Anda di halaman 1dari 97

LAPORAN TUGAS BESAR

PERENCANAAN GEDUNG TAHAN GEMPA


Diajukan untuk memnuhi salah satu tugas Mata kuliah Perencanaan Gedung Tahan Gempa
yang diampu oleh :
Dr. Rini Mulyani, S.T., M.Sc (Eng.)
Dr. Ir. Bahrul Anif, M.T
Ir. Taufik, M.T
Ir. H. Indra Farni, M.T
Rita Anggraini, S.T., M.T

Oleh Kelompok 16
Reski Alkhair Z (1810015211039)
Delti Masliana Tobing (1810015211172)
Muris Augie Alfiqra (1810015211229)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2021
DENAH

POT MELINTANG POT MEMANJANG


BAB 1
Data Umum Struktur
1.1 Data Umum
1. Lokasi bangunan : Jakarta
2. Fungsi Bangunan : Rumah Tinggal
3. Data Bangunan
- Jumlah lantai : 3 + Lantai Atap
- Tinggi total : 9,4 m
• Lantai 1 : 3,9 m
• Lantai 2 : 3,2 m
• Lantai 3 : 3,2 m
- Panjang bangunan : 13,6 m
- Lebar bangunan : 12,7 m

1.2 Metode Analisis


Metode yang di gunakan dalam analisis adalah metode kekakuan tiga dimensi
dengan bantuan program SAP2000

1.3 Acuan
1. SNI 1726:2019 mengenai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.
2. SNI 2847:2019 mengenai Persyaratan Beton Struktural untuk
Bangunan Gedung.
3. SNI 1727:2013 mengenai Beban Desain Minimum dan Kriteria Untuk
Bangunan Gedung dan Struktur Lain.
4. SNI 2052:2017 mengenai Baja Tulangan Beton
1.4 Spesifikasi Material
1. Kuat tekan beton (𝑓𝑓𝑐𝑐, ) : 30 Mpa
2. Baja Tulangan utama (𝑓𝑓𝑦𝑦 ) : BJTS 420 MPa
3. Baja Tulangan sengkang (𝑓𝑓𝑦𝑦 ) : BJTS 280 MPa
1.5 Pleriminary Design
Desain dimensi awal didasarkan pada pembebanan gravitasi yang diantaranya
adalah berat sendiri (DL) dan beban hidup (LL).
1.5.1 Dimesi Balok Induk
Penentuan tinggi balok minimum diatur pada SNI 2847-2019 Pasal 9.3.1 Tabel
9.3.1.1

6,8 m

5,5 m

Gambar 1 Peninjauan Panjang balok


a. Balok Induk Arah Memanjang
- Tinggi minimun balok
𝑙𝑙 6800 mm
ℎ𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = = = 368 mm
18,5 18,5
ℎ rencana = 500 mm
- Lebar balok
1 2
ℎ ≤ 𝑏𝑏 ≤ ℎ
2 3
1 1
𝑏𝑏𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = ℎ = × 500 = 250 mm
2 2
2 2
𝑏𝑏𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = ℎ = × 500 = 333 mm
3 3
𝑏𝑏 rencana = 300 mm
Jadi dimensi balok yang direncanakan 300 × 500 mm
b. Balok Induk Arah Melintang
- Tinggi minimun balok
𝑙𝑙 5500 mm
ℎ𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = = = 262 mm
21 21
ℎ rencana = 500 mm
- Lebar balok
1 2
ℎ ≤ 𝑏𝑏 ≤ ℎ
2 3
1 1
𝑏𝑏𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = ℎ = × 500 = 250 mm
2 2
2 2
𝑏𝑏𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = ℎ = × 500 = 333 mm
3 3
𝑏𝑏 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 300 mm
Jadi dimensi balok yang direncanakan 300 × 500 mm
c. Dimensi Balok Anak
- Tinggi minimun balok
𝑙𝑙 5500 mm
ℎ𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = = = 262 mm
21 18,5
ℎ rencana = 350 mm
- Lebar balok
1 2
ℎ ≤ 𝑏𝑏 ≤ ℎ
2 3
1 1
𝑏𝑏𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = ℎ = × 350 = 175 mm
2 2
2 2
𝑏𝑏𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = ℎ = × 350 = 233 mm
3 3
𝑏𝑏 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = 200 mm
Jadi dimensi balok yang direncanakan 200 × 350 mm

2
Table 1 Resume Dimensi Balok

Balok Arah Lebar (mm) Tinggi (mm)


Memanjang 300 500
Induk
Melintang 300 500
Anak Melintang 200 350

1.5.2 Perencanaan Dimensi Pelat

Desain perhitungan pelat diambil dari data pelat lantai, karena pelat lantai lebih
dominan menerima beban dibanding pelat atap selain itu pelat atap ukuran bidang
perpanelnya lebih kecil dari pelat lantai dan perhitungannya dapat mewakili pelat
atap.

Gambar 2 Daerah Pelat tengah


1. Penentuan jenis pelat berdasarkan bentang bersih balok :
𝐿𝐿𝐿𝐿 5500
= = 1,62 ≤ 2
𝐿𝐿𝐿𝐿 3400
Sehingga pelat yang didesain adalah pelat dua arah (two way slab)
2. Pemeriksaan tebal pelat berdasarkan bentang bersih balok

3
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = 5500 − (300⁄2) − (300⁄2) = 5200 mm
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = 3400 − (200⁄2) − (150⁄2) = 3225 mm
5200
𝛽𝛽 = = 1,63
3225

3. Ketebalan minimum pelat Berdasarkan SNI 2847-2019 pasal 8.1.3.3 untuk


tebal pelat dengan balok yang membentang antara tumpuan pada semua
sisinya, maka tebal minimum ℎ𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk 0,2 ≤ 𝛼𝛼𝑓𝑓𝑓𝑓 ≤ 2,0
𝑓𝑓𝑦𝑦
𝑙𝑙𝑛𝑛 �0,8 + 1400�
ℎ=
36 + 5𝛽𝛽�𝛼𝛼𝑓𝑓𝑓𝑓 − 0,2�
Namun tidak kurang dari 125 mm
b. Untuk 𝛼𝛼𝑓𝑓𝑓𝑓 > 2,0
𝑓𝑓𝑦𝑦
𝑙𝑙𝑛𝑛 �0,8 +
1400�
ℎ=
36 + 9𝛽𝛽
Namun tidak kurang dari 90 mm
c. Untuk 𝛼𝛼𝑓𝑓𝑓𝑓 < 0,2
ℎ = ketebalan minimum palat tanpa balok (Tabel 8.3.1.1 SNI
2847:2019)

4
Menentukan tebal pelat balok A
Dengan balok 300 × 500 mm dan asumsi tebal pelat 120 mm

Gambar 1.2 Balok T arah Y

𝑏𝑏𝑤𝑤 + 2ℎ𝑏𝑏 = 300 + 2(380) = 1060 mm


𝑏𝑏𝑤𝑤 + 8ℎ𝑓𝑓 = 300 + 8(120) = 1260 mm
Nilai 𝑏𝑏𝑒𝑒 yang diambil adalah yang terkecil dari dua perhitungan tersebut.
Sehingga untuk balok nilai 𝑏𝑏𝑒𝑒 = 1060 mm
Tentukan titik berat penampang dengan mengambil statis momen terhadap sisi
atas sayap :
- Luas bagian sayap = 120 × 1060 = 127.200 mm2
- Luas bagian badan = 300 × 380 = 114.000 mm2
- Luas total = 241.200 mm2

127.200(60) + 114.000(310)
𝑦𝑦� = = 178,16 mm
241.200

5
Gambar 1.3 Dimensi Balok T arah Y
1
𝐼𝐼𝑏𝑏 = � × 1060 × 1203 + (127.200 × 118,162 )�
12
1
+ � × 300 × 3803 + (114.000 × 131,842 )�
12
𝐼𝐼𝑏𝑏 = 5281,90 × 106 mm4
Momen inersia pelat dalam arah Y adalah
1
𝐼𝐼𝑠𝑠 = × 3600 × 1203 = 518,4 × 106 mm4
12
𝐸𝐸𝐸𝐸𝑏𝑏 5281,90 × 106
𝛼𝛼𝑓𝑓1 = = = 10,19
𝐸𝐸𝐸𝐸𝑠𝑠 518,4 × 106

6
Menentukan tebal pelat balok B
Dengan balok 300 × 500 mm dan asumsi tebal pelat 120 mm

Gambar 1.2 Balok T arah Y

𝑏𝑏𝑤𝑤 + 2ℎ𝑏𝑏 = 300 + 2(380) = 1060 mm


𝑏𝑏𝑤𝑤 + 8ℎ𝑓𝑓 = 300 + 8(120) = 1260 mm
Nilai 𝑏𝑏𝑒𝑒 yang diambil adalah yang terkecil dari dua perhitungan tersebut.
Sehingga untuk balok nilai 𝑏𝑏𝑒𝑒 = 1060 mm
Tentukan titik berat penampang dengan mengambil statis momen terhadap sisi
atas sayap :
- Luas bagian sayap = 120 × 1060 = 127.200 mm2
- Luas bagian badan = 300 × 380 = 114.000 mm2
- Luas total = 241.200 mm2

127.200(60) + 114.000(310)
𝑦𝑦� = = 178,16 mm
241.200

7
Gambar 1.3 Dimensi Balok T arah Y
1
𝐼𝐼𝑏𝑏 = � × 1060 × 1203 + (127.200 × 118,162 )�
12
1
+ � × 300 × 3803 + (114.000 × 131,842 )�
12
𝐼𝐼𝑏𝑏 = 5281,90 × 106 mm4
Momen inersia pelat dalam arah Y adalah
1
𝐼𝐼𝑠𝑠 = × 3400 × 1203 = 489,6 × 106 mm4
12
𝐸𝐸𝐸𝐸𝑏𝑏 5281,90 × 106
𝛼𝛼𝑓𝑓2 = = = 10,79
𝐸𝐸𝐸𝐸𝑠𝑠 489,6 × 106

8
Menentukan tebal pelat balok C
Dengan balok 200 × 350 mm dan asumsi tebal pelat 120 mm

Gambar 1.2 Balok T arah X

𝑏𝑏𝑤𝑤 + 2ℎ𝑏𝑏 = 200 + 2(230) = 660 mm


𝑏𝑏𝑤𝑤 + 8ℎ𝑓𝑓 = 200 + 8(120) = 1060 mm
Nilai 𝑏𝑏𝑒𝑒 yang diambil adalah yang terkecil dari dua perhitungan tersebut.
Sehingga untuk balok nilai 𝑏𝑏𝑒𝑒 = 660 mm
Tentukan titik berat penampang dengan mengambil statis momen terhadap sisi
atas sayap :
- Luas bagian sayap = 120 × 660 = 79.200 mm2
- Luas bagian badan = 200 × 230 = 46.000 mm2
- Luas total = 125.200 mm2

79.200(60) + 46.000 (235)


𝑦𝑦� = = 124,30 mm
125.200

9
Gambar 1.3 Dimensi Balok T arah X
1
𝐼𝐼𝑏𝑏 = � × 660 × 1203 + (79.200 × 64,32 )�
12
1
+ � × 200 × 2303 + (46.000 × 110,72 )�
12
𝐼𝐼𝑏𝑏 = 1188,98 × 106 mm4
Momen inersia pelat dalam arah X adalah
1
𝐼𝐼𝑠𝑠 = × 3600 × 1203 = 518,4 × 106 mm4
12
𝐸𝐸𝐸𝐸𝑏𝑏 1188,98 × 106
𝛼𝛼𝑓𝑓3 = = = 2,29
𝐸𝐸𝐸𝐸𝑠𝑠 518,4 × 106
Nilai 𝛼𝛼𝑓𝑓𝑓𝑓 diperoleh dari rata-rata 𝛼𝛼𝑓𝑓1 , 𝛼𝛼𝑓𝑓2 , 𝛼𝛼𝑓𝑓3 dan 𝛼𝛼𝑓𝑓4 :
10,19 + 10,79 + 2,29 + 10,79
𝛼𝛼𝑓𝑓𝑓𝑓 = = 8,51
4
Karena 𝛼𝛼𝑓𝑓𝑓𝑓 > 2,0, maka nilai ℎ𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 dicari menggunakan persamaan
𝑓𝑓𝑦𝑦
𝑙𝑙𝑛𝑛 �0,8 + 1400�
ℎ=
36 + 9𝛽𝛽
280
5200 �0,8 + �
ℎ= 1400
36 + 9(1,63)
ℎ = 103 𝑚𝑚𝑚𝑚 > 90 𝑚𝑚𝑚𝑚 (𝑂𝑂𝑂𝑂)
Maka digunakan tebal pelat 120 mm

10
Table 1.2 Resume Pelat

Pelat Lantai Tebal (mm)


Lantai 1 s/d 2 120
Dak Atap Atap 120

1.5.3 Perencanaan Dimensi kolom

Perencanaan dimensi kolom direncanakan dengan asumsi sebagai berikut:

1. Pembebanan diambil dari ½ bentang yang bersebelahan dalam arah x dan


arah y.
2. Beban yang bekerja hanya beban gravitasi saja.
3. Kolom yang ditinjau adalah kolom tengah yang memikul beban terbesar.
4. Ujung-ujung kolom dinggap jepit.
Komponen beban gravitasi yang bekerja pada kolom

Berat total yang dipikul oleh kolom (𝑃𝑃) dapat dihitung dengan menggunakan
cara tributary area sehingga didapat dimensi kolom.

𝑃𝑃
𝐴𝐴𝑔𝑔 ≥
0,25 ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 0,35 × 𝑓𝑓𝑐𝑐,

• Lantai dak atap


Data awal:
1. Dimensi balok:
Arah Y : 300 mm × 500 mm

Arah X : 300 mm × 500 mm

2. Ketebalan pelat : 120 mm

Perhitungan dilakukan dengan cara tributary area. Penggambaran tributary


area kolom dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

11
Gambar 1.4 Daerah tributary area

1 3

2 4

Gambar 1.5 Pot. tributary area

12
Untuk perhitungan beban mati dengan cara tributary area dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:

Beban Mati Atap


Pelat Lantai
Area 1 (0,12 m × 2,50 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 24,01 kN
Area 2 (0,12 m × 2,50 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 24,01 kN
Area 3 (0,12 m × 2,75 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 26,41 kN
Area 4 (0,12 m × 2,75 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 26,41 kN
Total 100,84 kN
Plafond Gypsum + Penggantung
Area 1 (2,50 m × 3,40 m) × 0,18 kN/m² 1,53 kN
Area 2 (2,50 m × 3,40 m) × 0,18 kN/m² 1,53 kN
Area 3 (2,75 m × 3,40 m) × 0,18 kN/m² 1,68 kN
Area 4 (2,75 m × 3,40 m) × 0,18 kN/m² 1,68 kN
Total 6,42 kN
Water Proof
Area 1 (2,50 m × 3,40 m) × 0,05 kN/m² 0,43 kN
Area 2 (2,50 m × 3,40 m) × 0,05 kN/m² 0,43 kN
Area 3 (2,75 m × 3,40 m) × 0,05 kN/m² 0,47 kN
Area 4 (2,75 m × 3,40 m) × 0,05 kN/m² 0,47 kN
Total 1,80 kN
ME + Plumbing
Area 1 (2,50 m × 3,40 m) × 0,19 kN/m² 1,62 kN
Area 2 (2,50 m × 3,40 m) × 0,19 kN/m² 1,62 kN
Area 3 (2,75 m × 3,40 m) × 0,19 kN/m² 1,78 kN
Area 4 (2,75 m × 3,40 m) × 0,19 kN/m² 1,78 kN
Total 6,80 KN

13
Balok
Area 1 (0,30 m × 0,50 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 12,01 kN
Area 2 (0,30 m × 0,50 m × 2,75 m) × 23,54 kN/m³ 9,71 kN
Area 3 (0,30 m × 0,50 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 12,01 kN
Area 4 (0,30 m × 0,50 m × 2,50 m) × 23,54 kN/m³ 8,83 kN
Total 42,56 kN
Berat Total 158,42 kN
Beban Hidup
Lantai
Area 1 (2,50 m × 3,40 m) × 0,96 kN/m² 8,16 kN
Area 2 (2,50 m × 3,40 m) × 0,96 kN/m² 8,16 kN
Area 3 (2,75 m × 3,40 m) × 0,96 kN/m² 8,98 kN
Area 4 (2,75 m × 3,40 m) × 0,96 kN/m² 8,98 kN
Total 34,28 kN

Table 1.3 Pembebanan Kolom Lt 3


Perhitungan beban mati dan beban hidup lantai atap

𝑃𝑃 = 1,2 𝐷𝐷𝐷𝐷 + 1,6 𝐿𝐿𝐿𝐿

𝑃𝑃 = 1,2 (158,42) + 1,6 (34,28) = 245 kN = 24982,65 kg

Mutu beton = 30 MPa = 305,81 kg⁄cm2

Dimensi :

