Oleh :
Kelompok 7
1. Anak Agung Putu Rista Andari ( 1907531006 )
2. Ida Ayu Gardynia Anjelina ( 1907531007 )
3. Ni Luh Putu Santi Artini ( 1907531016 )
4. Putu Nanda Puspadewi ( 1907531017 )
2
penyusunan rencana kerja pemerintah, musrenbang provinsi, musrenbang
kabupaten,musrenbang kecamatan, usrenbang Desa.
3. ) Partai Politik
Perencanaan Publik : musyawaro kerja tingkat pusat, musyawarah kerja wilayah,
musyawarah kerja derah, musyawarah kerja cabang, musyawarah kerja ranting.
4.) LSM
5.) Yayasan/tempat peribadatan
3
periode yang bersangkutan.Dasar akrual telah menjadi aturan yang harus
dilaksanakan. Hal ini dilakukan dengan mengaplikasikannya dalam proses
organisasi publik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
5) Kelangsungan Usaha atau Organisasi
Demi kelangsungan hidupnya, organisasi menetapkan dasar-dasar hukum
atau aturan organisasi sebagai pedoman dalam menjalankan organisasi tersebut.
Organisasi juga harus memenuhi tuntutan-tuntutan di dalam dasar hukum agar
proses berjalan seperti yang dikehendaki. Dengan dilaksanakannya dasar hukum,
organisasi dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sesuai visi dan misi
organisasi publik
6) Akuntabilitas Kinerja
Akuntabilitas kinerja merupakan salah satu kunci bagi terwujudnya good
governance dalam pengelolaan organisasi public. Jadi, tidak salah jika siklus
akuntansi sector public diakhiri dengan proses pertanggungjawaban.
4
c. Kegagalan memahami peran penting perencanaan dalam proses
manajemen.
Outcomer dari proses perencanaan public adalah dokumen perencaan yang
mayoritas terbagi menjadi dokumen perencanaan jangka pendek (datu tahun),
dokumen perencanaan jangka menengah (lima tahun) , dan dokumen perencanaan
jangka panjang (dua puluh lima tahun). Karakteristik kualitatif dari kualitas output
perencanaan publik
· 1. Dapat dipahami
· 2. Relevan
2)kualitas penganggaran publik
Salah satu permasalahan utama dalam penyusunan kualitas anggaran
adalah pemikiran manajemen yang tidak mempunyai nilai tambah bagi kualitas
organisasi.manajemen tidak mempertimbangkan permasalahan organisasi yang
ada jika tidak ada kualitas anggaran. Penyelenggaraan kegiatan organisasi yang
menjadi kewenangan organisasi didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan
dan belanja organisasi. Penyusunan anggaran dapat dikatakan baik apabila
memenuhi persyaratan berikut:
a. Berdasarkan program.
b. Berdasrkan pust pertanggungjawaban, pusat biaya, pusat laba, dan
pusat investasi.
c. Sebagai alat perencanaan dn pengendalian.
d. Sebagai alat motivasi kinerja karyawan.
5
Dua karakteristik kualitatif dari kualitas output realisasi anggaran public, yaitu
dapat dipahami dan terandalkan.
3)kualitas pengadaan Barang dan Jasa Publik
Pengadaan barang dan jasa merupakan penambahan barang dan/jasa
dengan total biaya kepemilikan yang paling masuk akal, dalam kuantitas dan
kualitas yang benar, pada waktu yang tepat , dan dari sumbre yang tepat untuk
memperoleh manfaat secra langsung.
4) Kualitas Pelaporan Sektor publik
“kualitas pelaporan keuangan”, pustaka-pustaka sebelumnya telah focus
pada hal-hal seperti pengelolaan pendapatan, uraian keuangan, dan kecurangan
yang secara jelas menjadi penghalang tercapai laporan keuangan yang
berkualitas serta telah menggunakan factor-faktor tersebut sebagai bukti
penurunan konsep dalam proses pelaporan keuangan. Secara khusus, pustaka-
pustaka sebelumnya telah memeriksa peran berbagai pelaku dalam jajaran tata
pemerintahan (seperti dewan, komite audit, serta auditor internal dan eksternal)
dan jangkauan yang baik secara individu maupun kolektif telah berpengaruh
terhadap pencapaian laporan keuangan yang lepas dari salah ungkap dan salah
saji.
