Anda di halaman 1dari 21

BAB

1
PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang penyusunan RDTR
Kawasan Kecamatan Solokuro, prinsip dan azas penataan ruang,
maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, Dasar Hukum,
Ketentuan Umum serta Sistematika Penyusunan

1.1. LATAR BELAKANG


Suatu wilayah/ kawasan selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan
dinamika masyarakat dan berbagai kegiatan yang ada, baik itu direncanakan ataupun tidak
direncanakan. Perkembangan wilayah/ kawasan ini tidak akan sama antara satu wilayah/
kawasan dengan wilayah/ kawasan lainnya. Wilayah/ kawasan yang mempunyai potensi
besar cenderung berkembang dengan cepat, sementara wilayah/ kawasan yang potensinya
kurang perkembangannya relatif lambat. Perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah/
kawasan ditandai tingginya intensitas kegiatan, penggunaan tanah yang semakin intensif,
tingginya mobilisasi penduduk, sehingga menyebabkan kebutuhan tanah untuk
pengembangan fisik semakin meningkat. Pada sisi lain ketersediaan lahan ternyata
semakin terbatas.
Berdasarkan undang – undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, dirumuskan
secara berjenjang mulai dari tingkat yang sangat umum sampai tingkat yang sangat rinci.
Mengingat rencana tata ruang merupakan matra keruangan dari rencana pembangunan
daerah dan bagian dari pembangunan nasional maka antara satu jenis rencana tata ruang
dengan jenis tata ruang lainnya mempunyai hubungan yang saling terkait dan saling
beurutan satu sama lainnya serta dijaga konsistensinya baik dari segi substansi maupun
operasional. Adapun kegiatan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang termasuk pada
rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilai
strategis kawasan dan atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat
mencakup hingga penetapan blok dan subblok peruntukan.
Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana umum
tata ruang dan sebagai dasar penetapan peraturan zonasi. Adapun peraturan zonasi
merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok atau zona peruntukan yang
penetapan zonasinya dalam rencana rinci tata ruang. Selanjutnya rencana detail tata ruang
dan peraturan zonasi (yang melengkapi rencana rinci tersebut) menjadi salah satu dasar
dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan
sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
Penataan ruang dilakukan secara terpadu (komprehensif), yaitu terkait dengan sektor-sektor
lain yang diperkirakan berpengaruh terhadap kawasan perencanaan, serta tidak terlepas
sebagai bagian dari suatu wilayah yang lebih luas sehingga dalam pelaksanaan
pembangunan yang akan dilakukan tidak terjadi pertentangan antara masing-masing sektor
yang justru menimbulkan ketidakserasian dan akan mengakibatkan munculnya
permasalahan wilayah dalam pemanfaatan kawasan lindung dan kawasan budaya seperti :

LAPORAN PENDAHULUAN 1-1


Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
pada kawasan perkotaan masalah PKL, kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
sebagainya. Sedangkan pada kawasan perdesaan akan muncul alih fungsi lahan dan
ketersediaan sarana dan parasarana.
Dengan adanya Rencana Detail Tata Ruang yang dilakukan secara terpadu dan
berkelanjutan, diharapkan akan tercapai keserasian, keselarasan dan keseimbangan
pemanfaatan ruang dari seluruh kegiatan yang terdapat di kawasan perencanaan, dengan
tetap memperhatikan faktor daya dukung lingkungan, fungsi lingkungan, lokasi dan struktur
kawasan perkotaan.
Perencanaan Rencana Detail Tata Ruang ini juga dimaksudkan untuk mengantisipasi
perkembangan pada berbagai kawasan perkotaan yang mengalami perubahan secara
menerus dalam jangka waktu tertentu akibat adanya intensitas kegiatan yang dilakukan
oleh penduduk perkotaan. Perkembangan tersebut dapat bergerak menuju ke arah yang
lebih baik, tetapi dapat pula mengakibatkan terjadinya penurunan efisiensi dan keefektifan
struktur dan bentuk kota dalam mendukung kegiatan kehidupan masyarakat, penurunan
keserasian struktur dan bentuk arsitektural perkotaan dan perdesaan, penurunan kualitas
lingkungan hidup, penurunan kesejahteraan masyarakat dan sebagainya.
Dengan mengacu pada tingkatan tata ruang yang ada, maka setelah ditetapkannya Perda
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan, perlu ditindaklanjuti dengan
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Solokuro sebagai salah satu proses
kegiatan penataan ruang yang diselenggarakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan
berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan.

