Anda di halaman 1dari 8

Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Satuan Kerja

BAB III
LANGKAH TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN
SATUAN KERJA

3.1. TAHAPAN PERSIAPAN


Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam penyusunan Renstra terdiri dari:
1. Melakukan identifikasi isu-isu strategis
Identifikasi isu-isu strategis atau pilihan-pilihan strategis yang akan dihadapi dalam jangka
waktu pelaksanaan Renstra selama 5 (lima) tahun ke depan merupakan representasi
perkembangan dan tren dengan potensi berdampak pada strategi yang akan dilaksanakan. Isu
stretegis yang diidentifikasi adalah yang terkait dengan sub sector pada wilayah kerja Satker
yang bersangkutan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk menemu kenali isu strategis ini dapat diperoleh dari data primer melalui wawancara
atau diskusi dengan narasumber yang berkompten atau melalui data sekunder dalam bentuk
laporan dan dokumen dari badan atau organisasi yang kompeten.
Termasuk di dalam identifikasi isu strategis adalah visi, misi dan program prioritas
(platform) calon Presiden yang terkait dengan sector yang menjadi kewenangan Unit
Kerja/UPT. Isu tersebut harus dimasukkan sebagai pijakan awal di dalam penyusunan
Renstra. Hal ini mengingat bahwa Renstra Kementerian merupakan penjabaran dari
RPJMN yang pada hakekatnya merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Presiden terpilih, yang dijabarkan ke dalam Renstra Unit Organisasi. Adapun Renstra Unit
Kerja/UPT merupakan penjabaran dari Renstra Unit Organisasi.
Isu strategis lainnya yang perlu ditelaah adalah isu-isu sub sector yang sudah tercantum di
dalam dokumen perencanaan jangka panjang atau RPJPN yang menjadi acauan untuk
perencanaan 25 tahun dan memuat indikasi-indikasi untuk perencanaan jangka mengah 5
tahunan (RPJMN).

2. Melakukan identifikasi asas legal


Identifikasi asas legal dalam pelaksanaan tugas dan justifikasi fungsi dan kewenangannya
menjadi gambaran awal latar belakang perlunya keberadaan Satker terhadap kondisi umum
yang dihadapi. Asas legal yang dimaksud terdiri dari peraturan perundangan pembagian
urusan dan kewenangan antar pemerintah dan peraturan perundangan yang terkait dengan
sub sector di wilayah kerja Satker yang bersangkutan.
3. Melakukan identifikasi struktur organisasi
Identifikasi struktur organisasi beserta tugas pokok dan fungsinya dilakukan sebagai dasar
untuk melihat dan menentukan lingkup kewenangan Satker. Identifikasi awal dilakukan
pada peraturan perundangan beserta peraturan turunannya yang menjadi dasar pembagian
kewenangan.

4. Melakukan identifikasi data-data dan informasi


Identifikasi data-data dan informasi yang dimaksud di sini adalah seluruh informasi dan data
diperlukan atau yang dibutuhkan sebagai bahan pengambilan keputusan selama proses
penyusunan Dokumen Perencanaan. Sumber-sumber informasi dapat dibagi ke dalam dua

10
Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Satuan Kerja

kelompok yaitu internal dan eksternal. Untuk inventarisasi kondisi internal organisasi antara
lain dapat berupa:
(1) Data base internal
(2) Laporan kinerja tahunan termasuk Laporan Akuntabilitas Kinerja
(3) Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan
(4) Laporan hasil audit keuangan
(5) Laporan kinerja pegawai
(6) File tentang berbagai kebijakan yang pernah diambil.
(7) Hasil survey yang pernah dilakukan, termasuk hasil evaluasi mendalam terhadap
kegiatan-kegiatan tertentu yang bersifat mendalam.
Sumber-sumber informasi untuk analisis kondisi eksternal organisasi antara lain dapat
berupa:
(1) Laporan statistik dari Badan Pusat Statistik yang relevan dengan kewenangan dan
fungsi organisasi, khususnya dari Badan Statistik di provinsi dan/atau kabupaten/kota.
(2) Laporan pertanggungjawaban Bupati/Walikota dan badan/dinas/UPTD/BUMD yang
langsung terkait dengan sub sector di wilayah kerja Satker..
(3) Laporan dari asosiasi profesi regional atau daerah
(4) Informasi dari media baik cetak maupun siaran.
(5) Laporan hasil penelitian dari pusat penelitian pada berbagai Lembaga, badan atau
universitas di daerah
(6) Laporan yang relevan dari Lembaga-lembaga swadaya masyarakat.

