Anda di halaman 1dari 32

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Data Perencanaan
1. Lokasi bangunan : Kecamatan Gamping, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta.
2. Fungsi bangunan : Gedung Kampus
3. Jenis struktur : Sistem Rangka Bresing Eksentris
4. Jenis tanah : Tanah Sedang
5. Jumlah lantai : 10 Lantai
6. Lebar bangunan : 40,8 m
7. Panjang bangunan : 64,84 m
8. Tinggi bangunan : 43,20 m
9. Data mutu bangunan :
a. Tegangan hancur beton, fc’ : 30 MPa
b. Tegangan leleh tulangan, fy : Polos : 280 MPa
Ulir : 370 MPa
c. Tegangan leleh baja, fy : 240 MPa
d. Tegangan Ultimit baja, fu : 370 MPa
10. Dasar – dasar perencanaan :
a. SNI 1726:2019 Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan dan Non Gedung.
b. SNI 2847:2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung.
c. SNI 1729:2015 Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural.
d. SNI 1729:2002 Tata cara perencanaan struktur baja untuk
bangunan gedung
e. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987
4.2 Gambar Rencana

GAMBAR : DENAH PELAT LANTAI 1 S/D 5


Sumber : Proyek UNU Yogyakarta

GAMBAR : DENAH PELAT LANTAI 6


Sumber : Proyek UNU Yogyakarta

Gambar Rencana

GAMBAR : DENAH PEMBALOKAN LANTAI 7-10


Sumber : Proyek UNU Yogyakarta
GAMBAR : POTONGAN MEMANJANG GEDUNG
Sumber : Proyek UNU Yogyakarta

GAMBAR : POTONGAN MELINTANG GEDUNG


Sumber : Proyek UNU Yogyakarta
4.3 Perencanaan Struktur Sekunder
4.3.1 Perencanaan Tebal Pelat Lantai
Menurut SNI 2847:2002 pasal 11.5 menentukan ketebalan

minimum pelat dua arah untuk mencegah lendutan berlebih dan untuk

mencegah lendutan yang besar maka tebal pelat dapat ditentukan

menggunakan rumus empiris sebagai berikut :

Unutk 0.2 < αfm < 2.0 menggunakan rumus :

fy
ln( 0,8+ )
1400 , dan tidak boleh kurang dari 120 mm
h=
36 +5 β(αfm−0,2)

Untuk αfm > 2.0 menggunakan rumus :

fy
ln(0,8+ )
1400 , dan tidak boleh kurang dari 90 mm
h=
36+ 9 β

Untuk αfm < 0.2 ketebalan minimum menggunakan 11.5(3(2)) pada SNI

2847:2002. Adapun tipe-tipe dalam perencanaan pelat lantai yaitu :

Tipe S1 : 2,75 m x 2,75 m

Tipe S2 : 2,5 m x 2,5 m

Tipe S3 : 2,75 m x 2,5 m

Tipe S4 : 3,0 m x 2,75 m

Tipe S5 : 3,0 m x 2,50 m

Perhitungan pelat lantai 1-10 dihitung pada pelat yang memiliki bentang

terbesar yaitu pelat lantai S4 dengan dimensi 3,00 m x 2,75 m.


Lebar efektif balok menggunakan balok induk WF 500.185.18.27

Lebar balok efektif menggunakan 185 mm = 18,5 cm

Perhitungan Ln :

ln=Ly −2 ( 12 b(lebar bf ))
ln=300−2 ( 12 18,5)
ln =281,5 mm

Perhitungan Sn

Sn=Lx−2 ( 12 18,5 )
Sn=275−2 ( 12 18,5)
Sn=256,5 mm

β = Ln/Sn

β = 281,5 / 256,5

β = 1,097 < 2 maka tergolong pelat dua arah

Perhitungan tebal minimum

fy
ln(0.8+ )
1400
h min=
36+ 9 β

280
2815 x (0.8+ )
1400
h min=
36+9 (1,097)

h min=60,5 mm

Perhitungan tebal maksimum


fy
ln (0.8+ )
1400
hmaks=
36

280
2815(0.8+ )
1400
hmaks=
36

hmaks=78,19 mm

Tebal pelat direncanakan sebesar 78 mm

fy
ln (0,8+ )
h = 1400
36+5 β (αfm−0,2)

