Anda di halaman 1dari 52

TUGAS III

KAJIAN STUDI KASUS

KEBUTUHAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR


PADA KAWASAN KUMUH KOTA BLITAR

MATA KULIAH : SISTEM WILAYAH


DOSEN : Dr. Ir. EKO BUDI SANTOSO, Lic.Rer.Reg.

Oleh :

Nama : ASHAR ANNAS (09)


NRP : 3115207809

PROGRAM PASCA SARJANA (S2)


BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2016
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai salah satu pusat Wilayah Pengembangan (WP) di Propinsi
Jawa Timur, Kota Blitar memiliki peran strategis dalam menggerakan ekonomi
kawasan sekitarnya. Pertumbuhan kegiatan ekonomi yang semakin
berkembang diikuti terlihat jelas dari kondisi pola ruang di wilayah kota yang
mengalami transformasi fungsi secara dinamis, Gejala pertumbuhan juga
terlihat dari angka pertumbuhan penduduk yang cenderung positif dan
meningkat setiap tahunnya.
Sebagai salah satu simpul kegiatan ekonomi, Kota Blitar memiliki
persoalan klasik yang umumnya juga dijumpai pada kota-kota berkembang
seperti halnya Kawasan Kumuh di Perkotaan. Berdasarkan hasil
pemutakhiran data kawasan kumuh yang telah dilaksanakan oleh
Kementerian PU, teridentifikasi 2 lokasi kawasan kumuh yang berada di
Kelurahan Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.
Jika dicermati dari parameter fisik bangunan, 2 lokasi yang ditetapkan
sebagai lokasi kawasan kumuh di Kota Blitar tersebut memiliki korelasi, tingkat
kerapatan bangunan, ketidakteraturan pola kavling, dimensi kavling yang jauh
dibawah standar, matapencaharian yang didominasi oleh sector non formal
menjadi salah satu gambaran kondisi kedua kawasan.
Sebenarnya Pemerintah Kota Blitar telah berusaha untuk dapat
memperbaiki lingkungan permukiman kumuh pada kedua lokasi tersebut. Hal
ini dapat dilihat dari adanya program-program yang diberikan terkait dengan
peningkatan kualitas lingkungan kumuh. Program-program yang ada
diantaranya adalah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
(P2KP) dan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK). Namun
program-program tersebut belum memberikan hasil yang signifikan terhadap
lingkungan permukiman tersebut. Oleh karena itu, perlu dirumuskan kembali
penanganan permukiman kumuh yang tepat melalui penentuan infrastruktur
prioritas yang harus tersedia pada kedua lokasi tersebut.

1|P age
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditemukan rumusan
masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana tingkat kekumuhan kawasan tersebut?
2) Bagaimana rumusan prioritas lokasi penanganan kawasan permukiman
tersebut?

1.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut :

1. Teridentifikasinya kondisi lingkungan permukiman


a. Ketersediaan dan Kondisi prasarana dan sarana dasar, serta
prasarana dan sarana Umum
b. Kondisi tata bangunan
 Fisik bangunan
 Kepadatan dan kerapatan bangunan
 Keteraturan pola kavling
 Kelengkapan dasar fungsi bangunan
c. Kondisi kependudukan
 Jumlah Penduduk dalam satuan unit hunian
 Kepadatan penduduk
 Mata pencaharian
d. Kondisi sanitasi lingkungan
 Sistem pembuangan air kotor
 Sistem pengelolaan sampah
 Mandi, Cuci, Kakus (MCK)
2. Melakukan analisa terhadap kondisi
a. Tata bangunan dan lingkungan
b. Tingkat kekumuhan kawasan
c. Prioritas penanganan

2|P age
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1 RPJMD
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Blitar secara
umum merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 tahun yang
dimaksudkan untuk memberikan arahan sekaligus menjadi acuan bagi seluruh
pelaku pembangunan di Kota Blitar dalam menyelenggarakan pemerintahan,
pengelolaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.
Dalam RPJMD Kota Blitar diketahui bahwa visi pembangunan Kota
hingga akhir 2021 adalah
“Menuju Masyarakat Kota Blitar Sejahtera Yang Berkeadilan, Berwawasan
Kebangsaan, Dan Religius Melalui APBD Pro Rakyat Pada Tahun 2021”
Visi tersebut dijabarkan secara spesifik kedalam 5 misi sebagai berikut
1. Mewujudkan masyarakat yang berwawasan kebangsaan dan
Berketuhanan Yang Maha Esa
2. Meningkatkan kualitas pendidikan dan keterjangkauan pelayanan
pendidikan
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang adil dan merata.
4. Memantapkan pelaksanaan perekonomian daerah yang berbasis
kerakyatan dan penanggulangan kemiskinan.
5. Memantapkan Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan yang
Partisipatif berdasar Prinsip-prinsip Otonomi Daerah,
Dari ke 5 misi diatas, misi yang terkait langsung dengan penyusunan
Perencanaan Inventarisasi Infrastruktur di Kelurahan Sukorejo adalah misi ke
5. Penjabaran tujuan, sasaran dan arah kebijakan dari misi ke 5 secara
spesifik dapat dilihat pada Tabel II.1 berikut :

3|P age
Tabel II. 1 Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan Dalam RPJMD Kota Blitar Terhadap Kelurahan Sukorejo

Sumber: RPJMD Kota Blitar 2016-2021


2.2 RTRW Kota Blitar 2011-2031
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Blitar secara hukum telah
memiliki kekuatan seiring dengan adanya Peraturan Daerah Kota Blitar No 12
Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Blitar. Hal yang perlu dicermati dalam
RTRW terkait penanganan Infrastruktur di Kelurahan Sukorejo secara spesifik
diuraikan pada Tabel
Tabel II. 2 Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Blitar
No Kebijakan Uraian

1 Kebijakan dan Kebijakan Penataan Ruang Kota


Strategi Penataan
a. pengembangan wisata kebangsaan dan wisata
Ruang Kota
lainnya;
b. pengembangan fungsi dalam mewujudkan peran
regional kota;
c. pengembangan pusat pelayanan kegiatan yang
memperkuat hubungan antar kawasan;
d. peningkatan aksesibilitas dan keterkaitan antar
pusat kegiatan;
e. peningkatan kualitas dan jangkauan
pelayanan sarana dan prasarana lingkungan
permukiman;
f. peningkatan pengelolaan kawasan yang
berfungsi lindung;
g. pengembangan kegiatan pertanian perkotaan;
h. peningkatan penyediaan ruang terbuka hijau
kota;
i. pelestarian kawasan cagar budaya;
j. pengembangan kawasan budidaya terbangun
yang mempertimbangkan efisiensi pemanfaatan
ruang; dan
k. penetapan kawasan-kawasan strategis kota.

Kebijaan Penataan Ruang Kota yang perlu dicermati


dalam studi ini adalah poin e, yaitu peningkatan
kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan
prasarana lingkungan permukiman

Stategi peningkatan kualitas dan jangkauan


pelayanan sarana dan prasarana lingkungan
permukiman
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

No Kebijakan Uraian

a. meningkatkan kualitas permukiman dan


perumahan diutamakan untuk kawasan
permukiman kumuh;
b. memenuhi kebutuhan perumahan yang sehat
baik oleh pemerintah maupun melalui kerjasama
investasi swasta;
c. mendistribusikan sarana lingkungan di setiap
pusat kegiatan sesuai fungsi kawasan dan hirarki
pelayanan;
d. mengembangkan prasarana jaringan listrik dan
sumber energi listrik alternatif;
e. mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi
yang berbasis informasi pada kawasan
pelayanan publik;
f. mengembangkan konservasi sumber daya air
untuk menjaga ketersediaan serta keberlanjutan
sumber daya air;
g. meningkatkan sistem pengelolaan persampahan
terpadu dengan teknik-teknik yang berwawasan
lingkungan;
h. mengembangkan prasarana pengolahan air
minum;
i. meningkatkan kualitas air bersih menjadi air
minum pada kawasan-kawasan pelayanan
umum;
j. meningkatkan prasarana pengelolaan air limbah
rumah tangga yang berbasis komunal; dan
k. mengembangkan sistem jaringan drainase
secara terintegrasi.

2 Rencana Struktur
Ruang

a. Pembagian a. BWK I dengan luas kurang lebih 363 Ha meliputi :


Wilayah 1. Kelurahan Kepanjenkidul;
2. Kelurahan Kepanjenlor; dan
3. Kelurahan Kauman;
b. BWK II dengan luas kurang lebih 834 Ha meliputi :
1. Kelurahan Ngadirejo;

6|P age
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

No Kebijakan Uraian

2. Kelurahan Bendo;
3. Kelurahan Tanggung; dan
4. Kelurahan Sentul.
c. BWK III dengan luas kurang lebih 1.215 Ha meliputi
:
1. Kelurahan Bendogerit;
2. Kelurahan Plosokerep;
3. Kelurahan Klampok;
4. Kelurahan Rembang;
5. Kelurahan Karangtengah;
6. Kelurahan Sananwetan; dan
7. Kelurahan Gedog.
d. BWK IV dengan luas kurang lebih 846 (delapan
ratus empat puluh enam) Ha meliputi :
1. Kelurahan Pakunden;
2. Kelurahan Tanjungsari;
3. Kelurahan Blitar;
4. Kelurahan Sukorejo;
5. Kelurahan Tlumpu;
6. Kelurahan Turi; dan
7. Kelurahan Karangsari.
b. Distribusi 1) Pusat Pelayanan Kota berada di Kelurahan
Pusat dan Kepanjen Kidul, mempunyai fungsi :
Fungsi a. Pelayanan primer : pemerintahan,
Kegiatan perdagangan dan jasa, peribadatan;
kesehatan; olah raga dan
b. Pelayanan sekunder : perkantoran,
pendidikan, fasilitas umum, perumahan, dan
ruang terbuka hijau.
2) Sub Pusat Pelayanan Kota
a) SPPK 1, berada di Kelurahan Bendo, memiliki
fungsi

7|P age
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

No Kebijakan Uraian

Pelayanan primer : pariwisata, olahraga,


pertanian perkotaan, dan industri kecil dan
rumah tangga; dan
 Pelayanan sekunder : perdagangan dan
jasa, perkantoran, pendidikan, fasilitas
umum, perumahan, dan ruang terbuka hijau.
b) SPPK 2, berada di Kelurahan Sanan Wetan,
memiliki fungsi
 Pelayanan primer : pariwisata, kesehatan,
pendidikan, pelayanan terminal, dan
pertahanan dan keamanan; dan
 Pelayanan sekunder : perdagangan dan
jasa, perkantoran, fasilitas umum, olah raga,
perumahan, dan ruang terbuka hijau.
c) SPPK 3, berada di Kelurahan Sukorejo,
memiliki fungsi
 Pelayanan primer : industri, pergudangan,
pariwisata, pelayanan terminal barang,
peternakan, dan pertanian perkotaan.
 Pelayanan sekunder : perdagangan dan
jasa, perkantoran, fasilitas umum,
perumahan, dan ruang terbuka hijau.