3.2. IDENTIFIKASI KONDISI UMUM DAN PERMASALAHAN


3.1.1. Identifikasi Kondisi Umum
Identifikasi kondisi umum merupakan langkah bagi Satker untuk menggambarkan pencapaian-
pencapaian yang telah dilaksanakan dalam Dokumen Perencanaan periode sebelumnya beserta
aspirasi-aspirasi masyarakat terkait dengan pemenuhan kebutuhan barang publik, layanan
publik, dan regulasi pada sub sector di wilayah kerja Satker. Langkah yang ditempuh meliputi:
1. Mengevaluasi Pelaksanaan Dokumen Perencanaan Periode Sebelumnya
Evaluasi pelaksanaan Dokumen Perencanaan dapat dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi keberhasilan pencapaian target sebagaimana yang terdapat di dalam
Dokumen Perencanaan, yaitu dengan membandingkan realisasi kinerja dengan target
kinerja beserta faktor-faktor keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian kinerja yang
dapat berupa faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal seperti keterbatasan pengelolaan SDM, sistem penyelenggaraan
(misalnya kelemahan “program”), dan/atau sistem pengendalian
(monitoring/pengawasan), dll.
2) Faktor eksternal dapat berupa kondisi alam seperti kejadian bencana, komitmen
Pemerintah Daerah dan/atau pihak swasta, kebijakan pemerintah daerah, kondisi
social dan perekonomian di daerah di wilayah kerjanya, dll.
b. Mengidentifikasi realisasi pendanaan dengan target pendanaan, yang meliputi:
1) Membandingkan realisasi pendanaan dengan target pendanaan tahunan dalam
Dokumen Perencanaan yang bertujuan untuk mengetahui kinerja efisiensi dan
efektifitas dalam penggunaan anggaran Satker.
2) Membandingkan realisasi pendanaan dengan target pendanaan tahunan yang
terdapat di dalam Renstra yang bertujuan untuk mengetahui pencapaian kinerja

11
Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Satuan Kerja

pendanaan sebagaimana yang tertuang di dalam Kerangka Pendanaan Dokumen


Perencanaan Satker.

2. Penjaringan Aspirasi Masyarakat


Penjaringan aspirasi masyarakat dimaksudkan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
barang publik, layanan publik dan regulasi pada sub sector di wilayah kerja Satker yang
bersangkutan. Aspirasi masyarakat adalah keinginan masyarakat agar pemerintah memenuhi
kebutuhan barang publik, layanan publik, dan regulasi yang disampaikan oleh masyarakat
dalam media cetak, forum resmi, dan/atau yang diperoleh melalui mekanisme penjaringan
aspirasi yang akuntabel. Barang publik dapat berupa penyediaan infrastruktur. Adapun
pelayanan publik dapat berupa jasa seperti pendidikan dan pelatihan, dan pelayanan
administrasi berupa perijinan dan non perijinan.
Adapun yang dimaksud dengan “masyarakat” adalah pelaku pembangunan yang merupakan
orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum
yang berkepentingan dengan kegiatan dan hasil pembangunan baik sebagai penanggung
biaya, pelaku, penerima manfaat, maupun penanggung risiko. Dalam konteks yang lebih
luas, maka masyarakat termasuk di dalamnya adalah seluruh stkeholder yang terkait,
termasuk di dalamnya pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten/kota yang berada di
wilayah kerja Satker yang bersangkutan.
Proses penjaringan aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh harus melalui wadah dan
mekanisme yang akuntabel. Penjaringan aspirasi masyarakat dapat dilakukan melalui:
a. Tatap muka yaitu dilaksanakan melalui pertemuan dengan berbagai stakeholder sesuai
dengan sector dan/atau sub sector yang terkait yang dapat dilakukan dengan cara:
1) Rapat Bersama: merupakan pertemuan formal antara penyelenggara pelayanan dan
publik terkait.
2) Focus Group Discussion (FGD): merupakan bentuk pertemuan semi-formal antara
penyelenggara pelayanan dan publik terkait dalam skala tidak terlalu besar yang
lebih mengarah kepada metode diskusi dimana pihak penyelenggara dapat menjadi
narasumber atau mengundang pakar yang ahli sesuai tema yang akan dibahas.
3) Publik Hearing: merupakan bentuk pengumpulan ide/gagasan/opini dari semua
lapisan publik melalui metode/media tertentu terhadap kebijakan penyelenggara
pelayanan publik, dimana hasilnya menjadi bahan diskusi awal terhadap suatu
kebijakan.
4) Loka Karya, disebut juga Academic Workshop: pertemuan formal antara
penyelenggara pelayanan dan publik tertentu yang ahli dalam permasalahan
yang akan didiskusikan.
5) Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan (Musrenbang), pertemuan antar pelaku
pembangunan (Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat) dalam rangka menyusun
rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah yang akan
dilaksanakan dalam bentuk program kerja. Kegiatan ini diselenggarakan
diakhir tahun anggaran dan berskala dapat berskala regional atau nasional.
b. Non tatap muka merupakan pendukung dari kegiatan tatap muka yang dapat dilakukan
melalui media komunikasi yang tersedia di lingkungan Kementerian PUPR dan/atau
pada Unit Organisasi dan Unit Kerja/UPT.

