Anda di halaman 1dari 17

Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024

Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

Bagian 3
3.1 Tanggapan Terhadap Latar Belakang
Masalah permukiman kumuh hingga saat ini masih menjadi masalah utama yang yang
dihadapi di kawasan permukiman perkotaan. Tingginya arus urbanisasi akibat
menumpuknya sumber mata pencaharian di kawasan perkotaan menjadi magnet yang
cukup kuat bagi masyarakat perdesaan (terutama golongan MBR) untuk bekerja di
kawasan perkotaan dan tinggal di lahanlahan ilegal yang mendekati pusat kota,
hingga akhirnya menciptakan lingkungan permukiman kumuh. Di sisi lain, belum
terpenuhinya standar pelayanan minimal (SPM) perkotaan pada beberapa kawasan
permukiman yang berada di lahan legal pun pada akhirnya juga bermuara pada
terciptanya permukiman kumuh di kawasan perkotaaan. Bermukim di kawasan kumuh
perkotaan bukan merupakan pilihan melainkan suatu keterpaksaan bagi kaum MBR
yang harus menerima keadaan lingkungan permukiman yang tidak layak dan berada
dibawah standar pelayanan minimal seperti rendahnya mutu pelayanan air minum,
drainase, limbah, sampah serta masalah-masalah lain seperti kepadatan dan
ketidakteraturan bangunan yang lebih lanjut berimplikasi pada meningkatnya bahaya
kebakaran maupun dampak sosial seperti tingkat kriminal yang cenderung meningkat
dari waktu ke waktu.

Permasalahan permukiman kumuh menjadi salah satu isu utama pembangunan


perkotaan yang cukup menjadi polemik, karena upaya penanganan yang sebenarnya
dari waktu ke waktu sudah dilakukan berbanding lurus dengan terus berkembangnya
kawasan kumuh dan munculnya kawasan-kawasan kumuh baru. Secara khusus dampak
permukiman kumuh juga akan menimbulkan paradigma buruk terhadap
penyelenggaraan pemerintah, dengan memberikan dampak citra negatif akan

Tanggapan KAK - 1
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan pelayanan


kehidupan hidup dan penghidupan warganya. Dilain sisi dibidang tatanan sosial
budaya kemasyarakatan, komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman kumuh
secara ekonomi pada umumnya termasuk golongan masyarakat berpenghasilan
rendah, yang seringkali menjadi alasan penyebab terjadinya degradasi kedisiplinan
dan ketidaktertiban dalam berbagai tatanan sosial masyarakat.

Penanganan kawasan kumuh merupakan salah satu prioritas nasional yang


diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. Berdasarkan data
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2015, terdapat 38.431
hektar kawasan kumuh di Indonesia yang tersebar di 390 kabupaten/kota. Kawasan
kumuh ditandai dengan banyaknya rumah tidak layak huni, tingginya kepadatan
penduduk, sulitnya mengakses air bersih, dan kondisi drainase maupun sanitasi yang
tidak layak.

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan


Permukiman, permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Menurut
Wicaksono (2010), permukiman kumuh dibagi dalam 7 (tujuh) tipologi berdasarkan
wilayah, yaitu (1) permukiman kumuh di koridor pantai dan pesisir, (2) permukiman
kumuh di sekitar dan dekat pusat-pusat kegiatan sosial ekonomi, (3) permukiman
lama kumuh di pusat kota, (4) permukiman baru kumuh di pinggiran kota, (5)
permukiman kumuh di daerah pasang surut, (6) permukiman kumuh di daerah rawan
bencana, dan (7) permukiman kumuh di bantaran tepi sungai.

Permukiman kumuh menjadi masalah yang sering dihadapi kota-kota besar di


Indonesia. Kekumuhan wilayah ditimbulkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang
buruk dan keterbatasan sarana maupun kebiasaan masyarakat yang kurang
memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan sehingga permukiman tidak
sesuai dengan standar kesehatan.2 Hal ini tidak sesuai dengan salah satu tujuan
diselenggarakannnya kawasan permukiman yang terdapat pada Pasal 3 huruf f
Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
(UU PKP) yaitu menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan

Tanggapan KAK - 2
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

berkelanjutan. Pemukiman yang terdapat di bantaran sungai juga merupakan


permasalah yang mendesak untuk di tangani secara lebih.

