Anda di halaman 1dari 78

1

PENDAHULUAN
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

1.1 LATAR BELAKANG


Sesuai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja,
mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki wewenang yang
dilaksanakan dilaksanakan sesuai dengan norma, standar, prosedur,dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi:
a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan
ruang wilayah kabupaten/kola;
b. pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota; dan
c. kerja sama penataan ruang antarkabupaten/ kota.
Adapun pelaksanaan penataan ruang mencakup perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
Perencanaan tata ruang wilayah kota meliputi proses dan prosedur penyusunan serta
penetapan rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota. Penyusunan RTRW kota dilakukan
dengan berasaskan pada kaidah-kaidah perencanaan yang mencakup asas keselarasan,
keserasian, keterpaduan, kelestarian, keberlanjutan serta keterkaitan antarwilayah baik
di dalam kabupaten maupun dengan kabupaten sekitarnya.
Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang
disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hierarki terdiri atas
rencana tata ruang wilayah nasional,rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana
tata ruang wilayah kabupaten/kota. Rencana umum tata ruang nasional adalah arahan
kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional yang disusun guna menjaga
integritas nasional, keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah dan
antar sektor, serta keharmonisan antar lingkungan alam dengan lingkungan buatan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rencana umum tata ruang provinsi adalah rencana kebijakan operasional dari
RTRW Nasional yang berisi strategi pengembangan wilayah provinsi, melalui optimasi
pemanfaatan sumber daya, sinkronisasi pengembangan sektor, koordinasi lintas
wilayah kabupaten/kota dan sektor, serta pembagian peran dan fungsi kabupaten/kota
di dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan. Rencana umum tata ruang

PENDAHULUAN I-1
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW provinsi ke dalam kebijakan dan strategi


pengembangan wilayah kabupaten/kota yang sesuai dengan fungsi dan peranannya di
dalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan, strategi
pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana struktur dan
rencana pola ruang.
Dalam operasionalisasinya rencana umum tata ruang dijabarkan dalam rencana
rinci tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau
kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dapat mencakup hingga penetapan
blok dan subblok yang dilengkapi peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam
pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai
dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang
dapat berupa rencana tata ruang kawasan strategis dan rencana detail tata ruang.
Kota Malang telah memiliki Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030. Akan tetapi
perkembangan yang begitu pesat pada setiap sektor pembangunan dan menurunnya
kualitas lingkungan hidup cenderung menimbulkan berbagai masalah pembangunan
akibat tekanan-tekanan yang ditimbulkan oleh adanya peningkatan intensitas (ruang),
yang banyak menyebabkan ketidakseimbangan struktur dan fungsional ruang wilayah
sekaligus ketidakteraturan ruang wilayah. Proses pertumbuhan dan perkembangan itu
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam (faktor internal) maupun yang
berasal dari luar wilayah (faktor eksternal). Kenyataan menunjukkan bahwa upaya
penyediaan ruang sering bermasalah karena :
a. Ruang merupakan sumber daya alam yang terbatas, sehingga menuntut
upaya pemanfaatan secara efisien dan optimal; dan
b. Suatu ruang pada dasarnya dapat dimanfaatkan bagi berbagai alternatif
kegiatan, sebaliknya suatu kegiatan tertentu dapat berlokasi pada beberapa
alternatif ruang.
Berdasarkan hasil Peninjauan Kembali RTRW Kota Malang Tahun 2010 – 2030,
dokumen teknis RTRW Kota Malang Tahun 2010 – 2030 perlu direvisi dengan nilai akhir
yaitu 63,27 dan direkomendasikan untuk dilakukan pencabutan RTRW Kota Malang

PENDAHULUAN I-2
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Tahun 2010 – 2030. Pelaksanaan revisi RTRW Kota Malang juga mempertimbangkan
peraturan atau kebijakan terkait penataan ruang yang muncul setelah ditetapkannya
RTRW Kota Malang Tahun 2010 – 2030. Dengan dinamika perkembangan kota, dan
mengacu pada hasil peninjauan kembali, maka dilakukan revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Malang Tahun 2021 – 2041 sesuai dengan Peraturan Menteri Agraria Dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2018 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten
Dan Kota (Lampiran III) serta Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Penyusunan Basis Data Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten Dan
Kota, Serta Peta Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota.

1.2 TUJUAN PENYUSUNAN


Kegiatan Revisi RTRW Kota Malang Tahun 2021 – 2041 bermaksud untuk
mengantisipasi/mengakomodir dinamika perkembangan perkotaan, dengan mengacu
pada hasil peninjauan kembali, RPJMD, serta kebijakan terkait lainnya yang muncul
setelah ditetapkannya RTRW Kota Malang 2010 – 2030. Selain itu penyempurnaan
kembali RTRW Kota Malang juga dapat mengatasi permasalahan tata ruang yang
kompleks dan beragam serta hal-hal lain yang terkait dengan ketentuan baru dan aturan-
aturan yang berkaitan dengan RTRW.
Dalam penyusunan kegiatan Revisi RTRW Kota Malang Tahun 2021 – 2041 ini
memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Menyempurnakan kembali RTRW yang telah ada dengan menyesuaikan
pada perkembangan permasalahan tata ruang yang kompleks dan beragam
serta hal-hal lain yang terkait dengan ketentuan baru dan aturan-aturan yang
berkaitan dengan RTRW.
2. Memberikan informasi mengenai perubahan-perubahan pemanfaatan ruang
terhadap daerah, sehingga adanya kegiatan perencanaan ini dapat
memberikan arahan pemanfaatan ruang yang sesuai dan dapat meciptakan

PENDAHULUAN I-3
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

keterpaduan bagi kepentingan dan aspirasi pemerintah, swasta maupun


masyarakat.
3. Merumuskan penyelenggaraan pengaturan ruang kawasan lindung dan
budidaya.
4. Menciptakan rencana pemanfaatan ruang yang berkualitas sebagai bentuk
penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
Kegiatan Revisi RTRW Kota Tahun 2021 – 2041 dilakukan dengan berazaskan
kaidah-kaidah perencanaan seperti keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian
dan kesinambungan dalam lingkup Kota dan kaitannya dengan propinsi dan wilayah
sekitarnya, dengan tidak mengesampingkan wawasan perlindungan lingkungan
terhadap sumber daya yang dimiliki daerah. RTRW Kota juga harus berlandaskan azas
keterbukaan, persamaan, keadilan, dan perlindungan hukum. Sesuai dengan undang-
undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penjelasan
dari kaidah-kaidah perencanaan adalah:
1. Keselarasan atau keserasian adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola ruang,
keselarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya,
keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antardaerah serta antara
kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan.
2. Keberlanjutan atau kesinambungan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan daya
dukung dan daya tampung lingkungan dengan memperhatikan kepentingan
generasi mendatang.

1.3 DASAR HUKUM


Landasan hukum yang digunakan dalam kegiatan Revisi RTRW Kota Malang
sebagai berikut:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
tentang Pemerintahan Daerah;

PENDAHULUAN I-4
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam lingkungan Provinsi Jawa-Timur,
Jawa-Tengah, Jawa-Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 45) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang Pengubahan Undang-Undang
Nomor 16 dan 17 Tahun 1950 (Republik Indonesia Dahulu) tentang
Pembentukan Kota-kota Besar dan Kota-kota Kecil di Jawa;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);

PENDAHULUAN I-5
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Mebahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6485);
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 132) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang

PENDAHULUAN I-6
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746);
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746);
17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

PENDAHULUAN I-7
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 tentang


Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6573);
20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5068) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);
23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PENDAHULUAN I-8
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


6573);
24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5214) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);
26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah
Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5252) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
27. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5280) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

PENDAHULUAN I-9
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

28. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6573);
29. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber
Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6405) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
30. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
31. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan
Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor119, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242);
32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4490);
34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);

PENDAHULUAN I-10
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

35. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
37. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
38. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4828);
39. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4833) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
40. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk
dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5160);
41. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran

PENDAHULUAN I-11
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5185);
42. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5230);
43. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2013 tentang
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5468) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6642);
44. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2021 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6628);
45. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 29, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6631);
46. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2021 tentang
Penertiban Kawasan dan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6632);
47. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6633);
48. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran

PENDAHULUAN I-12
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6634);
49. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6642);
50. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
51. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2007 tentang Perizinan
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan di Jawa Timur (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun 2007 Nomor 6 Seri E);
52. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa
Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 Nomor 1 Seri E);
53. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Perlindungan, Pemberdayaan Pasar Tradisional, dan Penataan Pasar Modern di
Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2008 Nomor
2 Seri E);
54. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Sampah Regional Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010 Nomor 4 Seri E);
55. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 Nomor 3 Seri D);
56. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pedoman
Persiapan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
(Berita Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Nomor 6 Seri E);
57. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 80 Tahun 2014 tentang Pemanfaatan
Ruang pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional di Provinsi Jawa Timur;
dan

PENDAHULUAN I-13
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

58. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030 (Lembaran Daerah Kota Malang
Tahun 2011 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Malang Nomor
4).

1.4 RUANG LINGKUP


1.4.1 Ruang Lingkup Materi
Dalam merumuskan muatan RTRW Kota harus mengacu pada muatan RTRW
nasional dan rencana rincinya (RTR pulau dan RTR kawasan strategis nasional), RTRW
provinsi dan rencana rincinya (RTR kawasan strategis provinsi), serta memperhatikan
RTRW kabupaten/kota yang berbatasan. Muatan RTRW berdasarkan Peraturan Menteri
ATR/BPN Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi, Kabupaten Dan Kota meliputi:
A. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota merupakan
terjemahan dari visi dan misi pengembangan wilayah kota dalam
pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah
kota yang diharapkan. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota, yang
dirumuskan dengan kriteria:
1. mendukung tujuan penataan ruang yang tercantum pada RTR di atasnya
(RTRW nasional dan rencana rincinya, serta RTRW provinsi dan rencana
rincinya) melalui keterpaduan antar sektor, wilayah, dan Masyarakat;
2. mewujudkan aspek keruangan yang harmonis dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) kota;
3. mengakomodasi fungsi dan peran kota yang telah ditetapkan dalam
RTRW nasional, serta RTRW provinsi;
4. memperhatikan isu strategis, potensi unggulan dan karakteristik wilayah
kota;
5. jelas, spesifik,terukur dan dapat dicapai dalam jangka waktu
perencanaan 20 (dua puluh) tahun; dan

PENDAHULUAN I-14
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

6. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.


Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota, yang dirumuskan dengan kriteria:
1. mampu menjabarkan tujuan penataan ruang wilayah kota;
2. mampu menjawab isu strategis di wilayah kota;
3. mempertimbangkan kapasitas sumber daya yang dimiliki; dan
4. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota, yang dirumuskan dengan kriteria:
1. menjabarkan kebijakan penataan ruang wilayah kota ke dalam langkah-
langkah yang dirinci dengan target pencapaian 5 (lima tahunan);
2. harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang wilayah kota;
3. berfungsi sebagai arahan bagi penyusunan indikasi program utama
dalam RTRW Kota;
4. berfungsi sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kota;
5. jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu
perencanaan; dan
6. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
B. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota
Rencana struktur ruang wilayah kota adalah rencana susunan pusat-pusat
pelayanan(rencana sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah
pelayanannya) dan sistem jaringan prasarana wilayah kota yang
dikembangkan untuk melayani kegiatan skala kota dan mengintegrasikan
wilayah kota. Sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota tersebut di atas
dapat berupa pusat perekonomian, rencana kota baru, simpul ekonomi baru,
dan/atau koridor ekonomi baru yang dibutuhkan untuk menjaga
keseimbangan ruang, keberlanjutan pembangunan, dan ketahanan
masyarakat. Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan dengan
kriteria:
1. Berdasarkan strategi penataan ruang wilayah kota;

PENDAHULUAN I-15
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

2. Mempertimbangkan kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah


kota dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian
lingkungan;
3. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
wilayah kota;
4. Mengacu rencana struktur ruang wilayah nasional (RTRW nasional dan
rencana rincinya), rencana struktur ruang wilayah provinsi (RTRW
Provinsi dan rencana rincinya), serta memperhatikan rencana struktur
ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
5. Pusat kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota yang
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. mempertimbangkan pusat-pusat kegiatan yang kewenangan
penetapannya berada pada pemerintah pusat dan pemerintah
provinsi yang berada di wilayah kota bersangkutan;
b. memuat penetapan pusat pelayanan kota, subpusat pelayanan kota,
serta pusat pelayanan lingkungan;
c. harus berhirarki dan/atau berjejaring di dalam ruang wilayah kota
serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem pusat pelayanan;
dan
d. mempertimbangkan cakupan pelayanan bagi wilayah kecamatan
yang berada dalam satu wilayah kota, yang meliputi pusat layanan
dan peletakan jaringan prasarana wilayah kota yang menunjang
keterkaitan antar pusat pelayanan.
6. Dapat ditransformasikan ke dalam penyusunan indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
7. Mengacu pada peraturan perundang-undangan.
Rencana struktur ruang wilayah kota, terdiri atas:
1. Pusat kegiatan di wilayah kota
a. pusat pelayanan kota; melayani seluruh wilayah kota dan/atau
regional;

PENDAHULUAN I-16
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Pusat pelayanan kota merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial,


dan/atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau
regional.
b. subpusat pelayanan kota; melayani sub-wilayah kota; dan/atau
Subpusat pelayanan kota merupakan pusat pelayanan ekonomi,
sosial, dan/atau administrasi yang melayani sub wilayah kota; dan
c. pusat lingkungan.
Pusat lingkungan merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial
dan/atau administrasi lingkungan permukiman kota.
2. Sistem jaringan prasarana
Sistem jaringan prasarana dikembangkan untuk mengintegrasikan
wilayah kota, dan untuk melayani kegiatan yang memiliki cakupan
wilayah layanan prasarana skala kota, meliputi:
a. sistem jaringan transportasi, meliputi:
1) sistem jaringan transportasi darat, dapat meliputi:
a) sistem jaringan jalan,yang dapat meliputi:
(1) jaringan jalan nasional yang ada dalam wilayah kota,
meliputi:
i. jalan arteri primer yang merupakan jalan nasional;
ii. jalan kolektor primer satu (JKP-1) nasional yang
menghubungkan antaribukota provinsi;
iii. jalan strategis nasional; dan/atau iv. jalan tol.
(2) jaringan jalan provinsi yang ada di wilayah kota,
meliputi:
i. jalan kolektor primer dua (JKP-2) yang
menghubungkan antara ibukota provinsi dan ibukota
kabupaten/kota;
ii. jalan kolektor primer tiga (JKP-3) yang
menghubungkan antaribukota kabupaten/kota;
dan/atau

PENDAHULUAN I-17
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

iii. jalan strategis provinsi yang pembangunannya


diprioritaskan untuk melayani kepentingan provinsi
berdasarkan pertimbangan untuk membangkitkan
pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan
keamanan provinsi.
(3) jaringan jalan yang menjadi kewenangan kota, yaitu
jalan sekunder di dalam kota, meliputi:
i. jalan arteri sekunder;
ii. jalan kolektor sekunder;dan/atau
iii. jalan lokal sekunder.
(4) jalan khusus;
(5) terminal penumpang sesuai dengan jenis dan kelas
pelayanannya, meliputi:
i. terminal penumpang tipe A yang merupakan
kewenangan Pemerintah;
ii. terminal penumpang tipe B yang merupakan
kewenangan pemerintah provinsi; dan
iii. terminal penumpang tipe C yang merupakan
kewenangan pemerintah kota.
(6) terminal barang; dan/atau
(7) jembatan timbang.
b) sistem jaringan kereta api, yang dapat meliputi:
(1) jaringan jalur kereta api KA termasuk kereta rel listrik,
kereta bawah tanah, monorail, meliputi:
i. jaringan jalur KA umum, meliputi:
• jaringan jalur kereta api antarkota untuk
melayani perpindahan orang dan/atau barang
dari satu kota ke kota yang lain; dan/atau

PENDAHULUAN I-18
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

• jaringan jalur kereta api perkotaan untuk


melayani perpindahan orang di wilayah kota
dan/atau perjalanan ulang alik.
ii. jaringan jalur KA khusus yang berada pada wilayah
kota yang digunakan secara khusus oleh badan
usaha tertentu untuk menunjang kegiatan pokok
badan usaha tersebut.
(2) stasiun KA, meliputi:
i. stasiun penumpang;
ii. stasiun barang; dan/atau
iii. stasiun operasi.
c) sistem jaringan sungai, danau, dan penyeberangan, yang
dapat meliputi:
(1) alur pelayaran kelas I kewenangan Pemerintah;
(2) alur pelayaran kelas II kewenangan provinsi;
(3) alur pelayaran kelas III kewenangan kota;
(4) lintas penyeberangan antarprovinsi;
(5) lintas penyeberangan antarnegara;
(6) lintas penyeberangan antarkabupaten/kota;
(7) lintas penyeberangan dalam kota;
(8) pelabuhan sungai dan danau, meliputi:
i. pelabuhan sungai dan danau utama;
ii. pelabuhan sungai dan danau pengumpul; dan/atau
iii. pelabuhan sungai dan danau pengumpan.
(9) pelabuhan penyeberangan, meliputi:
i. pelabuhan penyeberangan kelas I;
ii. pelabuhan penyeberangan kelas II; dan/atau
iii. pelabuhan penyeberangan kelas III.
Sistem jaringan transportasi darat dapat berada di permukaan
tanah, di dalam bumi, dan di atas permukaan tanah.

PENDAHULUAN I-19
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

2) sistem jaringan transportasi laut, dapat meliputi:


a) pelabuhan laut yang terdapat pada wilayah kota, yang dapat
meliputi:
(1) pelabuhan utama yaitu pelabuhan umum yang
dikembangkan untuk melayani kegiatan pelayaran dan
alih muat peti kemas angkutan laut nasional dan
internasional.
(2) pelabuhan pengumpul yaitu pelabuhan umum yang
dikembangkan untuk melayani kegiatan pelayaran dan
alih muat peti kemas angkatan laut nasional dan
internasional dalam jumlah menengah, menjangkau
wilayah pelayanan menengah, dan memiliki fungsi
sebagai simpul jaringan transportasi laut nasional.
(3) pelabuhan pengumpan regional yaitu pelabuhan
umumyang dikembangkan untuk melayani kegiatan
pelayaran dan alih muat angkutan laut nasional dan
regional, pelayaran rakyat, angkutan sungai, dan
angkutan perintis dalam jumlah menengah, serta
menjangkau wilayah pelayanan menengah.
(4) pelabuhan pengumpan lokal yaitu pelabuhan umum
yang melayani kegiatan pelayaran dan alih muat
angkutan laut lokal dan regional, pelayaran rakyat,
angkutan sungai, dan angkutan perintis dalam jumlah
kecil; dan menjangkau wilayah pelayanan terbatas.
Selain itu pemerintah daerah kota dapat merencanakan
pelabuhan pengumpan lokal yang diusulkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) terminal khusus yang dapat dikembangkan untuk
menunjang kegiatan atau fungsi tertentu dan merupakan

PENDAHULUAN I-20
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

bagian dari pelabuhan umum dengan memperhatikan


sistem transportasi laut.
(6) alur pelayaran di laut yang terdapat pada wilayah
kotabaik internasional maupun nasional, yang dapat
meliputi:
i. alur pelayaran umum dan perlintasan; dan/atau
ii. alur pelayaran masuk pelabuhan.
Alur-pelayaran di laut sebagaimana dimaksud diatas
juga memiliki Alur Laut Kepulauan Indonesia.
3) sistem jaringan transportasi udara, dapat meliputi:
a) bandar udara umum dan bandar udara khusus yang terdapat
pada wilayah kota, yang dapat meliputi:
(1) bandar udara pengumpul skala pelayanan primer;
(2) bandar udara pengumpul skala pelayanan sekunder;
(3) bandar udara pengumpul skala pelayanan tersier;
(4) bandar udara pengumpan (umum); dan/atau
(5) bandar udara khusus yang berada di wilayah kota
dikembangkan untuk menunjang pengembangan
kegiatan tertentu.
b) ruang udara untuk penerbangan, yang dipergunakan
langsung untuk kegiataan bandar udara dan/atau sekitar
bandar udara yang dipergunakan untuk operasi
penerbangan.
Perlu ditetapkan kawasan keamanan operasional
penerbangan (KKOP) yang digambarkan dalam peta
tersendiri dan akan ditampilkan (overlay) dengan peta
rencana pola ruang. Peta hasil penampalan (overlay)
sebagaimana dimaksud akan memiliki pengaturan tersendiri
yang menambahkan aturan dasar masing-masing kawasan.
Aturan ini akan tercantum dalam ketentuan umum zonasi.

PENDAHULUAN I-21
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

b. sistem jaringan energi,meliputi:


1) jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi, meliputi:
a) jaringan yang menyalurkan minyak dan gas bumi dari
fasilitas produksi ke kilang pengolahan dan/atau tempat
penyimpanan; dan/atau
b) jaringan yang menyalurkan gas bumi dari kilang pengolahan
ke konsumen.
2) jaringan infrastruktur ketenagalistrikan
Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, meliputi:
a) infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana
pendukungnya yang dapat meliputi:
(1) pembangkit listrik tenaga air (PLTA);
(2) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU);
(3) pembangkit listrik tenaga gas (PLTG);
(4) pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD);
(5) pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN);
(6) pembangkit listrik tenaga surya (PLTS);
(7) pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB);
(8) pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP);
(9) pembangkit listrik tenaga mikro hidro
(PLTMH);dan/atau
(10) pembangkit listrik lainnya.
b) infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana
pendukungnya, yang dapat meliputi:
(1) jaringan transmisi tenaga listrik untuk menyalurkan
tenaga listrik antarsistem, meliputi:
i. saluran udara (saluran udara tegangan ultra tinggi
(SUTUT);
ii. saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET);

PENDAHULUAN I-22
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

iii. saluran udara tegangan tinggi (SUTT);


iv. saluran udara tegangan tinggi arus searah
(SUTTAS);
v. kabel laut; dan/atau
vi. saluran transmisi lainnya.
(2) jaringan distribusi tenaga listrik, yang dapat meliputi:
i. saluran udara tegangan menengah (SUTM);
ii. saluran udara tegangan rendah (SUTR);
iii. saluran kabel tegangan menengah (SKTM),
dan/atau
iv. saluran distribusi lainnya.
(3) gardu induk yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari transmisi tenaga listrik.
c. sistem jaringan telekomunikasi dapat disesuaikan dengan
kebutuhan wilayah kota, meliputi:
1) jaringan tetap; dan/ atau
2) jaringan bergerak, dapat meliputi:
a) jaringan bergerak terestrial;
b) jaringan bergerak seluler; dan/atau
c) jaringan bergerak satelit.
d. sistem jaringan sumber daya air, meliputi:
1) sistem jaringan sumber daya air lintas negara dan lintas provinsi
yang berada di wilayah kota, dapat meliputi:
a) sumber air; dan/atau
b) prasarana sumber daya air.
2) sistem jaringan sumber daya air lintas kabupaten/kota yang
berada di wilayah kota, dapat meliputi:
a) sumber air; dan/atau
b) prasarana sumber daya air.
3) sistem jaringan sumber daya air kota, dapat meliputi:

PENDAHULUAN I-23
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

a) sumber air, yang dapat meliputi:


