Anda di halaman 1dari 21

KERANGKA KONSEPTUAL, KARAKTERISTIK

KUALITATIF DAN STANDAR AKUNTANSI


PEMERINTAHAN

Oleh :
Kelompok 7
1. Anak Agung Putu Rista Andari ( 1907531006 )
2. Ida Ayu Gardynia Anjelina ( 1907531007 )
3. Ni Luh Putu Santi Artini ( 1907531016 )
4. Putu Nanda Puspadewi ( 1907531017 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
1. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

a. Definisi Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik.


Kerangka konseptual akuntansi sektor publik merupakan konsep yang
mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan dalam sektor publik untuk
kepentingan eksternal. Kerangka konseptual akuntansi sektor publik merumuskan
konsep yang mendasari penyusunan dan pelaksanaan siklus akuntansi sektor
publik. PP 71 thn 2010 menyatakan Kerangka Konseptual ini merumuskan
konsep yang mendasar penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang selanjutnya dapat disebut standar

b. Tujuan dan Peranan Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik


Menurut PP 71 tahun 2010 Tujuan Kerangka Konseptual akuntansi pemerintah
adalah
(a) penyusun standar akuntansi pemerintahan dalam melaksanakan tugasnya;
(b) penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum
diatur dalam standar;
(c) pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan; dan
(d) para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yangdisajikan pada
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

c. Lingkup Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik.


Berikut ini merupakan lingkup kerangka konseptual akuntansi sektor publik
pada organisasi sektor publik :
1) Pemerintah Pusat
Perencanaan publik: musyawaroh perencanaan pembangunan(musrenbang) jangka
panjang nasional, musrenbang jangka menegah nasional, musrenbang penyusunan
rencana kerja pemerintah.
2.) Pemerintah Daerah
Perencanaan publik : musyawaroh perencanaan pembangunan(musrenbang)
jangka panjang daerah, musrenbang jangka menegah daerah, musrenbang

2
penyusunan rencana kerja pemerintah, musrenbang provinsi, musrenbang
kabupaten,musrenbang kecamatan, usrenbang Desa.
3. ) Partai Politik
Perencanaan Publik : musyawaro kerja tingkat pusat, musyawarah kerja wilayah,
musyawarah kerja derah, musyawarah kerja cabang, musyawarah kerja ranting.
4.) LSM
5.) Yayasan/tempat peribadatan

d. Asumsi Akuntansi Sektor


Asumsi Akuntansi Sektor Publik meliputi :
1). Kebutuhan Masyarakat, artinya Berdasarkan kodratnya, manusia mempunyai
keinginan yang kuat untuk dapat memenuhi segala harapan dalam hidupnya.
Karena manusia disebut juga sebagai makhluk ekonomi dan membutuhkan
orang lain dalam kehidupannya. dalam siklus akuntansi sektor publik.
Berdasarkan kebutuhan masyarakat ini, perencanaan disusun oleh organisasi
publik.
2). Alokasi Sumber Daya, yang berarti Perencanaan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat hanya akan tercapai jika ada sumber daya yang mendukungnya.
Sumber daya yang dialokasikan akan menjadi “bahan baku” bagi berjalannya
perencanaan yang telah disusun.
3) Ketaatan Hukum/Peraturan
Sumber daya memerlukan sebuah mekanisme pengelolaan agar apa yang
ada didalam perencanaan dan penganggaran dapat berjalan. Mekanisme
pengelolaan yang dimaksud adalah perangkat aturan yang menjadi pedoman
dan mengarahkan pengelolaan sumber daya pada tujuan serta sasarannya.
Perangkat atau dasar hukum ini ditetapkan dalam rangka mengukur kebutuhan
publik dan alokasi sumber daya yang hendak dilakukan.
4) Dasar Akrual
Untuk mencapai tujuannya, basis pelaporan keuangan sektor publik adalah
dasar akrual, dimana pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat
kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan
dicatat dalam catatan akunatansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada

3
periode yang bersangkutan.Dasar akrual telah menjadi aturan yang harus
dilaksanakan. Hal ini dilakukan dengan mengaplikasikannya dalam proses
organisasi publik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
5) Kelangsungan Usaha atau Organisasi
Demi kelangsungan hidupnya, organisasi menetapkan dasar-dasar hukum
atau aturan organisasi sebagai pedoman dalam menjalankan organisasi tersebut.
Organisasi juga harus memenuhi tuntutan-tuntutan di dalam dasar hukum agar
proses berjalan seperti yang dikehendaki. Dengan dilaksanakannya dasar hukum,
organisasi dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sesuai visi dan misi
organisasi publik
6) Akuntabilitas Kinerja
Akuntabilitas kinerja merupakan salah satu kunci bagi terwujudnya good
governance dalam pengelolaan organisasi public. Jadi, tidak salah jika siklus
akuntansi sector public diakhiri dengan proses pertanggungjawaban.

