) 5,1 5,5 6 6 6 30,2
5 Kemampuan Mendanai SSK (Komitmen) (3-1) 5,1 5,5 6 6 6 30,2
Sumber : SSK Kabupaten Natuna

5 - 78
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

5.5.2. Tujuan, Sasaran dan Strategi Sektor Sanitasi

Untuk mengetahui kondisi pengelolaan sanitasi secara mendatail Pokja


Sanitasi Kabupaten Natuna melakukan suatu analisa dengan
mengunakan analisa SWOT. Dari hasil anlisa tersebut dapat diketahui apa
yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari kondisi
pengelolaan sanitasi sehingga bisa menjadi acuan bagi Pokja untuk
merumuskan tujuan, sasaran dan strategi yang sesuai dengan kondisi
ekisting pengelolaan sanitasi saat ini. Tujuan merupakan pernyataan-
pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi,
melaksanakan misi, dan menangani isu strategis yang dihadapi. Sasaran
adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan
secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Strategi adalah cara untuk
mencapai visi dan misi yang dirumuskan berdasarkan kondisi saat ini.

A. Air Limbah

Adapun tujuan, sasaran, dan strategi pengembangan sub-sektor air


limbah dapat dilihat pada tabel di bawah berikut ini.

Tabel 5.22 : Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengem-


bangan Air Limbah Domestik Kabupaten Natuna
Sasaran
Tujuan Strategi
Pernyataan
Indikator sasaran
sasaran

Meningkatkan infrastruktur Meningkatnya Terdapat layanan Pembangunan IPAL komunal yang


pendukung pengolahan air limbah layanan sarana dan mendukung pengolahan air limbah
domestik melalui penyediaan sistem pengolahan air prasarana air
jaringan dan pengolahan air limbah limbah hingga 60 limbah yang aman Peningkatan daya jangkau pengolahan air
yang terintegrasi dan profesional % pada tahun limbah
2019
Meningkatkan sarana dan prasarana
pendukung pengolahan air limbah

Mengoptimalkan peran koordinasi antar SKPD


terkait pengelolaan air limbah

Meningkatnya Meningkatnya Pembangunan infrastruktur pengolahan air


jaringan jumlah kawasan limbah di kawasan terpencil yang belum
pembuangan air yang terlayani terlayani
limbah domestik IPAL hingga 70%
hingga minimal pada tahun 2019 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat
70% kawasan mengenai air limbah terutama air limbah
permukiman rumah tangga, hingga timbul kesadaran untuk
terlayani menjaga kebersihan kawasan permukiman

Sumber : SSK Kabupaten Natuna

5 - 79
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

B. Persampahan

Adapun tujuan, sasaran, dan strategi pengembangan sub-sektor


persampahan dapat dilihat pada tabel di bawah berikut ini.

Tabel 5.23 : Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengem-


bangan Persampahan Kabupaten Natuna
Sasaran
Tujuan Strategi
Pernyataan sasaran Indikator sasaran
 Pengembangan
prasarana sampah
bahan berbahaya dan
beracun serta
pengelolaannya
dilakukan denga
teknologi yang tepat
serta berwawasan
lingkungan
Meminimalkan volume
Peningkatan  Pemanfaatan kembali
sampah dan
Seluruh Kawasan pelayanan sampah non organik
pengembangan prasarana
Terlayani Sistem persampahan dari pada sumber produksi
pengolahan sampah
Persampahan 65 % menjadi 100 % sampah; Skenario ini
dengan teknologi yang
di Tahun 2018 diharapkan dapat
berwawasan lingkungan
mereduksi sampah
sebesar 20% pada
TPST dan 10% di
TPA sehingga total
reduksi sampah
adalah 30%.
 Peningkatan daerah
pelayanan
pengelolaan sampah.
 Memprioritaskan
pengadaan Truck
Mencapai target
sampah, Kendaraan
penanganan 100 % dari
roda tiga,
jumlah total sampah
Container,tempat
khususnya di permukiman Peningkatan jumlah Bertambahnya jumlah
pembuangan sampah
perkotaan yang dilakukan sarana dan prasaran sarana dan prasarana
 Memaksimalkan
baik pada sumbernya, persampahan persampahan
pendanaan dari
proses pengangkutan
masyarakat dan
maupun pengelolaannya
swasta untuk
di TPA.
pengadaan sarana
persampahan
Sumber : SSK Kabupaten Natuna

5 - 80
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

C. Drainase

Adapun tujuan, sasaran, dan strategi pengembangan sub-sektor drainase


dapat dilihat pada tabel di bawah berikut ini.