1.2. PRINSIP DAN AZAS PENATAAN RUANG


1.2.1. PRINSIP PENATAAN RUANG
Dalam Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan, sebagai pedoman
pemanfaatan dan pengendalian ruang, terdapat beberapa prinsip dasar yang harus
diterapkan. Prinsip dasar Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan
adalah sebagai berikut:
1. Konsisten : dalam arti tidak bertentangan dengan kebijakan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
2. Operasional : dalam arti memenuhi tuntutan kebutuhan pengembangan dan
memperhatikan kemampuan implementasi serta lingkup kewenangan
Pemerintah Daerah di dalam pelaksanaan pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang
3. Mudah : dalam arti materinya mudah dipahami dan tidak rumit, sehingga tidak
mengundang intrepretasi yang keliru dalam rangka pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota
4. Utuh : dalam arti mencakup semua komponen dari materi penting yang perlu
direkomendasikan dalam suatu tata ruang, sehingga dapat mendorong
berlangsungnya kegiatan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
ruang yang berkualitas
5. Flexible : dalam arti tidak rigit, sehingga memberikan peluang untuk
mengembangkan visi dan kreatifitas dalam pemanfaatan dan

LAPORAN PENDAHULUAN 1-2


Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
pengendalian pemanfaatan ruang guna mengoptimalkan peluang
investasi dan peran serta swasta dan masyarakat
6. Keberpihakan : dalam arti memasukkan secara spesifik muatan-muatan kebijakan,
rencana dan program-program pengembangan bagi golongan ekonomi
lemah dan juga hak ulayat untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kesenjangan sosial ekonomi.

1.2.2. AZAS PENATAAN RUANG


Sesuai pasal 2 Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, maka dalam Penyusunan RDTR
Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan, akan didasarkan pada azas-azas sebagai
berikut :
1. Azas keterpaduan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengintegrasikan berbagai
kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah dan lintas pemangku kepentingan
(pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat)
2. Azas keserasian, keseimbangan dan keselarasan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara
struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang, keselarasan antara kehidupan manusia
dengan lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar daerah
serta antara kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan
3. Azas berkelanjutan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin kelestarian dan
kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan memperhatikan
kepentingan generasi mendatang
4. Azas Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang
dan sumber daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang
yang berkualitas
5. Azas Keterbukaan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas-
luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan
penataan ruang
6. Azas Kebersamaan dan Kemitraan
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan
7. Azas Perlindungan dan Kepentingan Umum,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengedepankan kepentingan
masyarakat
8. Azas Kepastian Hukum dan Keadilan,
Adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan berlandaskan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan

LAPORAN PENDAHULUAN 1-3


Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban
semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum
9. Azas Akuntabilitas,
Adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan, baik
prosesnya, pembiayaannya maupun hasilnya.

1.3. KEDUDUKAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) DALAM SISTEM PENATAAN
RUANG DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Sesuai ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
20/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan
Zonasi Kabupaten/Kota, setiap RTRW kabupaten/kota harus menetapkan bagian dari
wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR-nya. Bagian dari wilayah yang akan
disusun RDTR tersebut merupakan kawasan perkotaan atau kawasan strategis
kabupaten/kota. Kawasan strategis kabupaten/kota dapat disusun RDTR apabila
merupakan :
1. Kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau direncanakan menjadi kawasan
perkotaan; dan
2. Memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR yang ditetapkan dalam pedoman
ini.
RDTR disusun apabila sesuai kebutuhan, RTRW kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan
acuan lebih detil pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten/kota. Dalam hal RTRW
kabupaten/kota memerlukan RDTR, maka disusun RDTR yang muatan materinya lengkap,
termasuk peraturan zonasi, sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan
ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan RTBL bagi zona-zona yang pada RDTR
ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan. Dalam hal RTRW
kabupaten/kota tidak memerlukan RDTR, peraturan zonasi dapat disusun untuk kawasan
perkotaan baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai
penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antarkegiatan
dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama
dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut. RDTR ditetapkan dengan
perda kabupaten/kota.
Berdasarkan Kedudukan RDTR dalam Sistem Perecanaan Tata Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, maka kedudukan RDTR Kecamatan Solokuro adalah :
1. Rencana operasional arahan pembangunan kawasan (operasional action plan);
2. Rencana pengembangan dan peruntukan kawasan (area development plan);dan
3. Panduan untuk rencana aksi dan panduan rancang bangun (urban design guidelines).

