BAB 6
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
Permasalahan
No Pengembangan Tantangan Pengembangan Alternatif solusi
Permukiman
kegiatan pengembangan pemerintah pusat menyiapkan data baik
permukiman berupa perencanaan,
DED maupun
masterplan dengan lebih
rinci
4 Aspek Peran Serta Jumlah polisi bangunan yang melakukan sosialisasi
Masyarakat/Swasta dimiliki tidak mampu mengcover IMB
1) Banyaknya masyarakat seluruh wilayah Kota Tarakan, melakukan pendataan
yang membangun tanpa sehingga kontrol terhadap rumah yang belum
IMB pembangunan permukiman memiliki IMB
kurang.
5 Aspek Lingkungan Permasalahan sanitasi yang buruk Peningkatan kualitas
Permukiman di kawasan permukiman pesisir permukiman dengan
1) Banyaknya permukiman perbaikan PSD yang ada
yang berada di atas
kawasan pasang surut
Sumber: Dokumen SPPIP Kota Tarakan
6.1.4. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi
kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target
kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan
penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor
pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat
kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014,
MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar
Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun
2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua
dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta
Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota
meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan
kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan
pengembangan permukiman.
Tabel 6. 7 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di
Perkotaan Untuk 5 Tahun
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
No Uraian Unit I II III IV V Ket
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Jumlah Penduduk Jiwa 253.721 269.337 285.914 303.511 322.191
Kepadatan 2 1.011 1.073 1.140 1.210 1.284
Jiwa/Km
Penduduk
Proyeksi
2
Persebaran Jiwa/Km - - - - -
Penduduk
Proyeksi
2
Persebaran Jiwa/Km
Penduduk Miskin
Sasaran
2 Penurunan Ha 33,26 23,26 13,26 3,26 0
Kawasan Kumuh
Kebutuhan
3 TB 0 1 0 1 0
Rusunawa
4 Kebutuhan RSH Unit 300 300 300 300 300
Kebutuhan
5 Pengembangan Kws 2 2 2 2 2
Permukiman Baru
Sumber : Hasil Analisa 2014
6.1.5. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan
permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan
permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan
Rusunawa serta
2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan
permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan
RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
1) Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
2) Infrastruktur permukiman RSH
3) Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar
dalam gambar 6.1.
2. Khusus
Rusunawa
Kesediaan Pemda untuk penandatanganan MoA dalam rangka
penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan
PSD lainnya
Ada calon penghuni
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang
harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman
seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No.
1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh
memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2)
ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas
rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum,
serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke
dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai
berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan
dalam ruang kota.
Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh
memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh
dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitasbangunan
yang terdapat didalamnya.
Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang
dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan
permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah
kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan
dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk
dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk
dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan
Rusunawa dan
c) infrastruktur
pendukung
Sarana dan 2.000,00 1.493,86
1. keperluan UPTD
Rusunawa
Pembangunan 40.000,00
2.
Rusunawa
Sumber : Hasil Analisa 2014
B. Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program
direktorat PBL adalah jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi
berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan
melalui program P2KP/PNPM 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah
Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga
tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah
tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota,
9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan
kesepakatan bersama.
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan
non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah
melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan
serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377
kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di
Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.
Tabel 6. 12 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan
Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
Perda / Pergub / Perwal / Perbup / Peraturan lainnya
No Jenis Produk Amanat
No. / Tahun Tentang
Pengaturan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Perda Kota 24 tahun 2000 Bangunan
Tarakan
2 Perda Kota 04 Tahun 2012 RTRW Kota
Tarakan Tarakan
Sumber : Bappeda dan DPU&TR Kota Tarakan
Tabel 6. 13 Penataan Lingkungan Permukiman
Kawasan Tradisional RTH Pemenuhan SPM Penanganan
dan Bersejarah Kebakaran
Nama Dukungan Lokasi/ Nama Luas % Ketersediaan % HSBGN Instansi Prasarana
Kawasan Infrastruktur RTH RTH Luas IMB IMB Kebakaran
CK (Ha) RTH
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 )
HK Panglima 15,7 769 (terbit)
batur
Hutan Penelitian 30
UBT
Hutan Mangrove 27,3
blkg pasar boom
panjang
Wana wisata 121,7
persemaian
HK Amal 1 38,2
HK gunung pasir 3,6
Agro Foresty 613 22,5
HK Sawah Lunto 6,7
KKMB 21
HK Batu Mapan 4
Sumber : Dishutamben dan DPU&TR Kota Tarakan
Kebutuhan
No Uraian Satuan Ket.
Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
III Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 P2KP paket 1 1 1 1 1
2 lainnya
Sumber : Hasil Analisa 2014
6.2.4. Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan
dan Lingkungan
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan
Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness
Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja,
komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan
dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan
kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset
proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
adalah:
Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung
Kriteria Khusus:
Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan
Gedung;
Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG
penggiliran. Wilayah dengan kondisi pengaliran air cukup dan yang secara
bergiliran dapat dijelaskan berdasarkan tabel berikut ini.
Tabel 6. 20 Jalur distribusi dan kondisi pengaliran air tiap wilayah
Kondisi pengaliran air
No. Uraian Jalur pipa induk distribusi
Cukup Kurang Giliran
1. Wilayah I Jl. Aki Balak
Jl. Mulawarman -
Jl. Cendrawasih -
Jl. Gajah Mada -
Jl. Karang Anyar -
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Tarakan saat ini mempunyai
4 (empat) lokasi instalasi yaitu Instalasi Kampung Bugis, Instalasi Persemaian,
Instalasi Kampung Satu, dan Instalasi Juata Laut. Jumlah sambungan pada akhir
tahun 2009 ialah 13.108 unit sambungan dimana 85% dari sambungan ialah
termasuk non niaga/rumah tangga (Tabel 3.4). Konsumsi per capita domestik
dalam kota ialah 200 liter per hari. PDAM Kota Tarakan memerlukan kapasitas
tambahan untuk pengembangan di masa mendatang.
Sistem PDAM Kota Tarakan pada umumnya berada dalam kondisi
operasional yang baik. Namun demikian diketahui bahwa pemeliharaan
terhadap beberapa pompa kurang memadai, dengan demikian mengurangi
kapasitas dan membatasi sambungan baru yang potensial pada daerah-daerah
tertentu. Kehilangan air di seluruh PDAM 40% dalam sistem distribusi.
IPA yang dimiliki saat ini oleh PDAM Kota Tarakan tersebar di 4 (empat)
lokasi yaitu : Kampung Bugis, Persemaian, Kampung Satu dan Juata Laut. Total
kapasitas terpasang sebesar 400 lt/det (Tabel 3.5). Sedangkan lokasi reservoar
beserta kapasitasnya dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 6. 22 Jumlah Pelanggan PDAM Menurut Kategori Pelanggan dan Jumlah
Sambungan Baru PDAM Di Kota Tarakan Tahun 2009
Kategori Pelanggan
Sambungan
No Kelurahan Rumah
Niaga Industri Sosial baru PDAM
Tangga
Kondisi instalasi pengolahan air (IPA) beserta jenisnya dapat dilihat pada
tabel rekapitulasi IPA PDAM Kota Tarakan berikut ini.
Tabel 6. 25 Rekapitulasi IPA PDAM Kota Tarakan
Q beroperasi Q belum
No. IPA Jenis IPA
(L/detik) beroperasi (L/detik)
1 Juata Laut 30 - Fiber Glass
- 5 Plat Baja
2 Persemaian
IPA – A 60 - Plat Baja
IPA – B 30 - Beton
IPA – C 25 - Plat Baja
IPA – D 10 - Plat Baja
IPA – E 30 - Fiber Glass
Beton
3 Kampung Bugis 60 -
Konvensional
- 60 Fiber Glass
4 Kampung Satu 30 - Fiber Glass
30 30 Plat Baja
Sumber: PDAM Kota Tarakan, 2011
Uraian mengenai unit-unit pada tiap instalasi pengolahan air (IPA) dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 6. 5 Skema Sistem Air Bersih Eksisting Wilayah Pelayanan IPA Kampung
Bugis
IPA Persemaian
Pada IPA Persemaian terdapat 5 buah IPA yang semuanya beroperasi,
yaitu IPA-A dari bahan plat baja kapasitas 60 L/dtk, IPA-B dari bahan beton
kapasitas 30L/dtk, IPA-C bahan plat baja kapasitas 25 L/dtk, IPA-D bahan plat
baja kapasitas 10 L/dtk, dan IPA-E bahan fiber glass kapasitas 30 L/dtk.
Beberapa unit IPA pada IPA Persemaian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
daerah pelayanannya dapat dilihat pada Gambar 3.6.). Jalur distribusi ini
melayani Kecamatan Tarakan Barat, Tengah, dan Timur. Sedangkan daerah
pelayanan IPA Persemaian sendiri meliputi Kecamatan Tarakan Barat, Tarakan
Tengah, dan sebagian Tarakan Timur.
