Anda di halaman 1dari 41

Pasal 3

RTRW Provinsi menjadi pedoman untuk:


a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam wilayah
provinsi;
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antar wilayah kabupaten/kota, serta keserasian antar
sektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;

P
f. penataan ruang kawasan strategis provinsi; dan
g. penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

W
TR
BAB III

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH


PROVINSI

R
Bagian Kesatu
Tujuan

Pasal 4
A
D
Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
R
ayat (2) huruf a adalah mewujudkan ruang wilayah Provinsi yang berdaya saing
berbasis pertanian, industri, dan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian
PE

alam dan pemerataan pembangunan wilayah.

Bagian Kedua
Kebijakan
AN

Pasal 5
Kebijakan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah provinsi di jawa
tengah meliputi:
R

(1) Kebijkan rencana struktur ruang wilayah provinsi meliputi:


a. Pemantapan sistem perkotaan wilayah provinsi yang terhubung dengan
T

kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya untuk menjaga


keseimbangan ruang, keberlanjutan pembangunan ketahanan
AF

masyarakat dan pemerataan pembangunan.


b. Pemantapan system jaringan sesuai dengan fungsi dan perat pusat
pelayanan permukiman, melalui peningkatan akses, ketersediaan,
R

kerapatan sistem jaringan prasarana.


(2) Kebijakan rencana pola ruang provinsi meliputi:
D

a. Peningkatan kegiatan pengawasan dan penertiban.


b. Optimalisasi Kawasan budidaya sesuai daya dukung dan daya tampung
untuk mendukung kegiatan sosial ekonomi
(3) Penetapan kawasan yang memiliki pengaruh sangat penting dalam lingkup
wilayah provinsi di bidang ekonomi, sosial budaya, sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi dan/atau lingkungan hidup
(4) Pemanfaatan ruang dengan Perwujudan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan RTR melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya. Pembangunan dan pengembangan Kawasan prioritas untuk
perwujudan struktur dan pola ruang
(5) Pengendalian pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan dampak
kegiatan terhadap kondisi hulu dan hilir

Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 6
(1) Strategi perwujudan kebijakan Pemantapan sistem perkotaan wilayah
provinsi untuk menjaga keseimbangan ruang, keberlanjutan pembangunan
ketahanan masyarakat dan pemerataan pembangunan.dilakukan dengan:
a. Memantapkan peran dan fungsi PKL sesuai setandart pelayanan

P
minimal yang ditetapkan dalam peraturan perundangan
b. Meningkatkan peran ekonomi pusat-pusat pelayanan permukiman

W
(2) Strategi perwujudan Pemantapan dengan peningkatan akses, ketersediaan,
kerapatan sistem jaringan prasarana keseluruh wilayah provinsi Jawa

TR
Tengah yang dikembangkan dilakukan dengan
a. Meningkatkan akses keterhubungan pusat perkotaan PKN, PKW dan PKL
dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya;
b. Meningkatan kerapatan jaringan pada wilayah-wilayah dengan tingkat

R
koefisien eksesililitas sangat rendah di bagian barat, tengah dan timur,
termasuk jaringan TIK
A
c. Memantapkan fungsi jaringan untuk mendukung pengembangan fungsi
perwilayahan dan sistem logisti sesuaitingkatannya
D
(3) Strategi untuk perwujudan kebijakan Pengendalian alih fungsi dan
R
pengembalian fungsi konservasi pada kawasan lindung:
a. Mengarahkan pemanfaatan sangat terbatas untuk fungsi-fungsi
PE

pendukung konservasi perundangan konservasi lingkungan


b. Mengatur kegiatan pemanfaatan dengan sangat terbatas dan bersyarat
ketat sesuai dengan peraturan
c. membatasi pengembangan prasarana lingkungan sebatas untuk kegiatan
AN

konservasi dan mitigasi bencana.


d. memberikan insentif dan disinsentif untuk perwujudan kebijakan alih
fungsi dan pengembalian fungsi konservasi pada kawasan lindung
R

e. Menerapkan Pengenaan sanksi administrative dalam setiap pelanggaran.


(4) Strategi untuk perwujudan kebijakan Optimalisasi Kawasan budidaya
T

sesuai daya dukung dan daya tamping untuk mendukung kegiatan sosial
ekonomi dilakukan dengan
AF

a. Penetapan alokasi ruang sesuai dengan kriteria pemanfaatan Kawasan


budidaya
b. Penetapkan alokasi ruang sesuai dengan rencana struktur ruang.
R

(5) Strategi untuk perwujudan kebijakan Penetapan kawasan yang memiliki


pengaruh sangat penting dalam lingkup wilayah provinsi di bidang ekonomi,
D

sosial budaya, sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi dan/atau


lingkungan hidup sebagai kawasan yang diprioritaskan dilakukan dengan:
a. Mengarahkan percepatan pembangunan dan pengembangan kasawan
yang bernilai strategis yang berada di lintas kabupaten atau dampaknya
lintas kabupaten/kota
b. Menyusun kebijakan dan strategi kawasan prioritas.
c. Mengarahkan program-program pembangunan pada kawasan strategis
(6) Strategi perwujudan struktur dan pola ruang dilakukan melalui strategi
a. Menyusun piranti arahan peraturan zonasi di tiap peruntukan sebagai
dasar pemberian KKPR
b. Mengarahkan indikasi program utama di kawasan strategis pada tahap 5
tahun pertama
c. melaksanakan singkronisasi program pemanfaatan ruang
(7) Strategi pengendalian pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan
dampak kegiatan terhadap kondisi hulu dan hilir dilakukan dengan:
a. Menyusun indikasi arahan zonasi system provinsi
b. Menilai pelaksanaan pemanfaatan ruang
c. Memberikan insentif dan disinsentif
d. Menyusun arahan sanksi
e. Penyelesaian sengketa.

P
W
TR
BAB IV
SISTEM PERWILAYAHAN PENGEMBANGAN PROVINSI JAWA TENGAH

Pasal 7

R
(1) Sistem Perwilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (3)
dilakukan melalui:
a. pembagian Wilayah Pengembangan; dan
b. penentuan arah pengembangan.
A
D
(2) Pembagian Wilayah Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
R
huruf a meliputi:
a. Wilayah Pengembangan Barlingmascakeb;
PE

b. Wilayah Pengembangan Purwomanggung;


c. Wilayah Pengembangan Subosukawonosraten;
d. Wilayah Pengembangan Banglor;
e. Wilayah Pengembangan Wanarakuti;
AN

f. Wilayah Pengembangan Kedungsepur;


g. Wilayah Pengembangan Petanglong; dan
h. Wilayah Pengembangan Bregasmalang.
R

(3) Penentuan arah pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat huruf b


meliputi:
T

a. Wilayah Pengembangan Barlingmascakeb berpusat di kawasan perkotaan


Purwokerto dengan arahan pengembangan meliputi:
AF

1. memadukan pengembangan kawasan perkotaan Cilacap -Purwokerto –


Sokaraja – Purbalingga - Klampok;
2. pengembangan wilayah yang didasarkan pada sektor unggulan
R

meliputi:
a) Pertambangan dan penggalian;
D

b) Pengadaan air
c) Kontruksi
d) Perdagangan dan jasa;
e) Informasi dan komunikasi;
f) Real estate;
g) Pertanian; dan
h) Pariwisata
b. Wilayah Pengembangan Purwomanggung berpusat di kawasan perkotaan
Magelang dengan arahan pengembangan meliputi:
1. memadukan pembangunan Kota Magelang dan wilayah disekitarnya;
2. menerpadukan pembangunan perbatasan dengan Provinsi DIY;
3. mendorong pengembangan kawasan perkotaan Purworejo-Kutoarjo
menjadi Pusat Kegiatan Wilayah;
4. pengembangan wilayah yang didasarkan pada sektor unggulan
meliputi:
a) Perdagangan dan jasa;
b) Pengadaan air
c) Pengadaan listrik dan gas;
d) Kontruksi;
e) Informasi dan komunikasi;
f) Real estate; dan
g) Pariwisata.

P
c. Wilayah Pengembangan Subosukawonosraten berpusat di kawasan
perkotaan Surakarta dengan arah pengembangan meliputi:

W
1. memadukan pembangunan Kota Surakarta dan wilayah disekitarnya;
2. pengembangan wilayah yang didasarkan pada sektor unggulan

TR
meliputi:
a) Industri pengolahan;
b) Pengadaan listrik dan gas;
c) perdagangan dan jasa;

R
d) Pengadaan air
e) Penyediaan akomodasi;
f)
g)
Real estate; dan
Pariwisata.
A
D
d. Wilayah Pengembangan Banglor berpusat di kawasan perkotaan Rembang
R
dengan arah pengembangan meliputi:
1. Mendorong pengembangan kawasan perkotaan Rembang menjadi
PE

Pusat Kegiatan Wilayah;


2. pengembangan wilayah yang didasarkan pada sektor unggulan
meliputi:
a) Pertambangan dan penggalian;
AN

b) Penyediaan akomodasi; dan


c) perdagangan dan jasa.
e. Wilayah Pengembangan Wanarakuti berpusat di kawasan perkotaan
R

Kudus dengan arah pengembangan meliputi :


1. memadukan pembangunan kawasan perkotaan Juwana- Jepara –
T

Kudus – Pati;
2. pengembangan wilayah yang didasarkan pada sektor unggulan
AF

meliputi:
a) perdagangan dan jasa;
b) Pengadaan listrik dan gas;
R

c) Pengadaan air; dan


d) Penyediaan akomodasi.
D

f. Wilayah Pengembangan Kedungsepur berpusat di kawasan perkotaan


Semarang dengan arah pengembangan meliputi:
1. memadukan pembangunan Kota Semarang dan wilayah disekitarnya;
2. pengembangan wilayah yang didasarkan pada sektor unggulan
meliputi:
a) perdagangan dan jasa;
b) Pengadaan listrik dan gas;
c) Informasi dan komunikasi;
d) Real estate;
e) Penyediaan akomodasi;
f) Pengadaan air; dan
BAB VI
RENCANA POLA RUANG WILAYAH PROVINSI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 28
(1) Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi terdiri atas:
a. Kawasan Lindung; dan
b. Kawasan Budi Daya.
(2) Penambahan dan pengembangan rencana Pola Ruang lainnya diatur sesuai

P
dengan kebijakan pemerintah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

W
(3) Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:250.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran .....

TR
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Kawasan Lindung

R
Pasal 29
Kawasan Peruntukan Lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
huruf a, meliputi: A
a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
D
b. Kawasan perlindungan setempat;
R
c. Kawasan Konservasi;
d. Kawasan Pencadangan Konservasi di Laut;
PE

e. Kawasan Hutan Adat;


f. Kawasan Lindung Geologi;
g. Kawasan Cagar Budaya;
h. Kawasan Ekosistem Mangrove; dan
AN

i. Kawasan Rawan Bencana Alam.

Pasal 30
R

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a dengan luas kurang lebih
T

107.286 Ha (seratus tujuh ribu dua ratus delapan puluh enam hektar), terdiri
atas:
AF

a. kawasan hutan lindung;


b. kawasan yang berfungsi lindung yang memiliki ciri fisiografis seperti
kawasan hutan lindung; dan
R

c. kawasan resapan air.