280
2815(0,8+ )
78 = 1400
36+5(1,097)( αfm−0,2)

2734,57
78 =
36+5.485 afm−1.097

2734,57
78 =
34.903+ 5.485 afm

78(34,903+5,485 αfm) = 2734,57

2729,22 + 427,83 αfm = 2734,57

427,83 αfm = 2734,57 – 2729,22

5,349
αfm =
658,2

= 0,0125

Pada SNI 2847-2002 pasal 11.5(3) untuk pelat dengan balok

diantara tumpuan pada semua sisinya, tebal minimunya (h), harus

memenuhi ketentuan berikut :

- Untuk αfm yang sama atau lebih kecil dari 0,2 harus menggunakan 11.5.

(3(2))
- Untuk αfm yang lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0, tebal tidak boleh

kurang dari

fy
ln(0,8+ )
h= 1400
36+5 β (αfm−0,2)

dan tidak boleh kurang dari 120 mm

Pada perhitungan nilai αfm yaitu sebesar 0,0125 < 0,2 maka dari

itu tebal pelat harus menggunakan ketentuan Pasal 11.5.(3(2)) SNI 2847-

2002 sebagai berikut :

Pasal 11.5.(3(2)) untuk pelat tanpa balok interior yang

membentang di antara tumpuan dan mempunyai rasio bentang panjang

terhadap pendek yang tidak lebih dari dua tebal minimumnya tidak boleh

kurang dari nilai berikut :

a. Pelat tanpa penebalan seperti didefinisikan dalam 15.3(7(1)) yaitu

sebesar 120 mm

b. Pelat dengan penebalan seperti yang didefinisikan dalam 15.3(7(1))

yaitu sebesar 100 mm

Oleh karena itu pelat tanpa penebalan, tebal pelat memakai ketentuan

yang ada pada Pasal 11.5.(3(2)) yaitu dengan tebal 120 mm.

 Pembebanan

 Beban mati Qd pelat tipe S4

Untuk peraturan beban mati menggunakan PPIURG 1983

Berat sendiri pelat = 0,120 x 2400 = 288 kg/m2

Berat spesi 2 cm = 2 x 21 = 42 kg/m2


Berat keramik = 1 x 24 = 24 kg/m2

Berat plafon dan penggantung = 19 kg/m2

Berat mekanikal dan elektrikal = 50 kg/m2

Total beban mati Qd = 423 kg/m2

 Beban hidup ql = 250 Kg/m2

 Beban terfaktor

qf = 1,2 qd + 1,6 ql

= 1,2 × 423 + 1,6 × 250

= 907,6 Kg/m2 = 9,076 kN/m2

 Perhitungan Momen Pelat


Ly 3.0
= =1,1
Lx 2,75
Diketahui, Tabel Momen Pelat Persegi : (Gideon H. Kusuma, 1993)

Mu = 0,001 . qf. Lx2 . x

Mlx = 0,001 × 9,076 × 2,752 × 25 = 1,72 kNm

Mly = 0,001 × 9,076 × 2,752 ×21 = 1,44 kNm

Mtx = 0,001 × 9,076 × 2,752 × 59 = 4,04 kNm

Mty = 0,001 × 9,076 × 2,752 × 54 = 3,7 kNm

4.3.1.1 Penulangan Pelat Lantai

A. Data Perencanaan

Øtulangan = 10 mm

tselimut = 20 mm

be = 1000 mm
dx = hf – tselimut – ( ½ x Øtulangan )

= 120 – 20 – ( ½ x 10)

= 95 mm

dy = hf – tselimut – Øtulangan – ( ½ x Øtulangan )

= 120 – 20 – 10 – ( ½ x 10)

= 85 mm

B. Perhitungan Rasio

0,85 . β 1 . fc ' 600


ρb = ×
fy 600 . fy

0,85 .0.8 . 30 600


= ×
280 600+ 28 0

= 0,0497

Dimana ρ tidak boleh > 0,5 ρb (SNI 2847:2002)

0,5 ρb = 0,0248

0,25 √ fc ' 0,25 √ 30


ρ min = = (SNI 2847:2002)
fy 28 0

= 0,00489

C. Penulangan Lapangan Arah x

Mu = Mlx = 1,71 kNm

Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847:2002)

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8

Mu
Rn =
φ . b . d2

1,7 1 . 10 4
=
0,8 .1000 . 952

= 0,19 MPa
fy
m =
0,85 . fc '

