Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN PERUMAHAN
DAN PERMUKIMAN

2.1. ISU STRATEGIS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


Kajian isu-isu pembangunan permukiman perkotaan pada
dasarnya merupakan kajian terhadap isu yang berkembang terkait
dengan perumahan dan permukiman kumuh terhadap kegiatan
pembangunan yang telah berkembang pada kawasan yang menjadi
obyek kegiatan dalam perumusan RP2KPKPK Kabupaten
Kepulauan Tanimbar.
Secara umum, isu strategis pembangunan permukiman
perkotaan Kepulauan Tanimbar, sebagai berikut :
1. Menurunnya kualitas permukiman pada kawasan kumuh
perkotaan Kepulauan Tanimbar
2. Tertinggalnya pembangunan di kawasan perkotaan Kepulauan
Tanimbar
3. Minimnya cakupan dan kualitas infrastruktur permukiman
dalam mendukung ekonomi di Kepulauan Tanimbar
4. Kurangnya kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan
infrastruktur permukiman di kawasan perkotaan Kepulauan
Tanimbar
5. Lemahnya keterpaduan pembangunan infrastruktur
permukiman, baik skala kota maupun kawasan.
Isu strategis dalam penyelenggaraan perumahan dan
permukiman perkotaan Kepulauan Tanimbar sesungguhnya tidak
terlepas dari dinamika yang berkembang di dalam kehidupan

II-1
masyarakat, dan kondisi kebijakan pemerintah di dalam mengelola
persoalan perumahan dan permukiman perkotaan yang ada,
sebagai berikut :
2.1.1. Isu Kesenjangan Pelayanan
Isu kesenjangan pelayanan muncul karena
terbatasnya peluang untuk memperoleh pelayanan dan
kesempatan berperan di bidang perumahan dan
permukiman, khususnya bagi kelompok masyarakat
miskin dan berpendapatan rendah. Di samping itu juga
dapat dikarenakan adanya konflik kepentingan akibat
implementasi kebijakan yang relatif masih belum
sepenuhnya dapat memberikan perhatian dan
keberpihakan kepada kepentingan masyarakat secara
keseluruhan.
Oleh karenanya ke depan perlu dikembangkan
instrumen penyelenggaraan perumahan dan permukiman
perkotaan yang lebih berorientasi kepada kepentingan
seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan sosial;
peningkatan dan pengembangan kapasitas profesional di
bidang perumahan dan permukiman perkotaan baik bagi
aparat pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar
maupun bagi pelaku pembangunan permukiman lainnya;
dan pengembangan fungsi, sistem dan jejaring informasi
serta diseminasi mengenai hidup bermukim yang layak
bagi seluruh lapisan masyarakat khususnya yang
bermukim di kawasan perumahan dan permukiman
kumuh Kabupaten Kepulauan Tanimbar.

2.1.2. Isu Lingkungan


Isu lingkungan pada kawasan perumahan dan
permukiman perkotaan di Kepulauan Tanimbar umumnya
muncul karena dipicu oleh tingkat urbanisasi dan migrasi

II-2
yang tinggi, serta dampak pemanfaatan sumber daya dan
teknologi yang kurang terkendali. Kelangkaan prasarana
dan sarana dasar, ketidakmampuan memelihara dan
memperbaiki lingkungan permukiman yang ada, dan
masih rendahnya kualitas permukiman baik secara
fungsional, lingkungan, maupun visual wujud lingkungan,
merupakan isu utama bagi upaya menciptakan lingkungan
permukiman perkotaan yang sehat, aman, harmonis dan
berkelanjutan. Isu tersebut juga menjadi lebih berkembang
dikaitkan dengan belum diterapkannya secara optimal
pencapaian standar pelayanan minimal perumahan dan
permukiman yang berbasis indeks pembangunan
berkelanjutan.

