Anda di halaman 1dari 49

RTRW PROVINSI NAD V-1

BAB V
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

5.1 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi NAD
5.1.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Provinsi NAD
Dengan mengacu kepada No.26/2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3, maka
tujuan penataan ruang adalah untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Tujuan perwujudan tersebut diterjemahkan lebih lanjut dengan:
a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;
c. terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Secara lebih operasional dalam PP No.26/2008 tentang RTRWN, khususnya Pasal 2
dikemukakan bahwa penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:
a. ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
b. keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
c. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
d. keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
f. pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
g. keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
h. keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan
i. pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
Berdasarkan kedua penetapan di atas, sesuai dengan kewenangan pada tingkat provinsi serta
adanya kebijakan pembangunan Provinsi NAD dengan spirit Aceh Hijau, maka tujuan penataan
ruang wilayah Provinsi NAD adalah mewujudkan:
1. ruang wilayah Provinsi NAD yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
2. keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah Provinsi NAD dengan wilayah nasional
dan wilayah kabupaten dan kota di Provinsi NAD;
RTRW PROVINSI NAD V-2

4. keterpaduan pemanfatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara di wilayah Provinsi
NAD, termasuk ruang di dalam bumi;
5. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi NAD dengan wilayah
nasional dan wilayah kabupaten dan kota di Provinsi NAD dalam rangka perlindungan
fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan
ruang;
6. pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat di Provinsi NAD;
7. keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah dalam wilayah Provinsi
NAD;
8. keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor yang berada di wilayah Provinsi
NAD;
9. dukungan bagi terwujudnya pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta
integrasi nasional.

5.1.2 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Provinsi NAD


Kebijakan penataan ruang ini meliputi kebijakan pengembangan struktur ruang dan kebijakan
pengembangan pola ruang, serta kebijakan pengembangan kawasan strategis Provinsi NAD.

5.1.2.1 Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Provinsi NAD


Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi NAD meliputi:
1. peningkatan kualitas fungsi-fungsi pelayanan pada pusat-pusat kegiatan dalam wilayah
Provinsi NAD sesuai dengan hierarki dan fungsi yang ditetapkan;
2. peningkatan akses pelayanan pusat-pusat dalam wilayah Provinsi NAD yang merata
dan berhierarki;
3. peningkatan akses dari dan ke luar wilayah Provinsi NAD, baik dalam lingkup nasional
maupun lingkup internasional;
4. peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air yang merata di seluruh wilayah
Provinsi NAD.

5.1.2.2 Kebijakan Pengembangan Pola Ruang Wilayah Provinsi NAD


Kebijakan pengembangan pola ruang wilayah Provinsi NAD akan meliputi kebijakan
pengembangan kawasan lindung dan kebijakan pengembangan kawasan budidaya.
Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi:
1. peningkatan kualitas kawasan lindung yang telah menurun menurut fungsi
perlindungannya dan mempertahankan kualitas kawasan lindung yang ada;
2. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup;
3. pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup.
Kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi:
1. peningkatan produktivitas kawasan budidaya;
RTRW PROVINSI NAD V-3

2. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budidaya;


3. pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan
daya tampung lingkungan.

5.1.2.3 Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi NAD


Kebijakan pengembangan kawasan strategis Provinsi NAD menurut sudut kepentingannya
meliputi:
A. Sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan:
1. pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan
kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya
nasional dan daerah yang terdapat di Provinsi NAD;
2. pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan
dunia, cagar biosfer, dan ramsar yang terdapat di Provinsi NAD;
B. Sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi:
3. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian
nasional dan daerah Provinsi NAD yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam
perekonomian nasional dan internasional;
4. pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat
perkembangan antarkawasan di Provinsi NAD;
C. Sudut kepentingan sosial budaya:
5. pelestarian dan peningkatan sosial budaya bangsa dan sosial budaya daerah yang ada
di Provinsi NAD;
D. Sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi:
6. pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Provinsi NAD dan nasional;
E. Sudut kepentingan pertahanan keamanan:
7. mendukung peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara yang
terdapat di wilayah Provinsi NAD.

5.1.3 Strategi Penataan Ruang Provinsi Wilayah NAD

5.1.3.1 Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Provinsi NAD


Berdasarkan kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi NAD di depan,
selanjutnya ditetapkan strategi pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi NAD seperti
dikemukakan berikut ini.

Strategi pengembangan struktur ruang berupa peningkatan kualitas fungsi-fungsi pelayanan


pada pusat-pusat kegiatan dalam wilayah Provinsi NAD sesuai dengan hierarki dan fungsi yang
ditetapkan meliputi:
1. mengembangkan dan meningkatkan fasilitas dan sarana yang sesuai dengan fungsi dan
hierarki pusat-pusat kegiatan;
RTRW PROVINSI NAD V-4

2. mengembangkan fungsi atau kegiatan baru pada pusat-pusat kegiatan yang dapat
meningkatkan kualitas pelayanannya.

Strategi pengembangan struktur ruang berupa peningkatan akses pelayanan pusat-pusat dalam
wilayah Provinsi NAD yang merata dan berhierarki meliputi:
1. menjaga dan meningkatkan keterkaitan antarpusat atau antarkawasan perkotaan,
keterkaitan antara pusat atau kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, serta
antara kawasan perkotaan dengan kawasan sekitarnya;
2. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh
pusat pertumbuhan;
3. mengendalikan perkembangan kota atau kawasan perkotaan yang terletak di pesisir
pantai;
4. mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih
efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
Strategi pengembangan struktur ruang berupa peningkatan akses dari dan ke luar wilayah
Provinsi NAD, baik dalam lingkup nasional maupun lingkup internasional meliputi:
1. mengembangkan pusat kegiatan Banda Aceh dan Sabang, sebagai implementasi
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Banda Aceh Darussalam dan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang, sehingga dapat berperan
sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat dalam hubungan ekonomi secara
internasional;
2. melengkapi sarana dan prasarana pendukung sebagai pintu gerbang ekonomi.

Strategi pengembangan struktur ruang berupa peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan
pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air yang
merata di seluruh wilayah Provinsi NAD meliputi:
1. meningkatkan jaringan prasarana transportasi dan keterpaduan pelayanan transportasi
darat, laut, dan udara;
2. meningkatkan jaringan energi listrik dengan pengembangan pembangkit tenaga listrik
dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan dan tidak terbarukan secara optimal
serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;
3. mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi yang dapat menjangkau seluruh
wilayah;
4. meningkatkan kuantitas dan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan
sistem jaringan sumber daya air;
5. mengembangkan jaringan prasarana dengan memperhatikan fungsi dan perannya
mendukung upaya mitigasi bencana.

5.1.3.2 Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Provinsi NAD


Berdasarkan kebijakan pengembangan pola ruang wilayah Provinsi NAD di depan, selanjutnya
ditetapkan strategi pengembangan pola ruang wilayah Provinsi NAD seperti dikemukakan
berikut ini.

Strategi pengembangan pola ruang wilayah Provinsi NAD terdiri atas strategi pengembangan
kawasan lindung dan strategi pengembangan kawasan budidaya.
RTRW PROVINSI NAD V-5

Strategi pengembangan kawasan lindung


Strategi pengembangan kawasan lindung berupa peningkatan kualitas kawasan lindung yang
telah menurun menurut fungsi perlindungannya dan mempertahankan kualitas kawasan lindung
yang ada meliputi:
1. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat
pengembangan kegiatan budidaya dalam rangka mewujudkan dan memelihara
keseimbangan ekosistem wilayah;
2. meningkatkan kualitas kawasan hutan yang berfungsi sebagai kawasan lindung, yaitu
kawasan hutan lindung dan kawasan hutan konservasi;
3. mengeluarkan secara bertahap bentuk-bentuk kegiatan yang berada di dalam kawasan
lindung yang tidak sesuai dengan fungsi perlindungan dan/atau dapat merusak fungsi
perlindungan kawasan lindung.
Strategi pengembangan kawasan lindung berupa pemeliharaan dan perwujudan kelestarian
lingkungan hidup meliputi:
1. menetapkan kawasan lindung dan/atau fungsi perlindungan di ruang darat, ruang laut,
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi;
2. menetapkan proporsi luas kawasan lindung dalam wilayah Provinsi NAD paling sedikit
xx % (.................. persen) dari luas wilayah, dan kawasan hutan dalam wilayah Provinsi
NAD paling sedikit yy % (....................... persen) dari luas wilayah.
Strategi pengembangan kawasan lindung berupa pencegahan dampak negatif kegiatan
manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi:
1. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;
2. melindungi kemampuan daya dukung lingkungan hidup dari tekanan perubahan
dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
3. melindungi kemampuan daya tampung lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi,
dan/atau komponen lainnya yang dibuang ke dalamnya;
4. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung
menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup
tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
5. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin
kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
6. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfatannya secara
bijaksana, dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
kenekaragamannya; dan
7. mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di
kawasan rawan bencana.

Strategi pengembangan kawasan budidaya


Strategi pengembangan kawasan budidaya berupa peningkatan produktivitas kawasan
budidaya meliputi:
RTRW PROVINSI NAD V-6

1. memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang berada di luar kawasan
lindung menjadi kawasan budidaya sesuai dengan sifat dan kondisi lahannya;
2. meningkatkan produktivitas kawasan budidaya pertanian dengan usaha-usaha
intensifikasi dan diversifikasi pertanian.
Strategi pengembangan kawasan budidaya berupa perwujudan dan peningkatan keterpaduan
dan keterkaitan antarkegiatan budidaya meliputi:
1. mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan budidaya beserta
prasarana pendukungnya secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong
pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya;
2. mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan
keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
3. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk
mendukung perwujudan ketahanan pangan;
4. mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk
meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi; dan
5. mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi
tinggi di wilayah laut kewenangan Provinsi NAD.
Strategi pengembangan kawasan budidaya berupa pengendalian perkembangan kegiatan
budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi:
1. membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun pada kawasan rawan bencana
untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
2. menerapkan pengembangan berbasis mitigasi bencana pada kawasan budidaya
terbangun dan kawasan lain di sekitarnya yang terletak pada kawasan rawan bencana;
3. mengembangkan kawasan perkotaan dengan bangunan bertingkat terutama untuk
kegiatan-kegiatan dengan fungsi komersial atau bernilai ekonomi tinggi guna
penghematan ruang dan memberikan ruang terbuka pada kawasan tersebut;
4. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen)
dari luas kawasan perkotaan;
5. membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk
mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta
mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya; dan
6. mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-
pulau kecil.

5.1.3.3 Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi NAD

Strategi pengembangan kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan pelestarian dan
peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan
meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan
bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional dan daerah meliputi :
1. menetapkan kawasan strategis Provinsi NAD yang berfungsi lindung;
RTRW PROVINSI NAD V-7

2. mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis Provinsi NAD yang berpotensi


mengurangi fungsi lindung kawasan dan/atau menurunkan kualitas kawasan lindung;
3. membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis Provinsi NAD yang
berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan dan/atau menurunkan kualitas kawasan
lindung;
4. membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan
strategis Provinsi NAD yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya;
5. mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis
Provinsi NAD yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan
lindung dengan kawasan budidaya terbangun; dan
6. merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang
yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis Provinsi NAD.
Strategi pengembangan kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan pelestarian dan
peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan
ramsar meliputi:
1. melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya;
2. meningkatkan kepariwisataan;
3. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
4. melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup.
Strategi pengembangan kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan pengembangan dan
peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional dan daerah yang
produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional dan internasional
meliputi:
1. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam, kegiatan
budidaya unggulan, dan posisi atau letak strategisnya sebagai penggerak utama
pengembangan wilayah;
2. menciptakan iklim investasi yang kondusif;
3. mengintensifkan promosi peluang investasi;
4. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan
daya tampung kawasan;
5. mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas
lingkungan dan efisiensi pemanfaatan kawasan;
6. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.
Strategi pengembangan kawasan strategis Provinsi NAD dari sudut kepentingan
pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan
antarkawasan meliputi:
1. memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan;
2. membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat
pertumbuhan wilayah;
3. mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat;
4. meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan; dan
RTRW PROVINSI NAD V-8

5. meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan
ekonomi.
Strategi pengembangan kawasan strategis Provinsi NAD dari sudut kepentingan pelestarian
dan peningkatan sosial budaya bangsa meliputi:
1. meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya bangsa yang mencerminkan jati
diri yang berbudi luhur;
2. mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat;
3. melestarikan situs warisan budaya bangsa.
Strategi pengembangan kawasan strategis Provinsi NAD dari sudut kepentingan pemanfaatan
sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat meliputi:
1. mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan
sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
2. meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi
tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya; dan
3. mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.
Strategi pengembangan kawasan strategis Provinsi NAD dari sudut kepentingan peningkatan
fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara meliputi:
1. mendelineasikan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan
kemanan negara yang terletak di wilayah Provinsi NAD;
2. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
strategis untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan
3. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan strategis sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan
strategis dengan kawasan budidaya terbangun.