28 0
=
0,85 .30

= 10,98

ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
{ √
10 ,9 8
1− 1−
2. 10 , 9 8 .0 , 19
280 }
= 0,00 07

Maka diperoleh ρ = 0,0007 < ρmin = 0,00489 < ρb = 0,0497

ρ dipakai ρ min = 0,00489

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,00489 . 1000 . 95

= 464,59 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø10 – 160 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1 2
Asada = . . π . ∅ tulanga n
165 4

1000 1
= . .3,14. 10 2
16 0 4

= 490,625 mm2 > Asperlu = 464,59 mm2

D. Penulangan Lapangan Arah y

Mu = Mly = 1,44 kNm

Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847:2002)

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8


Mu
Rn =
φ . b . d2

1,4 4 .1 0 4
=
0,8 .1000 . 952

= 0,2 MPa

fy
m =
0,85 . fc '

280
=
0,85 .30

= 10,98

ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
10,98{ √
1− 1−
2. 10,98 . 0 ,2
280 }
= 0,000 6

Maka diperoleh ρ = 0,0006 < ρmin = 0,00489 < ρb = 0,0497

ρ dipakai ρ min = 0,00489

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,00489 . 1000 . 95

= 464,59 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø10 – 160 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1 2
Asada = . . π . ∅ tulanga n
165 4

1000 1 2
= . .3,14. 10
160 4

= 490,625 mm2 > Asperlu = 464,59 mm2

E. Penulangan Tumpuan Arah x

Mu = Mtx = 4,04 kNm


Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847:2002)

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8

Mu
Rn = 2
φ.b.d

4 , 04 .1 0 4
=
0,8 .1000 . 952

= 0,45 MPa

fy
m =
0,85 . fc '

280
=
0,85 .30

= 10,98

ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
10,98{ √
1− 1−
2. 10,98 . 0 , 45
280 }
= 0,00 17

Maka diperoleh ρ = 0,0017 < ρmin = 0,00489 < ρb = 0,0497

ρ dipakai ρ min = 0,00489

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,00489 . 1000 . 95

= 464,59 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø10 – 160 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1 2
Asada = . . π . ∅ tulanga n
165 4

1000 1
= . .3,14. 102
160 4

= 490,625 mm2 > Asperlu = 464,59 mm2


F. Penulangan Tumpuan Arah y

Mu = Mty = 3,7 kNm

Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847:2002)

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8

Mu
Rn = 2
φ.b.d
4
3.7 . 1 0
= 2
0,8 .1000 . 95

= 0,41 MPa

fy
m =
0,85 . fc '

280
=
0,85 .30

= 10,98

ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
10,98{ √
1− 1−
2. 10,98 . 0 , 41
280 } = 0,00 16

Maka diperoleh ρ = 0,0016 < ρmin = 0,00489 < ρb = 0,0497

ρ dipakai ρ min = 0,00489

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,00489 . 1000 . 95

= 464,59 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø10 – 160 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1 2
Asada = . . π . ∅ tulanga n
165 4

1000 1 2
= . .3,14. 10
160 4
= 490,625 mm2 > Asperlu = 464,59 mm2

G. Perhitungan Tulangan Sudut dan Bagi

Tulangan susut dan bagi berfungsi untuk pembagi antara tulangan

utama dalam arah tegak lurus agar tidak mengalami tegangan suhu

dan susut.

Koefisien susut = 0,002 (SNI 2847-2002)