Pemerintah daerah mempunyai kewenangan dengan melakukan penataan ruang dan


melakukan perbaikan mutu serta keterpaduan perencanaan pembangunan daerah
yang sesuai berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(UU Penataan Ruang) yang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif, berkelanjutan agar dapat menekan permasalahan atas
kebutuhan ruang sebagai akibat dari faktor ekonomi dan pertumbuhan penduduk kota
yang semakin meningkat.

Provinsi Kalimantan Selatan memiliki potensi kawasan tepi air yang cukup strategis
untuk dikembangkan mengingat secara geografis Provinsi Kalimantan Selatan banyak
dialiri oleh sungai besar beserta anak – anak sungainya yang berfungsi tidak hanya
sumber daya air bagi masyarakat tapi juga merupakan tempat penghidupan.
Masyarakat di Provinsi Kalimantan Selatan memiliki keunikan dalam bermukim, sejak
jaman dahulu masyarakat membangun permukiman di bantaran seungai dan menjadi
budaya hinga kini. Kurangnya pengendalian dan pengawasan dari Pemerintah Daerah
menyebabkan terjadinya kawasan permukiman kumuh di bantaran sungai. Terlebih
dengan tingginya urbanisasi dan kurangnya lahan permukiman yang terjangkau
sehingga permasalahan permukiman di bantaran sungai menjadi kompleks. Padahal
kawasan tersebut dapat ditingkatkan lagi pemanfaatannya yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat menambah nilai guna masyarakat setempat.

Salah satu kawasan tepi air yang potensial untuk dikembangkan adalah kawasan tepi
air Sungai Martapura. Kawasan tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan
sebagai sarana rekreasi wisata tepi air.

Pada umumnya masyarakat setempat sangat menggantungkan kehidupannya pada


keberadaan sungai tersebut. Namun demikian pengelolaan kawasan di wilayah
tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan kecendrungannya terjadi
penuruanan kualitas lingkungan permukiman. Dengan dilatar belakangi hal ini dirasa
perlu dilakukan penataan kawasan perumahan dan permukiman kumuh di bantaran
sungai melalui pengembangan kawasan dan penerapan prinsip perancangan yang
baik. Prinsip perancangan perumahan dan kawasan permukiman kumuh ini

Tanggapan KAK - 3
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

dirumuskan agar pengembangan kawasan ini pada masa mendatang


mempertimbangkan keunikan, kespesifikasian kawasan, lingkungan, dampak
pengembangan, persoalan yang ada dan yang berpotensi timbul, serta tidak hanya
mempertimbangkan faktor efisiensi dalam pemanfaatan lahan, namun juga potensi
ekonomi dan aktivitas produktif lainnya.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar


melalui Subbid Perencanaan Teknis memberikan fasilitasi berupa pendampingan
dalam penyusunan Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman
Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar) sebagaimana
dimaksud di Kabupaten/Kota sebagai sebagai bentuk pembinaan kepada Pemerintah
Daerah dalam menyusun rencana penanganan permukiman kumuh di
kabupaten/kotanya masing-masing dengan harapan :
1) Terciptanya percepatan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh dan
tuntas bagi kawasan kumuh yang telah disepakati dalam SK Walikota/Bupati;
2) Terciptanya keterpaduan program yang dapat menyelesaikan dan/atau
menuntaskan permasalahan permukiman kumuh perkotaan melalui semua peran
sektor keciptakaryaan melalui kegiatan reguler sektoral;
3) Meningkatnya kapasitas pemerintah Kabupaten/Kota melalui pelibatan aktif
dalam proses penanganan permukiman kumuh bersama kelompok swadaya
masyarakat (KSM/CBO’s); dan
4) Terciptanya keberlanjutan progam penanganan permukiman kumuh sebagai
bagian dari strategi pengurangan luasan kawasan permukiman kumuh.

3.2 Tanggapan Maksud, Tujuan dan Sasaran


3.2.1 Maksud
penyusunan Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman
Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar) ini disusun
dengan maksud untuk memberikan panduan teknis bagi pemangku
kepentingan/stakeholders dalam menangani masalah permukiman kumuh yang
berada di Wilayah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar.

