BAB V
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
5.1 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi NAD
5.1.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi NAD
Dengan mengacu kepada No.26/2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3, maka
tujuan penataan ruang adalah untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Tujuan perwujudan tersebut diterjemahkan lebih lanjut dengan:
a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;
c. terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Secara lebih operasional dalam PP No.26/2008 tentang RTRWN, khususnya Pasal 2
dikemukakan bahwa penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:
a. ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
b. keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
c. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
d. keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
f. pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
g. keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
h. keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan
i. pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
Berdasarkan kedua penetapan di atas, sesuai dengan kewenangan pada tingkat provinsi serta
adanya kebijakan pembangunan Provinsi NAD dengan spirit Aceh Hijau, maka tujuan penataan
ruang wilayah Provinsi NAD adalah mewujudkan:
1. ruang wilayah Provinsi NAD yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
2. keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah Provinsi NAD dengan wilayah nasional
dan wilayah kabupaten dan kota di Provinsi NAD;
RTRW PROVINSI NAD V-2
4. keterpaduan pemanfatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara di wilayah Provinsi
NAD, termasuk ruang di dalam bumi;
5. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi NAD dengan wilayah
nasional dan wilayah kabupaten dan kota di Provinsi NAD dalam rangka perlindungan
fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan
ruang;
6. pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat di Provinsi NAD;
7. keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah dalam wilayah Provinsi
NAD;
8. keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor yang berada di wilayah Provinsi
NAD;
9. dukungan bagi terwujudnya pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta
integrasi nasional.
2. mengembangkan fungsi atau kegiatan baru pada pusat-pusat kegiatan yang dapat
meningkatkan kualitas pelayanannya.
Strategi pengembangan struktur ruang berupa peningkatan akses pelayanan pusat-pusat dalam
wilayah Provinsi NAD yang merata dan berhierarki meliputi:
1. menjaga dan meningkatkan keterkaitan antarpusat atau antarkawasan perkotaan,
keterkaitan antara pusat atau kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, serta
antara kawasan perkotaan dengan kawasan sekitarnya;
2. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh
pusat pertumbuhan;
3. mengendalikan perkembangan kota atau kawasan perkotaan yang terletak di pesisir
pantai;
4. mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih
efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
Strategi pengembangan struktur ruang berupa peningkatan akses dari dan ke luar wilayah
Provinsi NAD, baik dalam lingkup nasional maupun lingkup internasional meliputi:
1. mengembangkan pusat kegiatan Banda Aceh dan Sabang, sebagai implementasi
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Banda Aceh Darussalam dan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang, sehingga dapat berperan
sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat dalam hubungan ekonomi secara
internasional;
2. melengkapi sarana dan prasarana pendukung sebagai pintu gerbang ekonomi.
Strategi pengembangan struktur ruang berupa peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan
pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air yang
merata di seluruh wilayah Provinsi NAD meliputi:
1. meningkatkan jaringan prasarana transportasi dan keterpaduan pelayanan transportasi
darat, laut, dan udara;
2. meningkatkan jaringan energi listrik dengan pengembangan pembangkit tenaga listrik
dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan dan tidak terbarukan secara optimal
serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;
3. mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi yang dapat menjangkau seluruh
wilayah;
4. meningkatkan kuantitas dan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan
sistem jaringan sumber daya air;
5. mengembangkan jaringan prasarana dengan memperhatikan fungsi dan perannya
mendukung upaya mitigasi bencana.
Strategi pengembangan pola ruang wilayah Provinsi NAD terdiri atas strategi pengembangan
kawasan lindung dan strategi pengembangan kawasan budidaya.
RTRW PROVINSI NAD V-5
1. memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang berada di luar kawasan
lindung menjadi kawasan budidaya sesuai dengan sifat dan kondisi lahannya;
2. meningkatkan produktivitas kawasan budidaya pertanian dengan usaha-usaha
intensifikasi dan diversifikasi pertanian.
Strategi pengembangan kawasan budidaya berupa perwujudan dan peningkatan keterpaduan
dan keterkaitan antarkegiatan budidaya meliputi:
1. mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan budidaya beserta
prasarana pendukungnya secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong
pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya;
2. mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan
keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
3. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk
mendukung perwujudan ketahanan pangan;
4. mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk
meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi; dan
5. mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi
tinggi di wilayah laut kewenangan Provinsi NAD.
Strategi pengembangan kawasan budidaya berupa pengendalian perkembangan kegiatan
budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi:
1. membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun pada kawasan rawan bencana
untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
2. menerapkan pengembangan berbasis mitigasi bencana pada kawasan budidaya
terbangun dan kawasan lain di sekitarnya yang terletak pada kawasan rawan bencana;
3. mengembangkan kawasan perkotaan dengan bangunan bertingkat terutama untuk
kegiatan-kegiatan dengan fungsi komersial atau bernilai ekonomi tinggi guna
penghematan ruang dan memberikan ruang terbuka pada kawasan tersebut;
4. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen)
dari luas kawasan perkotaan;
5. membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk
mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta
mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya; dan
6. mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-
pulau kecil.
Strategi pengembangan kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan pelestarian dan
peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan
meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan
bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional dan daerah meliputi :
1. menetapkan kawasan strategis Provinsi NAD yang berfungsi lindung;
RTRW PROVINSI NAD V-7
5. meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan
ekonomi.
Strategi pengembangan kawasan strategis Provinsi NAD dari sudut kepentingan pelestarian
dan peningkatan sosial budaya bangsa meliputi:
1. meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya bangsa yang mencerminkan jati
diri yang berbudi luhur;
2. mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat;
3. melestarikan situs warisan budaya bangsa.
Strategi pengembangan kawasan strategis Provinsi NAD dari sudut kepentingan pemanfaatan
sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat meliputi:
1. mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan
sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
2. meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi
tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya; dan
3. mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.
Strategi pengembangan kawasan strategis Provinsi NAD dari sudut kepentingan peningkatan
fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara meliputi:
1. mendelineasikan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan
kemanan negara yang terletak di wilayah Provinsi NAD;
2. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
strategis untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan
3. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan strategis sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan
strategis dengan kawasan budidaya terbangun.
Sebaran lokasi pusat-pusat tersebut dalam ruang wilayah Provinsi NAD ditunjukkan pada
Gambar 5.2.1 (Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi NAD). Selanjutnya penjelasan bagi
masing-masing pusat tersebut adalah sebagai berikut ini.