3 Pola Ruang

a. Kawasan Kawasan lindung yang terdapat di Wilayah


Lindung Perencanaan adalah
 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya;
Kawasan resapan air ditetapkan seluas kurang
lebih 231 (dua ratus tiga puluh satu) ha, terdapat
di Kecamatan Sananwetan, Kecamatan
Sukorejo, dan Kecamatan Kepanjenkidul

 Kawasan perlindungan setempat ;


a. Sempadan sungai;
 Sempadan Sungai Lahar berserta anak

sungainya;
 Sempadan Sungai Cari berserta anak
sungainya;

8|P age
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

No Kebijakan Uraian

 Sempadan Sungai Sumber Nanas berserta


anak sungainya; dan
 Sempadan Kali Tugu/Sumber Saman
berserta berserta anak sungainya.

b. kawasan sekitar mata air.


Kawasan sekitar mata air yang berada di
sekitar wilayah perencanaan terbatas pada
 Mata Air Dimoro di Kelurahan
Sukorejo.
 Mata Air Kerantil di Kelurahan
Sukorejo.
 Ruang Terbuka Hijau
a. ruang terbuka hijau taman dan hutan kota;
b. ruang terbuka hijau jalur hijau jalan;
c. ruang terbuka hijau fungsi tertentu.

 Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar


budaya;
Bangunan cagar budaya yang berada disekitar
wilayah perencanaan terbatas pada Bangunan
Kelentang Poo An Kiong

b. Kawasan Kawasan Budidaya di wilayah Kota Blitar meliputi :


Budidaya
a. kawasan perumahan;
b. kawasan perdagangan dan jasa;
c. kawasan perkantoran;
d. kawasan industri;
e. kawasan pariwisata;
f. ruang terbuka non hijau (RTNH);
g. kawasan pertanian; dan
h. kawasan peruntukkan lainnya
Kawasan Budidaya yang akan diuraikan terbatas
pada
 Kawasan peruntukan perumahan

9|P age
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

No Kebijakan Uraian

Kawasan perumahan dengan luas lahan kurang


lebih 1078 (seribu tujuh puluh delapan) Ha, terdiri
atas :
a. perumahan kepadatan tinggi meliputi :
b. perumahan kepadatan sedang meliputi :
c. perumahan kepadatan rendah meliputi :
Wilayah perencanaan yang berada di Kelurahan
Sukorejo diarahkan untuk perumahan kepadatan
sedang dan kepadatan tinggi

 Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau


a. RTNH lingkungan bangunan;
b. RTNH skala sub-kawasan dan kawasan;
c. RTNH wilayah kota; dan
d. RTNH fungsi tertentu.

 Kawasan Peruntukan Lainnya


a. kawasan ruang evakuasi bencana alam;
b. kawasan peruntukan kegiatan sektor informal;
c. kawasan pertahanan dan keamanan; dan
d. kawasan peruntukan pelayanan umum.

Sumber : Perda RTRW Kota Blitar 2011-2031

2.3 RDTR KOTA BLITAR


RDTR Kota Blitar telah tersusun pada tahun anggaran 2013, meski
secara hokum RDTR Kota Blitar belum memiliki kekuatan hokum, kebijakan
yang terkandung didalamnya akan digunakan sebagai referensi agar konsep
pengembangan infrastruktur yang menjadi tujuan dari perencanaan dapat
sinergis dan terintegrasi.
Kebijakan RDTR Kota Blitar yang terkait langsung dengan wilayah
perencanaan secara spesifik dapat dilihat pada Tabel

10 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

Tabel II. 3 Kebijakan Penataan Ruang Di Wilayah Perencanaan Menurut


RDTR Kota Blitar
No Kebijakan Uraian
1 Pembagian BWP kota Blitar Terbagi dalam 4 bagian
BWP
a. BWP I dengan luas kurang lebih 363 Ha
b. BWP II dengan luas kurang lebih 834 Ha
c. BWP III dengan luas kurang lebih 1.215 Ha
d. BWP IV dengan luas kurang lebih 846
(delapan ratus empat puluh enam) Ha
Wilayah perencanaan menjadi bagian dari BWP IV
Pembagian BWP IV dibagi dalam 2 SBWP yang terdiri atas 3
SBWP blok seperti diuraikan sebagai berikut

NO SUB BWP BLOK ADMINISTRASI

1 SUB BWP BLOK Kelurahan Turi,


5 1 Kelurahan
Karangsari,
Kelurahan Tlumpu
BLOK Kelurahan Blitar dan
2 Kelurahan SUkorejo
2 SUB BWP BLOK Kelurahan
6 1 Tanjungsari dan
Kelurahan Pakunden

2 Rencana Pola
Ruang
Kawasan a. Sempadan Sungai
Lindung Luas kawasan sempadan sungai khususnya di
wilayah Kelurahan Sukorejo mencapai 2,07 ha

b. Sempadan Mata Air


Luas kawasan sempadan mata air khususnya
di kelurahan Sukorejo mencapai 25,13 ha

11 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

No Kebijakan Uraian
c. Sempadan Rel Kereta Api
Luas kawasan sempadan rel khususnya di
Kelurahan Sukorejo mencapai 2,23 ha

d. RTHK
Zona RTH kota khususnya di Kelurahan
Sukorejo mencakup RTH Taman dan RTH
Jalur Hijau

e. Cagar Budaya
Bangunan cagar budaya yang berada
dikelurahan Sukorejo meliputi Situs Makam Ario
Blitar dan Kelenteng Poo An Kiong
Kawasan a. Perumahan
Budidaya
1) Rumah Kepadatan Tinggi (R-2)
Rumah kepadatan tinggi memiliki kepadatan
bangunan antara 100-1000 rumah/hektar.
Rumah kepadatan tinggi tersebar pada Sub
BWP 5 Blok 1 Kelurahan Sukorejo. Kelurahan
Blitar dan Blok 2 Kelurahan Turi serta
pengembangan rumah susun di Sub BWP 5
Blok 1 yaitu Kelurahan Turi.
2) Rumah Kepadatan Sedang (R-3)
Rumah kepadatan sedang memiliki kepadatan
bangunan antara 40-100 rumah/hektar.Rumah
kepadatan sedang di BWP IV adalah berupa
rumah tinggal. Rumah kepadatan sedang
tersebar pada daerah transisi yaitu pada Sub
BWP 6 Blok 1 yaitu Kelurahan Pakunden dan
Kelurahan Tanjungsari serta Sub BWP 5 Blok 1
Kelurahan Sukorejo.
b. Rumah Kepadatan Rendah
Rumah kepadatan rendah memiliki kepadatan
bangunan antara 10-40 rumah/hektar.Rumah
kepadatan rendah di BWP IV adalah berupa
rumah tinggal. Rumah kepadatan sedang
tersebar pada daerah transisi yaitu pada Sub
BWP 6 Blok 1 yaitu Kelurahan Tanjungsari serta
Sub BWP 5 Blok 1 yaitu Kelurahan Tlumpu

12 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

Sumber : RDTR Kota Blitar 2013-2033

2.4 RPKPP Kota Blitar


Dalam Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas Kota
Blitar, ditetapkan 3 lokasi prioritas kawasan yang akan dilakukan penataannya
yaitu
1. Kawasan Permukiman Industri Kerajinan Papan Catur dan Kendang
2. Kawasan PermukimanKonservasi sekitar Istana Gebang
3. Kawasan Permukiman Perbaikan Lingkungan di Krantil

Kawasan yang terkait langsung dengan wilayah perencanaan adalah


kawasan permukiman di Krantil, sehingga pembahasan konsep penataan
akan difokuskan pada lokasi tersebut.