2.1.3. Isu Manajemen Pembangunan Permukiman


Isu manajemen pembangunan muncul umumnya
karena dipengaruhi oleh keterbatasan kinerja tata
pemerintahan di seluruh tingkatan, sehingga berdampak
pada lemahnya implementasi kebijakan yang telah
ditetapkan, inkonsistensi di dalam pemanfaatan lahan
untuk perumahan dan permukiman, dan munculnya
dampak negatif terhadap lingkungan. Disamping itu
terjadinya proses marjinalisasi sektor lokal oleh sektor
nasional dan global juga berdampak potensial terhadap
meningkatnya kemiskinan serta tersisihnya komunitas
informal setempat berikut terbatasnya peluang usaha.
Urbanisasi di daerah yang tumbuh cepat juga
merupakan tantangan bagi pemerintah, untuk menjaga
agar pertumbuhannya lebih merata, termasuk dalam
upaya pemenuhan kebutuhan perumahan dan
permukiman khususnya di kawasan perkotaan Kepulauan
Tanimbar. Dengan demikian, pengelolaan pembangunan

II-3
perumahan dan permukiman harus memungkinkan
berkembangnya prakarsa masyarakat melalui mekanisme
yang dipilihnya sendiri. Di pihak lain kemampuan
membangun perumahan dan permukiman oleh komunitas
harus direspon secara lebih tepat oleh pemerintah di dalam
kerangka tata pemerintahan yang baik, sehingga
kebutuhan akan identitas lokal masih tetap dapat terjaga
di dalam kerangka pembangunan perumahan dan
permukiman yang lebih menyeluruh.

2.2. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN


2.2.1. Tinjauan Kebijakan Peraturan Pemerintah No. 13
Tahun 2017 Tentang Perubahan Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
Kebijakan RTRW Nasional merupakan kebijakan
yang dipedomani dalam penyusunan Dokumen
RP2KPKPK Kabupaten Kepulauan Tanimbar, hal ini untuk
melihat dari fungsi dan arahan penataan ruang secara
lingkup nasional khusunya pada Kabupaten Kepulauan
Tanimbar yang dahulunya adalah Kabupaten Maluku
Tenggara Barat. Review kebijakan ini mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 sebagai
Perubahan atas Peraturaan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Adapun kebijakan yang perlu diperhatikan dalam proses
penyusunan Dokumen RP2KPKPK Kabupaten Kepulauan
Tanimbar, adalah sebagai berikut :
1. Struktur Ruang
Adapun rencana struktur ruang RTRWN yang
meliputi Kabupaten Kepuluan Tanimbar adalah
sebagai berikut :

II-4
Tabel 2.1.
Posisi Kabupaten Kepulauan Tanimbar Dalam Struktur Ruang RTRWN
No Kebijakan Arahan Pemanfaatan Ruang
1 Sistem Perkotaan Nasional • Pengembangan Baru PKSN Saumlaki
2 Pelabuhan • Pelabuhan Angkutan Penyeberangan :
a. Saumlaki
b. Wunlah
c. Seira
d. Adault
e. Larat
3 Bandar Udara • Pengumpul Tersier : Mathilda Batlayeri -
Saumlaki
4 Pembangkit Listrik • Pengembangan Pembangkitan Tenaga
Listrik di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat
Sumber : Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13 Tahun 2017

Gambar 2.1.
Peta Struktur Ruang RTWN Bagian Kepulauan Tanimbar
II-5
Gambar 2.2.
Peta Pola Ruang RTWN Bagian Kepulauan Tanimbar

2. Pola Ruang
Rencana pola ruang yang berkaitan dengan
penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Kepulauan Tanimbar meliputi
rencana sebagai kawasan budidaya dan kawasan
lindung yakni Kawasan Suaka Alam/Kawasan
Pelestarian Alam Pulau Larat, Suaka Margasatwa
Tanimbar, Casar Alam Pulau Nuswotar. Dalam
RTRWN juga disebutkan terkait Kawasan Andalan
yakni Kawasan Kei-Aru- Pulau Wetar- Pulau
Tanimbar-Saumlaki dengan komoditas andalan
berupa perikanan, kehutanan, perkebunan, industri,
minyak dan gas bumi. Kabupaten Kepulauan
Tanimbar juga merupakan Kawasan Strategis
Perbatasan Negara (KSPN) Kawasan Perbatasan
Negara di Maluku (Provinsi Maluku).

