Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah perbatasan merupakan wilayah pertemuan antara dua wilayah
administrasi, namun sumberdaya alam (natural resources) dan masyarakatnya bisa
menjadi bagian komplementer pada satu satuan sistem fungsional bagi pengembangan
wilayah yang didukung. Daerah perbatasan yang pada umumnya berupa wilayah
perdesaan adalah merupakan bagian dari Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) yang
diharapkan akan tumbuh dan berkembang sejajar dengan daerah lain. Dalam konteks
kewilayahan, terdapat kecenderungan di daerah perbatasan pertumbuhan wilayahnya
lebih lambat dibandingkan dengan wilayah bukan perbatasan, hal ini disebabkan adanya
isolasi fisik untuk daerah perbatasan yang sekaligus merupakan wilayah pedalaman dan
terjadinya isolasi perhatian dari pemerintah yang lebih tinggi serta sering terjadi
benturan dari kebijaksanaan yang berbeda dalam peruntukkan lahan di daerah
perbatasan (Mubyarto, dkk (1991) dalam Listiyah M (1996)). Terjadinya konflik-konflik di
daerah perbatasan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan wilayah tersebut.
Beberapa permasalahan yang secara umum dijumpai di daerah perbatasan
meliputi: (a) Sering timbul permasalahan dalam hal kebijaksanaan yang harus
diterapkan; (b) Terdapat kecenderungan tumbuh lebih lambat (untuk tipe wilayah
perbatasan a dan b); (c) Benturan dua kepentingan berbeda antar dua wilayah; dan (d)
Belum ada kesatuan dalam perencanaan wilayah perbatasan itu sendiri yang
menimbulkan ketidakserasian persepsi dan aspirasi pembangunan, yang kemudian akan
berakibat pada ketidakserasian program-program pembangunan, baik yang dilaksanakan
oleh masyarakat maupun oleh pemerintah di daerah perbatasan tersebut.
Kawasan perbatasan antar kabupaten memiliki potensi strategis bagi
berkembangnya kegiatan perdagangan nasional yang saling menguntungkan. Kawasan
ini juga berpotensi besar menjadi pusat pertumbuhan wilayah, terutama dalam hal
pengembangan industri, perdagangan dan pariwisata. Hal ini akan memberikan peluang
bagi peningkatan kegiatan produksi yang selanjutnya akan menimbulkan efek

LAPORAN PENDAHULUAN I-1


pengganda. Pada saat ini kawasan perbatasan belum dikelola secara baik dan belum
adanya konsepsi pembangunan yang jelas. Komprehensif dan integratif. Kegiatan
pembangunan yang ada masih berupa rencana pembangunan parsial dengan
pendekatan sektoral. Tren perkembangan daerah perbatasan yang menonjol adalah
pembangunan yang bersifat fisik, seperti tumbuhnya kawasan bisnis, jasa, perumahan
dan perkantoran. Fungsi sosial lahan menjadi terabaikan, munculnya masalah
lingkungan seperti hilangnya fungsi resapan tanah maupun ruang-ruang publik.
Pengembangan kawasan perbatasan memerlukan suatu kerangka penanganan
yang spesifik meliputi berbagai sektor pembangunan serta koordinasi yang efektif mulai
dari tingkat provinsi sampai dengan tingkat desa/kelurahan agar efektif dalam
pengembangan wilayah perbatasan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Maksud dari penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Strategis
Kabupaten Madiun - Bojonegoro tahun 2018-2038 adalah sebagai bagian dari rencana
tata ruang wilayah Kabupaten Madiun dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.
Tujuan dari penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Strategis
Kabupaten Madiun - Bojonegoro tahun 2018-2038 adalah
1. Memahami mengenai kawasan perbatasan strategis kabupaten yang berpengaruh
sangat penting dalam lingkup Kabupaten Madiun terhadap ekonomi, sosial budaya
dan lingkungan.
2. Mengidentifikasi kawasan perbatasan strategis Kabupaten Madiun
3. Membuat profil kawasan perbatasan strategis Kabupaten Madiun
4. Menyusun rencana pengembangan kawasan perbatasan strategisKabupaten
Madiun

1.3 Sasaran
Sasaran kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan
Strategis Kabupaten Madiun tahun 2018-2038 adalah :
1. Pemerintah kabupaten dapat lebih memperhatikan kawasan perbatasan agar
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
2. Tersusunnya perencanaan tata ruang kawasan perbatasan strategis Kabupaten
Madiun.