Tabel 5.24 : Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengem-


bangan Drainase Kabupaten Natuna
Sasaran
Tujuan Pernyataan Strategi
Indikator sasaran
sasaran
 Melakukan pemetaan
kawasan-kawasan
permukiman yang
Menata daerah
90% kawasan rawan banjir dan
aliran sungai pada
Menciptakan permukiman di  Perbaikan dan
sungai - sungai
lingkungan Kabupaten normalisasi sungai
yang melalui
permukiman yang Natuna bebas yang mengalir di
permukiman dan
bebas banjir dan genangan setinggi kawasan perkotaan
berpotensi
genangan air. 30 cm atau lebih yang menyebabkan
menimbulkan
pada tahun 2019. banjir.
banjir.
 Pembangunan sumur
resapan di kawasan
perkotaan.
 Pengendalian sungai
agar tidak menjadi
Penataan
tempat sampah bagi
bangunan
masyarakat
Pembangunan dan sepanjang tepi
Meminimalkan
pengembangan sungai agar  Melakukan pemetaan
dampak apabila kawasan-kawasan
jaringan drainase kapasitas alur
terjadi bencana yang memerlukan
di kawasan sungai tidak
banjir; sistem drainase
perkotaan. berkurang (tidak
terjadi konvensional dan
kawasan kawasan
penyempitan).
yang memerlukan
sistem resapan air.
Sumber : SSK Kabupaten Natuna

5.6. Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum


Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai
panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan
untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan

5 - 81
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan


lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,
ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian
pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.

Rencana tata bangunan dan lingkungan diperlukan sebagai perangkat


pengendali pertumbuhan serta memberi panduan terhadap wujud
bangunan dan lingkungan pada suatu kawasan. RTBL disusun setelah
suatu produk perencanaan tata ruang kota disahkan oleh pemerintah
daerah setempat sebagai peraturan daerah. Untuk dapat mengendalikan
pemanfaatan ruang, suatu rencana tata ruang seyogyanya ditindaklanjuti
pula dengan pengaturan di bidang tata bangunan secara memadai melalui
peraturan banguan setempat (PBS).

Di dalam proses penyusunannya, suatu RTBL harus memerhatikan dan


memenuhi : Kepentingan umum atau aspirasi masyarakat; Pemanfaatan
sumber daya setempat; dan Kemampuan daya dukung lahan yang
optimal. Karena itu, RTBL harus memuat : Pedoman rencana teknik
(desain tiga dimensi); Program tata bangunan dan lingkungannya;
Pedoman-pedoman untuk mengendalikan perwujudan bangunannya
(urban/enviromental building design and development guidelines).

A. Program Bangunan dan Lingkungan

Program bangunan dan lingkungan harus mempertimbangkan faktor


kelayakan baikm dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Program
ditetapkan setelah mempertimbangkan konsep keseragaman kawasan
(diversity), seperti keseimbangan pengembangan fungsi perumahan,
niaga/usaha, rekreasi dan budaya. Program merupakan penjabaran
peruntukkan lahan yang telah ditetapkan, untuk kurun waktu tertentu, baik
yang menyangkut jenis, jumlah, besaran dan luasan bangunan. Termasuk
di dalam program adalah penetapan fungsi-fungsi bangunan (peruntukan
lahan mikro), kebutuhan ruang terbuka, fasilitas umum, dan fasilitas sosial.

 Penyebaran dan Kebutuhan Fasilitas Pendidikan

Saat ini dikawasan perencanaan RTBL Kota Ranai tersedia fasilitas


pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan

5 - 82
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

tinggi. Terdapat dua SD Negeri yaitu SD Negeri 001 Ranai dan SD


Negeri 002 Ranai dengan jumlah guru 61 orang dab jumlah murid 1.105
murid. Terdapat satu SMP dan satu SMA yaitu SMA Negeri 1 Bunguran
Timur. Juga terdapat dua perguruan tinggi, yaitu : Sekolah Tinggi Ilmu
Agama dan Perguruan Tinggi SLJJ. Kebutuhan pengembangan fasilitas
pendidikan disesuaikan dengan rencana pengembangan penduduk dan
standart daya dukung penduduk untuk masing-masing fasilitas
pendidikan. Berdasarkan standart kebutuhan fasilitas pendidikan di
kawasan permukiman tersebut, dengan rencana daya dukung
penduduk maksimal15.107 Jiwa, maka dibutuhkan penambahan
fasilitas pendidikan sebagai berikut :
- Fasilitas taman kanak-kanak sebanyak 10 unit
- Fasilitas sekolah dasar sebanyak 6 unit
- Fasilitas sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 2 unit
- Fasilitas sekolah menengah atas (SMA) sebanyaj 2 unit