2. IMPLEMENTASI KARAKTERISTIK KUALITATIF AKUNTANSI


SEKTOR PUBLIK

Karakteristik kualitatif adalah ciri-ciri khusus dari sebuah mutu.


Karakteristik kualitatif akuntansi sektor publik adalah ciri khas informasi
akuntansi dalam organisasi sektor publik yang berkontribusi pada penentuan
kualitas produk setiap unsur akuntansi sektor publik.
1)Kualitas perencanaan publik
Kualitas perencanaan adalah sebuah prosedur yang mendefenisikan
kualitas terkait dengan tugas ketika proyek baru mulai digarap untuk memenuhi
kualitas yang disyaratkan. Agar perencanaan efektif, ada banyak hal yang sering
kali menjadi halangan seperti:
a. Kegagalan manajemen dalam memahami system yang tengah terjadi di
sekitar area organisasi.
b. Kurangnya dukungan manajemen terhadap system perencanaan.
Pimpinan kurang mendukung dan berperan serta dalam segala
kegiatan.

4
c. Kegagalan memahami peran penting perencanaan dalam proses
manajemen.
Outcomer dari proses perencanaan public adalah dokumen perencaan yang
mayoritas terbagi menjadi dokumen perencanaan jangka pendek (datu tahun),
dokumen perencanaan jangka menengah (lima tahun) , dan dokumen perencanaan
jangka panjang (dua puluh lima tahun). Karakteristik kualitatif dari kualitas output
perencanaan publik
· 1. Dapat dipahami
· 2. Relevan
2)kualitas penganggaran publik
Salah satu permasalahan utama dalam penyusunan kualitas anggaran
adalah pemikiran manajemen yang tidak mempunyai nilai tambah bagi kualitas
organisasi.manajemen tidak mempertimbangkan permasalahan organisasi yang
ada jika tidak ada kualitas anggaran. Penyelenggaraan kegiatan organisasi yang
menjadi kewenangan organisasi didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan
dan belanja organisasi. Penyusunan anggaran dapat dikatakan baik apabila
memenuhi persyaratan berikut:
a. Berdasarkan program.
b. Berdasrkan pust pertanggungjawaban, pusat biaya, pusat laba, dan
pusat investasi.
c. Sebagai alat perencanaan dn pengendalian.
d. Sebagai alat motivasi kinerja karyawan.

3)Kualitas Realisasi Anggaran Publik


Kualitas realissi anggaran merupakan hasil pencapaian kinerja organisasi.
Unsur-unsur dalam pengelolaan berbasis kegiatan yang dapat menjadi penentu
kualitas pelaksanaan realisasi anggaran public adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan kasus usaha
b. Menentukan prioritas
c. Menyediakan pembenaran biaya
d. Menemukan manfaat
e. Mengukur kinerja untuk perbaikan yang sedang berlangsung

5
Dua karakteristik kualitatif dari kualitas output realisasi anggaran public, yaitu
dapat dipahami dan terandalkan.
3)kualitas pengadaan Barang dan Jasa Publik
Pengadaan barang dan jasa merupakan penambahan barang dan/jasa
dengan total biaya kepemilikan yang paling masuk akal, dalam kuantitas dan
kualitas yang benar, pada waktu yang tepat , dan dari sumbre yang tepat untuk
memperoleh manfaat secra langsung.
4) Kualitas Pelaporan Sektor publik
“kualitas pelaporan keuangan”, pustaka-pustaka sebelumnya telah focus
pada hal-hal seperti pengelolaan pendapatan, uraian keuangan, dan kecurangan
yang secara jelas menjadi penghalang tercapai laporan keuangan yang
berkualitas serta telah menggunakan factor-faktor tersebut sebagai bukti
penurunan konsep dalam proses pelaporan keuangan. Secara khusus, pustaka-
pustaka sebelumnya telah memeriksa peran berbagai pelaku dalam jajaran tata
pemerintahan (seperti dewan, komite audit, serta auditor internal dan eksternal)
dan jangkauan yang baik secara individu maupun kolektif telah berpengaruh
terhadap pencapaian laporan keuangan yang lepas dari salah ungkap dan salah
saji.