D

Pasal 31
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a dengan
luas kurang lebih 83.706 Ha (delapan puluh tiga ribu tujuh ratus enam
hektar) meliputi:
a. Kabupaten Banyumas;
b. Kabupaten Purbalingga;
c. Kabupaten Banjarnegara;
d. Kabupaten Kebumen;
e. Kabupaten Wonosobo;
f. Kabupaten Magelang;
g. Kabupaten Klaten;
h. Kabupaten Sukoharjo;
i. Kabupaten Wonogiri;
j. Kabupaten Karanganyar;
k. Kabupaten Sragen;
l. Kabupaten Rembang;
m. Kabupaten Pati;
n. Kabupaten Kudus;
o. Kabupaten Jepara;
p. Kabupaten Semarang;
q. Kabupaten Temanggung;
r. Kabupaten Kendal;

P
s. Kabupaten Batang;
t. Kabupaten Pekalongan;

W
u. Kabupaten Pemalang;
v. Kabupaten Purworejo

TR
w. Kabupaten Tegal; dan
x. Kabupaten Brebes.

Pasal 32

R
Kawasan yang berfungsi lindung yang memiliki ciri fisiografis seperti kawasan
hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf b meliputi:
a. Kabupaten Cilacap;
b. Kabupaten Banyumas;
A
D
c. Kabupaten Purbalingga;
R
d. Kabupaten Banjarnegara;
e. Kabupaten Kebumen;
PE

f. Kabupaten Purworejo;
g. Kabupaten Wonosobo;
h. Kabupaten Magelang;
i. Kabupaten Boyolali;
AN

j. Kabupaten Klaten;
k. Kabupaten Sukoharjo;
l. Kabupaten Wonogiri;
R

m. Kabupaten Karanganyar;
n. Kabupaten Sragen;
T

o. Kabupaten Grobogan;
p. Kabupaten Blora;
AF

q. Kabupaten Rembang;
r. Kabupaten Pati;
s. Kabupaten Kudus;
R

t. Kabupaten Jepara;
u. Kabupaten Semarang;
D

v. Kabupaten Temanggung;
w. Kabupaten Kendal;
x. Kabupaten Batang;
y. Kabupaten Pekalongan;
z. Kabupaten Pemalang;
aa. Kabupaten Tegal;
bb. Kabupaten Brebes;
cc. Kota Magelang;
dd. Kota Salatiga; dan
ee. Kota Semarang.
Pasal 33
(1) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf c
meliputi Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga,
Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo,
Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten
Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen,
Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten
Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten
Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang,
Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten
Brebes, Kota Salatiga, Kota Semarang.

P
(2) Pengaturan pemanfaatan ruang kawasan resapan air sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam rencana tata ruang Kabupaten/ Kota.

W
Pasal 34

TR
Kawasan perlindungan setempat seperti yang dimaksud pada pasal 29 Huruf b
dengan luas kurang lebih 86.761 Ha (delapan puluh enam ribu tujuh ratus
enam puluh satu hektar), terdiri dari:
a. kawasan sempadan pantai;

R
b. kawasan sempadan sungai;
c. kawasan sempadan jaringan irigasi;
A
d. kawasan sekitar situ/danau/waduk/embung; dan
e. Ruang Terbuka Hijau.
D
R
Pasal 35
(1) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a
PE

terdiri atas:
a. Pantai utara, meliputi:
1. Kabupaten Rembang;
2. Kabupaten Pati;
AN

3. Kabupaten Jepara;
4. Kabupaten Demak;
5. Kabupaten Kendal;
R

6. Kabupaten Batang;
7. Kabupaten Pekalongan;
T

8. Kabupaten Pemalang;
9. Kabupaten Tegal;
AF

10. Kabupaten Brebes;


11. Kota Semarang;
12. Kota Pekalongan; dan
R

13. Kota Tegal.


b. Pantai selatan, meliputi:
D

1. Kabupaten Cilacap;
2. Kabupaten Kebumen;
3. Kabupaten Purworejo; dan
4. Kabupaten Wonogiri.
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebarnya
proporsional dengan garis bentuk dan kondisi fisik pantai diarahkan minimal
100 (seratus) meter dihitung dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
(3) Pemerintah kabupaten/ kota menetapkan batas sempadan pantai sesuai
dengan garis bentuk dan kondisi fisik pantainya, dengan lebar sempadan
minimal sebagaimana disebut pada ayat (2), dengan tetap mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 36
(1) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b
berada di semua wilayah Kabupaten/Kota yang dilewati oleh sungai.
(2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
ruang di kiri dan kanan palung sungai di antara garis sempadan dan tepi
palung sungai untuk sungai tidak bertanggul, atau di antara garis sempadan
dan tepi luar kaki tanggul untuk sungai bertanggul, di dalam kawasan
perkotaan maupun di luar kawasan perkotaan, serta sungai yang
terpengaruh pasang air laut, diarahkan minimal mengikuti ketentuan
sebagai berikut:

P
a. Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan,
ditentukan:

W
1. paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai

TR
kurang dari atau sama dengan 3 (tiga) meter;
2. paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter; dan

R
3. paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
lebih dari 20 (dua puluh) meter. A
b. Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan,
D
ditentukan:
R
1. sungai besar dengan luas daerah aliran sungai lebih besar dari 500
(lima ratus) Km2, ditentukan paling sedikit berjarak 100 (seratus)
PE

meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.;
dan
2. sungai kecil dengan luas daerah aliran sungai kurang dari atau sama
dengan 500 (lima ratus) Km2, ditentukan paling sedikit 50 (lima puluh)
AN

meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
c. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan,
ditentukan paling sedikit berjarak 3 (tiga) meter dari tepi luar kaki
R

tanggul sepanjang alur sungai.


d. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan,
T

ditentukan paling sedikit berjarak 5 (lima) meter dari tepi luar kaki
tanggul sepanjang alur sungai.
AF

(3) Garis sempadan sungai yang terpengaruh pasang air laut, dilakukan dengan
cara yang sama dengan penentuan garis sempadan sungai sesuai dengan
ayat (2) huruf a, b, c dan d yang diukur dari tepi muka air pasang rata-rata.
R

(4) Dalam hal di dalam sempadan sungai terdapat tanggul untuk mengendalikan
banjir, ruang antara tepi palung sungai dan tepi dalam kaki tanggul
D

merupakan bantaran sungai, yang berfungsi sebagai ruang penyalur banjir.

Pasal 37
(1) Kawasan sempadan jaringan irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
huruf c berada di semua wilayah Kabupaten/Kota yang dilewati oleh jaingan
irigasi.
(2) Garis sempadan jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas, yang terdiri atas:
a. Garis Sempadan Saluran Irigasi (saluran suplesi/penghubung, saluran
primer, saluran sekunder);
b. Garis Sempadan Saluran Pembuang Irigasi; dan
c. Garis Sempadan Bangunan Irigasi.
(3) Penentuan jarak Garis Sempadan Saluran Irigasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, diarahkan minimal mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
a. Jarak garis sempadan saluran irigasi tidak bertanggul, ditentukan:
1. Diukur dari tepi luar parit drainase di kanan dan kiri saluran irigasi,
sebagaimana digambarkan pada Gambar 1 Lampiran .... yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
2. Jarak garis sempadan saluran irigasi, paling sedikit sama dengan
kedalaman saluran irigasi.
3. Dalam hal saluran irigasi, mempunyai kedalaman kurang dari 1 (satu)

P
meter, jarak garis sempadan saluran irigasi paling sedikit 1 (satu)
meter.

W
b. Jarak garis sempadan saluran irigasi bertanggul, ditentukan:
1. Diukur dari sisi luar kaki tanggul sebagaimana digambarkan pada

TR
Gambar 2 Lampiran .... yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
2. Jarak garis sempadan saluran irigasi, paling sedikit sama dengan
ketinggian tanggul saluran irigasi.

R
3. Dalam hal tanggul, mempunyai ketinggian kurang dari 1 (satu) meter,
jarak garis sempadan saluran irigasi bertanggul paling sedikit 1 (satu)
meter. A
c. Jarak garis sempadan saluran irigasi yang terletak pada lereng/tebing,
D
ditentukan:
R
1. Diukur dari titik potong antara garis galian dengan permukaan tanah
asli untuk sisi lereng di atas saluran dan sisi luar kaki tanggul untuk
PE

sisi lereng di bawah saluran, sebagaimana digambarkan pada Gambar


3 Lampiran .... yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
2. Jarak garis sempadan untuk sisi lereng di atas saluran, paling sedikit
AN

sama dengan kedalaman galian saluran irigasi.


3. Jarak garis sempadan untuk sisi lereng di bawah saluran, paling
sedikit sama dengan ketinggian tanggul saluran irigasi.
R

(4) Penentuan jarak Garis Sempadan Saluran Pembuang Irigasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf b, diarahkan minimal mengikuti ketentuan
T

sebagai berikut:
a. Penentuan jarak garis sempadan saluran pembuang irigasi tidak
AF

bertanggul, diukur dari tepi luar di kanan dan kiri saluran pembuang
irigasi.
b. Penentuan jarak garis sempadan saluran pembuang irigasi bertanggul,
R

diukur dari sisi luar kaki tanggul.


c. Jarak garis sempadan saluran pembuang irigasi sebagaimana dimaksud
D

pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan jarak garis sempadan pada
saluran irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, huruf b dan
huruf c.
(5) Penentuan jarak Garis Sempadan Bangunan Irigasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c, diarahkan minimal mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
a. Bangunan yang terletak di dalam ruang sempadan jaringan irigasi,
penentuan jarak sempadan bangunan irigasinya mengikuti sempadan
jaringan irigasi yang bersangkutan.
b. Dalam hal batas bangunan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a,
melebihi batas sempadan saluran, penentuan jarak sempadannya diukur
dari titik terluar bangunan.
c. Dalam hal bangunan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a,
terletak di luar daerah sempadan saluran, penentuan jarak sempadannya
mengikuti desain bangunan.
(6) Garis sempadan jaringan irigasi yang tidak dapat ditentukan sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat (3), ayat (4) dan ayat (5),
dilakukan melalui kajian teknis yang komprehensif dan terpadu sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(7) Kajian teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (6), dilakukan oleh Tim yang

P
dibentuk oleh dinas, Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai
sesuai tugasnya dengan melibatkan pihak terkait.