6
d. Dapat dibandingkan
7
Tujuan penyusunan standar akuntansi sector :
8
7. IPSAS 7 - Accounting for Investments in Associates
8. IPSAS 8 - Financial Reporting of Interests in Joint Ventures
9. IPSAS 9 - Revenue from Exchange Transactions
10. IPSAS 10 - Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
11. IPSAS 11 - Construction Contracts
12. IPSAS 12 - Inventories
13. IPSAS 13 - Leases
14. IPSAS 14 - Events After the Reporting Date
15. IPSAS 15 - Financial Instruments: Disclosure and Presentation
16. IPSAS 16 - Investment Property
17. IPSAS 17 - Property, Plant and Equipment
18. IPSAS 18, Segment Reporting
19. IPSAS 19 - Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
20. IPSAS 20 - Related Party Disclosures
21. IPSAS 21 - Impairment of NonCash-Generating Assets
9
c. Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan atas laporan ekonomis dan
keuangan
d. Mengusahakan harmonisasi antaryurisdiksi dengan menggunakan dasar akuntansi
yang sama
Standar Nomenklatur
Nomenklatur didefinisikan sebagai daftar perkiraan/akun buku besar
yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan,
pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, dan pelaporan keuangan pemerintah
pusat. Selain itu noenklatur juga merupakan daftar perkiraan buku besar yang
ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan,
pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, pelaporan keuangan, serta
memudahkan pemeriksaan dan pengawasan. Nomenklatur disebut juga dengan
istilah kode rekening. Dalam system pengolahan data akuntansi, kode ini
memenuhi berbagai tujuan berikut :
(1) Mengidentifikasi data akuntansi secara unik
(2) Meringkas data
10
(3) Mengklasifikasi rekening atau transaksi
(4) Menyampaikan makna tertentu
11
b. Kode ini jarang digunakan karena terbatas nya kode huruf. Namun kode
ini memudahkan identifikasi dan mengingat referensi yang penting.
Standar akuntansi keuangan sektor publik: PSAK 45, Laporan keuangan
yg dihasilkan, standar akuntansi pemerintah, IPSAS, UU DAN PP terkait(PP 71
2010 dll)
PSAK No. 45 tentang Standar Akuntansi Untuk Entitas Nirlaba
Karakteristik organisasi sector public berbeda dengan organisasi bisnis.
Ukuran kinerja organisasi sector public penting bagi pengguna. Para pengguna
laporan keuangan organisasi sector public memiliki kepentingan bersama yang
tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yakni untuk menilai :
1. Jasa yang diberikan oleh organisasi sector public dan kemampuannya untuk terus
memberikan jasa tersebut
2. Cara pengelolah melaksanakan tugas dan pertanggungjawabannya
3. Aspek kinerja pengelolah
Pertanggungjawaban pengelolah mengenai kemampuannya mengelolah
sumber daya organisasi yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui
laporan aktivitas dan laporan arus kas.
12
Kasus Korupsi Massal di DPRD Kota Malang
Sebanyak 41 dari 45 anggota DPRD Kota Malang terjerat kasus korupsi
yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Akibatnya, proses
pembangunan di Kota Malang terancam lumpuh total. Rombongan terduga
koruptor tersebut terjerat dugaan kasus suap pembahasan APBD-P Pemkot
Malang Tahun Anggaran 2015. Mantan Ketua DPRD Kota Malang, Moch Arief
Wicaksono, menjadi yang pertama kali dijebloskan penjara dengan vonis 5 tahun.
Penyidik KPK awalnya melakukan penangkapan terhadap mantan Ketua DPRD
Moch Arief Wicaksono dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan
Pengawasan Bangunan (DPUPPB) Kota Malang Jarot Edy Sulistyono. Arief
menerima suap Rp 700 juta dari Edy untuk pembahasan APBD Perubahan Kota
Malang tersebut. Setelah melakukan pengembangan perkara tersebut, penyidik
menemukan bahwa suap juga dilakukan oleh belasan anggota Dewan.
Pada Senin (23/7/2018), KPK melimpahkan 18 berkas beserta bukti bukti
kasus terkait suap pembahasan APBD-P Pemkot Malang Tahun 2015. “Hari ini
(Senin dilakukan pelimpahan barang bukti dan 18 tersangka suap terkait
pembahasan APBD-P Pemerintah Kota Malang Tahun Anggaran 2015 ke
penuntutan (tahap 2). Selain itu, KPK juga menangkap Wali Kota Malang
nonaktif Moch Anton. Ke-18 tersangka tersebut adalah Sulik Lestyowati (SL),
Abdul Hakim (ABH), Bambang Sumarto (BS), Imam Fauzi (IF), Syaiful Rusdi
(SR), Tri Yudiani (TY), Suprapto (SPT), Sahrawi (SAH), Mohan Katelu (MKU),
Salamet (SAL).