LAPORAN PENDAHULUAN 1-4


Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
Gambar 1.1. : Kedudukan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dalam Sistem Penataan
Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Rencana Pembangunan Rencana Umum Tata Ruang Rencana Rinci Tata Ruang

RPJP Nasional RTRW Nasional RTR Pulau/Kepulauan


RTR Kawasan Strategis
Nasional

RPJM Nasional

RPJP Provinsi RTRW Provinsi RTR Kawasan Strategis


Provinsi

RPJM Provinsi

RPJP Kab/Kota RTRW Kab/kota RDTR Kab/Kota


RTR Kawasan Strategis
Kab/Kota

RPJM Kab/Kota

1.4. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


1.4.1. MAKSUD
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Kecamatan Solokuro secara
umum mempunyai maksud untuk memberikan arahan bagi pembangunan wilayah kawasan
(Kecamatan Solokuro) yang lebih tegas dalam rangka upaya pengendalian, pengawasan
pelaksanaan pembangunan fisik secara terukur, baik dari segi kualitas maupun segi
kuantitas, sehingga terjadi sinkronisasi pelaksanaan pembangunan di wilayah Kabupaten
Lamongan.

1.4.2. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK)
Kecamatan Solokuro adalah :
1. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia ;
2. RDTR Kawasan Kecamatan Solokuro dirumuskan sebagai kesatuan tata ruang, sehingga
terpadu dan saling mengisi dengan arahan RTRW Kabupaten serta rencana tata ruang
lainnya yang terkait;
3. Tertatanya komponen fisik kawasan, baik yang berada dalam kawasan perkotaan
maupun kawasan pedesaan secara integratif;
4. Terumuskan penetapan fungsi wilayah, penyebaran fasilitas, dan utilitas yang
diperlukan, serta meningkatkan kualitas kehidupan bagi masyarakatnya;

LAPORAN PENDAHULUAN 1-5


Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
5. Tersusunnya zonasi dan pemberian periijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan
dengan peruntukan lahan.
6. Terwujudnya kepastian hukum, sehingga akan dapat meningkatkan peran masyarakat
dan swasta dalam bidang pembangunan;
7. Terpadunya program dan kegiatan berorientasikan pada bottom up planning serta
mampu menyerap down planning,
8. Memadukan kepentingan dan aspirasi pemerintah baik Pemerintah Pusat, Pemerintah
Propinsi dan Pemerintah Kabupaten, serta masyarakat;
9. Tersusunnya arahan atau pedoman bagi pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pembangunan, khususnya di wilayah perencanaan

1.4.3. SASARAN
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan (RDTRK) Kecamatan Solokuro, adalah:
1. Menidentifikasi potensi dan permasalahan sumber daya alam, sumber daya buatan, dan
sumberdaya manusia pada wilay ah perencanaan
2. Merumuskan kebijakan, konsep, dan strategi dalam penataan ruang kawasan
3. Menyusun pedoman teknis yang merinci syarat-syarat, ketentuan, dan kriteria
pengaturan dan rencana kegiatan fungsional kawasan perkotaan maupun kawasan
pedesaan.
4. Merumuskan pengendalian kawasan dalam bentuk legal drafting yang diharapkan dapat
menjadi panduan yang berkekuatan hukum untuk mewujudkan arahan pembangunan
yang lebih harmonis, serasi, selaras, dan seimbang, serta terkoordinasi antar sektor,
antar wilayah, maupun antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan
pembangunan.

1.5. RUANG LINGKUP


1.5.1. RUANG LINGKUP WILAYAH
Ruang lingkup wilayah RDTR Kecamatan Solokuro ini yaitu keseluruhan wilayah Kecamatan
Solokuro yang di detailkan pada masing-masing kawasan. Kecamatan Solokuro memiliki
luas wilayah 87,57 Km² yang terbagi menjadi 10 desa/kelurahan. berdasarkan RTRW
Kabupaten Lamongan, struktur wilayah dibagi menjadi kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan sebagai berikut :
 Kawasan Perkotaan : Desa Solokuro, Penyaman dan Tenggulun
 Kawasan Perdesaan : Desa Tebluru, Sugihan, Dadapan, Takerharjo, Banyubang,
Dagan, dan Bluri
Secara administrasi, batas wilayah Kecamatan Solokuro, yaitu :
 Sebelah Utara : Kecamatan Paciran
 Sebelah Timur : Kabupaten Gresik
 Sebelah Selatan : Kecamatan Laren
 Sebelah Barat : Kabupaten Tuban