W
Pasal 38

TR
(1) Kawasan sekitar situ/danau/waduk/embung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 huruf d, tersebar di semua wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki
situ/ danau/ waduk/ embung.
(2) Garis sempadan situ/ danau/ waduk/ embung diarahkan minimal sesuai

R
ketentuan yaitu mengelilingi danau paling sedikit berjarak 50 (lima puluh)
meter dari tepi muka air tertinggi yang pernah terjadi.
(3) A
Muka air tertinggi yang pernah terjadi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
menjadi batas badan situ/ danau/ waduk/ embung.
D
(4) Badan situ/ danau/ waduk/ embung sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
R
merupakan ruang yang berfungsi sebagai wadah air.
PE

Pasal 39
(1) Kawasan Ruang Terbuka Hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf
d berupa ruang terbuka hijau kawasan perkotaan.
(2) Rencana Ruang Terbuka Hijau kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud
AN

pada ayat (1) berupa perwujudan 30% (tiga puluh persen) Ruang Terbuka
Hijau dari luas daerah Kota atau dari luas kawasan perkotaan.
R

Pasal 40
Kawasan Konservasi seperti yang dimaksud Pasal 29 huruf c dengan luas
T

kurang lebih 151.529 Ha (seratus lima puluh satu ribu lima ratus dua puluh
sembilan hektar), terdiri dari:
AF

a. kawasan suaka alam (KSA)


1. cagar alam;
2. suaka marga satwa;
R

b. kawasan pelestarian alam (KPA)


1. taman nasional;
D

2. taman hutan raya;


3. taman wisata alam;
c. kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau - pulau kecil

Pasal 41
Kawasan cagar alam dan suaka marga satwa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 huruf a dan huruf b, berada di:
a. Kabupaten Cilacap meliputi :
1. Cagar Alam Nusakambangan Barat;
2. Cagar Alam Nusakambangan Timur;
3. Cagar Alam Wijaya Kusuma; dan
4. Cagar Alam Karangbolong.
b. Kabupaten Banjarnegara meliputi:
1. Cagar Alam Telogo Dringo;
2. Cagar Alam Telogo Sumurup; dan
3. Cagar Alam Priangombo I dan II.
c. Kabupaten Wonosobo berupa Cagar Alam Pantodomas;
d. Kabupaten Wonogiri berupa Cagar Alam Donoloyo;
e. Kabupaten Sragen berupa Suaka Margasatwa Gunung Tunggangan;
f. Kabupaten Blora meliputi:
1. Cagar Alam Bekutuk; dan
2. Cagar Alam Cabak I/II.

P
g. Kabupaten Rembang berupa Cagar Alam Gunung Butak;
h. Kabupaten Jepara meliputi:

W
1. Cagar Alam Keling I a, b, c;
2. Cagar Alam Keling II, III;

TR
3. Cagar Alam Kembang; dan
4. Cagar Alam Gunung Celering.
i. Kabupaten Semarang meliputi:
1. Cagar Alam Gebugan; dan

R
2. Cagar Alam Sepakung.
j. Kabupaten Kendal berupa Cagar Alam Pagerwunung Darupono;
k. Kabupaten Batang meliputi:
1. Cagar Alam Peson Subah I;
A
D
2. Cagar Alam Peson Subah II; dan
R
3. Cagar Alam Ulolanang Kecubung.
l. Kabupaten Pemalang meliputi:
PE

1. Cagar Alam Bantarbolang;


2. Cagar Alam Curug Bengkawah; dan
3. Cagar Alam Moga.
m. Kabupaten Tegal berupa Cagar Alam Sub Vak 18c, 19b Jatinegara;
AN

n. Kabupaten Brebes berupa Cagar Alam Telaga Ranjeng; dan


o. Kawasan Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa lainnya yang ditetapkan
peraturan perundang-undangan.
R

Pasal 42
T

(1) Kawasan Taman Nasional, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf c,


berada di darat dan di laut.
AF

(2) Kawasan Taman Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. Taman Nasional Gunung Merapi;
b. Taman Nasional Gunung Merbabu;
R

c. Taman Nasional Karimunjawa; dan


d. Taman Nasional lain yang akan ditetapkan kemudian.
D

Pasal 43
Kawasan taman hutan raya dan kawasan kebun raya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 huruf d dan huruf e, meliputi:
a. Taman Hutan Raya KGPAA Mangkunegara I/ Ngargoyoso Kabupaten
Karanganyar;
b. Kebun Raya Baturraden Kabupaten Banyumas; dan
c. taman hutan raya dan kebun raya lain yang ditetapkan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 44
Taman wisata alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf f, meliputi:
a. Taman Wisata Alam Gunung Selok di Kabupaten Cilacap;
b. Taman Wisata Alam Tlogo Warno/Pengilon di Kabupaten Wonosobo;
c. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu di Kabupaten Karanganyar;
d. Taman Wisata Alam Sumber Semen di Kabupaten Rembang;
e. Taman Wisata Alam Guci di Kabupaten Tegal; dan
f. Taman wisata alam lain yang ditetapkan peraturan perundang-undangan.

Pasal …
Kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau - pulau kecil sebagaimana

P
dimaksud dalam Pasal 40 huruf c meliputi kawasan konservasi pesisir dan
pulau - pulau kecil, berupa Taman Pesisir seluas 3.520 Ha (Tiga ribu lima

W
ratus dua puluh Hektar) yang meliputi Kawasan Konservasi Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang.

TR
Pasal 45
(1) Kawasan Pencadangan Konservasi di Laut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 huruf d dengan luas kurang lebih seluas 3.520 Ha ( tiga ribu lima

R
ratus dua puluh Hektar) yang meliputi Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal,
Kabupaten Pemalang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten
A
Jepara, Kabupaten Rembang, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Cilacap,
Kabupaten Jepara (Karimunjawa).
D
R
Pasal ...
(1) Kawasan Kawasan Hutan Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf
PE

e dengan luas kurang lebih 64 Ha ( Enam Puluh Empat Hektar) yang berada
di Kabupaten Brebes

Pasal 46
AN

(1) Kawasan Lindung Geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf f


terdiri dari:
a. kawasan cagar alam geologi; dan
R

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.


(2) Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
T

terdiri atas:
a. kawasan keunikan batuan dan fosil;
AF

b. kawasan keunikan bentang alam; dan


c. kawasan keunikan proses geologi.
(3) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana
R

dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:


a. kawasan imbuhan air tanah; dan
D

b. kawasan sempadan mata air.

Pasal 47
Kawasan keunikan batuan dan fosil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat
(2) huruf a meliputi:
a. Kawasan Sangiran berada di:
1. Kabupaten Sragen;
2. Kabupaten Karanganyar.
b. Kawasan Pati Ayam berada di Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati;
c. Kawasan Semedo di Kabupaten Tegal; dan
d. Kawasan keunikan batuan dan fosil lainnya yang ditetapkan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 48
Kawasan keunikan bentang alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat
(2) huruf b meliputi:
a. Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Sukolilo berada di:
1. Kabupaten Pati;
2. Kabupaten Grobogan; dan
3. Kabupaten Blora.
b. Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Gunung Sewu berada di Kabupaten
Wonogiri;

P
c. Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Gombong berada di Kabupaten
Kebumen; dan

W
d. Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) lainnya yang ditetapkan dengan
peraturan perundang- undangan.

TR
Pasal 49
Kawasan keunikan proses geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat
(2) huruf c meliputi:

R
a. Kawasan Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Kabupaten
Banjarnegara, dan Kabupaten Wonosobo;
A
b. kawasan Bayat berada di Kabupaten Klaten;
c. kawasan Dieng di Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara;
D
d. kawasan keunikan bentang alam kawasan Lembah Bengawan Solo Purba
R
di Kabupaten Wonogiri; dan
e. kawasan keunikan proses geologi lainnya yang ditetapkan peraturan
PE

perundang – undangan.

Pasal 50
(1) Kawasan imbuhan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (3)
AN

huruf a, terdiri dari:


a. CAT Majenang;
b. CAT Sidareja;
R

c. CAT Nusa Kambangan;


d. CAT Cilacap;
T

e. CAT Kroya;
f. CAT Banyumudal;
AF

g. CAT Purwokerto – Purbalingga;


h. CAT Kebumen - Purworejo;
i. CAT Wonosobo;
R

j. CAT Magelang – Temanggung;


k. CAT Karanganyar - Boyolali;
D

l. CAT Ngawi-Ponorogo;
m. CAT Wonosari;
n. CAT Eromoko;
o. CAT Semarang – Demak;
p. CAT Randublatung;
q. CAT Watuputih;
r. CAT Lasem;
s. CAT Pati – Rembang;
t. CAT Kudus;
u. CAT Jepara;
v. CAT Ungaran;
w. CAT Sumowono;
x. CAT Rawapening;
y. CAT Salatiga;
z. CAT Kendal;
aa. .CAT Subah;
bb. CAT Karang Kobar;
cc. CAT Pekalongan – Pemalang;
dd. CAT Tegal – Brebes; dan
ee. CAT Bumiayu.
(2) Penentuan kawasan imbuhan air tanah ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan.

P
Pasal 51

W
(1) Kawasan sempadan mata air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (3)
huruf b tersebar di Kabupaten/Kota yang memiliki mata air.

TR
(2) Garis sempadan mata air diarahkan minimal, mengelilingi mata air paling
sedikit berjarak 200 (dua ratus) meter dari pusat mata air.

Pasal 52

R
Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf g, berada
di seluruh Kabupaten/Kota.

Pasal 53
A
D
(1) Kawasan ekosistem mangrove sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf
R
h, dengan luas kurang lebih 1.790 Ha (seribu tujuh ratus sembilan puluh
hektar) berada di Kabupaten/Kota di wilayah pesisir.
PE

(2) Kawasan peruntukan industri yang berdasarkan peraturan perundang-


undangan masih ditetapkan sebagai kawasan pantai berhutan bakau yang
selanjutnya disebut kawasan peruntukan industri/kawasan pantai berhutan
bakau, meliputi:
AN

a. Kawasan peruntukan industri/ kawasan pantai berhutan bakau di


Kabupaten Kendal dengan luas kurang lebih 622 Ha (enam ratus dua
puluh dua hektar); dan
R

b. Kawasan peruntukan industri/kawasan pantai berhutan bakau di


Kabupaten Demak dengan luas kurang lebih 453 Ha (empat ratus lima
T

puluh tiga hektar).


(4) Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan pantai berhutan bakau
AF

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai ketentuan


peraturan perundang-undangan.
R

Pasal 54
D

(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf
h terdiri dari:
a. kawasan rawan banjir;
b. kawasan rawan tanah longsor;
c. kawasan rawan letusan gunung berapi;
d. kawasan rawan gempa bumi;
e. kawasan rawan gelombang pasang;
f. kawasan rawan tsunami;
g. kawasan rawan kekeringan;
h. kawasan rawan abrasi;
i. kawasan rawan angin topan;
j. Kawasan rawan gas beracun;
k. Kawasan rawan banjir bandang;
l. Kawasan rawan likuifaksi;
m. Kawasan Rawan Bencana Landsubsidence berdasarkan kajian berada di
Kota Pekalongan dan Kota Semarang.
(2) Pengaturan pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) lebih rinci diatur lebih lanjut dalam rencana tata
ruang Kabupaten/ Kota.

Pasal …
Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. huruf a, terletak

P
di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga,
Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo, Temanggung, Kabupaten

W
Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali,
Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten

TR
Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora,
Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara,
Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten
Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal,

R
Kabupaten Brebes, Kota Surakarta, Kota Semarang, Kota Pekalongan, Kota
Tegal.
A
D
Pasal …
R
Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud dalam Pasal ….. huruf b,
berada di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga,
PE

Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo,


Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten
Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen,
Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten
AN

Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Demak, Kabupaten


Jepara, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal,
Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten
R

Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Semarang.


T

Pasal ….
AF

Kawasan rawan letusan gunung berapi sebagaimana dimaksud dalam ……


huruf c, berada di kawasan Gunung Merapi dan Kawasan Gunung Slamet,
meliputi Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Wonosobo,
R

Kabupaten Temanggung, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten


Klaten, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota
D

Magelang dan Kota Tegal.

Pasal …
Kawasan rawan angin topan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ….. huruf i
berada di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga,
Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Temanggung,
Kabupaten Magelang, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kebumen, Kabupaten
Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri,
Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Blora, Kabupaten Pati,
Kabupaten Kudus, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Semarang Kabupaten
Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten
Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Kota Semarang, Kota Magelang, Kota
Surakarta, Kota Tegal, dan Kota Pekalongan.