5)Kualitas audit sektor publik


Ditujukan untuk mnguji efektifitas sistem pengelolaan kualitas Outcome audit
akuntansi sektor publik.
a. Pendekatan yang diambil oleh manajemn
b. Kontribusi yang dibuat oleh komite audit
c. Peran ”shareholder” dan kometator
d. Peran orang yang mengajukan perkara
e. Pendekatan regulasi
f. Tekanan yang disebabkan rezim akuntansi pelaporan.
Karakteristik kualitaif kualitas output audit sektr publik
a. Dapat dipahami
b. Relevan
c. Keandalan

6
d. Dapat dibandingkan

6.) kualitas pertanggungjawaban


Laporan pertanggungjawaban tahunan mencerminkan misi utam
organisasi,inisiatif utama untuk mmebwa misi dan kinerja pelaksanaan yang
menjadi tanggung jawabnya.
Outcome pertanggungjawaban publik
a. Mempersiapkan dan menyusun rencana strategik
b. Merumuskan visi, misi, faktor-faktorkunci keberhasilan, tujuan,sasaran, strategi
organisasi publik
c. Merumuskan indikator kinerja organisasi publik dengan berpedoman pada
kegiatan yang dominan, menjadi isu global dan kritis bagi pencapaian visi dan
misiorganisasi sektor publik
d. Memantau dan mengamati pelaksanaan tugas pokokdsn fungsi dengan seksama
e. Mengukur pencapian kerja
3. STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Definisi dan ruang lingkupnya
Standar akuntansi sektor publik adalah adalah prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
organisasi sektor publik. Standar akuntansi sector public memberikan kerangka
demi berjalannya fungsi-fungsi tahapan siklus akuntansi sector public, yaitu
perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa,
pelaporan, audit, dan pertanggungjawaban public
Perumusan standar akuntansi dilakukan oleh suatu komite independen
bisa mempengaruhi banyak aspek. Banyak sekali faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan agar suatu standar tidak menyimpang jauh dari kerangka
konseptual akuntansi dan tetap memperhitungkan konsekuensi ekonomi. Standar
diturunkan dari suatu postulat. Penurunan standar dari suatu postulat harus
mempertimbangkan kendala-kendala para pengguna laporan keuangan agar
informasi akuntansi bermanfaat secara optimal. Kendala-kendala tersebut antara
lain faktor materialitas (materiality), konsistensi (consistency), keseragaman
(uniformity), keterbandingan (comparability) dan ketepatan waktu (timeliness)

7
Tujuan penyusunan standar akuntansi sector :

a. Menyediakan organisasi sector public suatu pedoman akuntansi yang


diharapkan dapat diterapkan bagi pencatatan transaksi keuangan
organisasi sector public yang berlaku dewasa ini.

b. Menyediakan organisasi sector public suatu pedoman akuntansi yang


dilengkapi dengan klasifikasi rekening dan prosedur pencatatan serta
jurnal standar yang telah disesuaikan dengan siklus kegiatan organisasi
sector public, yang mencakup penganggaran, perbendaharaan, dan
pelaporannya.

Standar Akuntansi Pemerintahan


1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS)
1. IPSAS 1 - Presentation of Financial Statements
2. IPSAS 2 - Cash Flow Statements
3. IPSAS 3 - Net Surplus or Deficit for the Period, Fundamental Errors and
Changes in Accounting Policies
4. IPSAS 4 - The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates
5. IPSAS 5 - Borrowing Costs
6. IPSAS 6 - Consolidated Financial Statements and Accounting for
Controlled Entities

8
7. IPSAS 7 - Accounting for Investments in Associates
8. IPSAS 8 - Financial Reporting of Interests in Joint Ventures
9. IPSAS 9 - Revenue from Exchange Transactions
10. IPSAS 10 - Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
11. IPSAS 11 - Construction Contracts
12. IPSAS 12 - Inventories
13. IPSAS 13 - Leases
14. IPSAS 14 - Events After the Reporting Date
15. IPSAS 15 - Financial Instruments: Disclosure and Presentation
16. IPSAS 16 - Investment Property
17. IPSAS 17 - Property, Plant and Equipment
18. IPSAS 18, Segment Reporting
19. IPSAS 19 - Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
20. IPSAS 20 - Related Party Disclosures
21. IPSAS 21 - Impairment of NonCash-Generating Assets

Ragam dan hubungan antara standar akuntansi sektor publik


Secara umum terdapat empat ragam standar yang mengatur organisasi sector
public :
1. Standar Nomenklatur
2. Standar Akuntansi Sektor Publik (SSAP)
3. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
4. Standar Akuntansi Biaya (SAB)
Dalam konteks siklus akuntansi sector public, standar-standar tersebut
masih terfokus pada tahapan yaitu tahap pelaporan (SAP, SAK), tahap audit
(SPAP, SPKN), tahap perencanaan-penganggaran (standar akuntansi biaya), dan
tahap perencanaan pertanggungjawaban public (standar nomenklatur).
Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) adalah :
a. Meningkatkan kualitas dan reliabilitas laporan akuntansi dan keuangan organisasi
sector public, khususnya dalam hal ini organisasi pemerintahan.
b. Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian

9
c. Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan atas laporan ekonomis dan
keuangan
d. Mengusahakan harmonisasi antaryurisdiksi dengan menggunakan dasar akuntansi
yang sama

Teknik penyusunan standar akuntansi sektor publik.


