Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

TINJAUAN KHUSUS
PELAT LANTAI

4.1 Pelat Lantai


Pelat lantai merupakan panel-panel beton bertulang yang mungkin

bertulangan dua atau satu arah saja tergantung dari perbandingan bentangan

strukturnya pelatnya. Dinamakan sebagai plat dua arah, dimana lenturan akan

timbul pada dua arah yang saling tegak lurus, sedang struktur plat satu arah dapat

didefinisikan sebagai plat yang didukung pada dua tepi yang berhadapan sehingga

lenturan timbul hanya dalam satu arah saja, yaitu pada arah yang tegak lurus

terhadap arah dukungan tepi. Pada perencanaan pelat lantai didesain mampu

memikul gaya gaya dalam yang terjadi akibat beban luar atau beban fungsi dan

berat sendiri atau beban mati. Analisa perhitungan pelat lantai, pelat disesuaikan

dengan beban yang dipikul oleh lantai dan bentuk pelat mengikuti bentuk denah

balok. Struktur pelat seluruhnya menggunakan beton konvensional dengan

material bahan menggunakan beton f’c = 24,90 MPa dan baja untuk tulangan

utama fy = 240 MPa.

4.2 Pembebanan

Beban yang di analisa pada struktur bangunan ini dapat dikelompokkan

berdasarkan jenis beban, beban yang bekerja pada struktur ini adalah sebagai

berikut:

- Beban mati ( Dead Load )

Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat

tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-

53
54

mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari gedung itu.

- Beban hidup ( Life Load )

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghuni atau fungsi

penggunaan suatu gedung atau struktur dan kedalamnya termasuk beban-

beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah,

mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung

itu.

4.3 Metode Perencanaan Penulangan Pelat Lantai

Dalam perencana pelat lantai metode yang digunakan adalah metode

koefisien momen merupakan salah satu cara perhitungan yang banyak

dipergunakan untuk perencanaan pelat satu atau dua arah. Metode ini

menggunakan besaran koefisien momen yang tergantung perbandingan antara lx

dengan ly dan kondisi tumpuan,serta didasarkan pada analisa terjepit elastis

dengan memperhitungkan pengaruh dari redistribusi yang tidak elastis.

4.4 Analisa Perencanaan

Gambar 4.1 Denah Rencana Pelat Lantai


Sumber: Data olaahan ,2021
55

Plat lantai yang


ditinjau

300 cm

300 cm

Gambar 4.2 Potongan Denah Pelat Lantai


Sumber: Data olahan, 2021

Data umum perencanaan pelat :

f’c = 24,9 Mpa (data gambar)

fy = 240 Mpa (Asumsi)

Ix = 3000 mm

Iy = 3000 mm

Tul. Utama = 10 mm

Decking = 25 mm

Tebal Pelat = 120 mm

BJ Beton Bertulang = 2400 Kg/m3

4.5 Perhitungan Pelat Lantai

300 x 0,83
K = 300 kg/cm2 = = 24,9 MPa
10

f’c = 24,9 MPa

fy = 240 MPa

240'
ɛy= = 0,0012
200000
56

f’c = 24,9 MPa ≤ 30 MPa,

maka β = 0,85

ρb =
0,85 . fc '
fy [

600
]
600+ fy
=
0,85 .24,9
240
x 0,85[ 600
600+ 240 ]
ρb = 0,05

ρmaks = 0,75 . ρb

= 0,75 x 0,05

= 0,04

1,4 1,4
ρmin = = = 0,0058
fy 240

fy 240
m= = = 11,34
0,85 x fc 0,85 x 24,9

 Bagian yang ditumpu pada ke-4 sisinya

(Tumpuan pelat di anggap terjepit penuh )

Ly 3000
3000 mm = =1<2
LX 3000

Pelat 2 Arah

3000 mm
57

Koefisien Momen ( PBI 1971 )

Ly / Lx 1
Miy 21
Mix 21
Mtx 52
Mty 52

 Menentukan tebal pelat

Diperkirakan balok tepi pelat mempunyai lebar b=250 mm

- Bentang bersih arah X = Lnx = 3000 – 250 = 2750 mm


- Bentang bersih arah Y = Lny = 3000 – 250 = 2750 mm

Lny 2750
β= = =1
Lnx 2750

 Tebal minimu pelat

fy 240
ln ×( 0,8+ ) 2750×(0,8+ )
h max = 1500 = 1500 = 73,39 mm
36 36

fy 240
ln ×( 0,8+ ) 2750×(0,8+ )
h min = 1500 = 1500 = 58,70 mm
36+(9 × β ) 36+(9 ×1)