Pasal …
Kawasan rawan banjir bandang sebagaimana dimaksud dalam Pasal … huruf i
berada di Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Batang,
Kabupaten Brebes, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Grobogan, Kabupaten
Jepara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Kendal, Kabupaten Kudus, Kabupaten
Magelang, Kabupaten Pati, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang,
Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Semarang,

P
Kabupaten Sragen, Kabupaten Tegal, Kabupaten Temanggung, Kabupaten
Wonogiri, Kabupaten Wonosobo, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal

W
Pasal….

TR
Kawasan rawan likuifaksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal … huruf i berada
Kabupaten Batang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Jepara, Kabupaten Klaten,
Kabupaten Pati, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten
Purworejo, Kabupaten Rembang, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Tegal, Kota

R
Semarang, Kota Surakarta, Kota Tegal

Bagian Ketiga
A
D
Kawasan Budi Daya
R
Pasal...
Kawasan Peruntukan Budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Ayat (1)
PE

huruf b terdiri atas:


a. Kawasan Hutan Produksi
b. Kawasan Perkebunan Rakyat
c. Kawasan Pertanian
AN

d. Kawasan Perikanan
e. Kawasan Pergaraman
f. Kawasan Pertambangan dan Energi
R

g. Kawasan Pemanfaatan Air Laut Selain Energi


h. Kawasan Peruntukan Industri
T

i. Kawasan Pariwisata
j. Kawasan Permukiman
AF

k. Kawasan Pembuangan Hasil Pengerukan di Laut (dumping area)


l. Kawasan Transportasi
m. Kawasan Pertahanan dan Keamanan
R

Pasal…
D

(1) Kawasan Kawasan Hutan Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal …….
Huruf a dengan luas kurang lebih 550.813 Ha (lima ratus lima puluh ribu
delapan ratus tiga belas hektar) ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. kawasan hutan produksi tetap; dan
b. kawasan hutan produksi terbatas.
Pasal …
Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat …
huruf .. dengan luas kurang lebih 372.724 Ha, (tiga ratus tujuh puluh dua ribu
tujuh ratus dua puluh empat hektar) berada di Kabupaten Cilacap, Kabupaten
Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten
Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang,
Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen,
Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati,
Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang,
Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten
Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes,
Kabupaten Karanganyar dan Kota Semarang.

Pasal …
Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat ..

P
huruf … dengan luas kurang lebih 178.089 Ha (seratus tujuh puluh delapan
ribu delapan puluh sembilan hektar) berada di Kabupaten Cilacap, Kabupaten

W
Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten
Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang,

TR
Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen,
Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati,
Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang,
Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten

R
Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes,
Kabupaten Sukoharjo, Kota Semarang.

Pasal….
A
D
Kawasan Perkebunan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal ……. Huruf b
R
dengan luas kurang lebih 682.426 Ha (enam ratus ribu delapan puluh dua ribu
empat ratus dua puluh enam) berada di Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten
PE

Banyumas, Kabupaten Batang, Kabupaten Blora, Kabupaten Boyolali,


Kabupaten Brebes, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Demak, Kabupaten
Grobogan, Kabupaten Jepara, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Kebumen,
Kabupaten Kendal, Kabupaten Klaten, Kabupaten Kudus, Kabupaten Magelang,
AN

Kabupaten Pati, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten


Purbalingga, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Rembang, Kabupaten Semarang,
Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Tegal, Kabupaten
R

Temanggung, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Wonosobo, Kota Magelang, Kota


Pekalongan, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Tegal
T

Pasal …
AF

Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal … huruf …


dengan luas kurang lebih 1.801.076 Ha (satu juta delapan ratus satu ribu
tujuh puluh enam hektar) meliputi:
R

a. kawasan pertanian tanaman pangan;


b. kawasan pertanian hortikultura.
D

Pasal…….
Kawasan Pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal …….
Huruf c dengan luas kurang lebih 1.010.756 Ha (satu juta sepuluh ribu tujuh
ratus lima puluh enam hektar) berada diseluruh Kabupaten/ Kota

Pasal …
Kawasan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal … huruf …
dengan luas kurang lebih 790.320 Ha (tujuh ratus sembilan puluh ribu tiga
ratus dua puluh hektar) berada di diseluruh Kabupaten/ Kota.
Pasal …
Dalam rangka perwujudan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan
Provinsi dilakukan dengan pengendalian luasan kawasan pertanian pangan
paling sedikit 1.025.255 Ha (satu juta dua puluh lima ribu dua ratus lima
puluh lima hektar) meliputi:
a. Kabupaten Cilacap;
b. Kabupaten Banyumas;
c. Kabupaten Purbalingga;
d. Kabupaten Banjarnegara;
e. Kabupaten Kebumen;
f. Kabupaten Purworejo;

P
g. Kabupaten Wonosobo;
h. Kabupaten Magelang;

W
i. Kabupaten Boyolali;
j. Kabupaten Klaten;

TR
k. Kabupaten Sukoharjo;
l. Kabupaten Wonogiri;
m. Kabupaten Karanganyar;
n. Kabupaten Sragen;

R
o. Kabupaten Grobogan;
p. Kabupaten Blora;
q. Kabupaten Rembang;
r. Kabupaten Pati;
A
D
s. Kabupaten Kudus;
R
t. Kabupaten Jepara;
u. Kabupaten Demak;
PE

v. Kabupaten Semarang;
w. Kabupaten Temanggung;
x. Kabupaten Kendal;
y. Kabupaten Batang;
AN

z. Kabupaten Pekalongan;
aa. Kabupaten Pemalang;
bb. Kabupaten Tegal;
R

cc. Kabupaten Brebes;


dd. Kota Magelang;
T

ee. Kota Salatiga;


ff. Kota Semarang;
AF

gg. Kota Pekalongan; dan


hh. Kota Tegal.
R

Pasal.....
D

(1) Kawasan Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal... Huruf d ...


dengan luas kurang lebih 1.440.621 Ha (satu juta empat ratus empat
puluh ribu enam ratus dua puluh satu hektar), terdiri dari :
a. Perikanan budidaya
b. Perikanan tangkap
(2) Kawasan Perikanan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a berada diseluruh wilayah kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah;
(3) Kawasan Perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas subzona perikanan tangkap pelagis dan demersal, yang
ditetapkan di perairan sekitar:
a. Kabupaten Cilacap;
b. Kabupaten Kebumen;
c. Kabupaten Purworejo;
d. Kabupaten Wonogiri;
e. Kabupaten Brebes;
f. Kota Tegal;
g. Kabupaten Tegal;

P
h. Kabupaten Pemalang;

W
i. Kabupaten Pekalongan;
j. Kota Pekalongan;

TR
k. Kabupaten Batang;
l. Kabupaten Kendal;
m. Kota Semarang;

R
n. Kabupaten Demak;
o. Kabupaten Jepara;
p. Kabupaten Pati; dan
q. Kabupaten Rembang
A
D
R
Pasal.....
Kawasan Pergaraman sebagaimana dimaksud dalam Pasal... Huruf e ... meliputi:
PE

a. Kabupaten Brebes;
b. Kabupaten Demak;
c. Kabupaten Jepara;
d. Kabupaten Pati;
AN

e. Kabupaten Rembang;
f. Kabupaten Purworejo;
g. Kabupaten Kebumen;
R

h. Kabupaten Cilacap;
T

Pasal ……
Kawasan Pertambangan dan Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal …….
AF

Huruf d Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal …. huruf f, meliputi:
a. Kawasan pertambangan mineral logam, bukan logam, batuan dan batubara;
R

b. kawasan panas bumi; dan


c. kawasan pertambangan minyak dan gas bumi.
D

Pasal …
(1) Kawasan Pertambangan mineral logam, bukan logam, batuan dan batubara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ... huruf a terdiri atas:
a. Wilayah Usaha Pertambangan;
b. Wilayah Pertambangan Rakyat; dan
c. Wilayah Pencadangan Negara.
(2) Wilayah Usaha Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. Wilayah Usaha Pertambangan Mineral Logam meliputi:
1. Kawasan Pertambangan Majenang meliputi :
a) Kabupaten Banyumas;
b) Kabupaten Brebes; dan
c) Kabupaten Cilacap.
2. Kawasan Pertambangan Serayu - Pantai Selatan meliputi :
a) Kabupaten Banjarnegara;
b) Kabupaten Banyumas;
c) Kabupaten Cilacap;
d) Kabupaten Kebumen;
e) Kabupaten Magelang; dan
f) Kabupaten Purworejo.
3. Kawasan Pertambangan Gunung Slamet meliputi :

P
a) Kabupaten Banjarnegara;
b) Kabupaten Banyumas;

W
c) Kabupaten Brebes; dan
d) Kabupaten Pekalongan.

TR
4. Kawasan Pertambangan Sumbing - Sindoro - Dieng meliputi :
a) Kabupaten Banjarnegara;
b) Kabupaten Batang;
c) Kabupaten Magelang; dan

R
d) Kabupaten Pekalongan.
5. Kawasan Pertambangan Merapi - Merbabu - Ungaran berada di
Kabupaten Magelang. A
6. Kawasan Pertambangan Gunung Muria - Pantai Utara meliputi:
D
a) Kabupaten Jepara; dan
R
b) Kabupaten Pati.
7. Kawasan Pertambangan Pegunungan Selatan berada di Kabupaten
PE

Wonogiri.
8. Kawasan Pertambangan Serayu - Pantai Utara meliputi:
a) Kabupaten Batang;
b) Kabupaten Brebes;
AN

c) Kabupaten Kendal;
d) Kabupaten Pekalongan;
e) Kabupaten Pemalang; dan
R

f) Kabupaten Tegal
b. Wilayah Usaha Pertambangan Mineral Bukan Logam dan/atau Batuan
T

meliputi:
1. Kawasan Pertambangan Majenang meliputi :
AF

a) Kabupaten Banyumas;
b) Kabupaten Brebes;
c) Kabupaten Cilacap; dan
R

d) Kabupaten Tegal.
2. Kawasan Pertambangan Serayu - Pantai Selatan meliputi :
D

a) Kabupaten Banjarnegara;
b) Kabupaten Banyumas;
c) Kabupaten Cilacap;
d) Kabupaten Kebumen;
e) Kabupaten Purworejo; dan
f) Kabupaten Wonosobo.