5.2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi NAD

5.2.1 Rencana Sistem Perkotaan/Pusat Pelayanan Provinsi NAD


Penetapan rencana sistem perkotaan / pusat pelayanan Provinsi NAD dikemukakan pada
Tabel V.2.1, yang meliputi PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKSN (Pusat Kegiatan Strategis
Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Ada 3 penjelasan
penting terkait dengan sistem perkotaan Provinsi NAD yang ditetapkan tersebut, yaitu:
1. PKN, PKSN, dan PKW telah ditetapkan dalam RTRWN.
2. PKL adalah pusat yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi NAD, sesuai dengan
ketentuan pada Pasal 11 Ayat (3) PP No.26/2008 tentang RTRWN.
3. Pusat-pusat dengan hierarki di bawah PKL, yaitu PTK (Pusat Tingkat Kecamatan) dan
PTM (Pusat Tingkat Mukim) akan ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/Kota sesuai
dengan kewenangannya.
RTRW PROVINSI NAD V-9

Sebaran lokasi pusat-pusat tersebut dalam ruang wilayah Provinsi NAD ditunjukkan pada
Gambar 5.2.1 (Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi NAD). Selanjutnya penjelasan bagi
masing-masing pusat tersebut adalah sebagai berikut ini.
TABEL V.2.1
PENETAPAN SISTEM PERKOTAAN / PUSAT PELAYANAN
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Klasifikasi
FUNGSI/HIERARKI PUSAT Keterangan Ukuran
Perkotaan

I. PKN 1. LHOKSEUMAWE Kota Lhokseumawe dan sekitarnya Sedang


(Pusat Kegiatan Nasional) di Kabupaten Aceh Utara

II. PKSN 1. SABANG Kota Sabang Kecil


(Pusat Kegiatan Strategis Nasional)

III. PKW 1. BANDA ACEH Kota Banda Aceh dan sekitarnya Besar
(Pusat Kegiatan Wilayah) di Kabupaten Aceh Besar
2. SABANG Kota Sabang Kecil
3. LANGSA Kota Langsa Sedang
4. TAKENGON Ibukota Kabupaten Aceh Tengah Kecil
5. MEULABOH Ibukota Kabupaten Aceh Barat Sedang
IV. PKL 1. JANTHO Ibukota Kabupaten Aceh Besar Kecil
(Pusat Kegiatan Lokal) 2. SIGLI Ibukota Kabupaten Pidie Sedang
3. MEUREUDU Ibukota Kabupaten Pidie Jaya Kecil
4. BIREUEN Ibukota Kabupaten Bireuen Sedang
5. LHOK SUKON Ibukota Kabupaten Aceh Utara Kecil
6. IDI RAYEUK Ibukota Kabupaten Aceh Timur Kecil
7. KA.SIMPANG - KR.BARU*) Pusat/Ibukota Kab. Aceh Tamiang Sedang
8. SIMPANG TIGA REDELONG Ibukota Kabupaten Bener Meriah Kecil
9. BLANGKEJEREN Ibukota Kabupaten Gayo Lues Kecil
10. KUTACANE Ibukota Kabupaten Aceh Tenggara Kecil
11. CALANG Ibukota Kabupaten Aceh Jaya Kecil
12. JEURAM Ibukota Kabupaten Nagan Raya Kecil
13. BLANGPIDIE Ibukota Kabupaten Aceh Barat Daya Kecil
14. TAPAKTUAN Ibukota Kabupaten Aceh Selatan Kecil
15. SUBULUSSALAM Kota Subulussalam Sedang
16. SINGKIL Ibukota Kabupaten Aceh Singkil Kecil
17. SINABANG Ibukota Kabupaten Simeulue Kecil
Sumber: Hasil Analisis
Catatan:
- PKN , PKSN , dan PKW ditetapkan dalam RTRWN .
- PKL ditetapkan dalam RTRW Provinsi NAD .
- Pusat-Pusat dengan hierarki di bawah PKL akan ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/Kota .
- Ukuran Perkotaan Besar: jumlah penduduk 500.000 - 1.000.000.
- Ukuran Perkotaan Sedang: jumlah penduduk 100.000 - 500.000.
- Ukuran Perkotaan Kecil: jumlah penduduk 50.000 - 100.000.
*) Kuala Simpang dan Karang Baru diprediksi akan menerus (contoguous) sebagai kawasan perkotaan baru.
RTRW PROVINSI NAD V - 10

Gambar 5.2.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi NAD


RTRW PROVINSI NAD V - 11

I. PKN (Pusat Kegiatan Nasional)


Kriteria PKN, sesuai dengan Pasal 14 Ayat (1) PP No.26/2008 adalah:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan
ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau
c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
PKN yang ditetapkan hanya satu yaitu PKN Lhokseumawe. Kawasan perkotaan yang
membentuk PKN Lhokseumawe ini akan terdiri atas Kota Lhokseumawe dan kawasan
perkotaan di sekitarnya yang terletak di Kabupaten Aceh Utara, yaitu Kecamatan
Dewantara dan Kecamatan Muara Batu. Klasifikasi ukuran kawasan perkotaan
Lhokseumawe yang membentuk PKN Lhokseumawe adalah kawasan perkotaan sedang.

II. PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional)


Kriteria PKSN, sesuai dengan Pasal 15 PP No.26/2008 adalah:
a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan
negara tetangga;
b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga;
c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan
wilayah sekitarnya; dan/atau
d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
PKSN yang ditetapkan adalah PKSN Sabang, yaitu Kota Sabang. Klasifikasi ukuran
kawasan perkotaan Sabang yang membentuk PKSN Sabang adalah kawasan perkotaan
kecil.

III. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah)


Kriteria PKW, sesuai dengan Pasal 14 Ayat (2) PP No.26/2008 adalah:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan
ekspor-impor yang mendukung PKN;
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau
c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
PKW yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. PKW Banda Aceh. Kawasan perkotaan yang membentuk PKW Banda Aceh mencakup
Kota Banda Aceh dan kawasan perkotaan sekitarnya yang terletak di Kabupaten Aceh
Besar, yaitu kecamatan-kecamatan: Peukan Bada, Darul Imarah, Darul Kamal, Ingin
Jaya, Krueng Barona Jaya, Blang Bintang, Kuta Baro, Darussalam, Baitussalam.
Klasifikasi ukuran kawasan perkotaan yang membentuk PKN Banda Aceh adalah
kawasan perkotaan besar.
RTRW PROVINSI NAD V - 12

2. PKW Sabang. PKW Sabang ini juga berfungsi sebagai PKSN Sabang seperti
dikemukakan di atas, yaitu kawasan perkotaan Kota Sabang. Klasifikasi ukuran
kawasan perkotaan PKW Sabang adalah kawasan perkotaan kecil.
3. PKW Langsa. Kawasan perkotaan yang membentuk PKW Langsa adalah Kota Langsa.
Klasifikasi ukuran kawasan perkotaan PKW Langsa adalah kawasan perkotaan sedang.
4. PKW Takengon. Kawasan perkotaan yang membentuk PKW Takengon adalah ibukota
Kabupaten Aceh Tengah. Klasifikasi kawasan perkotaan PKW Takengon adalah
kawasan perkotaan kecil.
5. PKW Meulaboh. Kawasan perkotaan yang membentuk PKW Meulaboh adalah ibukota
Kabupaten Aceh Barat. Kawasan perkotaan ini direkonstruksi sehubungan dengan
bencana gempa dan tsunami tahun 2004. Klasifikasi kawasan perkotaan PKW
Meulaboh adalah kawasan perkotaan sedang.

IV. PKL (Pusat Kegiatan Lokal)


Kriteria PKL, sesuai dengan Pasal 14 Ayat (3) PP No.26/2008 adalah:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan/atau
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
PKL yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. PKL Jantho. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Jantho adalah ibukota
Kabupaten Aceh Besar. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Jantho adalah kawasan
perkotaan kecil.
2. PKL Sigli. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Sigli adalah ibukota Kabupaten
Pidie. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Sigli adalah kawasan perkotaan sedang.
3. PKL Meureudu. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Meureudu adalah ibukota
Kabupaten Pidie Jaya, yang merupakan kawasan perkotaan yang baru dikembangkan
sehubungan dengan terbentuknya Kabupaten Pidie Jaya. Klasifikasi kawasan perkotaan
PKL Meureudu adalah kawasan perkotaan kecil.
4. PKL Bireuen. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Bireuen adalah ibukota
Kabupaten Bireuen. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Bireuen adalah kawasan
perkotaan sedang.
5. PKL Lhok Sukon. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Lhok Sukon adalah
ibukota Kabupaten Aceh Utara, yang merupakan kawasan perkotaan yang baru
dikembangkan sehubungan dengan penetapannya sebagai ibukota Kabupaten Aceh
Utara (yang harus pindah dari Kota Lhokseumawe yang merupakan pemekaran dari
Kabupaten Aceh Utara). Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Lhok Sukon adalah
kawasan perkotaan kecil.
6. PKL Idi Rayeuk. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Idi Rayeuk adalah ibukota
Kabupaten Aceh Timur, yang merupakan kawasan perkotaan yang baru dikembangkan
sehubungan dengan penetapannya sebagai ibukota Kabupaten Aceh Timur (yang harus
pindah dari Kota Langsa yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur).
Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Idi Rayeuk adalah kawasan perkotaan kecil.
RTRW PROVINSI NAD V - 13

7. PKL Kuala Simpang - Karang Baru. Kawasan perkotaan Kuala Simpang merupakan
pusat kegiatan yang paling menonjol di Kabupaten Aceh Tamiang. Sementara ibukota
kabupaten terletak di Karang Baru yang bertetangga dengan Kuala Simpang. Untuk itu
akan diprediksi terjadinya kawasan perkotaan yang menerus (contiguous) antara
keduanya, sehingga membentuk kawasan perkotaan baru. Klasifikasi kawasan
perkotaan PKL Kuala Simpang - Karang Baru adalah kawasan perkotaan sedang.
8. PKL Simpang Tiga Redelong. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Simpang
Tiga Redelong adalah ibukota Kabupaten Bener Meriah, yang relatif merupakan
kawasan perkotaan baru dikembangkan sehubungan dengan pembentukan Kabupaten
Bener Meriah. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Simpang Tiga Redelong adalah
kawasan perkotaan kecil.
9. PKL Blangkejeren. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Blangkejeren adalah
ibukota Kabupaten Gayo Lues, yang relatif merupakan kawasan perkotaan baru
dikembangkan sehubungan dengan pembentukan Kabupaten Gayo Lues. Klasifikasi
kawasan perkotaan PKL Blangkejeren adalah kawasan perkotaan kecil.
10. PKL Kutacane. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Kutacane adalah ibukota
Kabupaten Aceh Tenggara. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Kutacane adalah
kawasan perkotaan kecil.
11. PKL Calang. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Calang adalah ibukota
Kabupaten Aceh Jaya, yang merupakan kawasan perkotaan baru dikembangkan
sehubungan dengan pembentukan Kabupaten Aceh Jaya, dan sekaligus direkonstruksi
akibat bencana gempa dan tsunami tahun 2004. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL
Calang adalah kawasan perkotan kecil.
12. PKL Jeuram. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Jeuram adalah ibukota
Kabupaten Nagan Raya, yang merupakan kawasan perkotaan yang relatif baru
dikembangkan sehubungan dengan pembentukan Kabupaten Nagan Raya. Klasifikasi
kawasan perkotaan PKL Jeuram adalah kawasan perkotaan kecil.
13. PKL Blangpidie. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Blangpidie adalah ibukota
Kabupaten Aceh Barat Daya, yang merupakan kawasan perkotaan yang relatif baru
dikembangkan sehubungan dengan pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya.
Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Blangpidie adalah kawasan perkotaan kecil.
14. PKL Tapaktuan. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Tapaktuan adalah ibukota
Kabupaten Aceh Selatan. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Tapaktuan adalah
kawasan perkotaan kecil.
15. PKL Subulussalam. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Subulussalam adalah
Kota Subulussalam, yang merupakan kawasan perkotaan yang baru dikembangkan
sehubungan dengan pembentukan Kota Subulussalam. Klasifikasi kawasan perkotaan
PKL Subulussalam adalah kawasan perkotaan sedang.
16. PKL Singkil. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Singkil adalah ibukota
Kabupaten Aeh Singkil. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Singkil adalah kawasan
perkotaan kecil.
17. PKL Sinabang. Kawasan perkotaan yang membentuk PKL Sinabang adalah ibukota
Kabupaten Simeulue. Klasifikasi kawasan perkotaan PKL Sinabang adalah kawasan
perkotaan kecil.
RTRW PROVINSI NAD V - 14

V. PTK (Pusat Tingkat Kecamatan) dan PTM (Pusat Tingkat Mukim)


PTK dan PTM (atau dengan nama lainnya) tidak ditetapkan dalam RTRW Provinsi NAD,
dan akan ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/Kota. Sebagai arahan terhadap penetapan
PTK dan PTM tersebut dapat dikemukakan kriteria umum sebagai berikut.
Kriteria PTK adalah pusat pelayanan yang berfungsi dalam pelayanan pemerintahan,
perdagangan dan jasa, industri pengolahan, serta transportasi, dengan skala pelayanan
kecamatan.
Kriteria PTM adalah pusat pelayanan yang berfungsi dalam pelayanan pemerintahan,
perdagangan dan jasa, industri pengolahan, serta transportasi, dengan skala pelayanan
tingkat mukim atau beberapa gampong.
Selanjutnya fungsi pelayanan berupa sarana dan prasarana yang ditetapkan untuk masing-
masing pusat menurut fungsi dan hierarkinya ditunjukkan pada Tabel V.2.2.

Dihubungkan dengan pola pelayanan dan jangkauan pusat-pusat kegiatan yang ditetapkan di
atas dapat ditetapkan wilayah pengembangan yang merupakan kesatuan bagian wilayah
Provinsi NAD untuk operasionalisasi rencana tata ruang. Berdasarkan Gambar 3.7.8 pada
pembahasan Bab III di depan dapat ditetapkan Wilayah Pengembangan (WP) di wilayah
Provinsi NAD seperti Tabel V.2.3 dan Gambar 5.2.2.
Penetapan WP (Wilayah Pengembangan) ini terutama berkaitan dengan penetapan Kawasan
Andalan Provinsi NAD (KAP-WP NAD) untuk penetapan kegiatan kawasan budidaya.
TABEL V.2.2
PENETAPAN FUNGSI PELAYANAN DALAM SISTEM PERKOTAAN
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
RTRW PROVINSI NAD

Sarana/Prasarana Pelayanan
FUNGSI/HIERARKI PUSAT
Pemerintahan Pendidikan Kesehatan Ekonomi Transp. Darat Transp. Laut Transp. Udara
I. PKN 1. LHOKSEUMAWE Kota Universitas RS Tipe B Ind., Market/Dist. Reg. JAP/JBH, Term.A, KA Pel.Nasional Bandara
(Pusat Kegiatan Nasional)

II. PKSN 1. SABANG Kota Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Ind., Market/Dist. Nas. JKP/Term.C Pel. Internas., Penyeb. Bandara
(Pusat Kegiatan Strategis Nasional)

III. PKW 1. BANDA ACEH Ibukota Prov./Kota Universitas RS Tipe A Ind., Market/Dist. Nas. JAP/JBH, Term.A, KA Pel. Nasional, Penyeb. Bandara Internas.
(Pusat Kegiatan Wilayah)
2. SABANG Kota Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Ind., Market/Dist. Nas. JKP/Term.C Pel. Internas., Penyeb. Bandara
3. LANGSA Kota Universitas RS Tipe B Ind., Market/Dist. Reg. JAP, Term.A, KA Pelab. Regional -
4. TAKENGON Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Ind., Market/Dist. Reg. JAP, Term.A - Bandara*)
5. MEULABOH Ibukota Kab. Universitas RS Tipe B Ind., Market/Dist. Reg. JAP, Term.A, KA Pelab.Nas., Penyeb. Bandara**)