TABEL V.2.1
PENETAPAN SISTEM PERKOTAAN / PUSAT PELAYANAN
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Klasifikasi
FUNGSI/HIERARKI PUSAT Keterangan Ukuran
Perkotaan
III. PKW 1. BANDA ACEH Kota Banda Aceh dan sekitarnya Besar
(Pusat Kegiatan Wilayah) di Kabupaten Aceh Besar
2. SABANG Kota Sabang Kecil
3. LANGSA Kota Langsa Sedang
4. TAKENGON Ibukota Kabupaten Aceh Tengah Kecil
5. MEULABOH Ibukota Kabupaten Aceh Barat Sedang
IV. PKL 1. JANTHO Ibukota Kabupaten Aceh Besar Kecil
(Pusat Kegiatan Lokal) 2. SIGLI Ibukota Kabupaten Pidie Sedang
3. MEUREUDU Ibukota Kabupaten Pidie Jaya Kecil
4. BIREUEN Ibukota Kabupaten Bireuen Sedang
5. LHOK SUKON Ibukota Kabupaten Aceh Utara Kecil
6. IDI RAYEUK Ibukota Kabupaten Aceh Timur Kecil
7. KA.SIMPANG - KR.BARU*) Pusat/Ibukota Kab. Aceh Tamiang Sedang
8. SIMPANG TIGA REDELONG Ibukota Kabupaten Bener Meriah Kecil
9. BLANGKEJEREN Ibukota Kabupaten Gayo Lues Kecil
10. KUTACANE Ibukota Kabupaten Aceh Tenggara Kecil
11. CALANG Ibukota Kabupaten Aceh Jaya Kecil
12. JEURAM Ibukota Kabupaten Nagan Raya Kecil
13. BLANGPIDIE Ibukota Kabupaten Aceh Barat Daya Kecil
14. TAPAKTUAN Ibukota Kabupaten Aceh Selatan Kecil
15. SUBULUSSALAM Kota Subulussalam Sedang
16. SINGKIL Ibukota Kabupaten Aceh Singkil Kecil
17. SINABANG Ibukota Kabupaten Simeulue Kecil
Sumber: Hasil Analisis
Catatan:
- PKN , PKSN , dan PKW ditetapkan dalam RTRWN .
- PKL ditetapkan dalam RTRW Provinsi NAD .
- Pusat-Pusat dengan hierarki di bawah PKL akan ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/Kota .
- Ukuran Perkotaan Besar: jumlah penduduk 500.000 - 1.000.000.
- Ukuran Perkotaan Sedang: jumlah penduduk 100.000 - 500.000.
- Ukuran Perkotaan Kecil: jumlah penduduk 50.000 - 100.000.
*) Kuala Simpang dan Karang Baru diprediksi akan menerus (contoguous) sebagai kawasan perkotaan baru.
RTRW PROVINSI NAD V - 10
2. PKW Sabang. PKW Sabang ini juga berfungsi sebagai PKSN Sabang seperti
dikemukakan di atas, yaitu kawasan perkotaan Kota Sabang. Klasifikasi ukuran
kawasan perkotaan PKW Sabang adalah kawasan perkotaan kecil.
3. PKW Langsa. Kawasan perkotaan yang membentuk PKW Langsa adalah Kota Langsa.
Klasifikasi ukuran kawasan perkotaan PKW Langsa adalah kawasan perkotaan sedang.
4. PKW Takengon. Kawasan perkotaan yang membentuk PKW Takengon adalah ibukota
Kabupaten Aceh Tengah. Klasifikasi kawasan perkotaan PKW Takengon adalah
kawasan perkotaan kecil.
5. PKW Meulaboh. Kawasan perkotaan yang membentuk PKW Meulaboh adalah ibukota
Kabupaten Aceh Barat. Kawasan perkotaan ini direkonstruksi sehubungan dengan
bencana gempa dan tsunami tahun 2004. Klasifikasi kawasan perkotaan PKW
Meulaboh adalah kawasan perkotaan sedang.
7. PKL Kuala Simpang - Karang Baru. Kawasan perkotaan Kuala Simpang merupakan
pusat kegiatan yang paling menonjol di Kabupaten Aceh Tamiang. Sementara ibukota
kabupaten terletak di Karang Baru yang bertetangga dengan Kuala Simpang. Untuk itu
akan diprediksi terjadinya kawasan perkotaan yang menerus (contiguous) antara
keduanya, sehingga membentuk kawasan perkotaan baru. Klasifikasi kawasan
perkotaan PKL Kuala Simpang - Karang Baru adalah kawasan perkotaan sedang.
8. PKL Simpang Tiga Redelong. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Simpang
Tiga Redelong adalah ibukota Kabupaten Bener Meriah, yang relatif merupakan
kawasan perkotaan baru dikembangkan sehubungan dengan pembentukan Kabupaten
Bener Meriah. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Simpang Tiga Redelong adalah
kawasan perkotaan kecil.
9. PKL Blangkejeren. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Blangkejeren adalah
ibukota Kabupaten Gayo Lues, yang relatif merupakan kawasan perkotaan baru
dikembangkan sehubungan dengan pembentukan Kabupaten Gayo Lues. Klasifikasi
kawasan perkotaan PKL Blangkejeren adalah kawasan perkotaan kecil.
10. PKL Kutacane. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Kutacane adalah ibukota
Kabupaten Aceh Tenggara. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Kutacane adalah
kawasan perkotaan kecil.
11. PKL Calang. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Calang adalah ibukota
Kabupaten Aceh Jaya, yang merupakan kawasan perkotaan baru dikembangkan
sehubungan dengan pembentukan Kabupaten Aceh Jaya, dan sekaligus direkonstruksi
akibat bencana gempa dan tsunami tahun 2004. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL
Calang adalah kawasan perkotan kecil.
12. PKL Jeuram. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Jeuram adalah ibukota
Kabupaten Nagan Raya, yang merupakan kawasan perkotaan yang relatif baru
dikembangkan sehubungan dengan pembentukan Kabupaten Nagan Raya. Klasifikasi
kawasan perkotaan PKL Jeuram adalah kawasan perkotaan kecil.
13. PKL Blangpidie. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Blangpidie adalah ibukota
Kabupaten Aceh Barat Daya, yang merupakan kawasan perkotaan yang relatif baru
dikembangkan sehubungan dengan pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya.
Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Blangpidie adalah kawasan perkotaan kecil.
14. PKL Tapaktuan. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Tapaktuan adalah ibukota
Kabupaten Aceh Selatan. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Tapaktuan adalah
kawasan perkotaan kecil.
15. PKL Subulussalam. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Subulussalam adalah
Kota Subulussalam, yang merupakan kawasan perkotaan yang baru dikembangkan
sehubungan dengan pembentukan Kota Subulussalam. Klasifikasi kawasan perkotaan
PKL Subulussalam adalah kawasan perkotaan sedang.
16. PKL Singkil. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Singkil adalah ibukota
Kabupaten Aeh Singkil. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Singkil adalah kawasan
perkotaan kecil.
17. PKL Sinabang. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Sinabang adalah ibukota
Kabupaten Simeulue. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Sinabang adalah kawasan
perkotaan kecil.