3. Kawasan Pertambangan Gunung Slamet meliputi :


a) Kabupaten Banjarnegara;
b) Kabupaten Banyumas;
c) Kabupaten Brebes;
d) Kabupaten Pekalongan;
e) Kabupaten Pemalang;
f) Kabupaten Purbalingga;
g) Kabupaten Wonosobo; dan
h) Kabupaten Tegal.
4. Kawasan Pertambangan Sumbing - Sindoro – Dieng meliputi :
a) Kabupaten Banjarnegara;
b) Kabupaten Batang; dan
c) Kabupaten Kendal;
d) Kabupaten Magelang;
e) Kabupaten Pekalongan;

P
f) Kabupaten Semarang;
g) Kabupaten Temanggung; dan

W
h) Kabupaten Wonosobo.
5. Kawasan Pertambangan Merapi - Merbabu - Ungaran meliputi :

TR
a) Kabupaten Boyolali;
b) Kabupaten Karanganyar;
c) Kabupaten Kendal;
d) Kabupaten Klaten;

R
e) Kabupaten Magelang;
f) Kabupaten Semarang;
g) Kabupaten Sukoharjo;
h) Kota Salatiga; dan
A
D
i) Kota Semarang.
R
6. Kawasan Pertambangan Gunung Muria - Pantai Utara meliputi:
a) Kabupaten Demak;
PE

b) Kabupaten Jepara;
c) Kabupaten Kudus; dan
d) Kabupaten Pati.
7. Kawasan Pertambangan Rembang meliputi :
AN

a) Kabupaten Blora;
b) Kabupaten Demak;
c) Kabupaten Grobogan;
R

d) Kabupaten Kudus;
e) Kabupaten Pati; dan
T

f) Kabupaten Rembang.
8. Kawasan Pertambangan Kendeng meliputi :
AF

a) Kabupaten Blora;
b) Kabupaten Boyolali;
c) Kabupaten Demak;
R

d) Kabupaten Grobogan;
e) Kabupaten Karanganyar;
D

f) Kabupaten Semarang;
g) Kabupaten Sragen; dan
h) Kota Semarang.
9. Kawasan Pertambangan Gunung Lawu meliputi :
a) Kabupaten Karanganyar;
b) Kabupaten Sragen;
c) Kabupaten Sukoharjo; dan
d) Kabupaten Wonogiri.
10. Kawasan Pertambangan Pegunungan Selatan berada di Kabupaten
Wonogiri.
11. Kawasan Pertambangan Serayu - Pantai Utara meliputi:
a) Kabupaten Batang;
b) Kabupaten Brebes;
c) Kabupaten Kendal;
d) Kabupaten Magelang;
e) Kabupaten Pekalongan;
f) Kabupaten Pemalang; dan
g) Kabupaten Tegal.
(3) Wilayah Pertambangan Rakyat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi :
a. Kawasan Pertambangan Majenang meliputi :
1. Kabupaten Banyumas; dan

P
2. Kabupaten Cilacap.
b. Kawasan Pertambangan Serayu - Pantai Selatan meliputi :

W
1. Kabupaten Banyumas;
2. Kabupaten Cilacap;

TR
3. Kabupaten Kebumen;
4. Kabupaten Magelang; dan
5. Kabupaten Purworejo.
c. Kawasan Pertambangan Gunung Slamet berada di Kabupaten Banyumas.

R
d. Kawasan Pertambangan Sumbing - Sindoro - Dieng berada di Kabupaten
Magelang.
A
e. Kawasan Pertambangan Merapi - Merbabu - Ungaran meliputi:
1. Kabupaten Boyolali;
D
2. Kabupaten Klaten;
R
3. Kabupaten Magelang; dan
4. Kabupaten Semarang.
PE

f. Kawasan Pertambangan Rembang berada di Kabupaten Grobongan.


g. Kawasan Pertambangan Kendeng meliputi :
1. Kabupaten Boyolali;
2. Kabupaten Grobongan; dan
AN

3. Kabupaten Semarang.
h. Kawasan Pertambangan Gunung Lawu berada di Kabupaten Wonogiri.
i. Kawasan Pertambangan Pegunungan Selatan berada di Kabupaten
R

Wonogiri.
j. WPR Wonosobo
T

k. Kabupaten/Kota lainnya yang akan ditetapkan kemudian.


(4) Wilayah Pencadangan Negara, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
AF

meliputi :
a. Kawasan Pertambangan Merapi - Merbabu - Ungaran meliputi:
1. Kabupaten Boyolali;
R

2. Kabupaten Klaten;
3. Kabupaten Magelang; dan
D

4. Kabupaten Semarang.
b. Kabupaten/Kota lainnya yang akan ditetapkan kemudian.
(5) Pelaksanaan kegiatan pertambangan di kawasan peruntukan pertambangan
dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. kesesuaian dengan potensi jenis mineral tambang;
b. kawasan lindung yang dilarang untuk kegiatan pertambangan;
c. kawasan permukiman yang telah terbangun;
d. kawasan pertanian pangan berkelanjutan;
e. peningkatan fungsi kawasan;
f. dampak lingkungan;
g. resiko bencana;
h. rencana tata ruang; dan
i. ketentuan lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal ...
Kawasan panas bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal ... huruf b berada di:
a. Wilayah Kerja Panas Bumi di daerah Dataran Tinggi Dieng di Kabupaten
Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Temanggung, Kabupaten
Kendal, Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan;
b. Wilayah Kerja Panas Bumi di daerah Candi Umbul Telomoyo di
Kabupaten Magelang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali,
Kabupaten Temanggung dan Kota Salatiga;

P
c. Wilayah Kerja Panas Bumi di daerah Gunung Ungaran di Kabupaten
Semarang dan Kabupaten Kendal;

W
d. Wilayah Kerja Panas Bumi di daerah Gunung Lawu di Kabupaten
Karanganyar, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Wonogiri;

TR
e. Wilayah Kerja Panas Bumi di daerah Baturaden di Kabupaten Banyumas,
Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Purbalingga dan
Kabupaten Pemalang;
f. Wilayah Kerja Panas Bumi di daerah Guci di Kabupaten Tegal, Kabupaten

R
Brebes dan Kabupaten Pemalang; dan
g. Wilayah Kerja Panas Bumi lain yang akan ditetapkan kemudian.

Pasal ...
A
D
Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam
R
Pasal ... huruf c terdiri atas:
a. Wilayah Kerja Migas yang meliputi Kabupaten Cilacap, Kabupaten
PE

Banyumas, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Boyolali,


Kabupaten Klaten, Kabupaten Sragen, Kabupaten Karangayar, Kabupaten
Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Jepara, Kabupaten
Grobogan, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal,
AN

Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten


Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Semarang, Kota Salatiga, Kota Pekalongan,
Kota Tegal; dan
R

b. Pengembangan Sumur Tua/Marjinal yang tersebar di Kabupaten Blora,


Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Kendal.
T
AF

Pasal.....
(1) Kawasan Peruntukan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal …….
Huruf h terdapat diseluruh Kabupaten/ Kota dengan luas kurang lebih
R

59.118 Ha (lima puluh sembilan ribu seratus delapan belas hektar).


D

(2) Kawasan Peruntukan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk
didalamnya berupa Pusat Industri Perikanan dan Kelautan.
(3) Pusat Industri Perikanan dan Kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas:
a. Sentra Industri Bioteknologi Kelautan
b. Sentra Industri Maritim
(4) Sentra Industri Bioteknologi Kelautan sebagaimana dimaksud dalam pada
ayat (3) huruf a berada di:
a. Kabupaten Kebumen dan
b. Kabupaten Tegal
(5) Sentra Industri Maritim sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b berada
di:
a. Kabupaten Tegal;
b. Kota Pekalongan;
c. Kabupaten Batang;
d. Kota Semarang; dan
e. Kabupaten Pati

Pasal …
(1) Kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. huruf b

P
dikembangkan di dalam kawasan peruntukan industri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

W
(2) Pengembangan kawasan industri prioritas Provinsi berada di:
a. Kota Semarang;

TR
b. Kabupaten Kendal;
c. Kabupatan Demak;
d. Kabupaten Rembang;
e. Kabupaten Cilacap;

R
f. Kabupaten Brebes;
g. Kabupaten Kebumen; dan
h. Kabupaten Batang. A
D
Pasal.....
R
(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal …
huruf i berupa Destinasi Pariwisata Provinsi
PE

(2) Destinasi Pariwisata Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Destinasi Pariwisata –Baturraden dan sekitarnya;
b. Destinasi Pariwisata Semarang–Karimunjawa dan sekitarnya;
AN

c. Destinasi Pariwisata Solo–Sangiran dan sekitarnya;


d. Destinasi Pariwisata Borobudur–Dieng dan sekitarnya:
e. Destinasi Pariwisata Tegal–Pekalongan dan sekitarnya; dan
f. Destinasi Pariwisata Rembang–Blora dan sekitarnya.
R

Pasal …
T

Destinasi Pariwisata Baturraden dan sekitarnya sebagaimana dimaksud dalam


Pasal … ayat (2) huruf a meliputi:
AF

a. kawasan strategis pariwisata Baturraden dan sekitarnya;


b. kawasan strategis pariwisata Cilacap dan sekitarnya;
c. kawasan pengembangan pariwisata Karst Kebumen dan sekitarnya;
R

d. kawasan pengembangan pariwisata Serayu dan sekitarnya; dan


e. kawasan pengembangan pariwisata Purbalingga dan sekitarnya.
D

Pasal …
Destinasi Pariwisata Semarang–Karimunjawa dan sekitarnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal … ayat (2) huruf b meliputi:
a. kawasan strategis pariwisata Karimunjawa dan sekitarnya;
b. kawasan strategis pariwisata Semarang Kota dan sekitarnya;
c. kawasan strategis pariwisata Gedongsongo–Rawa Pening dan sekitarnya;
d. kawasan strategis pariwisata Demak–Kudus dan sekitarnya;
e. kawasan pengembangan pariwisata Kabupaten Semarang – Kendal –
Temanggung dan sekitarnya;
f. kawasan pengembangan pariwisata Jepara dan sekitarnya;
g. kawasan pengembangan pariwisata Pati dan sekitarnya; dan
h. kawasan pengembangan pariwisata Purwodadi dan sekitarnya.

Pasal …
Destinasi Pariwisata Solo–Sangiran dan sekitarnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal … ayat (2) huruf c meliputi:
a. kawasan strategis pariwisata Sangiran dan sekitarnya;
b. kawasan strategis pariwisata Solo Kota dan sekitarnya;
c. kawasan pengembangan pariwisata Selo - Boyolali dan sekitarnya;
d. kawasan pengembangan pariwisata Cetho–Sukuh dan sekitarnya;
e. kawasan pengembangan pariwisata Wonogiri dan sekitarnya; dan

P
f. kawasan pengembangan pariwisata Tawangmangu dan sekitarnya.

W
Pasal …
Destinasi Pariwisata Borobudur–Dieng dan sekitarnya sebagaimana dimaksud

TR
dalam Pasal … ayat (2) huruf d meliputi:
a. kawasan strategis pariwisata Borobudur–Mendut–Pawon–Magelang Kota
dan sekitarnya;
b. kawasan strategis pariwisata Prambanan–Klaten Kota dan sekitarnya;

R
c. kawasan strategis pariwisata Merapi–Merbabu dan sekitarnya;
d. kawasan strategis pariwisata Dieng dan sekitarnya;
A
e. kawasan pengembangan pariwisata Purworejo dan sekitarnya; dan
f. kawasan pengembangan pariwisata Kledung Pass dan sekitarnya.
D
R
Pasal ….
Destinasi Pariwisata Tegal–Pekalongan dan sekitarnya sebagaimana dimaksud
PE

dalam Pasal ayat (2) huruf e meliputi:


a. kawasan strategis pariwisata Tegal dan sekitarnya;
b. kawasan strategis pariwisata Pekalongan Kota dan sekitarnya;
c. kawasan pengembangan pariwisata Linggoasri–Petungkriyono dan
AN

sekitarnya;
d. kawasan pengembangan pariwisata Batang dan sekitarnya;
e. kawasan pengembangan pariwisata Pemalang dan sekitarnya; dan
R

f. kawasan pengembangan pariwisata Kaligua–Malahayu dan sekitarnya.