(1) air permukaan pada sungai, mata air, danau, embung,
waduk, dan sumber air lain yang terdapat pada
permukaan tanah di wilayah kota; dan/atau
(2) air tanah pada cekungan air tanah (CAT) di wilayah kota;
Sumber air dimaksud yang berada di dalam wilayah kota
dapat digambarkan dalam peta rencana struktur ruang
wilayah kota apabila diperlukan.
b) prasarana sumber daya air, yang dapat meliputi:
(1) sistem jaringan irigasi, yang terdiri atas:
i. jaringan irigasi primer, dan/atau
ii. jaringan irigasi sekunder.
Jika diperlukan dapat dimuat jaringan irigasi tersier,
jaringan irigasi desa, dan jaringan irigasi air tanah.
(2) sistem pengendalian banjir; dan/atau
(3) jaringan air baku untuk air bersih.
e. infrastruktur perkotaan, meliputi:
1) sistem penyediaan air minum (SPAM), meliputi:
a) jaringan perpipaan, yang dapat meliputi:
(1) unit air baku;
(2) unit produksi;
(3) unit distribusi, dan/atau
(4) unit pelayanan.
b) bukan jaringan perpipaan, yang dapat meliputi:
(1) sumur dangkal;
(2) sumur pompa;
(3) bak penampungan air hujan;
(4) terminal air; dan/atau
(5) bangunan penangkap mata air.
2) sistem pengelolaan air limbah (SPAL), dapat meliputi:

PENDAHULUAN I-24
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

a) sistem pembuangan air limbah (sewage) termasuk sistem


pengolahan berupa instalasi pengolahan air limbah (IPAL);
dan/atau
b) sistem pembuangan air limbah rumah tangga (sewerage)
baik individual maupun komunal.
3) sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);
4) sistem jaringan persampahan kota, dapat meliputi:
a) tempat penampungan sampah sementara (TPS); dan
b) tempat pemroresan akhir sampah (TPA).
5) sistem jaringan evakuasi bencana, terdiri atas jalur evakuasi
bencana dan ruang evakuasi bencana;
6) sistem drainase, dapat meliputi:
a) jaringan primer;
b) jaringan sekunder; dan/atau
c) jaringan tersier.
7) sistem jaringan pejalan kaki berupa ruas pejalan kaki; dan/atau
8) sistem jaringan prasarana lainnya yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan pengembangan wilayah kota
C. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota
Rencana pola ruang wilayah kota adalah rencana distribusi peruntukan
ruang wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
fungsi budi daya kota, dirumuskan dengan kriteria:
1. Berdasarkan pada strategi penataan ruang wilayah kota;
2. Mempertimbangkan alokasi ruang wilayah kota dalam rangka
mendukung kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian lingkungan;
3. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
wilayah kota;
4. Mengacu rencana pola ruang wilayah nasional (RTRW nasional dan
rencana rincinya), rencana pola ruang wilayah provinsi (RTRW provinsi

PENDAHULUAN I-25
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

dan rencana rincinya), serta memperhatikan rencana pola ruang wilayah


kabupaten/kota yang berbatasan;
5. Dapat ditransformasikan ke dalam penyusunan indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
6. Mengacu pada peraturan perundang-undangan.
Rencana pola ruang wilayah kota, terdiri atas:
1. Kawasan peruntukan lindung
Kawasan lindung kota adalah kawasan yang secara ekologis merupakan
satu ekosistem yang terletak pada wilayah kota, yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah
kota, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan
kewenangan pemerintah daerah kota,dapat terdiri atas:
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya, meliputi:
1) kawasan hutan lindung;
2) kawasan lindung gambut; dan/atau
3) kawasan resapan air.
b. kawasan perlindungan setempat, meliputi:
1) sempadan pantai;
2) sempadan sungai;
3) kawasan sekitar danau atau waduk; dan/atau
4) kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal.
c. kawasan konservasi, meliputi:
1) kawasan suaka alam (KSA), dapat meliputi:
a) cagar alam dan cagar alam laut; dan/atau
b) suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut.
2) kawasan pelestarian alam (KPA), dapat meliputi:
a) taman nasional;
b) taman hutan raya; dan/atau

PENDAHULUAN I-26
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

c) taman
d) wisata alam dan taman wisata alam laut.
3) kawasan taman buru; dan/atau
4) kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,
dapat meliputi:
a) kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil, yang
dapat meliputi:
(1) suaka pesisir;
(2) suaka pulau kecil;
(3) taman pesisir; dan/atau
(4) taman pulau kecil.
b) kawasan konservasi maritim, yang dapat meliputi:
(1) daerah perlindungan adat maritim; dan/atau
(2) daerah perlindungan budaya maritim.
c) kawasan konservasi perairan.
d. kawasan lindung geologi, meliputi:
1) kawasan cagar alam geologi, dapat meliputi:
a) kawasan keunikan batuan dan fosil;
b) kawasan keunikan bentang alam; dan/atau
c) kawasan keunikan proses geologi.
2) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah,
dapat meliputi:
a) kawasan imbuhan air tanah; dan/atau
b) sempadan mata air.
e. kawasan rawan bencana yang tingkat kerawanan dan probabilitas
ancaman atau dampak paling tinggi, meliputi:
1) kawasan rawan bencana gerakan tanah (termasuk tanah
longsor);
2) kawasan rawan bencana letusan gunung api; dan/atau

PENDAHULUAN I-27
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

3) sempadan patahan aktif (active fault) pada kawasan rawan


bencana gempa bumi.
Untuk kawasan rawan bencana yang tidak ditetapkan menjadi
kawasan lindung, akan ditampalkan (overlay) dengan rencana
pola ruang ruang lainnya yang akan tergambarkan dalam peta
tersendiri. Peta hasil penampalan (overlay) sebagaimana
dimaksud akan memiliki pengaturan tersendiri yang
menambahkan aturan dasar masing-masing kawasan. Aturan
ini akan tercantum dalam ketentuan umum zonasi.
f. kawasan cagar budaya;
g. kawasan ekosistem mangrove; dan/atau
h. ruang terbuka hijau RTH kota, minimal 30% (20% publik dan 10%
privat) yang antara lain meliputi taman RT, taman RW, taman
kelurahan, taman kecamatan, taman kota, hutan kota, pemakaman.
2. Kawasan peruntukan budi daya
Kawasan peruntukan budi daya kota adalah kawasan di wilayah kota
yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan, dapat terdiri atas:
a. Kawasan hutan produksi, meliputi:
1) kawasan hutan produksi terbatas;
2) kawasan hutan produksi tetap; dan/atau
3) kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi.
b. kawasan pertanian, meliputi:
1) kawasan tanaman pangan,
2) kawasan hortikultura;
3) kawasan perkebunan; dan/atau
4) kawasan peternakan, yang dapat dilengkapi dengan kawasan
penggembalaan umum.

PENDAHULUAN I-28
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Di dalam kawasan pertanian ini dapat ditetapkan luasan dan sebaran


Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) dengan kriteria
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, terkait
penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pertanian. Dalam hal
persebaran KP2B dimuat dalam RTR Kota, penunjukan kawasannya
dapat digambarkan dalam peta tersendiri dan akan ditampalkan
(overlay) dengan peta rencana pola ruang. Peta hasil penampalan
(overlay) sebagaimana dimaksud akan memiliki pengaturan
tersendiri yang menambahkan aturan dasar masingmasing
kawasan. Aturan ini akan tercantum dalam ketentuan umum zonasi.
c. kawasan pertambangan dan energi, meliputi:
1) kawasan pertambangan mineral, dapat meliputi:
a) kawasan pertambangan mineral radioaktif
b) kawasan pertambangan mineral logam;
c) kawasan pertambangan mineral bukan logam; dan/atau
d) kawasan peruntukan pertambangan batuan.
2) kawasan pertambangan batubara;
3) kawasan pertambangan minyak dan gas bumi;
4) kawasan panas bumi; dan/atau
5) kawasan pembangkitan tenaga listrik.
d. kawasan perikanan, meliputi:
1) kawasan perikanan tangkap; dan/atau
2) kawasan perikanan budidaya.
Kawasan perikanan dilengkapi dengan prasarana penunjang berupa
terminal khusus (pelabuhan) perikanan dan tempat pelelangan ikan.
e. kawasan peruntukan industri, meliputi:
1) kawasan industri; dan/atau
2) sentra industri kecil dan menengah.
f. kawasan pariwisata
g. kawasan permukiman, meliputi:

PENDAHULUAN I-29
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

(1) kawasan perumahan;


(2) kawasan perdagangan dan jasa;
(3) kawasan perkantoran;
(4) kawasan peribadatan;
(5) kawasan pendidikan;
(6) kawasan kesehatan;
(7) kawasan olahraga;
(8) kawasan transportasi;
(9) kawasan sumber daya air;
(10) kawasan ruang terbuka non hijau;
(11) tempat evakuasi bencana; dan/atau
(12) kawasan sektor informal.
h. kawasan hutan rakyat.
i. kawasan pertahanan dan keamanan.
D. Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kota
Kawasan strategis kota merupakan bagian wilayah kota yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup wilayah kota di bidang ekonomi, sosial budaya, sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi, dan/atau lingkungan hidup. Penentuan kawasan
strategis kota lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kota
akan ditetapkan lebih lanjut dalam rencana tata ruang kawasan strategis.
Kawasan strategis kota dirumuskan berdasarkan kriteria:
1. Mendukung tujuan penataan ruang wilayah kota;
2. Tidak bertentangan dengan kebijakan dan strategi penataan ruang
wilayah kota;
3. Berdasarkan nilai strategis dari aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan
efisiensi penanganan kawasan;
4. Kesepakatan masyarakat berdasarkan kebijakan terhadap tingkat
kestrategisan kawasan yang akan ditetapkandi wilayah kota;

PENDAHULUAN I-30
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

5. Berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah


kota;
6. Memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kota yang
memiliki kekhususan;
7. Menyebutkan dan memperhatikan kawasan strategis nasional dan
kawasan strategis provinsi yang ada di wilayah kota;
8. Dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan/atau
kawasan strategis provinsi, namun harus memiliki
kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian
kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota yang jelas;
9. Mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah dan kemampuan
pemerintah daerah kota untuk bekerja sama dengan badan usaha
dan/atau masyarakat;
10. Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang
sesuai dengan kepentingan pembangunan wilayah kota; dan
11. Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kawasan Strategis Kota dapat terdiri atas:
1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
dengan kriteria:
a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi kota;
c. memiliki potensi ekspor;
d. memiliki pusat kegiatan yang mempunyai pengaruh terhadap sektor
dan pengembangan wilayah;
e. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan
ekonomi;
f. ditetapkan untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi
dalam rangka mewujudkan ketahanan energi;

PENDAHULUAN I-31
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

g. memiliki pusat kegiatan pengelolaan, pengolahan, dan distribusi


bahan baku menjadi bahan jadi;
h. kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
i. memiliki fungsi untuk mempertahankan pangan tingkat produksi
pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan. Kawasan
strategis ini dapat ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (KP2B);
j. memiliki pusat pengembangan produk unggulan; dan/atau
k. memiliki pusat kegiatan perdagangan dan jasa.
2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya dengan
kriteria sebagai berikut:
a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau
cagar budaya baik yang terletak di daratan dan/atau di perairan;
b. memiliki pusat kegiatan warisan budaya yang bersifat kebendaan
berupa benda, bangunan, struktur, dan situs cagar budaya;
c. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
d. merupakan aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
e. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya;
f. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;
g. hasil karya cipta budaya masyarakat kota yang dapat menunjukkan
jati diri maupun penanda (focal point, landmark) budaya kota;
h. tempat yang memiliki sejarah dan keterkaitan sosial budaya lokal
kota; dan/atau
i. kriteria lainnya yang dikembangkan sesuai dengan kepentingan
pembangunan wilayah kota.
3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya
alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kota, dengan kriteria:
a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi berdasarkan lokasi dan posisi geografis sumber daya