Selain itu, Zainuddin (MZN), Wiwik Hendri Astuti (WHA), Heri Pudji
Utami (HPU), Abdul Rachman (ABR), Hery Subiantono (HS), Rahayu Sugiarti
(RS), Sukarno (SKO), dan Yaqud Ananda Gudban (YB). Sidang 18 tersangka
dilakukan di Pengadilan Negeri Tipikor Surabaya. Dalam kasus ini, fee yang
diterima dua pimpinan dan 19 anggota DPRD Malang diduga berasal dari Wali
Kota Malang Mochamad Anton dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan
dan Pengawasan Bangunan Pemkot Malang Jarot Edy Sulistiyono.
KPK bergerak cepat. Usai menetapkan 18 orang menjadi tersangka, pada hari
Senin (3/9.2018), KPK menetapkan 22 anggota menjadi tersangka. Berikut ke-22
nama legislator Kota Malang yang ditetapkan sebagai tersangka: 1. Arief
13
Hermanto 2. Teguh Mulyono 3. Mulyanto 4. Chieroel Anwar 5. Suparno
Haduwibowo 6. Imam Ghozali 7. Mohammad Fadli 8. Asia Iriani 9. Indra
Tjahyono 10. Een Ambarsari 11. Bambang Triyoso 12. Diana Yanti 13. Sugiarto
14. Afdhal Fauza 15. Syamsul Fajrih 16. Hadi Susanto 17. Erni Farida 18. Sony
Yudiarto 19. Harun Prasojo 20. Teguh Puji Wahyono 21. Choirul Amri 22. Ke-22
anggota DPRD Kota Malang ini disangka melanggar pasal 12 huruf a atau pasal
11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan TIndak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 juncto pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Kondisi tersebut membuat agenda di
DPRD mandeg. Salah satunya adalah sidang paripurna LKPJ akhir masa jabatan
Wali Kota Malang 2013 - 2018, sidang paripurna pengesahan P-APBD tahun
anggaran 2018 dan pembahasan APBD induk tahun anggaran 2019.
Sebab dan Akibat Terjadinya Kasus Korupsi Massal di DPRD Kota Malang
Sebab :
Sebanyak 41 dari 45 anggota DPRD Kota Malang, Jawa Timur, berstatus
tersangka suap. Mereka ditetapkan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) dalam kasus dugaan suap pembahasan APBD-P Pemkot Malang Tahun
Anggaran 2015. Menurut Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan, uang suap
dialirkan ke DPRD agar penetapan rancangan peraturan daerah Kota Malang
tentang APBD-P Tahun Anggaran 2015 disetujui. Sebanyak 22 orang yang
ditetapkan tersangka diduga menerima fee Rp 12,5 juta hingga Rp 50 juta dari
Wali Kota Malang nonaktif Moch Anton. Penetapan tersangka ini merupakan
hasil pengembangan penyidikan KPK. Sebelumnya, dalam kasus yang sama, KPK
sudah menetapkan 19 tersangka anggota DPRD Kota Malang. Wakil Ketua KPK
Basaria Panjaitan memaparkan bahwa penetapan 22 anggota DPRD Kota Malang
tersebut merupakan tahap ketiga dan dari total 45 anggota DPRD Kota Malang,
sudah ada 41 anggota yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK .
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) Saut Situmorang
melihat inti permasalahan dari kasus korupsi massal anggota DPRD Kota Malang
adalah lemahnya integritas mereka. Saut Situmorang mengatakan bahwa konflik
kepentingan para anggota muncul dalam proses penganggaran tersebut sehingga
14
meruntuhkan integritas 41 anggota DPRD itu. Ia juga mengatakan bagaimana pun
sistem atau pengawasannya, apabila menyangkut persoalan integritas hal ini dapat
terjadi. Penyidik mendapatkan fakta-fakta yang didukung dengan alat bukti
berupa surat, keterangan saksi, dan barang elektronik (terkait dugaan tersebut)
Akibat:
Kasus korupsi massal tersebut mengakibatkan proses pembangunan dan
parlemen di Kota Malang terancam lumpuh total. Sebab, 41 dari total 45 orang
yang terlibat suap APBD Perubahan Tahun Anggran 2015 itu merupakan anggota
dewan yang masih aktif. Akibatnya, sejumlah agenda akhir tahun yang tidak
boleh terlambat disahkan menjadi tertunda karena sidang tidak memenuhi
kuorum. Plt Ketua DPRD Kota Malang Abdul Rahman mengatakan bahwa
agenda akhir tahun yang terpaksa ditunda antara lain pembahasan Kebijakan
Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2019,
pembahasan APBD Perubahan 2018, serta pelantikan wali kota baru.