IV. PKL 1. JANTHO Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP, Term.C - -
(Pusat Kegiatan Lokal) 2. SIGLI Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Ind.,Market/Dist. Reg JAP/JBH, Term.B - -
3. MEUREUDU Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/JBH, Term.C - -
4. BIREUEN Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Ind., Market/Dist. Reg. JAP/JBH, Term.B - -
5. LHOK SUKON Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/JBH, Term.C - -
6. IDI RAYEUK Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/JBH, Term.C - -
7. KA.SIMPANG - KR.BARU*) Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Ind., Market/Dist. Reg. JAP/JBH, Term.B - -
8. SIMPANG TIGA REDELONG Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JKP/Term.C - Bandara*)
9. BLANGKEJEREN Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/Term.C - -
10. KUTACANE Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/Term.C - Bandara
11. CALANG Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/Term.C, KA - -
12. JEURAM Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/Term.C, KA - Bandara**)
13. BLANGPIDIE Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/Term.C, KA Pelab. Reg./Penyeb. -
14. TAPAKTUAN Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JAP/Term.C, KA Pelab. Lokal Bandara
15. SUBULUSSALAM Kota Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Ind.,Market/Dist. Reg JAP/Term.B, KA - -
16. SINGKIL Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JKP/Term.C Pelab. Reg./Penyeb. -
17. SINABANG Ibukota Kab. Sek.Tinggi/Akad. RS Tipe C Distr.Lokal JKP/Term.C Pelab. Reg./Penyeb. Bandara
Sumber: Hasil Analisis
Catatan:
*) Kuala Simpang dan Karang Baru merupakan kawasan perkotaan yang menerus (contiguous )
JAP = Jalan Arteri Primer
JBH = Jalan Bebas Hambatan
JKP = Jalan Kolektor Primer
V - 15
RTRW PROVINSI NAD V - 16

TABEL V.2.3
PENETAPAN WILAYAH PENGEMBANGAN (WP)
PROVINSI NAD
WP Kabupaten/Kota Luas WP
No. Pusat Kegiatan
(Wilayah Pengembangan) Yang Tercakup (Ha)
(Banda Aceh dan sekitar)
1. WP Banda Aceh Raya PKW Banda Aceh Kota Banda Aceh 286.600,00
PKW/PKSN Sabang Kota Sabang
PKL Jantho Kab. Aceh Besar
(Pesisir Timur)
2. WP Timur 1 PKW Langsa Kota Langsa 824.294,02
PKL Ka.Simp.-Kr.Baru Kab. Aceh Tamiang
PKL Idi Reyeuk Kab. Aceh Timur
3. WP Timur 2 PKN Lhokseumawe Kota Lhokseumawe 537.899,98
PKL Lhok Sukon Kab. Aceh Utara
PKL Bireuen Kab. Bireuen
4. WP Timur 3 PKL Sigli Kab. Pidie 416.100,00
PKL Meureudu Kab. Pidie Jaya
(Pegunungan Tengah)
5. WP Tengah 1 PKW Takengon Kab. Aceh Tengah 577.319,99
PKL Sp.Tiga Redelong Kab. Bener Meriah
6. WP Tengah 2 PKL Kutacane Kab. Aceh Tenggara 995.121,11
PKL Blangkejeren Kab. Gayo Lues
(Pesisir Barat)
7. WP Barat 1 PKW Meulaboh Kab. Aceh Barat 1.003.213,25
PKL Calang Kab. Aceh Jaya
PKL Jeuram Kab. Nagan Raya
8. WP Barat 2 PKL Tapaktuan Kab. Aceh Selatan 533.109,93
PKL Blangpidie Kab. Aceh Barat Daya
9. WP Barat 3 PKL Subulussalam Kota Subulussalam 357.699,40
PKL Singkil Kab. Aceh Singkil
10. WP Barat 4 (P.Simeulue) PKL Sinabang Kab. Simeulue 205.198,95
Sumber: Gambar 3.7.8, Bab III.
RTRW PROVINSI NAD V - 17

Gambar 5.2.2 WP (Wilayah Pengembangan)


RTRW PROVINSI NAD V - 18

5.2.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Provinsi NAD


5.2.2.1 Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
5.2.2.1.1 Jaringan Prasarana Jalan Raya
Jaringan prasarana jalan raya merupakan jaringan prasarana yang paling penting dan sangat
terkait dengan penetapan pusat kegiatan: PKN, PKW, dan PKL. Rencana sistem jaringan jalan
dalam struktur ruang wilayah Provinsi NAD adalah sistem primer (wilayah/antar-wilayah) seperti
dijelaskan pada Tabel V.2.4, yang terdiri atas Jalan Arteri Primer (JAP), Jalan Kolektor Primer
(JKP), dan Jalan Lokal Primer (JLP). Khusus untuk Jalan Lokal Primer yang ditetapkan dalam
RTRW Provinsi NAD ini adalah yang memiliki nilai strategis pada tingkat provinsi. Dalam RTRW
Kabupaten/Kota terbuka kemungkinan menetapkan Jalan Lokal Primer lainnya, sesuai dengan
kebijakan daerah yang bersangkutan.
TABEL V.2.4
SISTEM JARINGAN JALAN DALAM RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Panjang
No. Fungsi Jalan Ruas Jalan Keterangan
(km)

I. Jalan Arteri Primer (JAP)


a. Jalan Bebas Hambatan (Highway) Banda Aceh - Batas Sumut ? Komplementer Jalan Lintas Timur
b. Jalan Lintas Timur Banda Aceh - Lhokseumawe - Batas Sumut 494,73
c. Jalan Lintas Barat Banda Aceh - Meulaboh - Batas Sumut 516,42
d. Jalan Lintas Tengah Seulimum - Takengon - Batas Sumut 509,92
e. Jalan Arteri Primer Lain 1. Banda Aceh - Krueng Raya 27,77 Jalan ke pelabuhan Malahayati
2. Banda Aceh - Ulee Lheue 5,80 Jalan ke pelabuhan Penyeberangan
3. Lambaro - Blang Bintang 7,66 Jalan ke bandara SIM
4. Ulee Kareng - Blang Bintang 9,33 Jalan ke bandara SIM
5. Sp.Kr.Geukueh - Pel. Kr. Geukueh 1,74 Jalan ke pelabuhan Kr. Geukueh
6. Langsa - Kuala Langsa 4,58 Jalan ke pelabuhan Kuala Langsa

II. Jalan Kolektor Primer (JKP) 1. Bireuen - Takengon 96,74 Penghubung Bireuen - Takengon
2. Sp. Peut - Jeuram - Genting Gerbang 113,46 Penghubung Meulaboh - Takengon
3. Singkil - Lipat Kajang 34,90 Penghubung Singkil - Subulussalam
4. Peureulak - Lokop - Blangkejeren 170,00 Penghubung Blangkejeren - Langsa
5. Beureunuen - Keumala 20,75 Penghubung Meulaboh - Sigli
6. Meulaboh - Tutut - Geumpang 108,61 Penghubung Meulaboh - Sigli
7. Jantho - Lamno 60,00 Penghubung Jantho - Calang
8. Takengon - Bintang - Kebayakan 47,49 Keliling Danau Laut Tawar
9. Krueng Geukueh - Sp. Kebayakan 90,00 Pengh. Lhokseumawe - Sp.T.Redelong
10. Gelombang - Sp. Lawe Deski ? Penghubung Subulussalam - Kutacane
11. Keliling Pulau Weh Sabang 30,05 Jalan Keliling Pulau Weh
12. Sinabang - Lasikin 12,00 Jalan ke Bandara Lasikin

III. Jalan Lokal Primer (JLP) 1. Blang Bintang - Krueng Raya 19,84 Bandara - Pelabuhan
2. Kr. Raya - Laweung - Tibang 73,00
3. Ulee Lheue - Sp. Rima 4,54
4. Banda Aceh (Sp.Tiga) - Mata Ie 5,20
5. Jantho - Alue Glong 7,00
6. Sp.Teritit - Samarkilang - Peunaron 64,30
7. Geudong - Makam Malikussaleh - Mancang 8,97
8. Lhok Sukon - Cot Girek 14,00
9. Bintang - Simpang Kraft 32,00
10. Isaq - Jagongjeget - Glelungi 57,00
11. Blangkejeren - Babah Rot 119,00
12. Kula Tuha - Lamie 43,31
13. G.Kapur - Trumon - P.Raya 17,31
14. Subulussalam - Rundeng - Kr. Luas 31,12
15. Sinabang - Sibigo 122,50 Bagian jalan keliling Simeulue
16. Lasikin - Inor - Nasreheu 60,56 Bagian jalan keliling Simeulue
Sumber: Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi NAD
RTRW PROVINSI NAD V - 19

Selanjutnya penjelasan atau uraian terhadap sistem jaringan jalan tersebut dapat dikemukakan
sebagai berikut ini.
I. Jalan Arteri Primer (JAP)
Jalan Arteri Primer di wilayah Provinsi NAD dapat dibedakan atas 5 kelompok:
1. Jalan Bebas Hambatan (Highway), yang merupakan Jalan Arteri Primer khusus, yang
dewasa ini masih dalam tahap perencanaan teknis (perancangan). Jalan bebas
hambatan ini selaras dengan penetapan dalam Rencana Struktur Ruang Wilayah
Nasional pada RTRWN, yaitu menghubungkan Banda Aceh sampai Medan di Provinsi
Sumatera Utara. Jalan bebas hambatan tersebut merupakan ”komplementer” terhadap
Jalan Lintas Timur yang ada sekarang. Sehubungan dengan karakternya sebagai Jalan
Bebas Hambatan, maka dikembangkan ”interchange” untuk menghubungkannya
dengan pusat-pusat penting lainnya di Provinsi NAD. Dengan demikian jaringan jalan
bebas hambatan ini akan menghubungkan: PKW Banda Aceh – PKN Lhokseumawe –
PKW Langsa – dan PKN Medan.
2. Jalan Lintas Timur, yaitu bagian dari Jalan Lintas Timur Pulau Sumatera, yang
menghubungkan Banda Aceh – Medan – dan seterusnya sampai ke Provinsi Lampung
di ujung selatan Pulau Sumatera. Jalan Lintas Timur ini merupakan sumbu wilayah yang
paling tinggi intensitas/volume lalu-lintas pergerakannya, yang menghubungkan PKW
Banda Aceh – Seulimum – PKL Sigli – PKL Meureudu – PKL Bireuen – PKN
Lhokseumawe – PKL Lhok Sukon – PKL Idi Rayeuk – PKW Langsa – PKL Kuala
Simpang/Karang Baru – dan terus ke arah Provinsi Sumatera Utara.
3. Jalan Lintas Barat, yaitu bagian dari Jalan Lintas Barat Pulau Sumatera, yang
menghubungkan Banda Aceh – Sibolga – dan seterusnya sampai ke Provinsi Lampung.
Pusat-pusat di Provinsi NAD yang dilalui Jalan Lintas Barat ini adalah PKW Banda Aceh
– Lamno – PKL Calang – PKW Meulaboh – PKL Blangpidie – PKL Tapaktuan – PKL
Subulussalam – dan terus ke arah Sibolga di Peovinsi Sumatera Utara. Sehubungan
dengan bencana gempa dan tsunami akhir 2004 lalu, sebagian ruas Jalan Lintas Barat
ini masih direkonstruksi.
4. Jalan Lintas Tengah, yaitu bagian dari Jalan Lintas Tengah Pulau Sumatera. Di
wilayah Provinsi NAD, Jalan Lintas Tengah ini menghubungkan Seulimum (di Jalan
Lintas Timur) – PKL Jantho – Keumala – Tangse – Geumpang – Pameu – PKW
Takengon – PKL Blangkejeren – PKL Kutacane – dan terus ke Kota Buluh di Provinsi
Sumatera Utara. Jalan Arteri Primer Lintas Tengah, dewasa ini belum efektif
memberikan pelayanan bagi pergerakan, sebagian ruas masih perlu dikembangkan dan
ditingkatkan.
5. Jalan Arteri Primer Lainnya, yaitu ruas-rusa jalan:
a. Banda Aceh – Krueng Raya, yang berfungsi menghubungkan Banda Aceh
dengan Pelabuhan Malahayati di Krueng Raya, yang akan mendukung PKW
Banda Aceh.
b. Banda Aceh – Ulee Lheue, yang berfungsi menghubungkan pusat Banda Aceh
dengan Pelabuhan Penyeberangan di Ulee Lheue, yang akan mendukung PKW
Banda Aceh.
c. Lambaro – Blang Bintang, yang berfungsi menghubungkan Banda Aceh
dengan Bandar Udara Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang, yang akan
mendukung PKW Banda Aceh.
RTRW PROVINSI NAD V - 20

d. Ulee Kareng – Blang Bintang, yang merupakan jalan alternatif yang berfungsi
menghubungkan Banda Aceh dengan Bandar Udara Sultan Iskandar Muda di
Blang Bintang, yang akan mendukung PKW Banda Aceh.
e. Simpang Krueng Geukueh – Pelabuhan Krueng Geukueh, yang berfungsi
menghubungkan Lhokseumawe ke Pelabuhan Laut Krueng Geukueh, yang akan
mendukung PKN Lhokseumawe.
f. Langsa – Kuala Langsa, yang berfungsi menghubungkan Langsa dengan
Pelabuhan Laut Kuala Langsa, yang akan mendukung PKW Langsa.
Semua Jalan Arteri Primer yang dijelaskan di atas mempunyai status sebagai jalan
nasional, kecuali ruas Ulee Kareng – Balang Bintang yang merupakan jalan provinsi.

II. Jalan Kolektor Primer (JKP)


Jalan Kolektor Primer di wilayah Provinsi NAD tediri atas ruans-ruas jalan sebagai berikut:
1. Bireuen – Takengon, yang berfungsi menghubungkan PKW Takengon pada JAP Lintas
Tengah – PKL Bireuen dan terus ke PKN Lhokseumawe pada JAP Lintas Timur.
2. Simpang Peut – Jeuram – Genting Gerbang, yang berfungsi menghubungkan PKW
Meulaboh pada JAP Lintas Barat – PKL Jeuram – PKW Takengon pada JAP Lintas
Tengah.
3. Singkil – Lipat Kajang, yang berfungsi menghubungkan PKL Singkil - PKL
Subulussalam pada JAP Lintas Barat.
4. Peureulak – Lokop – Blangkejeren, yang berfungsi menghubungkan dari PKW Langsa
dan Peureulak pada JAP Lintas Timur – PKL Blangkejeren pada JAP Lintas Tengah.
5. Beureunuen – Keumala, yang berfungsi menghubungkan PKL Sigli dan Beureunuen
pada JAP Lintas Timur – Keumala pada JAP Lintas Tengah, yang selanjutnya didukung
ruas Meulaboh-Tutut-Geumpang akan menghubungkan pula ke PKW Meulaboh.
6. Meulaboh – Tutut – Geumpang, yang berfungsi menghubungkan PKW Meulaboh pada
JAP Lintas Barat – Geumpang pada JAP Lintas Tengah, yang selanjutnya didukung
ruas Beureunun – Keumala akan menghubungkan pula ke PKL Sigli.
7. Jantho – Lamno, yang berfungsi menghubungkan PKL Jantho pada JAP Lintas Tengah
– Lamno pada JAP Lintas Barat yang akan menghubungkan ke PKW Meulaboh dan
PKL Calang.
8. Takengon – Bintang – Kebayakan, yang berfungsi sebagai pendukung JAP Lintas
Tengah dan sekaligus merupakan jalan lingkar keliling Danau Laut Tawar.
9. Krueng Geukueh – Simpang Kebayakan, yang berfungsi menghubungkan PKN
Lhokseumawe dan Krueng Geukueh pada JAP Lintas Timur – PKL Simpang Tiga
Redelong dan selanjutnya ke PKW Takengon. Jalan ini dikenal juga dahulu sebagai
jalan angkut kayu untuk PT.KKA (Kertas Kraft Aceh).
10. Gelombang – Sp.Lawe Deski, yang berfungsi menghubungkan PKL Subukussalam
pada JAP Lintas Barat – PKL Kutacane pada JAP Lintas Tengah.
11. Keliling Pulau Weh Sabang, yang berfungsi menghubungkan pusat Kota Sabang
dengan Pelabuhan Sabang, Bandar Udara Maimun Saleh, Pelabuhan Peyeberangan
Balohan, dan objek-objek lainnya di Pulau Weh.
RTRW PROVINSI NAD V - 21

12. Sinabang – Lasikin, yang berfungsi menghubungkan PKL Sinabang dengan Bandara
Lasikin.
Semua Jalan Kolektor Primer tersebut di atas berstatus sebagai Jalan Provinsi.