Konsep pembangunan pada Kawasan Krantil adalah sebagai berikut :


1. Ressetlement
Mengembalikan fungsi sempadan sungai (kawasan perlindungan
kawasan sungai). Permukiman yang ada akan direlokasi dengan prinsip
ressetlement yang tidak membebani masyarakat harus direhabilitasi dari sisi
pendapatan, mata pencaharian, kehidupan dan sistem sosial. Lahan yang
disediakan untuk relokasi adalah rusunawa yang berjarak sekitar 1 Km.
Penerapan konsep ressetlement dapat dilihat pada nomor 1. Seluruh
bangunan yang berada pada sepanjang sempadan sungai akan direlokasi
sehingga fungsi sempadan sungai bisa kembali seperti fungsi awalnya.
2. Enclave Setlement
Menjadikan sungai sebagai pusat orientasi (water front) sehingga
kawasan menjadi tidak kumuh. Konsep enclave settlement diterapakan pada
kawasan bernomor 2. Penerapan konsep ini dilakukan dengan memindahkan
bangunan yang ada di sepanjang sempadan sungai serta menempatkan
permukiman menghadap langsung ke sungai sesuai dengan konsep
waterfront. Penerapan konsep ini diharapkan mampu menjadikan kawasan

13 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

permukiman pada Kawasan Krantil menjadi teratur dan jauh dari kesan
kumuh.
3. Peningkatan Kualitas Lingkungan
Merupakan program perbaikan lingkungan dengan tanpa merubah
struktur kawasan yang sudah terbentuk. Di dalamnya terdapat rehabilitasi dan
renovasi sarana dan prasarana lingkungan serta bangunan. Penerapan
konsep Gentrifikasi dapat dilihat pada gambar 3. Kawasan bernomor 3
merupakan kawasan permukiman yang persebaran sarana dan prasarananya
kurang baik. Dengan penerapan konsep ini diharapkan persebaran sarana
dan prasarana pada kawasan permukiman bisa merata.
4. Redevelopment
Pembangunan kembali kawasan perdagangan dan jasa di sepanjang
kawasan yang berdekatan dengan pasar. Konsep redevelopment dapat dilihat
pada nomor 4. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa dilakukan di
sekitar kawasan Pasar Legi. Pembangunan perdagangan dan jasa di sekitar
Pasar Legi diharapkan dapat meningkatkan perekonomian pada Kawasan
Krantil.
5. Rehabilitasi/Renovasi
Rehabilitasi dan renovasi pasar dan sekaligus pengembangan
(pembangunan) pada kawasan bongkar muat untuk sub terminal kawasan
sebagai pendukung kawasan pasar dan sekitarnya. Renovasi dan rehabilitasi
perlu dilakukan pada Pasar Legi dan terminal bongkar muat di sebelah Pasar
Legi agar dapat berfungsi secara optimal.

14 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

Gambar 2. 1 Konsep Penataan Kawasan Permukiman Prioritas di Krantil

BAB III
GAMBARAN UMUM DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Kondisi Fisik
3.1.1 Kawasan Permukiman Krantil – Kampung Seng
Kawasan permukiman Krantil –Kampung Seng secara fisiografis
memiliki karakteristik lokasi sebagai
1. Kawasan permukiman kumuh didaerah sempadan sungai

15 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

2. Kawasan permukiman kumuh didaerah sekitar pusat kegiatan


ekonomi (Pasar Legi)
Orientasi lokasi permukiman Krantil – Kampung Seng secara spesifik dapat
dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3. 1Kawasan Permukiman Krantil - Kampung Seng

Secara administratif, kawasan permukiman Krantil – Kampung Seng


masuk dalam bagian wilayah RW 2, RW 03 dan RW 06 dengan luas
keseluruhan mencapai 10,75 hektar. Batas wilayah administrasi lingkungan di
kawasan permukiman Krantil – Kampung Seng secara spesifik dapat dilihat
pada Gambar 3.2

16 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

Gambar 3. 2 Batas Administrasi Lingkungan di Kawasan Permukiman Krantil


- Kampung Seng

1. KAMPUNG SENG RW 02
Wilayah RW 02 yang ditetapkan sebagai kawasan permukiman kumuh
Kota Blitar berada dalam lingkup RT 3, RT 4 dan RT 5. Situasi dan kondisi
lingkungan di wilayah RW 02 secara spesifik seperti terlihat pada Gambar
3.3

Gambar 3. 3 Kondisi Permukiman Di Wilayah RW 2 Kawasan Kampung Seng

17 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

Berdasarkan hasil pendataan dan identifikasi di lapangan, kondisi bangunan


dan lingkungan di masing-masing wilayah diuraikan sebagai berikut:
a. RT 3
Jumlah rumah di lingkungan RT 3 mencapai 83 unit, 75 Unit rumah
dalam kondisi permanen, 7 unit rumah dalam kondisi semi permanen dan
1 unit rumah dalam kondisi non permanen.
Tingkat hunian pada 83 unit rumah yang berhasil didata, secara
keseluruhan memiliki jumlah penduduk mencapai 316 jiwa. Dengan luas
wilayah RT 3 yaitu 1,13 hektar, kepadatan penduduk di wilayah ini
mencapai 280 jiwa /hektar.
Dengan jumlah unit rumah mencapai 83 unit, Kepadatan bangunan
diwilayah RT 3 mencapai 73 unit/hektar. Dilihat dari besaran sistem
kavling yang berkembang di wilayah RT 3, Rata-rata memiliki luas 83 m2.
Meski rata-rata luas kavling menunjukan angka yang ideal, 82 unit rumah
yang terdata memiliki luas kurang dari 80 m2.
Jika dilihat dari keamanan konstruksinya, dari 83 unit bangunan
yang teridentifikasi, terdapat 15 unit bangunan dalam kondisi kritis struktur
(struktur atap miring, kondisi dinding retak, atap bocor, kolom retak/miring)
. dari seluruh bangunan yang ada, hanya 1 unit rumah yang memiliki Ijin
Mendirikan Bangunan.
Kondisi sanitasi lingkungan di wilayah RT 3 secara umum dalam
kondisi yang baik, 72 unit rumah memiliki fasilitas WC/Toilet yang
terkoneksi dengan jaringan Sanitasi Masyarakat, 10 unit rumah memiliki
fasilitas WC/Toilet yang dilengkapi dengan septictank dan 1 unit rumah
yang tidak memiliki fasilitas WC/Toilet.
b. RT 4
Jumlah rumah di lingkungan RT 4 mencapai 75 unit, 46 Unit rumah
dalam kondisi permanen, 12 unit rumah dalam kondisi semi permanen dan
17 unit rumah dalam kondisi non permanen.
Tingkat hunian pada 75 unit rumah yang berhasil didata, secara
keseluruhan memiliki jumlah penduduk mencapai 226 jiwa. Dengan luas

18 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

wilayah RT 4 yaitu 0,79 hektar, kepadatan penduduk di wilayah ini


mencapai 286 jiwa /hektar.
Dengan jumlah unit rumah mencapai 75 unit, Kepadatan bangunan
diwilayah RT 4 mencapai 95 unit/hektar. Dilihat dari besaran sistem
kavling yang berkembang di wilayah RT 4, Rata-rata memiliki luas 93 m2.
Meski rata-rata luas kavling menunjukan angka yang ideal, 50 unit rumah
yang terdata memiliki luas kurang dari 80 m2.
Jika dilihat dari keamanan konstruksinya, dari 75 unit bangunan
yang teridentifikasi, terdapat 4 unit bangunan dalam kondisi kritis struktur
(struktur atap miring, kondisi dinding retak, atap bocor, kolom retak/miring)
. dari seluruh bangunan yang ada, hanya 13 unit rumah yang memiliki Ijin
Mendirikan Bangunan.
Kondisi sanitasi lingkungan di wilayah RT 4 secara umum dalam
kondisi yang baik, 75 unit rumah memiliki fasilitas WC/Toilet yang
terkoneksi dengan jaringan Sanitasi Masyarakat.
c. RT 5
Jumlah rumah di lingkungan RT 5 mencapai 91 unit, 61Unit rumah
dalam kondisi permanen, 17 unit rumah dalam kondisi semi permanen dan
13 unit rumah dalam kondisi non permanen.
Tingkat hunian pada 91 unit rumah yang berhasil didata, secara
keseluruhan memiliki jumlah penduduk mencapai 350 jiwa. Dengan luas
wilayah RT 5 yaitu 1,04 hektar, kepadatan penduduk di wilayah ini
mencapai 337 jiwa /hektar.
Dengan jumlah unit rumah mencapai 91 unit, Kepadatan bangunan
diwilayah RT 5 mencapai 88 unit/hektar. Dilihat dari besaran sistem
kavling yang berkembang di wilayah RT 5, Rata-rata memiliki luas 54 m2.
luas kavling menunjukan angka yang tidak ideal, 73 unit rumah yang
terdata memiliki luas kurang dari 80 m2.
Jika dilihat dari keamanan konstruksinya, dari 91 unit bangunan
yang teridentifikasi, terdapat 32 unit bangunan dalam kondisi kritis struktur
(struktur atap miring, kondisi dinding retak, atap bocor, kolom retak/miring)

19 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

. Dilihat dari segi legalitas bangunan, dari seluruh bangunan yang ada,
hanya 7 unit rumah yang memiliki Ijin Mendirikan Bangunan.
Kondisi sanitasi lingkungan di wilayah RT 5 secara umum dalam
kondisi yang baik, 73 unit rumah memiliki fasilitas WC/Toilet yang
dilengkapi dengan septictank, 1 unit rumah dialirkan langsung ke sungai
atau saluran kota, dan 17 unit tidak memiliki WC/Toilet.