15
serta pencabutan hak politik selama 2 tahun. Sementara, Jarot divonis bersalah
dan dijatuhi hukuman 2 tahun 8 bulan penjara dan denda Rp 100 juta subsider 3
bulan penjara.
Setelah itu, pada bulan Maret 2018, KPK menetapkan 19 orang tersangka.
Salah satunya ialah Walikota Malang non-aktif, Moch Anton. Moch Anton
sebelumnya diduga memberi hadiah atau janji kepada ketua DPRD dan anggota
DPRD Kota Malang. Ia disangkakan melanggar pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
(UU) nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tipikor. Selain Anton, kasus
tersebut juga melibatkan 18 anggota DPRD Kota Malang. Mereka disangkakan
melanggar pasal 12 UU nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tipikor
KUH Pidana.
Pada tahap ketiga di bulan September 2018, ada 22 anggota DPRD
Malang yang ditetapkan KPK sebagai tersangka suap dan gratifikasi. Mereka
diduga menerima duit suap Rp 12,5 - 50 juta dari Anton terkait pengesahan
Rancangan Perda tentang Perubahan APBD 2015. Pada bulan April 2019, 10
Mantan anggota DPRD Kota Malang terkait kasus suap dan gratifikasi Wali kota
Malang nonaktif Moch Anton menjalani sidang vonis. Masing-masing terdakwa
mendapat vonis yang berbeda-beda. Ketua Majelis Hakim Cokorda Gede Arthana
mengatakan sepuluh terdakwa dinilai bersalah karena melanggar pasal 12 a dan
pasal 12 b nomor 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi. Sedangkan hal-
hal yang meringankan yakni seluruh terdakwa mengakui perbuatannya dan
kooperatif selama persidangan. Dengan ini terdakwa atas nama Arief Hermanto,
Choeroel Anwar, Suparno Hadiwibowo, Erni Farid, Teguh Mulyono, Choirul
Amri, dan Choirup Amri divonis dengan 4 tahun 1 bulan, Adapun tiga terdakwa
lainnya masing-masing atas nama Sony Yudiarto, Teguh Puji Wahyono divonis
dengan 4 tahun 2 bulan. Sedangkan terdakwa Mulyanto mendapat vonis lebih
berat dengan 4 tahun 6 bulan. Semua terdakwa dikenakan denda sebesar Rp 200
juta subsider 1 bulan penjara. Para anggota DPRD Kota Malang itu juga diduga
menerima gratifikasi senilai total Rp 5,8 miliar. Duit itu diduga terkait dana
pengelolaan sampah di Kota Malang. Selanjutnya pada bulan Mei 2019 Majelis
hakim tindak pidana korupsi (Tipikor) menjatuhkan hukuman penjara yang
beragam kepada 12 anggota DPRD Kota Malang. Vonis anggota dewan yang
16
ditangkap rata-rata 4 hingga 5 tahun penjara. Vonis dibacakan langsung majelis
hakim Dede Suryaman, di ruang Cakra Pengadilan Tipikor.
Berikut data lengkap Vonis 12 Anggota DPRD Malang
1. Diana Yanti vonis 4 tahun penjara, denda Rp 200 juta subsider 1 bulan
kurungan. Membayar uang pengganti sebesar Rp 25 juta subsider 1 bulan
penjara.
2. Een Ambarsari vonis 5 tahun penjara dengan denda Rp 200 juta subsider 1
bulan penjara. Wajib membayar uang pengganti sebesar Rp 117,5 juta
subsider 2 bulan penjara.
3. Ribut Haryanto vonis dengan 4 tahun dengan denda Rp 200 Juta subsider
1 bulan penjara. Mengganti uang sebesar Rp 65 juta subsider 2 bulan
penjara.
4. Imam Ghozali vonis dengan 4 tahun penjara dengan denda sebesar Rp 200
juta, subsider 1 bulan kurungan. Serta dikenakan uang pengganti sebesar
Rp 52 Juta subsider selama 1 bulan penjara.
5. Mohammad Fadli vonis hukuman penjara selama 4 tahun dengan denda
sebesar Rp 200 jita subsider 1 bulan kurungan. Serta wajib membayarkan
uang pengganti sebesar Rp 67 juta subsider selama 1 bulan penjara.
6. Asia Iriani vonis 4 tahun penjara dengan denda sebesar Rp 200 juta
subsider 1 bulan kurungan. Serta membayarkan uang pengganti sebesar Rp
105 juta subsider 2 bulan penjara.
7. Indra Tjahyono vonis dengan 4 tahun penjara serta didenda sebesar Rp
200 juta subsider 1 bulan kurungan.