RTRW PROVINSI NAD V - 14
Dihubungkan dengan pola pelayanan dan jangkauan pusat-pusat kegiatan yang ditetapkan di
atas dapat ditetapkan wilayah pengembangan yang merupakan kesatuan bagian wilayah
Provinsi NAD untuk operasionalisasi rencana tata ruang. Berdasarkan Gambar 3.7.8 pada
pembahasan Bab III di depan dapat ditetapkan Wilayah Pengembangan (WP) di wilayah
Provinsi NAD seperti Tabel V.2.3 dan Gambar 5.2.2.
Penetapan WP (Wilayah Pengembangan) ini terutama berkaitan dengan penetapan Kawasan
Andalan Provinsi NAD (KAP-WP NAD) untuk penetapan kegiatan kawasan budidaya.
TABEL V.2.2
PENETAPAN FUNGSI PELAYANAN DALAM SISTEM PERKOTAAN
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
RTRW PROVINSI NAD
Sarana/Prasarana Pelayanan
FUNGSI/HIERARKI PUSAT
Pemerintahan Pendidikan Kesehatan Ekonomi Transp. Darat Transp. Laut Transp. Udara
I. PKN 1. LHOKSEUMAWE Kota Universitas RS Tipe B Ind., Market/Dist. Reg. JAP/JBH, Term.A, KA Pel.Nasional Bandara
(Pusat Kegiatan Nasional)
II. PKSN 1. SABANG Kota Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Ind., Market/Dist. Nas. JKP/Term.C Pel. Internas., Penyeb. Bandara
(Pusat Kegiatan Strategis Nasional)
III. PKW 1. BANDA ACEH Ibukota Prov./Kota Universitas RS Tipe A Ind., Market/Dist. Nas. JAP/JBH, Term.A, KA Pel. Nasional, Penyeb. Bandara Internas.
(Pusat Kegiatan Wilayah)
2. SABANG Kota Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Ind., Market/Dist. Nas. JKP/Term.C Pel. Internas., Penyeb. Bandara
3. LANGSA Kota Universitas RS Tipe B Ind., Market/Dist. Reg. JAP, Term.A, KA Pelab. Regional -
4. TAKENGON Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Ind., Market/Dist. Reg. JAP, Term.A - Bandara*)
5. MEULABOH Ibukota Kab. Universitas RS Tipe B Ind., Market/Dist. Reg. JAP, Term.A, KA Pelab.Nas., Penyeb. Bandara**)
IV. PKL 1. JANTHO Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP, Term.C - -
(Pusat Kegiatan Lokal) 2. SIGLI Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Ind.,Market/Dist. Reg JAP/JBH, Term.B - -
3. MEUREUDU Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/JBH, Term.C - -
4. BIREUEN Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Ind., Market/Dist. Reg. JAP/JBH, Term.B - -
5. LHOK SUKON Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/JBH, Term.C - -
6. IDI RAYEUK Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/JBH, Term.C - -
7. KA.SIMPANG - KR.BARU*) Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Ind., Market/Dist. Reg. JAP/JBH, Term.B - -
8. SIMPANG TIGA REDELONG Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JKP/Term.C - Bandara*)
9. BLANGKEJEREN Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/Term.C - -
10. KUTACANE Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/Term.C - Bandara
11. CALANG Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/Term.C, KA - -
12. JEURAM Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/Term.C, KA - Bandara**)
13. BLANGPIDIE Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/Term.C, KA Pelab. Reg./Penyeb. -
14. TAPAKTUAN Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/Term.C, KA Pelab. Lokal Bandara
15. SUBULUSSALAM Kota Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Ind.,Market/Dist. Reg JAP/Term.B, KA - -
16. SINGKIL Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JKP/Term.C Pelab. Reg./Penyeb. -
17. SINABANG Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JKP/Term.C Pelab. Reg./Penyeb. Bandara
Sumber: Hasil Analisis
Catatan:
*) Kuala Simpang dan Karang Baru merupakan kawasan perkotaan yang menerus (contiguous )
JAP = Jalan Arteri Primer
JBH = Jalan Bebas Hambatan
JKP = Jalan Kolektor Primer
V - 15
RTRW PROVINSI NAD V - 16
TABEL V.2.3
PENETAPAN WILAYAH PENGEMBANGAN (WP)
PROVINSI NAD
WP Kabupaten/Kota Luas WP
No. Pusat Kegiatan
(Wilayah Pengembangan) Yang Tercakup (Ha)
(Banda Aceh dan sekitar)
1. WP Banda Aceh Raya PKW Banda Aceh Kota Banda Aceh 286.600,00
PKW/PKSN Sabang Kota Sabang
PKL Jantho Kab. Aceh Besar
(Pesisir Timur)
2. WP Timur 1 PKW Langsa Kota Langsa 824.294,02
PKL Ka.Simp.-Kr.Baru Kab. Aceh Tamiang
PKL Idi Reyeuk Kab. Aceh Timur
3. WP Timur 2 PKN Lhokseumawe Kota Lhokseumawe 537.899,98
PKL Lhok Sukon Kab. Aceh Utara
PKL Bireuen Kab. Bireuen
4. WP Timur 3 PKL Sigli Kab. Pidie 416.100,00
PKL Meureudu Kab. Pidie Jaya
(Pegunungan Tengah)
5. WP Tengah 1 PKW Takengon Kab. Aceh Tengah 577.319,99
PKL Sp.Tiga Redelong Kab. Bener Meriah
6. WP Tengah 2 PKL Kutacane Kab. Aceh Tenggara 995.121,11
PKL Blangkejeren Kab. Gayo Lues
(Pesisir Barat)
7. WP Barat 1 PKW Meulaboh Kab. Aceh Barat 1.003.213,25
PKL Calang Kab. Aceh Jaya
PKL Jeuram Kab. Nagan Raya
8. WP Barat 2 PKL Tapaktuan Kab. Aceh Selatan 533.109,93
PKL Blangpidie Kab. Aceh Barat Daya
9. WP Barat 3 PKL Subulussalam Kota Subulussalam 357.699,40
PKL Singkil Kab. Aceh Singkil
10. WP Barat 4 (P.Simeulue) PKL Sinabang Kab. Simeulue 205.198,95
Sumber: Gambar 3.7.8, Bab III.