Tabel III. 1 Perbandingan Kondisi Fisik Lingkungan RT di Wilayah RW 02


RW 02
NO
PARAMETER SATUAN RT 03 RT 04 RT 05
1 PENDUDUK JIWA 316 226 350
2 JUMLAH RUMAH UNIT 83 75 91
3 LUAS UL HEKTAR 1.13 0.79 1.04
4 KEPADATAN BANGUNAN UNIT/HEKTAR 73 95 88
5 KEPADATAN PENDUDUK JIWA/HEKTAR 280 286 337
TINGKAT KEPADATAN
6
HUNIAN JIWA/UNIT 4 3 4
KAVLING DIBAWAH
7
STANDAR UNIT 82 50 73
8 RATA-RATA LUAS KAVLING M2/UNIT 37 93 54
9 RUMAH RAWAN AMBRUK UNIT 15 4 32
10 LEGALITAS IMB UNIT 1 13 7
11 SANITAIR UNIT
Memiliki WC dengan Tangki
Septic 10 73
UNIT
Dialirkan ke badan Saluran 72 0 1
Tidak Memiliki WC 1 0 17

20 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

2.. KAMPUNG SENG RW 03


Wilayah RW 03 yang ditetapkan sebagai kawasan permukiman kumuh
Kota Blitar berada dalam lingkup RT 1, RT 2, RT 3 dan RT 4. Situasi dan
kondisi lingkungan di wilayah RW 03 secara spesifik seperti terlihat pada
Gambar 3.4

Gambar 3. 4 Situasi dan Kondisi Kawasan Permukiman Kampung Seng – RW


03
a. RT 1
Jumlah rumah di lingkungan RT 1 mencapai 79 unit, 45 Unit rumah
dalam kondisi permanen, 25 unit rumah dalam kondisi semi permanen dan
9 unit rumah dalam kondisi non permanen.
Tingkat hunian pada 79 unit rumah yang berhasil didata, secara
keseluruhan memiliki jumlah penduduk mencapai 340 jiwa. Dengan luas
wilayah RT 1 yaitu 2,26 hektar, kepadatan penduduk di wilayah ini
mencapai 150 jiwa /hektar.
Dengan jumlah unit rumah mencapai 79 unit, Kepadatan bangunan
diwilayah RT 1 mencapai 35 unit/hektar. Dilihat dari besaran sistem
kavling yang berkembang di wilayah RT 1, Rata-rata hunian rumah
memiliki luas 59 m2. luas kavling hunian yang berkembang menunjukan
angka yang tidak ideal, 15 unit rumah yang terdata memiliki luas kurang
dari 80 m2.
Jika dilihat dari keamanan konstruksinya, dari 79 unit bangunan
yang teridentifikasi, terdapat 28 unit bangunan dalam kondisi kritis struktur
(struktur atap miring, kondisi dinding retak, atap bocor, kolom
retak/miring). Dilihat dari segi legalitas bangunan, dari seluruh bangunan
yang ada, hanya 5 unit rumah yang memiliki Ijin Mendirikan Bangunan.

21 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

Kondisi sanitasi lingkungan di wilayah RT 1 secara umum dalam


kondisi yang baik, 62 unit rumah memiliki fasilitas WC/Toilet yang
dilengkapi dengan septictank, 17 unit tidak memiliki WC/Toilet.
b. RT 2
Jumlah rumah di lingkungan RT 2 mencapai 70 unit, 63 Unit rumah
dalam kondisi permanen, 7 unit rumah dalam kondisi semi permanen.
Tingkat hunian pada 70 unit rumah yang berhasil didata, secara
keseluruhan memiliki jumlah penduduk mencapai 257 jiwa. Dengan luas
wilayah RT 2 yaitu 0,60 hektar, kepadatan penduduk di wilayah ini
mencapai 428 jiwa /hektar. Kepadatan bangunan diwilayah RT 2
mencapai 117 unit/hektar. Dilihat dari besaran sistem kavling yang
berkembang di wilayah RT 2, Rata-rata hunian rumah memiliki luas 48 m2.
luas kavling hunian yang berkembang menunjukan angka yang tidak ideal,
64 unit rumah yang terdata memiliki luas kurang dari 80 m2.
Jika dilihat dari keamanan konstruksinya, dari 70 unit bangunan
yang teridentifikasi, terdapat 5 unit bangunan dalam kondisi kritis struktur
(struktur atap miring, kondisi dinding retak, atap bocor, kolom retak/miring)
. Dilihat dari segi legalitas bangunan, i seluruh bangunan yang ada tidak
memiliki Ijin Mendirikan Bangunan.
Kondisi sanitasi lingkungan di wilayah RT 2 secara umum dalam
kondisi yang baik, 64 unit rumah memiliki fasilitas WC/Toilet yang
dilengkapi dengan septictank, 5 unit rumah memiliki WC/Toilet yang
dialirkan secara langsung ke badan sungai/saluran kota, 1 unit tidak
memiliki WC/Toilet.
c. RT 3
Jumlah rumah di lingkungan RT 3 mencapai 72 unit, 51 Unit rumah
dalam kondisi permanen, 20 unit rumah dalam kondisi semi permanen dan
1 unit rumah dengan kondisi non permanen. Tingkat hunian pada 72 unit
rumah yang berhasil didata, secara keseluruhan memiliki jumlah
penduduk mencapai 259 jiwa. Dengan luas wilayah RT 3 yaitu 0,74 hektar,
kepadatan penduduk di wilayah ini mencapai 350 jiwa /hektar. Kepadatan
bangunan diwilayah RT 3 mencapai 97 unit/hektar. Dilihat dari besaran

22 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

sistem kavling yang berkembang di wilayah RT 3, Rata-rata hunian rumah


memiliki luas 38 m2. luas kavling hunian yang berkembang menunjukan
angka yang tidak ideal, 66 unit rumah yang terdata memiliki luas kurang
dari 80 m2.
Jika dilihat dari keamanan konstruksinya, dari 72 unit bangunan
yang teridentifikasi, terdapat 27 unit bangunan dalam kondisi kritis struktur
(struktur atap miring, kondisi dinding retak, atap bocor, kolom retak/miring)
. Dilihat dari segi legalitas bangunan, hanya terdapat 15 bangunan yang
memiliki Ijin Mendirikan Bangunan.
Kondisi sanitasi lingkungan di wilayah RT 3 secara umum dalam
kondisi yang baik, 33 unit rumah memiliki fasilitas WC/Toilet yang
dilengkapi dengan septictank, 26 unit rumah memiliki WC/Toilet yang
dialirkan secara langsung ke badan sungai/saluran kota, 13 unit tidak
memiliki WC/Toilet.
d. RT 4
Jumlah rumah di lingkungan RT 4 mencapai 77 unit, 47 Unit rumah
dalam kondisi permanen, 24 unit rumah dalam kondisi semi permanen dan
6 unit rumah dengan kondisi non permanen. Tingkat hunian pada 77 unit
rumah yang berhasil didata, secara keseluruhan memiliki jumlah
penduduk mencapai 275 jiwa. Dengan luas wilayah RT 4 yaitu 0,42 hektar,
kepadatan penduduk di wilayah ini mencapai 655 jiwa /hektar. Kepadatan
bangunan diwilayah RT 4 mencapai 183 unit/hektar. Dilihat dari besaran
sistem kavling yang berkembang di wilayah RT 4, Rata-rata hunian rumah
memiliki luas 24 m2. luas kavling hunian yang berkembang menunjukan
angka yang tidak ideal, 63 unit rumah yang terdata memiliki luas kurang
dari 80 m2.
Jika dilihat dari keamanan konstruksinya, dari 77 unit bangunan
yang teridentifikasi, terdapat 36 unit bangunan dalam kondisi kritis struktur
(struktur atap miring, kondisi dinding retak, atap bocor, kolom retak/miring)
. Dilihat dari segi legalitas bangunan, hanya terdapat 12 bangunan yang
memiliki Ijin Mendirikan Bangunan.

23 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

Kondisi sanitasi lingkungan di wilayah RT 4 secara umum dalam


kondisi yang baik, 55 unit rumah memiliki fasilitas WC/Toilet yang
terkoneksi dengan jaringan sanimas, 6 unit rumah memiliki fasilitas
WC/Toilet yang dilengkapi dengan septictank, dan 16 unit rumah tidak
memiliki WC/Toilet.
Tabel III. 2 Perbandingan Kondisi Fisik Lingkungan RT di Wilayah RW 03
RW 03
NO
PARAMETER SATUAN RT 01 RT 02 RT 03 RT 04
1 PENDUDUK JIWA 340 257 259 275
2 JUMLAH RUMAH UNIT 79 70 72 77
3 LUAS UL HEKTAR 2.26 0.6 0.74 0.42
4 KEPADATAN BANGUNAN UNIT/HEKTAR 35 117 97 183
5 KEPADATAN PENDUDUK JIWA/HEKTAR 150 428 350 655
6 KEPADATAN HUNIAN JIWA/UNIT 4 4 4 4
KAVLING DIBAWAH
7
STANDAR UNIT 15 64 66 63
8 RATA-RATA LUAS KAVLING M2 59 48 38 24
9 RUMAH RAWAN AMBRUK UNIT 28 5 27 36
10 LEGALITAS IMB UNIT 5 0 15 12
11 SANITAIR UNIT
Memiliki WC dengan Tangki
62 64 33 6
Septic UNIT
Dialirkan ke badan Saluran 0 3 26 55
Tidak Memiliki WC 17 1 13 16

3. KAMPUNG SENG RW 06
Wilayah RW 06 yang ditetapkan sebagai kawasan permukiman kumuh
Kota Blitar berada dalam lingkup RT 2, dan RT 3.
a. RT 2
Jumlah rumah di lingkungan RT 2 mencapai 81 unit, 32 Unit rumah
dalam kondisi permanen, 34 unit rumah dalam kondisi semi permanen dan
2 unit rumah dengan kondisi non permanen. Tingkat hunian pada 77 unit
rumah yang berhasil didata, secara keseluruhan memiliki jumlah

