Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN MATERI KULIAH (RMK)

PEREKONOMIAN INDONESIA DAN GLOBALISASI

MATA KULIAH : PEREKONOMIAN INDONESIA

KELAS : G1

Disusun Oleh:

Jordan Rudolf Daniel Rondonuwu 1907531120

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2021
PEREKONOMIAN INDONESIA DAN GLOBALISASI
Kata “Globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal atau
internasional. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama
dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan, tetapi tidak
dengan istilah universalisasi. Dari arti katanya sendiri dapat dikatakan bahwa globalisasi
adalah satu proses peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarmanusia dan
antarbangsa di seluruh dunia melalui aliran modal (investasi), tenaga kerja, perdagangan,
dan interaksi lainnya seperti perjalanan, budaya populer dan lain-lain sehingga batas-batas
satu negara menjadi bias. Untuk melihat kaitan globalisasi dengan perekonomian
Indonesia, harus diperhatikan bagaimana aliran-aliran tersebut terjadi baik di dalam negeri
Indonesia maupun dengan negara lain.

Aliran Modal
Aliran modal dari luar negeri sudah terjadi sejak jaman penjajahan Belanda melalui
penanaman modal oleh perusahaan asing Belanda di Indonesia termasuk di bidang
transportasi, perdagangan, perkebunan, perbankan dan sebagainya. Pada masa
pemerintahan Sukarno, diadakan nasionalsasi terhadap perusahaan asing (terutama milik
swasta asing Belanda) dan tidak diperkenankan modal asing masuk ke Indonesia.
Nasionalisasi perusahaan swasta asing ini dilaksanakan sekitar 1957/58, namun tidak lama
kemudian pemerintahan Sukarno jatuh digantikan oleh Suharto. Presiden Suharto malah
mengundangkan UUPMA (Undang-undang Penanaman Modal Asing) pada tahun 1971,
yang berarti mengundang pengusaha asing untuk beroperasi di Indonesia. Tidak cuma
pengusaha swasta asing yang berdatangan ke Indonesia seperti misalnya McDonald, KFC,
perusahaan-perusahaan Eropa, Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari
Belanda, British Petroleum dari Inggris dan banyak lagi tetapi juga bank asing
diperkenankan beroperasi di Indonesia. Investasi asing langsung dan portofolio
diperlancar dengan adanya pasar modal dan pasar uang.

Aliran Tenaga Kerja


Yang dimaksud di sini adalah aliran manusia untuk mencari kerja baik di dalam negeri
maupun masuk dan ke luar negeri. Dalam hal aliran di dalam negeri, tenaga kerja
umumnya bebas bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun karena kepadatan
penduduk dan pembangunan ekonomi daerah yang berbeda beberapa provinsi/kabupaten
seperti misalnya DKI Jakarta dan Bali mengawasi pendatang baru dengan ketat. Bahwa
seorang harus menjadi penduduk daerah untuk dapat mencari kerja di tempat tersebut.
Keadaan yang demikian ini sama dengan aliran tenaga kerja ke dalam dan ke luar negeri
yang penuh Indonesia dengan hambatan. Memang akhir – akhir ini makin banyak warga
Indonesia yang bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja wanita, di kapal pesiar, namun
karena ketatnya aturan masih lebih banyak lagi yang terpaksa harus menjadi tenaga kerja
gelap di luar negeri. Demikian juga halnya pekerja asing di Indonesia, tidak sedikit jumlah
orang asing yang secara resmi mendapat izim bekerja di Indonesia, namun lebih banyak
lagi yang tidak resmi. Ini adalah keadaan umum hampir di semua negara di dunia bahwa
aliran masuk tenaga kerja menghadapi berbagai kendala.

Aliran Barang (Perdagangan)


Keadaan yang normal di masa lalu mengenai aliran barang keluar masuk satu negara
adalah adanya berbagai hambatan tarif dan nontarif. Hal ini tidak terkecuali untuk
perekonomian Indonesia, meskipun hambatan tersebut tampaknya sudah makin berkurang
karena berbagai negosiasi dagang yang diikuti oleh Indonesia. Aliran barang antardaerah
di dalam negeri untuk produksi nasional sering menghadapi berbagai pungutan, entah
pungutan itu dilaksanakan oleh pemerintah daerahnya atau oleh oknum tertentu. Hal ini
berkaitan dengan masalah korupsi, sehingga muncul istilah ekonomi biaya tinggi.
Bayangkan saja misalnya, satu barang yang dihasilkan di Bali akan dikirim ke Jakarta,
berapa pos setoran yang resmi dari pemerintah daerah dan yang tidak resmi yang harus di
lalui, sehingga harga barang tersebut menjadi sangat mahal. Pungutan liar ini juga terjadi
untuk barang impor/ekspor, sehingga dikatakan sebagai sarang korupsi. Pemerintah telah
berkali-kali berusaha menghilangkan praktek korupsi dan pungutan liar yang
mengakibatkan ekonomi biaya tinggi.

Interaksi Lainnya
Yang dimaksudkan di sini adalah aliran informasi karena kemajuan teknologi seperti
televisi, radio, media cetak, internet, telepon genggam, literatur, pariwisata dan sebagainya
sehingga masyarakat satu negara dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan
pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, dan dunia
menjadi satu unit yang utuh. Interaksi internasional yang demikian ini rupanya tidak bisa
lagi dibendung meskipun bukan tanpa hambatan/pengwasan pemerintah.
Jadi perekonomian Indonesia sejak semula telah berinteraksi dengan perekonomian
dunia dengan berbagai hambatan, ada yang lebih ringan seperti misalnya pada interaksi
lainnya dan investasi asing, ada juga yang hambatannya lebih berat seperti tenaga kerja
dan perdagangan barang. Namun dengan perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia,
Indonesia telah masuk dalam beberapa negosiasi ekonomi dan perdagangan baik yang
bersifat bilateral maupun multilateral yang bertujuan untuk mengurangi hambatan
perdagangan, dan malah menjadi tuan rumah pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik
(APEC) pada tahun 1994.

GATT DAN TINDAKAN ANTISIPASI


Pada tahun 1944 di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat, diadakan sebuah
konferensi yang diprakarsai oleh United Nations Conference on Trade and Employment.
Konferensi ini dihadiri oleh sekitar 24 negara dengan agenda memetakan strategi pasca
perang dalam membangun kembali perekonomian dunia. Dari konferensi tersebut, pada
tahun 1947 dibentuk tiga organisasi Internasional, yaitu the General Agreement on Tarriffs
and Trade (GATT), the Internasional Bank forReconstruction and Development (IBRD
atau sekarang disebut dengan Bank Dunia), dan the International Monetary Fund (IMF).

Pada mulanya, salah satu gagasan yang muncul dalam konferensi tersebut adalah
membentuk satu organisasi (di samping Bank Dunia dan IMF) yang mengatur
perdagangan sebagai bagian yang lebih luas dalam rencana membangun kembali
perekonomian dunia. Organisasi yang dimaksud adalah the International Trade
Organisation (ITO). Sementara diadakan negosiasi mengenai pembentukan ITO, 15
negara mulai mengadakan negosiasi paralel untuk GATT sebagai cara awal dalam
pengurangan tarif. Negosiasi pendirian ITO mengalami kegagalan pada tahun 1950,
sehingga yang masih tertinggal hanya kesepakatan GATT. Walaupun GATT menempati
kantor sekretariat di the Centre William Rappard, Geneva, Switzerland akan tetapi perlu
diingat bahwa GATT bukanlah organisasi, melainkan hanya berupa kesepakatan. Menurut
anggaran dasarnya, GATT memiliki tujuan utama untuk pengurangan tarif dan segala jenis
hambatan lain dalam perdagangan internasional, dan menghilangkan preferensi dagang
atas dasar timbal balik dan keuntungan bersama. Dengan berpegangan pada prinsip-prinsip
tertentu, tujuan tersebut dicapai melalui serangkaian kesepakatakan sekitar 150 negara
anggota. Prinsip-prinsip yang mendasari kesepakatan pada GATT adalah bahwa
perdagangan seharusnya:

• Tanpa diskriminasi. Satu negara seharusnya tidak melakukan diskriminasi di


antara partner dagangnya. Jika satu negara mengenakan tarif tertentu (paling
murah) kepada satu negara partner dagangnya, maka perlakuan y ang demikian itu
juga harus diberikan kepada partner dagang lainnya. Prinsip ini dikenal dengan
Most Favoured Nation (MFN). Di samping itu, satu negara tidak diperkenankan
mendiskriminasikan barang-barang buatan negara partner dagangnya terhadap
produk dalam negeri. Harus dilakukan perlakuan yang sama, yang dikenal dengan
istilah National Treatment.

• Perdagangan yang lebih bebas (freeer), yaitu pengurangan hambatan dagang


melalui negosiasi.

• Perdagangan terprediksi, artinya pengusaha asing, investor, dan pemerintah harus


mempunyai keyakinan bahwa hambatan perdagangan (termasuk tarif dan nontarif)
tidak diubah seenaknya saja; tarif dan pembukaan pasar dalam negeri terhadap
partner dagang bersifat meningkat.

• Lebih Kompetitif, artinya satu negara seharusnya tidak melaksanakan praktek


dagang yang tidak jujur, seperti subsidi ekspor dan melaksanakan dumping pada
harga lebih rendah dari biaya untuk merebut pasar.

• Lebih Menguntungkan Negara Terbelakang (least developed countries), yakni


dengan memberikan kelonggaran-kelonggaran tertentu, perlakuan khusus, dan
memberikan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri.
GATT secara berkala melakukan negosiasi untuk merumuskan kesepakatan dagang
baru yang harus dipatuhi oleh semua negara anggota. Rangkaian kesepakatan tersebut
dikenal dengan istilah putaran (round). GATT sudah melaksanakan 8 putaran (round),
yakni:
1) Putaran Geneva, dilaksanakan selama 7 bulan pada April 1947, diikuti oleh 23 negara.
Topik yang disepakati adalah pengurangan tarif dan menghasilkan 45.000 konsesi tarif
yang mencakup perdagangan dengan nilai sekitar $10 miliar.
2) Putaran Annecy, dilaksanakan selama 7 bulan pada tahun 1949 di Annecy, Prancis yang
diikuti oleh 26 negara. Topik utama yang disepakati adalah pengurangan tarif yang
menghasilkan sekitar 5000 konsesi tarif.
3) Putaran Toquay, dilaksanakan selama 5 bulan pada tahun 1950 di Torquay, Inggris
Raya, diikuti oleh 38 negara. Hasilnya adalah 8.700 konsesi tarif sehingga menjadi
sekitar tiga seperempat dari semua tarif yang berlaku pada tahun 1948. Penolakan
Amerika Serikat atas Piagam Havana menandakan bahwa pendirian GATT sebagai
badan pengatur perdagangan dunia.
4) Putaran Geneva II, dilaksanakan di Geneva selama 5 bulan dari Januari hingga Juni
1956, diikuti oleh 26 negara. Hasil kesepakatan adalah penurunan tarif senilai $2,5
miliar dan penerimaan Jepang masuk anggota.
5) Putaran Dillon, kembali dilaksanakan di Ganeva dari 1960 sampai 1962. Putaran ini
diberi nama sesuai dengan nama Sekretaris Departemen Keuangan Amerika Serikat,
sebelumnya di bawah Sekretaris Negara, Douglas Dillon, yakni yang mengusulkan
putaran ini diikuti oleh 26 negara. Sejalan dengan pembahasan mengenai pengurangan
tarif dengan nilai lebih dari $4,9 miliar, putaran ini juga membahas pendirian European
Economic Community (EEC).
6) Putaran Tokyo, dilaksanakan di Tokyo, Jepang selama 74 bulan dari September 1973
sampai 1979. Agenda utama adalah penurunan tarif dan mengeluarkan aturan baru yang
ditunjukkan untuk mengawasi pelaksanaan hambatan nontarif dan pembatasan ekspor
sukarela. Putaran ini diikuti oleh 102 negara dan menghasilkan konsesi tarif seharga
$190 miliar.
7) Putaran Uruguay, dilaksanakan di Uruguay selama 87 bulan dari 1986 sampai 1993,
diikuti oleh 123 negara. Pada putaran ini disetujui pendirian World Trade Organization
(WTO), yang mulai operasi pada tahun 1995 menggantikan GATT. Semua aturan-
aturan GATT sejak itu dijalankan oleh WTO dan Putaran Doha.
8) Putaran Doha, dilaksanakan di Doha dari November 2001 sampai sekarang (belum
selesai), diikuti oleh 141 negara dan berada di bawah WTO, bukan lagi di bawah
GATT. Agendanya meliputi pengurangan hambatan tarif dan nontarif, masalahnya
perdagangan hasil-hasil pertanian, penentuan standar tenaga kerja (buruh), masalah
lingkungan, persaingan, investasi, transparasi, dan sebagainya.
Berdasarkan pemaparan aktivitas pencapai kesepakatan dagang dalam GATT, GATT
dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu pertama, dari tahun berdirinya, 1947, hingga Putaran
Torquay, yang pada dasarnya mengagendakan barang-barang mana saja yang dimasukkan
dalam kesepakatan dan memberlakukan tarif yang ada. Fase kedua, mencakup tiga
peraturan, dari tahun 1959 sampai 1979, yang memfokuskan perhatiannya pada
kesepakatan penurunan tarif. Fase ketiga, yang hanya meliputi Puturan Uruguay dari 1986
sampai 1994, memperluas cakupan kesepakatan untuk meliputi masalah yang baru seperti
perdagangan jasa, pergerakan modal (investasi), hak atas kekayaan intelektual (intelectual
property right) dan masalah perdagangan hasil-hasil pertanian. WTO (World Trade
Organization) lahir dalam putaran ini, pada tahun 1995.
PUTARAN URUGUAY DAN WTO

Putaran Uruguay dalam GATT dimulai September 1986 sampai 1993 (selama 87
bulan). Putaran ini adalah yang paling ambisius dari semua putaran GATT dan diharapkan
untuk memperluas kompetensinya sehingga tidak hanya meliputi perdagangan barang saja
tetapi juga mencakup masalah penting seperti perdagangan jasa, modal, atau investasi,
kekayaan intelektual, tekstil, penyelesaian sangketa dagang dan perdagangan has il
pertanian. Salah satu perubahan yang mendasari GATT adalah berdirinya WTO (the World
Trade Organization). 75 negara anggota GATT yang lama ditambah dengan anggota Uni
Eropa menjadi anggota pendiri WTO pada tanggal 1 Januari 1995.

Secara de facto GATT berfungsi sebagai satu organisasi yang telah melaksanakan
delapan putaran pembicaraan mengenai berbagai masalah perdagangan dan penyelesaian
sangketa perdagangan internasioanal. Putaran Uruguay berakhir pada tanggal 15 Desember
1993 dan menghasilkan kesepakatan di antara 117 negara anggota (termasuk Amerika
Serikat) untuk mengurangi hambatan perdagangan dan untuk menciptakan aturan
perdagangan internasional yang lebih komprehensif dan dapat dilaksanakan. Kesepakatan
ini disebut The Final Act Embodying the Results of the Uruguay Round of Multilateral
Trade Negotiations, dan ditandatangani pada April 1994. Kesepakatan ini disetujui dan
dilaksanakan oleh Kongres amerika Serikat pada bulan Desember 1994, dan mulai
diberlakukan pada Januari 1995. Sementara GATT hanyalah serangkaian aturan
kesepakatan yang dipatuhi oleh Negara anggota, WTO adalah sebuah organisasi. WTO
memperluas cakupan masalahnya dari perdagangan barang ke perdagangan di sector jasa
dan hak atas kekayaan intelektual. Kesepakatan di WTO pada umumya bersifat multilateral
seperti mekanisme pada GATT.

SENGKETA DAGANG ANTAR NEGARA


Sifat dari mekanisme penyelesaian sangketa dalam GATT terletak pada prosedurnya.
Prosedur penyelesaian sangketa dalam GATT dapat dikelompokkan ke dalam dua macam
prosedur. Pertama, di antara tahun 1948-1978. Dalam kurun waktu ini, prosedur
penyelesaian sengketa GATT dapat dikelompokkan sebagai penyelesaian sangketa secara
diplomatic, diselesaikan antara kedua pemerintah yang sedang dalam sangketa. Kedua,
kurun waktu antara 1980-1994. Dalam kurun waktu penyelesaian GATT secara hukum
(judical or juridical settlement of disputes). Masalah atau isu mengenai penyelesaian
sengketa di dalam GATT hanya dibahas pada pertemuan-pertemuan reguler atau tetap,
namun ada dua pasal yakni Pasal XXII dan XXIII GATT yang dapat dirujuk dalam hal
adanya sengketa dagang.

1) Penyelesaian Sangketa Melalui Jalur Diplomatik


Negara anggota peserta kesepakatan dagang pada GATT diharapkan
menyelesaikan sendiri masalah sangketa yang dialaminya melalui konsultasi secara
bilateral. Hal ini sesuia denganbunyi Pasal XXII GATT. Mereka disyaratkan untuk
memberikan pertimbangan simpatik terhadap setiap sangketa mengenai segala sesuatu
hal yang menyangkut pelaksanaan GATT.
Contohnya cara penyelesaian atas kasus sengketa dagang RI-Tiongkok yang
telah disebutkan sebelumnya. Menurut Dubes RI untuk Tiongkok di Beijing,
Soedrajat, perselisihan dagang ini cukup diselesaikan di tingkat Komisi Bersama yang
sudah dibentuk. Keberadaan komisi bersama ini dapat dimanfaatkan untuk
menyelesaikan masalah sengketa tersebut karena fungsi dari komisi tersebut memang
untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan dan hambatan dalam upaya
meningkatkan hubungan dagang antar kedua negara.
2) Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur GATT
Apabila jalur dplomatik tidak berhasil, penyelesaian sengketa tersebut dapat
dilakukan melalui jalur GATT. Untuk jalur ini salah satu pihak atau kedua -duanya
harus mengajukan keberatan (complain) dengan memberikan dasar kebenaran yang
lengkap kepada GATT (yang dalam hal ini kepada badan dalam GATT yang disebut
contracting party). Selanjutnya, Contracting party, sesuai dengan sifat dan beratnya
sengketa dapat membentuk suatu working party (satuan tugas) atau satu panel dari
beberapa negara yang dibentuk khusus untuk satu sengketa. Anggota dari satuan tugas
berasal dari negara yang mengalami sengketa dan dari GATT, sedangkan anggota dari
satu panel tidak hanya dari negara yang bersengketa tetapi juga dari negara ke tiga.
Tugas mereka adalah: (1) mempertimbangkan tuduhan-tuduhan yang dialamatkan oleh
negara yang bersengketa; dan (2) memberi rekomendasi dan putusan kepada
contracting party. Dengan atau tanpa pembentukan satuan tugas atau panel,
contracting party GATT dapat:
a) Mengeluarkan rekomendasi kepada Negara yang sedang bersangketa, atau
b) Memberikan putusan pada satu sanggketa, atau
c) Memberi wewenang kepada satu Negara peserta untuk menangguhkan penerapan
konsesi atau kewajibannya kepada pihak lainnya berdasarkan perjanjian GATT.

Melalui jalur manapun sangketa dagang diputus tidak ada jaminan bahwa putusan
tersebut akan secara efektif dapat dilaksanakan.

KERJASAMA PERDAGANGAN DAN EKONOMI ANTAR WILAYAH DAN


REGIONAL

Kerjasama Perdagangan
1) ASEAN Free Trade Area (AFTA)
AFTA adalah suatu perjanjian dagang untuk mendorong manufaktur di seluruh
negara-negara anggota ASEAN. Perjanjian ini ditandatangani tanggal 28 Januari
1992 di Singapura. Dewasa ini AFTA terdiri dari sepuluh negara negara anggota
ASEAN.
Tujuan utama dari AFTA adalah untuk meningkatkan daya saing ASEAN di
pasar dunia melalui penurunan hambatan perdagangan, tarif dan non tariff, dan
menarik lebih banyak investasi asing melalui apa yang disebut dengan Common
Effective Preferential Tariff (CEPT), yakni tarif impor 0-5 persen berlaku untuk
perdagangan antar negara anggota ASEAN. Masing-masing negara ASEAN
bebas menentukan farif untuk barang dari luar anggota. Negara anggota
diberikan tiga jenis perkecualian, yakni pengecualian sementara (untuk barang
yang sementara harus dilindungi, tetapi kemudian akan memenuhi ketentuan
tarif yang berlaku), untuk barang hasil pertanian yang sensitif seperti beras, dan
perkecualian umum (yang dianggap perlu dengan alasan keamanan, moral
publik, perlindungan atas kehidupan umat manusia, binatang atau tanaman,
perlindungan barang antik, bersejarah, dan bernilai arkeologi).
2) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC)
APEC adalah forum utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kerja
sama, perdagangan daninvestasi di wilayah Asia dan Pasifik dan satu-satunya
blog antar pemerintah di dunia yang berdasarkan atas janji yang tidak mengikat,
dialog terbuka dankesamaan derajat dari semua peserta. Berbeda dengan WTO
atau badan perdagangan multilateral lainnya, APEC tidak mempunyai fakta
kewajiban bagi setiap anggota. APEC mempunyai 21 anggota yang disebut
"Member Economic" yang mencakup sekitar 40,5 persen dari penduduk dunia,
sekitar 54,2 persen dari GDP dunia dan sekitar 43,7 persen dari jumlah
perdagangan dunia. APEC mempunyai visi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan, serta memperkuat komunitas di Asia Pasifik melalui
misinya, yakni pengurangan tarif dan hambatan perdaganganlain di wilayah.
Asia Pasifik, menciptakan perekonomian dalam negeri yang efisien dan
peningkatan ekspor.
3) South Asian Assocation for Regional Cooperation (SAARC)
SAARC adalah suatu organisasi di bidang ekonomi dan politik dari delapan
negara-negara di Asia Selatan. Tujuan dari organisasi ini, antara lain, meliputi
usaha bersama untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk di Asia Selatan,
percepatan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan budaya, meningkatkan
percaya diri kolektif dari negara-negara di Asia Selatan di forum internasional,
dan mendorong kerja sama aktif dan solidaritas di bidang ekonomi, sosial,
budaya, dan di bidang teknologi ilmu pengetahuan.
4) Australia New Zealand Closer Economic Agreement (ANZCERTA)
ANZCERTA adalah perjanjian dagang bilateral antaran Australia dan New
Zealand, yang efektif berlaku sejak 1983, dan mencakup hampir semua masalah
perdagangan barang (termasuk hasil-hasil pertanian) dan jasa (termasuk
investasi, penerbangan dan jasa lainnya). Aturan kepabeanan juga diadakan
penyesuaian untuk kedua negara, misalnya mengenai kebijaksanaan, prosedur
administrasi, investigasi dan pencegahan dan penyelesaian pelanggaran sistem
pabean, termasuk masalah karantina, dan peraturan standar perdagangan. Prinsip
dasar dari ANZCERTA adalah perlakuan nasional, akses ke pasar, hak untuk
masuk pasar tanpa hambatan, dan perlakuan yang aling menguntungkan.
5) The North American Free Trade Agreement (NAFTA)
NAFTA adalah suatu perjanjian dagang yang ditandatangani oleh Amerika
Serikat, Kanada dan Meksiko yang menimbulkan blok dagang tiga negara di
Amerika Utara. Perjanjian ini menggantikan perjanjian perdagangan bebas
asntara Amerika Serikat dan Kanada. NAFTA ini mempunyai dua perjanjian
tambahan, the North American Agreement on Enviromental Cooperation
(NAAEC – perjanjiankerja sama lingkungan Amerika Utara) dan the North
American Agreement on Labour Cooperation (MAALC – perjanjian kerja sama
perburuhan AmerikaUtara). NAFTA bertujuan untuk menghilangkan hambatan
perdagangan daninvestasi di antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko.
6) Uni Eropa (UE atau European Union yang disingkat EU)
Uni Eropa adalah sebuah organisasi antarpemerintahan dan supranasional, yang
terdiri dari negara-negara Eropa, yang sejak 1 Januari 2007 telah memiliki 27
negara anggota. Bila dianggap sebagai satu kesatuan, Uni Eropa memiliki
ekonomi terbesar di dunia. Ekonomi UE diharapkan tumbuh lebih jauh dalam
dekade berikutnya sejalan dengan lebih banyak negara bergabung dalam
persatuan ini dan terlebih lagi negara-negara baru ini biasanya lebih miskin dari
rata-rata UE, dan oleh karena itu diharapkan pertumbuhan GDP yang cepat dapat
membantu dinamika Uni Eropa.
DAFTAR PUSTAKA

Nehen, Ketut. 2018. Perekonomian Indonesia. Denpasar : Udayana University Press.

Anda mungkin juga menyukai