II-6
2.2.2. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2014 Tentang
Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku
Dalam tinjauan kebijakan RTR Kepulauan Maluku
ini yang dijadikan sebagai acuan meliputi tujuan penataan
ruang Kepulauan Maluku, strategi dalam rencana
struktur ruang, dan strategi dalam rencana pola ruang.
Adapun tujuan dalam penataan ruang Kepulauan Maluku
yang relevan dalam penyusunan Dokumen RP2KPKPK
Kabupaten Kepulauan Tanimbar adalah “Kawasan
Perbatasan sebagai beranda depan negara dan pintu
gerbang internasional yang berbatasan dengan
Negara Timor Leste, Negara Australia, dan Negara
Palau”.
Dalam strategi penataan ruang, terdapat strategi
yang meliputi Kabupaten Kepuluan Tanimbar yakni
sebagai berikut :
1. Strategi operasionalisasi penataan ruang, terdapat
strategi yang meliputi Kabupaten Kepulauan
Tanimbar sebagai berikut :
• Pengembangan PKN, PKW, dan PKSN sebagai
pusat pertumbuhan Gugus Pulau yakni PKSN
Saumlaki yang berada di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat sebagai pusat pertumbuhan
Gugus Kepulauan Tanimbar;
2. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan
suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya :
• Pengendalian alih fungsi dan rehabilitasi
kawasan pantai berhutan bakau di kawasan
perkotaan dilakukan pada kawasan pantai
berhutan bakau di Kota Ambon, Kota Ternate,
Kota Masohi, Kota Werinama, Kota Kairatu, Kota
Tual, Kota Namlea, Kota Wahai, Kota Bula, Kota

II-7
Tidore Kepulauan, Kota Tobelo, Kota Labuha,
Kota Sanana, Kota Saumlaki, Kota Ilwaki, Kota
Dobo, dan Kota Daruba.
3. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan
rawan bencana alam :
• Penetapan zona rawan bencana alam beserta
ketentuan mengenai standar bangunan gedung
yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan
ancaman bencana kawasan rawan gelombang
pasang di Pulau-pulau kecil dan kawasan rawan
banjir
• Pengembangan sistem peringatan dini pada
kawasan rawan bencana alam kawasan rawan
gelombang pasang.
• Penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi
bencana melalui penetapan lokasi dan jalur
evakuasi bencana serta pembangunan sarana
pemantauan bencana kawasan rawan gelombang
pasang di Pulau-pulau kecil; dan kawasan rawan
banjir.
• Pengembangan pengelolaan untuk melestarikan
kawasan yang memiliki keunikan bentang alam
dilakukan.
• Rehabilitasi kawasan keunikan bentang alam
yang terdegradasi.
• Pengendalian perkembangan kawasan budi daya
terbangun di sekitar kawasan keunikan bentang
alam.
4. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan
peruntukan permukiman sebagai berikut :
• Pengembangan kawasan peruntukan
permukiman berbasis mitigasi dan adaptasi

II-8
bencana untuk meminimalkan dampak bencana
yakni bencana gelombang pasang, bencana
banjir, bencana gempa bumi, bencana tsunami
• Pengembangan kawasan peruntukan
permukiman di Kawasan Perkotaan yang
didukung prasarana dan sarana perkotaan
• Pengembangan kawasan peruntukan
permukiman melalui penerapan teknologi hemat
air
• Pengembangan kawasan peruntukan
permukiman di Kawasan Perbatasan termasuk
PPKT berpenghuni sebagai beranda depan dan
pintu gerbang negara
• Strategi operasionalisasi perwujudan
pengembangan Kawasan Andalan dengan sektor
unggulan kehutanan
• Pengembangan kawasan untuk kegiatan
kehutanan, kegiatan industri pengolahan dan
industri jasa hasil hutan, permukiman yang
didukung prasarana dan sarana
• Peningkatan keterkaitan antara Kawasan
Andalan dengan sektor unggulan kehutanan dan
kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
pengembangan Kawasan Andalan yang
terhubung dengan akses ke dan dari pelabuhan

2.2.3. Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2015 Rencana Tata


Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Maluku
Dalam tinjauan kebijakan RTR Kawasan Perbatasan
Negara di Provinsi Maluku ini yang dijadikan sebagai
acuan meliputi tujuan penataan ruang KSPN, strategi
dalam rencana struktur ruang, dan strategi dalam