Berikut adalah tahap-tahap dalam menyusun standar akuntansi (Suwardjono,
2006:109):
(1) Evaluasi masalah pada tahap awal
(2) Mengadakan riset dan analisis
(3) Menyusun dan mendistributifkan memorandum diskusi (discussion memorandum)
kepada setiap pihak yang berkepentingan
(4) Mengadakan Dengar Pendapat Umum (Public Hearing)
(5) Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan public atas memorandum
diskusi
(6) Menerbitkan draft awal standar yang diusulkan
(7) Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tertulis
(8) Memutuskan (keputusan penerbitan)
(9) Menerbitkan (penerbitan pernyataan)

Standar Nomenklatur
Nomenklatur didefinisikan sebagai daftar perkiraan/akun buku besar
yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan,
pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, dan pelaporan keuangan pemerintah
pusat. Selain itu noenklatur juga merupakan daftar perkiraan buku besar yang
ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan,
pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, pelaporan keuangan, serta
memudahkan pemeriksaan dan pengawasan. Nomenklatur disebut juga dengan
istilah kode rekening. Dalam system pengolahan data akuntansi, kode ini
memenuhi berbagai tujuan berikut :
(1) Mengidentifikasi data akuntansi secara unik
(2) Meringkas data

10
(3) Mengklasifikasi rekening atau transaksi
(4) Menyampaikan makna tertentu

Hal-hal yang Harus Dipertimbangkan dalam Menyusun Nomenklatur


Dalam merancang kerangka nomenklatur, berbagai pertimbangan berikut
ini perlu diperhitungkan :
a. Kerangka kode harus secara logis memenuhi kebutuhan pemakai dan metode
pengolahan data yang digunakan.
b. Setiap kode harus mewakili secara unik unsure yang diberi kode.
c. Desain kode harus mudah disesuaikan dengan tuntutan perubahan.

Metode Penyusunan Nomenklatur


Ada 5 metode penyusunan nomenklatur atau kode rekening yaitu :
1. Kode angka atau alphabet huruf (numerical-or alfabethic-secuence code)
Dalam metode ini rekening buku besar diberi kode angka atau huruf yang
berurutan.
2. Kode angka blok (block numerical code)
3. Kode angka kelompok (group numerical code)
Kode angka kelompok ini mempunyai karakteristik sbb :
a. Rekening diberi kode angka atau kombinasi angka dan huruf
b. Jumlah angka dan/huruf dalam kode adalah tetap
c. Posisi angka dan atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu
d. Perluasan klasifikasi dilakukan dengan memberi cadangan angka atau huruf ke
kanan
4. Kode angka decimal (decimal code)
Desimal berarti per sepuluhan. Kode angka decimal member kode angka terhadap
klasifikasi yang membagi kelompok menjadi maksimum sepuluh sub kelompok
dan membagi sub kelompok menjadi sepuluh golongan yang lebih kecil dari
subkelompok tersebut.
a. Kode angka urut didahului dengan referensi huruf (numerical secuence
receded by analfabethic reference)

11
b. Kode ini jarang digunakan karena terbatas nya kode huruf. Namun kode
ini memudahkan identifikasi dan mengingat referensi yang penting.
Standar akuntansi keuangan sektor publik: PSAK 45, Laporan keuangan
yg dihasilkan, standar akuntansi pemerintah, IPSAS, UU DAN PP terkait(PP 71
2010 dll)
PSAK No. 45 tentang Standar Akuntansi Untuk Entitas Nirlaba
Karakteristik organisasi sector public berbeda dengan organisasi bisnis.
Ukuran kinerja organisasi sector public penting bagi pengguna. Para pengguna
laporan keuangan organisasi sector public memiliki kepentingan bersama yang
tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yakni untuk menilai :
1. Jasa yang diberikan oleh organisasi sector public dan kemampuannya untuk terus
memberikan jasa tersebut
2. Cara pengelolah melaksanakan tugas dan pertanggungjawabannya
3. Aspek kinerja pengelolah
Pertanggungjawaban pengelolah mengenai kemampuannya mengelolah
sumber daya organisasi yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui
laporan aktivitas dan laporan arus kas.