PENDAHULUAN I-32
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

alam strategis, pengembangan teknologi kedirgantaraan antariksa,


serta tenaga atom dan nuklir;
b. memiliki sumber daya alam strategis;
c. memiliki fungsi pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; dan/atau
d. memiliki fungsi sebagai pusat pemanfaatan dan pengembangan
teknologi kedirgantaraan; dan/atau
e. memiliki fungsi sebagai lokasi dan posisi geografis penggunaan
teknologi tinggi strategis lainnya.
4. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup dengan kriteria:
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan
ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau
diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. memberikan perlindungan keseimbangan neraca air yang setiap
tahun berpeluang menimbulkan kerugian;
d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e. menuntut prioritas tinggi untuk peningkatan kualitas lingkungan
hidup;
f. memiliki pusat kegiatan pada kawasan rawan bencana dan
mempunyai risiko bencana alam; dan/atau
g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai
dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
E. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota adalah arahan
pembangunan/pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang
dan pola ruang wilayah kota sesuai dengan RTRW Kota melalui penyusunan
dan pelaksanaan program pembangunan/pengembangan beserta
pembiayaannya dalam indikasi program utama jangka menengah lima

PENDAHULUAN I-33
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 (dua puluh) tahun. Arahan


pemanfaatan ruang wilayah kota disusun dengan kriteria:
1. Berdasarkan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan
kawasan strategis kota;
2. Mendukung program utama penataan ruang nasional dan provinsi;
3. Dapat diacu dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) kota;
4. Realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu
perencanaan;
5. Mempertimbangkan keterpaduan antar program pengembangan wilayah
kota dan rencana induk sektor di daerah;
6. Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik
dalam jangka waktu tahunan maupun antar lima tahunan;
7. Mempertimbangkan kemampuan pembiayaan dan kapasitas daerah
serta pertumbuhan investasi;
8. Mempertimbangkan aspirasi Masyarakat; dan
9. Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Arahan pemanfaatan ruang kota sekurang-kurangnya mencakup:
1. Perwujudan rencana struktur wilayah kota, terdiri atas:
a. perwujudan pusat-pusat pelayanan di wilayah kota; dan
b. perwujudan sistem jaringan prasarana kota (termasuk sistem
jaringan prasarana nasional dan wilayah provinsi yang berada di
wilayah kota), mencakup:
1) perwujudan sistem jaringan transportasi di wilayah kota, yang
meliputi sistem jaringan transportasi darat, laut, dan udara;
2) perwujudan sistem jaringan energi;
3) perwujudan sistem jaringan telekomunikasi;
4) perwujudan sistem jaringan sumber daya air;
5) perwujudan sistem infrastruktur perkotaan;
6) perwujudan sistem jaringan pejalan kaki;

PENDAHULUAN I-34
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

7) perwujudan sistem jaringan evakuasi bencana; dan


8) perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.
2. Perwujudan rencana pola ruang wilayah kota, mencakup:
a. perwujudan kawasan peruntukan lindung; dan
b. perwujudan kawasan peruntukan budidaya.
3. Perwujudan kawasan-kawasan strategis kota.
Cakupan arahan pemanfaatan ruang kota di atas merupakan susunan dasar
minimum bagi indikasi program utama. Pemerintah kota dapat menjabarkan
lebih rinci sesuai dengan kebutuhan pemanfaatan ruang atau
pengembangan wilayahnya. Adapun muatan indikasi program utama dalam
arahan pemanfaatan ruang wilayah kota meliputi:
1. Program Utama
Berisikan usulan program-program pengembangan wilayah kota yang
diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama atau diprioritaskan
untuk mewujudkan struktur ruang, pola ruang, dan kawasan strategis
wilayah kota.
2. Lokasi
Tempat dimana usulan program utama akan dilaksanakan.
3. Besaran
Perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan program utama
pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan.
4. Sumber Pendanaan
Dapat berasal dari APBD Kota, APBD Provinsi, APBN, swasta,
masyarakat dan/atau sumber lain yang sah.
5. Instansi Pelaksana
Pelaksana program utama meliputi pemerintah (sesuai dengan
kewenangan masing-masing pemerintahan) dan dapat melibatkan pihak
swasta serta masyarakat.
6. Waktu Pelaksanaan

PENDAHULUAN I-35
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu perencanaan


20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan. Program
utama 5 (lima) tahunan dirinci kedalam program utama tahunan.
Penyusunan indikasi program utama disesuaikan dengan pentahapan
jangka waktu 5 (lima) tahunan rencana pembangunan daerah kota.
F. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota
Sesuai dengan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kota meliputi ketentuan umum zonasi, ketentuan
kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, ketentuan pemberian insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kota disusun dengan kriteria:
1. Berdasarkan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;
2. Mempertimbangkan penetapan kawasan strategis kota;
3. Mempertimbangkan permasalahan, tantangan, dan potensi yang dimiliki
wilayah kota;
4. Terukur, realistis, dan dapat diterapkan;
5. Mempertimbangkan aspirasi masyarakat dalam penetapannya;
6. Melindungi kepentingan umum; dan
7. Mengacu pada ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota memuat:
1. Ketentuan umum zonasi kota
ketentuan umum zonasi sistem kota adalah ketentuan umum yang
mengatur pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang dan
kawasan sekitar jaringan prasarana wilayah kota. Ketentuan umum
zonasi disusun berdasarkan:
a. sistem perkotaan kota dan sistem jaringan prasarana wilayah kota;
b. kawasan lindung dan kawasan budidaya wilayah kota, yang
ditampalkan (overlay) dengan kawasan rawan bencana termasuk

PENDAHULUAN I-36
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

penetapan jalur dan ruang evakuasi bencana, kawasan pertanian


pangan berkelanjutan (KP2B), kawasan resapan air, kawasan cagar
budaya, dan/atau kawasan keamanan operasional penerbangan
(KKOP).
c. arahan umum desain kota; dan
d. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
Ketentuan umum zonasi yang telah ditetapkan dalam RTRW Kota
berisikan:
a. kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan
dengan syarat, dan kegiatan yang tidak diperbolehkan pada setiap
kawasan yang mencakup ruang darat, laut, udara, dan dalam bumi;
b. intensitas pemanfaatan ruang (amplop ruang) pada setiap kawasan
dimaksud pada huruf a, antara lain meliputi koefisien dasar hijau,
koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, garis
sempadan bangunan, tata bangunan, dan kepadatan bangunan;
c. sarana dan prasarana minimum sebagai dasar fisik lingkungan guna
mendukung pengembangan kawasan agar dapat berfungsi secara
optimal;
d. ketentuan pemanfaatan ruang pada zona-zona yang dilewati oleh
sistem jaringan sarana dan prasarana wilayah kota mengikuti
ketentuan perundang-undangan yang berlaku; dan
e. ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan kota untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,
seperti pada kawasan rawan bencana, kawasan sekitar bandar
udara, dan kawasan pertahanan dan keamanan.
2. Ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang terdiri atas
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan berusaha,
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan nonberusaha

PENDAHULUAN I-37
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

dan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan yang


bersifat strategis nasional.
a. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan berusaha;
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang meliputi kegiatan
berusaha untuk non-UMK dan kegiatan berusaha untuk UMK.
Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan berusaha non-UMK dilakukan melalui:
1) Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang diberikan
berdasarkan kesesuaian rencana lokasi kegiatan Pemanfaatan
Ruang dengan RDTR. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang paling sedikit memuat:
a) lokasi kegiatan;
b) jenis kegiatan Pemanfaatan Ruang;
c) koefisien dasar bangunan;
d) koefisien lantai bangunan;
e) ketentuan tata bangunan; dan
f) persyaratan pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Ruang.
2) Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang diberikan
dalam hal belum tersedia RDTR di lokasi rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang paling sedikit memuat:
a) lokasi kegiatan;
b) jenis peruntukan Pemanfaatan Ruang;
c) koefisien dasar bangunan;
d) koefisien lantai bangunan;
e) irrdikasi program Pemanfaatan Ruang; dan
f) persyaratan pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Ruang.

PENDAHULUAN I-38
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Sementara Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang dlilakukan oleh


Pelaku Usaha yang termasuk dalam kelompok UMK tidak melalui
proses penerbitan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang. Pelaku
UMK membuat pernyataan mandiri bahwa kegiatan usahanya telah
sesuai dengan RTR.
b. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan
nonberusaha
Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan nonberusaha dilakukan melalui:
1) Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang diberikan
berdasarkan kesesuaian rencana lokasi kegiatan Pemanfaatan
Ruang dengan RDTR. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang paling sedikit rnemuat:
a) lokasi kegiatan;
b) jenis kegiatan Pemanfaatan Ruang;
c) koefisien dasar bangunan;
d) koefisien lantai bangunan;
e) ketentuan tata bangunan; dan
f) persyaratan pelaksanaan kegiatan Pernanfaatan Ruang.
2) Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang.
Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan nonberusaha diberikan dalam hal belum tersedia RDTR
di lokasi rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang. Persetujuan
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang, paling sedikit
memuat:
a) lokasi kegiatan;
b) jenis peruntukkan Pemanfaatan Ruang;
c) koefisien dasar bangunan;
d) koefisien lantai bangunan;

PENDAHULUAN I-39
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

e) indikasi program Pemanfaatan Ruang; dan


f) persyaratan pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Ruang.
c. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan yang
bersifat strategis nasional.
Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk
kegiatan yang bersifat strategis nasional, diberikan untuk:
1) rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang yang termuat dalam RTR,
RZ KAW, atau RZ KSNT; dan
2) rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang yang belum termurat
dalam RTR, RZ KAW, dair RZ KSNT.
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang yang termuat dalam RTR, RZ KAW, atau RZ
KSNT dilakukan melalui:
1) Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang diberikan
berdasarkan kesesuaian rencana lokasi kegiatan Pemanfaatan
Ruang dengan RDTR. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang paling sedikit rnemuat:
a) lokasi kegiatan;
b) jenis kegiatan Pemanfaatan Ruang;
c) koefisien dasar bangunan;
d) koefisien lantai bangunan;
e) ketentuan tata bangunan; dan
f) persyaratan pelaksanaan kegiatan Pernanfaatan Ruang.
2) Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang diberikan
dalam hal belum tersedia RDTR di lokasi rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang paling sedikit memuat:
a) lokasi kegiatan;

PENDAHULUAN I-40
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

b) jenis peruntukkan Pemanfaatan Ruang;


c) koefisien dasar bangunan;
d) koefisien lantai bangunan;
e) indikasi program Pemanfaatan Ruang; dan
f) persyaratan pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Ruang.
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang yang belum termuat dalam RTR, RZ KAW, dan
RZ KSNT dilakukan melalui Rekomendasi Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang. Rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dapat
juga berupa:
1) rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang di atas tanah Bank Tanah;
dan/atau
2) rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang di kawasan atau di atas
tanah yang akan diberikan hak pengelolaan untuk kegiatan yang
bersifat strategis nasional.
Rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang, paling
sedikit memuat:
1) lokasi kegiatan;
2) jenis peruntukan Pemanfaatan Ruang;
3) koefisien dasar bangunan;
4) koefisien lantai bangunan;
5) informasi indikasi program Pemanfaatan Ruang terkait; dan
6) persyaratan pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Ruang.
3. Ketentuan insentif dan disinsentif
Ketentuan insentif dan disinsentif adalah ketentuan yang diterapkan oleh
pemerintah daerah kota untuk meningkatkan upaya pengendalian
pemanfaatan ruarrg dalam rangka mewujudkan tata ruang sesuai
dengan RTR, memfasilitasi kegiatan Pemanfaatan Ruang agar sejalan
dengan RTR, dan meningkatkan kemitraan semua pemangku
kepentingan dalam rangka pemanfaatan ruang yang sejalan dengan