3.2.2 Tujuan

Tanggapan KAK - 4
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

Disusunnya penyusunan Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan


Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)
ini, memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
a) Terlaksananya pengadministrasian dan pertanggungungjawaban keuangan yang
akuntabel dalam penugasan;
b) Tersusunnya rencana pengembangan kawasan bantaran sungai sebagai pedoman
pembangunan dan arahan perwujudan fisik kawasan permukiman di bantaran
sungai tanpa mengaburkan identitas kawasan;
c) Terciptanya model perancangan kawasan bantaran sungai yang tanggap terhadap
potensi dan permsalahan lingkungan sekitar baik di sekitar kawasan perencanaan
maupun untuk Provinsi Kalimantan Selatan pada umumnya.
d) Memberikan arahan dan pedoman dalam upaya menyelesaikan permasalahan
permukiman kumuh yang ada di Wilayah Kota Banjarmasin dan Kabupaten
Banjar;
e) Memberikan acuan teknis mengenai peningkatan dan pencegahan kawasan
permukiman kumuh perkotaan dalam mengimplementasi-kan rencana
pembangunan sesuai dengan skala prioritas pelaksanaan; dan
f) Memberikan acuan teknis pelaksanaan pembangunan sesuai dalam kawasan
permukiman kumuh perkotaan, sesuai dengan hasil kesepakatan melalui forum
pembahasan.
g) Terlaporkannya hasil pelaksanaan kegiatan yang tepat waktu.

3.2.3 Sasaran
Sasaran disusunnya kegiatan Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan
Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)
ini antara lain:
✓ Menyusunan rencana dan jadwal pelaksanaan pekerjaan, meliputi penyusunan
perangkat survey dan pengumpulan data serta melakukan survey pendahuluan
baik survey primer, yaitu observasi langsung ke lapangan maupun survey
sekunder melalui studi pustaka, data dari SKPD Provinsi maupun SKPD
kabupaten/kota dan sumber/bahan lain yang terkait dengan pelaksanaan
pekerjaan.
✓ Meningkatkan kualitas lingkungan di perumahan dan permukiman khususnya
permukiman kumuh di bantaran sungai;

Tanggapan KAK - 5
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

✓ Menciptakan perumahan dan kawasan permukiman di bantaran sungai yang layak


huni dengan memperhatikan potensi dan sosial budaya masyarakat;
✓ Mengakomodasi peluang ekonomi yang tumbuh dari masyarakat setempat melalui
pengembangan kawasan permukiman di bantaran sungai;
✓ Tersedianya landasan opersional sebagai dasar dalam penyusunan rencana secara
konsep dari penataan kawasan permukiman kumuh di Kota Banjarmasin dan
Kabupaten Banjar;
✓ Tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan dan pelaksanaan penanganan,
peningkatan dan pencegahan berdasarkan hasil identifikasi sarana dan prasarana
dasar kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kota Banjarmasin dan
Kabupaten Banjar;
✓ Tercapainya standar operasional peningkatan dan pencegahan kawasan
permukiman kumuh perkotaan melalui dokumen hasil Identifikasi Dan Penataan
Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar) yang dihasilkan.

3.3 Tanggapan Ruang Lingkup


3.3.1 Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah penyusunan Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan
Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)
ini, meliputi seluruh kawasan permukiman kumuh perkotaan yang secara
administrativ berada di Wilayah Perencanaan.
Kegiatan penyusunan Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan
Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)
yaitu :
1. Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
Lingkup wilayah penyusunan Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan
Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota Banjarmasin Dan
Kabupaten Banjar) mencakup keseluruhan kawasan permukiman kumuh di
wilayah administrasi Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar berdasarkan hasil
identifikasi dan verifikasinya.
2. Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas
Kawasan permukiman kumuh yang diprioritaskan untuk ditangani berdasarkan
kriteria dan indikator yang merujuk kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat No.2/PRT/M/2018 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, yang terdiri dari tiga lokasi kawasan

Tanggapan KAK - 6
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

kumuh. Selanjutnya akan dipilih satu kawasan yang akan ditangani pada
pelaksanaan pembangunan tahap 1 berdasarkan kesepakatan hasil diskusi dengan
pemangku kepentingan.

Gambar 3.1
Skema Kedudukan Dalam Kerangka Perencanaan Pembangunan Kota

3.3.2 Lingkup Materi


Lingkup materi dari penyusunan Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan
Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)
ini, meliputi identifikasi sarana dan prasarana dasar, scenario atau strategi
penanganan dan pencegahan untuk setiap kawasan permukiman kumuh yang tersebar
di Wilayah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar. Skala prioritas penanganan
berdasarkan hasil identifikasi kawasan serta hasil pembahasan yang dituangkan kan
pada indikasi program untuk tahap selanjutnya.
1) Mempersiapkan data profil kawasan permukiman kumuh.
2) Bersama seluruh pemangku kepentingan melakukan verifikasi readiness criteria
sarana dan prasarana dasar kawasan kumuh perkotaan,