Laporan Keuangan yang Dihasilkan


1) Laporan Posisi Keuangan
2)Laporan Aktivitas
3) Laporan Arus Kas

12
Kasus Korupsi Massal di DPRD Kota Malang
Sebanyak 41 dari 45 anggota DPRD Kota Malang terjerat kasus korupsi
yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Akibatnya, proses
pembangunan di Kota Malang terancam lumpuh total. Rombongan terduga
koruptor tersebut terjerat dugaan kasus suap pembahasan APBD-P Pemkot
Malang Tahun Anggaran 2015. Mantan Ketua DPRD Kota Malang, Moch Arief
Wicaksono, menjadi yang pertama kali dijebloskan penjara dengan vonis 5 tahun.
Penyidik KPK awalnya melakukan penangkapan terhadap mantan Ketua DPRD
Moch Arief Wicaksono dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan
Pengawasan Bangunan (DPUPPB) Kota Malang Jarot Edy Sulistyono. Arief
menerima suap Rp 700 juta dari Edy untuk pembahasan APBD Perubahan Kota
Malang tersebut. Setelah melakukan pengembangan perkara tersebut, penyidik
menemukan bahwa suap juga dilakukan oleh belasan anggota Dewan.
Pada Senin (23/7/2018), KPK melimpahkan 18 berkas beserta bukti bukti
kasus terkait suap pembahasan APBD-P Pemkot Malang Tahun 2015. “Hari ini
(Senin dilakukan pelimpahan barang bukti dan 18 tersangka suap terkait
pembahasan APBD-P Pemerintah Kota Malang Tahun Anggaran 2015 ke
penuntutan (tahap 2). Selain itu, KPK juga menangkap Wali Kota Malang
nonaktif Moch Anton. Ke-18 tersangka tersebut adalah Sulik Lestyowati (SL),
Abdul Hakim (ABH), Bambang Sumarto (BS), Imam Fauzi (IF), Syaiful Rusdi
(SR), Tri Yudiani (TY), Suprapto (SPT), Sahrawi (SAH), Mohan Katelu (MKU),
Salamet (SAL).
Selain itu, Zainuddin (MZN), Wiwik Hendri Astuti (WHA), Heri Pudji
Utami (HPU), Abdul Rachman (ABR), Hery Subiantono (HS), Rahayu Sugiarti
(RS), Sukarno (SKO), dan Yaqud Ananda Gudban (YB). Sidang 18 tersangka
dilakukan di Pengadilan Negeri Tipikor Surabaya. Dalam kasus ini, fee yang
diterima dua pimpinan dan 19 anggota DPRD Malang diduga berasal dari Wali
Kota Malang Mochamad Anton dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan
dan Pengawasan Bangunan Pemkot Malang Jarot Edy Sulistiyono.
KPK bergerak cepat. Usai menetapkan 18 orang menjadi tersangka, pada hari
Senin (3/9.2018), KPK menetapkan 22 anggota menjadi tersangka. Berikut ke-22
nama legislator Kota Malang yang ditetapkan sebagai tersangka: 1. Arief

13
Hermanto 2. Teguh Mulyono 3. Mulyanto 4. Chieroel Anwar 5. Suparno
Haduwibowo 6. Imam Ghozali 7. Mohammad Fadli 8. Asia Iriani 9. Indra
Tjahyono 10. Een Ambarsari 11. Bambang Triyoso 12. Diana Yanti 13. Sugiarto
14. Afdhal Fauza 15. Syamsul Fajrih 16. Hadi Susanto 17. Erni Farida 18. Sony
Yudiarto 19. Harun Prasojo 20. Teguh Puji Wahyono 21. Choirul Amri 22. Ke-22
anggota DPRD Kota Malang ini disangka melanggar pasal 12 huruf a atau pasal
11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan TIndak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 juncto pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Kondisi tersebut membuat agenda di
DPRD mandeg. Salah satunya adalah sidang paripurna LKPJ akhir masa jabatan
Wali Kota Malang 2013 - 2018, sidang paripurna pengesahan P-APBD tahun
anggaran 2018 dan pembahasan APBD induk tahun anggaran 2019.