LAPORAN PENDAHULUAN I-2


1.4 Kedudukan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten
RTR KSK merupakan penjabaran RTRW Kabupaten yang disusun sesuai tujuan
penetapan masing-masing KSK berdasarkan nilai-nilai strategis yang menjadi
kepentingan Kabupaten. Muatan RTR KSK ditentukan oleh nilai strategis yang menjadi
kepentingan Pemerintah Kabupaten. Kepentingan Pemerintah Kabupaten dalam
penyusunan dan penetapan RTR KSP harus menguatkan ketetapan yang telah dijabarkan
di dalam RTRW Kabupaten. RTR KSK juga menjadi acuan teknis bagi instansi sektoral
dalam penyelenggaraan penataan ruang.

Gambar 1.1 Kedudukan RTR KSK dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional

1.5 Ruang Lingkup


1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah
Lokasi kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan
Perbatasan Strategis Kabupaten Madiun tahun 2018-2038 akan dilaksanakan di

LAPORAN PENDAHULUAN I-3


Kecamatan Pilangkenceng-Madiun dan Kecamatan Sekar-Bojonegoro. Berikut
peta administrasi Kecamatan Pilangkenceng dan Kecamatan Sekar.

LAPORAN PENDAHULUAN I-4


Gambar 1.2 Peta Administrasi Kecamatan Pilangkenceng Tahun 2017

LAPORAN PENDAHULUAN I-5


Gambar 1.3 Peta Administrasi Kecamatan Sekar Tahun 2017

LAPORAN PENDAHULUAN I-6


1.5.2 Ruang Lingkup Materi
Lingkup substansi kajian yang akan dilakukan dalam pekerjaan Rencana
Pengembangan Kawasan Perbatasan Strategis Kabupaten Madiun - Bojonegoro
tahun 2018-2038, meliputi :
1. Definisi Kawasan Perbatasan strategis Kabupaten
2. Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Perbatasan strategisKabupaten
a. Kebijakan penataan ruang dan sektoral terkait: RTRW, RPJP, RPJM, dll
b. Kondisi fisik/lingkungan dan sumber daya alam: daya dukung, daya tampung
c. Penggunaan lahan
d. Kondisi sarana dan prasarana
e. Kondisi sosial kependudukan, ketenagakerjaan
f. Kondisi perekonomian
g. Kondisi kelembagaan
h. Daerah rawan bencana
3. Permasalahan Kawasan Perbatasan strategis Kabupaten
4. Konsep Pengembangan Kawasan Perbatasan strategis Kabupaten
5. Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan strategis Kabupaten
a. Rencana struktur ruang
 Sistem pusat kegiatan ekonomi yang terintegrasi dengan pusat kegiatan
dalam RTRW kabupaten
 Sistem jaringan sarana dan prasarana : lingkungan, energi dan kelitrikan,
telekomunikasi, transportasi, sumber daya air, aair minum,
persampahan, alir limbah, drainase dan lainnya
b. Rencana pola ruang
 Kawasan inti sebagai kawasan pengembangan potensi unggulan
 Kawasan penyangga
 Pola ruang kawasan inti dan kawasan penyangga yang berada di
kawasan lindung
 Pola ruang kawasan inti dan kawasan penyangga yang berada di
kawasan penyangga
 Pola ruang kawasan inti dan kawasan penyangga harus mencantumkan
lokasi relokasi akibat bencana alam, jalur evakuasi dan tempat evakuasi
sementara.

LAPORAN PENDAHULUAN I-7


6. Aarahan pemanfaatan ruang Kawasan Perbatasan strategis Kabupaten
7. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang.

1.6 Dasar Hukum


Dasar hukum dalam kegiatan Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Strategis
Kabupaten Madiun tahun 2018-2038 meliputi:
1. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
2. Undang–Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
3. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman
7. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
9. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta
Untuk Penataan Ruang Wilayah
10. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan
11. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
12. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan
Kawasan Perkotaan
13. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
14. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang
15. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan
Hutan
16. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
17. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung

LAPORAN PENDAHULUAN I-8


18. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1991 tentang Penggunaan Tanah Bagi
Pembangunan Kawasan Industri
19. Keputusan Presiden Nomor 41 tahun 1996 tentang Kawasan Industri
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1986 tentang Penetapan Batas
Wilayah Kota di Seluruh Indonesia
21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis
Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan
Bekas Sungai
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang di Daerah
23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang
24. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2007 tentang Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor
25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Kriteria Teknis Kawasan Budidaya
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 tentang Pembangunan
Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat
27. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
28. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
29. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 15 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional
30. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 37 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Provinsi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Kabupaten
31. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/1980 dan Nomor
683/KPTS/UM/II/1998 tentang Klasifikasi Kemampuan Lahan
32. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 tahun 1995 tentang Terminal
Transportasi Jalan

LAPORAN PENDAHULUAN I-9


33. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
327/KPTS/M/2002 Tahun 2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang
Penataan Ruang
34. Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 716
K/40/Mem/2003 Tentang Batas Horisontal Cekungan Air Tanah Di Pulau Jawa
Dan Pulau Madura
35. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 369/KPTS/M/2005 tentang
Rencana Umum Jaringan Jalan
36. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 630/KPTS/M/2009 tentang
Penetapan Ruas-ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya
Sebagai Jalan Arteri dan Jalan Kolektor
37. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 631/KPTS/M/2009 tentang
Penetapan Ruas-ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional
38. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003 tentang
Pengelolaan Hutan di Provinsi Jawa Timur
39. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2005 tentang Penertiban
dan Pengendalian Hutan Produksi di Provinsi Jawa Timur
40. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025
41. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2006 tentang Pemanfaatan
Ruang Pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional Di Provinsi Jawa Timur
42. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) 2009-2014
43. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/103/KPTS/013/2011 tentang
Penetapan Ruas-ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya
Sebagai Jalan Kolektor-2 dan Kolektor-3
44. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/104/KPTS/013/2011 tentang Ruas-
ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Provinsi
45. Peraturan Daerah Kabupaten Madiun Nomor 9 tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Tahun 2009-2029
46. Peraturan Daerah Kabupaten Madiun Nomor 10tahun 2013 tentang RPJMD
Tahun 2013-2018

LAPORAN PENDAHULUAN I - 10
47. Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 26 tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2031
48. Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 7 tahun 2013 tentang RPJMD
Tahun 2013-2018

1.7 Sistematika Pembahasan


Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Perbatasan Kabupaten Madiun
dan Kabupaten Bojonegoro ini melalui beberapa tahapan penyusunan dalam
pembahasan laporan. Sistematika pembahasan pada laporan pendahuluan ini adalah
sebahai berikut:
A. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan sasaran, ruang lingkup kegiatan, aspek hukum da perundangan, dan sistematika
pembahasan.
B. BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN
Dalam bab ini membahas mengenai tinjauan kebijakan tata ruang dari Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur hingga Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Madiun maupun Kabupaten Bojonegoro. Serta kebijakan mengenai Rencana
Pembangunan Jangka Menengah dari tingkat Provinsi Jawa Timur hingga Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Madiun maupun Kabupaten
Bojonegoro.
C. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan mengenai metode pendekatan, tahapan
penyusunan, serta metode apa yang kami gunakan dalam melakukan penelitian, yaitu:
metode pengumpulan data ( survey primer dan survey sekunder ) dan metode analisis
data (analisis kebijakan, analisis fisik dasar meliputi kemampuan lahan, kesesuaian
lahan, serta daya dukung lahan, analisis kependudukan, analisis sistem transportasi,
analisis prasarana, analisis sektor basis, dan analisis potensi masalah).
D. BAB IV GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini membahas mengenai wilayah perencanaan yang meliputi wilayah
perbatasan antara Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Madiun dan Kecamatan Sekar
Kabupaten Bojonegoro yang dilihat dari karakteristik fisik dasar, karakteristik sosial
kependudukan, dan aspek ekonomi.

LAPORAN PENDAHULUAN I - 11

Anda mungkin juga menyukai