𝑃𝑃 24982,65 kg
𝐴𝐴 = = = 273 cm2
0,3 × 𝑓𝑓′𝑐𝑐 0,3 × 305,81 kg⁄cm2

Kolom minimum yang dipakai adalah √273 = 17 cm ≈ 170 mm

Maka kolom yang dipakai adalah 𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑 × 𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑 𝐦𝐦𝐦𝐦

14
• Lantai dua

Data awal

1. Dimensi balok :
Arah X : 300 × 500 mm
Arah Y : 300 × 500 mm
2. Ketebalan pelat : 120 mm
3. Dimesi kolom : 350 × 350 mm
4. Tinggi lantai : 3,2 m

Untuk perhitungan beban mati dengan cara tributary area dapat


dilihat pada tabel di bawah ini:
Perhitungan beban mati dan beban hidup lantai 2

Beban Mati
Pelat Lantai
Area 1 (0,12 m × 2,50 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 24,01 kN
Area 2 (0,12 m × 2,50 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 24,01 kN
Area 3 (0,12 m × 2,75 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 26,41 kN
Area 4 (0,12 m × 2,75 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 26,41 kN
Total 100,84 kN
Plafond Gypsum + Penggantung
Area 1 (2,50 m × 3,40 m) × 0,18 kN/m² 1,53 kN
Area 2 (2,50 m × 3,40 m) × 0,18 kN/m² 1,53 kN
Area 3 (2,75 m × 3,40 m) × 0,18 kN/m² 1,68 kN
Area 4 (2,75 m × 3,40 m) × 0,18 kN/m² 1,68 kN
Total 6,42 kN

15
Mortar, Spesi (3 cm)
Area 1 (2,50 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,204 kN/m² 0,05 kN
Area 2 (2,50 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,204 kN/m² 0,05 kN
Area 3 (2,75 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,204 kN/m² 0,06 kN
Area 4 (2,75 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,204 kN/m² 0,06 kN
Total 0,22 kN
Keramik/Granit (3 cm)
Area 1 (2,50 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,24 kN/m² 0,06 kN
Area 2 (2,50 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,24 kN/m² 0,06 kN
Area 3 (2,75 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,24 kN/m² 0,07 kN
Area 4 (2,75 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,24 kN/m² 0,07 kN
Total 0,26 kN
ME + Plumbing
Area 1 (2,50 m × 3,40 m) × 0,19 kN/m² 1,62 kN
Area 2 (2,50 m × 3,40 m) × 0,19 kN/m² 1,62 kN
Area 3 (2,75 m × 3,40 m) × 0,19 kN/m² 1,78 kN
Area 4 (2,75 m × 3,40 m) × 0,19 kN/m² 1,78 kN
Total 6,80 kN
Dinding ½ Bata
Area 1 (3,20 m × 3,40 m) × 2,45 kN/m² 26,66 kN
Area 2 (3,20 m × 2,75 m) × 2,45 kN/m² 21,56 kN
Area 3 (3,20 m × 3,40 m) × 2,45 kN/m² 26,66 kN
Area 4 (3,20 m × 2,50 m) × 2,45 kN/m² 19,60 kN
Total 94,48 kN

16
Balok
Area 1 (0,30 m × 0,50 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 12,01 kN
Area 2 (0,30 m × 0,50 m × 2,75 m) × 23,54 kN/m³ 9,71 kN
Area 3 (0,30 m × 0,50 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 12,01 kN
Area 4 (0,30 m × 0,50 m × 2,50 m) × 23,54 kN/m³ 8,83 kN
Total 42,56 kN

Kolom (0,35 m × 0,35 m × 3,2 m ) × 23,54 kN/m³ 9,23 kN


Berat Total 240,64 kN

Beban Hidup Lantai 2


Lantai
Area 1 (2,50 m × 3,40 m) × 1,92 kN/m² 16,32 kN
Area 2 (2,75 m × 3,40 m) × 1,92 kN/m² 17,95 kN
Area 3 (2,50 m × 3,40 m) × 1,92 kN/m² 16,32 kN
Area 4 (2,75 m × 3,40 m) × 1,92 kN/m² 17,95 kN
Total 68,54 KN

Table 1.2 Pembebanan Kolom Lt 2

𝑃𝑃 = 1,2 𝐷𝐷𝐷𝐷 + 1,6 𝐿𝐿𝐿𝐿


𝑃𝑃 = 1,2 (260,81 ) + 1,6 (68,54) = 423 kN
Sehingga total
𝑃𝑃 lantai 3 + 𝑃𝑃𝑛𝑛

𝑃𝑃 = 245 kN + 423 kN = 668 kN → 68115,96 kg

Mutu beton = 30 Mpa = 305,81kg⁄cm2

Dimensi :
𝑃𝑃 68115,96 kg
𝐴𝐴 = = = 743 cm2

0.3 × 𝑓𝑓′𝑐𝑐 0,3 × 305,81 kg cm2

Kolom minimum yang dipakai adalah √743 = 28 cm ≈ 280 mm

17
Maka kolom yang dipakai adalah 𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑 × 𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑𝟑 𝐦𝐦𝐦𝐦
• Lantai 1

Data awal

1. Dimensi balok :
Arah X : 300 × 500 mm
Arah Y : 300 × 500 mm
2. Ketebalan pelat : 120 mm
3. Dimesi kolom : 350 × 350 mm
4. Tinggi lantai : 3,9 m

Untuk perhitungan beban mati dengan cara tributary area dapat


dilihat pada tabel di bawah ini:
Perhitungan beban mati dan beban hidup lantai 1

Beban Mati
Pelat Lantai
Area 1 (0,12 m × 2,50 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 24,01 kN
Area 2 (0,12 m × 2,50 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 24,01 kN
Area 3 (0,12 m × 2,75 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 26,41 kN
Area 4 (0,12 m × 2,75 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 26,41 kN
Total 100,84 kN
Plafond Gypsum + Penggantung
Area 1 (2,50 m × 3,40 m) × 0,18 kN/m² 1,53 kN
Area 2 (2,50 m × 3,40 m) × 0,18 kN/m² 1,53 kN
Area 3 (2,75 m × 3,40 m) × 0,18 kN/m² 1,68 kN
Area 4 (2,75 m × 3,40 m) × 0,18 kN/m² 1,68 kN
Total 6,42 kN

18
Mortar, Spesi (3 cm)
Area 1 (2,50 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,204 kN/m² 0,05 kN
Area 2 (2,50 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,204 kN/m² 0,05 kN
Area 3 (2,75 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,204 kN/m² 0,06 kN
Area 4 (2,75 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,204 kN/m² 0,06 kN
Total 0,22 kN
Keramik/Granit (3 cm)
Area 1 (2,50 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,24 kN/m² 0,06 kN
Area 2 (2,50 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,24 kN/m² 0,06 kN
Area 3 (2,75 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,24 kN/m² 0,07 kN
Area 4 (2,75 m × 3,40 m) × 0,03 × 0,24 kN/m² 0,07 kN
Total 0,17 kN
ME + Plumbing
Area 1 (2,50 m × 3,40 m) × 0,19 kN/m² 1,62 kN
Area 2 (2,50 m × 3,40 m) × 0,19 kN/m² 1,62 kN
Area 3 (2,75 m × 3,40 m) × 0,19 kN/m² 1,78 kN
Area 4 (2,75 m × 3,40 m) × 0,19 kN/m² 1,78 kN
Total 6,80 kN
Dinding ½ Bata
Area 1 (3,90 m × 3,40 m) × 2,45 kN/m² 32,49 kN
Area 2 (3,90 m × 2,75 m) × 2,45 kN/m² 26,28 kN
Area 3 (3,90 m × 3,40 m) × 2,45 kN/m² 32,49 kN
Area 4 (3,90 m × 2,50 m) × 2,45 kN/m² 23,89 kN
Total 115,15 kN

19
Balok
Area 1 (0,30 m × 0,50 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 12,01 kN
Area 2 (0,30 m × 0,50 m × 2,75 m) × 23,54 kN/m³ 9,71 kN
Area 3 (0,30 m × 0,50 m × 3,40 m) × 23,54 kN/m³ 12,01 kN
Area 4 (0,30 m × 0,50 m × 2,50 m) × 23,54 kN/m³ 8,83 kN
Total 42,56 kN

Kolom (0,35 m × 0,35 m × 3,9 m ) × 23,54 kN/m³ 11,25 kN


Berat Total 283,41 kN
Beban Hidup Lantai 1
Area 1 (2,50 m × 3,40 m) × 1,92 kN/m² 16,32 kN
Area 2 (2,75 m × 3,40 m) × 1,92 kN/m² 17,95 kN
Area 3 (2,50 m × 3,40 m) × 1,92 kN/m² 16,32 kN
Area 4 (2,75 m × 3,40 m) × 1,92 kN/m² 17,95 kN
Total 68,54 KN

Table 1.5 Pembebanan Kolom Lt 1

𝑃𝑃 = 1,2 𝐷𝐷𝐷𝐷 + 1,6 𝐿𝐿𝐿𝐿


𝑃𝑃 = 1,2 (283,41 ) + 1,6 (68,54) = 450 kN
Sehingga total
𝑃𝑃 lantai sebelumnya + 𝑃𝑃𝑛𝑛

𝑃𝑃 = 668 kN + 450 kN = 1118 kN → 114002,46 kg

Mutu beton = 30 Mpa = 305,81 kg⁄cm2

Dimensi :
𝑃𝑃 119986,06 kg
𝐴𝐴 = = = 1308 cm2
0,3 × 𝑓𝑓′𝑐𝑐 0,3 × 305,81 kg⁄cm2
Kolom minimum yang dipakai adalah √1308 = 37 cm ≈ 370 mm
Maka kolom yang dipakai adalah 𝟒𝟒𝟒𝟒𝟒𝟒 × 𝟒𝟒𝟒𝟒𝟒𝟒 𝐦𝐦𝐦𝐦

20
Table 1.6 Resume Dimensi Preliminary Design

NO URAIAN DIMENSI (mm)


1 Balok Induk
Memanjang 300 × 500
Melintang 300 × 500
2 Balok Anak 200 × 350
3 Kolom Tengah
Lantai 1 400 × 400
Lantai 2 350 × 350
Lantai 3 300 × 300
4 Kolom Tepi
Lantai 1 350 × 350
Lantai 2 350 × 350
Lantai 3 350 × 350
5 Pelat Lantai:
1 s/d 2 120
Pelat Atap 120

21
BAB 2
Analisa Gempa
2.1 Menentukan Kategori Risiko Bangunan
Berdasarkan SNI 1726:2019, yang terdapat pada Tabel 3 yaitu kategori risiko
bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa untuk jenis pemanfaatan
bangunan rumah tinggal diperoleh kategori risiko II seperti terlihat pada tabel di
bawah ini

Table 2.1 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung

2.2 Menentukan Faktor Keutamaan (Ie) Bangunan

Berdasarkan SNI 1726:2019, yang terdapat pada tabel 4 untuk faktor kategori
risiko II, faktor keutamaan gempa (Ie) bangunan = 1,0.

Table 2.2 Faktor Keutamaan Gempa

2.3 Menentukan Klasifikasi Situs


Untuk menentukan jenis tanah (klasifikasi situs) dilakukan melalui pengukuran
standar penetration resistance (uji penetrasi standar SPT), seperti yang terdapat
pada tabel 2.3 dibawah ini.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai SPT Jadi, tentang klasifikasi situs
untuk tanah pada gedung ini termasuk kategori SE (Tanah Lunak).

22
Table 2.3 uji penetrasi standar SPT

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai SPT sebesar N = 9,3393 < 15


maka sesuai SNI 1726 : 2019 Tabel 5, Hal 29, klasifikasi situs untuk tanah ini
termasuk kategori SE (Tanah Lunak).

23
Gambar 3.1 Klasifikasi situs tanah

2.4 Menentukan Koefisen Situs Fa dan Fv

Berdasarkan peta percepatan batuan dasar di Jakarta untuk parameter terpetakan,


maka di dapatkan percepatan perioda pendek nilai (Ss = 0,7806 g) dan spektra
percepatan perioda panjang (S1= 0,3823 g), dengan kelas situs SE (tanah lunak)
terlihat pada tabel 6 dan tabel 7 SNI 1726:2019 Pasal 6.2 maka didapatkan nilai

Table 2.4 Koefisien situs 𝐹𝐹𝑎𝑎

Dikarenakan nilai 𝑆𝑆𝑠𝑠 = 0,7806 berada direntangan nilai 0,75 – 1,0 dilakukan
interpolasi nilai
1,3 − 1,1
𝐹𝐹𝑎𝑎 = 1,3 + × (0,7806 − 0,75)
0,75 − 1,0
𝐹𝐹𝑎𝑎 = 1,2755

24
Table 2.5 Koefisien 𝐹𝐹𝑣𝑣

Dikarenakan nilai 𝑆𝑆1 = 0,3823 berada direntangan nilai 0,3 – 0,4 dilakukan
interpolasi nilai
2,8 − 2,4
𝐹𝐹𝑎𝑎 = 2,8 + × (0,3823 − 0,3)
0,3 − 0,4
𝐹𝐹𝑣𝑣 = 2,4708
Kesimpulan
𝐹𝐹𝑎𝑎 = 1,2755
𝐹𝐹𝑣𝑣 = 2,4708

2.5 Menentukan Perioda Fundamental Pendekatan


Berdasarkan SNI 1726: 2019 pasal 7.8.2.1 dikarenakan struktur memiliki
ketinggian tidak melebihi 12 tingkat dimana sistem penahan gaya gempa
terdiri dari rangka penahan momen beton atau baja secara keseluruhan dan
tinggi tingkat paling sedikit 3 m, maka:

𝑇𝑇𝑎𝑎 = 0,1𝑁𝑁

Keterangan

𝑁𝑁 = jumlah tingkat

𝑇𝑇𝑎𝑎 = 0,1 × 3 = 0,3 detik


2.6 Menentukan Percepatan Spektral Desain
Parameter spektrum respons percepatan pada periode pendek 0,2 detik (𝑆𝑆𝑀𝑀𝑀𝑀 ),
dan periode 1,0 detik (𝑆𝑆𝑀𝑀1 ) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs
adalah sebagai berikut:

𝑆𝑆𝑀𝑀𝑀𝑀 = 𝐹𝐹𝑎𝑎 × 𝑆𝑆𝑠𝑠

= 1,2755 × 0,7806

25
= 0,9957 g

𝑆𝑆𝑀𝑀1 = 𝐹𝐹𝑣𝑣 × 𝑆𝑆1

= 2,4708 × 0,3823

= 0,9446 g

Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek (𝑆𝑆𝐷𝐷𝐷𝐷 ) dan perioda
1,0 detik (𝑆𝑆𝐷𝐷1 ) ditentukan adalah sebagai berikut:
2
𝑆𝑆𝐷𝐷𝐷𝐷 = × 𝑆𝑆𝑀𝑀𝑀𝑀
3

2
= × 0,9957
3

= 0,6638 g

2
𝑆𝑆𝐷𝐷1 = × 𝑆𝑆𝑀𝑀1
3

2
= × 0,9446
3

= 0,6297 g

Menentukan nilai 𝑇𝑇0 dan 𝑇𝑇𝑆𝑆 sebagai berikut:


𝑆𝑆𝐷𝐷1
𝑇𝑇0 = 0,2 ×
𝑆𝑆𝐷𝐷𝐷𝐷
0,6297
= 0,2 ×
0,6638
= 0,1897 detik
𝑆𝑆𝐷𝐷1
𝑇𝑇𝑠𝑠 =
𝑆𝑆𝐷𝐷𝐷𝐷
0,6297
=
0,6638
= 0,9486 detik
Karena nilai perioda (𝑇𝑇) lebih besar dari 𝑇𝑇0 dan lebih kecil dari 𝑇𝑇𝑠𝑠 maka nilai
spektrum respons percepatan desain, 𝑆𝑆𝑎𝑎 sama dengan 𝑆𝑆𝐷𝐷𝐷𝐷 = 0,6638 g.

26
Gambar 2.2 Percepatan respon spektra
2.7 Menentukan Kategori Desain Seismik – KDS
Berdasarkan SNI 1726-2019, penentuan kategori desain seismik dapat dilihat
pada tabel 8 dan tabel 9. Untuk nilai 𝑆𝑆𝐷𝐷𝐷𝐷 = 0,6638 untuk perioda pendek, untuk
𝑆𝑆𝐷𝐷1 = 0,6297 perioda 1.0 detik dengan kategori resiko II maka dapat
disimpulkan bahwa Kategori Desain Seismik dengan data di atas didapat
kategori D (KDS-D).

