BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Data Perencanaan
1. Lokasi bangunan : Kecamatan Gamping, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta.
2. Fungsi bangunan : Gedung Kampus
3. Jenis struktur : Sistem Rangka Bresing Eksentris
4. Jenis tanah : Tanah Sedang
5. Jumlah lantai : 10 Lantai
6. Lebar bangunan : 40,8 m
7. Panjang bangunan : 64,84 m
8. Tinggi bangunan : 43,20 m
9. Data mutu bangunan :
a. Tegangan hancur beton, fc’ : 30 MPa
b. Tegangan leleh tulangan, fy : Polos : 280 MPa
Ulir : 370 MPa
c. Tegangan leleh baja, fy : 240 MPa
d. Tegangan Ultimit baja, fu : 370 MPa
10. Dasar – dasar perencanaan :
a. SNI 1726:2019 Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan dan Non Gedung.
b. SNI 2847:2013 Persyaratan beton struktural untuk bangunan
gedung
c. SNI 1729:2015 Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural.
d. SNI 1729:2002 Tata cara perencanaan struktur baja untuk
bangunan gedung
e. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987
4.2 Gambar Rencana

GAMBAR : DENAH PELAT LANTAI 1 S/D 5

Sumber : Proyek UNU Yogyakarta
GAMBAR : DENAH PELAT LANTAI 6
Sumber : Proyek UNU Yogyakarta
GAMBAR : DENAH PEMBALOKAN LANTAI 7-10
Sumber : Proyek UNU Yogyakarta
GAMBAR : POTONGAN MEMANJANG GEDUNG
Sumber : Proyek UNU Yogyakarta

GAMBAR : POTONGAN MELINTANG GEDUNG

Sumber : Proyek UNU Yogyakarta
4.3 Perencanaan Struktur Sekunder
4.3.1 Perencanaan Tebal Pelat Lantai
Menurut SNI 2847:2019 pasal 8.3.1.2 menentukan ketebalan

minimum pelat dua arah untuk mencegah lendutan berlebih dan untuk

mencegah lendutan yang besar maka tebal pelat dapat ditentukan

menggunakan rumus empiris sebagai berikut :

Unutk 0.2 < αfm < 2.0 menggunakan rumus :

fy
ln( 0,8+ )
1400
h=
36 +5 β(αfm−0,2)

Untuk αfm > 2.0 menggunakan rumus :

fy
ln(0,8+ )
1400
h=
36+ 9 β

Untuk αfm < 0.2 ketebalan minimum pelat tanpa balok (Tabel 8.3.1.1 SNI

2847:2019). Adapun tipe-tipe dalam perencanaan pelat lantai yaitu :

Tipe S1 : 2,75 m x 2,75 m

Tipe S2 : 2,5 m x 2,5 m

Tipe S3 : 2,75 m x 2,5 m

Tipe S4 : 3,0 m x 2,75 m

Tipe S5 : 3,0 m x 2,50 m

Perhitungan pelat lantai 1-10 dihitung pada pelat yang memiliki bentang

terbesar yaitu pelat lantai S4 dengan dimensi 3,00 m x 2,75 m.

Lebar efektif balok menggunakan balok induk WF 500.185.18.27

Lebar balok efektif menggunakan 185 mm = 18,5 cm

Perhitungan Ln :

ln=Ly −2 ( 12 b(lebar bf ))
ln=300−2 ( 12 18,5)
ln =281,5 mm

Perhitungan Sn

Sn=Lx−2 ( 12 18,5 )
Sn=275−2 ( 12 18,5)
Sn=256,5 mm

β = Ln/Sn

β = 281,5 / 256,5

β = 1,097

Perhitungan tebal minimum

fy
ln(0.8+ )
1400
hmin=
36+ 9 β

240
2815 x (0.8+ )
1400
hmin=
36+ 9(1)

hmin=59.61mm

Perhitungan tebal maksimum

 fy
ln (0.8+ )
1400
hmaks=
36+ 9 β

240
398.15 x (0.8+ )
1400
hmaks=
36

hmaks=69,21 mm

Maka tebal pelat yang direncanakan 65 mm

fy
ln (0,8+ )
h = 1400
36+5 β (αfm−0,2)

