Anda di halaman 1dari 37

NASKAH AKADEMIK

RUANG LINGKUP
PENGATURAN
KEBIJAKAN

Ruang lingkup Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan


Permukiman (RP3KP) membahas tentang ruang lingkup materi muatan, rumusan sasaran yang
akan diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan dalam RP3KP Kabupaten Sarolangun.

6.1. Sasaran yang Ingin Diwujudkan Melalui RP3KP Kabupaten Sarolangun


Sasaran yang ingin dicapai dalam RP3KP ini adalah sebagai berikut:
1. Mendorong terwujudnya pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang aman
terhadap bencana dan lingkungan
2. Mendorong terwujudnya pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang
terjangkau bagi masyarakat,
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dasar (PSU) lingkungan permukiman
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan dasar.
5. Mendorong terwujudnya pembangunan perumahan dan kawasan permukiman pada kawasan
strategis dan cepat tumbuh
6. Meningkatkan keterpaduan, koordinasi dan kapasitas pelaku pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman, baik pemerintah, swasta dan masyarakat
7. Meningkatkan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman.

6.2. Arah pengaturan RP3KP Kabupaten Sarolangun


Rancangan Peraturan Daerah tentang RP3KP Kabupaten Sarolangun merupakan upaya untuk
mengatur perkembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Sarolangun. Pengaturan ini

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 1
NASKAH AKADEMIK

diarahkan pada penataan dan pengelolaan perumahan dan permukiman di kawasan perkotaan
dan perdesaan yang dilaksanakan secara terpadu dan terorganisasi.
Lingkup pengaturan mencakup penataan perumahan dan kawasan permukiman. Penataan
perumahan mengatur kegiatan pembangunan dan pengembangan perumahan vertikal dan
horizontal, serta perumahan khusus. Sedangkan penataan kawasan permukiman mengatur
kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan. Di
dalam ranperda ini juga mengatur penataan kawasan kumuh, kawasan rawan bencana,
peningkatan pelayanan PSU, arahan penyediaan tanah, dan arahan kelembagaan PKP.

6.3. Materi Muatan Rancangan Peraturan Daerah RP3KP Kabupaten Sarolangun


6.3.1. Ketentuan Umum RP3KP Kabupaten Sarolangun
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
Kabupaten Sarolangun merupakan bagian integral dalam penataan ruang peruntukan permukiman
Kabupaten Sarolangun. Tujuan penyusunan RP3KP adalah sebagai berikut :
a. Memberikan acuan operasional pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman wilayah Kabupaten Sarolangun;
b. Memberikan arahan pembangunan dan pengembangan di sektor perumahan yang terintegratif
antar sektor, implementatif serta sesuai kebutuhan lokal;
c. Terwujudnya sinergitas antara Pemerintah Kota dan Pemerintah Daerah, penyelenggara
pengelolaan perumahan, badan usaha, dan lembaga/Institusi yang berperan dalam
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman;
d. Terwujudnya kerjasama dan keterpaduan dalam pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman kota, masyarakat, dan dunia usaha.

Kedudukan Hirarki RP3KP Kabupaten Sarolangun adalah :


a. RP3KP merupakan jabaran dan pengisian RTRW dalam bentuk rencana untuk peruntukan
perumahan dan kawasan permukiman,
b. RP3KP mempunyai kedudukan yang sama dengan berbagai rencana sektoral;
c. Penyusunan RP3KP menjadi rekomendasi dalam penyusunan dokumen kebijakan daerah
berupa.
1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD);
2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 2
NASKAH AKADEMIK

6.3.2. Ketentuan Teknis RP3KP Kabupaten Sarolangun


Pembangunan dan Pengembangan Perumahan diarahkan berdasarkan kebutuhan perumahan
di Kabupaten Sarolangun sampai Tahun 2039. Berdasarkan hasil analisis proyeksi
kebutuhan perumahan seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa
kebutuhan pembangunan dan pengembangan perumahan di Kabupaten Sarolangun di
dasarkan akan kebutuhan proyeksi penduduk sampai tahun 2039 dan kebutuhan
perumahan berdasarkan backlog. Jumlah kebutuhan rumah di Kabupaten Sarolangun
berdasarkan proyeksi penduduk dan backlog sampai tahun 2039 tercatat sekitar 12.727
unit rumah dengan kebutuhan luas lahan seluas 2.337 Ha. Penempatan rumah-rumah
tersebut tentu saja perlu menempati lahan-lahan yang sesuai dengan peruntukkannya.
Pemanfaatan lahan yang tercantum dalam Peta Pola Ruang RTRW Kab. Sarolangun
memiliki fungsi yang berbeda diantaranya adalah fungsi lindung dan fungsi budidaya. Dikaitkan
dengan pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, fungsi lahan di
Kabupaten Sarolangun tersebut dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu lahan
yang sesuai bagi pengembangan perumahan dan permukiman dan lahan yang tidak
sesuai (negative list) bagi pengembangan dan permukiman. Untuk lahan yang sesuai
bagi pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman jumlahnya masih
relative luas yaitu sekitar 24.016 ha (arahan RTRW). Kebutuhan Pembangunan dan
pengembangan perumahan berdasarkan segmentasinya diarahkan terbagi atas tiga
proporsi kebutuhan yaitu untuk proporsi rumah besar, rumah sedang dan rumah kecil
dengan perbandingan 1:3:6. Dengan asumsi penggunaan lahan masing-masing proporsi
adalah 250 m2 untuk rumah besar, 150 m2 untuk rumah sedang dan 100 m2 untuk rumah
kecil.

Pengembangan kawasan permukiman akan diarahkan terhadap dengan tersedianya


sarana dan prasarana pendukung. Untuk kawasan permukiman bermasalah seperti
kawasan padat penduduk (kumuh), kawasan yang berada di rawan bencana, serta
kawasan permukiman khusus seperti kawasan permukiman SAD dan transmigrasi akan
mendapatkan prioritas penanganan sesuai dengan permasahan yang ditemui di kawasan
tersebut.