Tanggapan KAK - 7
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

3) Overview kebijakan daerah dan identifikasi kesesuaian permukiman terhadap


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
4) Merumuskan arahan distribusi pola kolaborasi penanganan permukiman kumuh di
Wilayah perencanaan.
5) Bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan mengkoordinasikan peran
masyarakat dalam penanganan permukiman kumuh.
6) Merumuskan kebutuhan penanganan kawasan permukiman kumuh.
7) Merumuskan konsep dan strategi penanganan, pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh.
8) Melaksanakan diskusi untuk menyepakati konsep dan strategi penanganan
permukiman kumuh perkotaan.
9) Merumuskan rencana penanganan melalui skenario dan strategi berdasarkan
readiness criteria, rencana investasi dan pembiayaan, bersama seluruh
pemangku kepentingan.

3.3.3 Lingkup Kegiatan


Secara garis besar lingkup kegiatan penyusunan Identifikasi Dan Penataan
Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar) terdiri dari 3 (tiga) tahapan, yaitu :
1. Persiapan
Lingkup kegiatan pada tahap persiapan meliputi :
a) Melakukan persiapan dan pemantapan rencana kerja;
b) Menyusun Desain Survey dan format kegiatan;
c) Menyiapkan data profil permukiman kumuh yang terdiri dari baseline data
kumuh atau data statistik terkait;
d) Bersama dengan pemangku kepentingan melakukan verifikasi readiness,
kriteria yang meliputi :
✓ SK dan permukiman kumuh perkotaan (jika ada);
✓ Peta Dasar;
e) Overview kebijakan daerah dan identifikasi kesesuaian permukiman
terhadap rencana tata ruang kota;
f) Melakukan kegiatan Konsolidasi bersama pemangku kepentingan;
g) Melakukan kegiatan penyiapan kelembagaan masyarakat di tingkat kota.

2. Verifikasi lokasi serta perumusan konsep dan strategi

Tanggapan KAK - 8
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

Lingkup kegiatan pada tahap Verifikasi lokasi serta perumusan konsep dan
strategi meliputi :
a) Bersama dengan pemangku kepentingan melaksanakan koordinasi dan
sinkronisasi data kumuh baik data primer maupun data sekunder;
b) Melaksanakan survei dan mengolah data permukiman kumuh;
c) Verifikasi lokasi dan penyusunan profil permukiman kumuh;
d) Melakukan proses pemutakhiran profil kumuh yang dilaksanakan memalui
Diskusi untuk verifikasi lokasi permukiman kumuh;
e) Menilai klasifikasi kekumuhan kawasan berdasarkan kriteria, indikator dan
f) parameter kekumuhan;
g) Bersama dengan pemangku kepentingan mengkoordinasikan peran
masyarakat dalam penanganan permukiman kumuh;
h) Merumuskan kebutuhan penanganan kawasan permukiman kumuh;
i) Merumuskan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas
kumuh;
j) Melaksanakan Diskusi 2 untuk penyepakatan konsep dan strategi.

3. Perumusan Rencana Penanganan


Lingkup kegiatan pada tahap perumusan rencana penanganan meliputi :
a) Merumuskan skenario pentahapan pencapaian 0% kumuh dan desain
kawasan;
b) Merumuskan rencana aksi dan memorandum keterpaduan program untuk
skala kota dan skala kawasan;
c) Menentukan skala prioritas penanganan permukiman kumuh berdasarkan
readiness criteria dan pertimbangan lain;
d) Merumuskan konsep tematik & skenario pencegahan dan peningkatan
kualitas kawasan kumuh prioritas;
e) Menyusun Rencana Investasi & Pembiayaan kawasan kumuh prioritas;
f) Melaksanakan Diskusi 3 : Penyepakatan rencana aksi, program dan kegiatan.

3.4 Landasan Hukum


1) Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

Tanggapan KAK - 9
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup;
3) Undang-Undang No.1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan
Permukiman
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah,
pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan


permukiman kumuh guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan
masyarakat penghuni dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya
perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman. Pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.