LAPORAN PENDAHULUAN 1-6


Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 1.1 Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan, serta
Peta 1.2. Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Kecamatan Solokuro

1.5.2. RUANG LINGKUP MATERI


Sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 20/PRT/M/2011 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan peraturan Zonasi Kabupaten/Kota, maka
lingkup materi di dalam RDTR sebagai berikut :
1. Pendahuluan
2. Ketentuan Umum
3. Tujuan Penataan Ruang
4. Rencana Pola Ruang
5. Rencana Jaringan Prasarana
6. Rencana Penataan Sub BWP Yang Diprioritaskan Penanganannya
7. Ketentuan Pemanfaatan Ruang.
8. Peraturan Zonasi

1.5.3. RUANG LINGKUP KEGIATAN


Lingkup kegiatan penyusunan RDTR Kawasan Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan,
sebagai berikut :
1. Kegiatan Persiapan, adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi persyaratan
administrasi maupun teknis serta melakukan koordinasi dan sinkronisasi persiapan
pelaksanaan pekerjaan.
2. Kegiatan Penyusunan Laporan Pendahuluan, adalah tahapan awal yang harus dilakukan
konsultan sebagai persiapan, sebelum pelaksanaan survey dan pengumpulan data
dilakukan.
3. Dengan laporan pendahuluan ini diharapkan dapat diketahui secara jelas
konsep/kerangka dasar kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kecamatan Solokuro, mulai tahap input, proses sampai output yang dihasilkan serta
rekomendasi dan tahapan pelaksanaannya
4. Kegiatan Survey, adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data dan
informasi yang terkait dengan wilayah perencanaan baik data yang didapat dari instansi
yang terkait khususnya data-data sekunder serta data yang didapat dari hasil survey
lapangan adalah data-data primer yang didapat dari lapangan
5. Kegiatan Pengolahan Data Dan Analisa, adalah kegiatan yang dilakukan setelah hasil
survey dilakukan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan tabulasi dan menyusun
data dan informasi yang didapat dari hasil survey. Dalam proses analisa, dilakukan
analisa terhadap potensi, permasalahan maupun pengembangan kawasan. Dalam
tahap analisa intinya berisikan penilaian terhadap berbagai keadaan yang dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip, pendekatan dan metode teknik analisa perencanaan tata
ruang

LAPORAN PENDAHULUAN 1-7


Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
Peta 1.1. Orientasi Wilayah Perencanaan

LAPORAN PENDAHULUAN 1-8


Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
Peta 1.2. Batas Wilayah Perkotaan dan Perdesaan

LAPORAN PENDAHULUAN 1-9


Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
6. Kegiatan Penyusunan Draft Rencana, adalah kegiatan yang intinya berisikan tentang
Tujuan Penataan Ibukota Kecamatan Bangkalan, Rencana Pola Ruang, Rencana
Jaringan Prasarana, Rencana Penataan Sub BWP Yang Diprioritaskan Penanganannya,
Ketentuan Pemanfaatan Ruang, Peraturan Zonasi
7. Kegiatan Diskusi Dan Seminar, adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendiskusikan
setiap hasil laporan yang dilakukan mulai dari laporan pendahuluan, laporan fakta dan
analisa serta laporan rancangan rencana (draft rencana). Diskusi ini dilakukan untuk
mendapatkan masukan dari tim teknis yang telah ditunjuk yang terdiri dari
dinas/instansi terkait. Sedangkan seminar dilakukan setelah rancangan rencana (draft
rencana) yang telah didiskusikan dengan tim teknis. Seminar dilakukan dengan
mengundang dari dinas/instansi terkait, tim teknis, masyarakat, tokoh agama dan tokoh
masyarakat untuk mendapatkan masukan.
8. Kegiatan Penyusunan Rencana, adalah kegiatan penyempurnaan terhadap draft rencana
yang telah mendapat masukan dari hasil diskusi dan seminar
9. Kegiatan Penyusunan Album Peta, adalah kegiatan penyusunan album peta yang
berisikan peta-peta kondisi eksisting dan rencana.