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 3
NASKAH AKADEMIK

A. RENCANA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN


PERMUKIMAN
Rencana peningkatan Kualitas Permukiman dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu
1. Rehabilitasi, yaitu memperbaiki bangunan rumah yang lama yang tidak dihuni
dan untuk dihuni lagi sebagai tempat tinggal, tanpa merubah dan menambah
fisik dan luas ruangan yang telah ada. Program lain yang termasuk dalam
kegiatan ini adalah program rumah tidak layak huni (rutilahu).
2. Revitalisasi, dimaksudkan untuk meningkatkan nilai kesejarahan rumah agar
tidak hilang setelah adanya penggantian penghuni. Revitalisasi dilakukan pada
kawasan permukiman yang mempunyai nilai strategis sehingga diharapkan akan
memberikan nilai tambah secara ekonomi, sosial maupun estetika.
3. Peremajaan dan Relokasi
Peningkatan kualitas kawasan permukiman melalui peremajaan dimaksudkan
untuk meremajakan suatu kawasan permukiman yang telah menjadi kumuh
melalui penataan kembali permukimannya agar diperoleh ruang luar yang
diinginkan dan peningkatan fisik kondisi permukiman yang jauh lebih baik.

Program Peningkatan kualitas lingkungan yang dapat dilaksanakan antara lain:


1. Program Peremajaan Kampung (Urban Housing Renewal)
Program peremajaan kampung untuk kawasan dengan tingkat kumuh yang parah,
dengan rata-rata kepadatan penduduk kotor adalah 200 jiwa/Ha.
2. Program Perbaikan Kampung (KIP).
Program perbaikan kampung dikenakan pada lokasi permukiman kumuh yang tidak
terlalu parah, pada desa-desa dengan kepadatan bangunan diatas 20 bangunan /Ha.
3. Program Squatters (Kumuh Ilegal).
Program ini dikenakan pada warga yang menempati lahan illegal. Konsepnya
adalah melakukan penyadaran akan status hunian mereka untuk kemudian
dilakukan relokasi pada kawasan permukiman baru yang sesuai dengan kemampuan
mereka.
4. Revitalisasi Kawasan Permukiman di sekitar kawasan strategis (tradisional,
bersejarah, dll).
5. Revitalisasi Kawasan Permukiman di Sekitar Kawasan Bencana

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 4
NASKAH AKADEMIK

Rencana perbaikan permukiman melalui rehabilitasi dilakukan pada kawasan-


kawasan permukiman yang terkena bencana, seperti kawasn permukiman yang terkena
banjir dan longsor.

Rencana peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan kawasan permukiman


diwilayah perencanaan merupakan upaya peningkatan infrastruktur. Berdasarkan
kondisi kerusakan infrastruktur dan refleksi kebutuhan masyarakat, Pada tahap
rencana peningkatan kualitas lingkungan perumahan ini di tujukan pada semua
kecamatan di wilayah perencanaan, berupa rencana-rencana peningkatan infrastruktur
yaitu :
 Peningkatan jaringan jalan
 Pangadaan air bersih
 Perbaikan/pembuatan saluran sanitasi
 Pangadaan tempat dan pengelolaan sampah
 Pangadaan penerangan umum
 Pengadaan dan perbaikan MCK

B. RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN BARU


1.Rencana Pembangunan Rumah Swadaya
Rencana pembangunan rumah swadaya di Kabupaten Sarolangun pada tahun 2039
adalah sebanyak 1.799 unit rumah besar dengan kebutuhan luas lahan 449.796 m²,
3.596 unit rumah sedang dengan kebutuhan luas lahan 539.455 m², dan 5.398 unit rumah
kecil dengan kebutuhan luas lahan sebesar 539.455 m². Sehingga total rencana
pembangunan rumah swadaya di Kabupaten Sarolangun adalah sebesar 10.789 unit
rumah dengan luas lahan sebesar 152,8 Ha. Selengkapnya rencana pembangunan rumah
swadaya di Kabupaten Sarolangun dapat dilihat pada Tabel 6.1 dan gambar 6.1 Sampai
Gambar 6.10.
2.Rencana Pembangunan Rumah Formal
Rencana pembangunan rumah formal di Kabupaten Sarolangun pada tahun 2039
adalah sebanyak 334 unit rumah besar dengan kebutuhan luas lahan 389.553 m², 1.002
unit rumah sedang dengan kebutuhan luas lahan 779.106 m², dan 2.003 unit rumah kecil
dengan kebutuhan luas lahan sebesar 2.337.320 m². Sehingga total rencana

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 5
NASKAH AKADEMIK

pembangunan rumah formal di Kabupaten Sarolangun adalah sebesar 3.339 unit


rumah dengan luas lahan sebesar 152,8 Ha Selengkapnya rencana pembangunan rumah
formal diKabupaten Sarolangun dapat dilihat pada Tabel
Tabel 6.1
Rencana Pembangunan Rumah Swadaya