 Penyebaran dan Kebutuhan Fasilitas Kesehatan

Saat ini fasilitas kesehatan yang tersedia di kawasan perencanaan


RTBL Kota Ranai ini adalah : 1 unit Puskesmas, dua unit poliklinik/balai
pengobatan dan apotik. Berdasarkan rencana pengembangan
penduduk dengan daya dukung 15.107 Jiwa, maka hanya diperlukan
pengembangan fasilitas Balai Pengobatan Ibu dan Anak dengan luas
kurang lebih 1.200 M. Sedangkan kebutuhan fasilitas Posyandu yang
sekarang mulai digalakkan kembali dalam program nasional terkait
dengan meningkatnya kasus gizi buruk di Indonesia, dapat disatukan
dengan fasilitas lainnya seperti kantor lurah, kantor RW.

 Penyebaran Fasilitas Olah Raga/Ruang Terbuka dan Kebutuhannya

Fasilitas olah raga dan ruang terbuka hijau biasanya dalam kawasan
permukiman terletak menyatu. Di kawasan perencanaan RTBL Kota
Ranai tersedia satu lapangan/ruang terbuka hijau tanpa fasilitas olah
raga, seperti : lapangan voli ataupun lapangan bola kaki. Berdasarkan
rencana pengembangan kawasan RTBL Kota Ranai dengan daya
dukung penduduk 15.107 Jiwa maka diperlukan penyediaan fasilitas
olah raga dan ruang terbuka hijau seluas 17,28 Ha yang tersebar baik
dikawasan permukiman dan juga di kawasan perdagangan. Secara

5 - 83
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

keseluruhan total lahan yang diperlukan untuk penyediaan fasilitas


umum dan fasilitas sosial kurang lebih 22,45 Ha.

B. Daya Dukung Utilitas

Berdasarkan kondisi yang ada saat ini dibandingkan terhadap tingkat


kebutuhan di masa mendatang, maka daya dukung utilitas di Kota Ranai,
Kabupaten Natuna adalah sebagai berikut :

 Jaringan dan Pola Pergerakan


- Dimensi Jalan
Kawasan perencanaan yang merupakan cikal bakal pusat perkotaan
Kabupaten Natuna, saat ini dilayani oleh jaringan jalan arteri dan
kolektor dengan dimensi jalan tidak lebih dari 7 meter, rata-rata tidak
memiliki median jalan, tidak memiliki bahu jalan dan juga tidak
dilengkapi dengan jaringan pedestrian (pejalan kaki).
- Bangkitan Lalu Lintas
Bangkitan perjalanan merupakan tingkatan pertama dalam proses
perencanaan angkutan dimana kita menemukan berapa banyak
perjalanan yang dihasilkan oleh setiap zona. Setelah dilakukan
survey perjalanan rumah tangga maka dapat diketahui di internal
Kota Ranai terdapat 1876 Perjalanan/hari, lalu kearah bandara ranai
terdapat 102 Perjalanan/hari.
- Distribusi Perjalanan
Penyebaran perjalanan merupakan jumlah perjalanan antara satu
zona lalu lintas dan zona lalu lintas lainnya yang dihitung
berdasarkan studi asal dan tujuan dari pembangkit perjalanan dan
penarik perjalanan pada masing-masing zona. Setelah dilakukan
perhitungan dan survey maka dapat diketahui tarikan perjalanan
yang besar adalah menuju Kota Ranai, Binjai, Bunguran timur Laut
dan Sedanau.