240
2815(0,8+ )
65 = 1400
36+5(1,097)( αfm−0,2)

2734,57
65 =
36+5.485 afm−1.097

2734,57
65 =
34.903+ 5.485 afm

65(34,903+5,485afm) = 2734,57

2268,695+356,525afm = 2734,57

356,525afm = 2734,57 – 2268,695

465,87
afm =
356,525

= 1,3067

Dalam menggunakan rumus 0,2 < αfm < 2,0 tebal pelat tidak boleh kurang dari

125 mm, maka tebal pelat yang digunakan padap pelat lantai yaitu sebesar 125

mm

 Pembebanan

 Beban mati Qd pelat tipe S4

 Untuk peraturan beban mati menggunakan PPIURG 1983

Berat sendiri pelat = 0,125 x 2400 = 300 kg/m2

Berat spesi 2 cm = 2 x 21 = 42 kg/m2

Berat keramik = 1 x 24 = 24 kg/m2

Berat plafon dan penggantung = 19 kg/m2

Berat mekanikal dan elektrikal = 50 kg/m2

Total beban mati Qd = 435 kg/m2

 Beban hidup ql

SNI 1727:2013 = 250 Kg/m2

 Beban terfaktor

qf = 1,2 qd + 1,6 ql

= 1,2 × 435 + 1,6 × 250

= 922 Kg/m2 = 9,22 kN/m2

 Perhitungan Momen Pelat

Ly 3.0
= =1 ,1
Lx 2,75
Diketahui, Tabel Momen Pelat Persegi : (Gideon H. Kusuma, 1993)

Mu = 0,001 . qf. Lx2 . x

Mlx = 0,001 × 9.22 × 2,752 × 25 = 1,74 kNm

Mly = 0,001 × 9.22 × 2,752 ×21 = 1,46 kNm

Mtx = 0,001 × 9.22 × 2,752 × 59 = 4,11 kNm

Mty = 0,001 × 9.22 × 2,752 × 54 = 3,76 kNm

4.3.1.1 Penulangan Pelat Lantai

A. Data Perencanaan
 Øtulangan = 11 mm

tselimut = 20 mm

be = 1000 mm

dx = hf – tselimut – ( ½ x Øtulangan )

= 125 – 20 – ( ½ x 11)

= 99,5 mm

dy = hf – tselimut – Øtulangan – ( ½ x Øtulangan )

= 125 – 20 – 11 – ( ½ x 11)

= 88,5 mm

B. Perhitungan Rasio

0,85 . β 1 . fc ' 600

ρb = ×
fy 600 . fy

0,85 .0.8 . 30 600

= ×
240 600+ 240

= 0,0607

Dimana ρ tidak boleh > 0,5 ρb (SNI 2847:2013 Lampiran B.8.4.2)

0,5 ρb = 0,03035

0,25 √ fc ' 0,25 √ 30

ρ min = = (SNI 2847:2013 pasal 10.5)
fy 240

= 0,0057

C. Penulangan Lapangan Arah x

Mu = Mlx = 1,74 kNm

Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 9.3)

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 10.2.7.3)

Mu
Rn =
φ . b . d2
 4
1,74 . 1 0
=
0,8 .1000 . 99,52

= 0,20 MPa

fy
m =
0,85 . fc '

240
=
0,85 .30

= 9,41

ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
9.41{ √
1− 1−
2. 9.41 . 0 ,2
240 }
= 0,001

Maka diperoleh ρ = 0,001 < ρmin = 0,00571 < ρb = 0,0607

ρ dipakai ρ min = 0,00571

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,0057 . 1000 . 99,5

= 567,69 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø11 – 165 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1 2
Asada = . . π . ∅ tulanga n
165 4

1000 1 2
= . .3,14. 11
165 4

= 575,67 mm2 > Asperlu = 567,69 mm2

D. Penulangan Lapangan Arah y

Mu = Mly = 1,46 kNm

Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 9.3)