Kebutuhan Rumah Kebutuhan Perumahan (unit) Kebutuhan Lahan (m2) Kebutuhan lahan perumahan (m2)
No Kecamatan Swadaya Rmh Besar Rmh sedang Rmh kecil Rmh Besar Rmh sedang Rmh kecil Total kebutuhan kebutuhan kavling kebutuhan sarana
(70% demand) 1,00 2,00 3,00 250,00 150,00 100,00 lahan perumahan rumah (70%) prasarana (30%)
1 Batang Asai 65 11 22 33 2.710,24 3.252,29 3.252,29 9.214,83 6.450,38 2.764,45
2 Limun 225 38 75 113 9.382,89 11.259,46 11.259,46 31.901,82 22.331,27 9.570,54
3 Cermin Nan Gedang 109 18 36 55 4.561,82 5.474,18 5.474,18 15.510,18 10.857,12 4.653,05
4 Pelawan 346 58 115 173 14.400,09 17.280,11 17.280,11 48.960,31 34.272,21 14.688,09
5 Singkut 452 75 151 226 18.824,67 22.589,60 22.589,60 64.003,88 44.802,71 19.201,16
6 Sarolangun 1.053 176 351 527 43.892,15 52.670,58 52.670,58 149.233,32 104.463,32 44.770,00
7 Batin VIII 275 46 92 137 11.452,52 13.743,02 13.743,02 38.938,56 27.257,00 11.681,57
8 Pauh 188 31 63 94 7.839,84 9.407,81 9.407,81 26.655,47 18.658,83 7.996,64
9 Air Hitam 2.714 452 905 1.357 113.064,22 135.677,07 135.677,07 384.418,36 269.092,85 115.325,51
10 Mandiangin 5.362 894 1.787 2.681 223.418,20 268.101,84 268.101,84 759.621,88 531.735,32 227.886,56
Sumber
Jumlah: Hasil analisa10.789 Tahun 1.799
2019 3.596 5.398 449.796,65 539.455,98 539.455,98 1.528.458,60 1.069.921,02 458.537,58
Tabel 6.2
Rencana Pembangunan Rumah Formal
Kebutuhan Rumah Kebutuhan Perumahan (unit) Kebutuhan Lahan (m2) Kebutuhan lahan perumahan (m2)
No Kecamatan Formal Rmh Besar Rmh sedang Rmh kecil Rmh Besar Rmh sedang Rmh kecil Total kebutuhan kebutuhan kavling kebutuhan sarana
(30% demand) 1,00 3,00 6,00 300,00 200,00 150,00 lahan perumahan rumah (70%) prasarana (30%)
1 Batang Asai 65 7 20 39 7.588,69 15.177,37 22.766,06 45.532,12 31.872,48 13.659,63
2 Limun 225 23 68 135 26.272,08 52.544,17 78.816,25 157.632,50 110.342,75 47.289,75
3 Cermin Nan Gedang 109 11 33 66 12.773,09 25.546,17 38.319,26 76.638,51 53.646,96 22.991,55
4 Pelawan 346 35 104 207 40.320,25 80.640,50 120.960,76 241.921,51 169.345,06 72.576,45
5 Singkut 452 45 136 271 52.709,08 105.418,15 158.127,23 316.254,45 221.378,12 94.876,34
6 Sarolangun 1.053 105 316 632 122.898,03 245.796,05 368.694,08 737.388,16 516.171,71 221.216,45
7 Batin VIII 275 27 82 165 32.067,05 64.134,11 96.201,16 192.402,32 134.681,62 57.720,70
8 Pauh 188 19 56 113 21.951,56 43.903,12 65.854,69 131.709,37 92.196,56 39.512,81
9 Air Hitam 290 29 87 174 33.877,54 67.755,09 101.632,63 203.265,26 142.285,68 60.979,58
10 Mandiangin 335 34 101 201 39.096,06 78.192,11 117.288,17 234.576,34 164.203,44 70.372,90
Jumlah 3.339 334 1.002 2.003 389.553,42 779.106,85 1.168.660,27 2.337.320,54 1.636.124,38 701.196,16
Sumber : Hasil analisa Tahun 2019

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 6
NASKAH AKADEMIK

Gambar 6.1 Peta Arahan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kec Batang Asai

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 7
NASKAH AKADEMIK

Gambar 6.2 Peta Arahan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kec Limun

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 8
NASKAH AKADEMIK

Gambar 6.3 Peta Arahan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kec. CNG

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 9
NASKAH AKADEMIK

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 10
NASKAH AKADEMIK

Gambar 6.4 Peta Arahan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kec. Pelawan

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 11
NASKAH AKADEMIK

Gambar 6.5 Peta Arahan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kec. Singkut

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 12
NASKAH AKADEMIK

Gambar 6.6 Peta Arahan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kec. Sarolangun

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 13
NASKAH AKADEMIK

Gambar 6.7 Peta Arahan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kec. Bathin VIII

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 14
NASKAH AKADEMIK

Gambar 6.8 Peta Arahan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kec. Pauh

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 15
NASKAH AKADEMIK

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 16
NASKAH AKADEMIK

Gambar 6.9 Peta Arahan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kec. Air Hitam

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 17
NASKAH AKADEMIK

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 18
NASKAH AKADEMIK

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 19
NASKAH AKADEMIK

C. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan di Kawasan Tepian Air


Penyelenggaraan perumahan pada kawasan tepian air dilaksanakan dengan mewujudkan konsep
berwawasan lingkungan, serta memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Pengembangan wilayah pesisir dan tepian air Kabupaten Sarolangun perlu dilakukan secara terpadu
dengan wilayah daratnya. Pada umumnya kegiatan perikanan pada masing-masing sub-zona bukan
berupa industri pengolahan yang besar sehingga dalam perkembangannya ke depan tidak akan
terbentuk suatu pusat kegiatan di wilayah sepanjang perairan tetapi cenderung akan terjadi pusat
industri pengolahan hasil perikanan tepi sungai/danau.
I. Kawasan Tepian Sungai
Berdasarkan kondisi geografis, sungai di Kabupaten Sarolangun pada umumnya berukuran kecil,
tidak bertanggul, dan berlokasi di dalam kawasan perkotaan. Perumahan di pesisir sungai di
Kabupaten Sarolangun dibatasi pembangunannya melalui kriteria sempadan sungai, dengan kriteria
sebagai berikut:
 Mematuhi sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan sesuai ketentuan yang
berlaku.
 Sempadan sungai di kawasan perumahan dan permukiman dibangun jalan inspeksi di
sepanjang kanan-kiri sungai.
 Perumahan baru diarahkan untuk menghadap sungai
 Perumahan baru menggunakan konstruksi dan standar bangunan sesuai peraturan dan
memperhatikan toponim kawasan termasuk bentuk arsitektural serta tatanan perumahan
eksisting di pesisir sungai.
II. Kawasan Tepian Danau
Perumahan di tepian danau di Kabupaten Sarolangun dibatasi pembangunannya melalui kriteria
sempadan danau. Arahan pembangunan permukiman di kawasan pesisir danau diperkenankan
dibangun bagi rumah yang didirikan berjarak 50 (lima puluh) meter dari tepi muka air tertinggi yang
pernah terjadi. Jarak ini merupakan ketentuan garis sempadan danau yang mengelilingi danau.