 Jaringan Drainase
Jaringan drainase belum tersedia dengan memadai di Kota Ranai,
termasuk di wilayah perencanaan. Hanya sebagian kecil jaringan jalan
yang sudah dilengkapi jaringan drainase, yaitu : di Jalan Pramuka,

5 - 84
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

beberapa bagian di Jalan Sudirman dan Jalan Adam Malik. Minimnya


utilitas jaringan drainase ini telah ,emgakibatkan rentannya Kota Ranai
terhadap banjir (genangan) jika hujan turun dengan intensitas tinggi.
Apalagi dengan kontur kawasan yang sangat rendah, terletak dipinggir
pantai dan bahkan ada kawasan yang disinyalir lebih rendah dari muka
laut, maka perencanaan dan penyediaan drainase menjadi satu hal
yang mutlak.

 Jaringan Air Bersih


Kota Ranai pada umumnya sudah mendapatkan pelayanan air bersih
dari dua sistem penyediaan. Pertama, dilayani oleh perusahaan daerah
air minum (PDAM) Kabupaten Natuna. Perusahaan ini sampai saat ini
sudah melayani penduduk dengan jumlah 1.824 Sambungan Rumah
(SR). Kedua dilayani oleh penyedia jasa secara swadaya masyarakat
yang sifatnya bebas biaya.

 Pengelolaan Sampah
Di Kota Ranai juga sudah tersedia sistem pengelolaan sampah, walau
hanya masih berupa sistem pengumpulan, pengangkutan dan
selanjutnya di buang ke TPA. Belum ada pengelolaan sampah di TPA.
Setelah dilakukan perhitungan maka Kota Ranai membutuhkan 3.021
unit tong sampah dan 16 unit TPS (150 KK/Unit).

 Jaringan Telepon dan Listrik


Kota Ranai sudah dilayani oleh jaringan telepon kabel ataupun telepon
seluler dengan pelayanan yang baik, begitu juga dengan jaringan listrik
sudah tersedia, namun kapasitas terpasang listrik relatif terbatas.
Dampak terbatasnya persediaan energy listrik ini adalah seringnya
terjadi pemadaman listrik di wilayah perencanaan. Berdasarkan
perhitungan Kota Ranai masih membutuhkan pasokan listrik sebesar
5.211.915 Watt.

C. Rencana Umum dan Panduan Rancangan

Rencana umum dan panduan rancangan pada RTBL Kota Ranai yang
telah tersusun, diuraikan sebagai berikut :

5 - 85
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

 Struktur Peruntukan Lahan

Struktur peruntukan lahan merupakan pendistribusian lahan


berdasarkan fungsi-fungsi atau pemanfaatan lahan. Struktur
peruntukkan lahan disusun berdasarkan atas konsep peruntukan lahan
yang sudah diuraikan, selanjutnya pendistribusian penggunaan lahan
didsarkan atas kecenderungan pola perubahan guna lahan dan
berdasarkan konsep pengembangan Kota Ranai sebagai ibu kota
Kabupaten Natuna. Struktur peruntukan lahan Kota Ranai dibagi atas :
- Water Front City
- Kawasan Wisata Canal
- Kawasan Perhotelan
- Kawasan Perdagangan
- Kawasan Perkantoran
- Kawasan Permukiman
- Kawasan Campuran Perumahan-Perdagangan
- Kawasan Campuran Perumahan-Perkantoran
- RTH

 Intensitas Pemanfaatan Lahan

Intensitas pemanfaatan lahan adalah penataan lahan atas dasar


penentuan KDB dan KLB, pada kawasan perencanaan Intensitas
bangunan dibagi atas : Perumahan intensitas tinggi, perdagangan
intensitas sedang, perdagangan intensitas rendah, perdagangan
intensitas tinggi, perhotelan intensitas tinggi, perhotelan intensitas
rendah, perkantoran, pariwisata dan RTH

 Tata Bangunan

Komponen penataan bangunan dalam RTBL Kota Ranai ini meliputi 4


komponen, yaitu : ketinggian bangunan, ketinggian lantai bangunan,
garis sempadan bangunan, garis sempadan samping. Empat
komponen tersebut perlu untuk dilakukan penataan sesuai dengan
kebutuhan dan arahan pengembangan kawasan perencanaan.
Penataan bangunan disusun dengan konsep penempatan CBD Kota
Ranai ditengah-tengah kawasan perencanaan dengan ketinggian
maksimal dan merupakan pusat bangunan dengan intensitas tinggi.

5 - 86
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

CBD ini tepat berada dibelakang „water front city‟ sehingga


penampakan kawasan ini akan nyata jauh lebih tinggi dari kawasan
sekitarnya.