III. Jalan Lokal Primer (JKP)


Jalan Lokal Primer di wilayah Provinsi NAD yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi NAD
tediri atas ruas-ruas jalan sebagai berikut:
1. Blang Bintang – Krueng Raya, yang berfungsi menghubungkan Bandar Udara Sultan
Iskandar Muda dan Pelabuhan Laut Malahayati.
2. Krueng Raya – Laweung – Tibang, yang berfungsi menghubungkan Krueng Raya
dengan JAP Lintas Timur melalui pesisir utara Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten
Pidie.
3. Ulee Lheue – Simpang Rima, yang berfungsi menghubungkan Pelabuhan
Penyeberangan dengan Simpang Rima di JAP Lintas Barat.
4. Banda Aceh (Sp.Tiga) – Mata Ie, yang berfungsi menghubungkan Kota Banda Aceh
dengan Mata Ie di Kabupaten Aceh Besar.
5. Jantho – Alue Glong, yang berfungsi sebagai jalan alternatif dari Jantho ke JAP Lintas
Timur.
6. Sp. Teritit – Samarkilang – Peunaron, yang berfungsi sebagai akses alternatif dan
mendorong perkembangan kawasan yang dilaluinya, yang menghubungkan antara PKL
Simpang Tiga Redelong ke arah PKW Langsa dan PKL Blangkejeren (JKP Peureulak –
Lokop – Blangkejeren).
7. Geudong – Makam Malikussaleh – Mancang, yang berfungsi sebagai akses ke
kawasan cagar budaya peninggalan Kerajaan Samudera Pasai dari JAP Lintas Timur.
8. Lhok Sukon – Cot Girek, yang berfungsi sebagai akses dari JAP Lintas Timur dan
mendukung pengembangan kegiatan di Cot Girek dan sekitarnya.
9. Bintang – Simpang Kraft, sebagai akses alternatif dari jalan lingkar keliling Danay Laut
Tawar ke JAP Lintas Tengah.
10. Isaq – Jagongjeget – Glelungi, sebagai akses mendukung perkembangan kegiatan di
Jagingjeget, Bukit Lintang dan sekitarnya.
11. Blangkejeren – Babah Rot, yang berfungsi menghubungkan PKL Blangkejeren pada
JAP Lintas Tengah – PKL Blangpidie pada JAP Lintas Barat.
12. Kuala Tuha – Lamie, yang berfungsi menghubungkan Kuala Tuha – Lami yang
keduanya pada JAP Lintas Barat, yang mendorong perkembangan kegiatan di pesisir
Kabupaten Nagan Raya.
13. G.Kapur – Trumon – P.Raya, yang menghubungkan G.Kapur dan P.Raya di JAP
Lintas Barat dengan Trumon, yang mendorong perkembangan kegiatan di Trumon dan
sekitarnya.
14. Subulussalam – Rundeng – Kr. Luas, yang menghubungkan PKL Subulussalam dan
Kr. Luas pada JAP Lintas Barat dengan Rundeng, yang mendorong perkembangan
kegiatan di Rundeng dan sekitarnya.
15. Sinabang – Sibigo, yang menghubugkan PKL Sinabang dengan Sibigo dan pusat-
pusat lainnya di Pulau Simeulue bagian utara/timur.
RTRW PROVINSI NAD V - 22

16. Lasikin – Inor – Nasreuhe, yang menghubungkan pusat-pusat di bagian selatan/barat


Pulau Simeulue, mulai dari Lasikin/Bandara hingga Nasreuhe.
Semua Jalan Lokal Primer di atas adalah berstatus sebagai Jalan Provinsi. Selain Jalan
Lokal Primer di atas, dalam RTRW Kabupaten/Kota masih mungkin ditetapkan Jalan Lokal
Primer sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

5.2.2.1.2 Jaringan Jalur Kereta Api


Rencana pengembangan jaringan jalur kereta api di wilayah Provinsi NAD mengacu kepada
RTRWN, dimana ditetapkan ada 2 jaringan:
1. Revitalisasi jaringan jalur kereta api di pesisir timur, yang menghubungkan Banda Aceh
ke Besitang di Provinsi Sumatera Utara, yaitu menghidupkan kembali jaringan jalur kereta
api yang pernah ada pada pesisir timur tersebut.
2. Pengembangan jaringan jalur kereta api baru di pesisir barat, yang menghubungkan
Banda Aceh ke Sibolga di Provinsi Sumatera Utara.

5.2.2.1.3 Prasarana Angkutan Penyeberangan


Rencana pengembangan angkutan penyeberangan dilihat melalui rencana pengembangan
prasarana pelabuhan penyebarangan seperti ditunjukkan pada Tabel V.2.5. Pelabuhan
penyeberangan berdasarkan tipe kapal penyeberangan yang dilayaninya terbagi atas 2 macam
pelabuhan penyeberangan, yaitu:
- pelabuhan penyeberangan untuk kapal jenis roll-on roll-off (Ro-Ro) yang dapat
mengangkut penumpang, barang, dan kendaraan roda 4;
- pelabuhan penyeberangan hanya untuk jenis kapal kecil/pelayaran rakyat, yang hanya
mengangkut penumpang dan barang.
TABEL V.2.5
RENCANA PELABUHAN PENYEBERANGAN
DI WILAYAH PROVINSI NAD
Pelab. Penyeberangan Kab./Kota Rute Penyeberangan Fungsi Penyeberangan
A. Pelab.Penyeberangan
Untuk Kapal Ro-Ro
1. Ulee Lheue Banda Aceh
Ulee Lheue - Balohan Sabuk Utara Nasional
2. Balohan Sabang
3. Meulaboh Aceh Barat
Meulaboh - Sinabang
4. Sinabang Simeulue
Labuhan Haji - Sinabang Intra-regional NAD
5. Labuhan Haji Aceh Selatan
Singkil - Sinabang
6. Singkil Aceh Singkil
B. Pelab.Penyeberangan
Untuk Kapal Kecil/
Pelayaran Rakyat
1. Peukan Bada Aceh Besar Peukan Bada - Lamteng
Intra-regional NAD/
2. Lamteng (P.Nasi) Aceh Besar Peukan Bada-Lampuyang
Lampuyang - Lamteng Lokal Kab. Aceh Besar
3. Lampuyang (P.Breueh) Aceh Besar
4. Kep. Banyak Aceh Singkil Singkil - Kep.Banyak Intra-regional NAD/Lokal
5. Sibigo Simeulue Sibigo - Meulaboh Intra-regional NAD
Sumber: Rencana Struktur Ruang Wilayah Prov.NAD
RTRW PROVINSI NAD V - 23

Berdasarkan jangkauan pelayanan angkutan, fungsi pelayanan angkutan penyeberangan di


Provinsi NAD adalah pelayanan intra-regional atau dalam wilayah Provinsi NAD, ada yang
berfungsi antar-kabupaten/kota dan ada yang lokal dalam kabupaten.
Sehubungan dengan penetapan dalam RTRWN bahwa lintasan penyeberangan Banda Aceh –
Sabang (Ulee Lheue – Balohan) merupakan lintasan Sabuk Utara Nasional, kendati fungsi
pelayanannya adalah intra-regional Provinsi NAD, tetapi secara nasional lintasan ini ditetapkan
sebagai lintasan strategis nasional. Hal ini terkait dengan adanya penetapan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang, PKW dan PKSN Sabang serta Kawasan
Ekonomi Terpadu (KAPET) Banda Aceh Darussalam yang akan dihubungkannya dan PKW
Banda Aceh dalam RTRWN.

5.2.2.1.4 Prasarana Angkutan Laut


Prasarana angkutan laut adalah pelabuhan laut, yang akan melayani angkutan dengan
jangkauan pelayanan internasional, nasional, antar-wilayah, dan lokal. Pelayanan nasional dan
antar-wilayah dibedakan: pelabuhan nasional dengan jarak pelayaran lebih jauh, sementara
pelabuhan antar wilayah jarak pelayaran lebih dekat namun antar-provinsi. Dalam RTRWN
telah ditetapkan ada pelabuhan internasional dan pelabuhan nasional, dan untuk tingkatan
RTRWP Provinsi NAD ini selain kedua fungsi pelabuhan tersebut ditetapkan juga pelabuhan
antar-wilayah dan pelabuhan lokal. Sehubungan dengan diundangkannya UU No.17/2008
tentang Pelayaran, ditetapkan pula hierarki pelabuhan menurut: pelabuhan utama, pelabuhan
pengumpul, dan pelabuhan pengumpan.
Selanjutnya rencana pengembangan pelabuhan laut di Provinsi NAD dikemukakan seperti pada
Tabel V.2.6 berikut ini.

TABEL V.2.6
RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT
PROVINSI NAD
Pelabuhan & Fungsi (RTRWP) Hierarki (UU 17/2008) Keterangan

I. Pelabuhan Internasional
1. Sabang Pelabuhan Utama Pengembangan
II. Pelabuhan Nasional
1. Lhokseumawe Pelabuhan Utama Pemantapan
2. Meulaboh Pelabuhan Pengumpul Pengembangan
III. Pelabuhan Antar-Wilayah
1. Malahayati Pelabuhan Pengumpul Pemantapan
2. Kuala Langsa Pelabuhan Pengumpan Pemantapan
IV. Pelabuhan Lokal
1. Sinabang Pelabuhan Pengumpan Pemantapan
2. Susoh Pelabuhan Pengumpan Pemantapan
3. Singkil (Pulau Sarok) Pelabuhan Pengumpan Pemantapan
4. Calang Pelabuhan Pengumpan Pemantapan
5. Idi Pelabuhan Pengumpan Pemantapan
6. Ulee Lheue (Pantai Cermin) Pelabuhan Pengumpan Pemantapan
Sumber: Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi NAD.
RTRW PROVINSI NAD V - 24

Pengembangan Pelabuhan Internasional Sabang selaras dengan rencana pengembangan


pelabuhan bebas Sabang dan kawasan perdagangan bebas Sabang. Bila dihubungkan dengan
kondisi dan kapasitas pelabuhan Sabang yang ada sekarang, maka pengembangan pelabuhan
Sabang sebagai Pelabuhan Internasional ini sangat signifikan membutuhkan ”investasi”.
Pengembangan pelabuhan Lhokseumawe sebagai Pelabuhan Nasional adalah pemantapan
terhadap pelabuhan yang ada dewasa ini, yaitu Pelabuhan Krueng Geukueh yang didukung
oleh Pelabuhan Khusus LNG di Lhokseumawe.
Pengembangan pelabuhan Meulaboh sebagai Pelabuhan Nasional adalah pengembangan
terhadap pelabuhan yang sebelumnya telah mengalami kerusakan sehubungan dengan
bencana gempa dan tsunami akhir tahun 2004. Pengembangan pelabuhan Meulaboh ini
diantisipasi untuk menjadi pelabuhan pengumpul yang akan melayani sejumlah pelabuhan
pengumpan yang ada si pesisir barat Provinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara.
Pengembangan pelabuhan Malahayati sebagai pelabuhan antar-wilayah (bagian dari
pelabuhan nasional) adalah pemantapan terhadap pelabuhan Malahayati yang ada dewasa ini,
yang pelayanannya mendukung PKW Banda Aceh.
Pengembangan pelabuhan Kuala Langsa sebagai pelabuhan antar-wilayah adalah pemantapan
terhadap pelabuhan Kuala Langsa yang ada dewasa ini, yang pelayanannya mendukung PKW
Langsa.
Pengembangan pelabuhan Sinabang sebagai pelabuhan lokal adalah pemantapan terhadap
pelabuhan Sinabang, yang pelayanannya mendukung PKL Sinabang. Peranan pelabuhan
Sinabang ini sangat penting bagi PKL Sinabang dalam konteks struktur ruang wilayah Provinsi
NAD, karena lokasinya yang tidak terletak di pulau utama (mainland) Pulau Sumatera di mana
dominan terletak pusat-pusat lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan PKL Sinabang.
Pengembangan pelabuhan Susoh sebagai pelabuhan lokal adalah pemantapan terhadap
pelabuhan Susoh, yang pelayanannya mendukung PKL Blangpidie.
Pengembangan pelabuhan Singkil sebagai pelabuhan lokal adalah pemantapan terhadap
pelabuhan Singkil, yang pelayanannya mendukung PKL Singkil.
Pengembangan pelabuhan lokal Calang sebagai pelabuhan lokal adalah pemantapan terhadap
pelabuhan Calang, yang pelayanannya mendukung PKL Calang.
Pengembangan pelabuhan lokal Idi sebagai pelabuhan lokal adalah pemantapan terhadap
pelabuhan Idi, yang pelayanannya mendukung PKL Idi Rayeuk.
Pengembangan pelabuhan lokal Ulee Lheue di Pantai Cermin sebagai pelabuhan lokal adalah
pemantapan, yang pelayanannya merupakan bagian dari pelayanan sistem transportasi bagi
PKW Banda Aceh.

5.2.2.1.5 Prasarana Angkutan Udara


Dalam RTRWN di wilayah Provinsi NAD ditetapkan hanya satu Bandar Udara (Bandara), yaitu
Bandara Sultan Iskandar Muda sebagai Pusat Penyebaran Tersier. Dengan mengacu kepada
UU No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, maka rencana pengembangan dan penetapan
bandar udara di wilayah Provinsi NAD akan dibedakan menurut:
- bandara umum atau bandara khusus;
- penggunaan/pelayanan internasional atau domestik;
- hierarki sebagai pengumpul atau pengumpan.
Secara khusus untuk RTRWP perlu dikemukakan pusat yang didukung oleh bandara yang
bersangkutan (PKN, PKW, atau PKL).
RTRW PROVINSI NAD V - 25

Pada Tabel V.2.7 dikemukakan rencana pengembangan bandar udara dalam wilayah Provinsi
NAD.
TABEL V.2.7
RENCANA PENGEMBANGAN BANDAR UDARA
PROVINSI NAD

BANDAR UDARA Pusat Yang Didukung Penggunaan Hierarki

A. Bandara Umum
1. Sultan Iskandar Muda *) PKW Banda Aceh Internasional Pengumpul
2. Malikussaleh PKN Lhokseumawe Domestik Pengumpan
3. Cut Nyak Dhien PKW Meulaboh Domestik Pengumpan
4. Maimun Saleh PKW/PKSN Sabang Domestik Pengumpan
5. Rembele PKW Takengon Domestik Pengumpan
6. Lasikin PKL Sinabang Domestik Pengumpan
7. Teuku Cut Ali PKL Tapaktuan Domestik Pengumpan
8. Kuala Batu PKL Blangpidie Domestik Pengumpan
9. Alas Leuser PKL Kutacane Domestik Pengumpan
10. Hamzah Fansyuri PKL Singkil Domestik Pengumpan
B. Bandara Khusus
1. Point A PKL Lhok Sukon Domestik Pengumpan
Sumber: Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi NAD.
Catatan:
*) Bandara Siltan Iskandar Muda ditetapkan sebagai Pusat Penyebaran Tersier dalam RTRWN.