II-9
rencana pola ruang. Adapun tujuan dalam penataan
ruang KSPN Provinsi Maluku yang relevan dalam
penyusunan Dokumen RP2KPKPK Kabupaten Kepulauan
Tanimbar adalah sebagai berikut :
1. Kawasan fungsi pertahanan dan keamanan negara
yang menjamin keutuhan kedaulatan dan ketertiban
Wilayah Negara yang berbatasan dengan Negara
Timor Leste dan Negara Australia;
2. Kawasan berfungsi lindung yang efektif melindungi
keanekaragaman hayati, hutan lindung, dan
sempadan pantai termasuk di PPKT; dan
3. Kawasan perbatasan yang mandiri dan berdaya
saing.
Adapun batas wilayah KSPN Provinsi Maluku yang
meliputi Kabupaten Kepulauan Tanimbar ini mencakup
Gugus Kepulauan Tanimbar yang mencakup 10 (sepuluh)
wilayah kecamatan yang meliputi Kecamatan Yaru,
Kecamatan Tanimbar Utara, Kecamatan Nirunmas,
Kecamatan Kormomolin, Kecamatan Wertamrian,
Kecamatan Tanimbar Selatan, Kecamatan Selaru,
Kecamatan Wermaktian, Kecamatan Wuarlabobar, dan
Kecamatan Molu Maru di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat.
1. Rencana Struktur Ruang Kawasan Perbatasan
Negara
• Struktur Ruang :
- Rencana Sistem Pusat Permukiman
Perbatasan Negara
• Rencana :
- pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi,
karantina, dan keamanan;

II-10
- pusat kegiatan pertahanan dan keamanan
negara;
- pusat pemerintahan
- pusat perdagangan dan jasa skala
internasional, nasional, dan regional;
- pusat kegiatan pariwisata;
- pusat kegiatan industri pengolahan hasil
perikanan, garam rakyat, rumput laut,
perkebunan, pertambangan minyak dan gas
bumi, dan/atau pertanian serta industri
perkapalan dan jasa maritim;
- pusat pendidikan dan penelitian perikanan,
perkebunan, pariwisata, pertanian tanaman
pangan, dan hortikultura;
- pusat promosi pariwisata dan komoditas
unggulan berbasis potensi lokal;
- pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
- pusat pelayanan sistem angkutan umum
penumpang dan angkutan barang regional;
- pusat pelayanan transportasi laut
internasional dan nasional; dan
- pusat pelayanan transportasi udara
internasional dan nasional
• Struktur Ruang :
- Sistem jaringan prasarana permukiman.
• Rencana :
- SPAM jaringan perpipaan: unit produksi air
minum dan unit distribusi yang meliputi
Instalasi Pengolahan Air minum (IPA) untuk
melayani PKSN Saumlaki; Kecamatan
Tanimbar Selatan, Kecamatan Tanimbar
Utara Kecamatan Wermaktian, Kecamatan

II-11
Wertamrian, Kecamatan Kormomolin, dan
Kecamatan Nirunmas di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat pada Gugus Kepulauan
Tanimbar;
- SPAM bukan jaringan perpipaan : Pulau Larat
dan Pulau Selaru di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat pada Gugus Kepulauan
Tanimbar;
• Struktur Ruang :
- Sistem pembuangan air limbah terpusat
• Rencana :
- IPAL di Kecamatan Tanimbar Selatan pada
Gugus Kepulauan Tanimbar
• Struktur Ruang :
- Sistem pengelolaan sampah
• Rencana :
- Lokasi TPA : Kecamatan Tanimbar Selatan
dan Kecamatan Tanimbar Utara di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat pada Gugus
Kepulauan Tanimbar;

2. Rencana Pola Ruang Kawasan Perbatasan Negara


Rencana pola ruang ruang yang berkaitan
dengan penyusunan Dokumen RP2KPKPK
Kabupaten Kepulauan Tanimbar, meliputi rencana
terhadap kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Adapun rencana struktur ruang RTR KSN yang
meliputi Kabupaten Kepuluan Tanimbar adalah
sebagai berikut :
• Pola Ruang
- Zona L1merupakan kawasan hutan lindung.
• Rencana

II-12
- Kecamatan Selaru, Kecamatan Tanimbar
Selatan, Kecamatan Wermaktian, Kecamatan
Wuarlabobar, Kecamatan Tanimbar Utara,
dan Kecamatan Yaru di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat pada Gugus Kepulauan
Tanimbar;
- Pulau Asutubun di Kecamatan Tanimbar
Selatan, Pulau Selaru di Kecamatan Selaru,
dan Pulau Batarkusu di Kecamatan Selaru di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat pada
Gugus Kepulauan Tanimbar;
• Pola Ruang
- Zona B1 merupakan zona permukiman
perkotaan dengan karakteristik memiliki
kualitas daya dukung lingkungan sedang,
kualitas prasarana dan sarana sosial dengan
tingkat pelayanan tinggi, kualitas prasarana
dan sarana di bidang pertahanan dan
keamanan negara dengan tingkat pelayanan
tinggi, serta bangunan gedung dengan
intensitas sedang dan tinggi baik vertikal
maupun horizontal.
• Rencana :
- Kecamatan Tanimbar Utara, Kecamatan
Tanimbar Selatan di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat pada Gugus Kepulauan
Tanimbar;