T

Pasal …
Destinasi Pariwisata Rembang – Blora dan sekitarnya sebagaimana
AF

dimaksud dalam Pasal ….ayat (2) huruf f meliputi:


a. kawasan strategis pariwisata Rembang-Lasem dan sekitarnya;
b. kawasan pengembangan pariwisata Blora dan sekitarnya; dan
R

c. kawasan pengembangan pariwisata Cepu dan sekitarnya.


D

Pasal.....
Kawasan Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal ... Huruf j dengan
luas kurang lebih 776.524 Ha (tujuh ratus tujuh puluh enam ribu lima ratus
dua puluh empat hektar), meliputi:
a. Permukiman perdesaan; dan
b. Permukiman perkotaan.

Pasal.....
Kawasan Pembuangan Hasil Pengerukan di Laut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal ... Huruf k dengan luas kurang lebih 5.573 Ha ( lima ribu lima ratus
tujuh puluh tiga Hektar), terdapat di Kabupaten Tegal, Kabupaten Batang, Kota
Semarang, Kabupaten Jepara, Kabupaten Rembang dan Kabupaten Cilacap
Pasal.....
Kawasan Transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal ... Huruf l dengan
luas kurang lebih 71.591 Ha (tujuh puluh satu ribu lima ratus sembilan puluh
satu hektar), meliputi :
a. Kabupaten Batang
b. Kabupaten Brebes
c. Kabupaten Cilacap
d. Kabupaten Demak
e. Kabupaten Jepara

P
f. Kabupaten Kebumen
g. Kabupaten Kendal

W
h. Kabupaten Pati
i. Kabupaten Pekalongan

TR
j. Kabupaten Pemalang
k. Kabupaten Purworejo
l. Kabupaten Rembang
m. Kabupaten Tegal

R
n. Kota Pekalongan
o. Kota Semarang
p. Kota Tegal A
D
Pasal.....
R
Kawasan Pertahanan dan Keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ...
Huruf m, meliputi:
PE

[1] Kawasan dengan peruntuksn/fungsi utama sebagai kawasan pertahanan


dan keamanan negara berdasarkan goespasial nasional yang bersifat
permanen yang meliputi: (seperti kantor/basis pangkalan militer, tempat
penyimpanan senjata dan peralatan militer lainnya, dll):
AN

a. pangkalan militer atau kesatrian;


b. daerah latihan militer;
c. instalasi militer;
R

d. daerah uji coba peralatan dan persenjataan militer;


e. daerah penyimpanan barang eksplosif dan berbahaya lainnya;
T

f. daerah disposal amunisi dan peralatan pertahanan berbahaya lainnya;


g. obyek vital nasional yang bersifat strategis; dan/atau
AF

h. kepentingan pertahanan udara.


i. Kawasan industri sistem pertahanan
j. Aset-aset pertahanan lainnya
R

[2] Kawasan pertahanan dan keamanan berupa pertampalan (overlay), apabila


fungsi Kawasan dan pertahanan dan keamanan bersifat sementara/temporer
D

meliputi: 🡪 kondisional pada saat damai maupun perang (merujuk pada


pasal 3 pp 68/2014)
a. Sebagian atau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
dapat digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan pertahanan negara,
baik pada masa damai maupun dalam keadaan perang.
b. Pada masa damai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
digunakan sebagai Wilayah Pertahanan untuk kepentingan pembangunan
dan pembinaan kemampuan pertahanan sebagai perwujudan daya
tangkal bangsa.
c. Dalam keadaan perang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia digunakan sebagai Wilayah
Pertahanan untuk kepentingan perang.
[3] Wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai mana dimaksud pada
Ayat (2) huruf a dan be, meliputi kawasan Lindung dan Budidaya di luar
kawasan pertahanan permanen dan cagar budaya.

BAB VII
KAWASAN STRATEGIS PROVINSI

P
Bagian Kesatu
Umum

W
Kawasan strategis provinsi merupakan bagian wilayah provinsi yang

TR
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
wilayah provinsi di bidang ekonomi, sosial budaya, sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi dan/atau lingkungan hidup

R
Bagian Kedua
A
Kawasan Strategis Provinsi.
D
Pasal…
R
(1) Kawasan Strategis Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal … huruf b
meliputi:
PE

a. Kawasan strategis Provinsi dari sudut kepentingan sosial dan budaya;


b. Kawasan strategis Provinsi dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi; dan
c. Kawasan strategis Provinsi dari sudut kepentingan fungsi dan daya
AN

dukung lingkungan hidup.


(2) Kawasan strategis Provinsi dari sudut kepentingan sosial dan budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
R

a. Kawasan Dataran Tinggi Dieng;


b. Kawasan Candi Cetho – Sukuh;
T

(3) Kawasan Strategis Provinsi Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
AF

a. Kawasan Industri Terpadu meliputi:


1. Kawasan Industri Kendal – Semarang - Demak;
b. Kawasan agropolitan meliputi:
R

1. Kawasan agropolitan GIRISUKA (Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar);


2. Kawasan agropolitan SEMARBOYONG (Semarang, Boyolali, Magelang);
D

dan
3. Kawasan agropolitan SOBOBANJAR (Wonosobo, Banjarnegara).
c. Kawasan perkotaan meliputi:
d. Kawasan strategis pariwisata terpadu meliputi:
1. Kawasan Surakarta dan sekitarnya;
2. Kawasan Borobudur – Temangung-Dieng - Dieng -Wonosobo dan
sekitarnya; dan
3. Kawasan Lereng Gunung Slamet dan sekitarnya.
(4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
b. Kawasan Dataran Tinggi Dieng;
c. Kawasan Rawa Pening;
d. Kawasan Gunung Sindoro – Sumbing;
e. Kawasan Gunung Lawu; dan
f. Kawasan Gunung Slamet.
(5) Penetapan Kawasan Strategis Provinsi digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1 : 250.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB VIII
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

P
Bagian Kesatu

W
Umum

TR
Pasal …
Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi meliputi:
a. Ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) terdiri atas :
1. KKPR Darat; dan

R
2. KKPR Laut.
b. Penyusunan Indikasi Program Utama Perwujudan Pemanfaatan Ruang; dan
A
c. Pelaksanaan sinkronisasi program pemanfaatan ruang.
D
Bagian Kedua
Pelaksanaan Ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR)
R
PE

Pasal ….
(1) Pelaksanaan KKPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal … huruf a terdiri
atas:
a. KKPR untuk kegiatan berusaha;
AN

b. KKPR untuk kegiatan nonberusaha; dan


c. KKPR untuk kegiatan yang bersifat strategis nasional.
(2) Pelaksanaan KKPR untuk kegiatan berusaha dilakukan melalui:
R

a. KKKPR; dan
b. PKKPR.
T

(3) KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui Sistem
OSS sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangan
AF

(4) KKKPR untuk kegiatan berusaha sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2)
huruf a diberikan berdasarkan kesesuaian rencana lokasi kegiatan
Pemanfaatan Ruang dengan RDTR yang telah terintegrasi dengan Sistem
R

OSS
(5) Gubernur melaksanakan KKPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal … huruf
D

a sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal
(1) KKPR diterbitkan dalam bentuk dokumen elektronik yang disertai dengan
tanda tangan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sah dan
mengikat serta merupakan alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
(3) Dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dicetak. …
(4) Jangka waktu KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) KKPR menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan revisi RTR Wilayah Provinsi

Bagian Ketiga
Penyusunan indikasi program utama

Pasal …
(1) Penyusunan indikasi program utama pembangunan wilayah provinsi
sebagaimana dimaksud pada Pasal…Ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup:

P
a. Perwujudan rencana struktur ruang wilayah provinsi, terdiri atas:
1. perwujudan sistem pusat permukiman;

W
2. perwujudan sistem jaringan transportasi;
3. perwujudan sistem jaringan energi;

TR
4. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi;
5. perwujudan sistem jaringan sumber daya air; dan
6. perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.
b. Perwujudan rencana pola ruang wilayah provinsi, mencakup:

R
1. perwujudan kawasan peruntukan lindung; dan
2. perwujudan kawasan peruntukan budi daya.
c. Perwujudan kawasan strategis provinsi.A
(2) Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah terdiri atas:
D
a. indikasi program utama;
R
b. indikasi lokasi;
c. indikasi sumber pendanaan;
PE

d. indikasi pelaksana; dan


e. indikasi waktu pelaksanaan.
(3) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
meliputi:
AN

a. dana Pemerintah Pusat;


b. dana Pemerintah Provinsi;
c. dana Pemerintah Kabupaten/Kota;
R

d. dana badan usaha milik negara;


e. dana swasta;
T

f. dana Masyarakat; dan


g. kerja sama pendanaan investasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
AF

peraturan perundang-undangan.
(4) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e
merupakan dasar bagi instansi pelaksana, baik pusat maupun daerah,
R

dalam menetapkan prioritas pembangunan 5 (lima) tahunan dengan


tahapan meliputi: .
D

a. tahap I (2023–2024);
b. tahap II (2025–2029);
c. tahap III (2030–2034);
d. tahap IV (2035–2039); dan
e. tahap V (2040–2041).
(5) Arahan Pemanfaatan Ruang dan arahan indikasi program utama lima
tahunan Wilayah Provinsi tercantum dalam Lampiran …. yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keempat
Pelaksanaan Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang
Pasal …

(1) Pelaksanaan sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal …. huruf c dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
(2) Pelaksanaan sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap:
a. RTR Wilayah Provinsi;

P
b. RTR Wilayah Kabupaten; dan/atau
c. RTR Wilayah Kota.

W
(3) Pelaksanaan sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang dilakukan
berdasarkan indikasi program utama yang termuat dalam RTR sebagaimana

TR
dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c.
(4) Pelaksanaan sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang dilakukan dengan
menyelaraskan indikasi program utama dengan program sektoral dan
kewilayahan dalam dokumen rencana pembangunan secara terpadu

R
(5) Sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang menghasilkan dokumen:
a. sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang jangka menengah 5 (lima)
tahunan; dan A
b. sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang jangka pendek 1 (satu)
D
tahunan
R
(6) Dokumen sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menjadi masukan untuk penyusunan rencana pembangunan
PE

dan pelaksanaan peninjauan kembali dalam rangka revisi RTRWP

BAB IX
AN

ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH PROVINSI


Bagian Kesatu
Umum
R

Pasal….
(1) Pengendalian Pemanfaatan Ruang dilaksanakan untuk mendorong setiap
T

Orang agar:
a. mentaati RTR yang telah ditetapkan;
AF

b. memanfaatkan Ruang sesuai dengan RTR; dan


c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan KKPR.
(2) Pengendalian Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
R

dilakukan melalui:
a. indikasi arahan zonasi sistem provinsi;
D

b. penilaian pelaksanaan pemanfaatan ruang;


c. arahan insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.
Bagian Kedua
Indikasi Arahan Zonasi
Pasal
(1) Indikasi arahan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (2) huruf
a merupakan arahan ketentuan pemanfaatan ruang yang lebih detail dan
sebagai acuan bagi pemanfaatan ruang dalam wilayah provinsi..
(2) Indikasi arahan zonasi sistem provinsi berfungsi:
a. sebagai dasar pertimbangan dalam pengawasan penataan ruang; dan
b. menyeragamkan arahan zonasi di seluruh wilayah provinsi untuk
peruntukan ruang yang sama; dan
c. sebagai dasar pemberian kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang laut
(3) Indikasi arahan zonasi meliputi:
a. indikasi arahan zonasi untuk Struktur Ruang;
b. indikasi arahan zonasi untuk Pola Ruang; dan
c. ketentuan khusus.
(4) Indikasi arahan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kegiatan Pemanfaatan Ruang yang diperbolehkan, kegiatan yang
diperbolehkan dengan syarat dan tau terbatas serta kegiatan yang tidak
diperbolehkan pada setiap Kawasan yang mencakup Ruang darat, Laut,