Gambar 6. 8 IPA Fiber Glass Juata Laut Kapasitas 30 L/detik (kiri), IPA Plat Baja
Juata Laut Kapasitas 5 L/detik (kanan)
Gambar 6. 10 Skematik Sistem Air Bersih Eksisting Wilayah Pelayanan IPA Juata
Laut
Gambar 6. 13 Skematik Sistem Air Bersih Eksisting Wilayah Pelayanan IPA Juata
Laut
Tabel 6. 26 Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM Kota Tarakan
Wilayah Pelayanan (WP) Tingkat Pelayanan Sumber Air
Sistem Jumlah
Luas Jumlah % %
Jaringan Pddk Lokasi Debit
WP Pddk WP Penduduk Wilayah
Terlayani
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Perpipaan - 101.088 48.603 48,08 58,93 Sungai Kamp
60
Bugis
Sungai
155
Persemaian
Sungai Semunti 30
Sungai Binalatung 150
Sungai Kamp
60
Bugis
Sungai
155
Persemaian
Sungai Semunti 30
Sumber: Profil PDAM Tahun 2013
6.3.3. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM
A. Permasalahan Pengembangan SPAM
Pada bagian ini, perlu dijabarkan permasalahan pengembangan SPAM
sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. Adapun permasalahan
pengembangan AM pada tingkat nasional antara lain:
1) Peningkatan Cakupan dan Kualitas
Tingkat pertumbuhan cakupan pelayanan air minum sistem perpipaan
belum seimbang dengan tingkat perkembangan penduduk
Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi masih
memerlukan pembinaan.
Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar dan tekanan
air pada jaringan distribusi umumnya masih rendah.
Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas dan harus
membayar lebih mahal.
Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air minum
masyarakat belum memadai.
Sebagian air yang diproduksi PDAM telah memenuhi kriteria layak
minum, namun kontaminasi terjadi pada jaringan distribusi.
Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang disebabkan buruknya
akses air minum yang aman.
2) Pendanaan
Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan
untuk pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan.
Investasi untuk pengembangan SPAM selama ini lebih tergantung dari
pinjaman luar negeri.
Komitmen dan prioritas pendanaan dari pemerintah daerah dalam
pengembangan SPAM masih rendah.
4) Air Baku
Kapasitas daya dukung air baku di berbagai lokasi semakin terbatas.
Kualitas sumber air baku semakin menurun.
Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa daerah
yang tidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi.
Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga menimbulkan
konflik kepentingan di tingkat pengguna.
5) Peran Masyarakat
Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun pengolahan air baku
menjadi air minum memerlukan biaya relatif besar dan masih dianggap
sebagai urusan pemerintah.
Potensi yang ada pada masyarakat dan dunia usaha belum sepenuhnya
diberdayakan oleh Pemerintah.
C Pembiayaan - - - - - - - - -
1 Sumber
Pembiayaan
2 Tarif Retribusi
3 Mekanisme - - - - - - - - -
penarikan
retribusi
4 Realisasi - - - - - - - - -
penerimaan
retribusi
D Peran Serta Sosialisasi Peran rendah - - - - - -
1 Masyarakat serta
Penyuluhan meningkat
2 Kemampuan - - - - - - - - -
membayar
retribusi
3 Kemauan - - - - - - - - -
berpartisipasi
Sumber:Hasil Analisa 2014
B. Tantangan Pengembangan SPAM
Beberapa tantangan dalam pengembangan SPAM yang cukup besar ke
depan, agar dapat digambarkan, misalnya :
1) Tantangan Internal:
a) Tantangan peningkatan cakupan kualitas air minum adalah masih banyaknya
masyarakat yang belum memiliki akses air minum yang aman tercermin dari
tingginya angka prevalensi penyakit yang berkaitan dengan air. Tantangan
lainnya adalah adanya tuntutan PP 16/2005 untuk memenuhi kualitas air
minum sesuai kriteria yang telah disyaratkan.
b) Banyak potensi dalam hal pendanaan pengembangan SPAM yang belum
dioptimalkan. Sedangkan adanya tuntutan penerapan tarif dengan prinsip full
cost recovery merupakan tantangan besar dalam pengembangan SPAM.
c) Adanya tuntutan untuk penyelenggaraan SPAM yang profesional merupakan
tantangan dalam pengembangan SPAM di masa depan.
d) Adanya tuntutan penjaminan pemenuhan standar pelayanan minimal
sebagaimana disebutkan dalam PP No. 16/2005 serta tuntutan kualitas air
baku untuk memenuhi standar yang diperlukan.
e) Potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM belum
diberdayakan.