PENDAHULUAN I-41
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

RTR. Ketentuan insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan


imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan agar sejalan dengan kegiatan
rencana tata ruang. Ketentuan insentif disusun berdasarkan:
a. rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kota;
b. ketentuan umum zonasi kota; dan
c. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
Ketentuan insentif berupa:
a. fiskal berupa pemberian keringanan pajak dan/atau pengurangan
retribusi, dan/atau
b. non fiskal berupa pemberian kompensasi, subsidi silang,
kemudahan perizinan, imbalan, sewa ruang, urun saham,
penyediaan sarana dan prasarana, penghargaan; dan/atau publikasi
atau promosi.
Ketentuan insentif meliputi:
a. dari pemerintah kota kepada pemerintah daerah lainnya dapat
berupa:
1) pemberian kompensasi dari pemerintah daerah penerima
manfaat kepada daerah pemberi manfaat atas manfaat yang
diterima;
2) kompensasi pemberian penyediaan sarana dan prasarana;
3) kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh daerah peneriman manfaat kepada investor yang
berasal dari daerah pemberi manfaat; dan/atau
4) publikasi atau promosi daerah.
b. dari pemerintah kota kepada pemerintah daerah lainnya dapat
berupa:
1) pemberian keringanan pajak;
2) pemberian kompensasi;
3) pengurangan retribusi;
4) imbalan;

PENDAHULUAN I-42
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

5) sewa ruang;
6) urun saham;
7) penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
8) kemudahan perizinan.
Sementara ketentuan disinsentif adalah perangkat atau upaya yang
diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang
dibatasi pengembangannya. Ketentuan disinsentif disusun berdasarkan:
a. rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kota,
penetapan kawasan strategis kota;
b. ketentuan umum zonasi kota; dan
c. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
Ketentuan disinsentif berupa:
a. fiskal berupa pengenaan pajak yang tinggi; dan/atau
b. non fiskal berupa:
1) kewajiban pemberi kompensasi;
2) pensyaratan khusus dalam perizinan;
3) kewajiban memberi imbalan; dan/atau
4) pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
Ketentuan disinsentif meliputi:
a. dari pemerintah kota kepada pemerintah daerah lainnya, dapat
berupa:
1) pengajuan pemberian kompensasi dari pemerintah daerah
penerima manfaat kepada daerah pemberi manfaat atas
manfaat yang diterima;
2) pembatasan penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
3) pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan
pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pemerintah daerah
pemberi manfaat kepada investor yang berasal dari daerah
penerima manfaat.

PENDAHULUAN I-43
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

b. dari pemerintah kota kepada pemerintah daerah lainnya, dapat


berupa:
1) kewajiban pemberi kompensasi;
2) pensyaratan khusus bagi perizinan bagi kegiatan
pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pemerintah kota;
3) kewajiban pemberi imbalan; dan/atau
4) pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
4. Arahan sanksi
Pengenaan sanksi dilakukan melalui sanksi administratif. Sanksi
administratif dikenakan kepada setiap orang yang tidak menaati RTR
yang telah ditetapkan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang.
Perbuatan tidak menaati RTR yang telah ditetapkan yang mengakibatkan
perubahan fungsi ruang dan tidak mematuhi ketentuan Pemanfaatan
Ruang dalam RTR meliputi:
a. Pemanfaatan Ruang yang tidak memiliki Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang; dan/ atau
b. Pernanfaatan Ruang yang tidak mematuhi ketentuan dalam muatan
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang.
Pengenaan sanksi administratif dilakukan berdasarkan:
a. hasil penilaian pelaksanaan ketentuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang;
b. hasil Pengawasan Penataan Ruang;
c. hasil audit Tata Ruang; dan/atau
d. pengaduan pelanggaran Pemanfaatan Ruang.
Sanksi administratif terhadap pelanggaran Pemanfaatan Ruang
dikenakan berdasarkan kriteria:
a. besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran
Pemanfaatan Ruang;
b. nilai manfaat pengenaan sarrksi yang diberikan terhadap
Pemanfaatan Ruang; dan/atau

PENDAHULUAN I-44
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

c. kerugian publik yang ditimbuikan akibat pelanggaran Pemanfaatan


Ruang.
Sanksi administratif dapat berupa:
a. peringatan tertulis dilakukan melalui tahapan:
1) penerbitan surat peringatan tertulis dari pejabat yang
berwenang, memuat:
a) rincian pelanggaran dalam penataan ruang;
b) kewajiban untuk menyesuaikan kegiatan pemanfaatan ruang
dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis
pemanfaatan ruang; dan
c) tindakan pengenaan sanksi yang akan diberikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
2) memberikan surat peringan tertulis paling banyak 3 (tiga) kali;
dan
3) apabila surat peringan tertulis diabaikan, pejabat yang
berwenang melakukan tindakan berupa pengenaan sanksi
sesuai dengan kewenangannya.
b. denda administratif;
1) Denda dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama
dengan pengenaan sanksi adrninistratlf lainnya.
2) Penghitungan denda administratif dilakukan dengan
rnernpertimbangkan:
a) nilai jual objek pajak;
b) luas lahan dan luas bangunan;
c) indeks kawasan; dan/atau
d) besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan.
3) Denda administratif dapat berupa denda progresif yang
disyaratkan sampai pelanggar memenuhi ketentuan dalam
sanksi administratif lainnya.

PENDAHULUAN I-45
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

4) Bentuk dan cara penghitungan denda administratif diatur lebih


lanjut dalam peraturar kepala daerah.
c. penghentian sementara kegiatan dilakukan melalui tahapan:
1) pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis;
2) apabila surat peringatan tertulis diabaikan, pejabat yang
berwenang menerbitkan surat keputusan penghentian
sementara kegiatan pemanfaatan ruang;
3) berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan, pejabat yang
berwenang melakukan penghentian sementara kegiatan
pemanfaatan ruang secara paksa; dan
4) setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang
berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan
ruang yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai dengan
terpenuhinya kewajiban untuk menyesuaikan kegiatan
pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang.
d. penghentian sementara pelayanan umum dilakukan melalui tahapan:
1) pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis;
2) apabila surat peringatan tertulis diabaikan, pejabat yang
berwenang menerbitkan surat keputusan penghentian
sementara pelayanan umum dengan memuat penjelasan dan
rincian jenis pelayanan umum yang akan dihentikan sementara;
3) berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan, pejabat yang
berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia jasa
pelayanan umum untuk menghentikan sementara pelayanan
kepada orang yang melakukan pelanggaran; dan
4) setelah pelayanan umum dihentikan kepada orang yang
melakukan pelanggaran, pejabat yang berwenang melakukan
pengawasan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum
kepada orang yang melakukan pelanggaran sampai dengan

PENDAHULUAN I-46
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

terpenuhinya kewajiban untuk menyesuaikan kegiatan


pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang.
e. penutupan lokasi dilakukan melalui tahapan:
1) pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis;
2) apabila surat peringatan tertulis diabaikan, pejabat yang
berwenang menerbitkan surat keputusan penutupan lokasi;
3) berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan, pejabat yang
berwenang melakukan penutupan lokasi dengan bantuan aparat
penertiban untuk melakukan penutupan lokasi secara paksa; dan
4) setelah dilakukan penutupan lokasi, pejabat yang berwenang
melakukan pengawasan untuk memastikan lokasi yang ditutup
tidak dibuka kembali sampai dengan orang yang melakukan
pelanggaran memenuhi kewajiban untuk menyesuaikan kegiatan
pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang.
f. pencabutan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
Pencabutan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dilakukan
dalam hal pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Ruang tidak sesuai
dengan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang. Pencabutan
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dilakukan melalui
tahapan:
1) pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis;
2) apabila surat peringatan tertulis diabaikan, pejabat yang
berwenang mencabut izin, menerbitkan surat keputusan
pencabutan izin;
3) berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan, pejabat yang
berwenang memberitahukan kepada orang yang melakukan
pelanggaran mengenai status izin yang telah dicabut sekaligus
perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang yang
telah dicabut izinnya; dan

PENDAHULUAN I-47
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

4) apabila perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan


ruang diabaikan, pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penertiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
g. pembatalan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
Pembatalan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dilakukan
dalam hal Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang tidak diperoleh
dengan prosedur yang benar. Pembatalan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang dilakukan melalui tahapan:
1) pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis;
2) apabila surat peringatan tertulis diabaikan, pejabat yang
berwenang melakukan pembatalan izin, menerbitkan surat
keputusan pembatalan izin;
3) berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan, pejabat yang
berwenang memberitahukan kepada orang yang melakukan
pelanggaran mengenai status izin yang telah dibatalkan
sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan
ruang yang telah dibatalkan izinnya; dan
4) apabila perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan
ruang diabaikan, pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penertiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
h. pembongkaran bangunan dilakukan melalui tahapan:
1) pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis;
2) apabila surat peringatan tertulis diabaikan, pejabat yang
berwenang menerbitkan surat keputusan pembongkaran
bangunan; dan
3) berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
i. pemulihan fungsi ruang dilakukan melalui tahapan:
1) pejabat yang berwenang menerbitkan surat peringatan tertulis;

PENDAHULUAN I-48
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

2) apabila surat peringatan tertulis diabaikan, pejabat yang


berwenang menerbitkan surat perintah pemulihan fungsi ruang;
3) berdasarkan surat perintah yang diterbitkan, pejabat yang
berwenang memberitahukan kepada orang yang melakukan
pelanggaran mengenai ketentuan pemulihan fungsi ruang dan
cara pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan dalam
jangka waktu tertentu;
4) pejabat yang berwenang melakukan pengawasan pelaksanaan
kegiatan pemulihan fungsi ruang;
5) apabila jangka waktu tidak dapat dipenuhi orang yang
melakukan pelanggaran, pejabat yang berwenang melakukan
tindakan pemulihan fungsi ruang secara paksa; dan
6) apabila orang yang melakukan pelanggaran dinilai tidak mampu
membiayai kegiatan pemulihan fungsi ruang, pemerintah daerah
dapat mengajukan penetapan pengadilan agar pemulihan
dilakukan oleh pemerintah daerah atas beban orang yang
melakukan pelanggaran tersebut di kemudian hari.
Sementara lingkup pembahasan pada Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Malang Tahun 2021 – 2041 meliputi:
1. Analisis kebijakan spasial dan sektoral;
2. Analisis kedudukan dan peran kota dalam wilayah yang lebih luas, meliputi:
a. Kedudukan dan peran kota dalam sistem perkotaan dan perekonomian
nasional;
b. Kedudukan dan peran kota dalam rencana tata ruang pulau/kepulauan;
c. Kedudukan dan peran kota dalam rencana tata ruang kawasan
metropolitan (bila masuk ke dalam kawasan metropolitan); dan
d. Kedudukan dan peran kota dalam sistem perkotaan dan perekonomian
provinsi.
3. Analisis fisik wilayah, sekurang-kurangnya meliputi:

PENDAHULUAN I-49
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

a. Karakteristik umum fisik wilayah (letak geografis, morfologi wilayah, dan


sebagainya). Khusus untuk kota-kota pesisir perlu ditambahkan
karakteristik dinamika interaksi ekosistem darat-laut. Khusus untuk kota-
kota di pulau kecil perlu ditambahkan informasi bioekoregion dan
perairan laut sebagai pendukung keberlanjutan;
b. Kawasan yang benilai ekologis dan sejarah budaya tinggi; khusus untuk
kota pesisir dan pulau kecil, termasuk informasi di pesisir dan bawah
laut;
c. Kawasan rawan bencana alam (longsor, banjir, tsunami, bencana alam
geologi, dan bencana alam lainnya);
d. Kawasan rentan perubahan iklim (kenaikan temperatur-urban heat
island, increased rainfall, sea level rise/kenaikan permukaan laut (jika
berada di pesisir), dan hydormeteorological extreme event lainnya);
e. Kawasan yang masih memiliki potensi ekonomi dan lestari sumberdaya
alam untuk industri ekstraktif;
f. Daya dukung dan daya tampung yang meliputi analisis satuan
kemampuan lahan (skl), analisis neraca sumberdaya alam, analisis
neraca sumber daya air, ekosistem esensial, kebutuhan ruang dalam
bumi, laut, serta udara. Analisis ini dapat menjadi masukan untuk kajian
lingkungan hidup strategis (KLHS).
4. Analisis sosial kependudukan, sekurang-kurangnya meliputi:
a. Proyeksi jumlah, distribusi, dan kepadatan penduduk pada jangka waktu
perencanaan;
b. Pola migrasi, serta mobilitas non-permanenpada jangka waktu
perencanaan;
c. Kualitas sumberdaya manusia, antara lain ketenagakerjaan, tingkat
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan; dan
d. Kondisi sosial dan budaya, antara lain: kebiasaan/adat istiadat, kearifan
lokal, keagamaan, segregasi sosial, tingkat kemiskinan, tingkat
kekumuhan, tingkat kelayakhunian, struktur penduduk berdasarkan