Table 2.5 Kategori Desain Seismik

27
Table 2.6 Kategori Desain Seismik Periode 1 detik
2.8 Membuat Spektrum Respon Desain
Untuk perhitungan respon spektrum desain diunduh melalui website berikut:
http:// rsa.ciptakarya.pu.go.id/2021
Dari data di atas maka dilihat grafik dengan jenis batuan tanah lunak pada
percepatan spectra kemudian dilihat hasil yang di dapat pada puskim sehingga
gambar untuk grafik jenis batuan dapat di lihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.3 Grafik Respon Spektrum


Data respon spektrum ini kemudian diinput ke program analisis struktur
untuk analisis gempa dinamik respons spektrum.
2.10 Menentukan Sistem dan Parameter Struktur (𝑪𝑪𝒔𝒔 )
Dengan didapatkan Katagori Desain Seismik- D tinggi maka dari tabel 12 SNI
1726:2019 Pasal 7.2.2 ditetapkan sistem struktur Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK) dengan parameter struktur:

• Koefisisen modifikasi respons (𝑅𝑅) :8

• Parameter kuat lebih sistem (Ω0 ) :3

28
• Faktor pembesaran defleksi (𝐶𝐶𝑑𝑑 ) : 51�2

• Batasan tinggi struktur (ℎ𝑛𝑛 ) : Tidak Dibatasi (TB)


• 𝐼𝐼𝑒𝑒 :1,0 (kategori resiko II)
𝑆𝑆𝐷𝐷𝐷𝐷 0,6638
𝐶𝐶𝑠𝑠 = =
𝑅𝑅 8
𝐼𝐼𝑒𝑒 1
= 0,0830
𝑆𝑆𝐷𝐷1 0,6297
𝐶𝐶𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = =
𝑅𝑅 8
𝑇𝑇 � � 0,3 × � �
𝐼𝐼𝑒𝑒 1
= 0,2624
𝐶𝐶𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0,044 × 𝑆𝑆𝐷𝐷𝐷𝐷 × 𝐼𝐼𝑒𝑒 = 0,044 × 0,6638 × 1
= 0,0292
Dengan demikian nilai 𝐶𝐶𝑠𝑠 yang digunakan adalah: 𝐶𝐶𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 > 𝐶𝐶𝑠𝑠 = 0,0830 >
𝐶𝐶𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 >

Table 2.7 Sistem dan Parameter Struktur


2.10 Menentukan Fleksibilitas Diafragma
Menurut SNI 1726:2019 pasal 7.3.1.2, kondisi diafragma kaku yaitu dimana
diafragma pelat beton atau dak metal yang diberi penutup (topping) beton

29
dengan perbandingan S/De sebesar 3 atau kurang pada struktur tanpa
ketidakberaturan horizontal dapat diidealisasikan sebagai diafragma kaku.
𝑆𝑆⁄𝐷𝐷𝑒𝑒 = 13,1⁄13,2
= 0,99 < 3 (Diafragma Kaku)
Ket:
𝑆𝑆 = Panjang bangunan
𝐷𝐷𝑒𝑒 = Lebar bangunan

2.11 Evaluasi Sistem Struktur Terkait dengan Ketidakberaturan Konfigurasi


Berdasarkan tabel 13 ketidakberaturan horizontal pada struktur dan tabel 14
ketidakberaturan vertikal pada struktur dibandingkan dengan gambar
perencanaan dan hasil analisa program komputer maka ditetapkan struktur
adalah Struktur Beraturan.
2.12 Menentukan Faktor Redudansi (𝝆𝝆)
Berdasarkan SNI 1726-2019 Pasal 7.3.4.2, struktur yang dirancang untuk
kategori desain seismik D di tetapkan faktor redudansi (𝜌𝜌) sama dengan 1,3.
2.15 Kombinasi Pembebanan Gempa

Untuk pemodelan 3D kombinasi pembebanan gempa yang digunakan yaitu 18


kombinasi, seperti berikut:
Nama Pembebanan Kombinasi Pembebanan
1 1,4 D
2 1,2 D + 1,6 L
3 1,333 D + 0,5 L + 1,0 Ex + 0,3 Ey
4 1,333 D + 0,5 L + 1,0 Ex – 0,3 Ey
5 1,333 D + 0,5 L – 1,0 Ex + 0,3 Ey
6 1,333 D + 0,5 L – 1,0 Ex – 0,3 Ey
7 1,333 D + 0,5 L + 0,3 Ex + 1,0 Ey
8 1,333 D + 0,5 L + 0,3 Ex – 1,0 Ey
9 1,333 D + 0,5 L – 0,3 Ex + 1,0 Ey
10 1,333 D + 0,5 L – 0,3 Ex – 1,0 Ey
11 0,767 D + 1,0 Ex + 0,3 Ey
12 0,767 D + 1,0 Ex – 0,3 Ey
13 0,767 D – 1,0 Ex + 0,3 Ey
14 0,767 D – 1,0 Ex – 0,3 Ey
15 0,767 D + 0,3 Ex + 1,0 Ey
16 0,767 D + 0,3 Ex – 1,0 Ey

30
17 0,767 D – 0,3 Ex + 1,0 Ey
18 0,767 D – 0,3 Ex – 1,0 Ey

Table 8 Kombinasi Pembebanan Gempa


Keterangan :

D : Beban Mati

L : Beban Hidup

Ex : Beban Gempa Dinamik Arah X

Ey : Beban Gempa Dinamik Arah Y

2.16 Penyaluran Beban Pada Struktur


a. Pelat
Lantai 1 dan 2
1. Beban mati
Keramik (10 mm) : 0,24 kN⁄m2

MEP : 0,19 kN⁄m2

Mortar, Spesi (0,03 × 0,204) : 0,612 kN⁄m2

Gypsum+Penggantung : 0,18 kN⁄m2

Sehingga total jumlah beban mati pada lantai adalah 𝒒𝒒𝒒𝒒 = 1,218 𝐤𝐤𝐤𝐤⁄𝐦𝐦𝟐𝟐

2. Beban hidup (SNI 1727:2013 tabel 4-1 lanjutan)


Untuk beban hidup pada lantai dengan fungsi hunian adalah sebesar
𝒒𝒒𝒒𝒒 = 1,92 𝐤𝐤𝐤𝐤⁄𝐦𝐦𝟐𝟐

c. Dak Atap
1. Beban Mati
MEP : 0,20 kN⁄m2

Water Proof : 0,05 kN⁄m2

Gypsum+Penggantung : 0,18 kN⁄m2

31
Sehingga total jumlah beban mati pada atap adalah 𝒒𝒒𝒒𝒒 = 0,42 𝐤𝐤𝐤𝐤⁄𝐦𝐦𝟐𝟐

2. Beban Hidup (SNI 1727:2013 tabel 4-1 lanjutan)


Untuk beban hidup pada dak atap adalah sebesar 𝒒𝒒𝒒𝒒 = 0,96 𝐤𝐤𝐤𝐤⁄𝐦𝐦𝟐𝟐

Distribusi beban yang terjadi pada pelat lantai dan atap selanjutnya akan
dimodelkan di aplikasi SAP2000 V22.

32
BAB III
Desain Penulangan Struktur SRPMK

3.1 Desain Elemen Balok SRPMK

Balok 300 x 500 mm

Diketahui sebuah balok dengan spesifikasi sebagai berikut:


Mutu beton (𝑓𝑓𝑐𝑐, ) : 30 MPa
Mutu tulangan utama �𝑓𝑓𝑦𝑦 � : 420 MPa
Mutu tulangan geser �𝑓𝑓𝑦𝑦 � : 280 MPa
Diameter tulangan utama (𝐷𝐷𝑙𝑙 ) : 19 mm

33
Diameter sengkang (𝐷𝐷𝑙𝑙 ) : 10 mm
Dimensi balok : 300 × 500 mm
Momen Ultimate (𝑀𝑀𝑢𝑢 ) Tumpuan (−) : 209.750.000 N-mm
Momen Ultimate (𝑀𝑀𝑢𝑢 ) Tumpuan (+) : 35.121.800 N-mm
Momen Ultimate (𝑀𝑀𝑢𝑢 ) Lapangan (−) : 97.05.000 N-mm
Momen Ultimate (𝑀𝑀𝑢𝑢 ) Lapangan (+) : 111.52.000 N-mm

3.1.1 Desain Tulangan Lentur Balok SRPMK


Pada tahap ini akan dihitung kebutuhan tulangan berdasarkan momen
ultimate yang diperoleh dari SAP2000. Ada dua bagian yang akan dihitung
yaitu tumpuan dan lapangan. Dalam hal ini, tumpuan A dan B dianggap sama.

3.1.1.1 Perencanaan Tulangan Daerah Tumpuan.


𝒄𝒄
a. Asumsi nilai ≤ 𝟎𝟎, 𝟑𝟑𝟕𝟕𝟓𝟓
𝒅𝒅𝒕𝒕

Dengan metode “trial and error”, nilai ditentukan sebesar :


𝑐𝑐
= 0,205
𝑑𝑑𝑡𝑡
(Nilai dipilih 0,205 karena lebih kecil dari 0,375 agar penampang tergolong
terkontrol tarik).
𝒄𝒄
b. Hitung nilai c dengan nilai yang diperoleh pada tahap sebelumnya
𝒅𝒅𝒕𝒕

1
𝑑𝑑 = 𝑑𝑑𝑡𝑡 = �ℎ − 𝑡𝑡𝑠𝑠 − 𝜙𝜙𝑠𝑠 − 𝐷𝐷𝑙𝑙 �
2
1
= �500 − 40 − 10 − � × 19�� = 440,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
2
(Diasumsikan tulangan tarik satu lapis, sehingga nilai 𝑑𝑑𝑡𝑡 sama dengan nilai
𝑑𝑑)
Sehingga nilai:
𝑐𝑐 = 0,205 × 𝑑𝑑𝑡𝑡 = 0,205 × 440,5 = 90,30 𝑚𝑚𝑚𝑚
c. Hitung nilai tinggi blok tegangan (𝒂𝒂) 𝑾𝑾𝑾𝑾𝑾𝑾𝑾𝑾𝑾𝑾𝑾𝑾𝑾𝑾
Sehingga nilai 𝑎𝑎 adalah:
𝑓𝑓𝑐𝑐, − 28
𝛽𝛽1 = 0,85 − 0,05 � �
7

34
30 − 28
𝛽𝛽1 = 0,85 − 0,05 � � = 0,84
7
𝑎𝑎 = 𝛽𝛽1 × 𝑐𝑐 = 0,84 × 90,30 = 75,47 𝑚𝑚𝑚𝑚

d. Hitung nilai gaya tekan 𝑪𝑪𝒄𝒄


𝐶𝐶𝑐𝑐 = 0,84 × 𝑓𝑓𝑐𝑐, × 𝑏𝑏 × 𝑎𝑎
𝐶𝐶𝑐𝑐 = 0,84 × 30 × 300 × 75,47 = 567.620,32 𝑁𝑁
e. Hitung nilai 𝑨𝑨𝒔𝒔𝒔𝒔
𝐶𝐶𝑐𝑐 = 𝑇𝑇1
𝐶𝐶𝑐𝑐 567.620,32
𝐴𝐴𝑠𝑠1 = = = 1351,48 𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝑓𝑓𝑦𝑦 420
f. Hitung nilai 𝑴𝑴𝒏𝒏𝒏𝒏
𝑎𝑎
𝑀𝑀𝑛𝑛1 = 𝐴𝐴𝑠𝑠1 × 𝑓𝑓𝑦𝑦 × �𝑑𝑑 − �
2
75,47
= 1351,48 × 420 × �440,5 − �
2
𝑀𝑀𝑛𝑛1 = 228.618.425 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑀𝑀𝑢𝑢
𝑀𝑀𝑛𝑛1 <
𝜙𝜙
209.750.000
228.618.425 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 < 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
0,9
228.618.425 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 < 228.995.888,9 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
(𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟)
g. Hitung nilai, 𝑴𝑴𝒏𝒏𝒏𝒏
𝑀𝑀𝑛𝑛2 = 𝑀𝑀𝑛𝑛 − 𝑀𝑀𝑛𝑛1
𝑀𝑀𝑛𝑛2 = 228.995.888,9 − 228.618.425
𝑀𝑀𝑛𝑛2 = 377.463,99 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
h. Hitung tegangan pada tulangan tekan, 𝒇𝒇′𝒔𝒔
1
𝑑𝑑 ′ = �𝑡𝑡𝑠𝑠 + 𝜙𝜙𝑠𝑠 + 𝐷𝐷𝑙𝑙 �
2
1
= �40 + 10 + × 19� = 59,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
2
Regangan 𝜀𝜀′𝑠𝑠 :
(𝑐𝑐 − 𝑑𝑑′ )
𝜀𝜀′𝑠𝑠 = 0,003 ×
𝑐𝑐

35
(90,30 − 59,5)
𝜀𝜀′𝑠𝑠 = 0,003 × = 0,001023
90,30
𝑓𝑓𝑠𝑠′ = 𝐸𝐸𝑠𝑠 × 𝜀𝜀′𝑠𝑠 = 200.000 × 0,001023 = 204,66 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀
𝑓𝑓𝑠𝑠′ ≤ 𝑓𝑓𝑦𝑦 ↔ 204,66 ≤ 420 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀
Tulangan tekan tidak leleh, sehingga tegangan leleh pada tulangan tekan tetap
𝑓𝑓𝑠𝑠′ . Sedangkan bila tulangan tekan leleh, maka tegangan leleh tulangan tekan
diambil sama dengan 𝑓𝑓𝑦𝑦 .
i. Hitung nilai , 𝑨𝑨′𝒔𝒔
𝑀𝑀𝑛𝑛2 377.463,99
𝐴𝐴′𝑠𝑠 = = = 4,84 𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝑓𝑓𝑠𝑠′ (𝑑𝑑− 𝑑𝑑 ) 204,66 × (440,5 − 59,5)

j. Nilai luasan teoritis 𝑨𝑨𝒔𝒔 𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅 𝑨𝑨′𝒔𝒔


𝐴𝐴𝑠𝑠 = 𝐴𝐴𝑠𝑠1 + 𝐴𝐴𝑠𝑠2 = 1351,48 + 4,84 = 1356 𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝐴𝐴′𝑠𝑠 = 𝐴𝐴𝑠𝑠2 = 5 𝑚𝑚𝑚𝑚2
k. Luas tulangan aktual
Tulangan tarik aktual 𝐴𝐴𝑠𝑠
𝐴𝐴𝑠𝑠 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 1356
𝑛𝑛 = = = 4,78 ≈ 5 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
0,25 × 𝜋𝜋 × 𝐷𝐷2 0,25 × 𝜋𝜋 × 192
Tulangan tekan aktual 𝐴𝐴′𝑠𝑠
𝐴𝐴′𝑠𝑠 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 5
𝑛𝑛 = 2
= = 0,02 ≈ 3 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
0,25 × 𝜋𝜋 × 𝐷𝐷 0,25 × 𝜋𝜋 × 192
Guna memenuhi syarat gempa, jumlah tulangan tekan diambil setengah dari
jumlah tulangan tarik
Jadi tulangan aktual pada balok :
𝐴𝐴𝑠𝑠 = 5𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 1418 𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝐴𝐴′𝑠𝑠 = 3𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 851 𝑚𝑚𝑚𝑚2
Cek spesi tulangan
Bila dipasang 5 tulangan dalam 1 baris
𝑏𝑏 − (2. 𝑡𝑡𝑠𝑠 ) − (2. 𝜙𝜙𝑠𝑠 ) − (𝑛𝑛. 𝐷𝐷𝑙𝑙 )
𝑏𝑏𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 =
(𝑛𝑛 − 1)
300 − (2 × 40) − (2 × 10) − (5 × 19)
=
(5 − 1)
= 26,25 𝑚𝑚𝑚𝑚 > 25 𝑚𝑚𝑚𝑚 (𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀ℎ𝑖𝑖 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠)

36
Bila dipasang 3 tulangan dalam 1 baris
𝑏𝑏 − (2. 𝑡𝑡𝑠𝑠 ) − (2. 𝜙𝜙𝑠𝑠 ) − (𝑛𝑛. 𝐷𝐷𝑙𝑙 )
𝑏𝑏𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 =
(𝑛𝑛 − 1)
300 − (2 × 40) − (2 × 10) − (3 × 19)
=
(3 − 1)
= 71,50 𝑚𝑚𝑚𝑚 > 25 𝑚𝑚𝑚𝑚 (𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀ℎ𝑖𝑖 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠)
Jadi diperoleh desain tulangan seperti pada gambar
𝐴𝐴𝑠𝑠 = 5𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐴𝐴′𝑠𝑠 = 3𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚

3.1.1.2 Perencanaan Tulangan Daerah Lapangan

Daerah Lapangan negatif

a. Hitung nilai, 𝑴𝑴𝒏𝒏


𝑀𝑀𝑢𝑢 111.520.000 Nmm
𝑀𝑀𝑛𝑛 = = = 124.635.222,2 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
𝜙𝜙 0,9
Nilai awal 𝜙𝜙 diasumsikan sebesar 𝜙𝜙 = 0,9
b. Hitung rasio minimum
SNI 2847:2019; Pasal 9.6.1.2; Hal-189, nilai rasio minimum diambil nilai
tersebar dari dua persamaan berikut:
0,25�𝑓𝑓𝑐𝑐′ 0,25√30
𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = = = 0,00326
𝑓𝑓𝑦𝑦 420
Atau

37
1,4 1,4
𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = = = 0,0033
𝑓𝑓𝑦𝑦 420
Diambil rasio minimum tulangan sebesar 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0,0033
c. Hitung nilai 𝑹𝑹𝒏𝒏 𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅𝒅 𝒎𝒎
Tinggi efektif balok (𝑑𝑑):
1
𝑑𝑑 = �ℎ − 𝑡𝑡𝑠𝑠 − 𝜙𝜙𝑠𝑠 − 𝐷𝐷𝑙𝑙 �
2
1
𝑑𝑑 = �500 − 40 − 10 − × 19� = 440,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
2
Nilai coeffcient of resistance 𝑅𝑅𝑛𝑛 :
𝑀𝑀𝑛𝑛 124.635.222,2
𝑅𝑅𝑛𝑛 = 2
= = 2,14
𝑏𝑏. 𝑑𝑑 300 × 440,52
Nilai parameter 𝑚𝑚 :
𝑓𝑓𝑦𝑦 420
𝑚𝑚 = , = = 16,47
0,85. 𝑓𝑓𝑐𝑐 0,85 × 30
d. Nilai rasio tulangan

1 2. 𝑚𝑚. 𝑅𝑅𝑛𝑛
𝜌𝜌 = �1 − �1 − �
𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑦𝑦

1 2 × 16,47 × 2,14
𝜌𝜌 = �1 − �1 − � = 0,00533
16,47 420

Nilai 𝜌𝜌 > 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 ; yaitu 𝜌𝜌 = 0,00533


e. Luas tulangan tarik yang dibutuhkan
Tulangan tarik aktual 𝐴𝐴𝑠𝑠
𝐴𝐴𝑠𝑠 = 𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌 = 0,00533 × 300 × 440,5 = 704,61 𝑚𝑚𝑚𝑚2
f. Nilai luasan aktual
𝐴𝐴𝑠𝑠 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 704,61
𝑛𝑛 = 2
= = 2,49 ≈ 3 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
0,25 × 𝜋𝜋 × 𝐷𝐷 0,25 × 𝜋𝜋 × 192
Jadi tulangan bisa dipasang dalam satu lapis sebanyak 3D19 mm. Sehingga
tulangan aktual adalah
𝐴𝐴𝑠𝑠 = (0,25 × 𝜋𝜋 × 𝐷𝐷2 ) × 𝑛𝑛 = (0,25 × 𝜋𝜋 × 192 ) × 3 = 850,586 𝑚𝑚𝑚𝑚2
g. Nilai 𝒂𝒂 𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛 𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭 𝐚𝐚𝐚𝐚𝐚𝐚𝐚𝐚𝐚𝐚𝐚𝐚
𝐴𝐴𝑠𝑠 × 𝑓𝑓𝑦𝑦 850,586 × 420
𝑎𝑎 = , = = 46,70 𝑚𝑚𝑚𝑚
0,85 × 𝑓𝑓𝑐𝑐 × 𝑏𝑏 0,85 × 30 × 300

38
h. Nilai 𝒄𝒄 (𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭𝐭 𝐠𝐠𝐠𝐠𝐠𝐠𝐠𝐠𝐠𝐠 𝐧𝐧𝐧𝐧𝐧𝐧𝐧𝐧𝐧𝐧𝐧𝐧 𝐲𝐲𝐲𝐲𝐲𝐲𝐲𝐲 𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛𝐛)
𝑎𝑎 46,70
𝑐𝑐 = = = 55,88 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝛽𝛽1 0,84
i. Cek kategori penampang
Sehingga nilai dari 𝑐𝑐 ⁄𝑑𝑑𝑡𝑡 :
𝑐𝑐 55,88
= = 0,1269
𝑑𝑑𝑡𝑡 440,5
Dengan nilai 𝑐𝑐⁄𝑑𝑑𝑡𝑡 < 0,375 berarti penampang balok termasuk kategori
tenkontrol tarik. Sehingga nilai 𝜙𝜙 = 0,9
j. Cek kapasitas penampang
Adapun nilai 𝑀𝑀𝑛𝑛 :
𝑎𝑎
𝑀𝑀𝑛𝑛 = �𝐴𝐴𝑠𝑠 × 𝑓𝑓𝑦𝑦 � × �𝑑𝑑 − �
2
46,70
𝑀𝑀𝑛𝑛 = (850,586 × 420) × �440,5 − �
2
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 149.025.461 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
Periksa kapasitas penampang 𝜙𝜙𝑀𝑀𝑢𝑢 ≥ 𝑀𝑀𝑢𝑢
𝜙𝜙𝑀𝑀𝑛𝑛 ≥ 𝑀𝑀𝑢𝑢
0,9 × 149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 ≥ 112,17 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
134,12 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 > 112,17 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 (Memenuhi persyaratan)
Jadi diperoleh desain tulangan seperti pada gambar

39
3.1.1.3 Analisa Momen Negatif dan Momen Positif Tumpuan
a. Analisa momen positif (𝑴𝑴+ ) penampang tumpuan
Dalam kondisi (𝑀𝑀+ ), yang menjadi tulangan tarik pada penampang A adalah
3D19 mm

• 𝐴𝐴𝑠𝑠 = 3𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 850,586 𝑚𝑚𝑚𝑚2


1
• 𝑑𝑑 = �ℎ − 𝑡𝑡𝑠𝑠 − 𝜙𝜙𝑠𝑠 − 𝐷𝐷𝑙𝑙 �
2

1
𝑑𝑑 = �500 − 40 − 10 − × 19� = 440,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
2
• Nilai parameter 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝑠𝑠 × 𝑓𝑓𝑦𝑦 850,586 × 420
𝑎𝑎 = , = = 46,70 𝑚𝑚𝑚𝑚
0,85 × 𝑓𝑓𝑐𝑐 × 𝑏𝑏 0,85 × 30 × 300
• Nilai parameter 𝐶𝐶𝑐𝑐
𝐶𝐶𝑐𝑐 = 0,85 × 𝑓𝑓𝑐𝑐, × 𝑏𝑏 × 𝑎𝑎
= 0,85 × 30 × 300 × 46,70
= 357.246,21 𝑁𝑁

40
• Momen kapasitas balok (𝑀𝑀+ )
𝑎𝑎
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 𝐶𝐶𝑐𝑐 × �𝑑𝑑 − �
2
46,70
= 357.246,21 × �440,5 − �
2
= 149.025.461 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
b. Analisa momen negatif (𝑴𝑴− ) penampang tumpuan
Dalam kondisi (𝑴𝑴− ), yang menjadi tulangan tarik pada penampang A adalah
5D19 mm

• 𝐴𝐴𝑠𝑠 = 5𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 1418 𝑚𝑚𝑚𝑚2


• Tinggi efektif balok
𝑑𝑑 = 440,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Nilai parameter 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝑠𝑠 × 𝑓𝑓𝑦𝑦 1418 × 420
𝑎𝑎 = , = = 77,83 𝑚𝑚𝑚𝑚
0,85 × 𝑓𝑓𝑐𝑐 × 𝑏𝑏 0,85 × 30 × 300

41
• Nilai parameter 𝐶𝐶𝑐𝑐
𝐶𝐶𝑐𝑐 = 0,85 × 𝑓𝑓𝑐𝑐, × 𝑏𝑏 × 𝑎𝑎
= 0,85 × 30 × 300 × 77,83
= 595.410,35 𝑁𝑁
• Momen kapasitas balok (𝑴𝑴− )
𝑎𝑎
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 𝐶𝐶𝑐𝑐 × �𝑑𝑑 − �
2
77,83
= 595.410,35 × �440,5 − �
2
= 239.107.442 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
Jadi besar momen kapasitas tumpuan balok akibat beban gempa :
𝑀𝑀𝐴𝐴 (+) = 𝑀𝑀𝐵𝐵 (+) = 149.025.461 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
𝑀𝑀𝐴𝐴 (−) = 𝑀𝑀𝐵𝐵 (−) = 239.107.442 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 239,12 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚

3.1.1.4 Analisa Momen Negatif dan Momen Positif Lapangan


a. Analisa momen positif (𝑴𝑴+ ) penampang lapangan
Dalam kondisi (𝑴𝑴+ ), yang menjadi tulangan tarik pada penampang A adalah
3D19 mm
• 𝐴𝐴𝑠𝑠 = 3𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 850,586 𝑚𝑚𝑚𝑚2
1
• 𝑑𝑑 = �ℎ − 𝑡𝑡𝑠𝑠 − 𝜙𝜙𝑠𝑠 − 𝐷𝐷𝑙𝑙 �
2

1
𝑑𝑑 = �500 − 40 − 10 − × 19� = 440,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
2
• Nilai parameter 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝑠𝑠 × 𝑓𝑓𝑦𝑦 850,586 × 420
𝑎𝑎 = , = = 46,70 𝑚𝑚𝑚𝑚
0,85 × 𝑓𝑓𝑐𝑐 × 𝑏𝑏 0,85 × 30 × 300
• Nilai parameter 𝐶𝐶𝑐𝑐
𝐶𝐶𝑐𝑐 = 0,85 × 𝑓𝑓𝑐𝑐, × 𝑏𝑏 × 𝑎𝑎
= 0,85 × 30 × 300 × 46,70
= 357.246,21 𝑁𝑁
• Momen kapasitas balok (𝑀𝑀+ )
𝑎𝑎
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 𝐶𝐶𝑐𝑐 × �𝑑𝑑 − �
2
46,70
= 357.246,21 × �440,5 − �
2

42
= 149.025.461 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
b. Analisa momen negatif (𝑴𝑴− ) penampang lapangan
Dalam kondisi (𝑴𝑴− ), yang menjadi tulangan tarik pada penampang A adalah
3D19 mm
• 𝐴𝐴𝑠𝑠 = 3𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 850,586 𝑚𝑚𝑚𝑚2
• Momen kapasitas balok (𝑀𝑀− )
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 149.025.461 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚

Jadi besar momen kapasitas lapangan balok akibat beban gempa :


𝑀𝑀𝐴𝐴 (+) = 𝑀𝑀𝐵𝐵 (+) = 149.025.461 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
𝑀𝑀𝐴𝐴 (−) = 𝑀𝑀𝐵𝐵 (−) = 149.025.461 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚

3.1.1.5 Persyaratan Lentur Balok SRPMK


Persyaratan lentur balok SRPMK diatur dalam SNI 2847-2019; Pasal 18.6.2;
Hal-377 dan SNI 2847-2019; Pasal 18.6.3; Hal-378
a. Persyaratan berdasarkan SNI 2847-2019; Pasal 18.6.2
• Bentang bersih harus 𝑙𝑙𝑛𝑛 ≥ 4𝑑𝑑
𝑙𝑙𝑛𝑛 ≥ 4𝑑𝑑
6325 𝑚𝑚𝑚𝑚 ≥ 4 × 440,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
6325 𝑚𝑚𝑚𝑚 > 1762 𝑚𝑚𝑚𝑚 (𝑂𝑂𝑂𝑂)
• Lebar minimum balok SRPMK
𝑏𝑏 ≥ 0,3ℎ atau 250 mm (𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡)
300 𝑚𝑚𝑚𝑚 ≥ 0,3 × 500 𝑚𝑚𝑚𝑚
300 𝑚𝑚𝑚𝑚 > 150 𝑚𝑚𝑚𝑚 (𝑂𝑂𝑂𝑂)
b. Persyaratan berdasarkan SNI 2847-2019; Pasal 18.6.3.1
• Jumlah tulangan minimum balok
Balok harus memiliki setidaknya dua batang tulangan menerus pada sisi
atas dan sisi bawah (𝑂𝑂𝑂𝑂)
• Luasan tulangan minimum balok
0,25�𝑓𝑓𝑐𝑐,
𝐴𝐴𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = . 𝑏𝑏. 𝑑𝑑
𝑓𝑓𝑦𝑦

43
0,25 × √30
= × 300 × 440,5 = 431 𝑚𝑚𝑚𝑚2
420
Atau
1,4
𝐴𝐴𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = . 𝑏𝑏. 𝑑𝑑
𝑓𝑓𝑦𝑦
1,4
= × 300 × 440,5 = 441 𝑚𝑚𝑚𝑚2
420
Nilai yang ambil adalah yang terbesar yaitu 441 𝑚𝑚𝑚𝑚2 jumlah tulangan
minimum pada balok adalah 3D19 mm yang memiliki luasan sebesar
𝐴𝐴𝑠𝑠 = 850,586 𝑚𝑚𝑚𝑚2
Sehingga :
𝐴𝐴𝑠𝑠 > 𝐴𝐴𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
850,586 𝑚𝑚𝑚𝑚2 > 441 𝑚𝑚𝑚𝑚2 (𝑂𝑂𝑂𝑂)
• Luasan maksimum tulangan
𝜌𝜌 ≤ 0,025
Jumlah tulangan yang terbanyak terdapat pada tulangan sisi atas dari
penampang tumpuan yaitu 𝐴𝐴𝑠𝑠 = 5𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 1418 𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝐴𝐴𝑠𝑠 1418
𝜌𝜌 = = = 0,0095
𝑏𝑏 × ℎ 300 × 500
= 0,0095 < 0,025 (𝑂𝑂𝑂𝑂)

c. Persyaratan berdasarkan SNI 2847-2019; Pasal 18.6.3.2


• Syarat pada tumpuan balok SRPMK
1
𝑀𝑀+ ≥ 𝑀𝑀−
2
1
149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 ≥ × 239,11 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
2
149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 > 119,56 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 (𝑂𝑂𝑂𝑂)
• Syarat pada sepanjang bentang balok SRPMK
1
𝑀𝑀+ 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑀𝑀− ≥ . 𝑀𝑀
4 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
Momen terkecil 3D19 mm, 𝑀𝑀− = 149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
Momen terbesar 5D19 mm, 𝑀𝑀𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 239,11 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
Sehingga:

44
1
𝑀𝑀− ≥ . 𝑀𝑀𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
4
1
149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 ≥ × 239,11 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
4
149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 ≥ 59,78 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 (𝑂𝑂𝑂𝑂)

3.1.2 Desain Tulangan Geser Balok SRPMK


Gaya geser balok SRPMK yang digunakan dalam perencanaan adalah berasal
dari kapasitas momen balok dan mutu baja yang ditingkatkan menjadi 1,25𝑓𝑓𝑦𝑦
3.1.2.1 Perhitungan Kapasitas Momen untuk Analisa Geser Balok
a. Analisa momen positif 𝑀𝑀+ tumpuan dengan 1,25𝑓𝑓𝑦𝑦
• Dalam kondisi 𝑀𝑀+ , yang menjadi tulangan tarik pada penampang A
adalah 3D19 mm = 850,59 𝑚𝑚𝑚𝑚2
• 𝑑𝑑 = 440,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Nilai parameter 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝑠𝑠 × 1,25𝑓𝑓𝑦𝑦 850,59 × 1,25 × 420
𝑎𝑎 = , = = 58,37 𝑚𝑚𝑚𝑚
0,85 × 𝑓𝑓𝑐𝑐 × 𝑏𝑏 0,85 × 30 × 300
• Nilai parameter 𝐶𝐶𝑐𝑐
𝐶𝐶𝑐𝑐 = 0,85 × 𝑓𝑓𝑐𝑐, × 𝑏𝑏 × 𝑎𝑎
= 0,85 × 30 × 300 × 58,37
= 446.557,76 𝑁𝑁
• Momen kapasitas balok (𝑀𝑀+ )
𝑎𝑎
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 𝐶𝐶𝑐𝑐 × �𝑑𝑑 − �
2
58,37
= 446.557,76 × �440,5 − �
2
= 183.675.109,7 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
b. Analisa momen positif 𝑀𝑀− tumpuan dengan 1,25𝑓𝑓𝑦𝑦
• Dalam kondisi 𝑀𝑀− , yang menjadi tulangan tarik pada penampang A
adalah 5D19 mm = 1418 𝑚𝑚𝑚𝑚2
• Tinggi efektif balok
𝑑𝑑 = 440,5 𝑚𝑚𝑚𝑚

45
• Nilai parameter 𝑎𝑎
𝐴𝐴𝑠𝑠 × 1,25𝑓𝑓𝑦𝑦 1418 × 1,25 × 420
𝑎𝑎 = , = = 97,29 𝑚𝑚𝑚𝑚
0,85 × 𝑓𝑓𝑐𝑐 × 𝑏𝑏 0,85 × 30 × 300
• Nilai parameter 𝐶𝐶𝑐𝑐
𝐶𝐶𝑐𝑐 = 0,85 × 𝑓𝑓𝑐𝑐, × 𝑏𝑏 × 𝑎𝑎
= 0,85 × 30 × 300 × 97,29
= 744.262,93 𝑁𝑁
• Momen kapasitas balok (𝑀𝑀− )
𝑎𝑎
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 𝐶𝐶𝑐𝑐 × �𝑑𝑑 − �
2
97,29
= 744.262,93 × �440,5 − �
2
= 291.643.423 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚

Jadi besar momen kapasitas tumpuan balok akibat beban gempa :


𝑀𝑀𝐴𝐴 (+) = 𝑀𝑀𝐵𝐵 (+) = 183.675.109,7 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 183,67 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
𝑀𝑀𝐴𝐴 (−) = 𝑀𝑀𝐵𝐵 (−) = 291.643.423 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 291,64 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚

3.1.2.2 Gaya geser desain berdasarkan (𝑀𝑀+ ) dan (𝑀𝑀− )


a. Perhitungan gaya geser desain (𝑉𝑉𝑒𝑒 ) akibat beban gravitasi

46
Nilai (𝑉𝑉𝑒𝑒 = 1,2𝐷𝐷 + 𝐿𝐿 ) di dapat dari SAP2000:
𝑉𝑉𝑒𝑒 = 117,69 𝑘𝑘𝑘𝑘
b. Perhitungan gaya geser desain (𝑉𝑉𝑒𝑒 ) akibat beban gempa dari arah kiri
(struktur bergoyang kearah kanan)

𝑀𝑀𝑝𝑝𝑝𝑝 + + 𝑀𝑀𝑝𝑝𝑝𝑝 − 183,67 + 291,64


𝑉𝑉𝑒𝑒 = = = 75,15 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑙𝑙𝑛𝑛 6,325

47
c. Perhitungan gaya geser desain (𝑉𝑉𝑒𝑒 ) akibat beban gempa dari arah kanan
(struktur bergoyang kearah kiri)

d. Nilai geser desain dari balok SRPMK


• Gaya geser desain akibat kombinasi gravitasi dan gempa kiri.
𝑉𝑉𝑒𝑒 = 𝑉𝑉𝑒𝑒 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 ± 𝑉𝑉𝑒𝑒 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑉𝑉𝑒𝑒 = 117,69 𝑘𝑘𝑘𝑘 ± 75,15 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑉𝑉𝑒𝑒 = 192,84 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂 42,54 𝑘𝑘𝑘𝑘

48
49
• Gaya geser desain akibat kombinasi gravitasi dan gempa kanan.

Dikarenakan tulangan tumpuan A dan B sama, maka besar gaya geser yang
dihasilkan juga sama. Gaya geser desain yang diambil adalah nilai yang
terbesar dari dua analisa kombinasi beban yaitu 𝑉𝑉𝑒𝑒 = 192,84 𝑘𝑘𝑘𝑘

3.1.2.3 Perhitungan Tulangan Geser pada Tumpuan Balok SRPMK


Bentang yang akan dipasang tulangan geser pada daerah tumpuan adalah
sepanjang 2ℎ, sesuai SNI 2847-2019; Pasal 18.6.4.1. Berdasarkan SNI
2847:2019; Pasal 18.6.5.2, nilai 𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0 bila kedua syarat berikut terpenuhi,
yaitu:

50
Syarat 1:
1
𝑉𝑉𝑒𝑒 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 ≥
𝑉𝑉
2 𝑒𝑒 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔+𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔
1
75,15 𝑘𝑘𝑘𝑘 ≥ × 192,84 𝑘𝑘𝑘𝑘
2
75,15 𝑘𝑘𝑘𝑘 < 96,42 𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚ℎ𝑖𝑖 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠)
Syarat 2:
𝐴𝐴𝑔𝑔 × 𝑓𝑓𝑐𝑐′
𝑃𝑃𝑢𝑢 <
20
(300 × 500) × 30
2713 <
20
1.854 𝑁𝑁 < 225.000 𝑁𝑁 ( 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚ℎ𝑖𝑖 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠)
Dari dua persyaratan di atas dapat disimpulkan bahwa 𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0 tidak bisa dipakai
maka 𝑉𝑉𝑐𝑐 perlu di cari ulang.
• 𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,17. �𝑓𝑓𝑐𝑐′ . 𝑏𝑏. 𝑑𝑑

𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,17 × √30 × 300 × 440,50 = 123.049 𝑁𝑁 = 123,05 𝑘𝑘𝑘𝑘


𝑉𝑉𝑛𝑛 = 𝑉𝑉𝑐𝑐 + 𝑉𝑉𝑠𝑠
𝑉𝑉𝑢𝑢
= 𝑉𝑉𝑐𝑐 + 𝑉𝑉𝑠𝑠 ; 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑉𝑉𝑢𝑢 = 𝑉𝑉𝑒𝑒
𝜙𝜙
𝑉𝑉𝑒𝑒 192,84
𝑉𝑉𝑠𝑠 = − 𝑉𝑉𝑐𝑐 = − 123,05 = 134,07 𝑘𝑘𝑘𝑘 = 134.070 𝑁𝑁
𝜙𝜙 0,75
• Kontrol nilai 𝑉𝑉𝑠𝑠 , sesuai SNI 2847-2019; Pasal 22.5.1.2; Hal-482
𝑉𝑉𝑠𝑠 ≤ 𝑉𝑉𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
134.070 𝑁𝑁 ≤ 0,66. �𝑓𝑓𝑐𝑐′ . 𝑏𝑏. 𝑑𝑑

134.070 𝑁𝑁 ≤ 0,66 × √30 × 300 × 440,50


134.070 𝑁𝑁 ≤ 477.718 𝑁𝑁 ( 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚ℎ𝑖𝑖 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠)
• Jarak tulangan geser SNI 2847-2019; Pasal 18.6.4.4; Hal 381
Nilai terkecil dari:
𝑑𝑑 440,50
= = 110,13 𝑚𝑚𝑚𝑚
4 4
6𝑑𝑑𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 6 × 19 = 114 𝑚𝑚𝑚𝑚
150 mm
Jarak tulangan geser yang digunakan, yaitu 𝑠𝑠 = 110 𝑚𝑚𝑚𝑚

51
• Luasan tulangan geser
𝑉𝑉𝑠𝑠 × 𝑠𝑠 134.070 𝑁𝑁 × 110 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐴𝐴𝑣𝑣 = = = 119,57 𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝑓𝑓𝑦𝑦 × 𝑑𝑑 280 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 × 440,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Jumlah kaki tulangan geser (𝐷𝐷10 𝑚𝑚𝑚𝑚) yang dibutuhkan
𝐴𝐴𝑣𝑣 119,57
𝑛𝑛 = = = 1,52 ≈ 2 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝐴𝐴 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (0,25 × 𝜋𝜋 × 102 )
• Luasan tulangan geser aktual
𝐴𝐴𝑣𝑣 = 𝑛𝑛 × 0,25 × 𝜋𝜋 × 102 = 2 × 0,25 × 𝜋𝜋 × 102 = 157,08 𝑚𝑚𝑚𝑚2
• Kapasitas geser dari balok SRPMK
𝐴𝐴𝑣𝑣 . 𝑓𝑓𝑦𝑦 . 𝑑𝑑 157,08 × 280 × 440,5
𝑉𝑉𝑠𝑠 = = = 176.130 𝑁𝑁 = 176,13 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑠𝑠 110
• Syarat kapasitas geser balok
𝜙𝜙𝜙𝜙𝑛𝑛 ≥ 𝑉𝑉𝑒𝑒
𝜙𝜙(𝑉𝑉𝑐𝑐 + 𝑉𝑉𝑠𝑠 ) ≥ 𝑉𝑉𝑒𝑒
0,75 × (123,05 𝑘𝑘𝑘𝑘 + 176,13 𝑘𝑘𝑘𝑘) ≥ 192,84 𝑘𝑘𝑘𝑘
224,38 𝑘𝑘𝑘𝑘 > 192,84 𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑂𝑂𝑂𝑂)
Kesimpulan
• Sepanjang 2ℎ dari muka tumpuan telah memenuhi syarat dengan tulangan
geser 2𝐷𝐷10 − 110 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Sesuai SNI 2847-2019; Pasal 18.6.4.6 untuk tulangan geser diluar sendi
plastis harus dipasang dengan jarak tidak lebih dari 𝑑𝑑/2

52
PERHITUNGAN TULANGAN UTAMA dan GESER BALOK
BALOK Mu ØMn Tul. Tul. Tul. Jarak
DAERAH Tarik Tekan Geser
(mm) (kN.m) (kN.m) (mm)

Tumpuan (Rangkap) 209,75 216,29 5D19 3D19 2D10 110


Lantai 1 300 x 500
97,05 134,12
Lapangan (Tunggal) 3D19 3D19 2D10 210
111,52 134,12

Tumpuan (Rangkap) 198,92 216,33 5D19 3D19 2D10 100


Lantai 2 300 x 500
93,72 134,12
Lapangan (Tunggal) 3D19 3D19 2D10 210
109,90 134,12
119,26 134,12
Tumpuan (Tunggal) 3D19 2D19 2D10 100
18,88 91,08
Lantai 3 300 x 500
55,97 91,08
Lapangan (Tunggal) 2D19 2D19 2D10 210
67,99 91,08
36,33 41,71
BALOK ANAK Tumpuan (Tunggal) 3D13 2D13 2D10 150
17,89 28,35
17,89 28,35
200 x 350 Lapangan (Tunggal) 2D13 2D13 2D10 250
17,89 28,35
69,86 85,60
BALOK TANGGA Tumpuan (Tunggal) 3D16 2D16 2D10 150
20,20 57,91
12,26 57,91
300 x 450 Lapangan (Tunggal) 2D16 2D16 2D10 250
34,66 57,91

53
3.2 Desain Elemen Kolom SRPMK
Diketahui sebuah balok dengan spesifikasi sebagai berikut:
Mutu beton (𝑓𝑓𝑐𝑐, ) : 30 MPa
Mutu tulangan utama �𝑓𝑓𝑦𝑦 � : 420 MPa
Mutu tulangan geser �𝑓𝑓𝑦𝑦 � : 280 MPa
Diameter tulangan utama : D19 mm
Diameter sengkang : D13 mm
Dimensi balok melintang : 300 × 500 mm
Dimensi balok memanjang : 300 × 500 mm
Tinggi lantai : 3900 mm
Output SAP2000 untuk kolom K1 Lantai 1

No Kombinasi P (kN) Mx (kNm) My (kNm)


1 1,4D -1129,882 0 17,1148
2 1,2D + 1,6L -1254,175 0 22,2036
3 1,33D + 0,5L ± Ex -1174,521 0 -150,5276
4 1,33D + 0,5L ± Ey -1165,092 170,1937 18,6501
5 0,77D ± Ex -631,142 0 -144,7792
6 0,77D ± Ey -619,014 170,1937 9,3765
Output SAP2000 untuk kolom K1 Lantai 2

No Kombinasi P (kN) Mx (kNm) My (kNm)


1 1,4D -693,689 0 14,2505
2 1,2D + 1,6L -765,128 0 18,9324
3 1,33D + 0,5L ± Ex -718,992 0 -51,0006
4 1,33D + 0,5L ± Ey -713,784 59,369 15,6678
5 0,77D ± Ex -388,437 0 -13,3425
6 0,77D ± Ey -380,043 59,369 7,8073

3.2.1 Persyaratan Dimensi Kolom SRPMK


SNI 2847-2019; Pasal 18.7.2
a. Dimensi penampang terkecil tidak kurang dari 300 mm
500 𝑚𝑚𝑚𝑚 > 300 𝑚𝑚𝑚𝑚 (𝑂𝑂𝑂𝑂)
b. Rasio penampang tidak kurang dari 0,4
𝑏𝑏
≥ 0,4

54
500
≥ 0,4
500
1,0 ≥ 0,4 (𝑂𝑂𝑂𝑂)
3.2.2 Perencanaan Tulangan Longitudinal Kolom SRPMK
SNI 2847-2019; Pasal 18.7.4.1
a. Rasio tulangan
Minimum : 0,01 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 1%
Maksimum : 0,06 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 6%
Analisa kolom K1 dengan menggunakan spColumn dapat dilihat pada gambar.
Setelah dilakukan serangkaian proses trial-and-error dalam menentukan rasio
tulangan, maka diperoleh rasio tulangan paling optimum yang memenuhi syarat
kekuatan yaitu 1,14%.

Gambar 4 Proses analisa kolom K1 dengan sPcolumn

55
Gambar 5 Diagram interaksi kolom dalam bentuk 3D

Gambar 6 Nilai rasio nominal kolom

Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa semua beban kombinasi berada didalam
diagram kapasitas kolom. Gambar 5 dapat dilihat nilai 𝜙𝜙 𝑀𝑀𝑛𝑛 ⁄𝑀𝑀𝑢𝑢 ≥ 1,0 artinya
bahwa kapsitas kolom lebih besar dari beban luar yang bekerja.

Table 9 Momen kapasitas kolom K1 LT1 dengan sPcolumn

Momen
No Kolom Kombinasi Kapasitas Keterangan
(kN-m)
1 1,4D 438,32 Momen Y
2 1,2D + 1,6L 454,14 Momen Y
K1 LT1
3 1,33D + 0,5L ± Ex 444,09 Momen Y
4 1,33D + 0,5L ± Ey 449,44 Momen X

56
5 0,77D ± Ex 368,36 Momen Y
6 0,77D ± Ey 373,13 Momen Y

Table 10 Momen kapasitas kolom K1 LT2 dengan sPcolumn

Momen
No Kolom Kombinasi Kapasitas Keterangan
(kN-m)
1 1,4D 377,58 Momen Y
2 1,2D + 1,6L 387,98 Momen Y
3 1,33D + 0,5L ± Ex 381,28 Momen Y
K1 LT2
4 1,33D + 0,5L ± Ey 371,61 Momen X
5 0,77D ± Ex 328,34 Momen Y
6 0,77D ± Ey 326,13 Momen Y

3.2.3 Analisa Strong Column Weak Beam

57
3.2.3.1 Analisa Kapasitas Momen Balok
a. Kapasitas balok pada arah X

Struktur bergoyang ke kanan (gempa kiri)

Struktur bergoyang ke kiri (gempa kanan)

58
• Momen kapasitas balok – gempa kiri
Tulangan tarik; 𝐴𝐴𝑠𝑠 = 5𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 1418 𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 239,11 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
Tulangan tekan; 𝐴𝐴′𝑠𝑠 = 3𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 851 𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
Jadi kapasitas balok arah X akibat gempa kiri adalah:

� 𝑀𝑀𝑛𝑛𝑛𝑛−𝑋𝑋 = 239,11 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 + 149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 = 465,77 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚

• Momen kapasitas balok – gempa kanan


Balok B1 Tulangan tarik; 𝐴𝐴𝑠𝑠 = 3𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 851 𝑚𝑚𝑚𝑚2
Balok B2 Tulangan tekan; 𝐴𝐴𝑠𝑠 = 5𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 1418 𝑚𝑚𝑚𝑚2
Jadi kapasitas balok arah X akibat gempa kanan adalah:

� 𝑀𝑀𝑛𝑛𝑛𝑛−𝑋𝑋 = 149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 + 239,11 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 = 465,77 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚

Maka kapasitas balok arah X pada HBK adalah ∑ 𝑀𝑀𝑛𝑛𝑛𝑛−𝑋𝑋 = 𝟒𝟒𝟒𝟒𝟒𝟒, 𝟕𝟕𝟕𝟕 𝒌𝒌𝒌𝒌. 𝒎𝒎

b. Kapasitas balok arah Y


• Momen kapasitas balok – gempa kiri
Tulangan tarik; 𝐴𝐴𝑠𝑠 = 5𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 1418 𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 239,11 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
Tulangan tarik; 𝐴𝐴𝑠𝑠 = 3𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 851 𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
Jadi kapasitas balok arah Y akibat gempa kiri adalah:

� 𝑀𝑀𝑛𝑛𝑛𝑛−𝑌𝑌 = 239,11 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 + 149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 = 465,77 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚

• Momen kapasitas balok – gempa kanan


Balok B1 Tulangan tarik; 𝐴𝐴𝑠𝑠 = 3𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 851 𝑚𝑚𝑚𝑚2
Balok B2 Tulangan tekan; 𝐴𝐴𝑠𝑠 = 5𝐷𝐷19 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 1418 𝑚𝑚𝑚𝑚2
Jadi kapasitas balok arah X akibat gempa kanan adalah:

� 𝑀𝑀𝑛𝑛𝑛𝑛−𝑌𝑌 = 149,03 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 + 239,11 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 = 465,77 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚

Maka kapasitas balok arah Y pada HBK adalah ∑ 𝑀𝑀𝑛𝑛𝑛𝑛−𝑌𝑌 = 𝟒𝟒𝟒𝟒𝟒𝟒, 𝟕𝟕𝟕𝟕 𝒌𝒌𝒌𝒌. 𝒎𝒎

59
3.2.3.2 Analisa Kapasitas Momen Kolom
Nilai kapasitas kolom akan ditinjau dari dua arah yaitu X dan Y
• Nilai kapasitas kolom arah (X)
Kolom 𝐾𝐾1 = 368,36 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
Kolom 𝐾𝐾2 = 328,34 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
• Nilai kapasitas kolom arah (Y)
Kolom 𝐾𝐾1 = 373,13 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
Kolom 𝐾𝐾2 = 326,13 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚

3.2.3.3 Analisa Persyaratan Strong Column Weak Beam


a. Analisa Strong Column Weak Beam arah X

� 𝑀𝑀𝑛𝑛 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 ≥ 1,2 � 𝑀𝑀𝑛𝑛 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏

(368,36 + 328,34) ≥ 1,2(149,03 + 239,11)


696,70 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 > 465,77 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 (𝑂𝑂𝑂𝑂)

60
b. Analisa Strong Column Weak Beam arah Y

� 𝑀𝑀𝑛𝑛 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 ≥ 1,2 � 𝑀𝑀𝑛𝑛 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏

(373,13 + 326,13) ≥ 1,2(239,11 + 149,03)


699,27 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 > 465,77 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 (𝑂𝑂𝑂𝑂)