Selanjutnya terhadap masing-masing bandar udara dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
1. Bandara Sultan Iskandar Muda, mendukung PKW Banda Aceh, yang akan melayani
penerbangan internasional, dan merupakan bandara pengumpul dari beberapa bandara
lainnya di Provinsi NAD dan provinsi lainnya. Pengembangan bandara ini sejalan
dengan rencana mengembangkan core region “Banda Aceh-Sabang” sebagai pintu
gerbang Indonesia di bagian barat. Secara khusus bandara Sultan Iskandar Muda ini
merupakan bandara embarkasi haji Indonesia yang terletak paling barat dan paling
dekat ke arah Jedah dan Madinah di Kerajaan Arab Saudi. Selain itu Bandara Sultan
Iskandar Muda ini juga berperan sebagai Pangkalan Udara.
2. Bandara Malikussaleh, mendukung PKN Lhokseumawe, yang akan melayani
penerbangan domestik, dan merupakan bandara pengumpan.
3. Bandara Cut Nyak Dhien, mendukung PKW Meulaboh, yang akan melayani
penerbangan domestik, dan merupakan bandara pengumpan.
4. Bandara Maimun Saleh, mendukung PKW dan PKSN Sabang, yang akan melayani
penerbangan domestik, dan merupakan bandara pengumpan. Bandara Maimun Saleh
jiga berperan sebagai Pangkalan Udara, yang terutama terkait dengan penetapannya
sebagai PKSN.
5. Bandara Rembele, mendukung PKW Takengon, yang akan melayani penerbangan
domestik, dan merupakan bandara pengumpan.
6. Bandara Lasikin, mendukung PKL Sinabang, yang akan melayani penerbangan
domestik, dan merupakan bandara pengumpan. Bandara Lasikin ini mempunyai arti
RTRW PROVINSI NAD V - 26

penting dalam konteks keterkaitan antar bagian wilayah di Provinsi NAD (bersama-sama
dengan pelabuhan penyeberangan) sehubungan dengan terpisahnya daratan Pulau
Simeulue dengan daratan utama (mainland) Pulau Sumatera.
7. Bandara Teuku Cut Ali, mendukung PKL Tapaktuan, yang akan melayani
penerbangan domestik, dan merupakan bandara pengumpan.
8. Bandara Kuala Batu, mendukung PKL Blangpidie, yang akan melayani penerbangan
domestik, dan merupakan bandara pengumpan.
9. Bandara Alas Leuser, mendukung PKL Kutacane, yang akan melayani penerbangan
domestik, dan merupakan bandara pengumpan.
10. Bandara Hamzah Fansyuri, mendukung PKL Singkil, yang akan melayani
penerbangan domestik, dan merupakan bandara pengumpan.
11. Bandara “Point A”, yang merupakan bandara khusus untuk perusahaan penambangan
migas, yang berdekatan dengan PKL Lhok Sukon, yang akan melayani kepentingan
perusahaan yang bersangkutan, dengan pelayanan domestik dan merupakan bandara
pengumpan.

5.2.2.2 Prasarana Energi/Listrik


Pengembangan prasarana energi listrik di Provisi NAD terutama dengan sistem interkoneksi
Sumatera Bagian Utara yang didukung dengan sistem setempat (isolated) pada lokasi-lokasi
yang sulit dijangkau sistem interkoneksi. Dengan pengembangan demikian ini diharapkan dapat
dilayani kebutuhan energi listrik sampai ke pedesaan di Provinsi NAD.
Dalam konteks sistem interkoneksi tersebut di Provinsi NAD dikembangkan pembangkit tenaga
listrik yang meliputi:
- PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), yang potensial dikembangkan di pesisir barat;
- PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas), yang potensial dikembangkan di pesisir timur dan
Banda Aceh dan sekitarnya;
- PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi), yang potensial dikembangkan di Sabang
dan Aceh Besar; dan
- PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), yang potensial dikembangkan pada DAS
Peusangan.
Sementara untuk sistem setempat dikembangkan dengan PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel), dan PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro).
Dalam konteks sistem jaringan interkoneksi tersebut di atas, dikembangkan jaringan SUTT
(Saluran Udara Tegangan Tinggi) dan penempatan GI (Gardu Induk). Rencana pengembangan
jaringan SUTT tersebut meliputi:
- rencana SUTT Bireuen – Takengon,
- rencana SUTT Takengon Meulaboh,
- rencana SUTT Meulaboh – Blangpidie,
- rencana SUTT Brastagi – Kutacane,
- rencana SUTT Blangpidie – Tapaktuan,
- rencana SUTT Tapaktuan – Subulussalam,
- rencana SUTT Sidikalang – Subulussalam.
RTRW PROVINSI NAD V - 27

Sementara pengembangan Gardu Induk, yang meliputi peningkatan dari kapasistas yang ada
dewasa ini (Up Rating) dan GI Baru, yaitu:
(Up Rating):
- Tualang Cut, 30 MVA,
- Alue Dua, 30 MVA,
- Alue Batee, 30 MVA,
- Bireuen, 30 MVA,
- Takengon, 20 MVA,
- Sigli, 30 MVA,
- Lhokseumawe, 30 MVA,
- Banda Aceh, 30 MVA.
(GI Baru):
- Blangpidie, 20MVA,
- Tapaktuan, 20 MVA,
- Takengon, 20 MVA,
- Meulaboh, 40 MVA,
- Kutacane, 20 MVA,
- Subulussalam, 20 MVA,
- Jantho, 20 MVA,
- Panton Labu, 30 MVA.

5.2.2.3 Prasarana Telekomunikasi


Pengembangan prasarana telekomunikasi terdiri atas pengembangan sistem jaringan kabel
telekomunikasi/telepon dan pengembangan sistem telepon seluler atau mobile phone (telepon
bergerak).
Sejalan dengan pengembangan secara nasional, maka pengembangan sistem jaringan kabel
telekomunikasi/telepon mencapai minimal ibukota kabupaten/kota dan sebagian besar ibukota
kecamatan.
Selain itu, pengembangan prasarana telekomunikasi adalah melalui pengembangan jaringan
telepon seluler, dengan pengembangan menara BTS (Base Transciever Station), yang selain
akan melayani kawasan perkotan juga akan menjangkau kawasan perdesaan.

5.2.2.4 Prasarana Sumber Daya Air


Pengembangan prasarana sumber daya air meliputi 3 aspek, yaitu:
- konservasi sumber daya air,
- pendayagunaan sumber daya air, dan
- pengendalian daya rusak air.
Sumber daya air meliputi air permukaan dan air bawah tanah. Oleh karena itu sumber daya air
yang terdapat dalam suatu wilayah adalah pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah.
Wilayah Sungai (WS) telah ditetapkan secara nasional berdasarkan Peraturan Menteri PU No.
11A/PRT/M/2006, sementara cekungan air tanah masih perlu diidentifikasi melalui kajian yang
seksama.
Konservasi sumber daya air menyangkut upaya untuk menjaga kuantitas dan kualitas air, yang
sangat terkait dengan upaya pelestarian lingkungan berupa menjaga dan/atau meningkatkan
kualitas kawasan lindung dan mengendalikan/membatasi kegiatan di kawasan budidaya yang
dapat menurunkan kuantitas dan kualitas air.
RTRW PROVINSI NAD V - 28

Pendayagunaan sumber daya air meliputi: irigasi/pengairan untuk kepentingan kegiatan


pertanian, penyediaan air untuk kebutuhan air bersih yang mendukung permukiman penduduk
dan berbagai kegiatan lainnya seperti industri dalam wilayah, kebutuhan khusus lainnya seperti
pembangkit tenaga listrik, penggelontoran saluran pada kawasan perkotaan, air tawar untuk
tambak, dan sebagainya.
Pengendalian daya rusak air adalah yang berkaitan dengan bencana yang disebabkan oleh air,
terutama berbentuk banjir.
Dengan demikian pengembangan prasarana sumber daya air akan meliputi: konservasi sumber
daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air; yang perlu
dilakukan dengan penelitian dan perencanaan secara lebih teknis.
Pada Tabel V.2.8 dikemukakan Wilayah Sungai (WS) di Provinsi NAD, yang menjelaskan
penetapan yang telah ditetapkan dalam RTRWN, yaitu yang dikelola oleh Pemerintah Pusat;
yang akan ditetapkan dalam RTRWP NAD, yaitu yang dikelola Pemmerintah Aceh, dan juga
yang dikelola Pemerintah Kabupaten Simeulue.

TABEL V.2.8
WILAYAH SUNGAI (WS) DI PROVINSI NAD
WILAYAH SUNGAI (WS) Pengembangan Sumber Daya Air
LINGKUP WS
DI PROVINSI NAD Konservasi Pendayagunaan Peng.Daya Rusak

(Penetapan dalam RTRWN)


A. Pengelola: Pemeritah Pusat
1. WS Meureudu - Baro Strategis Nasional XX XX XX
2. WS Jambo Aye Strategis Nasional XX XX XX
3. WS Woyla -Seunagan Strategis Nasional XX XX XX
4. WS Tripa - Bateue Strategis Nasional XX XX XX
5. WS Alas - Singkil Lintas Provinsi NAD-Sumut XX XX XX

(Penetapan dalam RTRWP NAD)


B. Pengelola: Pemerintah Aceh
1. WS Krueng Aceh Lintas Kab./Kota XX XX XX
2. WS Pase - Peusangan Lintas Kab./Kota XX XX XX
3. WS Tamiang - Langsa Lintas Kab./Kota XX XX XX
4. WS Teunom - Lambesoi Lintas Kab./Kota XX XX XX
5. WS Krueng Baru - Kluet Lintas Kab./Kota XX XX XX

C. Pengelola: Pemkab Simeulue


6. WS Pulau Simeulue Dalam Kabupaten Simeulue XX XX XX
Sumber: RTRWN & Permen PU No.11A/PRT/M/2006.
Catatan: XX = langkah/kegiatan yang direncanakan/ditetapkan.
RTRW PROVINSI NAD V - 29

5.3 Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi NAD


5.3.1 Rencana Penetapan Kawasan Lindung Provinsi NAD
5.3.1.1 Kriteria Penetapan Kawasan Lindung
Berdasarkan penetapan dalam PP No.26/2008 tentang RTRWN, khususnya Pasal 51 sampai
Pasal 62, terlebih dahulu ditetapkan kriteria kawasan lindung secara umum, seperti
dikemukakan pada Tabel V.3.1. Dikaitkan dengan kajian mengenai arahan pola ruang (Bab III
Subbab 3.8.4) selanjutnya diidentifikasi kawasan lindung yang akan ditetapkan dalam RTRW
Provinsi NAD. Dalam penetapan ini dipilah atas 2 aspek penetapan, yaitu penetapan secara
deskriptif mengenai kriteria dan penetapan delineasi pada wilayah Provinsi NAD (yang dapat
digambarkan pada Peta Rencana skala 1 : 250.000).
Dalam identifikasi penetapan kawasan lindung menurut aspek deskriptif kriteria pada prinsipnya
ditetapkan untuk semua jenis kawasan lindung secara umum atau normatif. Sementara
penetapan menurut aspek delineasi pada wilayah Provinsi NAD (pada Peta Rencana),
diidentifikasikan dengan: Ada, untuk penetapan yang ada dalam RTRW Provinsi NAD; dan
Belum Ada, untuk penetapan yang belum atau tidak ada pada wilayah Provinsi NAD dan/atau
pada tingkat RTRW Provinsi NAD. Selanjutnya untuk delineasi yang Belum Ada tersebut akan
diidentifikasikan dalam rencana rinci kawasan (pada tingkat Provinsi NAD adalah Rencana
Rinci atau Detail Kawasan Strategis Provinsi NAD), dan RTRW Kabupaten/Kota di Provinsi
NAD, dengan skala peta yang lebih besar.
RTRW PROVINSI NAD V - 30

TABEL V.3.1
JENIS DAN KRITERIA KAWASAN LINDUNG
DAN PENETAPAN DALAM RTRW PEOVINSI NAD
Penetapan RTRWP NAD
No. Jenis Kawasan Lindung Kriteria
Kriteria Delineasi

I. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya


1. Kaw. Hutan Lindung a. Kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, Ada Ada
jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil
perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh
puluh lima) atau lebih;
b. kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng
paling sedikit 40% (empat puluh persen); atau
c. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling
sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut.
2. Kawasan Bergambut Kawasan dengan ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau Ada Belum Ada
lebih yang terdapat di hulu sungai atau rawa.
3. Kawasan Resapan Air Kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk mere- Ada Belum Ada
sapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permuka-
an.