II-13
2.2.4. Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2020
– 2024
Dalam tahun 2020-2024, pembangunan Wilayah
Maluku akan mencakup kegiatan prioritas: (1)
Pengembangan sektor unggulan; (2) Pengembangan
kawasan strategis; (3) Pengembangan kawasan perkotaan;
(4) Pengembangan daerah tertinggal, kawasan perbatasan,
perdesaan, dan transmigrasi; dan (5) Penataan
kelembagaan dan keuangan daerah. Arah kebijakan
pembangunan wilayah Maluku Pengembangan wilayah
Maluku diarahkan untuk memacu pertumbuhan dan
mengembangkan potensi wilayah serta memantapkan
perannya sebagai lumbung ikan nasional. Strateginya
adalah :
3. Pengembangan komoditas unggulan tanaman
perkebunan, perikanan, industri pengolahan antara
lain industri kayu, barang dari kayu, dan gabus, dan
lain- lain, dan transportasi dan pergudangan; dan
4. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan utama,
yang diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan
Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau
Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), diantaranya:
• KI Teluk Weda, DPP/KEK Morotai, serta kawasan
lainnya yang telah ditetapkan;
• pengembangan Kota Pelabuhan di Ternate,
Halmahera, dan Ambon;
• Pengembangan PKSN Saumlaki termasuk
ekonomi kawasan sekitarnya;
• pengembangan kawasan perdesaan,
pembangunan desa terpadu, kawasan

II-14
transmigrasi, lokasi prioritas kawasan
perbatasan, dan pengentasan daerah tertinggal.

Gambar 2.3.
Arah Kebijakan Pembangunan Wilayah Maluku

Gambar 2.4.
Arah Kebijakan Pembangunan PKSN Wilayah Maluku

II-15
2.2.5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi Maluku 2019 – 2024
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Provinsi Maluku Tahun 2005-2025 memiliki visi
“Maluku Yang Rukun Dan Damai, Adil Dan Demokratis,
Serta Maju Dan Sejahtera”. Visi dari RPJMD Provinsi
Maluku 2019 – 2024 yakni Maluku yang terkelola secara
jujur, bersih dan melayani, terjamin dalam kesejahteraan
dan berdaulat atas gugus kepulauan. Adapun visi yang
terjamin dalam kesejahteraan dan berdaulat atas gugusan
kepulauan. Dalam mewujudkan visi tersebut maka
dijabarkan dalam misi, tujuan, sasaran dan strategi
sebagai berikut :
Tabel 2.2.
Arahan Peningkatan Infrastruktur dan Konektevitas
Gugus Pulau Kabupaten Kepulauan Tanimbar
Tujuan Sasaran Strategi
Mengoptimalkan Mewujudkan Revitalisasi model
implementasi kemandirian pembangunan berbasis gugus
pembangunan wilayah pulau; implementasi
berbasis gugus perencanaan dan pelaksanaan
pulau pembangunan berbasis gugus
pulau secara terintegrasi;
penguatan kelembagaan
implementasi gugus pulau.
Meningkatkan Mewujudkan Meningkatkan pemerataan
sarana dan konektivitas pembangunan sarana
prasarana wilayah wilayah dan prasarana wilayah;
ketersediaan meningkatkan akses layanan
infrastruktur masyarakat terhadap
infrastruktur dasar;
meningkatkan kualitas dan
fungsi infrastruktur
Sumber : RPJPD Provinsi Maluku Tahun 2019-2024

II-16
2.2.6. Peraturan Daerah Provinsi Maluku Nomor 16 Tahun
2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Maluku Tahun 2013-2033
Penyelenggaraan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
Provinsi Maluku sebagai Provinsi Kepulauan yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan berbasis pada
kelautan, perikanan, pariwisata, pertambangan dan
perkebunan untuk peningkataan perekonomian wilayah
melalui pengembangan sistem keterkaitan kepentingan
nasional berbasis mitigasi bencana. Adapun kebijakan
yang perlu diacu dalam proses penyusunan Revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Kepulauan Tanimbar, adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan Pengembangan Struktur Pelayanan :
a. peningkatan akses pelayanan perkotaan dan
pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata
dan berhirarki; dan
b. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan
jaringan transportasi, telekomunikasi, energi, dan
sumber daya air yang terpadu dan merata di
setiap Gugus Pulau.
2. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang Kawasan
Lindung :
a. pemeliharaan dan perwujudan fungsi kawasan
lindung; dan
b. pencegahan dampak negatif kegiatan manusia
yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan
hidup.
3. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang Kawasan
Budidaya :