61
3.2.4 Analisa Geser Kolom SRPMK
Dalam perhitungan gaya geser desain (𝑉𝑉𝑒𝑒 ) kolom SRPMK, terdapat tiga
parameter yang akan dilibatkan, antara lain 𝑉𝑉𝑒𝑒 kolom,balok, dan dari elemen
struktur (SAP2000).
3.2.4.1 Gaya Geser Desain (𝑉𝑉𝑒𝑒 ) kolom SRPMK
a. Nilai 𝑉𝑉𝑒𝑒 dari kapasitas momen kolom dengan 1,25𝑓𝑓𝑦𝑦

Table 11 Momen kapasitas kolom K1 lantai 1 dengan1,25𝑓𝑓𝑦𝑦

Momen Kapasitas
No Kolom Kombinasi Keterangan
(kN-m)

1 1,4D 476,24 Momen Y


2 1,2D + 1,6L 495,20 Momen Y
3 K1 1,33D + 0,5L ± Ex 483,64 Momen Y
4 LT1 1,33D + 0,5L ± Ey 499,28 Momen Y
5 0,77D ± Ex 408,89 Momen Y
6 0,77D ± Ey 422,67 Momen Y

𝑀𝑀𝑝𝑝𝑝𝑝1 + 𝑀𝑀𝑝𝑝𝑝𝑝2 499,28 + 499,28


𝑉𝑉𝑒𝑒 = = = 256,04 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑙𝑙𝑢𝑢 3,9
b. Nilai 𝑉𝑉𝑒𝑒 dari kapasitas momen balok dengan 1,25𝑓𝑓𝑦𝑦
• ∑ 𝑀𝑀𝑛𝑛 = 475,32
∑ 𝑀𝑀𝑛𝑛 475,32
𝑉𝑉𝑒𝑒 = = = 75,15 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑙𝑙𝑛𝑛 6,325
c. Nilai 𝑉𝑉𝑒𝑒 dari analisa struktur (SAP2000)
𝑉𝑉𝑒𝑒 = 66,74 𝑘𝑘𝑘𝑘
d. Gaya geser desain kolom
𝑉𝑉𝑒𝑒 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 = 256,04 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑉𝑉𝑒𝑒 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 = 75,15 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑉𝑉𝑒𝑒 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆2000 = 66,74 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑉𝑉𝑒𝑒 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆2000 ≤ 𝑉𝑉𝑒𝑒 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 ≤ 𝑉𝑉𝑒𝑒 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
66,74 𝑘𝑘𝑘𝑘 ≤ 256,04 𝑘𝑘𝑘𝑘 ≤ 75,15 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑽𝑽𝒆𝒆 = 𝟕𝟕𝟕𝟕, 𝟏𝟏𝟏𝟏 𝒌𝒌𝒌𝒌

62
3.2.4.2 Panjang Sendi Plastis 𝑙𝑙𝑜𝑜 pada ujung kolom
• Tinggi penampang kolom pada muka join
𝑙𝑙𝑜𝑜 ≥ ℎ
𝑙𝑙𝑜𝑜 ≥ 500 𝑚𝑚𝑚𝑚
1
• tinggi bersih kolom
6
1
𝑙𝑙𝑜𝑜 ≥ 𝑙𝑙
6 𝑢𝑢
1
𝑙𝑙𝑜𝑜 ≥ × 3900 𝑚𝑚𝑚𝑚
6
𝑙𝑙𝑜𝑜 ≥ 650 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Sebesar 450 mm
𝑙𝑙𝑜𝑜 ≥ 450 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑙𝑙𝑜𝑜 = 700 𝑚𝑚𝑚𝑚

3.2.4.3 Perhitungan Spasi Tulangan Geser Kolom


a. Jarak tulangan geser pada daerah sepanjang 𝑙𝑙𝑜𝑜
• Seperempat dimensi terkecil penampang kolom
1
𝑠𝑠 ≤ ℎ
4
1
𝑠𝑠 ≤ × 500 𝑚𝑚𝑚𝑚
4
𝑠𝑠 ≤ 125 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Enam kali diameter tulangan longitudinal terkecil
𝑠𝑠 ≤ 6 × 19 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑠𝑠 ≤ 114 𝑚𝑚𝑚𝑚
350−ℎ𝑥𝑥
• 𝑠𝑠𝑜𝑜 = 100 +
3

63
350 − 198,75
𝑠𝑠𝑜𝑜 = 100 + = 150,42 𝑚𝑚𝑚𝑚
3
Nilai 100 𝑚𝑚𝑚𝑚 ≤ 𝑠𝑠𝑜𝑜 ≤ 150 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑠𝑠𝑜𝑜 ≤ 150 𝑚𝑚𝑚𝑚
b. Jarak tulangan geser diluar Panjang 𝑙𝑙𝑜𝑜
• Enam kali diameter tulangan longitudinal terkecil
𝑠𝑠 ≤ 6 × 19 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑠𝑠 ≤ 114 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Sebesar 150 mm
𝑠𝑠 ≤ 150 𝑚𝑚𝑚𝑚
Nilai 𝑠𝑠 = 100 𝑚𝑚𝑚𝑚
Nilai 𝑠𝑠 diluar 𝑙𝑙𝑜𝑜 sebesar 110 mm

3.2.4.4 Perhitungan Tulangan Geser Kolom SRPMK


• Analisa nilai 𝑉𝑉𝑐𝑐 pada daerah plastis (sepanjang 𝑙𝑙𝑜𝑜 ).
Syarat 1
1
𝑉𝑉𝑒𝑒 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 >
𝑉𝑉
2 𝑒𝑒 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
1
75,15 𝑘𝑘𝑘𝑘 > × 256,04 𝑘𝑘𝑘𝑘
2
75,15 𝑘𝑘𝑘𝑘 < 128,02 𝑘𝑘𝑘𝑘 (Tidak Memenuhi Syarat)

64
Syarat 2
𝐴𝐴𝑔𝑔 .𝑓𝑓𝑐𝑐,
• 𝑃𝑃𝑢𝑢 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 <
20

(500 × 500) × 30
1.174.520 𝑁𝑁 <
20
1.174.520 𝑁𝑁 > 375.000 𝑁𝑁 (Tidak Memenuhi Syarat)
• Nilai 𝑉𝑉𝑐𝑐 ≠ 0
𝑁𝑁𝑢𝑢
𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,17 �1 + � 𝜆𝜆�𝑓𝑓𝑐𝑐, 𝑏𝑏𝑏𝑏
14𝐴𝐴𝑔𝑔
1.254.180
𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,17 × �1 + � × 1 × √30 × 500 × 400
14 × 500 × 500
𝑉𝑉𝑐𝑐 = 252957,24 𝑁𝑁 = 252,96 𝑘𝑘𝑘𝑘
• Syarat kemampuan penampang
𝑉𝑉𝑒𝑒 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆2000 ≤ 𝜙𝜙�𝑉𝑉𝑐𝑐 + 0,66. �𝑓𝑓𝑐𝑐, 𝑏𝑏𝑏𝑏�

66,74 𝑘𝑘𝑘𝑘 ≤ 0,75 × �252,96 + 0,66 × √30 × 500 × 400�


66,74 𝑘𝑘𝑘𝑘 ≤ 542,44 𝑘𝑘𝑘𝑘 (Memenuhi Syarat)
• 𝑉𝑉𝑠𝑠 rencana
𝑉𝑉𝑒𝑒 − 𝜙𝜙𝑉𝑉𝑐𝑐 75,15 − (0,75 × 252,96)
𝑉𝑉𝑠𝑠 = = = −152,76 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝜙𝜙 0,75
Secara teoritis kuat geser cukup dipikul oleh material beton (𝑉𝑉𝑐𝑐 ) dan
tulangang geser tidak dibutuhkan, Namun dikarenakan ada persyaratan
tulangan geser minimum, maka tulangan geser harus tetap direncanakan.
• Luasan tulangan geser sepanjang 𝑙𝑙𝑜𝑜
𝑠𝑠 × 𝑏𝑏𝑐𝑐 × 𝑓𝑓𝑐𝑐, 𝐴𝐴𝑔𝑔
⎧0,3 �� − 1��
⎪ 𝑓𝑓𝑦𝑦𝑦𝑦 𝐴𝐴𝑐𝑐ℎ
𝐴𝐴𝑠𝑠ℎ ≥
⎨ 𝑠𝑠 × 𝑏𝑏𝑐𝑐 × �𝑓𝑓𝑐𝑐,
⎪ 0,09
⎩ 𝑓𝑓𝑦𝑦𝑦𝑦
𝑏𝑏𝑐𝑐 = ℎ − 2𝑡𝑡𝑠𝑠 = 500 − 2 × 40 = 420 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐴𝐴𝑐𝑐ℎ = 𝑏𝑏𝑐𝑐 × 𝑏𝑏𝑐𝑐 = 420 × 420 = 176.400 𝑚𝑚𝑚𝑚2
100 × 420 × 30 250.000
0,3 × × �� − 1��
𝐴𝐴𝑠𝑠ℎ ≥� 280 176.400
100 × 420 × 30
0,09 ×
280
2
𝐴𝐴𝑠𝑠ℎ ≥ �563 𝑚𝑚𝑚𝑚 2
405 𝑚𝑚𝑚𝑚

65
𝐴𝐴𝑠𝑠ℎ = 𝐴𝐴𝑠𝑠ℎ 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 563 𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝐴𝐴𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 563
𝑛𝑛 = = = 4,24
𝐴𝐴𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 0,25 × 𝜋𝜋 × 132
≈ 4 (𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 10 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢)
𝐴𝐴𝑠𝑠ℎ = 𝐴𝐴𝑣𝑣 = 4 × 133 = 532 𝑚𝑚𝑚𝑚2
𝐴𝐴𝑣𝑣 . 𝑓𝑓𝑦𝑦𝑦𝑦 . 𝑑𝑑 532 × 280 × 400
𝑉𝑉𝑠𝑠 = = = 595.840 𝑁𝑁
𝑠𝑠 100
𝑉𝑉𝑛𝑛 = 𝑉𝑉𝑐𝑐 + 𝑉𝑉𝑠𝑠 = 252,96 𝑘𝑘𝑘𝑘 + 595,84 𝑘𝑘𝑘𝑘 = 848,80 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝜙𝜙𝑉𝑉𝑛𝑛 ≥ 𝑉𝑉𝑢𝑢
0,75 × 848,80 ≥ 75,15 𝑘𝑘𝑘𝑘
636,6 𝑘𝑘𝑘𝑘 > 75,15 𝑘𝑘𝑘𝑘 (Memenuhi Syarat)

3.2.4.5 Sambungan tewatan pada kolom


Ψ𝑡𝑡 = 1,3
Ψ𝑒𝑒 = 1
Ψ𝑠𝑠 = 0,8
K 𝑡𝑡𝑡𝑡 = 0
𝐷𝐷𝑢𝑢 19
c𝑏𝑏 = 𝑡𝑡𝑠𝑠 + 𝐷𝐷𝑠𝑠 + = 40 + 13 + = 62,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
2 2

66
𝑓𝑓𝑦𝑦 Ψ𝑡𝑡 Ψ𝑒𝑒 Ψ𝑠𝑠
𝑙𝑙𝑑𝑑 = � � 𝑑𝑑𝑏𝑏
1,1𝜆𝜆�𝑓𝑓𝑐𝑐, �c𝑏𝑏 + K 𝑡𝑡𝑡𝑡 �
𝑑𝑑𝑏𝑏

280 1,3 × 1 × 0,8


𝑙𝑙𝑑𝑑 =� × � × 19
1,1 × 1 × √30 62,5 + 0
� �
19
𝑙𝑙𝑑𝑑 = 279 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑙𝑙𝑠𝑠𝑠𝑠 = 1,3𝑙𝑙𝑑𝑑 = 1,3 × 279 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 363 𝑚𝑚𝑚𝑚 ≈ 400 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑙𝑙𝑠𝑠𝑠𝑠 = 300 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑙𝑙𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 400 𝑚𝑚𝑚𝑚

67
3.3 Hubungan Balok Kolom SRPMK
ℎ ≥ 20𝐷𝐷𝑏𝑏
500 𝑚𝑚𝑚𝑚 ≥ 20 × 19 𝑚𝑚𝑚𝑚
500 𝑚𝑚𝑚𝑚 ≥ 380 𝑚𝑚𝑚𝑚 (𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂)

PERHITUNGAN TULANGAN UTAMA dan GESER KOLOM SRPMK


DIMENSI
TUL. TUL. GESER
KOLOM POSISI (mm)
UTAMA
b h TUMPUAN LAPANGAN
TENGAH 500 500 10D19 D13 - 100 D13 - 110
LANTAI 1
TEPI 450 450 10D19 D13 - 100 D13 - 110
TENGAH 500 500 10D19 D13 - 100 D13 - 110
LANTAI 2
TEPI 450 450 10D19 D13 - 100 D13 - 110
TENGAH 500 500 10D19 D13 - 100 D13 - 110
LANTAI 3
TEPI 450 450 8D19 D13 - 100 D13 - 110

68
3.4 Desain Tulangan Pelat

Diketahui sebuah pelat lantai dengan spesifikasi sebagai berikut:


Mutu beton (𝑓𝑓𝑐𝑐, ) : 30 MPa
Mutu tulangan �𝑓𝑓𝑦𝑦 � : 280 MPa
Tebal Pelat : 120 mm
Diameter tulangan utama : D13 mm
Diameter sengkang : D10 mm
Dimensi balok : 300 × 500 mm
Beban hidup (Rumah Tinggal) : 1,92 kN⁄m2
Beban mati tambahan : 1,218 kN⁄m2

69
• Momen pelat hasil analisa struktur SAP2000

Jenis Momen
Gaya Dalam
Struktur (kN.m)
Mx 4,57
Pelat Lantai 1
My 6,74
Mx 4,71
Pelat Lantai 2
My 6,63
Mx 3,89
Pelat Atap
My 6,05

a. Menentukan tulangan arah Y


• Menentukan tinggi efektif pelat
1 1
𝑑𝑑 = ℎ − 𝑡𝑡𝑡𝑡 − 𝑑𝑑𝑢𝑢 − 𝑑𝑑𝑢𝑢 = 120 − 20 − 13 − × 13 = 80,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
2 2
• Luas tulangan lentur
𝑀𝑀𝑢𝑢 6.740.000 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑀𝑀𝑛𝑛 = = = 7.488.889 𝑁𝑁. 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝜙𝜙 0,9
𝑀𝑀𝑛𝑛 7.488.889
𝑅𝑅𝑛𝑛 = = = 1,16
𝑏𝑏 × 𝑑𝑑 2 1000 × 93,52
𝑓𝑓𝑦𝑦 280
𝑚𝑚 = = = 10,98
0,85𝑓𝑓𝑐𝑐′ 0,85 × 30

1 2 × 𝑚𝑚 × 𝑅𝑅𝑛𝑛
𝜌𝜌 = �1 − �1 − �
𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑦𝑦

1 2 × 10,98 × 1,16
𝜌𝜌 = �1 − �1 − � = 0,0042
10,98 280

Untuk 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 �𝑓𝑓𝑦𝑦 < 420 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀� yaitu:


𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0,002
𝜌𝜌 > 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0,0042 > 0,002, maka 𝜌𝜌 = 0,00313
𝐴𝐴𝑠𝑠 = 𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌 = 0,0042 × 1000 × 80,5 = 338 𝑚𝑚𝑚𝑚2
1000 1 1000 1
𝑠𝑠 = × × 𝜋𝜋 × 𝑑𝑑𝑢𝑢 2 = × × 𝜋𝜋 × 132 = 393 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐴𝐴𝑠𝑠 4 338 4
𝑠𝑠 ≤ 𝑠𝑠𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑠𝑠𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 3ℎ = 3 × 120 = 360 𝑚𝑚𝑚𝑚

70
Atau
𝑠𝑠𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 450 𝑚𝑚𝑚𝑚
Maka 𝑠𝑠 = 250 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Kesimpulan
1000 1
𝐴𝐴𝑠𝑠 = × × 𝜋𝜋 × 𝑑𝑑𝑢𝑢 2
𝑠𝑠 4
1000 1
= × × 𝜋𝜋 × 132 = 531 𝑚𝑚𝑚𝑚2 > 293 𝑚𝑚𝑚𝑚2 (𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂)
250 4

Maka dipasang tulangan D13 – 250 mm

3.5 Perencanaan Tangga


Diketahui sebuah pelat lantai tangga dengan spesifikasi sebagai berikut:
Mutu beton (𝑓𝑓𝑐𝑐, ) : 30 MPa
Mutu tulangan �𝑓𝑓𝑦𝑦 � : 280 MPa
Tebal pelat : 120 mm
Lebar bordes : 1000 mm
Panjang tangga : 2400 mm
Lebar tangga : 1200 mm
Diameter tulangan utama : D13 mm
Dimensi balok : 250 × 450 mm

3.5.1 Perhitungan dimensi tangga


a. Menghitung aantrede (injakan)
𝐻𝐻⁄2 3,9⁄2
tan 𝛼𝛼 = = = 0,8125
𝐿𝐿 2,4
𝛼𝛼 = 39,09∘
b. Menghitung Panjang aantrade (injakan)
2. 𝑠𝑠 + 𝑎𝑎 = 59 𝑐𝑐𝑐𝑐~65 𝑐𝑐𝑐𝑐
2 × (𝑎𝑎 × tan 𝛼𝛼) + 𝑎𝑎 = 63 𝑐𝑐𝑐𝑐
2 × (𝑎𝑎 × tan 39,09∘ ) + 𝑎𝑎 = 63 𝑐𝑐𝑐𝑐
2,625𝑎𝑎 = 63
𝑎𝑎 = 24 𝑐𝑐𝑐𝑐

71
c. Menghitung Optrede (tanjakan)
𝑠𝑠 = 𝑎𝑎 × tan 𝛼𝛼
𝑠𝑠 = 24 × tan 39,09∘
𝑠𝑠 = 19,5 𝑐𝑐𝑐𝑐
Cek
2 × 𝑠𝑠 + 𝑎𝑎 = 59 𝑐𝑐𝑐𝑐~65 𝑐𝑐𝑐𝑐
2 × 19,5 + 24 = 63 𝑐𝑐𝑐𝑐 (𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂)
d. Menghitung jumlah optrade (tanjakan) dan aantrede (injakan)
Jumlah optrade
𝐻𝐻 390 𝑐𝑐𝑐𝑐
= = 20 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏ℎ
𝑠𝑠 19,5 𝑐𝑐𝑐𝑐
Jumlah aantrede
20 − 1 = 19 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏ℎ
e. Tinggi beban merata tangga
0,5 × 𝑠𝑠 × 𝑎𝑎 0,5 × 19,5 × 24
𝑡𝑡 ′ = = = 7,57 𝑐𝑐𝑐𝑐 ≈ 8 𝑐𝑐𝑐𝑐
√𝑠𝑠 2 + 𝑎𝑎2 �19,52 + 242
3.5.2 Pembebanan tangga
1. Beban pada pelat tangga
a. Beban mati tambahan
Berat anak tangga : 0,08 × 23,54 kN⁄m3 : 1,88 kN⁄m2
Keramik (10 mm) : 0,01 × 24 kN⁄m2 : 0,24 kN⁄m2
Spesi (30 mm) : 0,03 × 20,4 kN⁄m2 : 0,61 kN⁄m2
Railing : asumsi : 0,15 kN⁄m2
Total : 𝟐𝟐, 𝟖𝟖𝟖𝟖 𝐤𝐤𝐤𝐤⁄𝐦𝐦𝟐𝟐
b. Beban hidup
Tangga dan bordes : 𝟐𝟐, 𝟗𝟗𝟗𝟗 𝐤𝐤𝐤𝐤⁄𝐦𝐦𝟐𝟐
2. Beban mati pelat bordes
a. Beban mati tambahan
Keramik (10 mm) : 0,01 × 24 kN⁄m2 : 0,24 kN⁄m2
Spesi (30 mm) : 0,03 × 20,4 kN⁄m2 : 0,61 kN⁄m2
Total : 𝟎𝟎, 𝟖𝟖𝟖𝟖 𝐤𝐤𝐤𝐤⁄𝐦𝐦𝟐𝟐

72
b. Beban hidup
Tangga dan bordes : 𝟐𝟐, 𝟗𝟗𝟗𝟗 𝐤𝐤𝐤𝐤⁄𝐦𝐦𝟐𝟐

3.5.3 Analisa Perhitungan Struktur Tangga


Berdasarkan analisis SAP2000 didapatkan:

Momen
Jenis Struktur Gaya Dalam
(kN.m)
Mx 7,40
Pelat Tangga
My 10,33
Mx 6,99
Pelat Bordes
My 19,16

3.5.4 Perencanaan tulangan pelat tangga


3.5.4.1 Desain penulangan pelat tangga arah X

a. Tinggi efektif pelat tangga (𝑑𝑑)


1
𝑑𝑑𝑥𝑥 = ℎ − 𝑡𝑡𝑠𝑠 − × 𝑑𝑑𝑢𝑢
2
1
𝑑𝑑𝑥𝑥 = 120 − 20 − × 13 = 93,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
2
b. Momen nominal (𝑀𝑀𝑛𝑛 )
𝑀𝑀𝑢𝑢 7,4
𝑀𝑀𝑛𝑛 = = = 8,22 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
𝜙𝜙 0,9
c. Rasio tulangan (𝜌𝜌)
𝑀𝑀𝑛𝑛 8,22 × 106
𝑅𝑅𝑛𝑛 = = = 0,94
𝑏𝑏 × 𝑑𝑑2 1000 × 93,52
𝑓𝑓𝑦𝑦 280
𝑚𝑚 = ′
= = 10,98
0,85𝑓𝑓𝑐𝑐 0,85 × 30

1 2 × 𝑚𝑚 × 𝑅𝑅𝑛𝑛
𝜌𝜌 = �1 − �1 − �
𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑦𝑦

73
1 2 × 10,98 × 0,94
𝜌𝜌 = �1 − �1 − � = 0,0034
10,98 280

Untuk 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 �𝑓𝑓𝑦𝑦 < 420 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀� yaitu:


𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0,002
𝜌𝜌 > 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0,0031 > 0,002, maka 𝜌𝜌 = 0,0031
d. Kebutuhan tulangan
𝐴𝐴𝑠𝑠 = 𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌 = 0,0034 × 1000 × 93,5 = 317,9 𝑚𝑚𝑚𝑚2
1000 1 1000 1
𝑠𝑠 = × × 𝜋𝜋 × 𝑑𝑑𝑢𝑢 2 = × × 𝜋𝜋 × 132 = 418 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐴𝐴𝑠𝑠 4 317,9 4
𝑠𝑠 ≤ 𝑠𝑠𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑠𝑠𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 3ℎ = 3 × 120 = 360 𝑚𝑚𝑚𝑚
Atau
𝑠𝑠𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 450 𝑚𝑚𝑚𝑚
Maka 𝑠𝑠 = 250 𝑚𝑚𝑚𝑚
e. Kesimpulan
1000 1
𝐴𝐴𝑠𝑠 = × × 𝜋𝜋 × 𝑑𝑑𝑢𝑢 2
𝑠𝑠 4
1000 1
𝐴𝐴𝑠𝑠 = × × 𝜋𝜋 × 132 = 531 𝑚𝑚𝑚𝑚2 > 317,9 𝑚𝑚𝑚𝑚2 (𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂)
250 4
Maka dipasang tulangan D13 – 250 mm

3.5.4.2 Desain penulangan pelat tangga arah Y

a. Tinggi efektif pelat tangga (𝑑𝑑)


1
𝑑𝑑𝑥𝑥 = ℎ − 𝑡𝑡𝑠𝑠 − 𝑑𝑑𝑢𝑢 − × 𝑑𝑑𝑢𝑢
2
1
𝑑𝑑𝑥𝑥 = 120 − 20 − 13 − × 13 = 80,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
2
b. Momen nominal (𝑀𝑀𝑛𝑛 )

74
𝑀𝑀𝑢𝑢 10,33
𝑀𝑀𝑛𝑛 = = = 11,48 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚
𝜙𝜙 0,9
c. Rasio tulangan (𝜌𝜌)
𝑀𝑀𝑛𝑛 11,48 × 106
𝑅𝑅𝑛𝑛 = = = 1,77
𝑏𝑏 × 𝑑𝑑2 1000 × 80,52
𝑓𝑓𝑦𝑦 280
𝑚𝑚 = = = 10,98
0,85𝑓𝑓𝑐𝑐′ 0,85 × 30

1 2 × 𝑚𝑚 × 𝑅𝑅𝑛𝑛
𝜌𝜌 = �1 − �1 − �
𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑦𝑦

1 2 × 10,98 × 1,77
𝜌𝜌 = �1 − �1 − � = 0,0066
10,98 280

Untuk 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 �𝑓𝑓𝑦𝑦 < 420 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀� yaitu:


𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0,002
𝜌𝜌 > 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0,0066 > 0,002, maka 𝜌𝜌 = 0,0066
d. Kebutuhan tulangan
𝐴𝐴𝑠𝑠 = 𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌 = 0,0066 × 1000 × 80,5 = 531,3 𝑚𝑚𝑚𝑚2
1000 1 1000 1
𝑠𝑠 = × × 𝜋𝜋 × 𝑑𝑑𝑢𝑢 2 = × × 𝜋𝜋 × 132 = 250 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐴𝐴𝑠𝑠 4 531,3 4
𝑠𝑠 ≤ 𝑠𝑠𝑚𝑚𝑚𝑚𝑥𝑥
𝑠𝑠𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 3ℎ = 3 × 120 = 360 𝑚𝑚𝑚𝑚
Atau
𝑠𝑠𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 450 𝑚𝑚𝑚𝑚
Maka 𝑠𝑠 = 150 𝑚𝑚𝑚𝑚
e. Kesimpulan
1000 1
𝐴𝐴𝑠𝑠 = × × 𝜋𝜋 × 𝑑𝑑𝑢𝑢 2
𝑠𝑠 4
1000 1
𝐴𝐴𝑠𝑠 = × × 𝜋𝜋 × 132 = 885 𝑚𝑚𝑚𝑚2 > 531,3 𝑚𝑚𝑚𝑚2 (𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂)
150 4
Maka dipasang tulangan D13 – 150 mm

75
PERHITUNGAN TULANGAN PELAT
ARAH
PELAT TUL. UTAMA
X (mm) Y (mm)
LANTAI D13 300 250
ATAP D13 300 250
TANGGA D13 250 150
BORDES D13 250 150

3.6 Perencanaan pondasi


Diketahui sebuah pondasi tiang pancang persegi dengan spesifikasi sebagai
berikut:
Mutu beton (𝑓𝑓𝑐𝑐, ) : 30 MPa
Mutu tulangan �𝑓𝑓𝑦𝑦 � : 420 MPa
Dimensi tiang pancang (𝐷𝐷) : 250 mm
Kolom : 500 × 500 mm
Tebal selimut (𝑡𝑡𝑠𝑠 ) : 75 mm
Diameter tulangan utama : D19 mm
Gaya dalam dari Analisa struktur SAP2000
𝑃𝑃 : 99,85 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (𝐷𝐷 + 𝐿𝐿)
𝑀𝑀𝑢𝑢𝑢𝑢 : 3,25 𝑡𝑡. 𝑚𝑚 (𝐷𝐷 + 𝐿𝐿)
𝑀𝑀𝑢𝑢𝑢𝑢 : 1,82 𝑡𝑡. 𝑚𝑚 (𝐷𝐷 + 𝐿𝐿)
𝑃𝑃 : 126,80 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (1,2𝐷𝐷 + 1,6𝐿𝐿)
𝑀𝑀𝑢𝑢𝑢𝑢 : 4,24 𝑡𝑡. 𝑚𝑚 (1,2𝐷𝐷 + 1,6𝐿𝐿)
𝑀𝑀𝑢𝑢𝑢𝑢 : 2,32 𝑡𝑡. 𝑚𝑚 (1,2𝐷𝐷 + 1,6𝐿𝐿)

a. Daya dukung ijin tekan


𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = 36 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆)
𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = 35 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 (𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝)
𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝟑𝟑𝟑𝟑 𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕
b. Jumlah tiang, Panjang penyaluran, dan dimensi pile cap
Jumlah tiang pancang
𝑃𝑃𝑢𝑢 99,85
𝑛𝑛 = = = 2,85 ≈ 4 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 35

76
Jarak antara tiang (as ke as)
2,5𝐷𝐷 ≤ 𝑆𝑆 ≤ 4𝐷𝐷
2,5 × 250 ≤ 𝑆𝑆 ≤ 4 × 250
625 𝑚𝑚𝑚𝑚 ≤ 𝑆𝑆 ≤ 1000 𝑚𝑚𝑚𝑚
Ditentukan jarak antar tiang 𝑆𝑆 = 700 𝑚𝑚𝑚𝑚
Jarak antar tiang ketepi pile cap
1,5𝐷𝐷 ≤ 𝑆𝑆 ≤ 2𝐷𝐷
1,5 × 250 ≤ 𝑆𝑆 ≤ 2 × 250
375 𝑚𝑚𝑚𝑚 ≤ 𝑆𝑆 ≤ 500 𝑚𝑚𝑚𝑚
Ditentukan jarak tiang ketepi pile cap 𝑆𝑆 = 400 𝑚𝑚𝑚𝑚

Panjang penyaluran
a. Panjang penyaluran kondisi Tarik
0,24𝑓𝑓𝑦𝑦 Ψ𝑒𝑒 Ψ𝑐𝑐 Ψ𝑟𝑟
𝑙𝑙𝑑𝑑ℎ = � � 𝑑𝑑𝑏𝑏
𝜆𝜆�𝑓𝑓𝑐𝑐,
0,24 × 420 × 1,0 × 1,0 × 1,0
𝑙𝑙𝑑𝑑ℎ = � � × 19 = 350 𝑚𝑚𝑚𝑚
1 × √30
Atau

77
𝑙𝑙𝑑𝑑ℎ = 8𝑑𝑑𝑏𝑏 = 8 × 19 = 152 𝑚𝑚𝑚𝑚
Atau
𝑙𝑙𝑑𝑑ℎ = 150 𝑚𝑚𝑚𝑚
Dipakai 𝑙𝑙𝑑𝑑ℎ = 350 𝑚𝑚𝑚𝑚
Panjang kait lurus
𝑙𝑙𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 = 12𝑑𝑑𝑏𝑏 = 12 × 19 = 228 𝑚𝑚𝑚𝑚 ≈ 230 𝑚𝑚𝑚𝑚

Diameter sisi dalam bengkokan


6𝑑𝑑𝑏𝑏 = 114 𝑚𝑚𝑚𝑚 ≈ 115 𝑚𝑚𝑚𝑚
b. Panjang penyaluran kondisi tekan
0,24𝑓𝑓𝑦𝑦 Ψ𝑟𝑟
𝑙𝑙𝑑𝑑ℎ = � � 𝑑𝑑𝑏𝑏
𝜆𝜆�𝑓𝑓𝑐𝑐,
0,24 × 420 × 1,0
𝑙𝑙𝑑𝑑ℎ = � � × 19 = 350 𝑚𝑚𝑚𝑚
1 × √30
Atau
𝑙𝑙𝑑𝑑𝑑𝑑 = 0,043𝑓𝑓𝑦𝑦 Ψ𝑟𝑟 𝑑𝑑𝑏𝑏 = 0,043 × 420 × 1,0 × 19 = 343 𝑚𝑚𝑚𝑚
Atau
𝑙𝑙𝑑𝑑𝑑𝑑 = 200 𝑚𝑚𝑚𝑚
Dipakai 𝑙𝑙𝑑𝑑𝑑𝑑 = 350 𝑚𝑚𝑚𝑚
Ketebalan Pelat
ℎ > 300 𝑚𝑚𝑚𝑚
ℎ = 500 𝑚𝑚𝑚𝑚
Evaluasi ulang jumlah tiang pancang
𝑃𝑃𝑢𝑢 = (𝑃𝑃 × 𝐿𝐿 × ℎ × 2,4) + 𝑃𝑃𝑢𝑢 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑃𝑃𝑢𝑢 = (1,5 × 1,5 × 0,5 × 2,4) + 99,85 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑃𝑃𝑢𝑢 = 102,55 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
Jumlah tiang pancang
𝑃𝑃𝑢𝑢 102,55
𝑛𝑛 = = = 2,93 ≈ 4 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 35
Berarti jumlah tiang yang ditentukan diawal masih memenuhi ketentuan

78
c. Menentukan gaya tekan pada tiang pancang

𝑃𝑃𝑢𝑢 𝑀𝑀𝑦𝑦 𝑋𝑋𝑖𝑖 𝑀𝑀𝑥𝑥 𝑌𝑌𝑖𝑖


𝑃𝑃𝑖𝑖 = ± ±
𝑛𝑛 ∑ 𝑋𝑋 2 ∑ 𝑌𝑌 2
Tiang pancang No. 1:
102,55 1,82 × 0,35 3,25 × 0,35
𝑃𝑃𝑖𝑖 = − − = 22,02 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
4 0,49 0,49
Tiang pancang No. 2:

