Anda di halaman 1dari 11

PEREKONOMIAN INDONESIA (G1)

PEREKONOMIAN INDONESIA DAN GLOBALISASI

Dosen Pengampu:

Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, S.E., M.Si

Oleh:

Putu Nanda Puspadewi (1907531017)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan Ringkasan Materi Kuliah Perekonomian
Indonesia. Adapun judul yang dibahas dalam ringkasan materi berikut ini yaitu mengenai
“Perekonomian Indonesia dan Globalisasi”.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, S.E.,
M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Perekonomian Indonesia karena telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan studi yang saya
tekuni saat ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuan terkait materi yang dibahas sehingga saya dapat menyelesaikan ringkasan materi
kuliah tepat waktu.

Dengan adanya ringkasan materi kuliah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
pembaca mengenai Perekonomian Indonesia dan Globalisasi. Demi kesempurnaan dari
ringkasan ini, maka kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan sehingga dalam
penyusunan ringkasan materi kuliah kedepannya dapat lebih baik lagi.

Denpasar, 05 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

PEREKONOMIAN INDONESIA DAN GLOBALISASI .................................................... 1

1.1. Perekonomian Indonesia dan Globalisasi .................................................................. 1

1.2. GAAT dan Tindakan Antisipasi ................................................................................. 3

1.3. Putaran Uruguay dan WTO ........................................................................................ 4

1.4. Sengketa Dagang Antar Negara .................................................................................. 4

1.5. Kerjasama Perdagangan dan Ekonomi Antar Wilayah dan Regional .................... 5

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 8

ii
PEREKONOMIAN INDONESIA DAN GLOBALISASI

1.1. Perekonomian Indonesia dan Globalisasi


Kata “Globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal atau
internasional. Dari arti katanya sendiri dapat dikatakan bahwa globalisasi adalah satu proses
peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarmanusia dan antarbangsa di seluruh dunia
melalui aliran modal (investasi), tenaga kerja, perdagangan, dan interaksi lainnya seperti
perjalanan, budaya populer dan lain-lain sehingga batas-batas satu negara menjadi bias. Untuk
melihat kaitan globalisasi dengan perekonomian Indonesia, harus diperhatikan bagaimana
aliran-aliran tersebut terjadi baik di dalam negeri Indonesia maupun dengan negara lain.
Aliran Modal. Aliran modal dari luar negeri sudah terjadi sejak jaman penjajahan Belanda
melalui penanaman modal oleh perusahaan asing Belanda di Indonesia termasuk di bidang
transportasi, perdagangan, perkebunan, perbankan dan sebagainya. Pada masa pemerintahan
Sukarno, diadakan nasionalsasi terhadap perusahaan asing (terutama milik swasta asing
Belanda) dan tidak diperkenankan modal asing masuk ke Indonesia. Nasionalisasi perusahaan
swasta asing ini dilaksanakan sekitar 1957/58, namun tidak lama kemudian pemerintahan
Sukarno jatuh digantikan oleh Suharto. Presiden Suharto malah mengundangkan UUPMA
(Undang-undang Penanaman Modal Asing) pada tahun 1971, yang berarti mengundang
pengusaha asing untuk beroperasi di Indonesia. Tidak cuma pengusaha swasta asing yang
berdatangan ke Indonesia seperti misalnya McDonald, KFC, perusahaan-perusahaan Eropa,
Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari
Inggris dan banyak lagi tetapi juga bank asing diperkenankan beroperasi di Indonesia. Investasi
asing langsung dan portofolio diperlancar dengan adanya pasar modal dan pasar uang.
Perusahaan swasta diperkenankan langsung mencari dana dari sumber dana luar negeri. Dana
dari Bank Dunia dan IMF mengalir ke sektor pemerintah. Sehingga dengan demikian aliran
dana investasi boleh dikatakan sudah bebas bergerak di Indonesia, malah berlebihan dan
kurang pengawasan sehingga mengakibatkan krisis moneter pada tahun 1997/98. Setelah krisis
sampai sekarang, investasi asing bukan dilarang melainkan diatur dengan lebih ketat dari
sebelumnya. Jadi aliran modal boleh dikatakan bebas bergerak di Indonesia; semua daerah
(pemerintah daerah) mengundang investor dalam/luar negeri.
Aliran Tenaga Kerja. Yang dimaksud di sini adalah aliran manusia untuk mencari kerja
baik di dalam negeri maupun masuk dan ke luar negeri. Dalam hal aliran di dalam negeri,
tenaga kerja umumnya bebas bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun karena
kepadatan penduduk dan pembangunan ekonomi daerah yang berbeda beberapa