D. Rencana pembangunan dan pengembangan perumahan di kawasan industri dan/atau


peruntukan industri secara umum adalah:
 Pemilihan lokasi industri diarahkan untuk mempertimbangkan jarak terhadap perumahan dengan
tujuan memberikan kemudahan bagi pekerja untuk mencapai tempat kerja, mengurangi kepadatan

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 20
NASKAH AKADEMIK

lalu lintas di sekitar kawasan industri dan/atau peruntukan industri, mengurangi dampak polutan
dan limbah yang dapat membahayakan bagi masyarakat
 Jarak minimal antara perumahan dan industri disesuaikan dengan ketetapan yang berlaku
 Industri harus menyediakan jalur akses yang aman untuk masyarakat yang bertempat tinggal di
perumahan di dalam dan sekitar kawasan industri dan/ atau peruntukan industri.
 Jalur akses yang aman dapat mengacu pada persyaratan teknis jalan dengan mempertimbangkan
keselamatan pejalan kaki, pesepeda, dan pengendara motor
 Industri diarahkan untuk mengalokasikan sebagian dari luas area untuk kaveling perumahan yaitu:
o Industri dengan luas kawasan 10-200 Ha: maksimal 10%
o Industri dengan luas kawasan 200-500 Ha: 10-25%
o Industri dengan luas kawasan lebih dari 500 Ha: 10-30%
 Pembangunan dan pengembangan permukiman baru memperhatikan toponim kawasan dan
menjaga keteraturan dalam kawasan industri dan/ atau peruntukan industri
 Area di sekitar kawasan industri dan/ atau peruntukan industri diarahkan sebagai zona penyangga
(buffer zone) berupa RTH untuk meredam kebisingan, mengurangi efek pemanasan akibat
industri, dan penyerap bau serta menahan polusi.
 Menyediakan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan yang merujuk pada peraturan yang
berlaku, yang mencakup antara lain:
o Prasarana:
 Jalan
 Drainase
 Air limbah
 Persampahan
 Jaringan air minum
o Sarana:
 Rumah ibadah
 Layanan kesehatan
 Layanan perdagangan
 Fasos dan fasum
 Pemakaman
 RTH
o Utilitas Umum:

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 21
NASKAH AKADEMIK

 Jaringan listrik
 Jaringan gas
 Transportasi
 pembangunan dan pengembangan perumahan di kawasan industri dan/ atau peruntukan industri
memperhatikan:
 Jenis atap bangunan rumah menggunakan material yang mudah menyalurkan air hujan dan
tidak mengendapkan partikel-partikel yang ada di dalam air hujan.
 Jika tidak terjadi hujan, misalnya di musim kemarau, perlu ada penyemprotan dengan air
pada bangunan dan jalan untuk membersihkan udara dan menurunkan partikel debu dan zat-
zat lain yang ada di udara ke tanah
 Sistem pengolahan air hujan di kawasan permukiman dilakukan dengan penyaluran ke kolam
retensi sebelum dibuang ke saluran drainase Penghijauan di area permukiman di kawasan
industri untuk mengurangi tingkat polusi
 Tidak membangun rumah di lokasi yang berbahaya, misalnya di jalur pipa gas
 Peningkatan keselamatan pengguna jalan dengan memisahkan jalur umum untuk masyarakat
dan jalur truk pengangkut bahan dan hasil industri.
 Jaringan air bersih berasal dari sumber air yang aman dari pencemaran.

E. Rencana Pembangunan dan Peningkatan Kawasan Permukiman


Pembangunan dan peningkatan kawasan permukiman di Kabupaten Sarolangun mengarah pada
permukiman perkotaan. Pada hakekatnya, pelaksanaan pembangunan dan peningkatan kawasan
permukiman ini adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan yang layak huni, aman, nyaman,
damai, dan sejahtera serta berkelanjutan. Rencana bagi kawasan permukiman Kabupaten
Sarolangun meliputi:
 Pemanfaatan kawasan permukiman untuk menjamin kesesuaian dengan fungsinya
sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang;
 Mewujudkan penetapan kawasan permukiman sesuai dengan struktur ruang; dan
 Pemanfaatan prasarana, sarana dan utilitas umum penunjang kawasan permukiman sesuai
dengan fungsinya.

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 22
NASKAH AKADEMIK

F. Pembangunan dan Peningkatan Layanan PSU Perumahan dan Kawasan Permukiman

Pembangunan dan peningkatan layanan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan
Kawasan Permukiman ditujukan untuk menyediakan serta memperbaiki jaringan pendukung
perumahan dan kawasan permukiman yang sesuai dengan standar bagi masyarakat, sehingga
menjangkau rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat dan aman.
Penyelenggaraan pelayanan urusan ini disesuaikan dengan SPM bidang perumahan rakyat.
Pembangunan dan peningkatan layanan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan
Kawasan Permukiman memperhatikan rencana pembangunan dan peningkatan layanan yang
tertera dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sarolangun, yang mencakup:
A. Rencana pembangunan dan peningkatan layanan prasarana
i. Pembangunan akses jalan perumahan dan permukiman memperhatikan rencana
pembangunan jalan arteri sekunder. Pembangunan jalan lokal sekunder untuk membatasi
perumahan tepi/atas air. Peningkatan kualitas jalan dilakukan dengan pengaspalan pada
jalan yang belum diaspal di tiap tiap Kecamatan serta perbaikan jalan dengan kondisi rusak
dan rusak berat.
ii. Akses jalan dilengkapi dengan sistem drainase yang terhubung dengan sistem drainase
Kabupaten Sarolangun, baik sistem drainase primer, sekunder, dan tersier. Sistem drainase
primer. Sistem drainase sekunder meliputi saluran drainase jalan arteri sekunder dan jalan
kolektor primer. Sistem drainase tersier meliputi saluran drainase jalan kolektor sekunder.
iii. Pengelolaan air limbah terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu limbah bagi aktivitas usaha di
kawasan peruntukan industri dan limbah rumah tangga. Pengelolaan air limbah di kawasan
industri dan/ atau peruntukan industri berdasarkan peraturan perundang-undangan, melalui
proses sesuai standar yang berlaku sebelum dibuang ke saluran air limbah. Air limbah yang
dibuang ke saluran harus memenuhi standar baku mutu air limbah.
iv. Jaringan persampahan terbagi menjadi dua yaitu tempat penampungan sementara dan
tempat pemrosesan akhir. Tempat penampungan sementara diarahkan untuk dibangun di
setiap kelurahan dan pembangunan dan pemeliharaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
(TPST) berdasarkan peraturan perundang-undangan. Lokasi TPA memperhatikan jarak
dengan permukiman, yaitu lebih dari 1 kilometer dengan mempertimbangkan pencemaran
lindi, kebauan, penyebaran vektor penyakit
v. Jaringan air minum didukung melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan.