PENDAHULUAN I-50
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

pendapatan, keberadaan komunitas warga, dan pola konsumsi


masyarakat.
e. Untuk menghitung proyeksi penduduk dapat menggunakan metode
analisis antara lain linier aritmatik, pertumbuhan geometrik,
pertumbuhan eksponensial, penduduk berlipat ganda, cohort, dan/atau
metode proyeksi lainnya.
5. Analisis ekonomi wilayah, sekurang-kurangnya meliputi:
a. Potensi dan keunggulan ekonomi wilayah serta interaksi ekonomi antar
wilayah;
Untuk menentukan basis ekonomi wilayah atau keunggulan lainnya
dapat menggunakan metode analisis antara lain analisis i-o/irio, indeks
aglomerasi, analisis sistem logistik perkotaan, analisis daya tarik
investasi, analisis highest dan best usesproperty, analisis potensi
ekonomi digital, analisis sektor informal, analisis kelayakan industri,
dan/atau metode analisis lainnya.
b. Pertumbuhan ekonomi wilayah pada jangka waktu perencanaan;
Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi wilayah dapat menggunakan
teknik perhitungan antara lain cara tahunan, rata-rata tiap tahun,
dan/atau compounding factor dan/atau metode analisis lainnya.
c. Struktur ekonomi dan pergeserannya;
Untuk menganalisis pergeseran struktur ekonomi wilayah dapat
menggunakan metode analisis shift-share dan/atau metode analisis
lainnya.
d. Pengembangan sektor penggerak ekonomi dan peluang investasi
ekonomi, antara lain sektor wisata, industri, perikanan, dan pertanian.
6. Analisis sebaran ketersediaan dan kebutuhan sarana dan prasarana wilayah
kota;
7. Analisis penguasaan tanah yang menghasilkan status penguasaan tanah
publik dan privat (termasuk status hutan adat);

PENDAHULUAN I-51
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

8. Analisis bentuk dan struktur kota serta arah pengembangannya dalam kurun
waktu perencanaan, termasuk identifikasi sistem pusat-pusat permukiman
(sistem perkotaan) yang didasarkan pada hasil identifikasi sebaran daerah
fungsional perkotaan(functional urban area) yang ada di wilayah kota.
Analisis ini juga dilengkapi dengan analisis interaksi antarpusat-pusat
permukiman atau jangkauan pelayanan yang ada di wilayah kota. Analisis ini
dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis antara lain skala
gutman, skalogram, indeks sentralitas, sociogram, christaller, rank size rule,
zipf’s rank-size distribution (tata jenjang kota-kota), indeks keutamaan,
dan/atau metode analisis lainnya.
9. Analisis lingkungan hidup, antara lain meliputi inventarisasi gas rumah kaca
serta kapasitas adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim;
10. Analisis pengurangan risiko bencana; dan
11. Analisis kemampuan keuangan pembangunan daerah, sekurang-kurangnya
meliputi:
a. Sumber penerimaan daerah dan alokasi pembiayaan pembangunan; dan
b. Prediksi peningkatan kemampuan keuangan pembangunan daerah.
12. Isu strategis pengembangan wilayah kota;
a. Potensi dan masalah penataan ruang wilayah kota, termasuk kaitannya
dengan wilayah sekitarnya;
b. Peluang dan tantangan penataan ruang wilayah kota, termasuk
kaitannya dengan wilayah sekitarnya;
c. Bentuk pola dan kecenderungan pengembangan dan kesesuaian
kebijakan pengembangan kota;
d. Perkiraan kebutuhan pengembangan wilayah kota yang meliputi
pengembangan struktur ruang, seperti sistem perkotaan dan sistem
prasarana, serta pengembangan pola ruang yang sesuai dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada dengan menggunakan potensi
yang dimiliki, mengelola peluang yang ada, serta dapat mengantisipasi
tantangan pembangunan ke depan; dan

PENDAHULUAN I-52
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

e. Daya dukung dan daya tampung ruang kota.


Dari lingkup materi di atas akan menjadi dasar bagi perumusan alternatif konsep
rencana. Proses penyusunan alternatif konsep rencana meliputi:
1. Penyusunan alternatif konsep rencana, yang berisi:
a. Rumusan tujuan, kebijakan,dan strategi pengembangan wilayah kota;
dan
b. Konsep pengembangan wilayah kota (berupa sketsa spasial yang
mempertimbangkan skenario dan asumsi).
Penyusunan alternatif konsep rencana ini berdasarkan prinsip optimasi
pemanfaatan ruang wilayah kota (ruang darat, ruang laut, ruang udara
termasuk ruang di dalam bumi) dan mempertimbangkan rekomendasi
perbaikan hasil pelaksanaan KLHS.
2. Pemilihan konsep rencana; dan
Hasil kegiatan tersebut di atas merupakan materi teknis RTRW Kota, yang berisi:
1. Alternatif konsep rencana;
2. Rencana yang disajikan dalam format a4, terdiri atas:
a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota;
b. Rencana struktur ruang wilayah kota;
c. Rencana pola ruang wilayah kota;
d. Penetapan kawasan strategis wilayah kota;
e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota; dan
f. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
3. Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:25.000
sampai dengan skala 1:5.000 yang dicetak dalam kertas ukuran A1 dan
dilengkapi dengan peta digital yang mengikuti ketentuan sistem informasi
geografis (GIS) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Album peta
minimum terdiri atas:
a. Peta wilayah perencanaan, yang berisi informasi rupa bumi, dan batas
administrasi kota serta kecamatan/distrik di dalam wilayah kota;
b. Peta penggunaan lahan saat ini;

PENDAHULUAN I-53
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

c. Peta rencana struktur ruang wilayah kota, yang meliputi rencana


pengembangan pusat pelayanan kegiatan dan rencana pengembangan
sistem jaringan prasarana;
d. Peta rencana pola ruang wilayah kota, yang meliputi pola ruang kawasan
peruntukan lindung dan kawasan budi daya; dan
e. Peta penetapan kawasan strategis kota.
Peta rencana (struktur ruang, pola ruang dan penetapan kawasan strategis
kota) harus mentaati kaidah pemetaan dan dilakukan di atas peta dasar yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah
A. Kondisi Geografis
Kota Malang secara geografis terletak pada posisi 07°46’48” LS - 08°46’42” LS
dan 112°31’42” BT - 112°48’48” BT sehingga membentuk wilayah dengan luas seluas
11.107,65 Ha. Meskipun hanya memiliki wilayah yang relatif kecil, namun Kota Malang
merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya.
B. Kondisi Administratif
Secara administratif, Kota Malang berada di tengah-tengah wilayah administrasi
Kabupaten Malang dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Singosari dan Kecamatan
Karangploso Kabupaten Malang
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Tajinan dan Kecamatan
Pakisaji Kabupaten Malang
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Wagir Kabupaten Malang
dan Kecamatan Dau Kabupaten Malang
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Pakis dan Kecamatan
Tumpang Kabupaten Malang.
Kecamatan Kedungkandang memiliki luasan wilayah terbesar di Kota Malang
yaitu 3.985,08 Ha dengan proporsi luasan mencapai 35,88 persen dari total luasan
wilayah Kota Malang. Diikuti oleh Kecamatan Lowokwaru (21,43%), Kecamatan Sukun
(18,79%), Kecamatan Blimbing (15,96%), dan Kecamata Klojen (7,95%) yang

PENDAHULUAN I-54
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

merupakan kecamatan dengan luasan wilayah terendah di Kota Malang. Pembagian


wilayah administrasi Kota Malang berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Pembagian Administrasi Kecamatan di Kota Malang
No. Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Proporsi Luas (%)
1 Klojen 883,05 7,95
2 Blimbing 1.772,93 15,96
3 Kedungkandang 3.984,97 35,88
4 Lowokwaru 2.380,12 21,43
5 Sukun 2.086,57 18,79
Total 11.107,65 100
Sumber: Hasil Analisis Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Batas Daerah Kabupaten Malang Dengan Kota
Malang Provinsi Jawa Timur
Dalam ketetapan tentang pembagian wilayah, Kota Malang secara administratif
terbagi menjadi 5 (lima) kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak 57 (lima puluh
tujuh) kelurahan. Dari 57 kelurahan tersebut, terbagi lagi menjadi 544 Rukun Warga (RW)
dan 4.071 Rukun Tetangga (RT). Pembagian wilayah administratif Kota Malang
berdasarkan kecamatan dan kelurahan dapat dilihat sebagaimana pada Tabel 1.2. Untuk
lebih jelasnya pembagian wilayah administrasi Kota Kota Malang dapat dilihat pada
Gambar 1.1.
Tabel 1.2 Luas Wilayah dan Proporsi Luas Wilayah Kota Malang Berdasarkan Kecamatan
Luas Wilayah Terhadap Luas Kota Jumlah
No. Kecamatan Kelurahan
(ha) (%) RW RT
1 Kedungkandang 3.984,97 35,88 Arjowinangun 117 898
Tlogowaru
Wonokoyo
Bumiayu
Buring
Mergosono
Kotalama
Kedungkandang
Sawojajar
Madyopuro
Lesanpuro
Cemorokandang
2 Sukun 2.086,58 18,79 Kebonsari 95 884
Gadang
Ciptomulyo
Sukun

PENDAHULUAN I-55
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Luas Wilayah Terhadap Luas Kota Jumlah


No. Kecamatan Kelurahan
(ha) (%) RW RT
Bandungrejosari
Bakalankrajan
Mulyorejo
Bandulan
Tanjungrejo
Pisangcandi
Karangbesuki
3 Klojen 883,05 7,95 Kasin 89 675
Sukoharjo
Kiduldalem
Kauman
Bareng
Gadingkasri
Oro - Oro Dowo
Klojen
Rampal Celaket
Samaan
Penanggungan
4 Blimbing 1.772,93 15,96 Jodipan 127 928
Polehan
Kesatrian
Bunulrejo
Purwantoro
Pandanwangi
Blimbing
Purwodadi
Polowijen
Arjosari
Balearjosari
5 Lowokwaru 2.380,58 21,43 Merjosari 120 788
Dinoyo
Sumbersari
Ketawanggede
Jatimulyo
Lowowokwaru
Mojolangu
Tunjungsekar
Tasikmadu
Tunggulwulung
Tlogomas
Sumber: Hasil Analisis Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2012 Tentang Batas Daerah Kabupaten Malang Dengan Kota Malang Provinsi Jawa Timur

PENDAHULUAN I-56
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Malang

PENDAHULUAN I-57
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

1.4.3 Ruang Lingkup Waktu


Sesuai Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten Dan Kota, masa berlaku
RTRW yaitu 20 (dua puluh) tahun sejak peraturan daerah tentang RTRW diundangkan.
Masa berlaku RTRW Kota Malang Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
adalah sebagai berikut:
1. Masa berlaku RTRW Kota Malang yaitu 20 (dua puluh) tahun sejak Peraturan
Daerah tentang RTRW Kota Malang diundangkan, yaitu tahun 2021-2041
dengan pembagian waktu sebagai berikut:
a. PJM I, tahun 2021-2026;
b. PJM II, tahun 2027-2031;
c. PJM III, tahun 2032-2036; dan
d. PJM IV, tahun 2036-2041.
2. Peninjauan kembali RTRW Kota Malang dapat dilakukan lebih dari 1 (satu)
kali dalam periode 5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan lingkungan
strategis berupa:
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan;
b. perubahan batas wilayah daerah yang ditetapkan dengan Undang-
Undang; dan
c. perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis.