RTRW PROVINSI NAD V - 17
II. Jalan Kolektor Primer (JKP) 1. Bireuen - Takengon 96,74 Penghubung Bireuen - Takengon
2. Sp. Peut - Jeuram - Genting Gerbang 113,46 Penghubung Meulaboh - Takengon
3. Singkil - Lipat Kajang 34,90 Penghubung Singkil - Subulussalam
4. Peureulak - Lokop - Blangkejeren 170,00 Penghubung Blangkejeren - Langsa
5. Beureunuen - Keumala 20,75 Penghubung Meulaboh - Sigli
6. Meulaboh - Tutut - Geumpang 108,61 Penghubung Meulaboh - Sigli
7. Jantho - Lamno 60,00 Penghubung Jantho - Calang
8. Takengon - Bintang - Kebayakan 47,49 Keliling Danau Laut Tawar
9. Krueng Geukueh - Sp. Kebayakan 90,00 Pengh. Lhokseumawe - Sp.T.Redelong
10. Gelombang - Sp. Lawe Deski ? Penghubung Subulussalam - Kutacane
11. Keliling Pulau Weh Sabang 30,05 Jalan Keliling Pulau Weh
12. Sinabang - Lasikin 12,00 Jalan ke Bandara Lasikin
III. Jalan Lokal Primer (JLP) 1. Blang Bintang - Krueng Raya 19,84 Bandara - Pelabuhan
2. Kr. Raya - Laweung - Tibang 73,00
3. Ulee Lheue - Sp. Rima 4,54
4. Banda Aceh (Sp.Tiga) - Mata Ie 5,20
5. Jantho - Alue Glong 7,00
6. Sp.Teritit - Samarkilang - Peunaron 64,30
7. Geudong - Makam Malikussaleh - Mancang 8,97
8. Lhok Sukon - Cot Girek 14,00
9. Bintang - Simpang Kraft 32,00
10. Isaq - Jagongjeget - Glelungi 57,00
11. Blangkejeren - Babah Rot 119,00
12. Kula Tuha - Lamie 43,31
13. G.Kapur - Trumon - P.Raya 17,31
14. Subulussalam - Rundeng - Kr. Luas 31,12
15. Sinabang - Sibigo 122,50 Bagian jalan keliling Simeulue
16. Lasikin - Inor - Nasreheu 60,56 Bagian jalan keliling Simeulue
Sumber: Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi NAD
RTRW PROVINSI NAD V - 19
Selanjutnya penjelasan atau uraian terhadap sistem jaringan jalan tersebut dapat dikemukakan
sebagai berikut ini.
I. Jalan Arteri Primer (JAP)
Jalan Arteri Primer di wilayah Provinsi NAD dapat dibedakan atas 5 kelompok:
1. Jalan Bebas Hambatan (Highway), yang merupakan Jalan Arteri Primer khusus, yang
dewasa ini masih dalam tahap perencanaan teknis (perancangan). Jalan bebas
hambatan ini selaras dengan penetapan dalam Rencana Struktur Ruang Wilayah
Nasional pada RTRWN, yaitu menghubungkan Banda Aceh sampai Medan di Provinsi
Sumatera Utara. Jalan bebas hambatan tersebut merupakan ”komplementer” terhadap
Jalan Lintas Timur yang ada sekarang. Sehubungan dengan karakternya sebagai Jalan
Bebas Hambatan, maka dikembangkan ”interchange” untuk menghubungkannya
dengan pusat-pusat penting lainnya di Provinsi NAD. Dengan demikian jaringan jalan
bebas hambatan ini akan menghubungkan: PKW Banda Aceh – PKN Lhokseumawe –
PKW Langsa – dan PKN Medan.
2. Jalan Lintas Timur, yaitu bagian dari Jalan Lintas Timur Pulau Sumatera, yang
menghubungkan Banda Aceh – Medan – dan seterusnya sampai ke Provinsi Lampung
di ujung selatan Pulau Sumatera. Jalan Lintas Timur ini merupakan sumbu wilayah yang
paling tinggi intensitas/volume lalu-lintas pergerakannya, yang menghubungkan PKW
Banda Aceh – Seulimum – PKL Sigli – PKL Meureudu – PKL Bireuen – PKN
Lhokseumawe – PKL Lhok Sukon – PKL Idi Rayeuk – PKW Langsa – PKL Kuala
Simpang/Karang Baru – dan terus ke arah Provinsi Sumatera Utara.
3. Jalan Lintas Barat, yaitu bagian dari Jalan Lintas Barat Pulau Sumatera, yang
menghubungkan Banda Aceh – Sibolga – dan seterusnya sampai ke Provinsi Lampung.
Pusat-pusat di Provinsi NAD yang dilalui Jalan Lintas Barat ini adalah PKW Banda Aceh
– Lamno – PKL Calang – PKW Meulaboh – PKL Blangpidie – PKL Tapaktuan – PKL
Subulussalam – dan terus ke arah Sibolga di Peovinsi Sumatera Utara. Sehubungan
dengan bencana gempa dan tsunami akhir 2004 lalu, sebagian ruas Jalan Lintas Barat
ini masih direkonstruksi.
4. Jalan Lintas Tengah, yaitu bagian dari Jalan Lintas Tengah Pulau Sumatera. Di
wilayah Provinsi NAD, Jalan Lintas Tengah ini menghubungkan Seulimum (di Jalan
Lintas Timur) – PKL Jantho – Keumala – Tangse – Geumpang – Pameu – PKW
Takengon – PKL Blangkejeren – PKL Kutacane – dan terus ke Kota Buluh di Provinsi
Sumatera Utara. Jalan Arteri Primer Lintas Tengah, dewasa ini belum efektif
memberikan pelayanan bagi pergerakan, sebagian ruas masih perlu dikembangkan dan
ditingkatkan.
5. Jalan Arteri Primer Lainnya, yaitu ruas-rusa jalan:
a. Banda Aceh – Krueng Raya, yang berfungsi menghubungkan Banda Aceh
dengan Pelabuhan Malahayati di Krueng Raya, yang akan mendukung PKW
Banda Aceh.
b. Banda Aceh – Ulee Lheue, yang berfungsi menghubungkan pusat Banda Aceh
dengan Pelabuhan Penyeberangan di Ulee Lheue, yang akan mendukung PKW
Banda Aceh.
c. Lambaro – Blang Bintang, yang berfungsi menghubungkan Banda Aceh
dengan Bandar Udara Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang, yang akan
mendukung PKW Banda Aceh.
RTRW PROVINSI NAD V - 20
d. Ulee Kareng – Blang Bintang, yang merupakan jalan alternatif yang berfungsi
menghubungkan Banda Aceh dengan Bandar Udara Sultan Iskandar Muda di
Blang Bintang, yang akan mendukung PKW Banda Aceh.
e. Simpang Krueng Geukueh – Pelabuhan Krueng Geukueh, yang berfungsi
menghubungkan Lhokseumawe ke Pelabuhan Laut Krueng Geukueh, yang akan
mendukung PKN Lhokseumawe.
f. Langsa – Kuala Langsa, yang berfungsi menghubungkan Langsa dengan
Pelabuhan Laut Kuala Langsa, yang akan mendukung PKW Langsa.
Semua Jalan Arteri Primer yang dijelaskan di atas mempunyai status sebagai jalan
nasional, kecuali ruas Ulee Kareng – Balang Bintang yang merupakan jalan provinsi.
12. Sinabang – Lasikin, yang berfungsi menghubungkan PKL Sinabang dengan Bandara
Lasikin.
Semua Jalan Kolektor Primer tersebut di atas berstatus sebagai Jalan Provinsi.