1
provinsi/kabupaten seperti misalnya DKI Jakarta dan Bali mengawasi pendatang baru dengan
ketat. Bahwa seorang harus menjadi penduduk daerah untuk dapat mencari kerja di tempat
tersebut. Keadaan yang demikian ini sama dengan aliran tenaga kerja ke dalam dan ke luar
negeri yang penuh Indonesia dengan hambatan. Memang akhir – akhir ini makin banyak warga
Indonesia yang bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja wanita, di kapal pesiar, namun
karena ketatnya aturan masih lebih banyak lagi yang terpaksa harus menjadi tenaga kerja gelap
di luar negeri. Demikian juga halnya pekerja asing di Indonesia, tidak sedikit jumlah orang
asing yang secara resmi mendapat izim bekerja di Indonesia, namun lebih banyak lagi yang
tidak resmi. Ini adalah keadaan umum hampir di semua negara di dunia bahwa aliran masuk
tenaga kerja menghadapi berbagai kendala.
Aliran Barang (Perdagangan). Keadaan yang normal di masa lalu mengenai aliran barang
keluar masuk satu negara adalah adanya berbagai hambatan tarif dan nontarif. Hal ini tidak
terkecuali untuk perekonomian Indonesia, meskipun hambatan tersebut tampaknya sudah
makin berkurang karena berbagai negosiasi dagang yang diikuti oleh Indonesia. Aliran barang
antardaerah di dalam negeri untuk produksi nasional sering menghadapi berbagai pungutan,
entah pungutan itu dilaksanakan oleh pemerintah daerahnya atau oleh oknum tertentu. Hal ini
berkaitan dengan masalah korupsi, sehingga muncul istilah ekonomi biaya tinggi. Bayangkan
saja misalnya, satu barang yang dihasilkan di Bali akan dikirim ke Jakarta, berapa pos setoran
yang resmi dari pemerintah daerah dan yang tidak resmi yang harus di lalui, sehingga harga
barang tersebut menjadi sangat mahal. Pungutan liar ini juga terjadi untuk barang
impor/ekspor, sehingga dikatakan sebagai sarang korupsi. Pemerintah telah berkali-kali
berusaha menghilangkan praktek korupsi dan pungutan liar yang mengakibatkan ekonomi
biaya tinggi.
Interaksi Lainnya. Yang dimaksudkan di sini adalah aliran informasi karena kemajuan
teknologi seperti televisi, radio, media cetak, internet, telepon genggam, literatur, pariwisata
dan sebagainya sehingga masyarakat satu negara dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan
dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, dan dunia
menjadi satu unit yang utuh. Interaksi internasional yang demikian ini rupanya tidak bisa lagi
dibendung meskipun bukan tanpa hambatan/pengwasan pemerintah.
Jadi perekonomian Indonesia sejak semula telah berinteraksi dengan perekonomian dunia
dengan berbagai hambatan, ada yang lebih ringan seperti misalnya pada interaksi lainnya dan
investasi asing, ada juga yang hambatannya lebih berat seperti tenaga kerja dan perdagangan
barang. Namun dengan perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia, Indonesia telah masuk
dalam beberapa negosiasi ekonomi dan perdagangan baik yang bersifat bilateral maupun
2
multilateral yang bertujuan untuk mengurangi hambatan perdagangan, dan malah menjadi tuan
rumah pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) pada tahun 1994. Pada sidang
APEC di Bogor tersebut Presiden Suharto menyatakan dalam pidatonya “... suka tidak suka,
siap tidak siap, ..... kita harus menerima globalisasi perdagangan/ekonomi.…” Dari pidato itu
sendiri sesungguhnya telah tersirat bahwa globalisasi mengandung kebaikan dan keburukan.
Kebaikan Globalisasi. Dari literatur dapat dikatakan bahwa globalisasi
ekonomi/perdagangan mempunyai setidaknya 5 butir kebaikan, yaitu:
a. Globalisasi ekonomi/perdagangan dapat meningkatkan produksi global
b. Meningkatkan kemakmuran masyarakan dalam suatu negara
c. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
d. Meningkatkan akses akan modal dan teknologi yang lebih baik
e. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
Keburukan Globalisasi. Globalisasi perdagangan/ekonomi sering membawa keburukan
sebagai berikut :
a. Menghambat pertumbuhan sektor industri
b. Memperburuk neraca pembayaran
c. Sektor keuangan semakin tidak stabil
d. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang

1.2. GAAT dan Tindakan Antisipasi


Pada tahun 1944 di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat, diadakan sebuah
konferensi yang diprakarsai oleh United Nations Conference on Trade and Employment. Dari
konferensi ini dibentuk tiga organisasi internasional, yakni The General Agreement on Tariffs
and Trade (GATT), The International Bank for Reconstruction and Development (IBRD
sekarang Bank Dunia), dan The International Monertary Fund.
Pada mulanya, salah satu gagasan yang muncul dalam konferensi tersebut adalah
membentuk satu organisasi (di samping Bank Dunia dan IMF) yang mengatur perdagangan
sebagai bagian yang lebih luas dalam rencana membangun kembali perekonomian dunia.
Organisasi yang dimaksud adalah the International Trade Organisation (ITO). Namun,
negosiasi pendirian ITO mengalami kegagalan pada tahun 1950, sehingga yang masi tertinggal
hanyalah kesepakatan GATT untuk mengatur perdagangan dunia. GATT bukanlah satu
organisasi, melainkan hanya berupa kesepakatan walaupun dia menempati kantor sekretariat
di The Centre William Rappard, Geneva, Switzerland. Tujuan utama GATT adalah
pengurangan tarif dan segala jenis hambatan lain dalam perdagangan internasional, dan
3
menghilangkan preferensi dagang atas dasar timbal balik dan keuntungan bersama. Prinsip-
prinsip yang mendasari kesepakatan pada GATT adalah bahwa perdagangan seharusnya: lebih
bebas (freeer), dan lebih kompetitif, tanpa diskriminasi (memakai klausul most favoured nation
dan national treatment), serta lebih menguntungkan negara terbelakang.
GATT secara berkala melakukan negosiasi (putaran) untuk merumuskan kesepakatan
dagang baru yang harus dipatuhi oleh semua negara anggota. GATT sudah melaksanakan 8
putaran (round) sesuai dengan nama tempat diadakannya pertemuan, kecuali putaran Dillon
karena diadakan lagi di Geneva. Putaran-putaran tersebut adalah Putaran Geneva (1947),
Annecy (1949), Torquay (1950), Geneva II (1956), Dillon (1960-1962), Tokyo (1973 – 1979),
Uruguay (1986 – 1993) dan Doha (2001 – sekarang).
Kesepakatan dalam GATT dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu pertama, dari tahun
berdirinya, 1947, hingga Putaran Torquay, yang pada dasarnya mengagendakan barang-barang
mana saja yang dimasukkan dalam kesepakatan dan memberlakukan tarif yang ada. Fase
kedua, mencakup tiga peraturan, dari tahun 1959 sampai 1979, yang memfokuskan
perhatiannya pada kesepakatan penurunan tarif. Fase ketiga, yang hanya meliputi Puturan
Uruguay dari 1986 sampai 1994, memperluas cakupan kesepakatan untuk meliputi masalah
yang baru seperti perdagangan jasa, pergerakan modal (investasi), hak atas kekayaan
intelektual (intelectual property right) dan masalah perdagangan hasil-hasil pertanian. WTO
(World Trade Organization) lahir dalam putaran ini, pada tahun 1995.