Tanggapan KAK - 10
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

Selain itu, UU No.1/2011 juga mengamanatkan bahwa penyelenggaraan


perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah dengan melibatkan peran masyarakat. Terkait hal ini, masing-masing
stakeholder memiliki peran, tugas dan fungsi sesuai dengan kapasitasnya dalam
penyelenggaraan kawasan permukiman, termasuk di dalamnya terkait upaya
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sebagaimana yang
dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2
Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat

Tanggapan KAK - 11
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

4) Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah


Dalam penyelenggaraannya, pembangunan dan pengembangan kawasan
permukiman dilakukan secara terdesentralisasi oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah dengan melibatkan peran masyarakat. Pemerintah (baik pusat maupun
daerah) akan lebih berperan sebagai pembina, pengarah, dan pengatur, agar
terus dapat tercipta suasana yang semakin kondusif. Antara pemerintah dengan
pemerintah daerah, juga terdapat pembagian peran dalam pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan dan pengendalian mengacu pada peraturan
perundangan yang berlaku. Disamping itu agar terjadi efisiensi dan efektivitas
dalam pembangunan perumahan dan permukiman, baik di kawasan perkotaan
maupun di kawasan perdesaan, pelaksanaannya harus dilakukan secara terpadu
(baik sektornya, pembiayaannya, maupun pelakunya) dan dilakukan berdasarkan
dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang yang berlaku.
Pembagian peran dan kewenangan dalam pembangunan dan pengembangan
kawasan permukiman secara luas, dapat dilihat dalam ilustrasi pada Gambar 3.3

Gambar 3.3
Peran Antar Pemangku Kepentingan dan Pembangunan dan Pengembangan
Kawasan Permukiman

Tanggapan KAK - 12
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

Terkait penanganan permukiman kumuh, undang-undang ini mengamanatkan


bahwa pemerintah pusat dapat turun langsung dalam upaya pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan dengan beberapa prasyarat,
antara lain:
1) Kawasan permukiman kumuh berada pada lingkup Kawasan Strategis
Nasional (KSN) ; dan
2) Kawasan permukiman kumuh memiliki luas minimal 15 Ha.

Secara rinci pembagian urusan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi,


dan pemerintah kabupaten/kota untuk sub urusan kawasan permukiman serta
perumahan dan kawasan permukiman kumuh dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1
Pembagian Urusan Pemerintah terkait Penanganan Permukiman Kumuh
Pemereintah
No Sub Urusan Pemerintah Pusat Pemerintah Kab/Kota
Provinsi
1 Kawasan a. Penetapan Penetapan dan a. Penertiban izin
Permukiman sistem kawasan peningkatan pembangunan
b. Penetapan dan kualitas kawasan dan
peningkatan permukiman pengmbangan
kualitas kumuh dengan kawasan
kawasan luas 10 (sepuluh) permukman
permukiman ha sampai di b. Penetapan dan
kumuh dengan bawah 15 (lima peningkatan
luas 15 (lima belas) ha kualitas kawasan
belas) ha atau permukiman
lebih kumuh dengan
luas di bawah 10
(sepuluh) ha

Tanggapan KAK - 13
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

2 Perumahan dan ... ... Pencegahan perumahan


Kawasan dan kawasan permukiman
Permukiman kumuh pada Daerah
Kumuh Kab/Kota
Sumber : lampiran UU. No. 23/2014

5) Permen Pupr No.2/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap


Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
1. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan kriteria yang
digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh
dan permukiman kumuh.
2. Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan
pengelompokan perumahan kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan
letak lokasi secara geografis. Tipologi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh terdiri dari perumahan kumuh dan permukiman kumuh:
6) Permen Pu No.1/Prt/M/2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan
Umum Dan Penataan Ruang
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.1 tahun 2014 tentang
standar pelayanan minimal bidang pekerjaan umum dan penataan ruang,
diamanatkan bahwa pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah,
dimana dalam hal ini pemerintah daerah bertanggung jawab atas penurunan
kawasan permukiman kumuh sebanyak 10%.
7) Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 12 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
dan Kawasan Permukiman Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota;
8) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 123 Tahun 2018, Tentang Perubahan
Keempat Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah;
9) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi.
10) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
524/KPTS/M/2022 tentang Besaran Remunerasi Minimal Tenaga Kerja Konstruksi
Pada Jenjang Jabatan Ahli Untuk Layanan Jasa Konsultansi Konstruksi.