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 23
NASKAH AKADEMIK

 Jaringan perpipaan
- Jaringan perpipaan unit air baku:
- Pembangunan dan pemeliharaan sumur dalam (deep well)
- Pembangunan dan pemeliharaan
- Pembangunan dan Pemeliharaan intake
 Bukan jaringan perpipaan
- Pembangunan dan pemeliharaan bak penampung air hujan/ terminal air di kawasan
permukiman di tepi air berdasarkan peraturan perundangundangan.

B. Rencana pembangunan dan peningkatan layanan sarana


 Kawasan pendidikan diarahkan untuk dibangun tersebar di seluruh kelurahan di wilayah
Kabupaten Sarolangun.
 Kawasan kesehatan berlokasi di tiap kecamatan
 Kawasan perdagangan dan jasa berlokasi di tiap tiap kecamatan
C. Rencana pembangunan dan peningkatan layanan utilitas
i. Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan, berdasarkan jenisnya terbagi menjadi dua, yaitu
 infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukungnya
 Pengembangan perumahan dan permukiman di sekitar Pembangkit Tenaga Listrik di
Kabupaten Sarolangun harus memperhatikan jarak aman sesuai ketentuan akan diatur
kemudian sesuai peraturan yang berlaku .
- infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukungnya
 Saluran Udara Tenaga Tinggi (SUTT)/ Saluran Udara Tenaga Ekstra Tinggi (SUTET)
berlokasi di tiap tiap kecamatan dan/atau sebutan lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan,;
 Gardu dan/atau sebutan lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan,
 Saluran Udara Tenaga Menengah (SUTM) berlokasi di seluruh kecamatan di Kabupaten
Sarolangun
- Jarak horizontal aman antara SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) dengan
permukiman sekitar 22 meter untuk sirkuit tunggal, 17 meter untuk sirkuit ganda, sedangkan
jarak vertikal sekitar 9 meter.
ii. Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 24
NASKAH AKADEMIK

o Penanganan jaringan pipa gas untuk melayani perusahaan berlokasi di kelurahan


sarolangun dan/atau sebutan lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan,
Pembangunan jaringan pipa gas untuk melayani kebutuhan masyarakat berlokasi di
seluruh wilayah Kabupaten Sarolangun.
G. Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh
Pencegahan dan peningkatan kualitas kumuh dilakukan untuk meningkatkan mutu kehidupan
dan penghidupan masyarakat penghuni yang dilakukan dengan mencegah tumbuh dan
berkembangnya permukiman kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas dan fungsi permukiman.
Pencegahan kawasan kumuh merupakan upaya untuk mencegah perumahan atau permukiman
berpotensi kumuh, yang dapat dilihat dari angka proyeksi kepadatan dari suatu kawasan,
legalitas tanah, dan tingkat aksesibilitas terhadap PSU. Kegiatan peningkatan kualitas
permukiman kumuh yang ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Sarolangun dan semuanya
termasuk dalam kategori kumuh ringan. Kawasan kumuh tersebut berlokasi di kecamatan
Sarolangun.
Arahan pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan kawasan permukiman
kumuh meliputi:
A. Pencegahan perumahan dan permukiman kumuh:
 Sebaran potensi kumuh di Kecamatan Sarolangun
 Pengaturan kepadatan bangunan
 Fasilitasi MBR di lokasi berpotensi kumuh melalui pembangunan di setiap kelurahan
 Pencegahan tumbuh dan berkembangnya perumahan dan permukiman kumuh
dilakukan pemerintah daerah, dan/atau setiap orang untuk menjaga kualitas lingkungan
perumahan dan permukiman;
B. Peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh:
 Penanganan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan dan permukiman kumuh
melalui pengelolaan untuk mempertahankan tingkat kualitas perumahan dan
permukiman; dan
 Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh sesuai dengan standar
dan kriteria permukiman kumuh.
 Penanganan perumahan dan kawasan permukiman kumuh ditetapkan oleh pembagian
kewenangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 25
NASKAH AKADEMIK

 Kawasan kumuh di Kecamatan Sarolangun merupakan kawasan dengan tipologi kumuh


rendah. Penanganan kawasan kumuh berdasarkan tipologi kekumuhan, yaitu kumuh
rendah disesuaikan dengan peraturan yang berlaku
 Penanganan kawasan kumuh berdasarkan lokasi yaitu: di atas air, tepi air, dataran
rendah, perbukitan, dan daerah rawan bencana disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku
Alternatif penanganan kawasan kumuh:
 Melalui rekonstruksi bangunan
 Konsolidasi lahan dan landsharing
 Relokasi jarak jauh/ dekat
 Penataan satu blok (on site reblocking, disertai jalan, rekonstruksi, dan penyediaan
kavling)
 Peningkatan kualitas unit bangunan/ rumah.
H. Rencana Pendanaan dan Sistem Pembiayaan
Pendanaan dan sistem pembiayaan dimaksudkan untuk memastikan ketersediaan dana dalam
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten Sarolangun dan
pelaksanaannya didorang oleh Pemerintah Daerah.
Pendanaan dan sistem pembiayaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman terdiri dari dua komponen: Pendanaan dan dan Pembiayaan. Pendanaan dilaksanakan
melalui berbagai sumber dana, antara lain:
a. anggaran pendapatan dan belanja negara;
b. anggaran pendapatan dan belanja daerah;
c. sumber dana lainnya, meliputi: dana kemitraan dengan Badan Usaha Milik Negara/Daerah, swasta,
swadaya, industri yang bertempat di Kabupaten Sarolangun, donatur, dan bantuan; dan
d. sumber dana lainnya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sumber dana yang ini merupakan sumber dana untuk pemenuhan kebutuhan perumahan dan kawasan
permukiman. Dana yang disediakan dimanfaatkan dalam upaya yang mendukung pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten Sarolangun dan kemudahan
dan/atau bantuan pembangunan dalam penyediaan rumah sesuai dengan standar pelayanan minimal.