2) Tantangan Eksternal
a) Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar pembangunan
ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
b) Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi yang menuntut
pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan.
c) Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals (MDGs)
2015 dan Protocol Kyoto dan Habitat, dimana pembangunan perkotaan harus
berimbang dengan pembangunan perdesaan.
a Kebocoran (%)
Cakupan Pelayanan
b
Penduduk (%)
c Kebutuhan (liter/org/hari)
4 Kebocoran Total 39,99% 35% 32% 30% 27% 25%
5 Jumlah Pelanggan
Proporsi Sambungan
a 70% 70% 70% 70% 70% 70%
Langsung
Proporsi Sambungan
b 30% 30% 30% 30% 30% 30%
Umum
Jumlah Sambungan
c
Langsung 69,993 95,226 216,829 282,215 293,855 169,993
d Jumlah Sambungan Umum
6 Unit Konsumsi
a Sambungan Langsung, SL
b Sambungan Umum, SU
c Non Domestic
7 Kebutuhan Air
a Kebutuhan Air Domestik 175 295 339 376 490 595
b Kebutuhan Non Domestik 89 102 113 147 179 189
c Sub Total Kebutuhan Air
Kebutuhan Air Rata-rata
8
(Qr)
9 Kebutuhan Air Maksimum
319
(Qmax) 518 582 636 809 967
10 Peak Hour Factor (Faktor
1,75 1,75 1,75 1,75 1,75 1,75
Jam Puncak)
Sumber: Profil PDAM 2014
B. Kebutuhan Pengembangan SPAM Daerah
Berikut ini adalah kebutuhan Pengembangan SPAM yang mengacu dari
Renstra DJCK tahun 2010-2014 khususnya dalam Kegiatan: Pengaturan,
Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan Dan Pola
Investasi, Dan Penyelenggaraan Serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum.
Kebutuhan pengembangan SPAM Kota Tarakan dapat dirumuskan
melalui realisasi dan target pengembangan sistem penyediaan air minum.
Gambaran mengenai realisasi dan target tersebut dapat dilihat dalam tabel 6.30
berikut ini:
Tabel 6. 30 Analisis Kebutuhan Program Pengembangan SPAM
Kebutuhan
No Output Satuan
Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Layanan Perkantoran
Peraturan Pengembangan
2 Sistem Air Minum
Laporan Pembinaan
3 Pelaksanaan Pengembangan
SPAM
a. RISPAM Paket 1
b. NSPK SPAM Paket 1
Laporan Pengawasan
4 Pelaksanaan Pengembangan
SPAM
Percontohan Re-Use dan Daur
5 Ulang Air Minum
a. Kampanye hemat air
b. Aktivitas reuse & daur ulang
air
Penyelenggaraan
6 SPAM terfasilitasi
a. PDAM yang memperoleh
pembinaan
b. Pengelola air minum non
PDAM yang memperoleh
pembinaan
c. Laporan pra-studi kelayakan
KPS
d. PDAM terfasilitasi untuk
mendapatkan pinjaman Bank
e. Studi Alternatif Pembiayaan
7 SPAM Regional
8 SPAM Di kawasan MBR Kegiatan 18 7 7 7 7
SPAM di Ibu kota Kecamatan
9 (IKK)
Kegiatan 7 7 7 7 7
SPAM Kawasan
10 Khusus
a. Kawasan pulau terluar,
perbatasan, terpencil
b. Kawasan pemekaran, KAPET
c. Pelabuhan perikanan dan
Pro Rakyat KKP
i. Pelabuhan perikanan
ii. Pro Rakyat KKP
Sumber: Hasil Analisa 2014
6.3.5. Program-Program dan Kriteria Penyiapan, serta Skema Kebijakan
Pendanaan Pengembangan SPAM
A. Program-Program Pengembangan SPAM
Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah antara lain:
1) Program SPAM IKK
Kriteria Program SPAM IKK adalah:
Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM
Kegiatan:
Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama)
Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR) total
Indikator:
Peningkatan kapasitas (liter/detik)
Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
2) Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah:
Sasaran: Optimalisasi SPAM IKK
Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40% dari target total
SR untuk MBR
Indikator:
Peningkatan kapasitas (liter/detik)
Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang terlayani SPAM
3) Program Perdesaan Pola Pamsimas
Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah:
Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM
Kegiatan:
Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama)
Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR) total
Indikator:
Peningkatan kapasitas (liter/detik)
Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
4) Program Desa Rawan Air/Terpencil
Kriteria Program SPAM IKK adalah:
Sasaran: Desa rawan air, desa miskin dan daerah terpencil (sumber air
baku relatif sulit)
Kegiatan: Pembangunan unit air baku, unit produksi dan unit distribusi
utama
Indikator: Penambahan jumlah desa yang terlayani SPAM
5) Program Pengamanan Air Minum
Kriteria Program Pengamanan Air Minum adalah:
Sasaran: PDAM-PDAM dalam rangka mengurangi resiko
Kegiatan: Pengendalian kualitas pelayanan air minum dari hulu
sampai hilir
Indikator: Penyediaan air minum memenuhi standar 4 K.
c) P/P Pipa HDPE dia. 150 - 75 mm, Lingkas Tarakan 6,200.00 1,000.00
Ujung Kec. Tarakan Timur
a) P/P Pipa HDPE dia. 100 - 50 mm, IKK 3,902.30 3,000.00 5,200.00
Tarakan
Juata
P/P Pipa HDPE dia. 100 - 50 mm, IKK Kp. 3,767.14 3,000.00 7,000.00
b) Tarakan
Satu Kec. Tarakan Timur
P/P Pipa HDPE dia. 150 - 75 mm, IKK 2,181.00 1,500.00 3,000.00
d) Tarakan
g) P/P Pompa Intake dan Pipa Transmisi Air Tarakan 6.000.00 2,000.00 1.000.00
Baku Rawasari
TOTAL
Sumber : Hasil Analisa 2014
4. Kelembagaan
Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang
koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah,
belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi
lembaga bidang air limbah.
5. Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan
pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang
merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan
pengelolaan air limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif pelayanan air
limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan
investasi di bidang air limbah.
Tindakan
Aspek Pengelolaan Air
No Limbah
Permasalahan Yang Sudah Yang akan
Dilakukan Dilakukan
- Sumber-sumber Pembiayaan masih rendah Usulan ke Usulan ke
pembiayaan (APBD Prov / pemerintah pusat pemerintah
Kab / kota / swasta / pusat
masyarakat)
- Retribusi
D. Peran serta Masyarakat
dan swasta
E. Teknis Operasional:
1. Sistem On-Site Sanitation:
- MCK - truk tinja masih kurang Usulan ke Usulan ke
- Jamban keluarga / cubluk / - banyak masyarakat yang pemerintah pusat pemerintah
septik tank masih menggunakan cubluk pusat
- Septik tank komunal - Setik tank komunal masih
- PS Sanimas kurang
- Truk tinja - belum terdapat sanimas
- IPLT - belum terdapat IPLT
2. Sistem Off Site Sanitation:
- Sambungan rumah - - -
- Sistem jaringan pengumpul
- Sistem sanitasi berbasis
masyarakat
- IPAL
Sumber: Hasil Analisa 2014
Permasalahan Pembangunan Sektor Air Limbah di Indonesia, secara
umum adalah:
(1) Belum optimalnya penanganan air limbah
(2) Tercemarnya badan air khususnya air baku oleh limbah
(3) Belum optimalnya manajemen air limbah:
a. Belum optimalnya perencanaan;
b. Belum memadainya penyelenggaraan air limbah.
bagian dari beban dan tanggung jawab kelembagaan yang menangani bidang ke
PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam
dokumen RPI2JM yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan
pengelolaan Air Limbah. Target pelayanan dasar bidang Air Limbah sesuai
dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar
Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel 6.38.
Tabel 6. 38 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU
No.14/PRT/M/2010
Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Batas Keterangan
Indikator Nilai Waktu
Pencapaian
Penyehatan Air Tersedianya 60% 2014 Dinas yg
Lingkungan Limbah sistem air limbah membidangi
Permukiman Permukiman setempat yang PU
memadai.
Tersedianya 5% 2014 Dinas yg
sistem air limbah membidangi
skala komunitas/ PU
kawasan/kota
Kriteria Lokasi
Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di perkotaan yang
memungkinkan penerapan kegiatan Sanitasi berbasis masyarakat
(Sanimas);
Kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.
Lingkup Kegiatan:
Rekruitmen dan pembiayaan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) untuk
kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat;
Pelatihan TFL secara regional termasuk refreshing / coaching;
Pengadaan material dan upah kerja untuk pembangunan prasarana air
limbah (septic tank komunal, MCK++, IPAL komunal);
TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan
pelatihan KSM / mandor / tukang dan pemberdayaan masyarakat;
Pembangunan jaringan pipa air limbah dan IPAL untuk kawasan RSH;
Membangun / rehabilitasi unit IPLT dan peralatannya dalam rangka
membantu pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan;
Sosialisasi / diseminasi NSPM pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat
dan pengelolaan Septic Tank;
Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
Kriteria Kesiapan:
Sudah memiliki RPI2JM CK dan SSK/Memorandum Program atau sudah
mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah
dibebaskan);
Sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen
lelang (non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM
untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat ;
Sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota (IPAL
RSH);
Sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola
prasarana yang dibangun;
Pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi
dan pemeliharaan.
Kota yang telah menyusun Master Plan Air Limbah serta DED untuk
tahun pertama, yang terdiri dari 8 kota yaitu Bandar Lampung, Batam,
Bogor, Cimahi, Palembang, Makassar, Surabaya dan Pekanbaru;
Sasaran kota (pusat kota) besar/metropolitan dengan penduduk > 1 juta
jiwa.
Lingkup Kegiatan:
Rehabilitasi unit IPAL dan peralatannya dalam rangka membantu
pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan;
Pengadaan/pemasangan pipa utama (main trunk sewer) dan pipa utama
sekunder (secondary main trunk sewer) yaitu pengembangan jaringan
perpipaan untuk mendukung perluasan kemampuan pelayanannya dalam
rangka pemanfaatan kapasitas idle;
TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan
pelatihan operator IPAL;
Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPAL;
Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
Kriteria Kesiapan:
Sudah memiliki RPI2JM CKdan SSK/Memorandum Program atau sudah
mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah
dibebaskan), dan disediakan oleh Pemda (±6000 m²);
Terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen
lelang;
Sudah ada institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang
dibangun;
Pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk
pembangunan pipa lateral & sambungan rumah dan biaya operasi dan
pemeliharaan.
Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Air Limbah Sistem
Terpusat (off-site) dipaparkan dalam gambar 6.16.
6.4.2. Persampahan
6.4.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Persampahan
1) Arahan Kebijakan Pengelolaan Persampahan
Beberapa peraturan perundangan yang mengamanatkan tentang sistem
pengelolaan persampahan, antara lain:
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional.
Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas,
maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah, yaitu baru
mencapai 18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa.
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan akan pentingnya pengaturan
prasarana dan sarana sanitasi (air limbah dan persampahan) dalam upaya
perlindungan dan pelestarian sumber air.
Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang
mencakup pembagian kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan dan
Sistem Pengadaan
Kapasitas
Pengelolaan/ Prasarana dan Sarana Jumlah Lokasi Kondisi
Satuan per unit Sumber Jumlah Ket.
Sub Sistem Layanan Tahun
Dana Biaya
DIKELOLA OLEH PEMERINTAH
3
Pewadahan a. Bin/Tong Sampah Unit 0.7 m 438 Tarakan 2009-2013
Pengumpulan a. Gerobak sampah
b. Becak sampah
c. Lainnya
Penampungan a. Transfer depo 2009-2013
Sementara b. Container 3 APBD Baik
Unit 6m 15 Tarakan
3
Pengangkutan a. Dump Truck Unit 8m 3 Tarakan 2008 APBD, CSR Baik
3
8m 2 Tarakan 2012 APBD Baik
3
10 m 1 Tarakan 2008 CSR Baik
3
10 m 1 Tarakan 2014 APBD Rp. 338.340.000,- Baik
3
b. Dump Truck Press Unit 9m 5 Tarakan 2005 Hibah Jepang Kurang Baik
3
6m 2 Tarakan 2011,2012 APBD Baik
3
c. Arm Roll Truck 6m 1 Tarakan 2006 Kurang Baik
3
6m 1 Tarakan 2008 Baik
3
6m 1 Tarakan 2014 APBD Rp. 412.070.000.- Baik
Pengolahan a. Pengomposan Unit 75 kg/bln 1 TPA 2007 APBD Baik
b. Daur ulang Unit 150 kg/bln 1 DKPP APBD Rp. 6.000.000.- Taling Kantor
Unit 80 kg/bln 7 Sekolah 2013 APBD Rp. 42.000.000.- Taling Kantor
Tempat Pengelolaan Akhir (TPA)
Nama dan Lokasi TPA:
A. TPA……………….Lokasi ……………..(sistem yang digunakan………………….)
1. Pembuangan Akhir
a. Alat berat
b. Luas area TPA
2. Pengendalian pencemaran
di TPA
a. Lapisan kedap air
b. Perpipaan pengumpul lindi
c. Instalasi pengolahan lindi
d. Buffer zone
Sistem Pengadaan
Kapasitas
Pengelolaan/ Prasarana dan Sarana Jumlah Lokasi Kondisi
Satuan per unit Sumber Jumlah Ket.
Sub Sistem Layanan Tahun
Dana Biaya
e. pipa gas metan
f. Sumur monitoring
g. Drainase air hujan
3. Sarana penunjang
a. Jalan masuk
b. Kantor
c. Pos jaga
d. Bengkel, garasi, cuci
kendaraan
e. Jembatan timbang
DIKELOLA OLEH SWASTA
Pewadahan a. Bin/Tong Sampah
Pengumpulan a. Gerobak sampah
b. Becak sampah
c. Lainnya
Penampungan a. Transfer depo
Sementara b. Container
Pengangkutan a. Dump Truck
b. Arm Roll Truck
Pengolahan a. Pengomposan
b. Daur ulang
Sistem Pengadaan
Kapasitas
Pengelolaan/ Prasarana dan Sarana Jumlah Lokasi Kondisi
Satuan per unit Sumber Jumlah Ket.
Sub Sistem Layanan Tahun
Dana Biaya
Tempat Pengelolaan Akhir (TPA)
Nama dan Lokasi TPA:
A. TPA DKPP Lokasi Aki BAbu (sistem yang digunakan………………….)
1. Pembuangan Akhir
a. Alat berat Unit 3 TPA 2007/2012 APBD Rp. 5.372 M
b. Luas area TPA Hektar ± 5.2
2. Pengendalian pencemaran
di TPA
a. Lapisan kedap air Hektar ±1
b. Perpipaan pengumpul -
lindi Bak
c. Instalasi pengolahan lindi -
d. Buffer zone -
e. pipa gas metan Sumur
f. Sumur monitoring -
g. Drainase air hujan -
3. Sarana penunjang
a. Jalan masuk Pintu 4 2013 APBD
b. Kantor Unit 1 2012
c. Pos jaga Unit 1 2009
d. Bengkel, garasi, cuci Unit 3 2012/13/14
kendaraan
e. Jembatan timbang Unit 1 2009 APBD Rp 218.000.000,-
Kondisi Kebutuhan
No Uraian
Eksisting Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Pengumpulan -
a. Gerobak sampah 200 50 50 50 50
b. Becak sampah - - - - -
c. Lainnya
Penampungan
Sementara
a. Transfer depo 20 20 20 - -
b. Container 80 5 4 6 6
c. lainnya
Pengangkutan
a. Dump Truck 9 1 1 2 1
b. Arm Roll Truck 4 2 2 1 2
c. Lainnya
Pengolahan
a. Pengomposan
b. Daur ulang
TPA
1. Pemerosesan Akhir
a. Alat berat - 1 - 1 -
(excavator, dll)
b. Lahan TPA - - - - -
2. Fasilitas umum
a. Jalan masuk
b. Air bersih 1 1 1 1 1
c. Kantor - - - - -
3. Pengendalian
pencemaran di TPA
a. Lapisan kedap air - - - - -
b. pipa pengumpul
lindi
c. Instalasi
pengolahan lindi
d. Buffer zone
e. pipa gas metan
f. Sumur monitoring
g. Drainase air hujan
4. Sarana penunjang
a. Jalan operasi
b. Pos jaga
c. Bengkel, garasi,
tempat cuci
kendaraan
d. Jembatan timbang
e. Tanah penutup
Sumber: Hasil Analisa 2014
6.4.2.5. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem
Persampahan
A. Pembangunan Prasarana TPA
Kriteria kegiatan infrastruktur tempat pemrosesan akhir sampah (TPA)
Lingkup Kegiatan :
- Peningkatan Kinerja TPA
Pembuatan tanggul keliling TPA, jalan operasional, perbaikan saluran gas
dan saluran drainase serta pembuatan sel dan lapisan bawah yang kedap
sesuai persyaratan sanitary landfill;
Pengadaan alat berat setelah TPA selesai dibangun dan pemerintah
kab./kota bersedia mengoperasikan TPA secara sanitary landfill;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tarakan VI-85
Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
Kota Tarakan Tahun 2015 - 2019
Pembuatan jalan akses, pagar hijau (buffer zone) di sekeliling TPA,
pembangunan pos pengendali, sumur pemantau, jembatan timbang,
kantor operasional oleh pemerintah kab./kota ;
Pemerintah kab./kota bersedia menyediakan dana untuk pengolahan
sampah di TPA serta pengadaan alat angkut sampah (melalui MoU
Pemda dan Dit. PPLP);
TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan
pelatihan operator Instalasi Pengolahan Leachate (IPL);
Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPL;
Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
- Pengembangan TPA Regional
Penyiapan MOU antara 2 (dua) atau lebih kab./kota untuk pengelolaan
TPA bersama secara regional;
Penetapan daerah yang akan memanfaatkan TPA, serta yang bersedia
menyediakan lahan sebagai lokasi TPA regional;
Penyerahan urusan pengelolaan teknis TPA regional kepada Provinsi,
selanjutnya Pemerintah Provinsi membentuk unit pelaksana teknis
pengelolaan TPA regional;
Fasilitasi pembentukan unit pelaksana teknis pengelolaan TPA regional.
- Pemanfaatan Prasarana dan Sarana yang ada
Rehabilitasi Prasarana Sarana;
Melengkapi Prasarana Sarana yang telah ada;
Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan.
- Penyediaan Prasarana dan Sarana Persampahan atau Pembinaan
Sistem Modul Persampahan:
Pengadaan dan penambahan peralatan;
Pembangunan Prasarana dan sarana;
Pilot Project TPA.
- Piranti Lunak
Peningkatan kelembagaan;
Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta;
Penyiapan hukum dan kelembagaan.
Kriteria Kesiapan
Kondisi dan persyaratan perolehan program tersebut di atas adalah:
Pengoperasian dan pemilahan sistem ini dibiayai dan dilaksanakan oleh
kelompok masyarakat di kawasan itu sendiri;
Pemerintah Kabupaten/Kota akan melakukan penyuluhan kepada
masyarakat.
drainase perkotaan dan daya tampung sungai. Sebagai akibat dari permasalahan
tersebut adalah terjadinya banjir atau genangan yang semakin meningkat.
Drainase yang dimaksud disini adalah drainase perkotaan yang
didefinisikan sebagai drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengelola
dan mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu dan/atau
merugikan masyarakat. Dalam upaya pengelolaan sistem drainase di banyak
kota di Indonesia pada umumnya masih bersifat parsial, sehingga tidak
menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas. Pengelolaan
drainase perkota an harus dilaksanakan secara menyeluruh, mengacu kepada
SIDLACOM dimulai dari tahap Survey, Investigation (investigasi), Design
(perencanaan), Operation (Operasi) dan Maintanance (Pemeliharaan), serta
ditunjang dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi
masyarakat.
B. Turap - - -
C. Bangunan pelengkap - - -
(gorong-gorong, pintu air,
pompa, talang, dst)
D. Waduk,kolam retensi, - - -
sumur resapan
Sumber : Hasil Analisa 2014
Tantangan Pengembangan Drainase
Tantangan yang dihadapi secara umum di Indonesia adalah mencegah
penurunan kualitas lingkungan permukiman di perkotaan, optimalisasi fungsi
pelayanan dan efisiensi prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun,
peningkatan dan pengembangan sistem yang ada, pembangunan baru secara
efektif dan efisien yang menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah dan
menunjang terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih
dan sehat serta meningkatkan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.
Tantangan lainnya adalah adanya Peraturan Menteri PU Nomor
14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang
target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah
kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal
5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab
kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang
Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2-JM CK yang merupakan
tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Drainase. Target pelayanan
dasar bidang Drainase sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor
14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel
6.46.
Lingkup Kegiatan :
Pembangunan saluran drainase primer (macro drain), pembangunan
kolam retensi, dan bangunan pelengkap utama lainnya (pompa,
saringan sampah, dsb);
Pembangunan saluran drainase sekunder dan tersier (micro drain) oleh
pemerintah kota;
Sosialisasi/diseminasi/ kampanye NSPM pengelolaan saluran drainase
termasuk kegiatan pembersihan sampah di sekitar saluran drainase;
Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan
masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
Kriteria Kesiapan :
Sudah memiliki RPI2JM dan SSK/Memorandum Program atau sudah
mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
Dilaksanakan dalam rangka pengurangan lokasi genangan di perkotaan;
Terintegrasi antara makro drain dan mikro drain, serta dengan sistem
pengendali banjir;
Terdapat institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang
dibangun;
Tidak ada permasalahan lahan (lahan sudah dibebaskan, milik
Pemkot/kab);
Pemerintah kab./kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya
operasi dan pemeliharaan;
Pemerintah Kabupaten/Kota akan melaksanakan penyuluhan kepada
masyarakat.
Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Drainase Perkotaan dipaparkan
pada gambar 6.18 berikut.
Tabel 6. 48 Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan PLP Kota Tarakan
OUTPUT SUMBER DANA TAHUN
No INDIKATOR OUTPUT LOKASI VOL SATUAN APBN APBD APBD MASYA SWAS
CSR 1 2 3 4 5
RINCIAN MURNI PHLN PROV KOTA RAKAT TA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGEMBANGAN SUMBER PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI,
DAN PENYELENGGARAAN SERTA PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
1 Infrastruktur Air Limbah
Jumlah Kawasan yang Terlayani
Infrastruktur Air Limbah Dengan
Sistem Off-Site dan Sistem On-Site