24 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

penduduk mencapai 337 jiwa. Dengan luas wilayah RT 2 yaitu 0,89 hektar,
kepadatan penduduk di wilayah ini mencapai 379 jiwa /hektar. Kepadatan
bangunan diwilayah RT 2 mencapai 91 unit/hektar. Dilihat dari besaran
sistem kavling yang berkembang di wilayah RT 2, Rata-rata hunian rumah
memiliki luas 64 m2. luas kavling hunian yang berkembang menunjukan
angka yang tidak ideal, 60 unit rumah yang terdata memiliki luas kurang
dari 80 m2.
Jika dilihat dari keamanan konstruksinya, dari 81 unit bangunan
yang teridentifikasi, terdapat 42 unit bangunan dalam kondisi kritis struktur
(struktur atap miring, kondisi dinding retak, atap bocor, kolom retak/miring)
. Dilihat dari segi legalitas bangunan, hanya terdapat 19 bangunan yang
memiliki Ijin Mendirikan Bangunan.
Kondisi sanitasi lingkungan di wilayah RT 2 secara umum dalam
kondisi yang baik, 67 unit rumah memiliki fasilitas WC/Toilet yang
dilengkapi dengan septictank, 2 unit rumah memiliki fasilitas WC/Toilet
yang dialirkan langsung ke badan sungai/saluran kota dan 12 unit rumah
tidak memiliki WC/Toilet.

b. RT 3
Jumlah rumah di lingkungan RT 3 mencapai 41 unit, 40 Unit rumah
dalam kondisi permanen, 1 unit rumah dalam kondisi semi permanen.
Tingkat hunian pada 41 unit rumah yang berhasil didata, secara
keseluruhan memiliki jumlah penduduk mencapai 188 jiwa. Dengan luas
wilayah RT 3 yaitu 1,13 hektar, kepadatan penduduk di wilayah ini
mencapai 166 jiwa /hektar. Kepadatan bangunan diwilayah RT 3
mencapai 36 unit/hektar. Dilihat dari besaran sistem kavling yang
berkembang di wilayah RT 3, Rata-rata hunian rumah memiliki luas 44 m2.
luas kavling hunian yang berkembang menunjukan angka yang tidak ideal,
38 unit rumah yang terdata memiliki luas kurang dari 80 m2.
Jika dilihat dari keamanan konstruksinya, dari 41 unit bangunan
yang teridentifikasi, terdapat 15 unit bangunan dalam kondisi kritis struktur
(struktur atap miring, kondisi dinding retak, atap bocor, kolom retak/miring)

25 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

. Dilihat dari segi legalitas bangunan, hanya terdapat 1unit bangunan yang
memiliki Ijin Mendirikan Bangunan.
Kondisi sanitasi lingkungan di wilayah RT 3 secara umum dalam
kondisi yang baik, 32 unit rumah memiliki fasilitas WC/Toilet dilengkapi
dengan septictank, dan 1 unit rumah memiliki WC/Toilet yang dialirkan
secara langsung ke badan sungai/saluran kota dan 8 unit bangunan tidak
memiliki WC/Toilet.
Tabel III. 3 Perbandingan Kondisi Fisik Lingkungan RT di Wilayah RW 06
RW 06
NO PARAMETER SATUAN
RT 02 RT 03
1 PENDUDUK JIWA 337 188
2 JUMLAH RUMAH UNIT 81 41
3 LUAS UL HEKTAR 0.89 1.13
4 KEPADATAN BANGUNAN UNIT/HEKTAR 91 36
JIWA/HEKTA
5
KEPADATAN PENDUDUK R 379 166
6 KEPADATAN HUNIAN JIWA/UNIT 4 5
KAVLING DIBAWAH
7
STANDAR UNIT 60 38
8 RATA-RATA LUAS KAVLING M2/UNIT 64 44
9 RUMAH RAWAN AMBRUK UNIT 42 15
10 LEGALITAS IMB UNIT 19 1
11 SANITAIR UNIT
Memiliki WC dengan Tangki
Septic 67 32
UNIT
Dialirkan ke badan Saluran 2 1
Tidak Memiliki WC 12 8

26 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

3.1.2 KAWASAN PERMUKIMAN BUNGUR


Kawasan permukiman Krantil –Kampung Seng secara fisiografis
memiliki karakteristik lokasi sebagai Kawasan permukiman kumuh didaerah
sekitar pusat kegiatan ekonomi (Pasar Legi, pertokoan dan perkantoran)
Orientasi lokasi permukiman Kampung Bungur secara spesifik dapat
dilihat pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Orientasi Lokasi Permukiman Kampung Bungur

Secara administratif, kawasan permukiman Kampung Bungur masuk


dalam bagian wilayah RW X dengan luas keseluruhan mencapai 6,06 hektar.
Batas wilayah administrasi lingkungan di kawasan permukiman Kampung
Bungur secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 3.6

27 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

Gambar 3.6 Batas Administrasi Lingkungan di Kawasan Permukiman


Kampung Bungur

1. KAMPUNG Bungur RW 10
Wilayah RW 10 yang ditetapkan sebagai kawasan permukiman kumuh
Kota Blitar berada dalam lingkup RT 1, RT 2 dan RT 3. Situasi dan kondisi
lingkungan di wilayah RW 10 secara spesifik seperti terlihat pada Gambar 3.7

Gambar 3.7 Situasi dan Kondisi Kawasan Permukiman Kampung Bungur –


RW 10

Berdasarkan hasil pendataan dan identifikasi di lapangan, kondisi bangunan


dan lingkungan di masing-masing wilayah diuraikan sebagai berikut

28 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

a. RT 1
Jumlah rumah di lingkungan RT 1 mencapai 52 unit, 50 Unit rumah
dalam kondisi permanen, 1 unit rumah dalam kondisi semi permanen .
Tingkat hunian pada 52 unit rumah yang berhasil didata, secara
keseluruhan memiliki jumlah penduduk mencapai 156 jiwa. Dengan luas
wilayah RT 1 yaitu 2.93 hektar, kepadatan penduduk di wilayah ini
mencapai 53 jiwa /hektar.
Dengan jumlah unit rumah mencapai 52 unit, Kepadatan bangunan
diwilayah RT 1 mencapai 18 unit/hektar. Dilihat dari besaran sistem
kavling yang berkembang di wilayah RT 1, Rata-rata memiliki luas 112 m2.
Meski rata-rata luas kavling menunjukan angka yang ideal, masih dijumpai
25 unit rumah yang memiliki luas kurang dari 80 m2.
Jika dilihat dari keamanan konstruksinya, dari 52 unit bangunan
yang teridentifikasi, terdapat 4 unit bangunan dalam kondisi kritis struktur
(struktur atap miring, kondisi dinding retak, atap bocor, kolom retak/miring)
. dari seluruh bangunan yang ada, hanya 32 unit rumah yang memiliki Ijin
Mendirikan Bangunan.
Kondisi sanitasi lingkungan di wilayah RT 1 secara umum dalam
kondisi yang baik, 50 unit rumah memiliki fasilitas WC/Toilet yang
terkoneksi dengan jaringan Sanitasi Masyarakat, 2 unit rumah memiliki
fasilitas WC/Toilet yang dialirkan secara langsung ke badan
sungai/saluran kota.

b. RT 2
Jumlah rumah di lingkungan RT 2 mencapai 54 unit, 49 Unit rumah
dalam kondisi permanen, 5unit rumah dalam kondisi semi permanen.
Tingkat hunian pada 54 unit rumah yang berhasil didata, secara
keseluruhan memiliki jumlah penduduk mencapai 168 jiwa. Dengan luas
wilayah RT 2 yaitu 1,26 hektar, kepadatan penduduk di wilayah ini
mencapai 133 jiwa /hektar.
Dengan jumlah unit rumah mencapai 54 unit, Kepadatan bangunan
diwilayah RT 2 mencapai 43 unit/hektar. Dilihat dari besaran sistem

29 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

kavling yang berkembang di wilayah RT 2, Rata-rata memiliki luas 81m2.


Meski rata-rata luas kavling menunjukan angka yang ideal, 32 unit rumah
yang terdata memiliki luas kurang dari 80 m2.
Jika dilihat dari keamanan konstruksinya, dari 54 unit bangunan
yang teridentifikasi, terdapat 2 unit bangunan dalam kondisi kritis struktur
(struktur atap miring, kondisi dinding retak, atap bocor, kolom retak/miring)
. dari seluruh bangunan yang ada, hanya 16 unit rumah yang memiliki Ijin
Mendirikan Bangunan.
Kondisi sanitasi lingkungan di wilayah RT 2 secara umum dalam
kondisi yang baik, seluruh unit rumah memiliki fasilitas WC/Toilet yang
terkoneksi dengan jaringan Sanitasi Masyarakat.

c. RT 3
Jumlah rumah di lingkungan RT 3 mencapai 32 unit, seluruh Unit
rumah dalam kondisi permanen. Tingkat hunian pada 32 unit rumah yang
berhasil didata, secara keseluruhan memiliki jumlah penduduk mencapai
115 jiwa. Dengan luas wilayah RT 3 yaitu 1,86 hektar, kepadatan
penduduk di wilayah ini mencapai 62 jiwa /hektar.
Dengan jumlah unit rumah mencapai 32 unit, Kepadatan bangunan
diwilayah RT 3 mencapai 17 unit/hektar. Dilihat dari besaran sistem
kavling yang berkembang di wilayah RT 3, Rata-rata memiliki luas 62 m2.
Rata-rata luas kavling menunjukan angka yang tidak ideal, masih dijumpai
24 unit rumah yang memiliki luas kurang dari 80 m2.
Jika dilihat dari keamanan konstruksinya, dari 32 unit bangunan
yang teridentifikasi, terdapat 2 unit bangunan dalam kondisi kritis struktur
(struktur atap miring, kondisi dinding retak, atap bocor, kolom retak/miring)
. dari seluruh bangunan yang ada, hanya 3 unit rumah yang memiliki Ijin
Mendirikan Bangunan.
Kondisi sanitasi lingkungan di wilayah RT 3 secara umum dalam
kondisi yang baik, 30 unit rumah memiliki fasilitas WC/Toilet yang
terkoneksi dengan jaringan Sanitasi Masyarakat, 2 unit rumah memiliki