P
udara, dan Ruang dalam bumi;
b. intensitas Pemanfaatan Ruang pada setiap Kawasan antara lain meliputi

W
arahan bagi koefisien dasar hijau, arahan bagi koefisien dasar bangunan,
arahan bagi koefisien lantai bangunan, dan arahan bagi garis sempadan

TR
bangunan;
c. sarana dan prasarana minimum sebagai dasar fisik lingkungan guna
mendukung pengembangan Kawasan agar dapat berfungsi secara
optimal;

R
d. arahan Pemanfaatan Ruang pada Kawasan yang dilewati oleh sistem
jaringan sarana dan prasarana Wilayah Provinsi mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan A
e. ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan
D
Wilayah Provinsi dalam mengendalikan Pemanfaatan Ruang.
R
(5) Indikasi arahan zonasi Wilayah Provinsi tercantum dalam Lampiran …. yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
PE

Bagian Ketiga
Penilaian Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang
AN

Pasal…
(1) Penilaian pelaksanaan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
R

Pasal … ayat (2) huruf b terdiri atas:


a. Penilaian pelaksanaan KKPR
T

b. Penilaian Perwujudan Rencana Tata Ruang


(2) Penilaian pelaksanaan KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
AF

dilaksanakan untuk memastikan:


a. Kepatuhan pelaksanaan ketentuan KKPR
b. Pemenuhan prosedur perolehan KKPR.
R

(3) Penilaian pelaksanaan ketentuan KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dilakukan pada periode:
D

a. selama pembangunan, dilakukan untuk memastikan kepatuhan


pelaksanaan dalam memenuhi ketentuan KKPR. Dilakukan paling lambat
2 (dua) tahun sejak diterbitkannya KKPR. Apabila ditemukan
ketidakpatuhan, maka pelaku kegiatan diharuskan melakukan
penyesuaian ruang.
b. pasca pembangunan, dilakukan untuk memastikan kepatuhan hasil
pembangunan dengan ketentuan dokumen KKPR. Apabila ditemukan
inkonsistensi, dilakukan pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
(4) Pemenuhan prosedur perolehan KKPR sebagaimana dimaksud pada Ayat (2)
huruf b dilakukan untuk memastikan kepatuhan pelaku pembangunan/
pemohon terhadap tahapan dan persyaratan perolehan KKPR, dengan
ketentuan:
a. apabila KKPR diterbitkan tidak melalui prosedur yang benar, maka KKPR
batal demi hukum.
b. apabila KKPR tidak sesuai akibat perubahan RTR, maka KKPR dibatalkan
dan dapat dimintakan ganti kerugian yang layak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan yang berlaku.
(5) Penilaian Perwujudan Rencana Tata Ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b berupa Penilaian perwujudan rencana struktur dan rencana
pola ruang, yang dilakukan terhadap:
a. kesesuaian program

P
b. kesesuaian lokasi
c. kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang

W
TR
BAB X
KETENTUAN SANKSI

R
Bagian Kesatu
Umum - Pengenaan Sanksi

Pasal …
A
D
Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (2) huruf d
R
dilakukan melalui sanksi aclrninistratif.
Pasal …
PE

(1) Sanksi administratif sebagaimana dirnaksud dalam Pasal ….dikenakan


kepada setiap Orang yang tidak menaati RTR yang telah ditetapkan yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang.
(2) Pemeriksaan perubahan fungsi ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
AN

dilakukan melalui audit Tata Ruang.


(3) Dalam hal terdapat perubahan fungsi Laut, pemeriksaan fungsi ruang Laut
dilaksanakan oleh menteri yang rnenyelenggarakan urusan pemerintahan di
R

bidang kelautan
(4) Audit Tata Ruang sebagamana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh
T

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah


kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
AF

(5) Hasil audit Tata Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan:
a. keputusan Menteri untuk hasil audib Tata Ruang yang dilakukan oleh
R

Pemerintah pusat;
b. keputusan gubernur untuk hasil audit Tata Ruang yang dilakukan olch
D

Pemerintah Daerah provinsi; atau


c. keputusan bupati/wali kota untuk hasil audit Tata Ruang yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota.
(6) Dalam pelaksanaan audit Tata Ruang, tim audit Tata Ruang dapat dibantu
oleh penyidik pegawai negeri sipil penataan ruang dan ahli lainnya. sesuai
kebutuhan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai audit Tata Ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri dan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal…
(1) Sanksi adminitratif sebagaimana dimaksud dalarn Pasal ... dikenakan juga
kepada Orang yang tidak mematuhi ketentuan Pemanfaatan Ruang dalam
RTR.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) aapat langsung
enakan tanpa melalui proses dudit Tata Ruang.

Pasal ….
(1) Perbuatan tidak menaati RTR yang telah ditetapkan yang mengakibatkan
perubahan fungsi ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (1) dan
tidak mcmatuhi ketentuan Pemanfaatan Ruang dalam RTR sebagaimana

P
dimaksud dalam Pasal ….. ayat (1) meliputi:
(2) Pemanfaatan Ruang yang tidak memiliki Kegiatan Pemanfaatan Ruang; dan/

W
atau
(3) Pemanfaatan Ruang yang tidak mematuhi ketentuan dalam ruwatan

TR
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang.
Pasal …
(1) Selain perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal …., sanksi
administratif dapat dikenakan kepada setiap Orang yang menghalangi akses

R
terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang undangan
dinyatakan sebagai milik umum.
A
(2) Perbuatan menghalangi akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa penutupan akses secara sementara maupun permanen.
D
(3) Dalam hal Pemanfaatan Ruang laut, sanksi administratif dikenakan
R
terhadap:
a. penggunaan dokumen Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
PE

Ruang Laut atau konfirmasi kesesuaian ruang laut yang tidak sah;
b. tindakan tidak melaporkan pendirian dan/atau penempatan bangunan
dan instalasi di Laut kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan;
AN

c. tindakan tidak menyampaikan laporan terulis secara berkala setiap 1


(satu) tahun sekali kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan:
R

d. pelaksanaan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut


yang tidak sesuai dengan RTR, RZ KAW, dan/atau RZ KSNT; dan/atau
T

Pasal …
AF

Pengenaan sanksi administratif dilakukan berdasarkan:


a. Hasil penilaian pelaksanaan ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang;
R

b. Hasil Pengawasan Penataan Ruang;


c. Hasil audit Tata Ruang dan/atau pengaduan pelanggaran pemanfaatan
D

ruang.
d. pelaksanaan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut
yang mengganggu ruang penghidupan dan akses nelayan kecil, nelayan
tradisional, dan pembudidaya ikan kecil.

Pasal….
(1) Pengenaan sanksi adininistratif dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
(2) Dalam hal gubernur tidak melaksanakan pengenaan sanksi administrative
sebagai mana dimaksud pada Ayat (1) dalam jangka waktu 2 (dua) bulan
setelah adanya penatapan pengenaan sanksi administratif oleh , menteri
mengambil alih pengenaan sanksi administrative yang tidak dilaksanakan
olah guberbur

Bagian Kedua
Kriteria dan Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif
Pasal …
(1) Sanksi administratif sebagaimana dimalisud dalam Pasal … berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda administratif;
c. penghentian sementara kegiatan;
d. penghentian sementara pelayanan umum;

P
e. penutupan lokasi;
f. pencabutan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;

W
g. pembatalan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
h. pembongkaranbangunan; dan/atau

TR
i. pemulihan fungsi ruang.
(2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pasal ayal (1) disertai
dengan tanpa pemberitahuan, pelanggaran Pemanfaatan Ruang.
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disertai

R
dengan upaya paksa oleh Premerintah Pusat dan / atau Pemerintah Daerah.
(4) Pengenaan sanksi administratif dapat dilakukan melalui koordinasi dengan
kementerian/lembaga
kewenangannya.
dan/atau A
perangkat daerah sesuai dengan
D
R
Pasal …
Sanksi administratif terhadap pelanggaran Penataan Ruang dikenakan
PE

berdasarkan kriteria:
a. besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran
Pemanfaatan Ruang:
b. nilai manfaat pengenaan sanksi yang diberikan terhadap Pemanfaatan
AN

Ruang; dan/atau
c. kerugian publik yang ditimbulkan akibat pelanggaran Pemanfaatan
Ruang.
R

Pasal ….
T

(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasat … ayat (1) huruf a
dilakukan melalui penerbitan surat peringatan tertulis dari pejabat yang
AF

berwenang.
(2) Surat peringatan terulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. rincian pelanggaran dalam Penataan Ruang;
R

b. kewajiban untuk menyesuaikan kegiatan Pemanfaatan Ruang Dengan


RTR( dan ketentuan teknis pelaksanaannya
D

c. tindakan pengenaan sanksi akan diberikan apabila tidak melaksanakan


kewajiban sebagaimana djmaksud pada huruf b.
(3) Surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksucl pada ayat (1) diberikan
paling banyak 3 (tiga) kali.
(4) Dalam hal surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diabaikan, pejabat yang berwenang melakukan tindakan berupa pengenaan
sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (1) huruf b sampai
dengan huruf i sesuai dengan kewenangannya.
Pasal …..
(1) Denda administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (1) huruf b
dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan pengenaan
sanksi adrninistratlf lainnya.
(2) Penghitungan clerrda administratif sebagaimana dipaksuci pada ayat (1)
dilakukan dengan rnernpertimbangkan:
a. nilai jual objek pajak;
b. luas lahan dan luas bangunan;
c. indeks kawasan; dan/atau
d. besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan.
(3) Denda administratif dapat berupa denda progresif yang disyaratkan sampai

P
pelanggar memenuhi ketentuan dalam sanksi administratif lainnya.
(4) Bentuk dan cara penghitungan denda administratif sebagaimana dimaksud

W
pada ayat (2) diatur lebih lanjut dalam peraturar: kepala daerah.

TR
Pasal …..
Pencabutan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal …. ayat (1) huruf f dilakukan dalam hal pelaksanaan kegiatan
Pemanfaatan Ruang tidak sesuai dengan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan

R
Ruang.

Pasal …. A
Pembatalan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud
D
dalam Pasal …. ayat (l) huruf g dilakukan dalam hal Kesesuaian Kegiatan
R
Pemanfaatan Ruang tidak diperoleh dengan prosedur yang benar.
PE

Pasal …..
(1) Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. ayat (1)
huruf i merupakan upaya untuk merehabilitasi ruang agar dapat kembali
sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam RTR.
AN

(2) Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajid
dilakukan apabila terbukti adanya perubahan fungsi ruang yang diakibatkan
oleh Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai dengan RTR.
R

(3) Pemulihan fungsi ruang set,agaimarra dimaksud pada ayat (2) menjadi
tanggung jawab pihak yang melangga.r. Biaya pemulihan fungsi rang
T

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat herasal dari denda administratif.
(4) Dalam hal pihak yang melangar dinilai tidak mampu membiayai kegiatan
AF

pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah


Pusat atau Pemerintah Daerah dapat mengajukan penetapan pengadilan
agar pemulihan dilakukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
R

dengan pengenaan disinsentif pada pihak yang melanggar.