II-17
a. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan
keterkaitan antar kegiatan budidaya; dan
b. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya
agar tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
4. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang Kawasan
Strategis Provinsi :
a. pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan
keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi perlindungan kawasan,
melestarikan keunikan bentang alam, dan
melestarikan warisan budaya;
b. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan
yang dapat meningkatkan pengembangan
perekonomian yang produktif, efisien (dapat
merupakan kawasan permukiman, kehutanan,
pertanian, pertambangan, perindustrian, dan
pariwisata);
c. pengembangan kawasan tertinggal untuk
mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan
antar kawasan;
d. pemanfaatan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan
e. pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya
bangsa.

II-18
2.2.7. Tinjauan Kebijakan RPJPD Kabupaten Kepulauan
Tanimbar
Dalam penyusunan Dokumen RP2KPKPK Kabupaten
Kepulauan Tanimbar tetap mengacu pada dokumen
RPJPD Kabupaten, hal ini untuk melihat arah
Pembangunan yang berkaitan dengan bidang kawasan
permukiman di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dalam 20
tahun mendatang seperti yang tertuang dalam visi-misi.
Visi Kabupaten Kepulauan Tanimbar untuk jangka
waktu 20 tahun mendatang adalah “Terwujudnya
Manyarakat Kepulauan Tanimbar Yang Unggul
Melalui Pembangunan Berbasiskan Masyarakat
Kepulauan, Budaya Lokal, dan IPTEK, dengan
agribisnis lahan kering dan sektor kelauan sebagai
pilar utama, dan fungsi ekosistem kepulauan yang
tetap Lestari, sehingga dapat merupakan “Beranda
Depan NKRI” di Pasifik Barat Daya”.
Dalam muatan RPJPD Kabupaten Kepulauan
Tanimbar terdapat 11 misi yang menjadi tujuan dalam
pelaksanaan Pembangunan untuk 20 tahun kedepan,
namun hanya terdapat beberapa misi secara substansi
yang berkaitan dengan kawasan permukiman,
diantaranya sebagai berikut :
1. Misi 3 : Mengembangkan sarana dan prasarana
perhubungan dan komunikasi, sehingga mampu
mengatasi masalah keterisolasian masyarakt
Kepulauan Tanimbar, maupun memperlancar
penyelenggaraan pemerintahan, perdagangan,
pelayanan sosial, kegiatan HANKAM dan TIBMAS,
serta mengeliminir ekonomi biaya tinggi.
2. Misi 4 : Mengembangkan ekonomi kerakyatan, dan
mengembangkan hubungan ekonomi dan sosial

II-19
budaya yang saling menguntungkan dengan negara-
negara di kawasan Pasifik Barat Daya dan dalam
AFTA, APEC dan segi tiga Sydney-Tokyo-Los Anggels.
Dengan mengembangkan ekonomi kerakyatan
diharapkan kemiskinan dapat diatasi dengan lebih
cepat. Dalam hal ini maka keluarga harus
dikembangkan sebagai unit ekonomi yang
merupakan basis dari ekonomi kerakyatan tersebut.
Ekonomi kerakyatan harus dikembangkan pararel
dengan pengembangan hubungan ekonomi dengan
negara-negara di kawasan pasifik barat daya, dan
lain-lain negara ASEAN maupun asia pasifik yang
akan merupakan pasar utama dari produk-produk
Masyarakat di Kepulauan Tanimbar.
3. Misi 8 : Mengembangkan dan mengendalikan tata
ruang kabupaten, perkotaan, maupun pedesaan,
yang serasi yang memungkinkan adanya kehidupan
Masyarakat yang harmonis, baik diantara
sesamanya, maupun dengan lingkungan hidupnya,
disamping untuk memperkecil kesenjangan sosial-
ekonomi antar Pasifik Barat Daya, agar dapat
merupakan pintu gerbang dan beranda depan yang
representative dari NKRI. Termasuk dalam hal ini
adalah penataan garis betas yang jelas antar-negara
yang dilengkapi dengan sarana prasarana yang
perlukan.
Selain itu juga terdapat sasaran Pembangunan
Jangka Panjang 2007-2027 yang berkaitan dengan
Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman
di Kabupaten Kepulauan Tanimbar yaitu diantaranya :
1. Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam (SDA) di
darat yang lestari, ekonomi menguntungkan tanpa