1.5 KETENTUAN UMUM


1.5.1 Istilah dan Definisi
Istilah-istilah yang termuat dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Malang kemudian diuraikan sebagai berikut:
1. Daerah adalah Kota Malang;
2. Walikota adalah Walikota Malang;
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Malang;

PENDAHULUAN I-58
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang;
5. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah Negara Republik Indonesia
sebagaimana yang dimaksud Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
6. Ruang adalah wadah yang, meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk hidup lainnya, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan
hidupnya;
7. Tata ruang adalah wujud struktur dan pola ruang;
8. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasaran dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional;
9. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang,
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya;
10. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
11. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang, meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang;
12. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang;
13. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan
ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat;
14. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang;

PENDAHULUAN I-59
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

15. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan


ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
16. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang, meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang;
17. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya;
18. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang;
19. Rencana tata ruang yang selanjutnya disingkat RTR adalah hasil perencanaan
tata ruang;
20. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disebut RTRW adalah hasil
perencanaan tata ruang pada wilayah yang merupakan kesatuan geografis
beserta segenab unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif;
21. Ketentuan umum zonasi adalah peraturan yang berisi ketentuan kinerja dari
setiap pola ruang yang, meliputi ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, tata
bangunan, kepadatan bangunan, besaran kawasan terbangun, besaran ruang
terbuka hijau, dan prasarana minimum yang perlu diatur terkait pengendalian
pemanfaatan ruang;
22. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional;
23. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional;
24. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang,
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya;

PENDAHULUAN I-60
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

25. Kawasan strategis Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup daerah terhadap
ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan serta merupakan bagian tidak
terpisahkan dari rencana tata ruang wilayah kota;
26. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi;
27. Sistem Wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai
jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah;
28. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan nasional dan/atau provinsi;
29. Pusat Pelayanan Kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional;
30. Sub pusat Pelayanan Kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani sub wilayah kota;
31. Pusat Pelayanan Lingkungan adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
administrasi lingkungan permukiman kota;
32. Sistem Jaringan Jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang
berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki;
33. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang, meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap, dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi
lalu lintas yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah, dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel;
34. Jalan Arteri Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna
antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan wilayah;

PENDAHULUAN I-61
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

35. Jalan Arteri Sekunder adalah Jalan yang menghubungkan kawasan primer
dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder
kedua;
36. Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna
antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal;
37. Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder ketiga;
38. Jalan Lokal Sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan,
kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan;
39. Jalan Lingkungan Sekunder adalah jalan yang menghubungkan antarpersil dalam
kawasan perkotaan;
40. Jalan Tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan
sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol;
41. Terminal Penumpang Tipe A adalah Terminal Penumpang yang berfungsi
melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan antarkota antarprovinsi
(AKAP), angkutan lintas batas antarnegara, angkutan antarkota dalam provinsi
(AKDP), angkutan kota (AK), serta angkutan pedesaan (ADES);
42. Terminal Penumpang Tipe B adalah Terminal Penumpang yang berfungsi
melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan antarkota dalam provinsi
(AKDP), angkutan kota (AK), serta angkutan pedesaan (ADES);
43. Terminal Penumpang Tipe C adalah Terminal Penumpang yang berfungsi
melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan kota (AK) dan angkutan
perdesaan (ADES);
44. Jembatan adalah jalan yang terletak di atas permukaan air dan/atau di atas
permukaan tanah;

PENDAHULUAN I-62
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

45. Jaringan Jalur Kereta Api Antarkota adalah jalur kereta api antarkota yang
melintasi wilayah kabupaten/kota untuk melayani perpindahan orang dan/atau
barang;
46. Jaringan Jalur Kereta Api Perkotaan adalah jalur kereta api dalam kota untuk
melayani perpindahan orang di wilayah kota dan/atau perjalanan ulang-alik
dalam kota;
47. Jaringan Jalur Kereta Api Khusus adalah jalur kereta api yang hanya digunakan
untuk menunjang kegiatan pokok badan usaha tertentu dan tidak digunakan
untuk melayani masyarakat umum;
48. Stasiun Penumpang adalah tempat perhentian kereta api untuk keperluan naik
turun penumpang;
49. Energi adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan
tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik;
50. Jaringan Minyak dan Gas Bumi yang Menyalurkan Gas Bumi dari Kilang
Pengolahan-Konsumen adalah jaringan yang menyalurkan seluruh kebutuhan
gas bumi di permukaan tanah atau di bawah permukaan tanah dari kilang
pengolahan-konsumen;
51. Saluran Udara Tegangan Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTT adalah saluran
tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (konduktor) di udara
bertegangan nominal 35 kV sampai dengan 230 kV;
52. Saluran Udara Tegangan Menengah yang selanjutnya disingkat SUTM adalah
saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (penghantar) di udara
bertegangan di bawah 35 kV sesuai standar di bidang ketenagalistrikan;
53. Saluran Udara Tegangan Rendah yang selanjutnya disingkat SUTR adalah
Saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat (penghantar) di udara
bertegangan di 220 volt sampai dnegan 1000 volt sesuai standar di bidang
ketenagalistrikan;
54. Gardu Listrik adalah bangunan sebagai tempat distribusi arus listrik;

PENDAHULUAN I-63
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

55. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau penerimaan


dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara,
dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya;
56. Jaringan Tetap adalah satu kesatuan penyelenggaraan jaringan telekomunikasi
untuk layanan telekomunikasi tetap, termasuk pipa/kabel bawah laut
telekomunikasi;
57. Jaringan Bergerak Seluler adalah jaringan yang melayani telekomunikasi
bergerak dengan teknologi seluler di permukaan bumi;
58. Jaringan Irigasi Primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
bangunan utama, saluran induk/ primer, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya;
59. Jaringan Irigasi Sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya;
60. Bangunan Pengendali Banjir adalah bangunan yang dapat memperlambat waktu
tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir;
61. Infrastruktur Perkotaan adalah jaringan prasarana dan utilitas yang merupakan
elemen dasar untuk mendukung fungsi pelayanan kegiatan kota;
62. Unit Produksi adalah infrastruktur yang dapat digunakan untuk proses
pengolahan air baku menjadi air minum melalui proses fisika, kimia, dan/atau
biologi, termasuk pipa/kabel bawah laut air minum;
63. Unit Pelayanan adalah Titik pengambilan air terdiri atas sambungan langsung,
hidran umum, dan/atau hidran kebakaran, yang harus dipasang alat pengukuran
berupa meter air;
64. Sistem Pengelolaan Air Limbah Non Domestik adalah serangkaian kegiatan
pengelolaan air limbah non domestik dalam satu kesatuan dengan prasarana dan
sarana pengelolaan air limbah non domestik, termasuk pipa/kabel bawah laut air
limbah;
65. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik adalah serangkaian kegiatan
pengelolaan air limbah domestik dalam satu kesatuan dengan prasarana dan

PENDAHULUAN I-64
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

sarana pengelolaan air limbah domestik, termasuk pipa/kabel bawah laut air
limbah;
66. Instalasi Pengelolaan Air Limbah yang selanjutnya disingkat IPAL adalah tempat
pengolahan limbah cair hasil buangan;
67. Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya
disingkat B3 adalah satu kesatuan sarana dan prasarana pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3);
68. Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle yang selanjutnya
disingkat TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan,
pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan;
69. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu;
70. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat
memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan;
71. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disingkat TPST adalah
tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,
pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah;
72. Jalur Evakuasi Bencana adalah jalan yang dikhususkan untuk jalur evakuasi bila
terjadi bencana;
73. Tempat Evakuasi Bencana adalah tempat yang digunakan untuk kegiatan
memindahkan korban bencana dari lokasi bencana ke tempat yang aman atau
penampungan pertama untuk mendapatkan tindakan penanganan lebih lanjut;
74. Jaringan Drainase Primer adalah jaringan untuk menampung dan mengalirkan air
lebih dari saluran drainase sekunder dan menyalurkan ke badan air penerima;
75. Jaringan Drainase Sekunder adalah jaringan untuk menampung air dari saluran
drainase tersier dan membuang air tersebut ke jaringan drainase primer;
76. Jaringan Drainase Tersier adalah jaringan untuk menerima air dari saluran
penangkap dan menyalurkannya ke jaringan drainase sekunder;

PENDAHULUAN I-65
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

77. Jalur Sepeda adalah bagian jalur yang memanjang, dengan atau tanpa marka
Jalan, yang memiliki lebar cukup untuk dilewati satu sepeda, selain sepeda
motor;
78. Jaringan Pejalan Kaki adalah ruas pejalan kaki, baik yang terintegrasi maupun
terpisah dengan jalan, yang diperuntukkan untuk prasarana dan sarana pejalan
kaki serta menghubungkan pusat-pusat kegiatan dan/atau fasilitas pergantian
moda;
79. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya;
80. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan;
81. Badan Air adalah air permukaan bumi yang berupa sungai, danau, embung,
waduk, dan sebagainya;
82. Kawasan Perlindungan Setempat adalah kawasan yang diperuntukkan bagi
kegiatan pemanfaatan lahan yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam tata
kehidupan masyarakat untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara
lestari, serta dapat menjaga kelestarian jumlah, kualitas penyediaan tata air,
kelancaran, ketertiban pengaturan, dan pemanfaatan air dari sumber-sumber air.
Termasuk di dalamnya kawasan kearifan lokal dan sempadan yang berfungsi
sebagai kawasan lindung antara lain sempadan pantai, sungai, mata air, situ,
danau, embung, dan waduk, serta kawasan lainnya yang memiliki fungsi
perlindungan setempat;
83. Kawasan Sempadan Sungai adalah bagian dari kawasan peruntukan lindung
yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan, penggunaan, dan
pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai dapat dilaksanakan sesuai
dengan tujuannya;
84. Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam;

PENDAHULUAN I-66
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

85. Rimba Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohonpohon yang
kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun
tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang;
86. Taman Kota adalah lahan terbuka yang yang berfungsi sosial dan estetik sebagai
sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain yang ditujukan untuk
melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota;
87. Taman Kecamatan adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu
kecamatan;
88. Taman Kelurahan adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu
kelurahan;
89. Taman RW adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu RW,
khususnya kegiatan remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan
masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut;
90. Taman RT adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk dalam lingkup
1 (satu) RT, khususnya untuk melayani kegiatan sosial di lingkungan RT
tersebut;
91. Pemakaman adalah penyediaan ruang terbuka hijau yang berfungsi utama
sebagai tempat penguburan jenazah. Selain itu juga dapat berfungsi sebagai
daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim
mikro serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat di sekitar seperti
beristirahat dan sebagai sumber pendapatan;
92. Jalur Hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang
terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang
pengawasan jalan (RUWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi
elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau;
93. Kawasan Sempadan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah kawasan di
sekitar jaringan transmisi tenaga listrik yang menyalurkan tenaga listrik tegangan
tinggi, ekstra tinggi dan/atau ultra tinggi yang ditetapkan untuk menghindarkan
dampak negatif pengaruh medan elektromagnetik terhadap lingkungan

PENDAHULUAN I-67
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

sekitarnya serta melindungi dari kegiatan yang mengganggu fungsi jaringan


transmisi tegangan listrik tersebut;
94. Kawasan Sempadan Rel Kereta Api adalah kawasan di sekitar jaringan rel kereta
api yang ditetapkan untuk melindungi jaringan rel kereta api dari kegiatan yang
mengganggu fungsi jaringan rel kereta api tersebut;
95. Kawasan Lindung Geologi adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk melindungi cagar alam geologi;
96. Kawasan Imbuhan Air Tanah adalah Kawasan /wilayah yang mampu menambah
air tanah secara alamiah pada cekungan air tanah;
97. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs
cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri
tata ruang yang khas, dan ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota
berdasarkan rekomendasi tim ahli cagar budaya;
98. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan;
99. Badan Jalan adalah bagian jalan yang berada di antara kisi-kisi jalan dan
merupakan lajur utama yang meliputi jalur lalu lintas dan bahu jalan;
100. Kawasan Pertanian adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
menampung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan mengusahakan
tanaman tertentu, pemberian makanan, pengkandangan, dan pemeliharaan
hewan untuk pribadi atau tujuan komersial;
101. Kawasan Tanaman Pangan adalah kawasan lahan basah beririgasi, rawa pasang
surut dan lebak dan lahan basah tidak beririgasi serta lahan kering potensial
untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman pangan;
102. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang selanjutnya disingkat KP2B
adalah wilayah budidaya pertanian yang memiliki hamparan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk
mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.