II. Kawasan Perlindungan Setempat


1. Sempadan Pantai a. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling Ada Belum Ada
sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut
tertinggi ke arah darat; atau
b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi
fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak propor-
sional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
2. Sempadan Sungai a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan Ada Belum Ada
lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul se-
belah luar;
b. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertang-
gul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling
sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan
c. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul
di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedi-
kit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.
3. Kaw.Sekitar Danau atau Waduk a. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai de- Ada Belum Ada
ngan 100 (seratus) meter dari titik pasang air danau
atau waduk tertinggi; atau
b. daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang le-
barnya ptoporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik
danau atau waduk.
4. Ruang Terbuka Hijau Kota a. Lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima Ada Belum Ada
ratus) meter persegi;
b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombi-
nasi dari bentuk satu hamparan dan jalur; dan
c. didominasi komunitas tumbuhan.
RTRW PROVINSI NAD V - 31

Lanjutan 1 - Tabel V.3.1 Jenis dan Kriteria Kawasan Lindung


Penetapan RTRWP NAD
No. Jenis Kawasan Lindung Kriteria
Kriteria Delineasi

III. Kaw. Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya


1. Kaw. Suaka Alam a. Kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosis- Ada Belum Ada
tem, serta gejala dan keunikan alam yang khas baik di
darat maupun di perairan; dan/atau
b. mempunyai fungsi utama sebagai kawasan pengawet-
an keanekaragaman jenis biota, ekosistem, serta gejala
dan keunikan alam yang terdapat di dalamnya.
2. Kaw. Suaka Alam Laut dan per- a. Memiliki ekosistem khas, baik di laut maupun perairan Ada Belum Ada
airan lainnya lainnya; dan
b. merupakan habitat alami yang memberikan tempat atau
perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa.
3. Suaka Margasatwa dan Suaka a. Merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari Ada Ada
Margasatwa Laut suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konser-
vasinya;
b. memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi;
c. merupakan tempat dan kehidupan bagi satwa migran
tertentu;
d. memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa
yang bersangkutan.
4. Cagar Alam dan Cagar Alam a. Memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan Ada Ada
Laut tipe ekosistemnya;
b. memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyu-
sunnya;
c. memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang
masih asli atau belum terganggu manusia;
d. memiliki luas dan bentuk tertentu; atau
e. memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh
di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan kon-
servasi.
5. Kawasan Pantai Berhutan Bakau Koridor di sepanjang pantai dengan lebar paling sedikit Ada Ada
130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air (HL Pantai)
pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis
air surut terendah ke arah darat.
6. Taman Nasional dan Taman a. Berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuh- Ada Ada
Nasional Laut an dan satwa yang beragam;
b. memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan
proses ekologi secara alami;
c. memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik be-
rua jenis tumbuhan maupun jenis satwa dan ekosistem-
nya serta gejala alam yang masih utuh;
d. memiliki palin sedikit satu ekosistem yang terdapat di
dalamnya yang secara materi atau fisik tidak boleh diu-
bah baik oleh eksploitasi maupun pendudukan manusia;
dan
e. memiliki keadaan alam yang asli untuk dikembangkan
sebagai pariwisata alam.
RTRW PROVINSI NAD V - 32

Lanjutan 2 - Tabel V.3.1 Jenis dan Kriteria Kawasan Lindung


Penetapan RTRWP NAD
No. Jenis Kawasan Lindung Kriteria
Kriteria Delineasi

7. Taman Hutan Raya (Tahura) a. Berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuh- Ada Ada
an dan satwa yang beragam;
b. memiliki arsitektur bentang alam yang baik;
c. memiliki akses yang abik untuk keperluan pariwisata;
d. merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun
buatan, baik pada kawasan yang ekosistemnya masih
utuh maupun kawasan yang sudah berubah;
e. memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam; dan
f. memiliki luas yang memungkinkan untuk pengembangan
koleksi tumbuhan dan/atau satwa jenis asli dan/atau
bukan asli.
8. Taman Wisata Alam dan Taman a. Memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa, dan Ada Ada
Wisata Alam Laut ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologi
yang indah, unik, dan langka;
b. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;
c. memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya untuk di-
manfaatkan bagi kegiatan wisata alam; dan
d. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pe-
ngembangan kegiatan wisata alam.
9. Kawasan Cagar Budaya dan Hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaat- Ada Belum Ada
Ilmu Pengetahuan kan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

IV. Kawasan Rawan Bencana Alam


1. Kaw. Rawan Tanah Longsor Kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpin- Ada Belum Ada
dahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran.
2. Kaw. Rawan Gelombang Pasang Kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang Ada Belum Ada
pasang dengan kecepatan antara 10 sampai dengan 100
kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau
gravitasi bulan atau matahari.
3. Kawasan Rawan Banjir Kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau berpoten- Ada Belum Ada
si tinggi mengalami bencana alam banjir.

V. Kawasan Lindung Geologi


1. Kaw. Cagar Alam Geologi
a. Kaw.Keunikan Batuan dan Fosil a. Memiliki keragaman batuan dan dapat berfungsi seba- Ada Belum Ada
gai laboratorium alam;
b. memiliki batuan yang mengandung jejak atau sisa kehi-
dupan di masa lampau (fosil);
c. memiliki nilai paleo-antropologi dan arkeologi;
d. memiliki tipe geologi unik; atau
e. memiliki satu-satunya batuan dan/atau jejak struktur
geologi masa lalu.
b. Kaw. Keunikan Bentang Alam a. Memiliki bentang alam gumuk pasir pantai; Ada Belum Ada
b. memiliki bentang alam berupa kawah, kaldera, maar,
leher vulkanik, dan gumuk vulkanik;
c. memiliki bentang alam goa;
d. memiliki bentang alam ngarai/lembah;
e. memiliki bentang alam kubah; atau
f. memiliki bentang alam karst.
c. Kaw. Keunikan Proses Geologi a. Kawasan poton atau lumpur vulkanik; Ada Belum Ada
b. kawasan dengan kemunculan sumber api alami; atau
c. kawasan dengan kemunculan solfatara, fumarola,
dan/atau geyser.
RTRW PROVINSI NAD V - 33

Lanjutan 3 - Tabel V.3.1 Jenis dan Kriteria Kawasan Lindung


Penetapan RTRWP NAD
No. Jenis Kawasan Lindung Kriteria
Kriteria Delineasi

2. Kaw.Rawan Bencana Alam Geologi


a. Kaw. Rawan Letusan Gunung a. Wilayah di sekitar kawah atau kaldera; dan/atau Ada Belum Ada
Berapi b. wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava,
aliran lahar lontaran atau guguran batu pijar dan/atau
aliran gas beracun.
b. Kaw. Rawan Gempa Bumi Kawasan yang berpotensi dan/atau pernah mengalami Ada Belum Ada
gempa bumi dengan skala VII sampai XII Modified Mercally
Intensity (MMI).
c. Kaw. Rawan Gerakan Tanah Kawasan yang memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah Ada Belum Ada
tinggi.
d. Kaw. Yang Terletak Pada Zona Sempadan dengan lebar paling sedikit 250 (dua ratus lima Ada Belum Ada
Patahan Aktif puluh) meter dari tepi jalur patahan aktif.
e. Kaw. Rawan Tsunami Pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau Ada Belum Ada
pernah mengalami tsunami.
f. Kaw. Rawan Abrasi Pantai yang berpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi. Ada Belum Ada
g. Kawasan Rawan Bahaya Gas Wilayah yang berpotensi dan/atau pernah mengalami ba- Ada Belum Ada
Beracun haya gas beracun.
3. Kaw. Yang Memberikan Perlin-
dungan Terhadap Air Tanah
a. Kaw. Imbuhan Air Tanah a. Memiliki jenis fisik batuan dengan kemampuan melulus- Ada Belum Ada
kan air tanah dengan jumlah yang berarti;
b. memiliki lapisan penutup tanah berupa pasir sampai la-
nau;
c. memiliki hubungan hidrogeologis yang menerus dengan
daerah lepasan; dan/atau
d. memiliki muka air tanah tidak tertekan yang letaknya le-
bih tinggi daripada muka air tanah yang tertekan.
b. Kaw. Sempadan Mata Air a. Daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat Ada Belum Ada
untuk mempertahankan fungsi mata air; dan
b. wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) me-
ter dari mata air.

VI. Kawasan Lindung Lainnya


1. Kaw. Cagar Biosfer a. Memiliki keterwakilan ekosistem yang masih alami, ka- Ada Belum Ada
wasan yang sudah mengalami degradasi, mengalami
modifikasi, atau kawasan binaan;
b. memiliki komunitas alam yang unik, langka, dan indah;
c. merupakan bentang alam yang cukup luas yang men-
cerminkan interaksi antara komunitas alam dengan ma-
nusia beserta kegiatannya secara harmonis; atau
d. berupa tempat bagi pemantauan perubahan ekologi me-
lalui penelitian dan pendidikan.
RTRW PROVINSI NAD V - 34

Lanjutan 4 - Tabel V.3.1 Jenis dan Kriteria Kawasan Lindung


Penetapan RTRWP NAD
No. Jenis Kawasan Lindung Kriteria
Kriteria Delineasi

2. Ramsar a. Berupa lahan basah baik yang bersifat alami atau men- Ada Belum Ada
dekati alami yang mewakili langka atau unit yang sesuai
dengan biogeografisnya;
b. mendukung spesies rentan, langka, hampir langka, atau
ekologi komunitas yang terancam;
c. mendukung keanekaragaman populasi satwa dan/atau
flora di wilayah biogeografisnya; atau
d. merupakan tempat perlindungan bagi satwa dan/atau
flora saat melewati masa kritis dalam hidupnya.
3. Taman Buru a. Memiliki luas yang cukup dan tidak membahayakan un- Ada Ada
tuk kegiatan berburu; dan
b. terdapat satwa buru yang dikembangbiakkan yang me-
mungkinkan perburuan secara teratur dan berkesinam-
bungan dengan mengutamakan segi aspek rekreasi,
olahraga, dan kelestarian satwa.
4. Kaw.Perlindungan Plasma Nutfah a. Memiliki jenis plasma nutfah tertentu yang memungkin- Ada Ada
kan kelangsungan proses pertumbuhannya; dan
b. memiliki luas tertentu yang memungkinkan kelangsung-
an proses pertumbuhan jenis plasma nutfah.
5. Kaw. Pengungsian Satwa a. Merupakan tempat kehidupan satwa yang sejak semula Ada Ada
menghuni areal tersebut; (PLG/PKG)
b. merupakan tempat kehisupan baru bagi satwa; dan
c. memiliki luas tertentu yang memungkinkan berlangsung-
nya proses hidup dan kehidupan serta berkembangbi-
aknya satwa.
6. Terumbu Karang a. Berupa kawasan yang terbentuk dari koloni masif dari Ada Belum Ada
hewab kecil yang secara bertahap membentuk terumbu
karang;
b. terdapat di sepanjang pantai dengan kedalaman paling
dalam 40 (empat puluh) meter; dan
c. dipisahkan oleh laguna dengan kedalaman antara 40
(empat puluh) meter sampai dengan 75 (tujuh puluh li-
ma) meter.
7. Kaw. Koridor Bagi Jenis Satwa a. Berupa kawasan yang memiliki ekosistem unik, biota en- Ada Belum Ada
atau Biota Laut yang Dilindungi demik, atau proses-proses penunjang kehidupan; dan
b. mendukung alur migrasi biota laut.

Sumber: RTRWN, PP 26/2008 Pasal 51 sampai Pasal 62


Catatan:
Delineasi Belum Ada, akan diakomodasikan pada Rencana Rinci Kawasan dan/atau
RTRW Kabupaten/Kota di Provinsi NAD.
RTRW PROVINSI NAD V - 35

5.3.1.2 Rencana Penetapan Kawasan Lindung Provinsi NAD


Sehubungan dengan dominannya kawasan lindung tersebut berupa hutan, maka terlebih
dahulu dikemukakan usulan/arahan fungsi hutan konservasi dari Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Provinsi NAD seperti yang ditunjukkan pada Tabel V.3.2. Pada tabel ini selain
hutan konservasi yang telah ditetapkan sebelumnya, juga dikemukakan usulan hutan
konservasi yang baru.
TABEL V.3.2
USULAN/ARAHAN FUNGSI HUTAN KONSERVASI UNTUK RTRWP NAD 2009
DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROV. NAD
Kawasan Hutan SA/PA/Tujuan Khusus Luas (Ha) Keterangan Fungsi Semula

1. Hutan Suaka Alam (HSA)


a. Cagar Alam (CA)
1). Cagar Alam Pinus Jantho 16.640,00 Lama CA Pinus Jantho
2). Cagar Alam Serbajadi 300,00 Lama CA Serbajadi
b. Suaka Margasatwa (SM)
1). Suaka Margasatwa Rawa Singkil 102.370,00 Lama SM Rawa Singkil

2. Hutan Pelestarian Alam (HPA)


a. Taman Nasional (TN)
1). Taman Nasional Gunung Leuser 623.987,00 Lama TN Gunung Leuser
b. Taman Hutan Raya (Tahura)
1). Tahura Pocut Meurah Intan 6.300,00 Lama Tahura PM Intan
2). Tahura Tepah Selatan Simeulue 500,00 Baru HL di Tepah Selatan
c. Taman Wisata Alam (TWA)
1). TWA Pulau Weh TWA Pulau Weh
- Daratan 1.300,00 Lama Daratan
- Perairan Laut 2.600,00 Lama Perairan Laut
2). TWA Kepulauan Banyak TWA Kep. Banyak
- Daratan 15.000,00 Lama Daratan
- Perairan Laut 212.500,00 Lama Perairan Laut
3). TWA Anak Laut Singkil
- Daratan 1.200,00 Baru APL/Kaw.Budidaya
- Perairan Laut 1.000,00 Baru Perairan Laut
4). TWA Makam Teuku Umar - 300,00 Baru APL/Kaw.Budidaya
Aceh Barat
5). TWA Kuta Malaka - 2.000,00 Baru HL di Kuta Malaka
Aceh Besar
d. Taman Buru (TB)
1). TB Lingga Isaq 86.704,00 Lama TB Lingga Isaq

3. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus


a. Kaw. Perlindungan Plasma Nutfah (KPPN)
1). KPPN Leupung 1.300,00 Lama KPPN Leupung
2). KPPN Kapur - Subulussalam 1.800,00 Baru HL di Subulussalam
b. Kawasan Pengungsian Satwa
1). Pusat Latihan Gajah Lhok Asan 112,00 Lama PLG Lhok Asan
2). Kaw. Konservasi Gajah Cot Girek 800,00 Baru HP di Cot Girek
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Prov. NAD, Februari 2009, Tabel III.8.3 di depan.
RTRW PROVINSI NAD V - 36

Bila dihubungkan antara penetapan kawasan lindung nasional dalam RTRWN yang terletak di
wilayah Provinsi NAD dan usulan/arahan fungsi hutan konservasi di atas, maka secara
keseluruhan diperoleh penetapan kawasan lindung berupa kawasan suaka alam dan
pelestarian alam (hutan konservasi) di wilayah Provinsi NAD seperti yang dikemukakan dalam
Tabel V.3.3.
TABEL V.3.3
PENETAPAN KAWASAN LINDUNG BERUPA KAWASAN SUAKA ALAM DAN PELESTARIAN ALAM
(KAWASAN KONSERVASI) DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Penetapan Penetapan
Jenis Kawasan Lindung Luas (Ha)
Kawasan Lindung Nasional Kawasan Lindung Provinsi NAD
1. Suaka Margasatwa (SM) 1. SM Rawa Singkil 1. SM Rawa Singkil 102.370
2. Cagar Alam (CA) 1. CA Hutan Pinus Jantho 1. CA Hutan Pinus Jantho 16.640
2. CA Serbajadi 300
3. Taman Nasional (TN) 1. TN Gunung Leuser 1. TN Gunung Leuser 623.987
4. Taman Hutan Raya (Tahura) 1. Tahura Cut Nyak Dhien (Pocut 1. Tahura Cut Nyak Dhien (Pocut 6.300
Muerah Intan) Muerah Intan)
2. Tahura Tepah Selatan Simeulue 500
5. Taman Wisata Alam (TWA) *) 1. TWA Iboih Pulau Weh Sabang 1.300
(di daratan) 2. TWA Pulau Banyak 15.000
3. TWA Anak Laut Singkil 1.200
4. TWA Makam Teuku Umar A.Barat 300
5. TWA Kuta Malaka Aceh Besar 2.000
6. Taman Wisata Alam Laut 1. TWAL Pulau Weh 1. TWAL Pulau Weh 2.600
(TWAL) (di perairan laut) 2. TWAL Kepulauan Banyak 2. TWAL Kepulauan Banyak 212.500
3. TWAL Perairan Pulau Pinang, 3. TWAL Perairan Pulau Pinang, ?
Siumat dan Simanaha (Pisisi) Siumat dan Simanaha (Pisisi)
4. TWAL Anak Laut Singkil 1.000
7. Taman Buru (TB) 1. TB Lingga Isaq 1. TB Lingga Isaq 86.704
8. Kaw. Perlindungan Plasma - 1. KPPN Leupung Aceh Besar 1.300
Nutfah (KPPN) 2. KPPN Kapur Subulussalam 1.800
9. Kawasan Pengungsian - 1. Pusat Latihan Gajah Lhok Asan 112
Satwa 2. Kaw. Konservasi Gajah Cot Girek 800
Sumber: RTRWN, dan Analisis RTRW Provinsi NAD.