TABEL V.2.6
RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT
PROVINSI NAD
Pelabuhan & Fungsi (RTRWP) Hierarki (UU 17/2008) Keterangan
I. Pelabuhan Internasional
1. Sabang Pelabuhan Utama Pengembangan
II. Pelabuhan Nasional
1. Lhokseumawe Pelabuhan Utama Pemantapan
2. Meulaboh Pelabuhan Pengumpul Pengembangan
III. Pelabuhan Antar-Wilayah
1. Malahayati Pelabuhan Pengumpul Pemantapan
2. Kuala Langsa Pelabuhan Pengumpan Pemantapan
IV. Pelabuhan Lokal
1. Sinabang Pelabuhan Pengumpan Pemantapan
2. Susoh Pelabuhan Pengumpan Pemantapan
3. Singkil (Pulau Sarok) Pelabuhan Pengumpan Pemantapan
4. Calang Pelabuhan Pengumpan Pemantapan
5. Idi Pelabuhan Pengumpan Pemantapan
6. Ulee Lheue (Pantai Cermin) Pelabuhan Pengumpan Pemantapan
Sumber: Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi NAD.
RTRW PROVINSI NAD V - 24
Pada Tabel V.2.7 dikemukakan rencana pengembangan bandar udara dalam wilayah Provinsi
NAD.
TABEL V.2.7
RENCANA PENGEMBANGAN BANDAR UDARA
PROVINSI NAD
A. Bandara Umum
1. Sultan Iskandar Muda *) PKW Banda Aceh Internasional Pengumpul
2. Malikussaleh PKN Lhokseumawe Domestik Pengumpan
3. Cut Nyak Dhien PKW Meulaboh Domestik Pengumpan
4. Maimun Saleh PKW/PKSN Sabang Domestik Pengumpan
5. Rembele PKW Takengon Domestik Pengumpan
6. Lasikin PKL Sinabang Domestik Pengumpan
7. Teuku Cut Ali PKL Tapaktuan Domestik Pengumpan
8. Kuala Batu PKL Blangpidie Domestik Pengumpan
9. Alas Leuser PKL Kutacane Domestik Pengumpan
10. Hamzah Fansyuri PKL Singkil Domestik Pengumpan
B. Bandara Khusus
1. Point A PKL Lhok Sukon Domestik Pengumpan
Sumber: Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi NAD.
Catatan:
*) Bandara Siltan Iskandar Muda ditetapkan sebagai Pusat Penyebaran Tersier dalam RTRWN.
Selanjutnya terhadap masing-masing bandar udara dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
1. Bandara Sultan Iskandar Muda, mendukung PKW Banda Aceh, yang akan melayani
penerbangan internasional, dan merupakan bandara pengumpul dari beberapa bandara
lainnya di Provinsi NAD dan provinsi lainnya. Pengembangan bandara ini sejalan
dengan rencana mengembangkan core region “Banda Aceh-Sabang” sebagai pintu
gerbang Indonesia di bagian barat. Secara khusus bandara Sultan Iskandar Muda ini
merupakan bandara embarkasi haji Indonesia yang terletak paling barat dan paling
dekat ke arah Jedah dan Madinah di Kerajaan Arab Saudi. Selain itu Bandara Sultan
Iskandar Muda ini juga berperan sebagai Pangkalan Udara.
2. Bandara Malikussaleh, mendukung PKN Lhokseumawe, yang akan melayani
penerbangan domestik, dan merupakan bandara pengumpan.
3. Bandara Cut Nyak Dhien, mendukung PKW Meulaboh, yang akan melayani
penerbangan domestik, dan merupakan bandara pengumpan.
4. Bandara Maimun Saleh, mendukung PKW dan PKSN Sabang, yang akan melayani
penerbangan domestik, dan merupakan bandara pengumpan. Bandara Maimun Saleh
jiga berperan sebagai Pangkalan Udara, yang terutama terkait dengan penetapannya
sebagai PKSN.
5. Bandara Rembele, mendukung PKW Takengon, yang akan melayani penerbangan
domestik, dan merupakan bandara pengumpan.
6. Bandara Lasikin, mendukung PKL Sinabang, yang akan melayani penerbangan
domestik, dan merupakan bandara pengumpan. Bandara Lasikin ini mempunyai arti
RTRW PROVINSI NAD V - 26
penting dalam konteks keterkaitan antar bagian wilayah di Provinsi NAD (bersama-sama
dengan pelabuhan penyeberangan) sehubungan dengan terpisahnya daratan Pulau
Simeulue dengan daratan utama (mainland) Pulau Sumatera.
7. Bandara Teuku Cut Ali, mendukung PKL Tapaktuan, yang akan melayani
penerbangan domestik, dan merupakan bandara pengumpan.
8. Bandara Kuala Batu, mendukung PKL Blangpidie, yang akan melayani penerbangan
domestik, dan merupakan bandara pengumpan.
9. Bandara Alas Leuser, mendukung PKL Kutacane, yang akan melayani penerbangan
domestik, dan merupakan bandara pengumpan.
10. Bandara Hamzah Fansyuri, mendukung PKL Singkil, yang akan melayani
penerbangan domestik, dan merupakan bandara pengumpan.
11. Bandara “Point A”, yang merupakan bandara khusus untuk perusahaan penambangan
migas, yang berdekatan dengan PKL Lhok Sukon, yang akan melayani kepentingan
perusahaan yang bersangkutan, dengan pelayanan domestik dan merupakan bandara
pengumpan.
Sementara pengembangan Gardu Induk, yang meliputi peningkatan dari kapasistas yang ada
dewasa ini (Up Rating) dan GI Baru, yaitu:
(Up Rating):
- Tualang Cut, 30 MVA,
- Alue Dua, 30 MVA,
- Alue Batee, 30 MVA,
- Bireuen, 30 MVA,
- Takengon, 20 MVA,
- Sigli, 30 MVA,
- Lhokseumawe, 30 MVA,
- Banda Aceh, 30 MVA.
(GI Baru):
- Blangpidie, 20MVA,
- Tapaktuan, 20 MVA,
- Takengon, 20 MVA,
- Meulaboh, 40 MVA,
- Kutacane, 20 MVA,
- Subulussalam, 20 MVA,
- Jantho, 20 MVA,
- Panton Labu, 30 MVA.
TABEL V.2.8
WILAYAH SUNGAI (WS) DI PROVINSI NAD
WILAYAH SUNGAI (WS) Pengembangan Sumber Daya Air
LINGKUP WS
DI PROVINSI NAD Konservasi Pendayagunaan Peng.Daya Rusak
TABEL V.3.1
JENIS DAN KRITERIA KAWASAN LINDUNG
DAN PENETAPAN DALAM RTRW PEOVINSI NAD
Penetapan RTRWP NAD
No. Jenis Kawasan Lindung Kriteria
Kriteria Delineasi
7. Taman Hutan Raya (Tahura) a. Berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuh- Ada Ada
an dan satwa yang beragam;
b. memiliki arsitektur bentang alam yang baik;
c. memiliki akses yang abik untuk keperluan pariwisata;
d. merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun
buatan, baik pada kawasan yang ekosistemnya masih
utuh maupun kawasan yang sudah berubah;
e. memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam; dan
f. memiliki luas yang memungkinkan untuk pengembangan
koleksi tumbuhan dan/atau satwa jenis asli dan/atau
bukan asli.