PENDAHULUAN I-68
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

103. Kawasan Peternakan adalah Kawasan yang secara khusus diperuntukkan untuk
kegiatan peternakan atau terpadu dengan komponen usaha tani (berbasis
tanaman pangan, perkebunan, hortikultura atau perikanan) berorientasi ekonomi
dan berakses dan hulu sampai hilir;
104. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang
lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri;
105. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi
kegiatan Industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
106. Kawasan Pariwisata merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata
atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata baik alam, buatan,
maupun budaya;
107. Kawasan Permukiman adalah bagian lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik, berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan;
108. Kawasan Perumahan adalah kawasan yang terdiri atas kelompok rumah tinggal
yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi
dengan fasilitasnya;
109. Kawasan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial adalah fasilitas yang dibangun oleh
pengembang pada lingkungan perumahan dan kawasan komersial;
110. Kawasan Infrastruktur Perkotaan adalah kawasan yang digunakan untuk
penyediaan infrastruktur/sarana dan prasarana lainnya yang mendukung
kegiatan permukiman perkotaan/kegiatan utama bukan pertanian (selain fasum
fasos, RTNH dan tempat evakuasi bencana);
111. Kawasan Instalasi Pengelolaan Air Limbah atau yang selanjutnya disingkat IPAL
adalah peruntukan tanah yang terdiri atas daratan dengan batas batas tertentu
yang berfungsi untuk tempat pembuangan segala macam air buangan (limbah)

PENDAHULUAN I-69
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

yang berasal dari limbah-limbah domestik, industri, maupun komersial dan lain-
lainnya;
112. Kawasan Instalasi Pengelolaan Air Minum atau yang selanjutnya disingkat IPAM
adalah peruntukan tanah yang terdiri atas daratan dengan batas-batas tertentu
yang berfungsi untuk menurunkan konsentrasi polutan dalam air, sehingga
meningkatkan kualitas air agar memenuhi persyaratan kualitas air minum;
113. Kawasan Tempat Pemrosesan Akhir atau yang selanjutnya disingkat TPA adalah
peruntukan tanah di daratan dengan batas-batas tertentu yang digunakan
sebagai tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk terakhir
perlakuan sampah;
114. Kawasan Pembangkitan Tenaga Listrik adalah bagian dari kawasan budidaya
yang dikembangkan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik;
115. Kawasan Campuran adalah kawasan yang direncanakan terdiri atas minimal 3
fungsi (campuran hunian dan non-hunian) dengan luas 0,5-60 Ha, dengan
kepadatan menengah hingga tinggi yang terintegrasi baik secara fisik maupun
fungsi, dalam bentuk vertikal, horizontal, atau kombinasi keduanya,
berkeseuaian, saling melengkapi, saling mendukung terhubung antara satu
dengan lainnya sebagai satu kesatuan, serta merupakan kawasan ramah pejalan
kaki, dan dilengkapi oleh prasarana dan sarana yang memadai;
116. Kawasan Perdagangan dan Jasa adalah kawasan yang difungsikan untuk
pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersial, tempat bekerja, tempat
berusaha, serta tempat hiburan dan rekreasi, serta fasilitas umum/sosial
pendukungnya;
117. Kawasan Perkantoran adalah kawasan yang difungsikan untuk pengembangan
kegiatan pelayanan pemerintahan dan tempat bekerja/berusaha, tempat
berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial pendukungnya;
118. Kawasan Transportasi adalah kawasan yang dikembangkan untuk menampung
fungsi transportasi skala regional dalam upaya untuk mendukung kebijakan
pengembangan sistem transportasi yang tertuang di dalam rencana tata ruang
yang meliputi transportasi darat, udara, dan laut;

PENDAHULUAN I-70
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

119. Kawasan Pertahanan dan Keamanan adalah kawasan yang dikembangkan untuk
menjamin kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan keamanan
seperti instalasi pertahanan dan keamanan, termasuk tempat latihan, kodam,
korem, koramil, dan sebagainya;
120. Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang kondisi atau karakteristiknya
sering dan berpotensi mengalami kejadian bencana;
121. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan atau yang selanjutnya disingkat
KKOP adalah wilayah daratan dan/atau perairan dan ruang udara di sekitar
bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam
rangka menjamin keselamatan penerbangan;
122. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah kesesuaian antara rencana
kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RTRW;
123. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen yang
menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan
RTRW;
124. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen yang
menyatakan kesesuaian antara rencena kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan
RTRW;
125. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission
yang selanjutnya disingkat OSS adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau
walikota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi;
126. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintahan lain
dalam penyelenggaraan penataan ruang;
127. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas
kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk berminat dan
bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang yang dalam peraturan ini
adalah dalam proses perencanaan tata ruang; dan

PENDAHULUAN I-71
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

128. Forum Penataan Ruang Daerah adalah wadah di tingkat daerah yang bertugas
untuk membantu Pemerintah Daerah dengan memberikan pertimbangan dalam
Penyelenggaraan Penataan Ruang.

1.5.2 Kedudukan RTRW Kota


Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang
disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hierarki terdiri atas
rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana
tata ruang wilayah kabupaten/kota. Rencana umum tata ruang nasional adalah arahan
kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional yang disusun guna menjaga
integritas nasional, keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah dan
antar sektor, serta keharmonisan antar lingkungan alam dengan lingkungan buatan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rencana umum tata ruang provinsi adalah rencana kebijakan operasional dari
RTRW Nasional yang berisi strategi pengembangan wilayah provinsi, melalui optimasi
pemanfaatan sumber daya, sinkronisasi pengembangan sektor, koordinasi lintas
wilayah kabupaten/kota dan sektor, serta pembagian peran dan fungsi kabupaten/kota
di dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan. Rencana umum tata ruang
kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW provinsi ke dalam kebijakan dan strategi
pengembangan wilayah kabupaten/kota yang sesuai dengan fungsi dan peranannya di
dalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan, strategi
pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana struktur dan
rencana pola ruang operasional.
Rencana umum tata ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW provinsi ke
dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota yang sesuai
dengan fungsi dan peranannya di dalam rencana pengembangan wilayah provinsi
secara keseluruhan, strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam
rencana struktur dan rencana pola ruang operasional. Dalam operasionalisasinya
rencana umum tata ruang dijabarkan dalam rencana rinci tata ruang yang disusun
dengan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan

PENDAHULUAN I-72
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

subtansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan subblok yang dilengkapi
peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang
dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang dapat berupa rencana tata ruang
kawasan strategis dan rencana detail tata ruang. Kedudukan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Malang, dijabarkan kedudukannya pada Gambar 2.1.

Gambar 1.2 Kedudukan RTRW, RDTR dan Peraturan Zonasi


Sumber: Permen PU 20/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
1.5.3 Fungsi dan Manfaat RTRW Kota
RTRW Kota adalah rencana tata ruang dalam wilayah administrasi Kota dengan
tingkat ketelitian skala 1 : 25.000 berjangka waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota memuat pendahuluan, ketentuan umum, tujuan,
kebijakan, dan strategi, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan kawasan
strategis wilayah kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota serta ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang adalah sebagai berikut:
1. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
2. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kota

PENDAHULUAN I-73
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kota


4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah,
masyarakat, dan swasta;
5. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/ pengembangan
wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan
6. Acuan dalam administrasi pertanahan.
Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang adalah untuk:
1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota;
2. Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kota dengan wilayah
sekitarnya; dan
3. Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kota yang berkualitas.
Prosedur penyusunan RTRW kota sebagai satu kesatuan sistem perencanaan
tata ruang wilayah kota. Proses dan prosedur penetapannya diatur berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Dan
Tata Ruang Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi, Kabupaten Dan Kota, proses dan prosedur penetapan RTRW kota
meliputi tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan, meliputi;
a. pembentukan tim penyusun;
b. kajian awal data sekunder;
c. persiapan teknis pelaksanaan; dan
d. pemberitaan kepada publik.
2. Pengumpulan data dan informasi, meliputi;
a. data dan informasi primer; dan
b. data dan informasi sekunder.
3. Pengolahan dan analisis data, meliputi;
a. kebijakan spasial dan sektoral;
b. kedudukan dan peran daerah provinsi, daerah kabupaten atau kota
dalam wilayah yang lebih luas;

PENDAHULUAN I-74
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

c. fisik wilayah;
d. sosial kependudukan;
e. ekonomi wilayah;
f. sebaran ketersediaan dan kebutuhan sarana dan prasarana;
g. penguasaan tanah;
h. sistem pusat permukiman untuk wilayah daerah provinsi atau
kabupaten dan bentuk serta struktur kota untuk wilayah daerah kota;
i. lingkungan hidup;
j. pengurangan risiko bencana; dan
k. kemampuan keuangan pembangunan daerah.
4. Penyusunan konsep, meliputi;
a. alternatif konsep rencana;
b. pemilihan konsep rencana; dan
c. erumusan rencana terpilih menjadi muatan RTRW Provinsi dan RTRW
Kabupaten/Kota.
5. Penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan daerah tentang RTRW
Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota, meliputi:
a. penyusunan naskah akademik rancangan peraturan daerah tentang
RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota;
b. penyusunan rancangan peraturan daerah tentang RTRW Provinsi dan
RTRW Kabupaten/Kota; dan
c. pembahasan rancangan peraturan daerah tentang RTRW Provinsi atau
RTRW Kabupaten/Kota.

1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Sistematika pembahasan dalam kegiatan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Malang adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, tujuan penyusunan, landasan hukum,
ruang lingkup, ketentuan umum serta sistematika pembahasan.

PENDAHULUAN I-75
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA


MALANG
Bab ini menguraikan tentang isu-isu strategis wilayah, tujuan, kebijakan dan
strategi penataan ruang wilayah Kota Malang.
BAB III RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA MALANG
Bab ini menjelaskan struktur ruang wilayah Kota Malang yang mengatur
mengenai rencana pengembangan pusat pelayanan, pembagian sub BWP
dan pembagian blok peruntukan lahan, rencana jaringan transportasi, dan
sistem jaringan prasarana.
BAB IV RENCANA POLA RUANG WILAYAH KOTA MALANG
Bab ini menjelaskan mengenai rencana pola ruang wilayah Kota Malang yang
mencakup konsep pengembangan kota dan kawasan peruntukan, kawasan
peruntukkan lindung dan kawasan peruntukkan budidaya.
BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH KOTA MALANG
Bab ini menjelaskan tentang bagian wilayah Kota Malang yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup wilayah kota di bidang ekonomi, sosial budaya, sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi, dan/atau lingkungan hidup.
BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA MALANG
Bab ini menjelaskan mengenai arahan pemanfaatan ruang wilayah Kota
Malang yang berisi program perwujudan rencana struktur ruang dan rencana
pola ruang serta indikasi program.
BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA MALANG
Bab ini menjelaskan mengenai ketentuan umum zonasi, ketentuan pemberian
insentif dan disinsentif, arahan sanksi serta ketentuan kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang.
BAB VIII HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Bab ini berisi ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban masyarakat,
tata cara dan bentuk peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana
dimaksud di atas diatur dengan peraturan pemerintah.

PENDAHULUAN I-76
REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

PENDAHULUAN I-77

Anda mungkin juga menyukai