D. Rencana Investasi

Skenario strategi rencana investasi merupakan program jangka menengah


yang memberikan indiksai investasi untuk berbagai macam kegiatan, yang
meliputi : tolak ukur/kuantitas pekerjaan, besaran rencana pembiayaan,
perkiraan waktu pelaksanaan dan kesepakatan sumber pendanaan.
Lebih jelasnya mengenai rencana investasi jangka menengah kawasan
RTBL Kota Ranai, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

5.7. Arahan RP2KP Kabupaten/Kota

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman


merupakan suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan
permukiman dan Infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah
pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi
penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya.
RP2KP memuat arahan kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur
permukiman makro pada skala skala kabupaten/kota yang berbasis pada
rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). RP2KP
memiliki beberapa fungsi, yaitu :

a. Sebagai Acuan bagi implementasi program-program pembangunan


permukiman dan infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi
dengan program-program pembangunan lainnya yang telah ada
b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program
sektoral bidang cipta karya
c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPI2-JM
d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan, strategi, rencana
pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang
tertuang di berbagai dokumen dan
e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait
dengan pembagunan permukiman dan infrastruktur perkotaan

5 - 87
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Tabel 5.25. : Rencana Investasi RTBL Kota Ranai

5 - 88
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

5 - 89
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

5.7.1. Visi dan Misi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur


Perkotaan Kabupaten Natuna

Visi RP2KP Kabupaten Natuna ialah “Mewujudkan Permukiman


Perkotaan Kabupaten Natuna Sebagai Gerbang Utara NKRI yang
Layak Huni, Makmur, Adil, Sejahtera dan Berwawasan Lingkungan”.
Sementara Misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah :

• Pengembangan infrastruktur permukiman dan perkotaan diharapkan


mampu mendukung kawasan sebagai kawasan pintu gerbang utara
NKRI dan dapat memperkuat ketahanan Nasional.
• Permukiman yang memberikan nuansa nyaman, sehat didukung
layanan infrastruktur yang handal, terintegrasi dan memadai.
• Perwujudan keadaan masyarakat yang terpenuhi segala kebutuhan
lahir dan batin merata di seluruh wilayah, lapisan dan golongan
masyarakat didukung oleh sumber daya manusia yang unggul dan
berdaya saing tinggi, berperadaban tinggi, profesional serta
berwawasan kedepan.
• Masyarakat berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk
memperoleh hunian sesuai kemampuannya tanpa diskriminasi.
• Perwujudan pembangunan permukiman masyarakat yang maju dan
tercukupi seluruh kebutuhan hidupnya yang diukur dengan peningkatan
kualitas, kesejahteraan ditunjukkan dengan terpenuhinya pelayanan
dasar masyarakat permukiman perkotaan.
• Menciptakan permukiman yang mendukung kelestarian lingkungan
dengan memiliki kelengkapan infrastruktur kawasan permukiman yang
memenuhi persyaratan baku mutu dan lingkungan yang aman, nyaman
dan asri.

5.7.2. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan


Permukiman Kabupaten Natuna

Penyusunan rencana penanganan dan pembangunan permukiman ini


dilakukan dengan model pembangunan berbasis kawasan dan
pendekatan perencanaan partisipatif (PCA) pada kawasan prioritas.
Dalam rencana aksi program kegiatan yang dilakukan meliputi :

5 - 90
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

• Mengidentifikasi dan memetakan pemangku kepentingan masyarakat


untuk terlibat dalam proses perencanaan,
• Mengidentifikasi kebutuhan penanganan di lokasi perencanaan tahap
pertama dengan melakukan diskusi partisipatif dengan pemangku
kepentingan dan masyarakat setempat
• Menyusun dan memilih komponen yang akan dibangun dengan kriteria
(prioritas utama, dampak nyata, mudah dilaksanakan, dapat tercukupi
dengan biaya yang telah ada) serta melakukan FGD 2 dengan
pemangku kepentingan terkait untuk kesepakatan.