 β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 10.2.7.3)

Mu
Rn = 2
φ.b.d
4
1,4 6 . 1 0
= 2
0,8 .1000 . 99,5

= 0,18 MPa

fy
m =
0,85 . fc '

240
=
0,85 .30

= 9,41

ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
9.41{ √
1− 1−
2. 9.41 . 0 ,18
240 }
= 0,001

Maka diperoleh ρ = 0,001 < ρmin = 0,00571 < ρb = 0,0607

ρ dipakai ρ min = 0,00571

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,0057 . 1000 . 99,5

= 567,69 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø11 – 165

1000 1 2
Asada = . . π . ∅ tulanga n
165 4

1000 1 2
= . .3,14. 11
165 4

= 575,67 mm2 > Asperlu =567,69 mm2

E. Penulangan Tumpuan Arah x

Mu = Mtx = 4,11 kNm

 Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 9.3)

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 10.2.7.3)

Mu
Rn = 2
φ.b.d

4,11. 1 04
=
0,8 .1000 . 99,52

= 0,52 MPa

fy
m =
0,85 . fc '

240
= = 9,41
0,85 .30

ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
9.41{ √
1− 1−
2. 9.411 . 0,5 2
240 }
= 0,002

Maka diperoleh ρ = 0,002 < ρmin = 0,00571 < ρb = 0,0607

ρ dipakai ρ min = 0,00571

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,0057 . 1000 . 99,5

= 567,69 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø11 – 165 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1 2
Asada = . . π . ∅ tulanga n
165 4

1000 1 2
= . .3,14. 11
165 4

= 575,67 mm2 > Asperlu = 567,69 mm2

F. Penulangan Tumpuan Arah y

Mu = Mty = 3,76 kNm

 Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 9.3)

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 10.2.7.3)

Mu
Rn = 2
φ.b.d

3.76 . 10 4
=
0,8 .1000 . 99,52

= 0,48 MPa

fy
m =
0,85 . fc '

240
=
0,85 .30

= 9,41

ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
9.41{ √
1− 1−
2. 9.411 . 0,4 8
240 }
= 0,002

Maka diperoleh ρ = 0,002 < ρmin = 0,00571 < ρb = 0,0607

ρ dipakai ρ min = 0,00571

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,0057 . 1000 . 99,5

= 567,69 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø11 – 165 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1
Asada = . . π . ∅ tulanga n2
165 4

1000 1 2
= . .3,14. 11
165 4

= 575,67 mm2 > Asperlu =567,69 mm2

G. Perhitungan Tulangan Sudut dan Bagi

 Tulangan susut dan bagi berfungsi untuk pembagi antara tulangan

utama dalam arah tegak lurus agar tidak mengalami tegangan suhu

dan susut.

Koefisien susut = 0,002

Assusut = 0,002 . 1000 . 125

= 250 mm2

Dipakai tulangan susut Ø8 – 200

1000 1 2
Asada = . .3,14. ∅ tulanga n
200 4

1000 1
= . .3,14. 82
200 4

= 251,2 mm2 > Assusut = 250 mm2

H. Rekapitulasi Penulangan

Tabel 4.3 Rekapitulasi Penulangan Pelat Lantai

Penulangan Lapangan arah x Ø11-165

Penulangan Lapangan arah y Ø11-165
Penulangan Tumpuan arah x Ø11-165
Penulangan Tumpuan arah y Ø11-165
Tulangan Bagi Ø8-200
Gambar 4.1 Penulangan Pelat Lantai Tipe S4
 Tabel 4.4 Penulangan Pelat Lantai 1 - 10