30 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

fasilitas WC/Toilet yang tidak dilengkapi dengan septictank, dialirkan


secara langsung ke badan sungai/saluran kota

Tabel III.4 Perbandingan Kondisi Fisik Lingkungan RT di Wilayah RW 06


RW 10
NO PARAMETER SATUAN
RT 01 RT 02 RT 03
1 PENDUDUK JIWA 156 168 115
2 JUMLAH RUMAH UNIT 52 54 32
3 LUAS UL HEKTAR 2.93 1.26 1.86
4 KEPADATAN BANGUNAN UNIT/HEKTAR 18 43 17
5 KEPADATAN PENDUDUK JIWA/HEKTAR 53 133 62
TINGKAT KEPADATAN
6
HUNIAN M2/JIWA 3 3 4
KAVLING DIBAWAH
7
STANDAR UNIT 25 32 24
8 RATA-RATA LUAS KAVLING M2/UNIT 112 81 62
9 RUMAH RAWAN AMBRUK UNIT 4 2 2
10 LEGALITAS IMB UNIT 32 16 3
11 SANITAIR UNIT
Memiliki WC dengan Tangki
Septic 50 54 30
UNIT
Dialirkan ke badan Saluran 2 0 2
Tidak Memiliki WC 0 0 0

3.2 Analisa Tipologi Penanganan Kawasan Kumuh


Analisis tipologi penanganan kawasan kumuh dilakukan untuk
mengetahui tingkat kekumuhan kawasan yang dihitung berdasarkan
parameter fisik dan non fisik. Masing-masing factor yang telah diberikan nilai
dan bobot selanjutnya akan dikroscek dengan kondisi kawasan. Perhitungan
tingkat kekumuhan di kawasan Permukiman Krantil-Kampung Seng dan
Kampung Bungur secara spesifik dapat dilihat pada Tabel III.5 dan tabel III.6

31 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

Berdasarkan tabel III.5 Diketahui bahwa tingkat kekumuhan kawasan


di wilayah kampong seng masuk dalam kategori Kumuh Ringan dan Kumuh
Sedang. Sedangkan pada wilayah Kampong Bungur, tingkat kekumuhan
kawasan secara keseluruhan masuk dalam kategori kumuh ringan.
Prioritas penanganan kawasan kumuh di wilayah Kampung Seng dan
Kampong Bungur secara umum masuk dalam kategori prioritas tinggi dan
sedang. Perhitungan matriks prioritas penanganan di kawasan kumuh
Kampung Krantil dan Kampung Seng secara spesifik dapat dilihat pada tabel
III.6 dan Tabel III.7

32 | P a g e
Tabel III.5Pembobotan Kategori Kumuh dan Prioritas Penanganan di Kawasan Krantil - Kampung Seng
N RW 02 RW 03 RW 06
Parameter Bobot Kriteria NILAI
o RT 3 RT 4 RT 5 RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 2 RT 3

A FISIK 75%

1 Keteraturan 10% >65% bangunan tidak memiliki keteraturan 5 0.50 0.50 0.50 0.50
bangunan
35-65% bangunan tidak memiliki keteraturan 3 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30

<35% bangunan tidak memiliki keteraturan 1

2 Kepadatan 10% Kota Kecil/ Kepadatan bangunan >100 5 0.50 0.50


bangunan Sedang unit/Ha

Kepadatan bangunan 80-100 3 0.30 0.30 0.30 0.30 0.50


unit/Ha

Kepadatan bangunan <80 unit/Ha 1 0.10 0.10

3 Kondisi 10% >60% bangunan temporer 5


fisik
bangunan >60% bangunan semi permanen 3

>60% bangunan permanen 1 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10

4 Jalan 4% Kondisi >60% kondisi permukaan jalan 5


lingkungan permukaan buruk/rusak
jalan
30-60% kondisi permukaan jalan 3
buruk/rusak

<30% kondisi permukaan jalan 1 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04
buruk/rusak

3% >60% jalan tidak dilengkapi 5


saluran
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

N RW 02 RW 03 RW 06
Parameter Bobot Kriteria NILAI
o RT 3 RT 4 RT 5 RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 2 RT 3

30-60% jalan tidak dilengkapi 3


Kelengkap saluran
an saluran
di jalan <30% jalan tidak dilengkapi 1 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
saluran

5 Saluran air 4% Fungsi >60% saluran tidak berfungsi 5


hujan saluran dengan baik
(drainase
lingkungan) 30-60% saluran tidak berfungsi 3
dengan baik

<30% saluran tidak berfungsi 1 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04
dengan baik

3% konstruksi <30% konstruksi saluran 5


saluran semen/beton

30-60% konstruksi saluran 3


semen/beton

>60% konstruksi saluran 1 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
semen/beton

3% Lingkup <30% kawasan terlayani saluran 5


pelayanan air hujan (drainase)
saluran air
hujan 30-60% kawasan terlayani 3 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09
(drainase) saluran air hujan (drainase)

>60% kawasan terlayani saluran 1


air hujan (drainase)

4% Kawasan >60% kawasan tergenang/banjir 5


yang pada musim hujan

34 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

N RW 02 RW 03 RW 06
Parameter Bobot Kriteria NILAI
o RT 3 RT 4 RT 5 RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 2 RT 3

tergenang/ 30-60% kawasan 3


banjir tergenang/banjir pada musim
hujan

<30% kawasan tergenang/banjir 1 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04
pada musim hujan

6 Pembuanga 4% Kepemilika <20% rumah memiliki jamban 5


n air limbah n jamban keluarga dan septic-tank
keluarga
dan septic- 25-50% rumah memiliki jamban 3
tank keluarga dan septic-tank

>50% rumah memiliki jamban 1 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04
keluarga dan septic-tank

3% Lingkup <20% kawasan terlayani saluran 5


pelayanan pembuangan air kotor/limbah
saluran rumah tangga
pembuang
an air 25-50% kawasan terlayani 3 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09
kotor/limba saluran pembuangan air kotor/
h rumah limbah rumah tangga
tangga
>50% kawasan terlayani saluran 1
pembuangan air kotor/ limbah
rumah tangga

7 Penyediaan 4% Lingkup <30% kawasan terlayani jaringan 5


air bersih pelayanan perpipaan air minum
dan air jaringan
minum perpipaan 30-60% kawasan terlayani 3 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12
air minum jaringan perpipaan air minum

>60% kawasan terlayani jaringan 1


perpipaan air minum

35 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

N RW 02 RW 03 RW 06
Parameter Bobot Kriteria NILAI
o RT 3 RT 4 RT 5 RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 2 RT 3

3% Sumber air >60% rumah tangga memperoleh 5


bersih air bersih dari sumur/sungai

30-60% rumah tangga 3 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09
memperoleh air bersih dari
sumur/sungai

<30% rumah tangga memperoleh 1


air bersih dari sumur/sungai

8 Pengelolaa 5% <30% kawasan terlayani oleh sistem 5 0.250


n pengelolaan persampahan kota
persampah
an 30-60% kawasan terlayani oleh sistem 3
pengelolaan persampahan kota

>60% kawasan terlayani oleh sistem 1 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
pengelolaan persampahan kota

9 Pengamana 5% Tidak tersedia hidrant pemadam kebakaran 5 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
n bahaya
kebakaran Tersedia hidrant pemadam kebakaran di sekitar 3
kawasan

Tersedia hidrant pemadam kebakaran 1

B NON FISIK 25%

1 Legalitas 5% >60% bangunan tidak memiliki IMB 5 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
pendirian
bangunan <60% bangunan dilengkapi dengan IMB 3

Bangunan Liar 1

2 Kepadatan 10% Kota Kecil/ Kepadatan penduduk rata-rata 5 0.25


penduduk Sedang >500 jiwa/Ha

36 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

N RW 02 RW 03 RW 06
Parameter Bobot Kriteria NILAI
o RT 3 RT 4 RT 5 RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 2 RT 3

Kepadatan penduduk rata-rata 3 0.15


400-500 jiwa/Ha

Kepadatan penduduk rata-rata 1 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
<400 jiwa/Ha

3 Mata 5% >60% bekerja di sektor informal (pedagang kaki 5 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
pencarian lima, pedagang asongan, pemulung, penarik
penduduk becak, pengamen, pedagang pasar, buruh,
nelayan, buruh tani dan lainnya)

>30-60% bekerja di sektor informal 3

<30% bekerja di sektor informal 1

4 Penghasila 5% <30% penghasilan keluarga di atas UMR 5 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
n rata-rata Provinsi
keluarga
30-60% penghasilan keluarga di atas UMR 3
Provinsi

>60% penghasilan keluarga di atas UMR 1


Provinsi

JUMLAH 100% 2.41 2.41 2.41 2.41 2.91 2.61 3.21 2.61 2.21

KATEGORI Sedang Sedan Sedan Sedan Sedan Sedan Sedan Sedan Ringan
KUMUH g g g g g g g

1 Kesesuaian dengan Berada pada rencana peruntukan kawasan 1.2


Rencana Tata perumahan atau zona perumahan
Ruang
Berada pada rencana peruntukan kawasan atau 1.1 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2
zona budi daya lainnya

37 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

N RW 02 RW 03 RW 06
Parameter Bobot Kriteria NILAI
o RT 3 RT 4 RT 5 RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 2 RT 3