Assusut = 0,002 . 1000 . 120

= 240 mm2

Dipakai tulangan susut Ø8 – 200

1000 1 2
Asada = . .3,14. ∅ tulanga n
200 4

1000 1 2
= . .3,14. 8
200 4

= 251,2 mm2 > Assusut = 240 mm2

H. Rekapitulasi Penulangan

Tabel 4.3 Rekapitulasi Penulangan Pelat Lantai

Penulangan Lapangan arah x Ø10-160


Penulangan Lapangan arah y Ø10-160
Penulangan Tumpuan arah x Ø10-160
Penulangan Tumpuan arah y Ø10-160
Tulangan Bagi Ø8-200
Gambar 4.1 Penulangan Pelat Lantai Tipe S4
Ln/ As As
type pelat Momen Mu Rn ρ ρb ρpakai Tul, Pokok As bagi Tul, Bagi As ada
Sn perlu ada
1,4 0,049
1,10 Mt ujung 0,16 0,0006 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
4 7
1,4 0,049
1,10 Mt tengah 0,16 0,0006 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
4 7
S1
3,5 0,049
1,10 Ml ujung 0,40 0,0014 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
7 7
3,5 0,049
1,10 Ml tengah 0,40 0,0014 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
7 7
1,1 0,049
3,17 Mt ujung 0,13 0,0005 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
9 7
1,1 0,049
3,17 Mt tengah 0,13 0,0005 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
9 7
S2
2,9 0,049
3,17 Ml ujung 0,33 0,0012 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
5 7
2,9 0,049
3,17 Ml tengah 0,33 0,0012 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
5 7
1,4 0,049
3,18 Mt ujung 0,16 0,0006 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
2 7
1,1 0,049
3,18 Mt tengah 0,13 0,0005 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
9 7
S3
3,3 0,049
3,18 Ml ujung 0,37 0,0013 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
5 7
3,0 0,049
3,18 Ml tengah 0,34 0,0012 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
6 7
S4 1,7 0,049
3,19 Mt ujung 0,19 0,0007 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
2 7
3,19 Mt tengah 1,4 0,16 0,0006 0,049 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
4 7
4,0 0,049
3,19 Ml ujung 0,45 0,0016 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
5 7
3,7 0,049
3,19 Ml tengah 0,41 0,0015 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
1 7
1,5 0,049
3,20 Mt ujung 0,18 0,0006 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
9 7
1,1 0,049
3,20 Mt tengah 0,13 0,0005 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
3 7
S5
3,6 0,049
3,20 Ml ujung 0,40 0,0015 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
3 7
3,1 0,049
3,20 Ml tengah 0,35 0,0013 0,00489 464,59 D10-160 490,6 240 Ø8-200 251
8 7
Tabel 4.4 Penulangan Pelat Lantai 1 - 10
4.3.2 Perencanaan Pelat Atap Tipe S4
Data perencanaan :
Mutu beton fc’ = 25 MPa
Mutu baja fy = 280 MPa
Ly = 3,0 m
Lx = 2,75 m
Wf : 500.185.18.27
Perhitungan Ln :

ln =Ly−2 ( 12 b(lebar bf ))
ln =300−2 ( 12 18,5)
ln =281,5 mm

Perhitungan Sn

Sn=Lx−2 ( 12 18,5 )
Sn=275−2 ( 12 18,5)
Sn=256,5 mm

β = Ln/Sn

β = 281,5 / 256,5

β = 1,097

Perhitungan tebal minimum

fy
ln(0.8+ )
1400
hmin=
36+ 9 β

280
2815 x (0.8+ )
1400
hmin=
36+ 9(1)
hmin=60,54 mm

Perhitungan tebal maksimum

fy
ln (0.8+ )
1400
hmaks=
36

280
2815 x (0.8+ )
1400
hmaks=
36

hmaks=78,19 mm

maka tebal pelat yang direncanakan 78 mm

fy
ln (0,8+ )
h = 1400
36+5 β (αfm−0,2)

280
2815(0,8+ )
78 = 1400
36+5(1.097)( αfm−0,2)

2734,57
78 =
36+5.485 afm−1.097

2734,57
78 =
34.903+ 5.485 afm

78(34,903 + 5,485 αfm) = 2734,57

2729,22 + 427,83 αfm = 2734,57

427,83 αfm = 2734,57 – 2729,22

5,349
αfm = = 0,0125
427,83
Dalam menggunakan rumus 0.2 < αfm dan memakai ketentuan yang ada pada

Pasal 11.5.(3(2)) SNI 2847-2002 tebal pelat tidak boleh kurang dari 120 mm,

maka tebal pelat yang digunakan yaitu sebesar 120 mm.