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 26
NASKAH AKADEMIK

Adapun sumber dana dan pembiayaan berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara,
anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumber dana lainnya, meliputi dana kemitraan dengan
Badan Usaha Milik Negara/Daerah, lembaga keuangan daerah, swasta, swadaya, donatur, dan
bantuan, serta sumber dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sedangkan pemupukan dana dapat dilakukan dengan memanfaatkan dana masyarakat, dana
tabungan perumahan, dan dana lainnya yang memenuhi persyaratan perundang-undangan dan
dikerahkan oleh lembaga keuangan.
Pemerintah Kabupaten Sarolangun perlu melakukan upaya pengembangan untuk penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman melalui pengembangan sistem pembiayaan. Pengembangan
sistem pembiayaan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman bagi
golongan masyarakat berpenghasilan rendah meliputi lembaga pembiayaan, mendorong kapasitas
Bank Kaltim untuk penyaluran pembiayaan perumahan, pengerahan dan pemupukan dana, penyaluran
kredit modal kerja konstruksi perumahan, pemanfaatan sumber biaya, optimalisasi Sertifikat Laik
Fungsi dan kemudahan atau bantuan pembiayaan.
Sistem pembiayaan dikembangkan oleh Pemerintah Daerah untuk mendukung upaya pembangunan
dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Lembaga pembiayaan berupa badan
hukum yang ditugasi atau dibentuk oleh Pemda bertugas menjamin ketersediaan dana murah jangka
panjang untuk penyelenggaraan perumahan dan permukiman di Kabupaten Sarolangun.

I. Pengaturan Keterpaduan Pemanfaatan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Kawasan


Permukiman
Pengaturan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman berdasarkan pada kawasan potensial berkembang dan daerah larangan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Sarolangun. Kawasan potensial berkembang
adalah kawasan yang memiliki nilai potensial untuk dikembangkan yang berdampak pada
perkembangan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman. Sedangkan daerah larangan
pengembangan perumahan ditujukan sebagai larangan pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman di lokasi yang berpotensi menimbulkan bencana.
Kawasan potensial berkembang meliputi:
- Kawasan potensial pemekaran
- Kasiba dan Lisiba

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 27
NASKAH AKADEMIK

Kasiba dan Lisiba dipersiapkan untuk pembangunan kawasan permukiman skala besar untuk melayani
kebutuhan masyarakat (kasiba), pembangunan perumahan dengan batasan kaveling yang jelas untuk
melayani kebutuhan masyarakat (lisiba), dan keperluan darurat sesuai ketentuan yang berlaku.
Penetapan lokasi kasiba dan lisiba merupakan tugas Pemerintah Daerah.
Daerah larangan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman (negative list) adalah daerah di
mana dilarang membangun perumahan dan kawasan permukiman. Terdiri dari kawasan lindung dan
kawasan dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi.

J. Rencana Bagi Kelembagaan PKP


Lembaga-lembaga penyelenggaraan perumahan dan permukiman harus mampu menerapkan prinsip-
prinsip tata pemerintahan yang baik di tingkat kota, yang mampu memfasilitasi wahana pengembangan
peran dan tanggung jawab masyarakat sebagai pelaku utama dalam memenuhi kebutuhannya akan
hunian yang layak dan terjangkau, dan lingkungan permukiman yang sehat, aman, produktif dan
berkelanjutan. Kelembagaan tersebut agar juga dapat senantiasa mendorong terciptanya iklim kondusif
di dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman.
Penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang berbasis pada pelibatan masyarakat sebagai
pelaku utama harus dapat dilembagakan secara berlanjut sampai pada tingkat komunitas lokal, dan
didukung secara efektif oleh sistem wilayah/regional dan sistem pusat/nasional. Untuk
mengaktualisasikan pelaksanaan misi pemberdayaan, diperlukan optimalisasi lembaga penyelenggara
perumahan dan permukiman yang sudah terbentuk supaya dapat melaksanakan prinsip tata
pemerintahan yang baik. Upaya pelembagaan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman
tersebut perlu dilakukan terhadap seluruh unsur pelaku pembangunan baik pemerintah, dunia usaha
maupun masyarakat yang berkepentingan di bidang perumahan dan permukiman, baik yang berada di
tingkat nasional, regional maupun lokal.
Peran kelompok kerja perumahan dan kawasan permukiman di bidang perumahan dan kawasan
permukiman Kabupaten Sarolangun meliputi:
a. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
b. Membahas dan merumuskan pemikiran arah pengembangan penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman;
c. Meningkatkan peran dan pengawasan masyarakat;
d. Memberikan masukan kepada pemerintah, pemerintah daerah, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota; dan/atau

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 28
NASKAH AKADEMIK

e. Melakukan peran arbitrase dan mediasi di bidang penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman.

Kelompok kerja perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten Sarolangun terdiri dari unsur:
a. Instansi pemerintah Kabupaten Sarolangun yang terkait dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman;
b. Asosiasi perusahaan penyelenggara perumahan dan kawasan permukiman;
c. Asosiasi profesi penyelenggara perumahan dan kawasan permukiman
d. Asosiasi perusahaan barang dan jasa mitra usaha penyelenggara perumahan dan kawasan
permukiman;
e. Pakar di bidang perumahan dan kawasan permukiman; dan/atau
f. Lembaga swadaya masyarakat dan/atau yang mewakili konsumen yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

Gambar 6.1. Susunan Pokja PKP Kabupaten Sarolangun


Sumber: Hasil Analisis, 2019

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 29
NASKAH AKADEMIK

K. Rencana Penyediaan Sistem Informasi dan Basis Data


Perumahan dan permukiman merupakan satu bidang yang multi disiplin dengan menyentuh
berbagai lintas sektoral serta lintas kepentingan. Ketersediaan data untuk bidang perumahan dan
permukiman perlu diperhatikan mengingat bidang ini adalah bidang yang melibatkan banyak pihak
dan sektor yang kompleks yang saling berkaitan. Data dalam bidang perumahan dan permukiman
dapat dimanfaatkan untuk mendukung percepatan pemenuhan kebutuhan perumahan di Indonesia,
dengan tetap mengutamakan efisiensi dan efektivitas wilayah

Penyediaan database dilaksanakan dalam rangka menyediakan data dan informasi terkait dengan
perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Sarolangun, mendukung penyusunan RP3KP
Kabupaten Sarolangun dan mendukung kegiatan pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman. Penyediaan database perumahan dan kawasan permukiman terdiri dari
pendataan, pengkinian data, dan penyajian data elektronik. Penyediaan basis data meliputi:
a. Penyusunan kebutuhan data perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten Sarolangun;
b. Identifikasi kondisi perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten Sarolangun sesuai
dengan penyusunan kebutuhan data;
c. Penyusunan sistem basis data perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten Sarolangun;
d. Penyediaan basis data pada tahap pemutakhiran data meliputi proses pengkinian data
perumahan dan kawasan permukiman yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan data
perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten Sarolangun; dan
e. Penyajian data perumahan dan kawasan permukiman dilakukan dengan menggunakan sistem
informasi elektronik atau aplikasi berbasis e-housing.