1.6. DASAR HUKUM


Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro ini memperhatikan dan berpedoman pada
peraturan perundangan mengenai tata ruang dan produk-produk tata ruang yang ada, yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3478);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3881);
4. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor
19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4169);
6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4247);

LAPORAN PENDAHULUAN 1 - 10
Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4377);
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4411);
9. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4401);
10. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45
Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
12. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4444);
13. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4722);
15. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4723);
16. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4724);
17. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
18. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4746);

LAPORAN PENDAHULUAN 1 - 11
Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
19. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4843);
20. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
21. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4851);
22. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866);
23. Undang-Undang Nomor. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4925);
24. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
25. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4966);
26. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
27. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5052);
28. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
29. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
30. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5073);
31. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5168);
32. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

LAPORAN PENDAHULUAN 1 - 12
Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
33. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5214);
34. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
35. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan
untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280);
36. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5492);
37. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
38. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air
39. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan
40. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk
Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4242);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2003 tentang Perusahaan Umum Kehutanan
Negara (Perum Perhutani) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
67);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
45. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);
46. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksana Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4532);
47. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4624);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4655);

LAPORAN PENDAHULUAN 1 - 13
Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
49. Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
50. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4779);
51. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);
52. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
53. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4858);
54. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4859);
55. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif
dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4861);
56. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4987);
57. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan
Perkotaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004);
58. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048);
59. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097);
60. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan
Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098);
61. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
62. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5110);

LAPORAN PENDAHULUAN 1 - 14
Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
63. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomo 5111);
64. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5112);
65. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5117);
66. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5185);
67. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk kepentingan Umum sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
68. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional;
69. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan
Lindung untuk Penambangan Bawah Tanah;
70. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 138, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5172) ;
71. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011—2025;
72. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional Pengelolaan
Sumber Daya Air;
73. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-
Bali;
74. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
75. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah;
76. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta
Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;
77. Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi;
78. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib di Lengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup;
79. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan
Penetapan Wilayah Sungai;
80. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan
Gempa Bumi;

LAPORAN PENDAHULUAN 1 - 15
Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
81. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor;
82. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan
Kawasan Perkotaan;
83. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2013 Tentang Pelimpahan
Kewenangan, Pemberian Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan
Peraturan Daerah tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten atau Kota;
84. Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha
dan atau Kegiatan yang Wajib memiliki AMDAL;
85. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 07/Permentan /OT.140/2/2012 tentang
Pedoman Teknis dan Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan;
86. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi
Raperda tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
87. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Persetujuan substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, beserta Rencana Rincinya;
88. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang;
89. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
90. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
91. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.28/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Konsultasi dalam rangka Pemberian Persetujuan Substansi Kehutanan
atas Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
92. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/OT.140/9/2009 tentang Kriteria
Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian
93. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah;
94. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1456.K/20/MEM/2000
tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst;
95. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1457.K/20/MEM/2000
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan
Energi;
96. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No 390/KPTS/M/2007 tentang Penetapan
Status Daerah Irigasi yang Pengelolaannya menjadi Wewenang dan Tanggung Jawab
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
97. Keputusan Menteri Perindustrian No 41/M-Ind/Per/6/2008 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan, dan Tanda Daftar Industri;

LAPORAN PENDAHULUAN 1 - 16
Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
98. Keputusan Menteri PU No. 630/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan
dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri dan Kolektor 1;
99. Keputusan Menteri PU No. 631/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan
Menurut Statusnya sebagai Jalan Nasional yang memuat jalan nasional bukan jalan
tol, jalan nasional jalan tol, dan jalan strategis nasional rencana;
100. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 34 Tahun 2013 tentang Mekanisme Pemberian
Persetujuan Substansi Raperda Kabupaten/Kota tentang Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) BWK Kabupaten/Kota;
101. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 – 2025
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 1, Seri E)
102. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 – 2031 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Timur Tahun 2012 Nomor 3 Seri D).
103. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan
Air Bawah Tanah
104. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025
105. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Usaha Pertambangan
106. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 7 Tahun 2007 tentang Bangunan
107. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 14 Tahun 2007 tentang Irigasi
108. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Pengendalian Dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Kabupaten Lamongan
109. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 67 Tahun 2008 Tentang
Pengendalian Pencemaran Air di Kabupaten Lamongan
110. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan
Sampah di Kabupaten Lamongan
111. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2015
112. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031
113. Instruksi Bupati Lamongan Nomor 01 Tahun 2011 Tentang Program Lamongan Green
and Clean.