II-20
mengganggu fungsi ekosistem lingkungan yang
produktif, kreatif, kompetitif dan berkelanjutan.
2. Terbangunnya prasarana ekonomi, sosial,
pemerintahan dan fasilitas penunjang Pembangunan
lainnya, secara merata, agar mampu mengatasi
masalah keterisolasian Masyarakat maupun wilayah
Kepulauan Tanimbar sebagai beranda depan NKRI,
serta memperlancar penyelenggaraan pemerintahan,
perdagangan, pelayanan public, interaksi, kegiatan
HANKAM dan TIBMAS, dan mampu mengeliminir
ekonomi biaya tinggi.
3. Terwujudnya kondisi wilayah serta tata ruang
kabupaten/kota maupun pedesaan yang
memungkinkan adanya kehidupan Masyarakat yang
harmonis, baik diantara sesamanya, maupun dengan
lingkungan hidupnya, disamping makin kecilnya
kesenjangan sosial-ekonomi antar wilayah di dalam
maupun dengan di luar kabupaten agar dapat
merupakan pintu gerbang dan beranda depan yang
representative dari NKRI.

2.2.8. Tinjauan RTRW Kabupaten Kapulauan Tanimbar


Rencana pengembangan kawasan permukiman di
Kabupaten Kepulauan Tanimbar meliputi Kawasan
perumahan, kawasan fasilitas umum dan fasilitas sosial,
kawasan ruang terbuka non hijau, dan kawasan
infrastruktur perkotaan, dengan perincian sebagai
berikut:

II-21
Tabel 2.3.
Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya di Kabupaten Kepulauan
Tanimbar Berdasarkan Arahan RTRW Kabupaten
Jenis Kawasan Rencana Pola Ruang Luas (ha) (%)

Kawasan Hutan Produksi


7.693,71 2%
Terbatas
Kawasan Hutan
Kawasan Hutan Produksi Tetap 182.997,98 52%
Produksi
Kawasan Hutan Produksi yang
138.650,90 39%
dapat Dikonversi
Kawasan Kawasan Perkebunan
13.176,82 4%
Pertanian
Kawasan Kawasan Perikanan Tangkap
Perikanan 59,92 0%
Tangkap
Kawasan Kawasan Peruntukan Industri
Peruntukan 95,55 0%
Industri
Kawasan Kawasan Pariwisata
1.392,78 0%
Pariwisata
Kawasan Permukiman
4.200,18 1%
Kawasan Perdesaan
Permukiman Kawasan Permukiman
2.392,39 1%
Perkotaan
Kawasan Kawasan Transportasi
424,19 0%
Transportasi
Kawasan Kawasan Pertahanan dan
Pertahanan dan Keamanan 2.744,65 1%
Keamanan
Grand Total (ha) 353.829,07 100%
Sumber : RTRW Kabupaten Kepulauan Tanimbar

Secara umum kawasan permukiman harus dapat


menjadikan sebagai tempat hunian yang aman, nyaman
dan produktif, serta didukung oleh sarana dan prasarana
permukiman;
a. Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan
sarana dan prasarana permukiman sesuai hirarki
dan tingkat pelayanan masing-masing;
b. Permukiman diarahkan pada penyediaan hunian
yang layak dan dilayani oleh sarana dan prasarana
permukiman yang memadai;
c. Penyediaan permukiman selain disediakan oleh
pengembang dan masyarakat, juga diarahkan
perbaikan kualitas permukiman dan pengembangan
perumahan secara vertikal;

II-22
d. Membentuk cluster-cluster permukiman untuk
menghindari penumpukan dan penyatuan antar
kawasan permukiman, dan diantara cluster
permukiman disediakan ruang terbuka hijau;
e. Pengembangan permukiman dilakukan melalui
pembentukan pusat pelayanan.
Sedangkan untuk ketentuan intensitas pemanfaatan
ruang untuk Kawasan Perumahan adalah sebagai berikut:
a. KDH minimal sebesar 20% (dua puluh persen), KDB
maksimal sebesar 60% (enam puluh persen), KLB
maksimal sebesar 1,2 (satu koma dua) untuk
kawasan perumahan kepadatan rendah;
b. KDH minimal sebesar 20% (dua puluh persen), KDB
maksimal sebesar 50% (lima puluh persen), KLB
maksimal sebesar 4,0 (empat koma nol) untuk
kawasan perumahan kepadatan sedang;
c. KDH minimal sebesar 20% (dua puluh persen), KDB
maksimal sebesar 50% (enam puluh persen), KLB
maksimal sebesar 6,0 (enam koma nol) untuk
kawasan perumahan kepadatan tinggi ;