L. Rencana Mitigasi Bencana


Penanganan kawasan perumahan dan permukiman di daerah rawan bencana dilakukan untuk
mengurangi resiko korban jiwa. Kawasan rawan bencana meliputi kawasan rawan banjir, rawan
kebakaran, dan rawan bencana longsor.
Kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam luapan banjir,
khususnya luapan banjir dari sungai. Selanjutnya ketentuan diatas dianalisa menggunakan metode
superimpose. Penentuan fungsi kawasan dilakukan dengan menggunakan metode superimpose
dengan cara skoring. Metode superimpose digunakan untuk mengetahui tingkat optimalitas yang
didasarkan atas sekumpulan informasi. Dalam kaitannya dengan proses perencanaan wilayah,

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 30
NASKAH AKADEMIK

metode superimpose berguna dalam menentukan land capability dan land suitability dari lahan yang
ada.
Dari data spatial tentang struktur tuang kawasan bencana (RTRW Kabupaten Sarolangun 2014),
dapat diketahui bahwa masih terdapat spot perumahan dan permukiman yang masih menempati
lahan yang disitu merupakan Kawasan Rawan Bencana (KRB). Dari identifikasi tersebut didapati
bahwa,
1. Masih terdapatnya blok permukiman yang terdapat pada kawasan rawan bencana longsor yaitu
blok permukiman yang terdapat di :
a. Desa Temalang, Maribung, Mersip dan Napal Melintang di Kecamatan Limun; dan
b. Desa Muara Sungai Pinang, Rantau Panjang dan Kasiro di Kecamatan Batang Asai.
2. Masih terdapatnya blok permukiman yang terdapat pada kawasan rawan bencana banjir yaitu
blok permukiman yang terdapat di :
a. Kelurahan Sarolangun Kembang, Kelurahan Pasar Sarolangun, Desa Kelurahan Sarkam,
Ladang Panjang, Desa Lidung, Desa Pulau Pinang dan Muara Indung di Kecamatan
Sarolangun;
b. Desa Teluk Tigo, Teluk Rendah dan Lubuk Resam di Kecamatan
c. Cermin Nan Gedang;
d. Desa Penegah di Kecamatan Pelawan;
e. Desa Temenggung, Pulau Pandan dan Muaro Limun di Kec. Limun;
f. Desa Teluk Kecimbung di Kecamatan Bathin VIII;
g. Desa Karang Mendapo, Batu Kucing dan Pauh di Kecamatan Pauh;
h. Desa Muaro Ketalo, Rangkiling Simpang, Gurun Tuo dan Kertopati di
i. Kecamatan Mandiangin; dan
j. Desa Singkut 2, Singkut 3, Singkut 4, Singkut 5, Singkut 7 dan Payo
k. Lebar di Kecamatan Singkut.

Rencana Pengembangan jalur dan ruang evakuasi bencana di Kabupaten Sarolangun meliputi :
a. pengembangan jalur evakuasi tanah longsor, meliputi:
1. jalur evakuasi bencana longsor di Kecamatan Limun mengikuti
2. pola jaringan jalan menuju simpang Singkut dan dievakuasi di sekitar kantor Kecamatan
Singkut;

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 31
NASKAH AKADEMIK

3. jalur evakuasi bencana longsor di Kecamatan Batang Asai mengikuti pola jaringan jalan
menuju Kecamatan Cermin Nan Gedang dan dievakuasi di sekitar kantor Kecamatan Cermin
Nan Gedang;
b. pengembangan jalur evakuasi bencana banjir, meliputi:
1. jalur evakuasi bencana banjir di Kecamatan Sarolangun mengikuti pola jaringan
jalan menuju simpang Pulau Pandan dan dievakuasi di sekitar kantor Kecamatan Pelawan;
2. jalur evakuasi bencana banjir di Kecamatan Cermin Nan Gedang mengikuti pola jaringan
jalan menuju simpang Pulau Pandan dan dievakuasi di sekitar kantor Kecamatan Pelawan;
3. jalur evakuasi bencana banjir di Kecamatan Pelawan mengikuti pola jaringan jalan menuju
simpang Pulau Pandan dan dievakuasi di sekitar kantor Kecamatan Pelawan;
4. jalur evakuasi bencana banjir di Kecamatan Limun mengikuti pola jaringan jalan menuju
simpang Singkut dan dievakuasi di sekitar kantor Kecamatan Singkut;
5. jalur evakuasi bencana banjir di Kecamatan Bathin VIII mengikuti pola jaringan jalan
menuju simpang Cermin Nan Gedang dan dievakuasi di sekitar kantor Kecamatan
Cermin Nan Gedang;
6. jalur evakuasi bencana banjir di Kecamatan Pauh mengikuti pola jaringan jalan menuju
simpang Pauh dan dievakuasi di sekitar kantor Kecamatan Pauh;
7. jalur evakuasi bencana banjir di Kecamatan Mandiangin mengikuti pola jaringan
jalan menuju simpang Pauh dan dievakuasi di sekitar kantor Kecamatan Pauh; dan
8. jalur evakuasi bencana banjir di Kecamatan Singkut mengikuti pola jaringan jalan menuju
simpang Singkut dan dievakuasi di sekitar kantor Kecamatan Singkut.

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 32
NASKAH AKADEMIK

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 33
NASKAH AKADEMIK

Kabupaten Sarolangun merupakan kawasan dengan tingkat kerawanan bencana tinggi.