8. Taman Wisata Alam dan Taman a. Memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa, dan Ada Ada
Wisata Alam Laut ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologi
yang indah, unik, dan langka;
b. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;
c. memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya untuk di-
manfaatkan bagi kegiatan wisata alam; dan
d. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pe-
ngembangan kegiatan wisata alam.
9. Kawasan Cagar Budaya dan Hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaat- Ada Belum Ada
Ilmu Pengetahuan kan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Ramsar a. Berupa lahan basah baik yang bersifat alami atau men- Ada Belum Ada
dekati alami yang mewakili langka atau unit yang sesuai
dengan biogeografisnya;
b. mendukung spesies rentan, langka, hampir langka, atau
ekologi komunitas yang terancam;
c. mendukung keanekaragaman populasi satwa dan/atau
flora di wilayah biogeografisnya; atau
d. merupakan tempat perlindungan bagi satwa dan/atau
flora saat melewati masa kritis dalam hidupnya.
3. Taman Buru a. Memiliki luas yang cukup dan tidak membahayakan un- Ada Ada
tuk kegiatan berburu; dan
b. terdapat satwa buru yang dikembangbiakkan yang me-
mungkinkan perburuan secara teratur dan berkesinam-
bungan dengan mengutamakan segi aspek rekreasi,
olahraga, dan kelestarian satwa.
4. Kaw.Perlindungan Plasma Nutfah a. Memiliki jenis plasma nutfah tertentu yang memungkin- Ada Ada
kan kelangsungan proses pertumbuhannya; dan
b. memiliki luas tertentu yang memungkinkan kelangsung-
an proses pertumbuhan jenis plasma nutfah.
5. Kaw. Pengungsian Satwa a. Merupakan tempat kehidupan satwa yang sejak semula Ada Ada
menghuni areal tersebut; (PLG/PKG)
b. merupakan tempat kehisupan baru bagi satwa; dan
c. memiliki luas tertentu yang memungkinkan berlangsung-
nya proses hidup dan kehidupan serta berkembangbi-
aknya satwa.
6. Terumbu Karang a. Berupa kawasan yang terbentuk dari koloni masif dari Ada Belum Ada
hewab kecil yang secara bertahap membentuk terumbu
karang;
b. terdapat di sepanjang pantai dengan kedalaman paling
dalam 40 (empat puluh) meter; dan
c. dipisahkan oleh laguna dengan kedalaman antara 40
(empat puluh) meter sampai dengan 75 (tujuh puluh li-
ma) meter.
7. Kaw. Koridor Bagi Jenis Satwa a. Berupa kawasan yang memiliki ekosistem unik, biota en- Ada Belum Ada
atau Biota Laut yang Dilindungi demik, atau proses-proses penunjang kehidupan; dan
b. mendukung alur migrasi biota laut.
Bila dihubungkan antara penetapan kawasan lindung nasional dalam RTRWN yang terletak di
wilayah Provinsi NAD dan usulan/arahan fungsi hutan konservasi di atas, maka secara
keseluruhan diperoleh penetapan kawasan lindung berupa kawasan suaka alam dan
pelestarian alam (hutan konservasi) di wilayah Provinsi NAD seperti yang dikemukakan dalam
Tabel V.3.3.
TABEL V.3.3
PENETAPAN KAWASAN LINDUNG BERUPA KAWASAN SUAKA ALAM DAN PELESTARIAN ALAM
(KAWASAN KONSERVASI) DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Penetapan Penetapan
Jenis Kawasan Lindung Luas (Ha)
Kawasan Lindung Nasional Kawasan Lindung Provinsi NAD
1. Suaka Margasatwa (SM) 1. SM Rawa Singkil 1. SM Rawa Singkil 102.370
2. Cagar Alam (CA) 1. CA Hutan Pinus Jantho 1. CA Hutan Pinus Jantho 16.640
2. CA Serbajadi 300
3. Taman Nasional (TN) 1. TN Gunung Leuser 1. TN Gunung Leuser 623.987
4. Taman Hutan Raya (Tahura) 1. Tahura Cut Nyak Dhien (Pocut 1. Tahura Cut Nyak Dhien (Pocut 6.300
Muerah Intan) Muerah Intan)
2. Tahura Tepah Selatan Simeulue 500
5. Taman Wisata Alam (TWA) *) 1. TWA Iboih Pulau Weh Sabang 1.300
(di daratan) 2. TWA Pulau Banyak 15.000
3. TWA Anak Laut Singkil 1.200
4. TWA Makam Teuku Umar A.Barat 300
5. TWA Kuta Malaka Aceh Besar 2.000
6. Taman Wisata Alam Laut 1. TWAL Pulau Weh 1. TWAL Pulau Weh 2.600
(TWAL) (di perairan laut) 2. TWAL Kepulauan Banyak 2. TWAL Kepulauan Banyak 212.500
3. TWAL Perairan Pulau Pinang, 3. TWAL Perairan Pulau Pinang, ?
Siumat dan Simanaha (Pisisi) Siumat dan Simanaha (Pisisi)
4. TWAL Anak Laut Singkil 1.000
7. Taman Buru (TB) 1. TB Lingga Isaq 1. TB Lingga Isaq 86.704
8. Kaw. Perlindungan Plasma - 1. KPPN Leupung Aceh Besar 1.300
Nutfah (KPPN) 2. KPPN Kapur Subulussalam 1.800
9. Kawasan Pengungsian - 1. Pusat Latihan Gajah Lhok Asan 112
Satwa 2. Kaw. Konservasi Gajah Cot Girek 800
Sumber: RTRWN, dan Analisis RTRW Provinsi NAD.
Selanjutnya sesuai dengan lingkup penetapan kawasan lindung yang memiliki nilai strategis
Provinsi NAD di depan, maka rencana penetapan kawasan lindung Provinsi NAD pada tingkat
RTRW Provinsi NAD ini adalah seperti Tabel V.3.4. Penetapan Kawasan Lindung Provinsi NAD
digambarkan pada Gambar 5.3.1 yang memuat Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi NAD.
Total luas kawasan lindung yang ditetapkan pada tingkat RTRW Provinsi NAD, yaitu total luas
hutan berfungsi lindung (hutan lindung dan hutan konservasi) di darat adalah 2.698.713,00 Ha
atau sebesar 47,04 % dari luas wilayah Provinsi NAD. Sementara luas kawasan lindung di laut
adalah 216.100 Ha, yang terutama berupa Taman Wisata Alam Laut (TWAL).