 Pembebanan

 Beban mati Qd pelat tipe S1

Untuk peraturan beban mati menggunakan PPIURG 1983

Berat sendiri pelat = 0,120 x 2400 = 288 kg/m2

Berat spesi 2 cm = 2 x 21 = 42 kg/m2

Berat plafon dan penggantung = 19 kg/m2

Berat mekanikal dan elektrikal = 50 kg/m2

Total beban mati Qd = 399kg/m2

Beban hidup ql

Beban hidup berupa air hujan (10 cm) = 0.1 m x 10 kN/m3 = 1 kN/m2

Beban hidup orang sesuai SNI 03-1727-2013 yaitu, = 0,96 kN/m2

Total beban hidup = 1,96 kN/m2

= 199,86

kg/m2

 Beban terfaktor

qf = 1,2 qd + 1,6 ql
= 1,2 × 399 + 1,6 × 199,86

= 798,57 kg/m2 = 7,986 kN/m2

 Perhitungan Momen Pelat


Ly 3 , 0
= =1 ,1
Lx 2,75
Diketahui, Tabel Momen Pelat Persegi : (Gideon H. Kusuma, 1993)

Mu = 0,001 . qf. Lx2 . x

Mlx = 0,001 × 7,986 × 2,752 × 25 = 1,51 kNm

Mly = 0,001 × 7,986 × 2,752 × 21 = 1,26 kNm

Mtx = 0,001 ×7,986 × 2,752 × 59 = 3,56 kNm

Mty = 0,001 × 7,986 × 2,752 × 54 = 3,26 kNm

4.3.3 Penulangan Pelat Atap

A. Data Perencanaan

Øtulangan = 8 mm

tselimut = 20 mm

be = 1000 mm

dx = hf – tselimut – ( ½ x Øtulangan )

= 120 – 20 – ( ½ x 8)

= 96 mm

dy = hf – tselimut – Øtulangan – ( ½ x Øtulangan )

= 120 – 20 – 8 – ( ½ x 8)

= 88 mm

B. Perhitungan Rasio

0,85 . β 1 . fc ' 600


ρb = ×
fy 600 . fy
0,85 .0.8 . 25 600
= ×
280 600+ 28 0

= 0,0414

Dimana ρ tidak boleh > 0,5 ρb (SNI 2847-2002)

0,5 ρb = 0,0207

0,25 √ fc ' 0,25 √25


ρ min = =
fy 28 0

= 0,00446

C. Penulangan Lapangan Arah x

Mu = Mlx = 1,51 kNm

Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847-2002)

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8

Mu
Rn =
φ . b . d2

1 ,51 . 10 4
=
0,8 .1000 . 962

= 0,19 MPa

fy
m =
0,85 . fc '

28 0
=
0,85.25

= 13,18

ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
13,18{ √
1− 1−
2 . 13,18 . 0,1 9
28 0 }
= 0,00 07

Maka diperoleh ρ = 0,0007 < ρmin = 0,00446 < ρb = 0,0414


ρ dipakai ρ min = 0,00446

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,00446. 1000 . 96

= 428,16 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø8 – 110 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1
Asada = . . π . ∅ tulanga n2
150 4

1000 1 2
= . .3,14. 8
11 0 4

= 456,72 mm2 > Asperlu = 428,16 mm2

D. Penulangan Lapangan Arah y

Mu = Mlx = 1,26 kNm

Faktor reduksi (φ) = 0,8

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8

Mu
Rn =
φ . b . d2

1,26 . 1 04
=
0,8 .1000 . 962

= 0,16 MPa

fy
m =
0,85 . fc '

280
=
0,85.25

= 13,18
ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
13,18{ √
1− 1−
2. 13,18 . 0,16
280 } = 0,0006

Maka diperoleh ρ = 0,0006 < ρmin = 0,00446 < ρb = 0,0414

ρ dipakai ρ min = 0,00446

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,00446. 1000 . 96

= 428,16 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø8 – 110 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1 2
Asada = . . π . ∅ tulanga n
150 4

1000 1 2
= . .3,14. 8
110 4

= 456,72 mm2 > Asperlu = 428,16 mm2

E. Penulangan Tumpuan Arah x

Mu = Mtx = 3,56 kNm

Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847-2002)

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8

Mu
Rn = 2
φ.b.d
4
3 ,56 . 1 0
=
0,8 .1000 . 962

= 0,44 MPa

fy
m =
0,85 . fc '

280
=
0,85.25
= 13,18

ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
13,18{ √
1− 1−
2. 13,18 . 0,4 4
280 } = 0,0016

Maka diperoleh ρ = 0,0016 < ρmin = 0,00446 < ρb = 0,0414

ρ dipakai ρ min = 0,00446

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,00446. 1000 . 96

= 428,16 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø8 – 110 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1 2
Asada = . . π . ∅ tulanga n
150 4

1000 1 2
= . .3,14. 8
110 4

= 456,72 mm2 > Asperlu = 428,16 mm2

F. Penulangan Tumpuan Arah y

Mu = Mty = 3,32 kNm

Faktor reduksi (φ) = 0,8 (SNI 2847-2002)

β1 = 0,85 – 0,05 = 0,8

Mu
Rn = 2
φ.b.d
4
3,32 . 10
=
0,8 .1000 . 1002

= 0,4 MPa

fy
m =
0,85 . fc '
280
=
0,85.25

= 13,18

ρ =
1
m { √
1− 1−
2 . m. Rn
fy }
=
1
{ √
13,18
1− 1−
2. 13,18 . 0,4
280 } = 0,0014

Maka diperoleh ρ = 0,0014 < ρmin = 0,00446 < ρb = 0,0414

ρ dipakai ρ min = 0,00446

Asperlu = ρ min . b . dx

= 0,00446. 1000 . 96

= 428,16 mm2

Dipakai tulangan pokok Ø8 – 110 (Tabel Tulangan, Gideon 1993)

1000 1 2
Asada = . . π . ∅ tulanga n
150 4

1000 1 2
= . .3,14. 8
110 4

= 456,72 mm2 > Asperlu = 428,16 mm2

G. Perhitungan Tulangan Sudut dan Bagi

Tulangan susut dan bagi berfungsi untuk pembagi antara tulangan

utama dalam arah tegak lurus agar tidak mengalami tegangan suhu

dan susut.

Koefisien susut = 0,002

Assusut = 0,002 . 1000 . 120

= 240 mm2

Dipakai tulangan susut Ø8 – 200


1000 1 2
Asada = . .3,14. ∅ tulanga n
200 4

1000 1 2
= . .3,14. 8 = 251,2 mm2 > Assusut = 240 mm2
200 4

H. Rekapitulasi Penulangan

Tabel 4.3 Rekapitulasi Penulangan Pelat Atap

Penulangan Lapangan arah x Ø8-110


Penulangan Lapangan arah y Ø8-110
Penulangan Tumpuan arah x Ø8-110
Penulangan Tumpuan arah y Ø8-110
Tulangan Bagi Ø8-200
Gambar 4.7 Penulangan Pelat Atap Tipe S4
Tabel 4.4 Rekapitulasi Pelat Atap

Ln/ As As
type pelat Momen Mu Rn ρ ρb ρpakai Tul. Pokok As bagi Tul. Bagi As ada
Sn perlu ada
1.2 0.041
1.10 Mt ujung 0.16 0.0006 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
7 4
1.2 0.041
1.10 Mt tengah 0.16 0.0006 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
7 4
S1
3.1 0.041
1.10 Ml ujung 0.39 0.0014 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
4 4
3.1 0.041
1.10 Ml tengah 0.39 0.0014 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
4 4
1.2 0.041
3,17 Mt ujung 0.16 0.0006 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
7 4
1.2 0.041
3,17 Mt tengah 0.16 0.0006 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
7 4
S2
3.1 0.041
3,17 Ml ujung 0.39 0.0014 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
4 4
3.1 0.041
3,17 Ml tengah 0.39 0.0014 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
4 4
1.5 0.041
3,18 Mt ujung 0.19 0.0007 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
1 4
1.2 0.041
3,18 Mt tengah 0.16 0.0006 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
7 4
S3
3.5 0.041
3,18 Ml ujung 0.44 0.0016 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
6 4
3.2 0.041
3,18 Ml tengah 0.40 0.0014 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
6 4
S4 3,19 Mt ujung 1.5 0.19 0.0007 0.041 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
1 4
1.2 0.041
3,19 Mt tengah 0.16 0.0006 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
7 4
3.5 0.041
3,19 Ml ujung 0.44 0.0016 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
6 4
3.2 0.041
3,19 Ml tengah 0.40 0.0014 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
6 4
1.6 0.041
3,20 Mt ujung 0.21 0.0007 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
9 4
1.2 0.041
3,20 Mt tengah 0.15 0.0005 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
1 4
S5
3.8 0.041
3,20 Ml ujung 0.48 0.0017 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
7 4
3.3 0.041
3,20 Ml tengah 0.42 0.0015 0.00446 428.16 D8-110 456.7 240 Ø8-200 251,2
8 4

Anda mungkin juga menyukai