79
102,55 1,82 × 0,35 3,25 × 0,35
𝑃𝑃𝑖𝑖 = + − = 24,62 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
4 0,49 0,49
Tiang pancang No. 3:
102,55 1,82 × 0,35 3,25 × 0,35
𝑃𝑃𝑖𝑖 = + + = 29,26 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
4 0,49 0,49
Tiang pancang No. 4:
102,55 1,82 × 0,35 3,25 × 0,35
𝑃𝑃𝑖𝑖 = − + = 26,66 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑛𝑛
4 0,49 0,49
d. Kapasitas tiang pancang
Kapasitas per-unit tiang pancang
𝑃𝑃𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 < 𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖
29,26 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 < 35 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
Kapasitas kelompok
(𝑛𝑛 − 1)𝑚𝑚 + (𝑚𝑚 − 1)𝑛𝑛
𝜂𝜂 = 1 − 𝜃𝜃
90 × 𝑚𝑚 × 𝑛𝑛
(2 − 1) × 2 + (2 − 1) × 2
𝜂𝜂 = 1 − 19,654° = 0,782
90 × 2 × 2
𝑛𝑛 × 𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 × 𝜂𝜂 > 𝑃𝑃𝑢𝑢
4 × 35 × 0,782 > 102,55 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
109,48 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 > 102,55 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡

e. Analisa punching shear


Tinggi efektif pelat pile cap pada arah – X dan arah -Y
Perhitungan arah x
𝑑𝑑𝑥𝑥 = ℎ − 𝑡𝑡𝑠𝑠 − (𝑑𝑑𝑢𝑢 ⁄2) = 500 − 75 − (19⁄2) = 415,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
Perhitungan arah y
𝑑𝑑𝑦𝑦 = ℎ − 𝑡𝑡𝑠𝑠 − 𝑑𝑑𝑢𝑢 − (𝑑𝑑𝑢𝑢 ⁄2) = 500 − 75 − 19 − (19⁄2) = 396,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
Jadi tinggi efektif (𝑑𝑑) adalah:
𝑑𝑑𝑥𝑥 + 𝑑𝑑𝑦𝑦 415,5 + 396,5
𝑑𝑑 = = = 406 𝑚𝑚𝑚𝑚
2 2

80
Perhitungan geser ultimate (𝑉𝑉𝑢𝑢 )
Aksi dua arah
𝑃𝑃𝑢𝑢
𝑉𝑉𝑢𝑢 = × 𝐴𝐴𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒
𝐴𝐴𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
𝐴𝐴𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 = (1,5 × 1,5) − (0,906 × 0,906) = 1,43 𝑚𝑚2
Sehingga
126,80 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑉𝑉𝑢𝑢 = × 1,43 𝑚𝑚2
(1,5 × 1,5) 𝑚𝑚2
𝑉𝑉𝑢𝑢 = 80,59 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 790.317,92 𝑁𝑁
Aksi satu arah
𝑃𝑃𝑢𝑢
𝑉𝑉𝑢𝑢 = × 𝐴𝐴𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒
𝐴𝐴𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
𝐴𝐴𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 = (1,5 × 0,094) = 0,141 𝑚𝑚2
Sehingga
126,80 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑉𝑉𝑢𝑢 = × 0,141 𝑚𝑚2
(1,5 × 1,5) 𝑚𝑚2
𝑉𝑉𝑢𝑢 = 7,95 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 77.962,87 𝑁𝑁

81
Analisa nominal punching pada
kondisi dua arah
𝑏𝑏𝑜𝑜 = 4 × 906 = 3624 𝑚𝑚𝑚𝑚

𝛽𝛽 = 500⁄500 = 1,0
𝛼𝛼𝑠𝑠 = 40 (Posisi kolom ditengah pelat pondasi)
Persamaan 1

𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,33𝜆𝜆�𝑓𝑓𝑐𝑐, 𝑏𝑏0 𝑑𝑑

𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,33 × 1 × √30 × 3624 × 406 = 2.659.431,39 𝑁𝑁


Persamaan 2

2
𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,17 �1 + � 𝜆𝜆�𝑓𝑓𝑐𝑐, 𝑏𝑏0 𝑑𝑑
𝛽𝛽

2
𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,17 × �1 + � × 1,0 × √30 × 3624 × 406 = 4.110.030 𝑁𝑁
1,0

Persamaan 3

𝛼𝛼𝑠𝑠 𝑑𝑑
𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,083 �2 + � 𝜆𝜆�𝑓𝑓𝑐𝑐, 𝑏𝑏0 𝑑𝑑
𝑏𝑏0

40 × 406
𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,083 × �2 + � × 1 × √30 × 3624 × 406
3624

82
𝑉𝑉𝑐𝑐 = 4.335.217 𝑁𝑁

Maka dipakai 𝑉𝑉𝑐𝑐 = 2.659.431,39 𝑁𝑁

𝜙𝜙𝜙𝜙𝑐𝑐 ≥ 𝑉𝑉𝑢𝑢

0,75 × 2.659.431,39 𝑁𝑁 ≥ 790.317,92 𝑁𝑁

1.994.574 𝑁𝑁 > 790.317,92 𝑁𝑁 (OK)

Analisa pada kondisi satu arah

𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,17𝜆𝜆�𝑓𝑓𝑐𝑐, 𝑏𝑏𝑏𝑏

𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,17 × 1,0 × √30 × 1500 × 406 = 567.057 𝑁𝑁

𝜙𝜙𝜙𝜙𝑐𝑐 ≥ 𝑉𝑉𝑢𝑢

0,75 × 567.057 𝑁𝑁 ≥ 77.962,87 𝑁𝑁

425.293 𝑁𝑁 > 77.962,87 𝑁𝑁 (OK)

f. Desain tulangan lentur pile cap


Perhitungan gaya tekan tiap batang
Tiang pancang No. 1:
126,8 2,32 × 0,35 4,24 × 0,35
𝑃𝑃1 = − − = 27,01 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
4 0,49 0,49
Tiang pancang No. 2:
126,8 2,32 × 0,35 4,24 × 0,35
𝑃𝑃2 = + − = 30,33 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
4 0,49 0,49
Tiang pancang No. 3:
126,8 2,32 × 0,35 4,24 × 0,35
𝑃𝑃3 = + + = 36,39 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
4 0,49 0,49
Tiang pancang No. 4:
126,8 2,32 × 0,35 4,24 × 0,35
𝑃𝑃4 = − + = 33,07 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
4 0,49 0,49
Momen ultimate
Analisa momen 𝑀𝑀𝑦𝑦 (+ X)
𝑃𝑃𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝑃𝑃2 + 𝑃𝑃3 = 30,33 + 36,39 = 66,72 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑄𝑄 = (0,75 × 0,5 × 1,5) × 2,4 𝑡𝑡⁄𝑚𝑚3 = 1,35 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡

83
𝑀𝑀𝑦𝑦 = (𝑃𝑃𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 × 0,35) − (𝑄𝑄 × 0,375)
𝑀𝑀𝑦𝑦 = (66,72 × 0,35) − (1,35 × 0,375) = 22,85 𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑀𝑀𝑦𝑦 (+ X) = 22,85 𝑡𝑡𝑡𝑡 = 224.081.952,5 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁

Analisa momen 𝑀𝑀𝑦𝑦 (− X)


𝑃𝑃𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝑃𝑃1 + 𝑃𝑃4 = 27,01 + 33,07 = 60,08 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑄𝑄 = (0,75 × 0,5 × 1,5) × 2,4 𝑡𝑡⁄𝑚𝑚3 = 1,35 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑀𝑀𝑦𝑦 = (𝑃𝑃𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 × 0,35) − (𝑄𝑄 × 0,375)
𝑀𝑀𝑦𝑦 = (60,08 × 0,35) − (1,35 × 0,375) = 20,52 𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑀𝑀𝑦𝑦 (− X) = 20,52 𝑡𝑡𝑡𝑡 = 201.232.458 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
Maka dipakai 𝑴𝑴𝒚𝒚 = 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎. 𝟗𝟗𝟗𝟗𝟗𝟗, 𝟓𝟓 𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵
Analisa momen 𝑀𝑀𝑥𝑥 (+ Y)
𝑃𝑃𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝑃𝑃1 + 𝑃𝑃2 = 27,01 + 30,33 = 57,34 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑄𝑄 = (0,75 × 0,5 × 1,5) × 2,4 𝑡𝑡⁄𝑚𝑚3 = 1,35 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑀𝑀𝑥𝑥 = (𝑃𝑃𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 × 0,35) − (𝑄𝑄 × 0,375)
𝑀𝑀𝑥𝑥 = (57,34 × 0,35) − (1,35 × 0,375) = 19,56 𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑀𝑀𝑥𝑥 (+ Y) = 19,56 𝑡𝑡𝑡𝑡 = 191.818.074 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
Analisa momen 𝑀𝑀𝑥𝑥 (− Y)
𝑃𝑃𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝑃𝑃3 + 𝑃𝑃4 = 36,39 + 33,07 = 69,46 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑄𝑄 = (0,75 × 0,5 × 1,5) × 2,4 𝑡𝑡⁄𝑚𝑚3 = 1,35 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡

84
𝑀𝑀𝑥𝑥 = (𝑃𝑃𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 × 0,35) − (𝑄𝑄 × 0,375)
𝑀𝑀𝑥𝑥 = (33,07 × 0,35) − (1,35 × 0,375) = 11,07 𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑀𝑀𝑥𝑥 (+ Y) = 11,07 𝑡𝑡𝑡𝑡 = 108.559.616 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
Maka dipakai 𝑴𝑴𝒙𝒙 = 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏. 𝟖𝟖𝟖𝟖𝟖𝟖. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵
Tulangan lentur pile cap
Tulangan arah X �𝑀𝑀𝑦𝑦 �
𝑀𝑀𝑦𝑦 = 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎. 𝟗𝟗𝟗𝟗𝟗𝟗, 𝟓𝟓 𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵
224.081.952,5
𝑀𝑀𝑛𝑛 = = 248.979.947,2 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
0,9
𝑀𝑀𝑛𝑛 248.979.947,2
𝑅𝑅𝑛𝑛 = = = 1,44
𝑏𝑏. 𝑑𝑑𝑥𝑥 1000 × 415,5 2
2

Nilai parameter 𝑚𝑚 :
𝑓𝑓𝑦𝑦 420
𝑚𝑚 = , = = 16,47
0,85. 𝑓𝑓𝑐𝑐 0,85 × 30

1 2. 𝑚𝑚. 𝑅𝑅𝑛𝑛
𝜌𝜌 = �1 − �1 − �
𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑦𝑦

1 2 × 16,47 × 1,44
𝜌𝜌 = �1 − �1 − � = 0,0035
16,47 420

0,0018 × 420 0,0018 × 420


𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = = = 0,0018
𝑓𝑓𝑦𝑦 420
Atau
𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0,0014
𝜌𝜌 ≥ 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 , maka 𝜌𝜌 = 0,0035
𝐴𝐴𝑠𝑠 = 𝜌𝜌𝜌𝜌𝑑𝑑𝑥𝑥 = 0,0035 × 1000 × 415,5 = 1454 𝑚𝑚𝑚𝑚2
Spesi tulangan lentur pelat
𝑠𝑠 = 3ℎ = 3 × 500 = 1500 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑠𝑠 = 450 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑠𝑠 pakai = 190 𝑚𝑚𝑚𝑚
1000 1
𝐴𝐴𝑠𝑠 = × × 𝜋𝜋 × 𝑑𝑑𝑢𝑢2
𝑠𝑠 4
1000 1
𝐴𝐴𝑠𝑠 = × × 𝜋𝜋 × 192 = 1492 𝑚𝑚𝑚𝑚2 > 1454 𝑚𝑚𝑚𝑚2 (𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂)
190 4

85
Jadi tulangan lentur yang akan digunakan pada pile cap untuk arah X
adalah D19 – 190 mm
Tulangan arah Y (𝑀𝑀𝑥𝑥 )
𝑀𝑀𝑥𝑥 = 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏. 𝟖𝟖𝟖𝟖𝟖𝟖. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵
191.818.074
𝑀𝑀𝑛𝑛 = = 213.131.193,3 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
0,9
𝑀𝑀𝑛𝑛 213.131.193,3
𝑅𝑅𝑛𝑛 = = = 1,36
𝑏𝑏. 𝑑𝑑𝑦𝑦 1000 × 396,5 2
2

Nilai parameter 𝑚𝑚 :
𝑓𝑓𝑦𝑦 420
𝑚𝑚 = , = = 16,47
0,85. 𝑓𝑓𝑐𝑐 0,85 × 30

1 2. 𝑚𝑚. 𝑅𝑅𝑛𝑛
𝜌𝜌 = �1 − �1 − �
𝑚𝑚 𝑓𝑓𝑦𝑦

1 2 × 16,47 × 1,36
𝜌𝜌 = �1 − �1 − � = 0,0033
16,47 420

0,0018 × 420 0,0018 × 420


𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = = = 0,0018
𝑓𝑓𝑦𝑦 420
Atau
𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0,0014
𝜌𝜌 ≥ 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 , maka 𝜌𝜌 = 0,0033
𝐴𝐴𝑠𝑠 = 𝜌𝜌𝜌𝜌𝑑𝑑𝑥𝑥 = 0,0033 × 1000 × 396,5 = 1308 𝑚𝑚𝑚𝑚2
Spesi tulangan lentur pelat
𝑠𝑠 = 3ℎ = 3 × 500 = 1500 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑠𝑠 = 450 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑠𝑠 pakai = 210 𝑚𝑚𝑚𝑚
1000 1
𝐴𝐴𝑠𝑠 = × × 𝜋𝜋 × 𝑑𝑑𝑢𝑢2
𝑠𝑠 4
1000 1
𝐴𝐴𝑠𝑠 = × × 𝜋𝜋 × 192 = 1350 𝑚𝑚𝑚𝑚2 > 1330 𝑚𝑚𝑚𝑚2 (𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂)
210 4
Jadi tulangan lentur yang akan digunakan pada pile cap untuk arah X
adalah D19 – 210 mm

86
LAMPIRAN
NOTASI BALOK LANTAI 1 BALOK LANTAI 2 BALOK LANTAI 3

TUMPUAN LAPANGAN TUMPUAN LAPANGAN TUMPUAN LAPANGAN

3D19 3D19 2D19


5D19 5D19 3D19

GAMBAR
500 500 500 500 500 500

3D19 3D19 2D19


3D19 3D19 2D19

300 300 300 300 300 300

DIMENSI 300 X 500 300 X 500 300 X 500 300 X 500 300 X 500 300 X 500

TULANGAN ATAS 5D19 3D19 5D19 3D19 3D19 2D19

TULANGAN TENGAH - - - - - -

TULANGAN BAWAH 3D19 3D19 3D19 3D19 2D19 2D19

SENGKANG 2D10 - 110 2D10 - 210 2D10 - 100 2D10 - 210 2D10 - 100 2D10 - 210

TEBAL SELIMUT 40 40 40 40 40 40
NOTASI BALOK ANAK BALOK TANGGA

TUMPUAN LAPANGAN TUMPUAN LAPANGAN

3D16 2D16
3D13 2D13
GAMBAR
350 350 450 450

2D13 2D13
2D16 2D16

200 200

300 300

DIMENSI 200 X 350 200 X 350 300 X 450 300 X 450

TULANGAN ATAS 3D13 2D13 3D16 2D16

TULANGAN TENGAH - - - -

TULANGAN BAWAH 2D13 2D13 2D16 2D16

SENGKANG 2D10 - 150 2D10 - 250 2D10 - 150 2D10 - 250

TEBAL SELIMUT 20 20 40 40
NOTASI BALOK LANTAI 1 BALOK LANTAI 2 BALOK LANTAI 3

TUMPUAN LAPANGAN TUMPUAN LAPANGAN TUMPUAN LAPANGAN

3D19 3D19 2D19


5D19 5D19 3D19

GAMBAR
500 500 500 500 500 500

3D19 3D19 2D19


3D19 3D19 2D19

300 300 300 300 300 300

DIMENSI 300 X 500 300 X 500 300 X 500 300 X 500 300 X 500 300 X 500

TULANGAN ATAS 5D19 3D19 5D19 3D19 3D19 2D19

TULANGAN TENGAH - - - - - -

TULANGAN BAWAH 3D19 3D19 3D19 3D19 2D19 2D19

SENGKANG 2D10 - 110 2D10 - 210 2D10 - 100 2D10 - 210 2D10 - 100 2D10 - 210

TEBAL SELIMUT 40 40 40 40 40 40
NOTASI KOLOM TEPI LANTAI 1 s/d 2 KOLOM TEPI LANTAI 3

TUMPUAN LAPANGAN TUMPUAN LAPANGAN

GAMBAR
450 450 450 450

450 450 450 450

DIMENSI 450 X 450 450 X 450 450 X 450 450 X 450

TULANGAN ATAS 4D19 4D19 3D19 3D19

TULANGAN TENGAH 2D19 2D19 2D19 2D19

TULANGAN BAWAH 4D19 4D19 3D19 3D19

SENGKANG D13 - 100 D13 - 110 D13 - 100 D13 - 110

TEBAL SELIMUT 50 50 50 50
NOTASI KOLOM TENGAH LANTAI 1 s/d 3

TUMPUAN LAPANGAN

GAMBAR
500 500

500 500

DIMENSI 500 X 500 500 X 500

TULANGAN ATAS 4D19 4D19

TULANGAN TENGAH 2D19 2D19

TULANGAN BAWAH 4D19 4D19

SENGKANG D13 - 100 D13 - 110

TEBAL SELIMUT 40 40
DENAH PENULANGAN PELAT
DENAH PENULANGAN PELAT dan BORDES

BORDES
D13 - 300

BALOK TANGGA D13 - 250 D13 - 250


300/450

Lx
D13 - 300
# D13-250
# D13-150 D13 - 250

-0.300
D13 - 300
TANAH URUG

-1.300
FOOTPLAT TANGGA
SIRTU PADAT

Ly
D19 - 210
400 mm

D19 - 190

D19 - 210

700 mm 1500 mm

D19 - 190 Tiang Pancang

400 mm

700 mm

400 mm 700 mm 400 mm

1500 mm

Anda mungkin juga menyukai