 Dari persyaratan di atas maka h untuk pelat lantai di ambil = 100 mm

 Beban pelat
1. Beban Mati ( DL )

Berat sendiri pelat = 0,12 m × 24 kg/m3 = 2,88 kg/m2

Spesi (t = 2cm ) = 0,02 m × 0,21 kg/m3 = 0,0042 kg/m2 +

= 2,88 kg/m2
58

2. Beban Hidup ( LL )

Beban Orang / Benda bergerak = 250 kg/m2

3. Beban total

Qu = 1,2 DL + 1,6 LL

= 1,2 ( 2,88 kg/m2 ) + 1,6 ( 2,5 kg/m2 )

= 7,45 kg/m2

 Besar momen yang bekerja :

- M = 0,001 × (x) × Qu × Lx

MIx = 0,001 × 21 × 7,45 × 3,02 = 1,41 kg/m

MIy = 0,001 × 21 × 7,45 × 3,02 = 1,41 kg/m

Mtx = 0,001 × 52 × 7,45 × 3,02 = 3,48 kg/m

Mty = 0,001 × 52 × 7,45 × 3,02 = 3,48 kg/m

 Perhitungan tulangan

Tebal Pelat (t) = 120 mm

Penutup Beton (p) = 25 mm

Mutu Beton (f’c) = 24,9 Mpa

Mutu Baja (fy) = 240 Mpa

Lebar pelat yang di tinjau (b) = 3000 mm


59

Diameter Tulangan utama = 10 mm (Dalam arah x dan y )

- Tinggi efektif untuk arah X

ds = 25+ ½ × 10 = 30 mm

d = 120 – 30 = 90 mm

- Tinggi efektif untuk arah Y

ds = 25 + 10 + ½ × 10 = 40 mm

d = 120 – 40 =80 mm

dy 120 mm
dx

 Tulangan Mlx

Mu = 1,41 kN/m

Mu 1,41
Mn = = = 1,76 kg/m
∅ 0,8

6
Mn 1,76× 10
Rn = = = 0,22 Mpa
b ×d 2 1000× 902

Rasio penulangan (ρ)

[ √
ρ = 1 1− 1− 2 m. Rn
m fy ]
ρ=
1
11,34 [ √
1− 1−
2× 11,34 ×0,22
240 ]
60

ρ = 0,0009
Karena ρ = 0,0009 < ρmin = 0,0058 , maka dipakai ρmin = 0,0058

Luas tulangan pokok

As = ρ .b .d

= 0,0058x 1000 x 90

= 522 mm2

Luas tulangan 1 batang D10 ( Ap = 78,50 mm2), sehingga

Ap x 1000 78,50 x 1000


S≤ = = 150,38 mm dipasang S = 150 mm
As 522

Luas tulangan Pokok yang dipakai

Ap x 1000 78,50 x 1000


As pakai = = = 523,3 mm2>As
S 150

Di pakai tulangan ∅ 10 – 150 ( As = 524 mm2 ) ok......

Luas tulangan susut

Ast = 0,002 .b .h

= 0,002 x 1000 x 120

= 240 mm2 / m

Luas tulangan 1 batang D10 (Ast = 78,50 mm2), sehingga

Ap x 1000 78,50 x 1000


S≤ = = 327,08 mm dipasang S = 300 mm
Ast 240

Luas tulangan Pokok yang dipakai


61

Ap x 1000 78,50 x 1000


As pakai = = = 327,08 mm2 = As
S 240

Di pakai tulangan ∅ 10 – 300 ( As = 328 mm2 ) ok......

Tabel 4.1 kebutuhan seluruh tulangan

Mlx Mtx Mly Mty

Mu ( kN/m ) 1,41 3,48 1,41 3,48

Mn ( kN/m ) 1,76 4,35 1,76 4,35

d ( mm ) 90 90 80 80

Rn ( Mpa ) 0,22 0,72 0,27 0,67


ρ perlu 0,0009 0,0022 0,0009 0,0022
ρmin 0,0058 0,0058 0,0058 0,0058

Dipakai ρ 0,0058 0,0058 0,0058 0,0058

As ( mm2 ) 523,3 523,3 523,3 523,3

Asst ( mm2 ) 327,08 327,08 327,08 327,08

Tulangan pokok ∅ 10 ∅ 10 ∅ 10 ∅ 10

Tulangan susut ∅ 10 ∅ 10 ∅ 10 ∅ 10

Tabel 4.1 Kebutuhan seluruh tulangan


Sumber : Data olahan, 2021
62

D 10 - 150 mm

D 10 - 150 mm
D 10 - 150 mm

D 10 - 150 mm

Gambar 4.3 Penulangan Pelat


Sumber : Data Olahan ,2021

Anda mungkin juga menyukai