1.7. KETENTUAN UMUM


Ketentuan umum yang dijadikan acuan di dalam Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan, sebagai berikut :
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

LAPORAN PENDAHULUAN 1 - 17
Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
2. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
3. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
4. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
5. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
6. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
7. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
8. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
10. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan
yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
11. Penggunaan Lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkan
pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil.
12. Rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten/kota adalah rencana tata ruang yang
bersifat umum dari wilayah kabupaten/kota, yang merupakan penjabaran dari RTRW
provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
kabupaten/kota, rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota, rencana pola ruang
wilayah kabupaten/kota, penetapan kawasan strategis kabupaten/kota, arahan
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota, dan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
13. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara
terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan
peraturan zonasi kabupaten/kota.
14. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat RTBL adalah
panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta
memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum
dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan
pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.
15. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau
aspek fungsional.
16. Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah bagian dari
kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang akan atau perlu
disusun rencana rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai arahan atau yang ditetapkan di
dalam RTRW kabupaten/kota yang bersangkutan, dan memiliki pengertian yang sama

LAPORAN PENDAHULUAN 1 - 18
Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
dengan zona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor
15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
17. Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disebut Sub BWP adalah bagian dari
BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari beberapa blok, dan memiliki
pengertian yang sama dengan subzona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
18. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
19. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
20. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
21. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
22. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.
23. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik perkotaan
maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
24. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar
tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.
25. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain.
26. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang
nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan
ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan
rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan memiliki
pengertian yang sama dengan blok peruntukan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
27. Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan subzona.
28. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.
29. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu
yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang
bersangkutan.
30. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.

LAPORAN PENDAHULUAN 1 - 19
Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
31. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang
diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
32. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
33. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah sempadan yang
membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan; dihitung dari batas terluar
saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka bangunan, berfungsi sebagai
pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan
terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa bangunan
yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dsb
(building line).
34. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur
dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
35. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah ruang terbuka di
bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang
diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak
dapat ditumbuhi tanaman atau berpori.

1.8. DIMENSI WAKTU PERENCANAAN


Dimensi waktu perencanaan dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Kecamatan
Solokuro Kabupaten Lamongan disesuaikan dengan ketetapan Undang Undang RI Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah 20 tahun yaitu tahun 2015-2035 atau sesuai
dengan masa berlaku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan, dan ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun.

1.9. SISTEMATIKA PENYUSUNAN


Sistematika penyusunan Laporan Pendahuluan RDTR Kawasan Kecamatan Solokuro,
Kabupaten Lamongan, sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup kegiatan, ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi, dasar hukum
penyusunan, dimensi waktu perencanaan dan sistematika penyusunan
BAB 2 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
Bab ini berisikan uraian mengenai kebijakan pembangunan yang menjadi dasar
dalam menyusun dokumen RDTR Kawasan Kecamatan Solokuro.
BAB 3 GAMBARAN UMUM
Bab ini berisikan uraian mengenai kondisi wilayah perencanaan yang meliputi
kondisi eksisting atas aspek kependudukan, guna lahan, dan beberapa aspek
pengenal yang menjadi orientasi atas wilayah perencanaan.

LAPORAN PENDAHULUAN 1 - 20
Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035
BAB 4 PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Bab ini berisikan metodologi pendekatan dalam penyusunan RDTRK. Bab ini juga
berisi materi – materi pembahas yang akan dirumuskan dan metode pemecahan
yang akan digunakan dalam dokumen selanjutnya
BAB 5 RENCANA KERJA DAN JADUAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Bab ini berisikan uraian tentang ruang lingkup kegiatan serta tahapan atau
langkah kegiatan dalam proses penyusunan RDTRK dengan jadwal penyelesaian
tiap tahapan kegiatan beserta sistematika penyerahan dan ketentuan teknis
laporan kemajuan pekerjaan.
BAB 6 STRUKTUR ORGANISASI DAN PELAPORAN
Bab ini berisikan uraian struktur organisasi team perencana dalam menangani
pekerjaan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Kawasan
Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan beserta keterlibatan tenaga ahli
dengan deskripsi tugasnya selama proses penyusunan tersebut.

LAPORAN PENDAHULUAN 1 - 21
Penyusunan RDTR Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Tahun 2015 – 2035

Anda mungkin juga menyukai