Tanggapan KAK - 14
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

11) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 7 Tahun 2022
tentang Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Perumahan Dan Penyediaan Rumah
Khusus.
12) Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan No 75 Tahun 2020 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Gubernur Nomor 0105 Tahun 2018 Tentang Tata
Cara Penganggaran, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pertanggungjawaban,
Pelaporan Serta Monitoring dan Evaluasi Belanja Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
13) Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan No 69 Tahun 2021 Tentang Tata
Cara Penganggaran, Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Serta Monitoring dan
Evaluasi Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
14) Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan No 188.44/0420/KUM/2022
Tentang Penetapan Lokasi Permukiman Kumuh Kewenangan Provinsi Kalimantan
Selatan.
15) Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan No 188.44/0420/KUM/2022
Tentang Penetapan Lokasi Permukiman Kumuh Kewenangan Provinsi Kalimantan
Selatan.
16) Peraturan Presiden No.12 Tahun 2021 tentang perubahan atas peraturan presiden
nomer 16 tahun 2018 tentang pengadaan barang / jasa pemerintah.
17) Peraturan Daerah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar tentang RTRW;

3.5 Tanggapan Terhadap Kebutuhan Personil


Konsultan berkewajiban membentuk Tim Kerja untuk melakukan Pekerjaan
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di
Bantaran Sungai (Kota Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar), yang terdiri dari:
a. Team leader, Ahli Madya Perencanaan Wilayah dan Kota berpendidikan S2
dengan pengalaman pada bidang pekerjaan sejenis minimal selama 2 (dua)
tahun. Lama Penugasan 5 (lima) Bulan Kalender.
b. Ahli Muda Perancangan Kawasan (Urban Design), berpendidikan S1 Teknik
Arsitektur dengan pengalaman pada bidang pekerjaan sejenis minimal selama 1
(satu) tahun. Lama penugasan Ahli Muda Perumahan dan Permukiman selama 3
tiga) bulan.
c. Ahli Muda Teknik Lingkungan, berpendidikan S1 Teknik Lingkungan dengan
pengalaman pada bidang pekerjaan sejenis minimal selama 1 (satu) tahun. Lama
penugasan selama 3 (tiga) bulan.

Tanggapan KAK - 15
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

d. Ahli Muda Quality Engineer (QE), berpendidikan S1 Teknik Sipil dengan


pengalaman pada bidang pekerjaan sejenis minimal selama 1 (satu) tahun. Lama
penugasan selama 2 (dua) bulan.
e. Ahli Muda K3, berpendidikan S1 Teknik Sipil dengan pengalaman pada bidang
pekerjaan sejenis minimal selama 1 (satu) tahun. Lama penugasan selama 1
(dua) bulan.

Selain tenaga ahli profesional yang dibutuhkan seperti tersebut di atas, untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan juga diperlukan beberapa asisten tenaga ahli,
tenaga teknis dan tenaga pendukung sesuai dengan kebutuhan, spesifikasinya
disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan. Tenaga pendukung yang diperlukan adalah:
1. Surveyor
2. Drafter
3. Operator Komputer

3.6 Tanggapan Terhadap Laporan


Laporan-laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa adalah:
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat latar belakang, tujuan, sasaran, lingkup
wilayah dan substansi, metodologi pendekatan, kajian data awal,
kerangka berpikir dan rencana kerja. Laporan harus diserahkan selambat-
lambatnya 30 hari kalender dari tanggal SPMK dikeluarkan, dibahas dan
disetujui oleh Tim Teknis sebanyak 5 (lima) buku laporan. Buku Laporan
Pendahuluan dibuat pada kertas ukuran A4 80 gram, dijilid soft cover
berwarna dengan desain yang menarik, tampilan peta, gambar dan foto
dibuat berwarna, tulisan menggunakan font times new roman

2. Draft Laporan Akhir


Laporan Draft Akhir memuat materi pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan pekerjaan sampai dengan bulan ke-4. Laporan diserahkan
selambat-lambatnya 150 hari kalender dari tanggal SPMK dikeluarkan,
dibahas dan disetujui oleh Tim Teknis sebanyak 5 (lima) buku laporan.
Buku Laporan Draft Akhir dibuat pada kertas ukuran A4 80 gram dijilid
soft cover berwarna dengan desain yang menarik, tampilan peta, gambar
dan foto dibuat berwarna, tulisan menggunakan font times new roman.
3. Laporan Akhir

Tanggapan KAK - 16
Identifikasi Dan Penataan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai (Kota 2024
Banjarmasin Dan Kabupaten Banjar)

Laporan Final merupakan finalisasi dari Laporan Draft Final yang telah
diperiksa dan koreksi oleh tim teknis dan pemberi tugas. Laporan ini
disampaikan 1 (satu) minggu sebelum batas waktu akhir kontrak
pekerjaan.

Tanggapan KAK - 17

Anda mungkin juga menyukai