Mome
Tipe pelat Ly/Lx x Mu Rn ρ ρ max ρ pakai As perlu ØPokok Asada Asbagi ØBagi Asada
n
S1 1 Mlx 21 1.74 0.2 0.001 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1 Mly 21 1.74 0.2 0.001 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1 Mtx 52 3.56 0.4 0.002 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1 Mty 52 3.56 0.4 0.002 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
S2 1 Mlx 21 1.44 0.2 0.001 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1 Mly 21 1.44 0.2 0.001 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1 Mtx 52 2.94 0.4 0.002 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1 Mty 52 2.94 0.4 0.002 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
S3 1.1 Mlx 25 1.74 0.2 0.001 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1.1 Mly 21 1.46 0.2 0.001 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1.1 Mtx 59 4.11 0.5 0.002 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1.1 Mty 54 3.77 0.5 0.002 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
S4 1.1 Mlx 25 1.74 0.2 0.001 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1.1 Mly 21 1.46 0.2 0.001 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1.1 Mtx 59 4.11 0.5 0.002 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1.1 Mty 54 3.77 0.5 0.002 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
S5 1.2 Mlx 34 1.96 0.2 0.001 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1.2 Mly 22 1.27 0.2 0.001 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1.2 Mtx 63 3.05 0.4 0.002 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
  1.2 Mty 54 3.11 0.4 0.002 0.0607 0.00571 567.7 Ø11-165 575.69 250 Ø8-200 251.2
Gambar 4.2 Penulangan Pelat Lantai Tipe S1

Gambar 4.3 Penulangan Pelat Lantai Tipe S2

Gambar 4.4 Penulangan Pelat Lantai Tipe S3

Gambar 4.5 Penulangan Pelat Lantai Tipe S4

 Gambar 4.6 Penulangan Pelat Lantai Tipe S5

4.3.2 Perencanaan Pelat Atap Tipe S4

Data perencanaan :
Mutu beton fc’ = 25 MPa
Mutu baja fy = 370 MPa
Ly = 3,0 m
Lx = 2,75 m
Wf : 500.185.18.27
Perhitungan Ln :

ln =Ly−2 ( 12 b(lebar bf ))
ln =300−2 ( 12 18,5)
ln =281,5 mm

Perhitungan Sn

Sn=Lx−2 ( 12 18,5 )
Sn=275−2 ( 12 18,5)
 Sn=256,5 mm

β = Ln/Sn

β = 281,5 / 256,5

β = 1,097

Perhitungan tebal minimum

fy
ln(0.8+ )
1400
hmin=
36+ 9 β

240
2815 x (0.8+ )
1400
hmin=
36+ 9(1)

hmin=59,61mm

Perhitungan tebal maksimum

fy
ln (0.8+ )
1400
hmaks=
36

240
2815 x (0.8+ )
1400
hmaks=
36

hmaks=69,21 mm

maka tebal pelat yang direncanakan 65 mm

fy
ln (0,8+ )
h = 1400
36+5 β (αfm−0,2)

240
2815(0,8+ )
65 = 1400
36+5(1.097)( αfm−0,2)

2734,57
65 =
36+5.485 afm−1.097

2734,57
65 =
34.903+ 5.485 afm
 65(34,903+5,485afm) = 2734,57

2268,695+356,525afm = 2734,57

356,525afm = 2734,57 – 2268,695

465.87
afm = = 1,3067
356.525

Dalam menggunakan rumus 0.2 < αfm < 2.0 tebal pelat tidak boleh

kurang dari 125 mm, maka tebal pelat yang digunakan yaitu sebesar 125

mm

 Pembebanan

 Beban mati Qd pelat tipe S1

Untuk peraturan beban mati menggunakan PPIURG 1983

Berat sendiri pelat = 0,125 x 2400 = 300 kg/m2

Berat spesi 2 cm = 2 x 21 = 42 kg/m2

Berat plafon dan penggantung = 19 kg/m2

Berat mekanikal dan elektrikal = 50 kg/m2

Total beban mati Qd = 411 kg/m2

Beban hidup ql

Beban hidup berupa air hujan (10 cm) = 0.1 m x 10 kN/m3 = 1 kN/m2

Beban hidup orang sesuai SNI 03-1727-2013 yaitu, = 0,96 kN/m2

Total beban hidup = 1,96 kN/m2

= 199,86

kg/m2

 Beban terfaktor

qf = 1,2 qd + 1,6 ql

= 1,2 × 411 + 1,6 × 199,86

 = 812,97 kg/m2 = 8,129 kN/m2

 Perhitungan Momen Pelat

Ly 4.0
= =1,0
Lx 4.0

Diketahui, Tabel Momen Pelat Persegi : (Gideon H. Kusuma, 1993)