3.1.2. Identifikasi Potensi dan Permasalahan


Identifikasi potensi dan permasalahan merupakan langkah untuk menganalisis permasalahan,
potensi, kelemahan, peluang serta tantangan jangka menengah maupun secara nasional yang

12
Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Satuan Kerja

akan dihadapi dalam rangka melaksanakan penugasan yang diamanatkan dalam RPJMN pada
sub skctor, khususnya yang berada pada wilayah kerja Satker yang bersangkutan.
Satker dapat menganalisis potensi, permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi dengan cara:
a. menganalisis perubahan yang akan terjadi pada lingkungan organisasi baik secara internal
maupun eksternal (analisis lingkungan strategis).
b. menganalisis hasil evaluasi pencapaian pelaksanaan kegiatan Satker
c. menganalisis hasil penjaringan aspirasi Masyarakat.
Analisis lingkungan strategis bertujuan untuk:
a. Mendeteksi perubahan-perubahan dan peristiwa-peristiwa penting, khususnya berkaitan
dengan bidang sosial, politik, ekonomi, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Mendefinisikan tantangan, peluang atau perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh
peristiwa-peristiwa penting tersebut di atas, terhadap organisasi.
c. Mengetahui peluang-peluang spesifik yang ada dalam lingkungan organisasi
d. Memberikan informasi mengenai orientasi masa depan kepada setiap jajaran pimpinan dan
staf.
e. Memberikan sinyal kepada seluruh jajaran tentang apa yang harus diperbuat terhadap
organisasi.
Analisis lingkungan strategis meliputi lingkungan internal dan eksternal.
a. Lingkungan Internal organisasi berupa:
(1) Kekuatan (strengths) yaitu situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif yang
memungkinkan organisasi menuai keuntungan strategis dalam mencapai tujuan dan
sasaran kegiatan.
(2) Kelemahan Internal (weakness) adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi yang
bersifat negatif, yang menghambat organisasi mencapai atau mampu melampaui
pencapaian.
Kekuatan dan kelemahan lingkungan internal yang dapat dikelola oleh organisasi
meliputi:
(a) Struktur organisasi termasuk susunan dan penempatan personilnya.
(b) Sistem organisasi dalam mencapai efektivitas organisasi termasuk efektivitas
komunikasi internal beserta proses bisnis/tata laksana organisasi.
(c) Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur termasuk komposisi dan kompetensinya.
(d) Biaya operasional berikut sumber pendanaanya.
(e) Faktor-faktor lain yang menggambarkan dukungan terhadap proses kerja organisasi
yang sudah ada, maupun yang secara potensial dapat muncul di lingkungan internal
organisasi seperti teknologi yang telah digunakan sampai saat ini.
b. Lingkungan eksternal organisasi meliputi:
(1) Peluang (opportunities) yaitu situasi dan faktor-faktor luar organisasi yang bersifat
positif, yang membantu organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
(2) Tantangan (threats) adalah faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negatif, yang dapat
mengakibatkan organisasi gagal dalam mencapai visi dan misi.
Peluang dan tantangan lingkungan eksternal yang tidak dapat dikelola dan dikendalikan
organisasi meliputi berbagai faktor yang dapat dikelompokkan menjadi:
(a) Task Environment: factor yang secara langsung berinteraksi dan mempengaruhi
organisasi seperti: pelanggan, konsumen, stakeholder.
(b) Economic Environment: meliputi analisis kondisi eknomi pada tingkat daerah,
seperti masalah keuangan Pemerintah Daerah, dan sebagainya.
(c) Technological Environment: perubahan-perubahan dan kemajuan teknologi yang
menuntut oganisasi untuk menyesuaikannya baik dalam hal kecepatan, ketepatan
maupun efektivitas dan efisiensi.