TABEL V.3.4
PENETAPAN KAWASAN LINDUNG PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Luas Wil. Kawasan Lindung Total Hutan
KAB./KOTA Kaw.Lindung
(Ha) CA SM TN TWA-D PLG/PKG TWA-L THR TB KPNtfah HL
RTRW PROVINSI NAD
PROV. NAD 5.736.556,63 16.940,00 102.370,00 623.987,00 19.800,00 912,00 216.100,00 6.800,00 86.704,00 3.100,00 1.838.100,00 2.698.713,00
Keterangan :
KAWASAN LINDUNG : Total Kaw. Lindung (Darat) = 2.698.713,00 Ha
Kawasan Suaka Alam : Total Kaw. Lindung (Laut) = 216.100,00 Ha
CA = Cagar Alam
SM = Suaka Margasatwa
Kawasan Pelestarian Alam :
TN = Taman Nasional (Gunung Leuser) / TNGL
TWA-D = Taman Wisata Alam (Daratan)
TWA-L = Taman Wisata Alam (Laut - Perairan)
THR = Taman Hutan Raya
TB = Taman Buru
KPN = Kebun Plasma Nutfah
PLG/PKG = Pusat Latihan Gajah/Pusat Konservasi Gajah
V - 37
RTRW PROVINSI NAD V - 38
Luas Wil. Total Hutan Kawasan Budidaya Hutan Total Total Hutan
KAB./KOTA Kaw.Lindung HPT+HP (KL + KB)
PLBLestari KB Lain
(Ha) HPT HP
PROV. NAD 5.736.556,63 2.698.713,00 37.300,00 601.280,00 638.580,00 3.337.293,00 126.020,00 2.273.243,63
47,04 58,18 2,20 39,63
Keterangan :
KAWASAN BUDIDAYA Strategis Provinsi NAD:
HPT = Hutan Produksi Terbatas
HP = Hutan Produksi Tetap
PLBLestari = Pertanian Lahan Basah Lestari
Secara khusus, sehubungan dengan spirit Aceh Hijau, fungsi hutan secara keseluruhan
menjadi penting, yang akan meliputi hutan kawasan lindung dan hutan kawasan buddidaya. Bila
luas hutan kawasan lindung (sebesar 2.698.713,00 Ha) ditambah dengan luas kawasan hutan
produksi (638.580,00 Ha), maka luas total hutan di Provinsi NAD adalah 3.337.293,00 Ha,
atau sebesar 58,18 % dari luas wilayah Provinsi NAD.
Kawasan budidaya lainnya akan diindikasikan dalam penetapan kegiatan budidaya unggulan
menurut Kawasan Andalan Provinsi (KAP) yang ditetapkan sesuai dengan Wilayah
Pengembangan (WP) yang telah ditetapkan di depan, atau disingkat KAP-WP.
TABEL V.3.6
PENETAPAN KEGIATAN BUDIDAYA UNGGULAN
KAWASAN ANDALAN DARAT PROVINSI NAD
Kawasan Andalan Prov. Kabupaten/Kota Luas KAP-WP Luas Kaw. Luas Kaw. Kegiatan Budidaya
No.
WP Yang Tercakup (Ha) Lindung (Ha) Budidaya (Ha) Unggulan
1. Kawasan Andalan Provinsi - Kota Banda Aceh 286.600,00 99.409,50 187.190,50 - Pertanian
WP Banda Aceh Raya Kota Sabang - Pariwisata
Kab. Aceh Besar - Industri
- Perikanan
2. Kawasan Andalan Provinsi - Kota Langsa 824.294,02 223.154,21 601.139,81 - Perkebunan
WP Timur 1 Kab. Aceh Tamiang - Pertanian
Kab. Aceh Timur - Industri
- Perikanan
- Pertambangan
3. Kawasan Andalan Provinsi - Kota Lhokseumawe 537.899,98 39.785,98 498.114,00 - Pertanian
WP Timur 2 Kab. Aceh Utara - Perkebunan
Kab. Bireuen - Industri
- Perikanan
- Pertambangan
4. Kawasan Andalan Provinsi - Kab. Pidie 416.100,00 233.320,60 182.779,40 - Pertanian
WP Timur 3 Kab. Pidie Jaya - Perkebunan
- Industri
- Perikanan
5. Kawasan Andalan Provinsi - Kab. Aceh Tengah 577.319,99 296.004,93 281.315,06 - Perkebunan
WP Tengah 1 Kab. Bener Meriah - Pariwisata
- Perikanan
6. Kawasan Andalan Provinsi - Kab. Aceh Tenggara 995.121,11 805.221,31 189.899,80 - Perkebunan
WP Tengah 2 Kab. Gayo Lues - Pariwisata
- Pertanian
7. Kawasan Andalan Provinsi - Kab. Aceh Barat 1.003.213,25 443.676,25 559.537,00 - Perkebunan
WP Barat 1 Kab. Aceh Jaya - Pertanian
Kab. Nagan Raya - Perikanan
- Pariwisata
- Pertambangan
8. Kawasan Andalan Provinsi - Kab. Aceh Selatan 533.109,93 427.257,97 105.851,96 - Perkebunan
WP Barat 2 Kab. Aceh Barat Daya - Pertanian
- Perikanan
- Pariwisata
9. Kawasan Andalan Provinsi - Kota Subulussalam 357.699,40 68.103,40 289.596,00 - Perkebunan
WP Barat 3 Kab. Aceh Singkil - Perikanan
- Pariwisata
10. Kawasan Andalan Provinsi - Kab. Simeulue 205.198,95 62.778,85 142.420,10 - Perkebunan
WP Barat 4 (P.Simeulue) - Perikanan
- Pariwisata
Sumber: Rencana Penetapan Kawasan Budidaya Provinsi NAD.
RTRW PROVINSI NAD V - 41
Selain penetapan Kawasan Andalan Provinsi NAD di darat, terdapat pula Kawasan Andalan
Laut Provinsi NAD, yang meliputi:
1. Kawasan Andalan Laut Provinsi NAD di Selat Malaka, yang berhadapan dengan pesisir
timur wilayah Provinsi NAD;
2. Kawasan Andalan Laut Provinsi NAD di Laut Andaman, yang berhadapan dengan
Banda Aceh – Sabang;
3. Kawasan Andalan Laut Provinsi NAD di Samudera Hindia, yang berhadapan dengan
pesisir barat wilayah Provinsi NAD.
Kegiatan unggulan pada masing-masing Kawasan Andalan Laut Provinsi NAD tersebut
dikemukakan pada Tabel V.3.7.
TABEL V.3.7
KAWASAN ANDALAN LAUT PROVINSI NAD
Kawasan Andalan Laut Kegiatan
No.
Provinsi NAD (KALP) Unggulan
1. KALP Selat Malaka - Perikanan Laut
- Pertambangan
- Pariwisata
2. KALP Laut Andaman - Perikanan Laut
- Pariwisata
3. KALP Samudera Hindia - Perikanan Laut
- Pariwisata
- Pertambangan
Sumber: Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi NAD.