Perumahan dan kawasan permukiman di kawasan rawan bencana membutuhkan perencanaan
mitigasi bencana. Mitigasi bencana dimaksudkan untuk memberikan perlindungan dari ancaman
bencana. Rencana untuk perumahan di kawasan rawan bencana terbagi menjadi arahan umum
dan arahan khusus, yang meliputi:
i. Rencana Umum:
 Lokasi rawan bencana mengacu pada tabel kecamatan terdampak bencana Kabupaten
Sarolangun;
 Penanggulangan bencana prioritas di Kabupaten Sarolangun adalah angin puting beliung,
kegagalan teknologi, epidemi penyakit, banjir, kebakaran, dan longkir. Sedangkan
penanggulangan bencana non-prioritas yaitu gempa bumi;
 Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman tidak pada zona
dengan tingkat kerawanan bencana tinggi;
 Pembatasan intensitas penggunaan lahan (KDB, KLB, KDH, ketinggian bangunan, dan
kepadatan bangunan) sesuai dengan peraturan yang berlaku;
 Pengendalian pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di
daerah rawan bencana sesuai perizinan;
 Memberikan sosialisasi dan pelatihan penyelamatan kepada penduduk tentang tanggap
bencana dan sistem mitigasi bencana;
 Pembangunan perumahan dan permukiman di kawasan rawan bencana diharuskan dengan
penyediaan sistem evakuasi bencana dan sistem jaringan pemantau;
 Sistem evakuasi bencana meliputi jalur evakulaso, tempat evakuasi sementara, dan tempat
evakuasi akhir; dan
 Sistem jaringan pemantau meliputi sistem peringatan dini dan/ atau cctv.
ii. Rencana Khusus:
Di daerah rawan bencana banjir:
 Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman memperhatikan
ketetapan sempadan sungai, pantai, dan danau
 Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman tidak dilaksanakan
di daerah cekungan dan resapan air
 Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman menyediakan
drainase yang memadai sebagai saluran air limbah dan air hujan

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 34
NASKAH AKADEMIK

 Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dilengkapi dengan sumur resapan

Di daerah rawan bencana epidemi penyakit:


 Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan
 Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman memperhatikan
lingkungan
 Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman dilengkapi dengan PSU
yang memadai, khususnya sistem sanitasi dan drainase terutama di permukiman tepi air

Di daerah rawan bencana kebakaran:


 Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman memperhatikan
Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
 Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman dilengkapi akses dan
prasarana serta sarana untuk proteksi dan penanggulangan kebakaran
 Akses dan sarana proteksi dan penanggulangan kebakaran disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku
 Pengurangan tingkat kepadatan hunian pada daerah rawan kebakaran o Pembangunan rumah
berjarak 2-3 meter antara satu rumah dengan rumah lainnya untuk mengurangi resiko bencana
kebakaran

Di daerah rawan bencana longsor:


 Struktur bangunan rumah dan penunjang menggunakan pondasi yang kuat
 Jika diperlukan dapat menggunakan konstruksi penahan tanah konvensional, dan/ atau jangkar
untuk perkuatan tanah
 Perlu pengembangan lokasi penyangga berupa RTH antara lokasi rawan longsor dan lokasi
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman Perumahan dan kawasan permukiman
yang sudah tidak layak huni dapat direlokasi ke lokasi yang lebih aman

Di daerah rawan bencana gagal teknologi:


 Memastikan warga yang tinggal di kawasan ini memiliki pengetahuan yang cukup untuk
melakukan mitigasi bencana gagal teknologi dan mengetahui lokasi-lokasi untuk melakukan
pencegahan resiko bencana gagal teknologi.

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 35
NASKAH AKADEMIK

 Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di kawasan ini


dengan mempertimbangkan resiko kegagalan operasi, kerusakan konstruksi, kegiatan yang
dapat menimbulkan kebocoran, ledakan, dan resiko lainnya.

M. Pengendalian pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman


Pengendalian pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman sangat diperlukan untuk
menjaga agar pembangunan dan pengembangan yang dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku
dan tidak menyalai tata ruang wilayah. Pengendalian perumahan dilaksanakan dengan melibatkan
masyarakat dan dilakukan pada tahap perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan perumahan.
Pengendalian pembangunan dan pengembangan perumahan dilaksanakan dengan :
a. Perizinan,
b. Penertiban,
c. Penataan
Arahan pengendalian pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman antara
lain:
 Pengendalian pembangunan dan pengembangan permukiman dilaksanakan dengan mekanisme:
a. Pemberian insentif, berupa perpajakan, kompensasi, subsidi silang, dan kemudahan perizinan;
b. Pengenaan disinsentif, berupa pengenaan sanksi, pengenaan retribusi daerah, pembatasan
fasilitas program, dan pengenaan kompensasi.
 Pengendalian perumahan pada tahap perencanaan dilakukan sesuai dengan RTRW, RDTR, dan
RTBL yang berlaku
 Pengendalian perumahan pada tahap pembangunan dilakukan melalui permohonan pengajuan IMB
dan/ atau perizinan lain kepada Pemerintah Daerah sesuai ketentuan yang berlaku
 Pengendalian perumahan pada tahap pemanfaatan dilakukan melaui SLF bangunan gedung dan
pengawasan terhadap pemanfaatan rumah

N. Rencana Penyediaan Tanah


Penyiapan lahan merupakan salah satu tahapan paling penting dalam pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman, terutama untuk penyediaan tanah dalam rangka mendukung penyediaan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah.
Pembangunan perumahan dan permukiman dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan
atau badan usaha sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku. Oleh karena itu, penyediaan tanah

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 36
NASKAH AKADEMIK

perlu dikoordinasikan dengan baik. Mempertimbangkan kondisi Kabupaten Sarolangun yang memiliki
ketersediaan lahan yang sangat terbatas, arahan penyediaan tanah adalah sebagai berikut:
 Penyediaan tanah dilaksanakan sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.
 Penyediaan tanah dilaksanakan atas dasar kewenangan dari pemerintah kota dalam rangka
mendukung pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman bagi MBR
dan atau PNS.
 Penyediaan tanah dapat dilakukan oleh badan usaha milik negara/daerah maupun badan usaha
milik swasta yang menjalin kemitraan dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam rangka
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman.
 Perolehan tanah dalam rangka penyediaan tanah untuk pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman dapat dilaksanakan melalui konsolidasi tanah, jual beli, tukar-
menukar, pelepasan hak, dan/atau hibah.
 Penyediaan tanah untuk pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman
berdasarkan pertimbangan mempertahankan kondisi lingkungan dan pengendalian alih fungsi lahan
pertanian
 Optimasi pemanfaatan Areal Penggunaan Lain (APL) untuk kebutuhan pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten Sarolangun

Rencana Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
6- 37

Anda mungkin juga menyukai