8. Hadi Susanto vonis dengan 4 tahun penaara denda Rp 200 juta subsider 1
bulan kurungan. Wajib membayar uang pengganti sebesar Rp 106 juta
subsider 2 bulan penjara.
9. Afdhal Fauza vonis dengan 4 tahun penjara, denda sebesar Rp 200 juta
subsider 1 bulan kurungan.
10. Sugiarto vonis dengan penjara selama 5 tahun penjara dengan denda
sebesar Rp 200 juta subsider 1 bulan kurungan. Wajib mengembalikan
uang pengganti sebesar Rp 117 juta namun jika tidak dapat
mengembalikan akan dipidana penjara selama 2 bulan.
17
11. Syamsul Fajrih vonis dengan 4 tahun 6 bulan penjara serta denda Rp 200
juta subsider 1 bulan kurungan. Wajib mengembalikan uang pengganti
sebesar Rp 117 juta subsider 2 bulan penjara.
12. Bambang Triyoso vonis dengan 4 tahun 6 bulan penjara serta denda
sebesar Rp 200 juta subsider 1 bulan kurungan. Serta membayar uang
pengganti sebesar Rp 55 juta subsider 2 bulan penjara.
Akibat kasus itu, hanya tersisa 5 (ada 1 anggota DPRD yang merupakan hasil
PAW dari salah satu tersangka) dari total 45 anggota DPRD Malang. Partai politik
yang memiliki wakilnya di DPRD Malang menjadi tersangka pun segera
melakukan pergantian antarwaktu (PAW) secara massal.
18
7) Pengharusan pembuatan perencanaan stratejik dan laporan
akuntabilitas kinerja bagi instansi pemerintah;
8) Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen;
9) Penyempurnaan manajemen Barang Kekayaan Milik Negara (BKMN)
10) Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat ;
11) Kampanye untuk menciptakan nilai (value) anti korupsi secara
nasional;
2. Strategi Detektif. Strategi detektif diarahkan untuk mengidentifikasi terjadinya
perbuatan korupsi. Strategi detektif dapat dilakukan dengan :
1) Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat;
2) Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu;
3) Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik;
4) Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di
masyarakat internasional ;
5) Dimulainya penggunaan nomor kependudukan nasional ;
6) Peningkatan kemampuan APFP/SPI dalam mendeteksi tindak pidana
korupsi.
3. Strategi Represif. Strategi represif diarahkan untuk menangani atau
memproses perbuatan korupsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Strategi represif dapat dilakukan dengan :
1) Pembentukan Badan/Komisi Anti Korupsi ;
2) Penyidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar
(Catch some big fishes);
3) Penentuan jenis-jenis atau kelompok-kelompok korupsi yang
diprioritaskan untuk diberantas ;
4) Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik ;
5) Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam
sistem peradilan pidana secara terus menerus ;
6) Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak pidana
korupsi secara terpadu ;
7) Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya;
19
8) Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas penyidik
tindak pidana korupsi dengan penyidik umum, PPNS dan penuntut umum.
Pelaksanaan strategi preventif, detektif dan represif sebagaimana tersebut di atas
akan memakan waktu yang lama, karena melibatkan semua komponen bangsa,
baik legislatif, eksekutif maupun judikatif. Sambil terus berupaya mewujudkan
strategi di atas, perlu dibuat upaya-upaya nyata yang bersifat segera. Upaya yang
dapat segera dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi korupsi tersebut
antara lain adalah dengan meningkatkan fungsi pengawasan, yaitu sistem
pengawasan internal (built in control), maupun pengawasan fungsional, yang
dipadukan dengan pengawasan masyarakat (wasmas) dan pengawasan legislatif
(wasleg).
20
DAFTAR PUSTAKA
• Bastian, Indra,2010, Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar ,Penerbit
Erlangga (BI) bab 2 dan 3
• Bastian, Indra, 2006, Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Penerbit Erlangga
(B2) bab 2 dan bab 4
• Halim, Abdul & Muhammad Syam Kusufi, 2012, Akuntansi Sektor Publik,
Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi 4, Salemba Empat Jakarta. (HM)
• Mardiasmo, 2005, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta Publik,
Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE.
• PSAK 45, IPSAS, INTOSAI, UU , PP terkait
• https://tirto.id/malang-raya-dalam-pusaran-skandal-korupsi-cW7L
• https://nasional.kompas.com/read/2018/09/05/13144971/kpk-kasus-korupsi-
massal-dprd-kota-malang-masalah-integritas
• https://nasional.kompas.com/read/2018/09/04/08512451/kasus-dprd-kota-malang-
korupsi-massal-yang-mengkhawatirkan?page=all
21