5.7.3. Penetapan Kawasan Permukiman Prioritas

Pemilihan Kawasan Prioritas di Kabupaten Natuna didasarkan atas


potensi, persoalan, dan karakteristik yang dimilikinya perlu untuk ditangani
terlebih dahulu. Kawasan Prioritas ini ditetapkan atas kesepakatan
dengan para Stakeholders. Untuk menentukan kawasan Prioritas
Kawasan Permukiman dalam strategi Permukiman dan Infrastruktur
perkotaan di Kabupaten Natuna maka langkah awal perlu ditentukan
kriteria dan Indikator pemilihan kawasan yang akan diprioritaskan dalam
SPPIP. Kriteria Kriteria yang digunakan dalam memilih kawasan prioritas
pembangunan permukiman dan Infrastruktur perkotaan setidaknya
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1. Urgenitas penanganan
2. Kontribusi dalam penanganan masalah permukiman
3. Kontribusi dalam stimulasi pembangunan dan pengembangan kawasan
4. Kesesuaian dengan arah kebijakan dan strategi pengembangan
kawasan permukiman.
5. Dominasi permasalahan yang terkait bidang permukiman dan
infrastruktur permukiman perkotaan
6. Dominasi Penanganan Kawasan Permukiman terhadap Penyelesaian
Permasalahan

Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan pertimbangan diatas maka


didapatkan kawasan permukiman prioritas yang dapat dilihat pada tabel
berikut.

5 - 91
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Tabel 5.26 : Kawasan Prioritas RP2KP di Kabupaten Natuna

Nama Kawasan Urutan Skala


No Karakteristik Permukiman
Prioritas Prioritas

1. Merupakan kawasan permukiman padat


kota di tepian laut
2. Terdapat kawasan kumuh tepian laut
3. Merupakan kawasan utama perdagangan
dan jasa Kabupaten Natuna
Kawasan 4. Keberadaan lokasi kawasan dekat dengan
1 Permukiman Tepian bandara sebagai akses/pintu gerbang 1
Laut Ranai utama dari akses udara yang
menghubungkan Kabupaten Natuna
dengan kawasan luar
5. Ketersediaan infrastruktur masih terbatas
6. Pekerjaan penduduk adalah nelayan,
perdagangan dan jasa
1. Merupakan kawasan permukiman padat
tepian laut
2. Kawasan permukiman penduduk 50%
berada diatas air
3. Terdapat kawasan permukiman yang
Kawasan berpotensi menjadi kumuh
2 Permukiman Tepian 2
Laut Sedanau 4. Ketersediaan infrastruktur masih terbatas
5. Merupakan kawasan awal pertumbuhan
permukiman penduduk di Kabupaten
Natuna
6. Pekerjaan penduduk sebagian adalah
nelayan
1. Merupakan kawasan permukiman tepian
laut
Kawasan 2. terdapat kawasan permukiman yang
3 Permukiman Pulau berpotensi menjadi kumuh 3
Tiga 3. Pekerjaan penduduk pada umumnya
adalah nelayan
4. Terbatasnya sarana infrastruktur perkotaan
1. Merupakan kawasan permukiman tepian
Kawasan laut
4 Permukiman 2. Ketersediaan infrastruktur masih terbatas 4
Serasan 3. Terdapat kawasan permukiman yang
berpotensi menjadi kumuh
Sumber : Hasil FGD 2 Penyusunan RP2KP Kabupaten Natuna, 2014

5 - 92
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

5.8. Arahan RTBL di Kawasan Strategis Kabupaten Natuna

Dari RP2KP yang telah disusun kemudian diturunkan kedalam suatu


rencana operasional berupa Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK), dimana keduanya tetap
mengacu pada strategi pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK
merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan
permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya pada kawasan prioritas di perkotaan.

Dalam Konteks pengembangan Kota, RTBL KSK merupakan rencana


terpadu bidang permukiman dan Infrastruktur bidang Cipta Karya pada
lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan dengan kedalaman
rencana Teknis .

Hingga saat penyusunan RTBL di Kawasan Strategis Kabupaten Natuna


belum dilakukan penyusunannya.

5.9. Integrasi Strategi Pembangunan Kabupaten dan Sektor

Berdasarkan dokumen rencana yang telah dijabarkan sebelumnya, maka


dapat disusun matriks strategi pembangunan pada skala kabupaten/kota
yang meliputi :

a. RTRW Kabupaten/Kota sebagai acuan arahan spasial

b. RPJMD Kabupaten Natuna

c. RI-SPAM sebagai arahan pengembangan air minum

d. SSK sebagai arahan pengembangan sektor sanitasi

e. RP2KP sebagai acuan arahan pengembangan permukiman

f. RTBL Kawasan

g. Arahan lainnya

Lebih jelasnya mengenai matriks identifikasi rencana pembangunan


Bidang Cipta Karya di Kabupaten Natuna, dapat dilihat pada tabel berikut.