Penggambaran di atas peta rencana khusus untuk masing-masing Kawasan Andalan Provinsi
NAD – Wilayah Pengembangan (KAP-WP) dan Kawasan Andalan Laut Provinsi NAD (KALP)
dapat dilihat pada Gambar 5.3.2.
RTRW PROVINSI NAD V - 42
Sudut Kepentingan Kawasan Strategis Kawasan Strategis Nasional Kawasan Strategis Provinsi NAD
Untuk Kawasan Strategis Nasional yang terletak di Provinsi NAD, RTRW Provinsi NAD
berperan mendukung. Oleh karena itu Kawasan Strategis Nasional tersebut tetap dimasukkan
dalam penetapan Kawasan Strategis Provinsi NAD. Dalam berperan mendukung tersebut,
maka secara umum dideskripsikan Kawasan Strategis Nasional tersebut.
1. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau kecil terluar (Pulau Rondo dan Berhala)
dengan negara India/Thailand/Malaysia. Sudut kepentingan dari kawasan strategis nasional
ini adalah pertahanan keamanan. Pulau Kecil terluar tersebut yang terletak di wilayah
Provinsi NAD adalah Pulau Rondo, pada ujung utara berhadapan dengan Kepulauan
Nicobar yang merupakan bagian Negara India.
2. Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar. Sudut kepentingan dari
kawasan strategis nasional ini adalah pertahanan keamanan. Pulau Kecil terluar yang
terletak di wilayah Provinsi NAD adalah P. Benggala, P. Rusa, P. Raya, P.Salaut Besar, dan
Pulau Simeulue Cut.
3. Kawasan Industri Lhokseumawe. Sudut kepentingan dari kawasan strategis nasional ini
adalah pertumbuhan ekonomi. Kawasan Industri Lhokseumawe, secara fungsional dan
spatial (keruangan) sebagian terbesar terletak di sekitar Kota Lhokseumawe, yaitu di
Kecamatan Dewantara dan Kecamatan Muara Batu yang termasuk Kabupaten Aceh Utara.
4. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang. Sudut kepentingan dari
kawasan strategis nasional ini adalah pertumbuhan ekonomi. Bila dihubungkan dengan
kondisi yang ada dewasa ini, maka pengembangan kawasan perdagangan bebas dan
pelabuhan bebas Sabang ini akan memerlukan investasi yang sangat berarti (signifikan),
baik investasi publik (pemerintah) maupun investasi privat (swasta).
5. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Banda Aceh Darussalam. Sudut
kepentingan dari kawasan strategis nasional ini juga adalah pertumbuhan ekonomi.
Kawasan ini akan mencakup wilayah Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar (termasuk
pulau-pulau di Kepulauan Aceh), dan Kabupaten Pidie. Pengembangan KAPET Banda
Aceh Darussalam serta Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang bila
bersinergi akan memberikan peluang munculnya “pusat pertumbuhan” (growth center) di
ujung utara Pulau Sumatera, yang akan menjadi “pintu gerbang” ekonomi Indonesia bagian
barat berhadapan dengan ekonomi ASEAN dan Global.
6. Kawasan Ekosistem Leuser. Sudut kepentingan dari kawasan strategis nasional ini adalah
fungsi dan daya dukung lingkungan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
No.190/Kpts-II/2001, tanggal 29 Juni 2001, luas Kawasan Ekosistem Leuser ini adalah
2.255.577 Ha, yang melingkungi Taman Nasional Gunung Leuser. Kawasan Ekosistem
Leuser ini melingkupi areal yang terkena dengan 13 kabupaten/kota di Provinsi NAD, yaitu:
Kab. Aceh Tenggara, Kab. Gayo Lues, Kab. Aceh Tengah, Kab. Bener Meriah, Kab. Aceh
Singkil, Kota Subulussalam, Kab. Aceh Selatan, Kab. Aceh Barat Daya, Kab. Nagan Raya,
Kab. Aceh Barat, Kab. Aceh Tamiang, Kab. Aceh Timur, dan Kab. Aceh Utara. Dalam
Kawasan Ekosistem Leuser ini tercakup sejak dari pegunungan tengah sampai dengan
pesisir barat yang merupakan rawa (Rawa Singkil/Trumon dan Rawa Tripa).
Kawasan Strategis Provinsi NAD yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi NAD ini meliputi:
1. Kawasan pengembangan berbasis sumber daya alam (termasuk kelautan) di pesisir barat
wilayah Provinsi NAD. Sudut kepentingan pengembangan kawasan strategis Provinsi NAD
ini adalah pertumbuhan ekonomi. Bagian wilayah pesisir barat ini relatif tertinggal jika
dibandingkan dengan bagian wilayah pesisir timur dan Banda Aceh dan sekitarnya. Dengan
demikian penetapan sebagai kawasan strategis Provinsi NAD adalah dalam upaya
RTRW PROVINSI NAD V - 46
TWA/TWAL Kepulauan Banyak ini selain sudut kepentingan utama lingkungan, juga
merupakan objek wisata baik daratan maupun bahari.
9. Kawasan DAS Peusangan. Sudut kepentingan kawasan strategis Provinsi NAD ini adalah
fungsi dan daya dukung lingkungan. Pengembangan DAS Peusangan ini sangat strategis
dari sudut pengelolaan sumber daya air (konservasi, pemanfaatan, dan pengendalian daya
rusak air). Pengembangan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), sumber air baku untuk
keperluan air bersih, dan sumber air untuk irigasi/pengairan merupakan manfaat langsung
yang dapat diperoleh dari pengembangan DAS Peusangan ini. DAS Peusangan terletak
atau berkenaan dengan wilayah Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bireuen, Kabupaten
Pidie; namun kemanfaatan dari pengelolaannya selain ketiga kabupaten tersebut juga akan
mencapai Kabupaten Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, dan Kabupaten Pidie Jaya.
10. Kawasan Das Lawe Alas/Singkil. Sudut kepentingan dari kawasan strategis Provinsi NAD
ini adalah fungsi dan daya dukung lingkungan. DAS Lawe Alas/Singkil ini mencakup lintas
provinsi yaitu Provinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara. Di Provinsi NAD DAS Lawe
Alas/Singkil ini terkena dengan wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten GayoLues,
Kota Subulussalam, dan Kabupaten Aceh Singkil. Pengembangan DAS Lawe Alas/Singkil
ini juga adalah pengelolaan sumber daya air, yang meliputi konservasi, pemanfaatan, dan
pengendalian daya rusak air. Pengembangan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air),
sumber air baku untuk keperluan air bersih, dan sumber air untuk irigasi/pengairan
merupakan manfaat langsung yang dapat diperoleh dari pengembangan DAS Lawe
Alas/Singkil ini.
RTRW PROVINSI NAD V - 48
Tabel V.6.1