D

Pasal ….
(1) Pemerintah Pusat, Pernerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota menyediakan ' basis data pengenaan sanksi administratif
sebagai bagian dari pengembangan basis data dan informasi digital bidang
Penataan Ruang.
(2) Basis data dan informasi digital bidang Penataan Ruang sebagaimana
dimahsud pada alat (1) digunakan sebagai salah satu acuan dalam proses
peninjauan kembali dan/atau revisi RTR
Pasal ….
(1) Revisi RTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal ….. ayat (21 huruf b tidak
dimaksudkan untuk pemutihan.
(2) Pemutihan sebagaimana dimaksud .pada ayat (1) mer-upakan tindakan
mengakcnrodasi pelanggaran Pemanfaatan Ruang dalam revisi RTR tanpa
terlebih dahulu mengenakan san'ksi. kepada pelaku pelanggaran
Pemanfaatan Ruang. (3) Dalam hal Pemerintah Daerah terbukti melakukan
pemutihan sebagaimana dimaksud p.ada ayat (1), maka dilakukan
pengrlrangan dana alokasi khusus.

P
BAB XI

W
PERAN MASYARAKAT DAN KELEMBAGAAN
Bagian Kesatu

TR
Hak dan Kewajiban Masyarakat

Pasal ….
Dalam proses Penataan Ruang setiap Orang berhak untuk:

R
a. mengetahui RTR;
b. menikmati pertambahan nilai Ruang sebagai akibat Penataan Ruang;
c. mengajukan usulan Pemanfaatan Ruang; A
d. memperoleh penggantian yang layak atas akibat pelaksanaan kegiatan
D
pembangunan yang sesuai dengan RTR;
R
e. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan
yang tidak sesuai dengan RTR di wilayahnya;
PE

f. mengajukan tuntutan pembatalan persetujuan kegiatan Penataan Ruang


dan/atau penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan RTR kepada
pejabat yang berwenang;
g. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau kepada
AN

pelaksana kegiatan apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan


RTR; dan
h. mendapat pendampingan dan bantuan hukum terhadap permasalahan yang
R

dihadapi dalam Pemanfaatan Ruang sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
T

Pasal ....
Dalam Pemanfaatan Ruang, setiap Orang wajib:
AF

a. menaati RTR yang telah ditetapkan;


b. memanfaatkan Ruang sesuai dengan KKPR dari pejabat yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan KKPR;
R

d. memberikan akses terhadap Kawasan yang oleh ketentuan peraturan


perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
D

e. menjaga, melindungi, dan memelihara kelestarian Kawasan; dan


f. menyampaikan laporan terjadinya permasalahan pelaksanaan Pemanfaatan
Ruang.

Bagian Kedua
Peran Masyarakat
Pasal ...
(1) Penyelenggaraan Penataan Ruang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan
melibatkan peran Masyarakat dan dunia usaha.
(2) Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan, antara lain melalui partisipasi dalam:
a. penyusunan RTR;
b. Pemanfaatan Ruang; dan
c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan bentuk peran Masyarakat
dalam Penataan Ruang mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal ...
(1) Pemerintah Daerah Provinsi menyelenggarakan pemberdayaan Masyarakat
dalam pelaksanaan Pemanfaatan Ruang.
(2) Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

P
a. Melakukan fasilitasi peningkatan kapasitas, pemberian akses teknologi
dan informasi, permodalan, dan akses ekonomi produktif lainnya; dan

W
b. Mendorong kemitraan antara Masyarakat, dunia usaha, dan
Pemerintah/Pemerintah Daerah Provinsi.

TR
Pasal ...
(1) Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan Penataan Ruang dapat
mengajukan gugatan melalui pengadilan.

R
(2) Dalam hal Masyarakat mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), tergugat harus membuktikan bahwa tidak terjadi penyimpangan
dalam penyelenggaraan Penataan Ruang. A
D
Bagian Ketiga
Kelembagaan
R

Pasal .....
PE

(1) Dalam rangka Penyelenggaraan Penataan Ruang secara partisipatif,


Gubernur dapat membentuk Forum Penataan Ruang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Forum Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas untuk
AN

memberikan masukan dan pertimbangan dalam Pelaksanaan Penataan


Ruang.
(3) Ketua Forum Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabat
R

oleh sekretaris daerah Provinsi.


(4) Keanggotaan Forum Penataan Ruang di daerah terdiri atas:
T

a. instansi vertikal bidang pertanahan dan perangkat daerah bersifat


ex-officio;
AF

b. anggota yang berasal dari asosiasi profesi ditunjuk oleh Ketua Asosiasi
Profesi atas permintaan Gubernur;
c. anggota yang berasal dari asosiasi akademisi ditunjuk oleh Ketua Asosiasi
R

Akademisi atas permintaan Gubernur; dan


d. anggota yang berasal dari tokoh Masyarakat ditunjuk oleh Gubernur.
D

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, susunan keanggotaan, tugas, fungsi
dan tata kerja Forum Penataan Ruang diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal ....
(1) Jangka waktu RTR Wilayah Provinsi adalah 20 (dua puluh) tahun.
(2) RTR Wilayah Provinsi dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam setiap
periode 5 (lima) tahunan.
(3) Peninjauan kembali RTR Wilayah Provinsi dapat dilakukan lebih dari 1 (satu)
kali dalam periode 5 (lima) tahunan apabila terjadi perubahan lingkungan
strategis berupa:
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan dengan
undang-undang;
c. perubahan batas daerah yang ditetapkan dengan Undang-Undang; dan
d. perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis.

P
(4) Mekanisme Peninjauan kembali RTR Wilayah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

W
Pasal

TR
Terkait hutan produksi, hutan rakyat yang beralih fungsi
(1) Dalam hal terdapat rencana perubahan peruntukan dan fungsi serta
penggunaan Kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kehutanan sebagaimana tercantum dalam Pasal ... dan Pasal ..., berlaku

R
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan.
(2) Dalam Kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ..., Pasal ...., dan
A
Pasal ... dapat terdapat tanah objek reformasi agraria yang merupakan
program pemerintah dalam rangka pemerataan ekonomi Masyarakat.
D
(3) Penetapan tanah objek reformasi agraria sebagaimana dimaksud pada ayat
R
(2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai Pemanfaatan Ruang tanah objek reformasi
PE

agraria sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dalam RTR
Wilayah Kabupaten/Kota dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
AN

Pasal ......
(1) Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan Wilayah Laut,
organisasi kemasyarakatan berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan
R

pelestarian fungsi lingkungan.


(2) Organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
T

memenuhi persyaratan berikut:


a. merupakan organisasi resmi di Wilayah tersebut atau organisasi nasional;
AF

b. berbentuk badan hukum;


c. memiliki anggaran dasar yang dengan tegas menyebutkan tujuan
didirikannya organisasi untuk kepentingan pelestarian lingkungan; dan
R

d. telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasar dan


anggaran rumah tangganya.
D

(3) (3) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terbatas
pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan
ganti kerugian kecuali penggantian biaya atau pengeluaran yang nyata
dibayarkan.

Pasal ....
(1) Pemerintah Daerah Provinsi mengembangkan sistem informasi dan
komunikasi Penataan Ruang yang berkualitas, mutakhir, efisien, terpadu,
dan mudah diakses oleh Masyarakat.
(2) Sistem informasi dan komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. arahan Pemanfaatan Ruang;
b. indikasi program;
c. data pemanfaatan Ruang; dan
d. data pemegang izin dan/atau KKPR.

(3) Pengembangan sistem informasi dan komunikasi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilaksanakan oleh perangkat Daerah Provinsi yang
melaksanakan urusan pemerintahan bidang Penataan Ruang.
(4) Ketentuan mengenai pengembangan sistem informasi dan komunikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Gubernur.

P
BAB XIII

W
PENYIDIKAN
Pasal .....

TR
(1) Selain pejabat penyidik POLRI yang bertugas menyidik tindak pidana,
penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Daerah ini, dapat dilakukan oleh pejabat penyidik pegawai negeri sipil di
lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi yang pengangkatannya ditetapkan

R
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam pelaksanaan tugas penyidikan, pejabat penyidik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berwenang: A
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
D
pidana;
R
b. menindak saat di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;
c. menghentikan seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
PE

tersangka;
d. menyita benda dan/atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil seseorang untuk dijadikan tersangka atau saksi;
AN

g. mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan


pemeriksaan perkara;
h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik
R

umum bahwa tidak terdapat cukup bukti, atau peristiwa tersebut bukan
merupakan tindak pidana, dan selanjutnya melalui penyidik umum
T

memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka dan


keluarganya; dan/atau
AF

i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat


dipertanggungjawabkan.
R

BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
D

Pasal .....
Setiap Orang yang melakukan pelanggaran terhadap RTR yang telah ditetapkan,
diancam pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan di
bidang Penataan Ruang.
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal ....
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, peraturan pelaksanaan
Peraturan Daerah yang berkaitan dengan Penataan Ruang Daerah yang
telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Peraturan Daerah ini.
(2) Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku:
a. izin Pemanfaatan Ruang/KKPR/KKPRL yang telah dikeluarkan dan telah
sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai
dengan masa berlakunya;
b. izin Pemanfaatan Ruang/KKPR/KKPRL yang telah dikeluarkan tetapi
tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin Pemanfaatan
Ruang/KKPR/KKPRL tersebut disesuaikan dengan fungsi Kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, Pemanfaatan
Ruang dilakukan sampai izin Pemanfaatan Ruang/KKPR terkait habis

P
masa berlakunya dan dilakukan penyesuaian dengan fungsi Kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini;

W
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi Kawasan

TR
berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin Pemanfaatan
Ruang/KKPR/KKPRL yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan
terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin
Pemanfaatan Ruang/KKPR/KKPRL tersebut dapat diberikan

R
penggantian yang layak;
4. penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas
A
dengan memperhatikan indikator sebagai berikut:
a) memperhatikan harga pasaran setempat;
D
b) sesuai dengan nilai jual objek pajak; atau
R
c) sesuai dengan kemampuan Daerah.
5. penggantian terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat
PE

pembatalan izin Pemanfaatan Ruang/KKPR/KKPRL tersebut


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
c. Pemanfaatan Ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin
AN

pemanfaatan ruang/KKPR/KKPRL ditentukan sebagai berikut:


1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,
Pemanfaatan Ruang yang bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan
R

dengan Peraturan Daerah ini; dan


2. yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, dipercepat untuk
T

mendapatkan KKPR/KKPRL yang diperlukan.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis penggantian yang layak
AF

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b angka 3 diatur dengan


Peraturan Gubernur.
BAB XVI
R

KETENTUAN PENUTUP
Pasal ....
D

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:


a. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28);
b. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun 2019 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun
2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2009-2029; dan
c. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor .... Tahun .... tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Tengah
Tahun .... (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun ... Nomor ...,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor ....),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal ....
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah.

Ditetapkan di Semarang

P
pada tanggal ........................
GUBERNUR JAWA TENGAH,

W
ttd.
.......................

TR
Diundangkan di Semarang
pada tanggal ....................
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
JAWA TENGAH,

R
ttd.
....................
A
LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2022 NOMOR ....
D
NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH: (...........).
R
PE
AN
R
T
AF
R
D

Anda mungkin juga menyukai