1.3. Putaran Uruguay dan WTO


Putaran Uruguay dalam GATT dimulai September 1986 sampai 1993 (selama 87 bulan).
Putaran ini adalah yang paling ambisius dari semua putaran GATT dan diharapkan untuk
memperluas kompetensinya sehingga tidak hanya meliputi perdagangan barang saja tetapi juga
mencakup masalah penting seperti perdagangan jasa, modal, atau investasi, kekayaan
intelektual, tekstil, penyelesaian sangketa dagang dan perdagangan hasil pertanian.
Kesepakatan di bidang pertanian dalam Putaran Uruguay meningkatkan akses terhadap
produk pertanian, mengurangi bantuan dalam negeri terhadap sektor pertanian, mengurangi
secara bertahap subsidi ekspor terhadap produk pertanian dan menyelaraskan sejauh mungkin
kebijaksanaan sanitasi di negara anggota.

1.4. Sengketa Dagang Antar Negara


Seiring dengan makin banyaknya negara yang memasuki kesepakatan dagang
internasional jumlah sengketa di antara mereka juga makin banyak. Prosedur penyelesaian
4
sengketa GATT beralih dari semula yang bersifat diplomatik menjadi penyelesaian sengketa
secara umum (judicial or juridical settlement if disputes)
Prosedur penyelesaian sengketa melalui GATT memerlukan pelaporan dari pihak yang
tidak puasdengan pelaksanaan kesepakatan kepada badan tertinggi GATT yang disebut
contracting party. Selanjutnya contracting party dapat membuat satuan tugas (working party)
atau panel dan mengeluarkan rekomendasi kepada negara yang sedang beksengketa, atau
memberikan keputusan pada suatu sengketa atau memberi wewenang kepada suatu negara
peserta untuk menangguhkan penerapan konsesi atau kewajibanna kepada pihak lainnya
berdasarkan perjanjian GATT.

1.5. Kerjasama Perdagangan dan Ekonomi Antar Wilayah dan Regional


1.5.1. Kerjasama Perdagangan
1) ASEAN Free Trade Area (AFTA). AFTA adalah perdagangan bebas di antara 10
negara anggota ASEAN, ditandatangani 28 Januari 1992 di Singapura, dengan
tujuan untuk meningkatkan daya saing ASEAN di pasar dunia melalui penurunan
hambatan perdagangan, tarif dan nontarif, dan menarik lebih banyak investasi asing
melalui apa yang disebut dengan Common Effective Preferential Tariff (CEPT),
yakni tarif impor 0-5 persen berlaku untuk perdagangan antar negara anggota
ASEAN.
2) Asian Pasific Economic Cooperation (APEC). APEC adalah forum untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, kerjasama, perdagangan dan investasi wilayah
Asia dan Pasifik, satu perjanjian yang tidak mengikat yang dicapai melalui dialog
terbuka lewat konsensus dan sukarela, serta kesamaan derajat dari semua peserta.
APEC mempunyai 21 anggota yang disebut “Member Economies”, mencakup
sekitar 40,5 persen dari penduduk dunia, sekitar 54,2 persen dari GDP dunia dan
sekitar 43,7 persen dari jumlah perdagangan dunia.
3) South Asian Assocation for Regional Cooperation (SAARC). SAARC adalah
suatu organisasi di bidang ekonomi dan politik dari delapan negara-negara di Asia
Selatan. Tujuan dari organisasi ini, antara lain, meliputi usaha bersama untuk
meningkatkan kesejahteraan penduduk di Asia Selatan, percepatan pertumbuhan
ekonomi, kemajuan sosial dan budaya, meningkatkan percaya diri kolektif dari
negara-negara di Asia Selatan di forum internasional, dan mendorong kerja sama
aktif dan solidaritas di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan di bidang teknologi ilmu
pengetahuan.
5
4) Australia New Zealand Closer Economic Agreement (ANZCERTA).
ANZCERTA adalah perjanjian dagang bilateral antaran Australia dan New Zealand,
yang berlaku sejak 1983, dan mencakup hampir semua masalah perdagangan barang
(termasuk hasil-hasil pertanian) dan jasa (termasuk investasi, penerbangan dan jasa
lainnya).
5) The North American Free Trade Agreement (NAFTA). NAFTA adalah suatu
perjanjian dagang yang ditandatangani oleh Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko
yang aktif sejak 1 Januari 1994, blok dagang terbesar kalau diukur dari paritas daya
beli PDB dari anggotanya pada tahun 2007 dan kedua terbesar ke dua dalam nilai
nominal PDBnya.
6) Uni Eropa (UE atau European Union yang disingkat EU). Uni Eropa adalah
sebuah organisasi antarpemerintahan dan supranasional, yang terdiri dari negara-
negara Eropa, didirikan dibawah Perjanjian Uni Eropa (Perjanjian Maastricht) pada
1992, yang sejak 1 Januari 2007 telah memiliki 27 negara anggota. Organisasi ini
telah berkali-kali mengalami perubahan, dari tiga ribu tahun lalu, menjadi customs
union (1940an), European Coal dan Steel Community, European Economic
Community (1958), terus menjadi Masyarakat Eropa. Sampai sekarang ini Uni
Eropa telah berevolusi dari sebuah badan perdagangan menjadi sebuah kerja sama
ekonomi dan politik, yang mempunyai organ ekonomi dan politik penting: Komisi
Eropa, Dewan Uni Eropa, Dewan Eropa, Mahkamah Eropa, dan Bank Sentral Eropa
(beserta mata uangnya)
1.5.2. Integrasi Ekonomi
Menurut integrasi ekonomi (economic integration) dari Bela Balasa 1961 (seperti
pada internet) ada enam tahapan kerjasama perdagangan untuk menuju ke integrasi
ekonomi. Masing-masing tahapan tersebut yaitu sebagai berikut :
1) Tahap pertama adalah Preferential Trading Area (PTA). Preferential Trade
Agreetment (PTA) yang merupakan kelompok (blok) perdagangan yang
memberikan preferensi (keringanan) terhadap jenis produk tertentu kepada negara
anggota, dilaksanakan dengan cara mengurangi tariff (tidak menghapuskan tariff
menjadi nol). PTA pada umumnya mengarah ke free trade area (FTA).
2) Tahap kedua adalah Free Trade Area (FTA). Beberapa negara sepakat untuk
menghilangkan tariff, kuota dan preferensi kepada sebagian besar barang dan jasa
yang diperdagangkan di antara mereka. Negara tersebut memilih bentuk integrasi
ekonomi jenis ini jika struktur ekonomi mereka bersifat komplementer. Namun
6
kalau struktur ekonomi mereka bersifat kompetitif, maka bentuk yang lebih sesuai
adalah custom union (uni daerah pebean). Tujuan dari FTA adalah untuk
menurunkan hambatan perdagangan sehingga volume perdagangan meningkat
karena spesialisasi, pembagian kerja, dan yang terpenting melalui teori keuntungan
komparatif.
3) Tahap ketiga adalah Custom Union. Adalah satu perjanjian dagang di mana
sejumlah negara memberlakukan perdagangan bebas di antara mereka dan
menerapkan serangkaian tarif bersama atau kadang-kadang berbeda antar negara
anggota terhadap barang dari negara lain.
4) Tahap keempat adalah Single Integrated Market (Common Market). Satu pasar
tunggal bersama adalah sejenis blok dagang yang merupakan gabungan dari custom
union dengan kebijaksanaan bersama terhadap produk dan pergerakan yang bebas
atas faktor produksi (modal dan tenaga kerja) dan wirausaha untuk mencapai
efisiensi ekonomi yang lebih tinggi.
5) Tahap kelima adalah Economic and Monetary Union (kesatuan ekonomi dan
moneter). Merupakan satu blok dagang seperti pasar tunggal dengan kesatuan
moneter untuk semua negara anggota bukan hanya menerapkan mata uang bersama
seperti yang dilakukan oleh Latin Monetary Union pada tahun 1980-an yang tidak
diikuti oleh adanya pasar tunggal. Kesatuan ekonomi dan moneter dilaksanakan
melalui pakta dagang dari semua sistem moneter yang berlaku di negara anggota.
6) Tahap keenam adalah Complete Economic Itegration. Pada tahap ini, tidak lagi
diperlukan kebijaksanaan pengawasan ekonomi kepada unit-unit yang bergabung.
Mereka telah menjadi satu kesatuan moneter dan fiskal secara penuh dan mendekati
penuh. Uni Eropa adalah salah satu contoh yang baik mengenai integrasi ekonomi
penuh.

7
DAFTAR PUSTAKA

Nehen, I. K. (2012). Perekonomian Indonesia. Denpasar: Udayana University Press.

Anda mungkin juga menyukai