Berada pada rencana peruntukan kawasan atau 0


zona lindung

2 Status lahan Tanah negara 1.2

Tanah milik masyarakat 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1

Tanah milik swasta/ tanah adat/tanah 0


sengketa/dll

3 Nilai strategis lokasi Berada di kawasan permukiman atau zona 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2
perumahan di kawasan pusat kota

Berada pada rencana kawasan perumahan 1.1


pengembangan baru

Berada pada rencana peruntukan kawasan 1


perumahan atau zona perumahan di kawasan
pinggiran kota

4 Kegiatan ekonomi Tidak ada 1.2


dalam
lokasi/kawasan Perdagangan eceran (pasar, toko, warung, 1.1
rumah makan, dll) dan/atau industri rumah-
tangga dan/atau jasa (bengkel, salon, foto copy,
dll) 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1

Perdagangan besar, industri ringan/ 1


menengah/berat, pelabuhan, perkantoran
swasta, dll

5 Respon umum Antusias 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2
masyarakat
setempat terhadap Biasa saja 1.1
upaya perbaikan
Tidak peduli 1

38 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

N RW 02 RW 03 RW 06
Parameter Bobot Kriteria NILAI
o RT 3 RT 4 RT 5 RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 2 RT 3

lingkungan
permukiman

6 Harapan masyarakat Ditingkatkan kualitas permukimannya 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2
setempat terhadap
perbaikan Dipindahkan ke lokasi yang lebih baik 1.1
lingkungan
permukiman Tidak ada 1

7 Keberadaan dan Ada (RT, RW, LKM, LSM, Kelompok kegiatan 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2
aktifitas pertanian, keagamaan, olahraga, belajar, seni,
sistem/kelompok kepemudaan, dll.)
pengelola
lingkungan Ada, tetapi tidak aktif 1.1

Tidak ada 1

8 Komitmen Tinggi 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2
Pemerintah Kota
terhadap Rendah 1.1
penanganan
permukiman kumuh Tidak ada 1

9.4 9.4 9.4 9.4 9.4 9.4 9.4 9.4 9.4

Sumber : Hasil Analisis

39 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

Tabel III.6 Pembobotan Kategori Kumuh dan Prioritas Penanganan di Kawasan Kampung Bungur
RW 10
No Parameter Bobot Kriteria NILAI
RT 3 RT 4 RT 5

A FISIK 75%

1 Keteraturan 10% >65% bangunan tidak memiliki keteraturan 5


bangunan
35-65% bangunan tidak memiliki keteraturan 3 0.30 0.30 0.30

<35% bangunan tidak memiliki keteraturan 1

2 Kepadatan 10% Kota Kecil/ Sedang Kepadatan bangunan >100 unit/Ha 5


bangunan
Kepadatan bangunan 80-100 unit/Ha 3

Kepadatan bangunan <80 unit/Ha 1 0.10 0.10 0.10

3 Kondisi fisik 10% >60% bangunan temporer 5


bangunan
>60% bangunan semi permanen 3

>60% bangunan permanen 1 0.10 0.10 0.10

4 Jalan 4% Kondisi permukaan >60% kondisi permukaan jalan buruk/rusak 5


lingkungan jalan
30-60% kondisi permukaan jalan buruk/rusak 3

<30% kondisi permukaan jalan buruk/rusak 1 0.04 0.04 0.04

3% Kelengkapan saluran di >60% jalan tidak dilengkapi saluran 5


jalan
30-60% jalan tidak dilengkapi saluran 3

<30% jalan tidak dilengkapi saluran 1 0.03 0.03 0.03

5 4% Fungsi saluran >60% saluran tidak berfungsi dengan baik 5

30-60% saluran tidak berfungsi dengan baik 3

40 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

RW 10
No Parameter Bobot Kriteria NILAI
RT 3 RT 4 RT 5

<30% saluran tidak berfungsi dengan baik 1 0.04 0.04 0.04

3% konstruksi saluran <30% konstruksi saluran semen/beton 5

30-60% konstruksi saluran semen/beton 3

>60% konstruksi saluran semen/beton 1 0.03 0.03 0.03

3% Lingkup pelayanan <30% kawasan terlayani saluran air hujan (drainase) 5


saluran air hujan
Saluran air (drainase) 30-60% kawasan terlayani saluran air hujan (drainase) 3 0.09 0.09 0.09
hujan (drainase
lingkungan)
>60% kawasan terlayani saluran air hujan (drainase) 1

4% Kawasan yang >60% kawasan tergenang/banjir pada musim hujan 5


tergenang/banjir

30-60% kawasan tergenang/banjir pada musim hujan 3

<30% kawasan tergenang/banjir pada musim hujan 1 0.04 0.04 0.04

6 Pembuangan 4% Kepemilikan jamban <20% rumah memiliki jamban keluarga dan septic-tank 5
air limbah keluarga dan septic-
tank 25-50% rumah memiliki jamban keluarga dan septic-tank 3

>50% rumah memiliki jamban keluarga dan septic-tank 1 0.04 0.04 0.04

3% Lingkup pelayanan <20% kawasan terlayani saluran pembuangan air kotor/limbah 5


saluran pembuangan rumah tangga
air kotor/limbah rumah
tangga 25-50% kawasan terlayani saluran pembuangan air kotor/ 3 0.09 0.09 0.09
limbah rumah tangga

41 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

RW 10
No Parameter Bobot Kriteria NILAI
RT 3 RT 4 RT 5

>50% kawasan terlayani saluran pembuangan air kotor/ limbah 1


rumah tangga

7 Penyediaan air 4% Lingkup pelayanan <30% kawasan terlayani jaringan perpipaan air minum 5
bersih dan air jaringan perpipaan air
minum minum 30-60% kawasan terlayani jaringan perpipaan air minum 3 0.12 0.12 0.12

>60% kawasan terlayani jaringan perpipaan air minum 1

3% Sumber air bersih >60% rumah tangga memperoleh air bersih dari sumur/sungai 5

30-60% rumah tangga memperoleh air bersih dari sumur/sungai 3 0.09 0.09 0.09

<30% rumah tangga memperoleh air bersih dari sumur/sungai 1

8 Pengelolaan 5% <30% kawasan terlayani oleh sistem pengelolaan persampahan kota 5


persampahan
30-60% kawasan terlayani oleh sistem pengelolaan persampahan kota 3

>60% kawasan terlayani oleh sistem pengelolaan persampahan kota 1 0.05 0.05 0.05

9 Pengamanan 5% Tidak tersedia hidrant pemadam kebakaran 5 0.25 0.25 0.25


bahaya
kebakaran Tersedia hidrant pemadam kebakaran di sekitar kawasan 3

Tersedia hidrant pemadam kebakaran 1

B NON FISIK 25%

1 Legalitas 5% >60% bangunan tidak memiliki IMB 5 0.25 0.25 0.25


pendirian
bangunan <60% bangunan dilengkapi dengan IMB 3

Bangunan Liar 1

42 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

RW 10
No Parameter Bobot Kriteria NILAI
RT 3 RT 4 RT 5

2 Kepadatan 10% Kota Kecil/ Sedang Kepadatan penduduk rata-rata >500 jiwa/Ha 5
penduduk
Kepadatan penduduk rata-rata 400-500 jiwa/Ha 3

Kepadatan penduduk rata-rata <400 jiwa/Ha 1 0.05 0.05 0.05

3 Mata pencarian 5% >60% bekerja di sektor informal (pedagang kaki lima, pedagang asongan, pemulung, 5 0.25 0.25 0.25
penduduk penarik becak, pengamen, pedagang pasar, buruh, nelayan, buruh tani dan lainnya)

>30-60% bekerja di sektor informal 3

<30% bekerja di sektor informal 1

4 Penghasilan 5% <30% penghasilan keluarga di atas UMR Provinsi 5 0.25 0.25 0.25
rata-rata
keluarga 30-60% penghasilan keluarga di atas UMR Provinsi 3

>60% penghasilan keluarga di atas UMR Provinsi 1

JUMLAH 100% 2.21 2.21 2.21

KATEGORI KUMUH Ringan Ringan Ringan

1 Kesesuaian dengan Berada pada rencana peruntukan kawasan perumahan atau zona perumahan 1.2
Rencana Tata Ruang
Berada pada rencana peruntukan kawasan atau zona budi daya lainnya 1.1 1.2 1.2 1.2

Berada pada rencana peruntukan kawasan atau zona lindung 0

2 Status lahan Tanah negara 1.2

Tanah milik masyarakat 1.1 1.1 1.1 1.1

Tanah milik swasta/ tanah adat/tanah sengketa/dll 0

43 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

RW 10
No Parameter Bobot Kriteria NILAI
RT 3 RT 4 RT 5

3 Nilai strategis lokasi Berada di kawasan permukiman atau zona perumahan di kawasan pusat kota 1.2 1.2 1.2 1.2

Berada pada rencana kawasan perumahan pengembangan baru 1.1

Berada pada rencana peruntukan kawasan perumahan atau zona perumahan di kawasan 1
pinggiran kota

4 Kegiatan ekonomi Tidak ada 1.2


dalam lokasi/kawasan
Perdagangan eceran (pasar, toko, warung, rumah makan, dll) dan/atau industri rumah- 1.1
tangga dan/atau jasa (bengkel, salon, foto copy, dll) 1.1 1.1 1.1

Perdagangan besar, industri ringan/ menengah/berat, pelabuhan, perkantoran swasta, dll 1

5 Respon umum Antusias 1.2 1.2 1.2 1.2


masyarakat setempat
terhadap upaya Biasa saja 1.1
perbaikan lingkungan
permukiman Tidak peduli 1