13
Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Satuan Kerja

(d) Social Environment: menyangkut perilaku sosial dan nilai-nilai budaya yang juga
terus mengalami perubahan dan dinamika. Saat ini nilai-nilai keterbukaan dan
transparansi misalnya menjadi suatu keharusan bagi instansi pemerintah. Demikian
pula nilai-nilai kebebasan berpendapat dan menyampaikan kritik secara terbuka dari
masyarakat.
(e) Ecological Environment, merupakan hal yang paling sulit dianalisis sehingga
identifikasi tentang kecenderungan dan peluang sulit dilakukan karena tergantung
pada tingkat kemapanan lingkungan, dan belum ada suatu pembakuan yang telah
disepakati bersama. Termasuk dalam lingkungan ini adalah tingkat polusi dan
pencemaran lingkungan fisik atau alam, dan kerentanan bencana di suatu daerah.
(f) Political Environment: merupakan kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan
dengan kegiatan organisasi, misalnya kebijakan perpajakan, perijinan serta
kebijakan lain yang memiliki dampak jangka panjang, termasuk keputusan-
keputusan politik yang dibuat oleh lembaga-lembaga perwakilan di daerah.
(g) Security Environment: berkaitan dengan permasalahan keamanan yang berpengaruh
terhadap kehidupan dan kelangsungan suatu organisasi dan berkaitan dengan
kesejahteraan masyarakat.
Metode yang biasanya digunakan dalam analisis lingkungan ekternal dan internal ini antara lain
metode Strengths-Weaknesses-Opportunites-Threats (SWOT) Analysis, Critical Strategic Issues
(CSI), Cost Benefits Analysis (CBA).

3.3. PENYUSUNAN TUJUAN DAN OUTPUT KEGIATAN


Tujuan dan Output Kegiatan disusun berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan
yang akan dihadapi sebagaimana yang dijelaskan pada Bab 3.1 dan 3.2.
Tujuan Satker merupakan merupakan suatu pernyataan tentang keadaan yang diinginkan pada
sub sector di wilayah kerjanya, di mana organisasi tersebut bermaksud merealisasaikan, dan
sebagai pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang, di mana organisasi sebagai
kolektivitas mencoba untuk menimbulkannya. Kriteria rumusan Tujuan meliputi:
a. Tujuan berada pada level outcome yang dihasilkan oleh Unit Kerja/UPT secara keseluruhan.
b. Tujuan harus sejalan dengan tujuan dan sasaran strategis Kementerian dan/atau sasaran
program serta berlaku pada periode jangka menengah.
c. Tujuan harus dilengkapi dengan rencana sasaran kegiatan yang hendak dicapai dalam rangka
mencapai sasaran strategis dan/atu sasaran program untuk sub sektor yang menjadi tugas dan
kewenangannya.
d. Tujuan harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai pada periode jangka
menengah pada sub sector sesuai tugas dan kewenangannya.
e. Tujuan harus dapat dicapai dengan kemampuan yang dimiliki oleh Unit Kerja/UPT.
f. Tujuan harus dapat mengarahkan perumusan sasaran sasaran kegiatan, arah kebijakan dan
strategi serta kegiatan pada lingkup Unit Kerja/UPT.
Output Kegiatan Satker merupakan hasil yang akan dicapai dari suatu Kegiatan dalam rangka
pencapaian Sasaran Program yang mencerminkan berfungsinya keluaran (output) pada wilayah
kerjanya. Output Kegiatan disusun berdasarkan:
a. Output Kegiatan yang dirumuskan harus dapat mendukung tercapainya Sasaran Kegiatan
pada wilayah kerja Satker;
b. Output Kegiatan perlu memiliki keterkaitan dan hubungan sebab-akibat dengan Sasaran
Kegiatan.
Setiap Output Kegiatan harus memiliki Indikator Kinerja yang merupakan ukuran kuantitatif
yang menggambarkan keberhasilan pencapaian Output Kegiatan. Indikator Kinerja dalam