5 - 93
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Tabel 5.27. : Matriks Identifikasi Rencana Pembangunan Bidang


Cipta Karya Kabupaten Natuna

Produk Status Arahan


No Program/Kegiatan Lokasi Sektor
Rencana (Ada/Tidak) Pembangunan

Penyusunan RDTR
Kecamatan Ranai
Kawasan Perkotaan PBL
Ranai
Kawasan Penyusunan RDTR
Strategis Kawasan perkotaan Pulau Sedanau PBL
Kabupaten/Kota Sedanau
Penyusunan
Rencana Tata Kecamatan
RDTRKawasan PBL
1. Ruang Wilayah Serasan
Ada perkotaan Serasan
Kabupaten Peningkatan Terminal Kecamatan
Natuna Bankim
Type C Sungai Pauk bunguran Timur
Peningkatan Kecamatan
Bankim
Pelabuhan Sedanau Bunguran Barat
Perluasan layanan Seluruh
Bankim
listrik kecamatan
Pembangunan TPA
Kecamatan
Indikasi Sebayar di Desa PLP
Bunguran Timur
Program Bidang Sungai Ulu
Cipta Karya Pembangunan dan
peningkatan sarana AM
Kecamatan Ranai
reservoir air baku
Sungai Ranai
Peningkatan areal Seluruh
AM
layanan PAM kecamatan
Pembangunan dan
peningkatan sarana Kecamatan
AM
reservoir Sungai Bunguran Bara
Semala
Peningkatan
pelayanan air bersih AM
Perkotaan Kelarik
perpipaan
Pembangunan sarana
Intalasi pengolahan Pulau Bunguran PLP
air limbah
P. Bunguran,
P. Serasan ,
Penataan mata air
Pulau Midai dan AM
sumber air baku
Gugusan Pulau
Subi
Pengembangan
embung Seluruh Kawasan AM
Rencana Induk penampungan air
SPAM jaringan
Sistem Pengembangan
2. Perpipaan (Unit
Penyediaan Air Ada sumber air baku untuk
Air Baku, Unit
Minum (RI- keperluan air bersih
Distribusi dan
SPAM) pelayaran di Air
Unit Pelayanan) Kecamatan Ranai AM
Terjun Gunung Ranai,
Air Terjun Bukit
Berangin dan
Bendung Lampa
Pengembangan
embung Seluruh Wilayah AM
penampungan air

5 - 94
Bab 5 : Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Natuna Laporan Akhir

Produk Status Arahan


No Program/Kegiatan Lokasi Sektor
Rencana (Ada/Tidak) Pembangunan

Peningkatan
pelayanan air bersih
Kelarik AM
perpipaan di
perkotaan Kelarik
Pembangunan sarana Pulau Tiga dan
AM
pelayanan air bersih Selat Lampa
SPAM Bukan
Jaringan
Perpipaan
Pembangunan sarana Pulau Bunguran
Intalasi pengolahan PLP
Sektor Air
airlimbah
Limbah
Domestik Pengadaan truk
pengangkut air limbah Seluruh Wilayah PLP
Strategi Sanitasi
3. Ada
Kota (SSK) Penanganan sampah
Sektor
di pedesaan melalui Seluruh Wilayah PLP
Persampahan
komposting
Pelestarian daerah
Sektor Drainase
rawa sebagai kawasn Seluruh Wilayah PLP
Lingkungan
resapan air
Kel Sei Lakam
Timur, Kel Baran
Penyusunan RTBL PBL
Barat & Timur, Kel
Meral Kota
Pembangunan
Kel. Sei Lakam
Rumah Deret &
Barat, Kel. Sei Bankim
Rencana Infrastruktur
Lakam Timur
Pembangunan Pendukung
Kawasan
dan Kel Sei Lakam
4. Tidak Ada Permukiman Pengadaan dan
Pengembangan Timur, Kel Baran
Prioritas pemasangan pipa AM
Kawasan Barat & Timur, Kel
distribusi & SR
Permukiman Meral Kota
Pembangunan IPAL Kel. Sei Lakam
PLP
Rusunawa Barat
Kel Sei Lakam
Pembangunan
Timur, Kel Baran
Drainase PLP
Barat & Timur, Kel
Meral Kota
Sumber : Hasil Kajian Terhadap Beberapa Kebijakan di Kabupaten Natuna

5 - 95

Anda mungkin juga menyukai