Selanjutnya sesuai dengan lingkup penetapan kawasan lindung yang memiliki nilai strategis
Provinsi NAD di depan, maka rencana penetapan kawasan lindung Provinsi NAD pada tingkat
RTRW Provinsi NAD ini adalah seperti Tabel V.3.4. Penetapan Kawasan Lindung Provinsi NAD
digambarkan pada Gambar 5.3.1 yang memuat Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi NAD.
Total luas kawasan lindung yang ditetapkan pada tingkat RTRW Provinsi NAD, yaitu total luas
hutan berfungsi lindung (hutan lindung dan hutan konservasi) di darat adalah 2.698.713,00 Ha
atau sebesar 47,04 % dari luas wilayah Provinsi NAD. Sementara luas kawasan lindung di laut
adalah 216.100 Ha, yang terutama berupa Taman Wisata Alam Laut (TWAL).
TABEL V.3.4
PENETAPAN KAWASAN LINDUNG PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Luas Wil. Kawasan Lindung Total Hutan
KAB./KOTA Kaw.Lindung
(Ha) CA SM TN TWA-D PLG/PKG TWA-L THR TB KPNtfah HL
RTRW PROVINSI NAD

1. BANDA ACEH 6.100,00 -


2. SABANG 11.900,00 1.300,00 2.600,00 2.815,30 4.115,30
3. ACEH BESAR 268.600,00 16.640,00 2.000,00 6.110,00 1.300,00 69.244,20 95.294,20
4. PIDIE 308.740,00 190,00 233.130,60 233.320,60
5. PIDIE JAYA 107.360,00 -
6. BIREUEN 190.099,98 32.625,98 32.625,98
7. ACEH UTARA 329.800,00 912,00 6.248,00 7.160,00
8. LHOKSEUMAWE 18.000,00 -
9. ACEH TIMUR 604.090,00 300,00 172.898,19 173.198,19
10. LANGSA 26.200,00 2.500,00 2.500,00
11. ACEH TAMIANG 194.004,02 47.456,02 47.456,02
12. ACEH JAYA 370.300,00 191.555,00 191.555,00
13. ACEH BARAT 242.600,25 300,00 107.501,25 107.801,25
14. NAGAN RAYA 390.313,00 144.320,00 144.320,00
15. ACEH BARAT DAYA 168.509,93 63.610,50 64.592,03 128.202,53
16. ACEH SELATAN 364.600,00 65.977,00 77.335,23 155.743,21 299.055,44
17. ACEH SINGKIL 218.599,40 36.393,00 16.200,00 213.500,00 13.710,40 66.303,40
18. SUBULUSSALAM 139.100,00 1.800,00 1.800,00
18. ACEH TENGGARA 423.129,13 280.160,94 95.619,19 375.780,13
20. GAYO LUES 571.991,98 202.880,33 226.560,85 429.441,18
21. ACEH TENGAH 389.636,00 86.692,00 144.820,34 231.512,34
22. BENER MERIAH 187.683,99 12,00 64.480,59 64.492,59
23. SIMEULUE 205.198,95 500,00 62.278,85 62.778,85

PROV. NAD 5.736.556,63 16.940,00 102.370,00 623.987,00 19.800,00 912,00 216.100,00 6.800,00 86.704,00 3.100,00 1.838.100,00 2.698.713,00
Keterangan :
KAWASAN LINDUNG : Total Kaw. Lindung (Darat) = 2.698.713,00 Ha
Kawasan Suaka Alam : Total Kaw. Lindung (Laut) = 216.100,00 Ha
CA = Cagar Alam
SM = Suaka Margasatwa
Kawasan Pelestarian Alam :
TN = Taman Nasional (Gunung Leuser) / TNGL
TWA-D = Taman Wisata Alam (Daratan)
TWA-L = Taman Wisata Alam (Laut - Perairan)
THR = Taman Hutan Raya
TB = Taman Buru
KPN = Kebun Plasma Nutfah
PLG/PKG = Pusat Latihan Gajah/Pusat Konservasi Gajah
V - 37
RTRW PROVINSI NAD V - 38

Gambar 5.3.1 Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi NAD


RTRW PROVINSI NAD V - 39

5.3.2 Rencana Penetapan Kawasan Budidaya Provinsi NAD


Berdasarkan kajian pada Bab III, kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis Provinsi NAD
meliputi:
- kawasan hutan produksi, yang terdiri atas hutan produksi terbatas (HPT) dan hutan
produksi tetap/biasa (HP/HPB);
- kawasan pertanian lahan basah lestari (PLB Lestari).
Pada Tabel V.3.5 ditunjukkan rencana penetapan kawasan budidaya Provinsi NAD pada
tingkat RTRW Provinsi NAD yang meliputi: kawasan budidaya hutan produksi, kawasan
pertanian lahan basah lestari, dan kawasan budidaya lainnya. Sebaran kawasan budidaya yang
memiliki nilai strategis Provinsi NAD tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.3.1 Rencana Pola
Ruang Wilayah Provinsi NAD di depan.
TABEL V.3.5
PENETAPAN KAWASAN BUDIDAYA PROVINSI NAD

Luas Wil. Total Hutan Kawasan Budidaya Hutan Total Total Hutan
KAB./KOTA Kaw.Lindung HPT+HP (KL + KB)
PLBLestari KB Lain
(Ha) HPT HP

1. BANDA ACEH 6.100,00 - - - - - 6.100,00


2. SABANG 11.900,00 4.115,30 - - 4.115,30 - 7.784,70
3. ACEH BESAR 268.600,00 95.294,20 68.691,00 68.691,00 163.985,20 18.536 86.078,80
4. PIDIE 308.740,00 233.320,60 48.913,00 48.913,00 282.233,60 29.077 (2.570,60)
5. PIDIE JAYA 107.360,00 - - - 107.360,00
6. BIREUEN 190.099,98 32.625,98 3.030,00 29.279,00 32.309,00 64.934,98 13.820 111.345,00
7. ACEH UTARA 329.800,00 7.160,00 32.825,00 32.825,00 39.985,00 25.524 264.291,00
8. LHOKSEUMAWE 18.000,00 - - - - 140 17.860,00
9. ACEH TIMUR 604.090,00 173.198,19 99.320,00 99.320,00 272.518,19 9.291 322.280,81
10. LANGSA 26.200,00 2.500,00 7.050,00 7.050,00 9.550,00 1.192 15.458,00
11. ACEH TAMIANG 194.004,02 47.456,02 37.850,00 37.850,00 85.306,02 200 108.498,00
12. ACEH JAYA 370.300,00 191.555,00 48.655,00 48.655,00 240.210,00 315 129.775,00
13. ACEH BARAT 242.600,25 107.801,25 4.649,00 4.649,00 112.450,25 - 130.150,00
14. NAGAN RAYA 390.313,00 144.320,00 15.783,00 15.783,00 160.103,00 11.456 218.754,00
15. ACEH BARAT DAYA 168.509,93 128.202,53 - 128.202,53 6.703 33.604,40
16. ACEH SELATAN 364.600,00 299.055,44 7.900,00 4.848,00 12.748,00 311.803,44 7.370 45.426,56
17. ACEH SINGKIL 218.599,40 66.303,40 25.800,00 25.800,00 92.103,40 - 126.496,00
18. SUBULUSSALAM 139.100,00 1.800,00 - 1.800,00 137.300,00
18. ACEH TENGGARA 423.129,13 375.780,13 - 375.780,13 1.600 45.749,00
20. GAYO LUES 571.991,98 429.441,18 20.350,00 24.840,00 45.190,00 474.631,18 300 97.060,80
21. ACEH TENGAH 389.636,00 231.512,34 6.020,00 68.377,00 74.397,00 305.909,34 250 83.476,66
22. BENER MERIAH 187.683,99 64.492,59 58.250,00 58.250,00 122.742,59 246 64.695,40
23. SIMEULUE 205.198,95 62.778,85 26.150,00 26.150,00 88.928,85 - 116.270,10

PROV. NAD 5.736.556,63 2.698.713,00 37.300,00 601.280,00 638.580,00 3.337.293,00 126.020,00 2.273.243,63
47,04 58,18 2,20 39,63
Keterangan :
KAWASAN BUDIDAYA Strategis Provinsi NAD:
HPT = Hutan Produksi Terbatas
HP = Hutan Produksi Tetap
PLBLestari = Pertanian Lahan Basah Lestari

KB Lain = Kawasan Budidaya Lain:


(dideskripsikan sebarannya dalam Kawasan Andalan Provinsi (KAP))
Pertanian Lahan Kering,
Perkebunan,
Tambak,
Permukiman,
Industri , dan lainnya.
RTRW PROVINSI NAD V - 40

Secara khusus, sehubungan dengan spirit Aceh Hijau, fungsi hutan secara keseluruhan
menjadi penting, yang akan meliputi hutan kawasan lindung dan hutan kawasan buddidaya. Bila
luas hutan kawasan lindung (sebesar 2.698.713,00 Ha) ditambah dengan luas kawasan hutan
produksi (638.580,00 Ha), maka luas total hutan di Provinsi NAD adalah 3.337.293,00 Ha,
atau sebesar 58,18 % dari luas wilayah Provinsi NAD.
Kawasan budidaya lainnya akan diindikasikan dalam penetapan kegiatan budidaya unggulan
menurut Kawasan Andalan Provinsi (KAP) yang ditetapkan sesuai dengan Wilayah
Pengembangan (WP) yang telah ditetapkan di depan, atau disingkat KAP-WP.
TABEL V.3.6
PENETAPAN KEGIATAN BUDIDAYA UNGGULAN
KAWASAN ANDALAN DARAT PROVINSI NAD
Kawasan Andalan Prov. Kabupaten/Kota Luas KAP-WP Luas Kaw. Luas Kaw. Kegiatan Budidaya
No.
WP Yang Tercakup (Ha) Lindung (Ha) Budidaya (Ha) Unggulan

1. Kawasan Andalan Provinsi - Kota Banda Aceh 286.600,00 99.409,50 187.190,50 - Pertanian
WP Banda Aceh Raya Kota Sabang - Pariwisata
Kab. Aceh Besar - Industri
- Perikanan
2. Kawasan Andalan Provinsi - Kota Langsa 824.294,02 223.154,21 601.139,81 - Perkebunan
WP Timur 1 Kab. Aceh Tamiang - Pertanian
Kab. Aceh Timur - Industri
- Perikanan
- Pertambangan
3. Kawasan Andalan Provinsi - Kota Lhokseumawe 537.899,98 39.785,98 498.114,00 - Pertanian
WP Timur 2 Kab. Aceh Utara - Perkebunan
Kab. Bireuen - Industri
- Perikanan
- Pertambangan
4. Kawasan Andalan Provinsi - Kab. Pidie 416.100,00 233.320,60 182.779,40 - Pertanian
WP Timur 3 Kab. Pidie Jaya - Perkebunan
- Industri
- Perikanan
5. Kawasan Andalan Provinsi - Kab. Aceh Tengah 577.319,99 296.004,93 281.315,06 - Perkebunan
WP Tengah 1 Kab. Bener Meriah - Pariwisata
- Perikanan
6. Kawasan Andalan Provinsi - Kab. Aceh Tenggara 995.121,11 805.221,31 189.899,80 - Perkebunan
WP Tengah 2 Kab. Gayo Lues - Pariwisata
- Pertanian
7. Kawasan Andalan Provinsi - Kab. Aceh Barat 1.003.213,25 443.676,25 559.537,00 - Perkebunan
WP Barat 1 Kab. Aceh Jaya - Pertanian
Kab. Nagan Raya - Perikanan
- Pariwisata
- Pertambangan
8. Kawasan Andalan Provinsi - Kab. Aceh Selatan 533.109,93 427.257,97 105.851,96 - Perkebunan
WP Barat 2 Kab. Aceh Barat Daya - Pertanian
- Perikanan
- Pariwisata
9. Kawasan Andalan Provinsi - Kota Subulussalam 357.699,40 68.103,40 289.596,00 - Perkebunan
WP Barat 3 Kab. Aceh Singkil - Perikanan
- Pariwisata
10. Kawasan Andalan Provinsi - Kab. Simeulue 205.198,95 62.778,85 142.420,10 - Perkebunan
WP Barat 4 (P.Simeulue) - Perikanan
- Pariwisata
Sumber: Rencana Penetapan Kawasan Budidaya Provinsi NAD.
RTRW PROVINSI NAD V - 41

Selain penetapan Kawasan Andalan Provinsi NAD di darat, terdapat pula Kawasan Andalan
Laut Provinsi NAD, yang meliputi:
1. Kawasan Andalan Laut Provinsi NAD di Selat Malaka, yang berhadapan dengan pesisir
timur wilayah Provinsi NAD;
2. Kawasan Andalan Laut Provinsi NAD di Laut Andaman, yang berhadapan dengan
Banda Aceh – Sabang;
3. Kawasan Andalan Laut Provinsi NAD di Samudera Hindia, yang berhadapan dengan
pesisir barat wilayah Provinsi NAD.
Kegiatan unggulan pada masing-masing Kawasan Andalan Laut Provinsi NAD tersebut
dikemukakan pada Tabel V.3.7.
TABEL V.3.7
KAWASAN ANDALAN LAUT PROVINSI NAD
Kawasan Andalan Laut Kegiatan
No.
Provinsi NAD (KALP) Unggulan
1. KALP Selat Malaka - Perikanan Laut
- Pertambangan
- Pariwisata
2. KALP Laut Andaman - Perikanan Laut
- Pariwisata
3. KALP Samudera Hindia - Perikanan Laut
- Pariwisata
- Pertambangan
Sumber: Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi NAD.