14
Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Satuan Kerja

Struktur Manajemen Kinerja merupakan sasaran kinerja yang secara akuntabilitas berkaitan
dengan Sarker yang bersangkutan.
Karakteristik yang harus terdapat dalam rumusan Indikator Kinerja Kegiatan antara lain:
a. harus mencerminkan tujuan Satker sesuai dengan tugas dan fungsi pada wilayah kerjanya;
b. harus bersifat spesifik dan terukur;
c. harus dapat mendukung pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan; dan
d. harus dapat dievaluasi berdasarkan periode waktu tertentu.
Rumuskan Indikator Output Kegiatan harus memenuhi kriteria penyusunan indicator kinerja
yang baik sebagai berikut:
a. Specific: indikator kinerja dapat diidentifikasi dengan jelas dan tidak bermakna ganda
sehingga mudah untuk dimengerti dan digunakan.
b. Measurable: indikator kinerja dinyatakan dengan jelas dan terukur dengan skala penilaian
tertentu yang disepakati, dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas atau harga;
c. Achievable: indikator kinerja merupakan sesuatu yang dapat dicapai;
d. Relevant: mencerminkan keterkaitan (relevansi) secara logis dan langsung antara target
output kegiatan dengan outcome dalam rangka mencapai target outcome pada Unit
Organisasi dan/atau unit kerja.
e. Time Bond: waktu/periode pencapaian indikator kinerja ditetapkan.
Masing‐masing indikator kinerja, selanjutnya harus dilengkapi dengan informasi indikator
kinerja. Informasi indikator kinerja dalam kerangka pengukuran kinerja terdiri atas:
a. Nama indikator: mengidentifikasi nama dan kategori indikator (indicator output);
b. Tujuan/kepentingan: menjelaskan apa yang ingin dicerminkan dari sebuah indikator dan
mengapa itu penting;
c. Metode penghitungan: menggambarkan cara penghitungan indikator (jika indikator yang
digunakan merupakan hasil perhitungan dari data/informasi yang dikumpulkan);
d. Tipe penghitungan: mengidentifikasi sifat indikator kinerja (bersifat kumulatif atau non‐
kumulatif);
e. Indikator baru: mengidentifikasi indikator baru atau indikator lama yang berubah sasaran
kinerjanya dibanding periode sebelumnya;
f. Kinerja yang diharapkan: mengidentifikasikan tingkat dan arah kinerja yang diharapkan;
g. Penanggungjawab indikator: mengidentifikasi bagian/bidang penanggungjawab dalam
pendefinisian, analisis data, interpretasi dan pelaporan indikator;
h. Pengelola data indikator: mengidentifikasi unit kerja penanggungjawab dalam memastikan
data indikator telah terkumpul dan tersedia sesuai jadwal;
i. Waktu pelaksanaan pengumpulan data indikator: tanggal yang ditetapkan untuk memulai
pengumpulan data indikator;
j. Jadwal pelaporan: mengidentifikasi jadwal pelaporan indikator (apakah dilaporkan
pertigabulan, persemester atau pertahun);
k. Sumber pengumpulan data: menggambarkan darimana data/informasi didapat dan
bagaimana pengumpulannya; dan
l. Hambatan pengumpulan data: mengidentifikasi hambatan pengumpulan data/informasi
terkait pengukuran kinerja.
Tahapan Perumusan Tujuan dan Sasaran
a. Tahap Persiapan yaitu tahapan untuk menginventarisasi dan menganalisis seluruh data-data
yang berkaitan dengan hasil analisis lingkungan strategis dan data-data lain yang
dibutuhkan.
b. Tahap Brainstroming yaitu tahap mengidentifikasikan dan membahas berbagai alternatif
tujuan dan output kegiatan yang ingin dicapai.