6 Harapan masyarakat Ditingkatkan kualitas permukimannya 1.2 1.2 1.2 1.2


setempat terhadap
perbaikan lingkungan Dipindahkan ke lokasi yang lebih baik 1.1
permukiman
Tidak ada 1

7 Keberadaan dan Ada (RT, RW, LKM, LSM, Kelompok kegiatan pertanian, keagamaan, olahraga, belajar, 1.2 1.2 1.2 1.2
aktifitas seni, kepemudaan, dll.)
sistem/kelompok
pengelola lingkungan Ada, tetapi tidak aktif 1.1

Tidak ada 1

8 Komitmen Pemerintah Tinggi 1.2 1.2 1.2 1.2


Kota terhadap
Rendah 1.1

44 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

RW 10
No Parameter Bobot Kriteria NILAI
RT 3 RT 4 RT 5

penanganan Tidak ada 1


permukiman kumuh

9.4 9.4 9.4

Sumber : Hasil Analisis

Tabel III.7 Prioritas Penanganan Kawasan Kumuh di Kampung Seng


KRITERIA BOBOT RW 02 RW 03 RW 06
NO PARAMETER NILAI
INDIKATOR (%) RT 3 RT 4 RT 5 RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 2 RT 3

1 Tingkat kekumuhan 30% Tingkat permukiman kumuh berat 5


permukiman
Tingkat permukiman kumuh 3 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45
sedang

Tingkat permukiman kumuh ringan 1 0.15

2 Komitmen Pemerintah 20% Tinggi 5 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Kota terhadap
penanganan Rendah 3
permukiman kumuh
Tidak ada 1

3 Respon umum 15% Antusias 5 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75
masyarakat setempat
terhadap upaya Biasa saja 3
perbaikan lingkungan
permukiman Tidak peduli 1

4 Harapan masyarakat 15% Ditingkatkan kualitas 5 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75
setempat terhadap permukimannya

45 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

perbaikan lingkungan Dipindahkan ke lokasi yang lebih 3


permukiman baik

Tidak ada 1

5 Keberadaan dan 20% Ada (RT, RW, LKM, LSM, 5 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
aktifitas Kelompok kegiatan pertanian,
sistem/kelompok keagamaan, olahraga, belajar,
pengelola lingkungan seni, kepemudaan, dll.)

Ada, tetapi tidak aktif 3

Tidak ada 1

Jumlah 100% 3.95 3.95 3.95 3.95 3.95 3.95 3.95 3.95 3.65

PRIORITAS PENANGANAN TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI SEDANG

Sumber : Hasil Analisis

Tabel III.8 Prioritas Penanganan Kawasan Kumuh di Kampung Bungur


KRITERIA BOBOT RW 10
NO PARAMETER NILAI
INDIKATOR (%) RT 01 RT 02 RT 03

1 Tingkat kekumuhan 30% Tingkat permukiman kumuh berat 5


permukiman
Tingkat permukiman kumuh sedang 3

Tingkat permukiman kumuh ringan 1 0.15 0.15 0.15

2 Komitmen Pemerintah Kota 20% Tinggi 5 1.00 1.00 1.00


terhadap penanganan
permukiman kumuh Rendah 3

Tidak ada 1

46 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

3 Respon umum masyarakat 15% Antusias 5


setempat terhadap upaya
perbaikan lingkungan Biasa saja 3 0.45 0.45 0.45
permukiman
Tidak peduli 1

4 Harapan masyarakat 15% Ditingkatkan kualitas permukimannya 5


setempat terhadap perbaikan
lingkungan permukiman Dipindahkan ke lokasi yang lebih baik 3

Tidak ada 1 0.15 0.15 0.15

5 Keberadaan dan aktifitas 20% Ada (RT, RW, LKM, LSM, Kelompok kegiatan 5 1.00 1.00 1.00
sistem/kelompok pengelola pertanian, keagamaan, olahraga, belajar, seni,
lingkungan kepemudaan, dll.)

Ada, tetapi tidak aktif 3

Tidak ada 1

JUMLAH 100% 2.75 2.75 2.75

PRIORITAS PENANGANAN SEDANG SEDANG SEDANG

47 | P a g e
Berdasarkan analisis diatas, khusus untuk aspek fisik, terdapat
beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan, diantaranya :
1) Keteraturan bangunan
2) Kepadatan bangunan
3) Kondisi fisik bangunan
4) Kondisi jalan lingkungan
5) Drainase lingkungan
6) Pembuangan air limbah
7) Penyediaan air bersih
8) Pengelolaan sampah
9) Penanganan bahaya kebakaran.
Dari kriteria tersebut dapat diketahui penyediaan infrastruktur pada kawasan
kumuh Kota Blitar, antara lain :
1. Kawasan Permukiman Krantil-Kampung seng
Terkait keteraturan bangunan, terdapat sekitar 50% bangunan di
kawasan tersebut memiliki keteraturan bangunan. Kawasan pada
permukiman Krantil memiliki kepadatan sekitar 80 unit per hektar, itu
artinya kawasan tersebut memiliki kepadatan yang tinggi. Dalam hal
kondisi fisik bangunan, 60% bangunan yang ada di kawasan krantil
merupakan bangunan permanen. Kondisi jalan yang ada di kawasan
krantil juga tergolong baik, dimana jalan yang rusak kurang dari 30%.
Terdapat sekitar 30% drainese lingkungan yang tidak berfungsi
seagaimana mestinya. Hal ini berdampak pada kawasan yang selalu
tergenang ketika musim penghujan. Untuk kategori pembuangan air
limbah, terdapat lebih dari 50% masyarakat telah memiliki jamban. Begitu
pula pada kawasan yang telah terlayani sistem pembuangan air limbah.
Namun pada penyediaan air bersih, hanya terdapat sekitar 30%
masyarakat Krantil yang terlayani. Untuk persampahan, lebih dari 60%
masyarakat Krantil telah terlayani oleh sistem pengelolaan sampah
secara terpadu. Dan terhadap penanganan bahaya kebakaran, selurh
kawasan Krantil masih belum memiliki hydrant.
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

2. Kawasan Permukiman Kampung Bungur


Terkait keteraturan bangunan, terdapat sekitar 50% bangunan di
kawasan tersebut memiliki keteraturan bangunan. Kawasan pada
permukiman Krantil memiliki kepadatan kurang dari 80 unit per hektar,
itu artinya kawasan tersebut memiliki kepadatan sedang. Dalam hal
kondisi fisik bangunan, 60% bangunan yang ada di kawasan Kampung
Bungur merupakan bangunan permanen. Kondisi jalan yang ada di
kawasan kampung Bungur juga tergolong baik, dimana jalan yang rusak
kurang dari 30%. Terdapat sekitar 30% drainese lingkungan yang tidak
berfungsi seagaimana mestinya. Hal ini berdampak pada kawasan yang
selalu tergenang ketika musim penghujan. Untuk kategori pembuangan
air limbah, terdapat lebih dari 50% masyarakat telah memiliki jamban.
Begitu pula pada kawasan yang telah terlayani sistem pembuangan air
limbah. Pada penyediaan air bersih, terdapat sekitar 50% masyarakat
Kampung Bungur telah terlayani. Untuk persampahan, lebih dari 60%
masyarakat Krantil telah terlayani oleh sistem pengelolaan sampah
secara terpadu. Dan terhadap penanganan bahaya kebakaran, seluruh
kawasan Kampung Bugur masih belum memiliki hydrant.

49 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat ditemukan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada setiap wilayah baik kabupaten maupun kota pasti memiliki sebagian
kecil kawasan dimana kawasan tersebut merupakan kawasan kumuh.
2. Kota Blitar memiliki dua kawasan kumuh antara lain Kawasan Krantil-
Kampung Seng dan Kawasan Kampung Bungur
3. Berdasarkan tingkat kebutuhan penanganannya, Kawasan Krantil-
Kampung Seng merupakan kawasan yang memerlukan penanganan
pada kategori tinggi sedangkan pada kawasan Kampung Bungur
memerlukan penanganan pada kategori sedang
4. Kebutuhan penyediaan infrastruktur pada kawasan Krantil terutama pada
pelayanan bahaya kebakaran, penyediaan air bersih, penyediaan
pembuangan air limbah, dan drainase lingkungan
5. Kebutuhan penyediaan infrastruktur pada kawasan Kampung Bungur
terutama pada pelayanan bahaya kebakaran, penyediaan air bersih, dan
drainase lingkungan

4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan tersebut, saran yang dapat
digunakan untuk penangan kawasan kumuh Kota Blitar antara lain:
1. Kawasan kumuh Kota Blitar memerlukan penanganan yang lebih,
terutama dalam penyediaan infrastruktur permukiman. Untuk itu
Pemerintah Kota Blitar harus lebih proaktif dalam mengatasi masalah
permukiman tersebut.
2. Dalam menangani masalah permukiman kumuh, selain faktor fisik,
terdapat faktor-faktor lain yang berpengaruh, diantaranya faktor non fisik,
seperti : legalitas bangunan, kepadatan penduduk, penghasilan
penduduk, serta mata pencaharian penduduk, dan juga faktor jenis

50 | P a g e
Kebutuhan Penyediaan Infrastruktur Pada Kawasan Kumuh Kota Blitar

kekumuhan seperti : kesesuaian dengan rencana tata ruang, status lahan,


nilai strategis lokasi, kegiatan ekonomi dalam lokasi, respon masyarakat
terhadap upaya perbaikan, harapan masyarakat terhadap perbaikan, dan
aktifitas penduduk setempat. Untuk itu dalam pelayanan penanganan
kawasan kumuh tersebut, Pemerintah Kota Blitar harus
mempertimbangkan hal-hal tersebut.

51 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai