Anda di halaman 1dari 17

78

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012-2032

I. UMUM
Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan
harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga
diharapkan dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna
dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup
yang berkelanjutan, tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang dan
tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.
Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung
dan daya tampung lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai
akan meningkatkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan sub
sistem. Hal itu berarti akan dapat meningkatkan kualitas ruang yang ada.
Karena pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem
yang lain dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang
nasional secara keseluruhan, pengaturan penataan ruang menuntut
dikembangkannya suatu sistem keterpaduan sebagai ciri utama. Hal itu
berarti perlu adanya suatu kebijakan tentang penataan ruang yang dapat
memadukan berbagai kebijakan pemanfaatan ruang.Seiring dengan
maksud tersebut, pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat, baik pada tingkat
pusat maupun pada tingkat daerah, harus dilakukan sesuai dengan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan.Dengan demikian, pemanfaatan
ruang oleh siapa pun tidak boleh bertentangan dengan rencana tata ruang.
Sejalan dengan perkembangan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, dan dirasakan adanya penurunan kualitas ruang pada sebagian
besar wilayah, menuntut penegakan prinsip keterpaduan, keberlanjutan,
demokrasi, dan keadilan dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang
yang baik, pelaksanaan kebijakan otonomi daerah yang memberikan
wewenang yang semakin besar dalam penyelenggaraan penataan ruang
sehingga pelaksanaan kewenangan tersebut perlu diatur demi menjaga
keserasian dan keterpaduan antar daerah, serta tidak menimbulkan
kesenjangan antar daerah dan kesadaran dan pemahaman masyarakat
yang semakin tinggi terhadap penataan ruang yang memerlukan
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang
agar sesuai dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas,maka diperlukan Rencana
Tata Ruang Wilayah yang sistematis,yang ditetapkan dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Tulungagung tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tulungagung.
79

RTRW Kabupaten Tulungagung Tahun 2012 sampai dengan 2032,


disusun sesuai amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. Secara subtansi mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/KPTS/M/2009 tentang
Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten, sedang secara mekanisme telah
dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun
2008 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/M/2009.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Tujuan penataan ruang daerah merupakan arahan perwujudan ruang
wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.
Penataan ruang di Kabupaten Tulungagung untuk mewujudkan
pengembangan agropolitan, industri dan pariwisata sekaligus
memeratakan kesenjangan perkembangan di Kabupaten
Tulungagung.
Pengembangan kawasan agropolitan, pengembangan industri dan
pengembangan pariwisata akan menjadi sektor andalan
pembangunan daerah hingga 20 tahun mendatang.
Pasal 7
Kebijakan penataan ruang wilayah daerah merupakan arah tindakan
yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang
wilayah kabupaten.
Huruf a
Agropolitan yang mandiri dan ramah lingkungan merupakan
konsep pengembangan agropolitan dimana berdasarkan pada
keswadayaan dan berkelanjutan.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Struktur pusat pelayanan yang bersinergi adalah konsep
pengembangan pusat kegiatan yang saling berhubungan dan
berhirarki.
Huruf e
Cukup jelas
80

Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Pasal 8
Strategi penataan ruang wilayah daerah merupakan penjabaran
kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-
langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pasal 9
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran
sistem perkotaan wilayah kabupaten dan jaringan prasarana wilayah
kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasi wilayah
kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang
meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan
kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan
sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau
waduk dari daerah aliran sungai. Dalam rencana tata ruang wilayah
kabupaten digambarkan sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten
dan peletakan jaringan prasarana wilayah yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan pengembangan dan pengelolaannya
merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten memuat rencana struktur
ruang yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang terkait dengan
wilayah kabupaten yang bersangkutan.
Pasal 10
Huruf a
Sistem perkotaan adalah rencana susunan kawasan perkotaan
sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang
menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana yang
membentuk hirarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi
fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten.
Sistem perkotaan dibentuk karena adanya gejala
ketidakseimbangan perkembangan pembangunan dalam jangka
panjang. Sehingga perlunya untuk membentuk suatu keserasian
perkembangan kegiatan pembangunan antar wilayah yang lebih
merata melalui dua sasaran yaitu:
a. Mengendalikan perkembangan pusat-pusat kegiatan di
kawasan yang sudah berkembang;
b. Mendorong perkembangan pusat-pusat kegiatan di kawasan
yang belum berkembang sesuai dengan fungsinya dan
mengurangi kesenjangan.
Huruf b
Sistem pedesaan adalah sistem pengaturan ruang pelayanan pada
wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi
81

Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Perkotaan merupakan penjabaran
dari RTRW pada suatu kawasan terbatas, ke dalam rencana
pengaturan pemanfaatan yang memiliki dimensi fisik mengikat dan
bersifat operasional.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Sesuai dengan SK Menteri Pekerjaan Umum Nomor
630/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan
dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai
Jalan Arteri dan Jalan Kolektor 1.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas

Ayat (3)
Huruf a
Angka 1
Terminal Penumpang, adalah prasarana transportasi
jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan
penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda
transportasi serta pengaturan kedatangan dan
pemberangkatan kendaraan umum.
82

Angka 2
Terminal Barang, adalah prasarana transportasi jalan
untuk keperluan membongkar dan memuat barang
serta perpindahan intra dan/atau antar moda
transportasi.
Angka 3
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Huruf a
Konservasi rel mati adalah menghidupkan kembali rel mati pada
masa mendatang sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Jaringan pipa gas yang dimaksud adalah jaringan pipa gas
perkotaan.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
(PLTMH) adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang
mengubah energi potensial air menjadi kerja mekanis,
memutar turbin dan generator untuk menghasilkan daya
listrik skala kecil, yaitu sekitar 5-100 kW.
Huruf c
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), adalah pembangkit
yang memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber
penghasil listrik.
83

Huruf d
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik
atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk
diantaranya; kotoran manusia dan hewan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 23
Ayat (1)
Pembagian sistem jaringan SDA sesuai dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 16/KPTS/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan RTRW Kabupaten
Ayat (2)
Kriteria dan penetapan wilayah sungai sesuai dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 A tahun 2006.
Jaringan irigasi sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 390 Tahun 2007.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
TPA dengan metode open dumping adalah menumpuk sampah
terus hingga tinggi tanpa dilapisi dengan lapisan geotekstil dan
saluran lindi.
Sistem controlled landfill merupakan peningkatan dari open
dumping. Untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang
ditimbulkan, sampah ditimbun dengan lapisan tanah setiap tujuh
hari. Dalam operasionalnya, untuk meningkatkan efisiensi
pemanfaatan lahan dan kestabilan permukan TPA, maka
dilakukan juga perataan dan pemadatan sampah.
Sanitary Landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang
mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu meliputi
jenis dan porositas tanah.
Komposting adalah upaya mengolah sampah organik melalui
proses pembusukan yang terkontrol atau terkendali
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Limbah Non B3 adalah limbah yang sifatnya tidak berbahaya dan
beracun serta tidak merusak lingkungan.
84

Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Pola ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten, baik untuk pemanfaatan yang berfungsi
lindung maupun budidaya yang belum ditetapkan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi.
Pola ruang wilayah kabupaten dikembangkan dengan sepenuhnya
memperhatikan pola ruang wilayah yang ditetapkan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten memuat rencana pola ruang
yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah nasional dan
rencana tata ruang wilayah Provinsi yang terkait dengan wilayah
Kabupaten yang bersangkutan
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
1. kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten
2. daya dukung dan daya tamping lingungan hidup wilayah
kabupaten
3. kebutuhan rungan untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi
dan lingkungan; dan
4. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Kawasan hutan lindung di Kabupaten Tulungagung mengacu kepada
Peta Penunjukan Kawasan Hutan di Propinsi Jawa Timur sesuai
dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor
417/KPTS-II/1999.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penetapan garis sempadan pantai sesuai dengan Keppres Nomor
32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Ayat (3)
Penetapan garis sempadan sungai sesuai dengan Permen PU
Nomor 63 Tahun 1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah
Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.
Ayat (4)
Penetapan garis sempadan telaga atau waduk sesuai dengan
Permen PU Nomor 63 Tahun 1993 tentang Garis Sempadan
Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan
Bekas Sungai dan berdasarkan Keppres Nomor 32 Tahun 1990
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
85

Ayat (5)
Penetapan garis sempadan mata air sesuai dengan Permen PU
Nomor 63 Tahun 1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah
Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai
dan berdasarkan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung.
Ayat (6)
Sempadan Irigasi ditentukan berdasarkan Standar Perencanaan
Irigasi sebagai berikut:
1. Garis sempadan saluran irigasi tak bertanggul
 Garis sempadan saluran irigasi tak bertanggul jaraknya
diukur dari tepi
 luar parit drainase di kanan dan kiri saluran irigasi.
 Jarak garis sempadan sekurang-kurangnya sama
dengankedalaman saluran irigasi.
 Untuk saluran irigasi yang mempunyai kedalaman
kurangdari satu meter, jarak garis sempadan sekurang-
kurangnyasatu meter.
2. Garis sempadan saluran irigasi bertanggul
 Garis sempadan saluran irigasi bertanggul diukur dari sisi
luar kakitanggul.
 Jarak garis sempadan sekurang-kurangnya sama
denganketinggian tanggul saluran irigasi.
 Untuk tanggul yang mempunyai ketinggian kurang dari satu
meter, jarak garis sempadan sekurang-kurangnya
satumeter.
3. Garis sempadan saluran irigasi pada lereng/tebing
 Garis sempadan saluran irigasi yang terletak pada
 Lereng/tebing mengikuti kriteria sebagai berikut :
o diukur dari tepi luar parit drainase untuk sisi lereng
diatas saluran.
o diukur dari sisi luar kaki tanggul untuk sisi lereng
dibawah saluran.
 Jarak garis sempadan untuk sisi lereng di atas saluran
sekurang-kurangnya sama dengan kedalaman
saluranirigasi.
 Jarak garis sempadan untuk sisi lereng di bawah saluran
sekurang-kurangnya sama dengan ketinggian
tanggulsaluran irigasi.
4. Garis sempadan saluran pembuang irigasi
 Garis sempadan saluran pembuang irigasi tak bertanggul
jaraknya diukur dari tepi luar kanan dan kiri saluran
pembuang irigasi dan garis sempadan saluran pembuang
irigasi bertanggul diukur dari sisi luar kaki tanggul.
 Garis sempadan saluran pembuang irigasi jaraknya diukur
dari sisi/tepi luar saluran pembuang irigasi atau sisi/tepi
luarjalan inspeksi.
86

 Kriteria penetapan jarak garis sempadan saluran pembuang


irigasi sama dengan penetapan pada saluran
irigasisebagaimana dimaksud pada point 1 dan 2.
Ayat (7)
Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang
dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah yang digunakan
untuk kepentingan masyarakat secara umum.
Proporsi 30 (tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk
menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan
sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis
lainnya, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara
bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat
meningkatkan nilai estetika kota.
Proporsi ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20 (dua
puluh) persen yang disediakan oleh pemerintah daerah
dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat
lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan
pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Pembagian kawasan lindung Geologi sesuai dengan PP Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Kawasan Kars adalah sebuah bentukan di permukaan bumi yang
pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed
depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk
terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping.
Pasal 35
Kawasan plasma nutfah pada dasarnya merupakan kawasan yang
kaya akan keanekaragaman hayati dan merupakan kawasan yang
harus dijaga untuk keseimbangan ekosistem dalam jangka panjang.
Pasal 36
Kawasan budidaya menggambarkan kegiatan dominan yang
berkembang di dalam kawasan tersebut. Dengan demikian masih
dimungkinkan keberadaan kegiatan budidaya lainnya di dalam
kawasan tersebut. Sebagai contoh, pada kawasan peruntukan industri
dapat dikembangkan perumahan untuk para pekerja di kawasan
peruntukan industri.
Peruntukan kawasan budidaya dimaksudkan untuk memudahkan
pengelolaan kegiatan termasuk dalam penyediaan prasarana dan
sarana penunjang, penanganan dampak lingkungan, penerapan
mekanisme insentif, dan sebagainya. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa penyediaan prasarana dan sarana penunjang
kegiatan akan lebih efisien apabila kegiatan yang ditunjangnya
memiliki besaran yang memungkinkan tercapainya skala ekonomi
dalam penyediaan prasarana dan sarana. Peruntukan kawasan
budidaya disesuaikan dnegan kebijakan pembangunan yang ada.
87

Pasal 37
Kawasan hutan produksi di Kabupaten Tulungagung mengacu kepada
Peta Penunjukan Kawasan Hutan di Propinsi Jawa Timur sesuai
dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor
417/KPTS-II/1999.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Klasifikasi pertanian berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
: 41/Permentan/OT. 140/9/2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan
Peruntukan Pertanian.
Pasal 40
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) adalah tempat para
nelayan mendaratkan hasil tangkapannya atau merupakan
pelabuhan dalam skala yang lebih kecil.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 41
Ayat (1)
Penggolongan pertambangan berdasarkan PP nomor 22 Tahun
2010 tentang Wilayah Pertambangan.
Bond Clay atau Ball Clay digunakan sebagai bahan baku
pembuatan keramik. Mineral ini merupakan sejenis lempung yang
tersusun oleh mineral kaolinit, yang terdiri dari kaolin, lit, kwarsa,
dan mineral lain yang mengandung karbon.
Bondelay merupakan salah satu bahan pembuatan keramik.
Feldspar merupakan batuan vulkanik yang banyak mengandung
tufa dengan komposisi batuan laterik sehingga batuan ini disebut
dengan tufa laterik yang kaya akan mineral ortoklas dan silika.
Felspar juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan keramik.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Cukup jelas.
88

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
1. Siraman Pusaka Kyai Upas
Kyai Upas adalah nama pusaka Kabupaten Tulungagung
secara turun temurun diakui sebagai lambang
kebesaran. Pusaka ini setiap tahun pada hari jumat legi
bulan Suro (Muharam) dimandikan secara sakral.
Dimitoskan oleh masyarakat Tulungagung bahwa pusaka
ini dapat mempengaruhi kehidupan sehari – hari berupa
berkah, rejeki, panjang umur dan keselamatan. Upacara
ini dimulai dengan arak – arakan dari pendopo
Kabupaten menuju pendopo Kanjengan. Sesampainya di
Kanjengan disambut dengan gamelan Monggang.
Upacara siraman dengan prosesi tertentu dengan
berbagai macam sesaji. Banyak pengunjung yang
menyasikan, berebut sisa air siraman tersebut untuk
mendapatkan berkahnya. Setelah siraman diadakan
beberapa hiburan diantaranya tembang mocopat, wayang
kulit dan kesenian tradisional lainnya.

2. Temanten Kucing
Merupakan upacara adat mengawinkan sepasang kucing
yang dilaksanakan setiap tahunnya,berlokasi di air
terjun Coban Kromo untuk irigasi di daerah setempat
setiap tahunnya.

3. Upacara Adat Ulur – ulur


Upacara ulur – ulur adalah tradisi tabur bunga di telaga
Buret untuk mengirim Mbah Jigang Joyo, cikal bakal
telaga tersebut. Diadakan oleh masyarakat sekitar telaga,
mereka mempercayai bahwa Tuhan YME telah
memberikan penghidupan kepada mereka melalui aliran
air dari telaga Buret tersebut. Kegiatan utama dari
upacara tersebut adalah memandikan arca Dewi Sri
Sedono dan tabur bunga di telaga.

4. Upacara Labuh Laut


Merupakan upacara adat melabuh sesaji berupa
tumpeng dan hasil bumi ke bibir pantai Popoh, Besuki,
Tulungagung sebagai wujud rasa syukur atas rejeki dan
berkah Tuhan YME. Diadakan setiap bulan Suro
(Muharam)

5. Jaranan
Tarian ini memiliki gerakan yang agresif, energik dan
dinamis. Berkembang pesat di daerah Tulungagung saat
ini dan merupakan induk dari semua jenis jaranan
Tulungagung.
89

6. Reog Tulungagung
Tarian reog Khas Tulungagung yang dimainkan oleh 6
(enam) orang sekaligus dengan “Udheng Gilig” (kostum
khusus) sebagai pengikat kepala. Akhir – akhir ini tarian
ini berkembang pesat dan digemari masyarakat
Tulungagung.

7. Tiban
Tarian sakral untuk mendatangkan hujan, di masyarakat
pendukungnya tetesan darah akibat permainan Tiban
adalah lambang perjuangan yang gigih dalam mencari
air,dalam hal ini hujan. Ritual ini biasanya diadakan
pada musim kemarau.

8. Teater Tradisional (Ludruk,Ketoprak dan Wayang)


Persembahan seni tari, drama musikal dengan tema
cerita jawa kuno dan diiringi gamelan sebagai latar
belakang musiknya. Merupakan jenis tradisi yang masih
banyak penikmatnya dan secara rutin digelar di
Tulungagung, biasanya setiap malam Jumat Legi.

9. Teater Tutur (Kentrung, Jemblung dan Karawitan)


Sebuah kegiatan seni oleh beberapa orang yang terdiri
dari penari dan atau pemain musik tradisonal yang
biasanya menceritakan tentang cerita – cerita jawa kuno
dan kisah – kisah religi.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Kawasan strategis kabupaten merupakan wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau
lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat
indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan
lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis.
Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya
berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:
90

1. Tata ruang di wilayah sekitarnya;


2. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang
lainnya; dan / atau
3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Kawasan pengendalian ketat (High Control Zone) merupakan kawasan
yang memerlukan pengawasan secara khusus dan dibatasi
pemanfaatannya untuk mempertahankan daya dukung, mencegah
dampak negatif, menjamin proses pembangunan yang berkelanjutan.
Sesuai amanat PP 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang, maka kawasan perkotaan di Kabupaten Tulungagung juga
termasuk ke dalam Kawasan Strategis Kabupaten
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan
perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi
program utama kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima)
tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).
Pasal 56
Cukup jelas

Pasal 57
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud Islamic Centre adalah lembaga keagamaan yang
dalam fugsinya sebagai pusat pembinaan dan pengembangan agama
Islam, yang berperan sebagai mimbar pelaksanaan dakwah dalam
era pembangunan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
91

Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Perwujudan budidaya Kawasan Industri berupa hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam merencanakan suatu kawasa industri
mencakup:
1. Pra Kelayakan Pengembangan Kawasan Industri;
2. Penyusunan Perizinan;
3. Penyusunan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan; dan
4. Penyusunan Perencanaan Desain (Masterplan) Kawasan
Industri.
Pendirian Kawasan Industri mengacu kepada PP Nomor 24 Tahun
2009 tentang Kawasan Industri dan Kepmen Perindustrian Nomor
35 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri
Ayat (10)
Cukup jelas.
Ayat (11)
Cukup jelas.
Ayat (12)
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
adalah ketentuan yang diperuntukan sebagai alat penertiban
penataan ruang, meliputi ketentuan umum peraturan zonasi,
ketentuan perizinan, ketentuan pemberian insentif dan disinsentif,
serta arahan pengenaan sanksi dalam rangka perwujudan rencana
tata ruang wilayah kabupaten.
92

Pasal 62
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan
ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona
peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang.
Penyusunan ketentuan umum peraturan zonasi disusun berdasarkan
rencana rinci dan diprioritaskan pada kawasan-kawasan strategis
yang berpotensi menjadi kawasan cepat berkembang, kawasan yang
berpotensi terjadi konflik pemanfaatan, dan kawasan yang
memerlukan pengendalian secara ketat.

Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Yang dimaksud dengan perizinan adalah perizinan yang terkait
dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan
pemanfaatan ruang. Izin dimaksud adalah izin lokasi/fungsi ruang,
amplop ruang, dan kualitas ruang.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
93

Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Penerapan insentif atau disinsentif secara terpisah dilakukan untuk
perizinan skala kecil/individual sesuai dengan peraturan zonasi,
sedangkan penerapan insentif dan disinsentif secara bersamaan
diberikan untuk perizinan skala besar/kawasan karena dalam skala
besar / kawasan dimungkinkan adanya pemanfaatan ruang yang
dikendalikan dan didorong pengembangannya secara bersamaan.
Insentif dapat diberikan antar pemerintah daerah yang saling
berhubungan berupa subsidi silang dari daerah yang penyelenggaraan
penataan ruangnya memberikan dampak kepada daerah yang
dirugikan, atau antara pemerintah dan swasta dalam hal pemerintah
memberikan preferensi kepada swasta sebagai imbalan dalam
mendukung perwujudan rencana tata ruang.
Disinsentif berupa pengenaan pajak yang tinggi dapat dikenakan
untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang
melalui penetapan nilai jual obyek pajak (NJOP) dan nilai jual kena
pajak (NJKP) sehingga pemanfaat ruang membayar pajak lebih tinggi.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Hak dan Kewajiban masyarakat sesuai dengan PP Nomor 69 Tahun
1996 tentang Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Serta Bentuk Dan
Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
Peran Serta Masyarakat sesuai dengan PP nomor 68 Tahun 2010
tentang Bentuk Dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam
Penataan Ruang.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
94

Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.

Anda mungkin juga menyukai