15
Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Satuan Kerja

c. Tahap Menetapkan Prioritas yaitu tahap memilih tujuan dan output kegiatan yang menjadi
prioritas utama bagi organisasi. Sehingga dapat diketahui tujuan dan output kegiatan mana
yang akan dicapai terlebih dulu dengan memperhatikan kemampuan yang dimiliki oleh
organisasi.
d. Tahap Mengkaji Ulang yaitu tahap di mana tujuan dan output kegiatan yang telah disusun
dalam prioritas tertentu, dikaji ulang dengan kondisi lingkungan internal dan eksternal
dengan memadukan umpan balik customer dan stakeholders. Pada tahap ini juga perlu
dilakukan identifikasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi jika tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan tidak dapat terlaksana.
e. Tahap Penajaman yaitu upaya untuk memperoleh hasil rumusan tujuan dan output kegiatan
yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan pada setiap entitas. Upaya terakhir ini dapat
dilakukan berulang-ulang sebelum dilakukan pembahasan pada level yang lebih tinggi dan
sosialisasi di lingkungan Unit Organisasi dan/atau Unit Kerja/UPT.

3.4. PENYUSUNAN TARGET KINERJA DAN PENDANAAN


a. Penyusunan Target Kinerja
Target kinerja ditetapkan setelah penyusunan indikator kinerja secara Spesific, Measurable,
Attainable, Relevant, dan Timely (SMART). Target kinerja menunjukkan tingkat sasaran
kinerja spesifik yang akan dicapai oleh Sarker di wilayah kerjanya dalam periode waktu
yang telah ditetapkan. Kriteria yang harus dipertimbangkan, yaitu:
(1) Target harus menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan dicapai dari setiap
Indikator Output Kegiatan.
(2) Penetapan target harus relevan dengan indikator kinerjanya, logis dan berdasarkan
baseline data yang jelas.
b. Perencanaan Kebutuhan Pendanaaan
Perencanaan kebutuhan pendanaan merupakan detail penjabaran strategi pendanaan program
dan kegiatan yang ditetapkan. Pendanaan bersumber yang dibiayai oleh APBN termasuk
melalui skema KPBU.
c. Koridor dalam Penyusunan Target dan Pendanaan
Penyusunan target dan pendanaan selama 5 (lima) tahun ke depan dilakukan dengan
memperhatikan:
a. penentuan target dilakukan dengan melihat hasil evaluasi pencapaian target, sehingga
dapat dihitung target yang masih harus dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke
depan;
b. Target dan kebutuhan pendanaan disusun sesuai dengan tahapan kegiatan yang
direncanakan. Dalam hal ini perlu ditetapkan kapan kegiatan dimulai dan kapan kegiatan
tersebut harus berhenti;
c. Kebutuhan pendanaan diprioritaskan untuk membiayai kebutuhan untuk mencapai
Target pembangunan nasional yang diamanatkan dalam RPJMN yang menjadi tanggung
jawab Kementerian PUPR dan Satker di wilayah kerja yang bersangkutan;
d. Perencanaan kebutuhan pendanaan dilakukan dalam perspektif jangka menengah 5
(lima) tahun) sebagai wujud dari penerapan KPJM;
e. Penentuan Target dan kebutuhan pendanaan disesuaikan dengan kapasitas pelaksanaan
Satker; dan
Tabel Target dan Kebutuhan Pendanaan yang harus diisi oleh setiap sesuai format
sebagaimana tercantum di bawah ini.

16
Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Satuan Kerja

Tabel 3.2. Matrik Kinerja dan Kerangka Pendanaan Unit Kerja/UPT

Target Alokasi (dalam juta rupiah)


Kegiatan Indikator Output Kegiatan Lokasi PPK
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
KEGIATAN :
…………………………………………………………………
……
Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja Kegiatan
Output Kegiatan:
XXX XXX XXX XXX XXX XXX
……………………………………………………………..
Indikator Output Kegiatan
Sub Output XXX XXX XXX XXX XXX
Output Kegiatan:
XXX XXX XXX XXX XXX XXX
………………………………………………………………
Indikator Output Kegiatan
Sub Output XXX XXX XXX XXX XXX
Dst

17

Anda mungkin juga menyukai