Sebab dan Akibat Terjadinya Kasus Korupsi Massal di DPRD Kota Malang
Sebab :
Sebanyak 41 dari 45 anggota DPRD Kota Malang, Jawa Timur, berstatus
tersangka suap. Mereka ditetapkan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) dalam kasus dugaan suap pembahasan APBD-P Pemkot Malang Tahun
Anggaran 2015. Menurut Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan, uang suap
dialirkan ke DPRD agar penetapan rancangan peraturan daerah Kota Malang
tentang APBD-P Tahun Anggaran 2015 disetujui. Sebanyak 22 orang yang
ditetapkan tersangka diduga menerima fee Rp 12,5 juta hingga Rp 50 juta dari
Wali Kota Malang nonaktif Moch Anton. Penetapan tersangka ini merupakan
hasil pengembangan penyidikan KPK. Sebelumnya, dalam kasus yang sama, KPK
sudah menetapkan 19 tersangka anggota DPRD Kota Malang. Wakil Ketua KPK
Basaria Panjaitan memaparkan bahwa penetapan 22 anggota DPRD Kota Malang
tersebut merupakan tahap ketiga dan dari total 45 anggota DPRD Kota Malang,
sudah ada 41 anggota yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK .
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) Saut Situmorang
melihat inti permasalahan dari kasus korupsi massal anggota DPRD Kota Malang
adalah lemahnya integritas mereka. Saut Situmorang mengatakan bahwa konflik
kepentingan para anggota muncul dalam proses penganggaran tersebut sehingga

14
meruntuhkan integritas 41 anggota DPRD itu. Ia juga mengatakan bagaimana pun
sistem atau pengawasannya, apabila menyangkut persoalan integritas hal ini dapat
terjadi. Penyidik mendapatkan fakta-fakta yang didukung dengan alat bukti
berupa surat, keterangan saksi, dan barang elektronik (terkait dugaan tersebut)

Akibat:
Kasus korupsi massal tersebut mengakibatkan proses pembangunan dan
parlemen di Kota Malang terancam lumpuh total. Sebab, 41 dari total 45 orang
yang terlibat suap APBD Perubahan Tahun Anggran 2015 itu merupakan anggota
dewan yang masih aktif. Akibatnya, sejumlah agenda akhir tahun yang tidak
boleh terlambat disahkan menjadi tertunda karena sidang tidak memenuhi
kuorum. Plt Ketua DPRD Kota Malang Abdul Rahman mengatakan bahwa
agenda akhir tahun yang terpaksa ditunda antara lain pembahasan Kebijakan
Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2019,
pembahasan APBD Perubahan 2018, serta pelantikan wali kota baru.

Sanksi DPRD Malang


Kasus korupsi massal yang dilakukan anggota DPRD Kota Malang
merupakan hal yang tidak dibenarkan baik ditinjau dari teori etika maupun
hukum. Tindakan para anggota DPRD ini merupakan tindakan yang tidak
beretika, apalagi dalam kasus korupsi ini dilakukan secara massal dan ini
sangatlah merugikan Negara. Seperti pada pasal 2 ayat 1 UU Tipikor, yang
berbunyi: “Setiap orang yang secara melawan hokum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara, dipidana minimal 4
tahun dan maksimal 20 tahun dan denda paling sedikir 200 Juta dan paling banyak
1 miliar rupiah.” Maka tentunya sanksi hukum merupakan sanksi yang tepat untuk
menindaklanjuti kasus ini.
Kasus ini sendiri terdiri dari 3 tahap. Pada tahap pertama di tahun 2017,
KPK menetapkan 2 orang tersangka, yaitu Ketua DPRD Malang saat itu, M Arief
Wicaksono dan Kadis PUPPB Malang saat itu, Jarot Edy Sulistiyono Arief kini
telah divonis 5 tahun penjara dan denda Rp 200 juta subsider 2 bulan kurungan