Penggambaran di atas peta rencana khusus untuk masing-masing Kawasan Andalan Provinsi
NAD – Wilayah Pengembangan (KAP-WP) dan Kawasan Andalan Laut Provinsi NAD (KALP)
dapat dilihat pada Gambar 5.3.2.
RTRW PROVINSI NAD V - 42

Gambar 5.3.2 KAP-WP dan KALP


RTRW PROVINSI NAD V - 43

5.4 Penetapan Kawasan Strategis Provinsi NAD


Selaras dengan Pasal 1 Angka 17 dalam PP No.26/2008 tentang RTRWN, maka kawasan
strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
sangat penting sesuai dengan sudut kepentingannya: pertahanan keamanan, pertumbuhan
ekonomi, sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi
dan daya dukung lingkungan. Berdasarkan arahan dari Bab III mengenai arahan penetapan
kawasan strategis Provinsi NAD, maka penetapan Kawasan Strategis Provinsi NAD adalah
seperti dikemukakan pada Tabel V.4.1 dan Gambar 5.4.1.
TABEL V.4.1
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS DI WILAYAH PROVINSI NAD

Sudut Kepentingan Kawasan Strategis Kawasan Strategis Nasional Kawasan Strategis Provinsi NAD

1. Pertahanan keamanan 1. Kawasan perbatasan laut RI dengan negara India/


Thailand/Malaysia, termasuk 2 pulau kecil terluar,
yaitu Pulau Rondo (NAD), Pulau Berhala (Sumut). Mendukung Kawasan Strategis Nasional dengan
sudut kepentingan pertahanan keamanan dalam
2. Kawasan perbatasan negara termasuk 19 pulau penataan, pemanfaatan, dan pengendalian
kecil terluar. Pulau-pulau kecil terluar yang terle- pemanfaatan ruang.
tak di Provinsi NAD: P.Simeuluecut, P.Salaut
Besar, P.Raya, P.Rusa, dan P.Benggala.
2. Pertumbuhan ekonomi 1. Kawasan Industri Lhokseumawe.
Mendukung Kawasan Strategis Nasional dengan
2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dalam
Bebas Sabang.
penataan, pemanfaatan, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
(KAPET) Banda Aceh Darussalam.
1. Kawasan pengembangan ekonomi berbasis sum-
ber daya alam (termasuk kelautan) di Pesisir
Barat wilayah Provinsi NAD.
3. Sosial budaya - 1. Kawasan Cagar Budaya.
2. Kawasan Pemakaman Massal Korban Tsunami,
dan Monumen Bencana Tsunami Tahun 2004.
4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/ - -
atau teknologi tinggi
5. Fungsi dan daya dukung lingkungan 1. Kawasan Ekosistem Leuser. Mendukung Kawasan Strategis Nasional dengan
sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan dalam penataan, pemanfaatan, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
1. Kawasan Ekosistem Ulu Masen.
2. Kawasan Gunung Seulawah.
3. Kawasan TWA/TWAL Pulau Weh Sabang.
4. Kawasan Hutan Lindung Pesisir (Hutan Bakau) di
Kab. Aceh Timur, Kota Langsa, Kab. Aceh Tami-
ang, Kab. Aceh Utara, dan Kab. Aceh Singkil
(Gosong Telaga ).
5. Kawasan TWA/TWAL Kepulauan Banyak di Kab.
Aceh Singkil.
6. Kawasan DAS Peusangan.
7. Kawasan DAS Lawe Alas/Singkil (Antar Provinsi).
Sumber: RTRWN, dan Hasil Analisis untuk RTRW Provinsi NAD, Tabel III.8.8 Bab III.
RTRW PROVINSI NAD V - 44

Gambar 5.4.1 Kawasan Strategis Provinsi NAD


RTRW PROVINSI NAD V - 45

Untuk Kawasan Strategis Nasional yang terletak di Provinsi NAD, RTRW Provinsi NAD
berperan mendukung. Oleh karena itu Kawasan Strategis Nasional tersebut tetap dimasukkan
dalam penetapan Kawasan Strategis Provinsi NAD. Dalam berperan mendukung tersebut,
maka secara umum dideskripsikan Kawasan Strategis Nasional tersebut.
1. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau kecil terluar (Pulau Rondo dan Berhala)
dengan negara India/Thailand/Malaysia. Sudut kepentingan dari kawasan strategis nasional
ini adalah pertahanan keamanan. Pulau Kecil terluar tersebut yang terletak di wilayah
Provinsi NAD adalah Pulau Rondo, pada ujung utara berhadapan dengan Kepulauan
Nicobar yang merupakan bagian Negara India.
2. Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar. Sudut kepentingan dari
kawasan strategis nasional ini adalah pertahanan keamanan. Pulau Kecil terluar yang
terletak di wilayah Provinsi NAD adalah P. Benggala, P. Rusa, P. Raya, P.Salaut Besar, dan
Pulau Simeulue Cut.
3. Kawasan Industri Lhokseumawe. Sudut kepentingan dari kawasan strategis nasional ini
adalah pertumbuhan ekonomi. Kawasan Industri Lhokseumawe, secara fungsional dan
spatial (keruangan) sebagian terbesar terletak di sekitar Kota Lhokseumawe, yaitu di
Kecamatan Dewantara dan Kecamatan Muara Batu yang termasuk Kabupaten Aceh Utara.
4. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang. Sudut kepentingan dari
kawasan strategis nasional ini adalah pertumbuhan ekonomi. Bila dihubungkan dengan
kondisi yang ada dewasa ini, maka pengembangan kawasan perdagangan bebas dan
pelabuhan bebas Sabang ini akan memerlukan investasi yang sangat berarti (signifikan),
baik investasi publik (pemerintah) maupun investasi privat (swasta).
5. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Banda Aceh Darussalam. Sudut
kepentingan dari kawasan strategis nasional ini juga adalah pertumbuhan ekonomi.
Kawasan ini akan mencakup wilayah Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar (termasuk
pulau-pulau di Kepulauan Aceh), dan Kabupaten Pidie. Pengembangan KAPET Banda
Aceh Darussalam serta Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang bila
bersinergi akan memberikan peluang munculnya “pusat pertumbuhan” (growth center) di
ujung utara Pulau Sumatera, yang akan menjadi “pintu gerbang” ekonomi Indonesia bagian
barat berhadapan dengan ekonomi ASEAN dan Global.
6. Kawasan Ekosistem Leuser. Sudut kepentingan dari kawasan strategis nasional ini adalah
fungsi dan daya dukung lingkungan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
No.190/Kpts-II/2001, tanggal 29 Juni 2001, luas Kawasan Ekosistem Leuser ini adalah
2.255.577 Ha, yang melingkungi Taman Nasional Gunung Leuser. Kawasan Ekosistem
Leuser ini melingkupi areal yang terkena dengan 13 kabupaten/kota di Provinsi NAD, yaitu:
Kab. Aceh Tenggara, Kab. Gayo Lues, Kab. Aceh Tengah, Kab. Bener Meriah, Kab. Aceh
Singkil, Kota Subulussalam, Kab. Aceh Selatan, Kab. Aceh Barat Daya, Kab. Nagan Raya,
Kab. Aceh Barat, Kab. Aceh Tamiang, Kab. Aceh Timur, dan Kab. Aceh Utara. Dalam
Kawasan Ekosistem Leuser ini tercakup sejak dari pegunungan tengah sampai dengan
pesisir barat yang merupakan rawa (Rawa Singkil/Trumon dan Rawa Tripa).

Kawasan Strategis Provinsi NAD yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi NAD ini meliputi:
1. Kawasan pengembangan berbasis sumber daya alam (termasuk kelautan) di pesisir barat
wilayah Provinsi NAD. Sudut kepentingan pengembangan kawasan strategis Provinsi NAD
ini adalah pertumbuhan ekonomi. Bagian wilayah pesisir barat ini relatif tertinggal jika
dibandingkan dengan bagian wilayah pesisir timur dan Banda Aceh dan sekitarnya. Dengan
demikian penetapan sebagai kawasan strategis Provinsi NAD adalah dalam upaya
RTRW PROVINSI NAD V - 46

mempercepat dan merangsang perkembangan/pertumbuhan ekonomi di pesisir barat


tersebut. Bila dihubungkan dengan penetapan kawasan andalan di depan, maka kawasan
ini akan melingkupi:
a. Kawasan Andalan Provinsi NAD – WP Barat 1;
b. Kawasan Andalan Provinsi NAD – WP Barat 2;
c. Kawasan Andalan Provinsi NAD – WP Barat 3;
d. Kawasan Andalan Provinsi NAD – WP Barat 4 (Pulau Simeulue); dan
e. Kawasan Andalan Laut Provinsi NAD – Samudera Hindia.
2. Kawasan Cagar Budaya. Sudut kepentingan pengembangan kawasan strategis Provinsi
NAD ini adalah sosial budaya. Ada 2 kawasan cagar budaya yang diusulkan dalam hal ini,
yaitu:
a. Komplek peninggalan Kesultanan Aceh di Kota Banda Aceh dan sekitarnya;
b. Komplek peninggalan Kerajaan Samudera Pasai di Kabupaten Aceh Utara.
3. Kawasan Pemakaman Massal Korban Tsunami dan Monumen Bencana Tsunami Tahun
2004. Sudut kepentingan pengembangan kawasan strategis Provinsi NAD ini adalah sosial
budaya. Kawasan ini dianggap penting sebagai tonggak sejarah Aceh khususnya dan
Indonesia umumnya yang mengalami bencana dahsyat tsunami.
4. Kawasan Ekosistem Ulu Masen. Sudut kepentingan pengembangan kawasan strategis
Provinsi NAD ini adalah fungsi dan daya dukung lingkungan. Kawasan Ulu Masen ini
menyambung terhadap Kawasan Ekosistem Leuser, yang dominan terletak di bagian
wilayah pegunungan tengah. Mengacu kepada rencana pola ruang wilayah Provinsi NAD,
kawasan Ulu Masen ini sebagian terbesar terdiri atas Kawasan Hutan Lindung. Pada
kawasan ini diindikasikan adanya batuan karst (kapur), dan juga mempunyai biodiversity
(keanekaragaman hayati) yang tinggi, dan sekaligus merupakan upstream (hulu) dari
sejumlah sungai. Kawasan Ulu Masen ini terletak atau terkena dengan wilayah Kabupaten
Aceh Besar, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Barat, dan Kabupaten Pidie.
5. Kawasan Gunung Seulawah. Sudut kepentingan pengembangan kawasan strategis Provinsi
NAD ini adalah fungsi dan daya dukung lingkungan. Kawasan Gunung Seulawah mencakup
dari Gunung Seulawah hingga ke kaki gunungnya, yang terletak di Kabupaten Aceh Besar
dan Kabupaten Pidie. Keunikan Gunung Seulawah (Agam) yang cenderung merupakan
gunung yang solitair, adanya potensi panas bumi dan air panas, hulu (upstream) dari
sejumlah sungai, dan potensi pengembangan pariwisata, menjadi dasar penting bagi
pengembangan kawasan ini.
6. Kawasan TWA/TWAL Pulau Weh Sabang. Sudut kepentingan pengembangan kawasan
strategis Provinsi NAD ini adalah fungsi dan daya dukung lingkungan. Kawasan TWA/TWAL
Pulau Weh ini selain sudut kepentingan utama lingkungan, juga merupakan objek wisata
baik daratan maupun bahari. Letaknya yang berhampiran dengan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang akan menjadi perhatian penting pula dalam menjaga
fungsi dan daya dukung lingkungannya.
7. Kawasan Hutan Lindung Pesisir (Hutan Bakau) dipesisir timur (Aceh Timur, Langsa, Aceh
Tamiang, dan Aceh Utara) dan pesisir barat (Gosong Telaga/Aceh Singkil). Sudut
kepentingan kawasan strategis Provinsi Nad ini adalah fungsi dan daya dukung lingkungan.
Manfaat hutan bakau sebagai bagian dari ekosistem pesisir memang penting, dan pada
kedua pesisir tersebut masih dimungkinkan untuk penyelamatan hutan bakau.
8. Kawasan TWA/TWAL Kepulauan Banyak Kabupaten Aceh Singkil. Sudut kepentingan
kawasan strategis Provinsi NAD ini adalah fungsi dan daya dukung lingkungan. Kawasan
RTRW PROVINSI NAD V - 47

TWA/TWAL Kepulauan Banyak ini selain sudut kepentingan utama lingkungan, juga
merupakan objek wisata baik daratan maupun bahari.
9. Kawasan DAS Peusangan. Sudut kepentingan kawasan strategis Provinsi NAD ini adalah
fungsi dan daya dukung lingkungan. Pengembangan DAS Peusangan ini sangat strategis
dari sudut pengelolaan sumber daya air (konservasi, pemanfaatan, dan pengendalian daya
rusak air). Pengembangan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), sumber air baku untuk
keperluan air bersih, dan sumber air untuk irigasi/pengairan merupakan manfaat langsung
yang dapat diperoleh dari pengembangan DAS Peusangan ini. DAS Peusangan terletak
atau berkenaan dengan wilayah Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bireuen, Kabupaten
Pidie; namun kemanfaatan dari pengelolaannya selain ketiga kabupaten tersebut juga akan
mencapai Kabupaten Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, dan Kabupaten Pidie Jaya.
10. Kawasan Das Lawe Alas/Singkil. Sudut kepentingan dari kawasan strategis Provinsi NAD
ini adalah fungsi dan daya dukung lingkungan. DAS Lawe Alas/Singkil ini mencakup lintas
provinsi yaitu Provinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara. Di Provinsi NAD DAS Lawe
Alas/Singkil ini terkena dengan wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten GayoLues,
Kota Subulussalam, dan Kabupaten Aceh Singkil. Pengembangan DAS Lawe Alas/Singkil
ini juga adalah pengelolaan sumber daya air, yang meliputi konservasi, pemanfaatan, dan
pengendalian daya rusak air. Pengembangan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air),
sumber air baku untuk keperluan air bersih, dan sumber air untuk irigasi/pengairan
merupakan manfaat langsung yang dapat diperoleh dari pengembangan DAS Lawe
Alas/Singkil ini.
RTRW PROVINSI NAD V - 48

5.5 Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi NAD


Arahan pemanfaatan ruang atau implementasi rencana dari RTRW Provinsi NAD diterjemahkan
menurut indikasi program utama jangka menengah lima tahunan, seperti yang dikemukakan
pada Tabel V.5.1.

5.6 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi NAD


Arahan pengendalian pemanfatan ruang akan meliputi: indikasi arahan peraturan zonasi sistem
provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, dan arahan sanksi.
5.6.1 Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi

Tabel V.6.1

5.6.2 Arahan Perizinan

5.6.3 Arahan Insentif dan Disinsentif

5.6.4 Arahan Sanksi


RTRW PROVINSI NAD V - 49

Anda mungkin juga menyukai