2.2.9. TINJAUAN DOKUMEN RP3KP

2.2.10. TINJAUAN DOKUMEN RISPAM

2.3. KEBIJAKAN PENANGANAN PERUMAHAN KUMUH DAN


PERMUKIMAN KUMUH
Penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh
Kabupaten Kepulauan Tanimbar, beracuan pada kebijakan-
kebijakan perencanaan pembangunan yang tertuang dalam
dokumen RPJPD, RTRW, RPJMD dan dokumen sectoral RDTR dan

II-23
SSK yang menjadi dasar dalam kebijakan penanganan kawasan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kabupaten
Kepulauan Tanimbar.
Pola-pola kebijakan penanganan kawasan perumahan kumuh
dan permukiman kumuh Kabupaten Kepulauan Tanimbar
berpedoman pada ketentuan Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
dan Surat Edaran Nomor: 30 /SE/DC/2020 Tentang Panduan
Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, dimana Perumahan
dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan
kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan
dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat.
Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh guna meningkatkan mutu
kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan
untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh
dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman.
Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh wajib dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.
Tabel 2.4.
Pencegahan dan Peningkatan terhadap Kualitas Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh
PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap tumbuh dan - Ketidakteraturan dan kepadatan bangunan
berkembangnya perumahan kumuh dan yang tinggi;
permukiman kumuh baru mencakup: - ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan
utilitas umum;
- penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan
utilitas umum; dan

II-24
- pembangunan rumah, perumahan, dan
permukiman yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah.
Pencegahan dilaksanakan melalui: - pengawasan dan pengendalian; dan
- pemberdayaan masyarakat
Pengawasan dan pengendalian dilakukan atas kesesuaian terhadap perizinan,
standar teknis, dan kelaikan fungsi melalui
pemeriksaan secara berkala sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemberdayaan masyarakat dilakukan terhadap pemangku kepentingan
bidang perumahan dan kawasan permukiman
melalui pendampingan dan pelayanan
informasi.
PENINGKATAN KUALITAS
Peningkatan kualitas terhadap - pemugaran;
perumahan kumuh dan permukiman - peremajaan; atau
kumuh didahului dengan penetapan - pemukiman kembali.
lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dengan pola-pola
penanganan:
Penetapan Lokasi - Penetapan lokasi perumahan dan permukiman
kumuh wajib memenuhi persyaratan:
- kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah
nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi,
dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota;
- kesesuaian dengan rencana tata bangunan
dan lingkungan;
- kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan
utilitas umum yang memenuhi persyaratan
dan tidak membahayakan penghuni;
- tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;
- kualitas bangunan; dan
- kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
Pemugaran merupakan upaya perbaikan atau dapat pula
dilakukan melalui pembangunan kembali
kawasan permukiman agar menjadi layak huni.
Peremajaan merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi
rumah, perumahan, permukiman, dan
lingkungan hunian yang lebih baik dengan
tujuan untuk melindungi keselamatan dan
keamanan penghuni dan masyarakat sekitar.
Untuk meremajakan suatu kawasan, terlebih
dahulu perlu menyediakan tempat tinggal bagi
masyarakat yang terkena dampak. Peremajaan
harus menghasilkan rumah, perumahan, dan
permukiman dengan kualitas yang lebih baik
dari sebelumnya.
Pemukiman Kembali Dilakukan apabila lokasi kumuh eksisting
adalah lokasi yang tidak diperuntukkan bagi
kawasan permukiman menurut RTRW atau
merupakan lokasi yang rawan bencana serta
dapat menimbulkan bahaya bagi orang yang
mendiami kawasan / lokasi tersebut.
Pemukiman kembali merupakan upaya
memindahkan masyarakat dari lokasi eksisting
yang dilakukan oleh dukungan Pemerintah dan
pemerintah daerah yang juga menetapkan lokasi
untuk pemukiman kembali dengan turut
melibatkan peran masyarakat

II-25
Sumber: Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011

II-26

Anda mungkin juga menyukai