Mu = 0,001 . qf. Lx2 . x

Mlx = 0,001 × 8,129 × 2,752 × 25 = 1,54 kNm

Mly = 0,001 × 8,129 × 2,752 × 21 = 1,29 kNm

Mtx = 0,001 ×8,129 × 2,752 × 59 = 3,63 kNm

Mty = 0,001 × 8,129 × 2,752 × 54 = 3,32 kNm

4.3.3 Penulangan Pelat Atap

A. Data Perencanaan

Øtulangan = 10 mm

tselimut = 20 mm

be = 1000 mm

dx = hf – tselimut – ( ½ x Øtulangan )

= 125 – 20 – ( ½ x 10)

= 100 mm

dy = hf – tselimut – Øtulangan – ( ½ x Øtulangan )

= 125 – 20 – 10 – ( ½ x 10)

= 90 mm

B. Perhitungan Rasio
 0,85 . β 1 . fc ' 600
ρb = ×
fy 600 . fy

0,85 .0.8 . 25 600

= ×
240 600+ 240

= 0,0506

Dimana ρ tidak boleh > 0,5 ρb (SNI 2847:2013 Lampiran B.8.4.2)

0,5 ρb = 0,0253

0,25 √ fc ' 0,25 √25

ρ min = = (SNI 2847:2013 pasal 10.5)
fy 240

= 0,0052

C. Penulangan Lapangan Arah x

Mu = Mlx = 1,54 kNm

Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 9.3)

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 10.2.7.3)

Mu
Rn = 2
φ.b.d
4
1,54 . 1 0
= 2
0,8 .1000 . 100

= 0,19 MPa

fy
m =
0,85 . fc '

240
=
0,85.25

= 11,29
 ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
11,29{ √
1− 1−
2. 11,29 . 0,19
240 }
= 0,001

Maka diperoleh ρ = 0,001 < ρmin = 0,0052< ρb = 0,0506

ρ dipakai ρ min = 0,0052

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,0052. 1000 . 100 = 520 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø10 – 150 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1 2
Asada = . . π . ∅ tulanga n
150 4

1000 1 2
= . .3,14. 10
150 4

= 523,3 mm2 > Asperlu = 520 mm2

D. Penulangan Lapangan Arah y

Mu = Mlx = 1,29 kNm

Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 9.3)

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 10.2.7.3)

Mu
Rn = 2
φ.b.d
4
1 , 29 .1 0
=
0,8 .1000 . 1002

= 0,16 MPa

fy
m =
0,85 . fc '

240
=
0,85.25
 = 11,29

ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
11,29{ √
1− 1−
2. 11,29 . 0,16
240 }
= 0,001

Maka diperoleh ρ = 0,001 < ρmin = 0,0052< ρb = 0,0505

ρ dipakai ρ min = 0,0052

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,0052. 1000 . 100 = 520 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø10 – 150 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1 2
Asada = . . π . ∅ tulanga n
150 4

1000 1 2
= . .3,14. 10
150 4

= 523,3 mm2 > Asperlu = 520 mm2

E. Penulangan Tumpuan Arah x

Mu = Mtx = 3,63 kNm

Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 9.3)

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 10.2.7.3)

Mu
Rn = 2
φ.b.d
4
3 , 6 3 . 10
=
0,8 .1000 . 1002

= 0,45 MPa

fy
m =
0,85 . fc '
 240
=
0,85 .25

= 11,29

ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
11,29{ √
1− 1−
2. 11,29 . 0 , 45
240 }
= 0,002

Maka diperoleh ρ = 0,002 < ρmin = 0,0052< ρb = 0,0506

ρ dipakai ρ min = 0,0052

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,0052. 1000 . 100 = 520 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø10 – 150 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1 2
Asada = . . π . ∅ tulanga n
150 4

1000 1 2
= . .3,14. 10
150 4

= 523,3 mm2 > Asperlu = 520 mm2

F. Penulangan Tumpuan Arah y

Mu = Mty = 3,32 kNm

Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 9.3)

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8 (SNI 2847 2013 pasal 10.2.7.3)

Mu
Rn =
φ . b . d2

3 ,32 .1 0 4
= 2
0,8 .1000 . 100

= 0,41 MPa
 fy
m =
0,85 . fc '

240
= = 11,29
0,85 .

ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
11,29{ √
1− 1−
2. 11,29 . 0,39
240 }
= 0,002

Maka diperoleh ρ = 0,002 < ρmin = 0,0052< ρb = 0,0506

ρ dipakai ρ min = 0,0052

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,0052. 1000 . 100

= 520 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø10 – 150 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1 2
Asada = . . π . ∅ tulanga n
150 4

1000 1
= . .3,14. 102
150 4

= 523,3 mm2 > Asperlu = 520 mm2

G. Perhitungan Tulangan Sudut dan Bagi

Tulangan susut dan bagi berfungsi untuk pembagi antara tulangan

utama dalam arah tegak lurus agar tidak mengalami tegangan suhu

dan susut.

Koefisien susut = 0,002

Assusut = 0,002 . 1000 . 125

= 250 mm2
Dipakai tulangan susut Ø8 – 200

1000 1 2
Asada = . .3,14. ∅ tulanga n
200 4

1000 1
= . .3,14. 82 = 251,2 mm2 > Assusut = 250 mm2
200 4

H. Rekapitulasi Penulangan

Tabel 4.3 Rekapitulasi Penulangan Pelat Atap

Penulangan Lapangan arah x Ø10-150

Penulangan Lapangan arah y Ø10-150
Penulangan Tumpuan arah x Ø10-150
Penulangan Tumpuan arah y Ø10-150
Tulangan Bagi Ø8-200
Gambar 4.7 Penulangan Pelat Atap Tipe S4
Tabel 4.4 Rekapitulasi Pelat Atap

Mome
Tipe pelat Ly/Lx x Mu Rn ρ ρ max ρ pakai As perlu ØPokok Asada Asbagi ØBagi Asada
n
0.00
S1 1 Mlx 21 1.54 0.19 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
1
0.00
  1 Mly 21 1.54 0.19 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
1
0.00
  1 Mtx 52 3.14 0.39 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
2
0.00
  1 Mty 52 3.14 0.39 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
2
0.00
S2 1 Mlx 21 1.27 0.16 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
1
0.00
  1 Mly 21 1.27 0.16 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
1
0.00
  1 Mtx 52 2.59 0.32 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
1
0.00
  1 Mty 52 2.59 0.32 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
1
0.00
S3 1.1 Mlx 25 1.54 0.19 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
1
0.00
  1.1 Mly 21 1.29 0.16 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
1
0.00
  1.1 Mtx 59 3.63 0.45 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
2
0.00
  1.1 Mty 54 3.32 0.41 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
2
0.00
S4 1.1 Mlx 25 1.54 0.19 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
1
0.00
  1.1 Mly 21 1.29 0.16 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
1
 0.00
  1.1 Mtx 59 3.63 0.45 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
2
0.00
  1.1 Mty 54 3.32 0.41 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
2
0.00
S5 1.2 Mlx 34 1.96 0.24 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
1
0.00
  1.2 Mly 22 1.27 0.16 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
1
0.00
  1.2 Mtx 63 3.05 0.38 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
2
0.00
  1.2 Mty 54 3.11 0.39 0.0506 0.00521 521 Ø10-150 523.3 250 Ø8-200 251.2
2
Gambar 4.8 Penulangan Pelat Atap Tipe S1

Gambar 4.9 Penulangan Pelat Atap Tipe S2

Gambar 4.10 Penulangan Pelat Atap Tipe S3

Gambar 4.11 Penulangan Pelat Atap Tipe S4

Gambar 4.12 Penulangan Pelat Atap Tipe S5