15
serta pencabutan hak politik selama 2 tahun. Sementara, Jarot divonis bersalah
dan dijatuhi hukuman 2 tahun 8 bulan penjara dan denda Rp 100 juta subsider 3
bulan penjara.
Setelah itu, pada bulan Maret 2018, KPK menetapkan 19 orang tersangka.
Salah satunya ialah Walikota Malang non-aktif, Moch Anton. Moch Anton
sebelumnya diduga memberi hadiah atau janji kepada ketua DPRD dan anggota
DPRD Kota Malang. Ia disangkakan melanggar pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
(UU) nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tipikor. Selain Anton, kasus
tersebut juga melibatkan 18 anggota DPRD Kota Malang. Mereka disangkakan
melanggar pasal 12 UU nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tipikor
KUH Pidana.
Pada tahap ketiga di bulan September 2018, ada 22 anggota DPRD
Malang yang ditetapkan KPK sebagai tersangka suap dan gratifikasi. Mereka
diduga menerima duit suap Rp 12,5 - 50 juta dari Anton terkait pengesahan
Rancangan Perda tentang Perubahan APBD 2015. Pada bulan April 2019, 10
Mantan anggota DPRD Kota Malang terkait kasus suap dan gratifikasi Wali kota
Malang nonaktif Moch Anton menjalani sidang vonis. Masing-masing terdakwa
mendapat vonis yang berbeda-beda. Ketua Majelis Hakim Cokorda Gede Arthana
mengatakan sepuluh terdakwa dinilai bersalah karena melanggar pasal 12 a dan
pasal 12 b nomor 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi. Sedangkan hal-
hal yang meringankan yakni seluruh terdakwa mengakui perbuatannya dan
kooperatif selama persidangan. Dengan ini terdakwa atas nama Arief Hermanto,
Choeroel Anwar, Suparno Hadiwibowo, Erni Farid, Teguh Mulyono, Choirul
Amri, dan Choirup Amri divonis dengan 4 tahun 1 bulan, Adapun tiga terdakwa
lainnya masing-masing atas nama Sony Yudiarto, Teguh Puji Wahyono divonis
dengan 4 tahun 2 bulan. Sedangkan terdakwa Mulyanto mendapat vonis lebih
berat dengan 4 tahun 6 bulan. Semua terdakwa dikenakan denda sebesar Rp 200
juta subsider 1 bulan penjara. Para anggota DPRD Kota Malang itu juga diduga
menerima gratifikasi senilai total Rp 5,8 miliar. Duit itu diduga terkait dana
pengelolaan sampah di Kota Malang. Selanjutnya pada bulan Mei 2019 Majelis
hakim tindak pidana korupsi (Tipikor) menjatuhkan hukuman penjara yang
beragam kepada 12 anggota DPRD Kota Malang. Vonis anggota dewan yang

16
ditangkap rata-rata 4 hingga 5 tahun penjara. Vonis dibacakan langsung majelis
hakim Dede Suryaman, di ruang Cakra Pengadilan Tipikor.
Berikut data lengkap Vonis 12 Anggota DPRD Malang
1. Diana Yanti vonis 4 tahun penjara, denda Rp 200 juta subsider 1 bulan
kurungan. Membayar uang pengganti sebesar Rp 25 juta subsider 1 bulan
penjara.
2. Een Ambarsari vonis 5 tahun penjara dengan denda Rp 200 juta subsider 1
bulan penjara. Wajib membayar uang pengganti sebesar Rp 117,5 juta
subsider 2 bulan penjara.
3. Ribut Haryanto vonis dengan 4 tahun dengan denda Rp 200 Juta subsider
1 bulan penjara. Mengganti uang sebesar Rp 65 juta subsider 2 bulan
penjara.
4. Imam Ghozali vonis dengan 4 tahun penjara dengan denda sebesar Rp 200
juta, subsider 1 bulan kurungan. Serta dikenakan uang pengganti sebesar
Rp 52 Juta subsider selama 1 bulan penjara.
5. Mohammad Fadli vonis hukuman penjara selama 4 tahun dengan denda
sebesar Rp 200 jita subsider 1 bulan kurungan. Serta wajib membayarkan
uang pengganti sebesar Rp 67 juta subsider selama 1 bulan penjara.
6. Asia Iriani vonis 4 tahun penjara dengan denda sebesar Rp 200 juta
subsider 1 bulan kurungan. Serta membayarkan uang pengganti sebesar Rp
105 juta subsider 2 bulan penjara.
7. Indra Tjahyono vonis dengan 4 tahun penjara serta didenda sebesar Rp
200 juta subsider 1 bulan kurungan.
8. Hadi Susanto vonis dengan 4 tahun penaara denda Rp 200 juta subsider 1
bulan kurungan. Wajib membayar uang pengganti sebesar Rp 106 juta
subsider 2 bulan penjara.
9. Afdhal Fauza vonis dengan 4 tahun penjara, denda sebesar Rp 200 juta
subsider 1 bulan kurungan.
10. Sugiarto vonis dengan penjara selama 5 tahun penjara dengan denda
sebesar Rp 200 juta subsider 1 bulan kurungan. Wajib mengembalikan
uang pengganti sebesar Rp 117 juta namun jika tidak dapat
mengembalikan akan dipidana penjara selama 2 bulan.

17
11. Syamsul Fajrih vonis dengan 4 tahun 6 bulan penjara serta denda Rp 200
juta subsider 1 bulan kurungan. Wajib mengembalikan uang pengganti
sebesar Rp 117 juta subsider 2 bulan penjara.
12. Bambang Triyoso vonis dengan 4 tahun 6 bulan penjara serta denda
sebesar Rp 200 juta subsider 1 bulan kurungan. Serta membayar uang
pengganti sebesar Rp 55 juta subsider 2 bulan penjara.

Akibat kasus itu, hanya tersisa 5 (ada 1 anggota DPRD yang merupakan hasil
PAW dari salah satu tersangka) dari total 45 anggota DPRD Malang. Partai politik
yang memiliki wakilnya di DPRD Malang menjadi tersangka pun segera
melakukan pergantian antarwaktu (PAW) secara massal.

Cara Mengatasi Kasus


Pemberantasan korupsi tidak cukup dilakukan hanya dengan komitmen
semata karena pencegahan dan penanggulangan korupsi bukan suatu pekerjaan
yang mudah. Komitmen tersebut harus diaktualisasikan dalam bentuk strategi
yang komprehensif untuk meminimalkan aspek penyebab korupsi. Strategi
tersebut mencakup aspek preventif, detektif dan represif, yang dilaksanakan
secara intensif dan terus menerus. BPKP dalam buku SPKN yang telah disebut di
muka, telah menyusun strategi preventif, detektif dan represif yang perlu
dilakukan, sebagai berikut :
1. Strategi Preventif. Strategi preventif diarahkan untuk mencegah terjadinya
korupsi dengan cara menghilangkan atau meminimalkan faktor-faktor penyebab
atau peluang terjadinya korupsi. Strategi preventif dapat dilakukan dengan:
1) Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat;
2) Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya
3) Membangun kode etik di sektor publik ;
4) Membangun kode etik di sektor Parpol, Organisasi Profesi dan
Asosiasi Bisnis.
5) Meneliti sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.
6) Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia (SDM) dan
peningkatan kesejahteraan Pegawai Negeri ;

18
7) Pengharusan pembuatan perencanaan stratejik dan laporan
akuntabilitas kinerja bagi instansi pemerintah;
8) Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen;
9) Penyempurnaan manajemen Barang Kekayaan Milik Negara (BKMN)
10) Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat ;
11) Kampanye untuk menciptakan nilai (value) anti korupsi secara
nasional;
2. Strategi Detektif. Strategi detektif diarahkan untuk mengidentifikasi terjadinya
perbuatan korupsi. Strategi detektif dapat dilakukan dengan :
1) Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat;
2) Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu;
3) Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik;
4) Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di
masyarakat internasional ;
5) Dimulainya penggunaan nomor kependudukan nasional ;
6) Peningkatan kemampuan APFP/SPI dalam mendeteksi tindak pidana
korupsi.
3. Strategi Represif. Strategi represif diarahkan untuk menangani atau
memproses perbuatan korupsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Strategi represif dapat dilakukan dengan :
1) Pembentukan Badan/Komisi Anti Korupsi ;
2) Penyidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar
(Catch some big fishes);
3) Penentuan jenis-jenis atau kelompok-kelompok korupsi yang
diprioritaskan untuk diberantas ;
4) Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik ;
5) Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam
sistem peradilan pidana secara terus menerus ;
6) Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak pidana
korupsi secara terpadu ;
7) Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya;

19
8) Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas penyidik
tindak pidana korupsi dengan penyidik umum, PPNS dan penuntut umum.
Pelaksanaan strategi preventif, detektif dan represif sebagaimana tersebut di atas
akan memakan waktu yang lama, karena melibatkan semua komponen bangsa,
baik legislatif, eksekutif maupun judikatif. Sambil terus berupaya mewujudkan
strategi di atas, perlu dibuat upaya-upaya nyata yang bersifat segera. Upaya yang
dapat segera dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi korupsi tersebut
antara lain adalah dengan meningkatkan fungsi pengawasan, yaitu sistem
pengawasan internal (built in control), maupun pengawasan fungsional, yang
dipadukan dengan pengawasan masyarakat (wasmas) dan pengawasan legislatif
(wasleg).

20
DAFTAR PUSTAKA
• Bastian, Indra,2010, Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar ,Penerbit
Erlangga (BI) bab 2 dan 3
• Bastian, Indra, 2006, Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Penerbit Erlangga
(B2) bab 2 dan bab 4
• Halim, Abdul & Muhammad Syam Kusufi, 2012, Akuntansi Sektor Publik,
Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi 4, Salemba Empat Jakarta. (HM)
• Mardiasmo, 2005, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta Publik,
Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE.
• PSAK 45, IPSAS, INTOSAI, UU , PP terkait
• https://tirto.id/malang-raya-dalam-pusaran-skandal-korupsi-cW7L

• https://nasional.kompas.com/read/2018/09/05/13144971/kpk-kasus-korupsi-
massal-dprd-kota-malang-masalah-integritas

• https://nasional.kompas.com/read/2018/09/04/08512451/kasus-dprd-kota-malang-
korupsi-massal-yang-mengkhawatirkan?page=all

21

Anda mungkin juga menyukai