Anda di halaman 1dari 36

TUGAS BESAR

DINAMIKA STRUKTUR DAN STRUKTUR


BANGUNAN TINGGI
PTS467 & ESS161

Dibuat oleh:
Yudika Gultom
M1C120006

Dosen Pembimbing:
M. Nuklirullah, S.T., M.Eng.

Asisten Dosen:
Wahyu Ashari, S.T.

KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN STRUKTUR

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2023
BAB I
KRITERIA DESAIN

1.1 Deskripsi Proyek


Proyek yang akan direncanakan pada tugas besar kali ini adalah sebagai
berikut:
Nama proyek : Perencanaan Hotel
Lokasi proyek : Kecamatan Alam Barajo, Kota jambi
Kelas situs : SE (Tanah Lunak)
Berikut ini merupakan data-data jumlah dan fungsi Gedung yang akan
direncanakan:
Tabel 1.1 Jumlah dan fungsi lantai
Lantai Tinggi Lantai (m) Elevasi (m) Fungsi Lantai
Rooftop +23,05 Rooftop
Lantai 7 2,75 + 20,30 Ruang Kamar
Lantai 6 2,75 + 17,55 Ruang Kamar
Lantai 5 2,75 + 14,80 Ruang Kamar
Lantai 4 2,75 + 12,05 Ruang Kamar
Lantai 3 2,75 + 9,30 Ruang Kamar
Lantai 2 2,75 + 6,55 Ruang Kamar
Lantai 1 2,75 + 3,80 Ruang Pertemuan&Resto
Base 3,85 -0,05 Lobby

1.2 Data Material Struktur


Data material struktur bangunan gedung yang akan direncanakan adalah
sebagai berikut :
1. Jenis Struktur : Rangka Struktur Konstruksi Beton
2. Mutu baja tulangan,fy : 420 Mpa
3. Modulus Elastisitas Baja : 200000 Mpa
4. Mutu Beton,fc’ : 35 Mpa
5. Modulus Elastisitas Beton : 4700√35 Mpa
: 27805,58 Mpa
1.3 Dimensi Struktur
Preliminary design adalah desain awal atau estimasi jenis material, mutu
material, serta dimensi material yang akan digunakan untuk membentuk struktur.
Pada struktur bangunan perpustakaan tiga lantai ini digunakan beberapa bahan
bangunan yang memiliki berat sendiri dan dipikul oleh struktur gedung. Beban yang

1
Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

digunakan dalam perencanaan bangunan perpustakaan ini antara lain sebagai


berikut :
1. Beban mati tambahan/SIDL untuk pelat lt.2 dan lt.3 (PPPURG 1987)
a. Keramik (tebal 1 cm) : 24 (1) kg/m2 = 0,24 kN/ m2
b. Spesi : 21 (20 kg/m2 = 0,42 kN/m2
c. Beban M/E : 25 kg/m2 = 0,25 kN/m2
d. Plafon dan prnggantung : 18 kg/m2 = 0,18 kN/m2
Jumlah : 1,09 kN/m2
2. Beban pada balok akibat partisi : 2,49 kN/m2
3. Beban hidup pada pelat : 1,92 kN/m2 (ruang pasien)
2,87 kN/m2 (laboratorium)
4. Mutu baja tulangan, fy : 420 MPa
5. Mutu beton, fc’ : 35 MPa
1.3.1 Perencanaan dimensi pelat
Pelat lantai merupakan lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung dan
juga merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat
yang lain. Menentukan ketebalan minimum berdasarkan kondisi perletakan atau
tumpuan dari pelat perencanaan yaitu tumpuan sederhana sehingga dapat dilihat
pada tabel 8.3.1.1 SNI 2847 : 2019, yaitu dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Ketebalan Minimum Pelat Dua Arah Nonprategang tanpa Balok Interior
Tanpa drop panel Dengan drop panel
Fy Panel Eksterior Panel Interior Panel Eksterior Panel Interior
(Mpa) Dengan Balok Dengan Balok
Tanpa balok Tepi Tepi Tanpa Balok Tepi Tepi
280 ln/33 ln/36 ln/36 ln/40 ln/40
420 ln/30 ln/33 ln/33 ln/36 ln/36
520 ln/28 ln/31 ln/31 ln/34 ln/34
(Sumber: SNI 2847:2019 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung)
Berdasarkan tabel diatas, maka pelat lantai dua arah dapat dihitung
seperti berikut :
h = ln/36
Keterangan :
h = tebal atau tinggi pelat
ln = Panjang pelat

Yudika Gultom – M1C120006 2


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Berdasarkan Tabel 1.2 dimana tumpuan yang digunakan pada denah yaitu
satu ujung menerus dan dua ujung menerus, maka untuk ketebalan minimum pelat
dapat dihitung sebagai berikut :
1. Pelat dengan tumpuan menerus satu sisi (l = 6,2 m)
hmin = l/36
= 6,2/36
= 0,172 m = 172 mm ≈ 200 mm
2. Pelat dengan tumpuan menerus dua sisi (l= 4,8 m)
hmin = l/36
= 4,8/36
= 0.13 m = 130 mm ≈ 150 mm
3. Pelat dengan tumpuan menerus dua sisi (l= 2,6 m)
hmin = l/36
= 2,6/36
= 0.072 m = 72 mm ≈ 100 mm
Hasil yang didapatkan yaitu 200 mm, 150 mm, dan 100 mm untuk tebal
pelat minimum yang dibutuhkan. Tebal pelat yang direncanakan harus lebih atau
sama dengan tebal minimum, maka direncanakan tebal pelat yang digunakan yaitu
200 mm.

1.3.2 Perencanaan dimensi balok


Balok adalah komponen struktur yang berfungsi menahan lentur. Balok juga
merupakan bagian dari struktural sebuah bangunan yang kaku dan dirancang untuk
menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom penopang. Pola
gaya yang tidak seragam dapat mengakibatkan balok melengkung atau defleksi
yang harus ditahan oleh kekuatan internal material. Berdasarkan pada Tabel 1.3
Tabel 1.3 Ketebalan minimum pelat dua arah nonprategang tanpa balok interior
Kondisi Perletakan h Minimum
Perletakan sederhana l/16
Menerus satu sisi l/18,5
Menerus dua sisi l/21
Kantilever l/8
(Sumber: SNI 2847:2019 Tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan
Penjelasan)

Yudika Gultom – M1C120006 3


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Untuk menghitung tinggi balok minimum dengan kondisi tumpuan menerus


satu sisi dan menerus dua sisi adalah sebagai berikut:
1. Tinggi balok minimum balok dengan panjang 2,9 m (hmin)
hmin = l/18,5
= 2,9/18,5
= 0,157 m = 157 mm ≈ 200 mm
2. Tinggi balok minimum balok dengan panjang 4,5 m (hmin)
hmin = l/18,5
= 4,5/18,5
= 0,243 m = 243 mm ≈ 250 mm
3. Tinggi balok minimum balok dengan panjang 6,2 m (hmin)
hmin = l/21
= 6,2/21
= 0,295 m = 295 mm ≈ 300 mm
Berdasarkan perhitungan diatas makan didapatlah tinggi balok minimum
sebesar 200 mm, 250 mm dan 300 mm. Tinggi balok yang direncanakan harus
lebih tinggu dari balok minimum, maka balok yang direncanakan adalah 500
mm.
4. Lebar balok (b)
1
b=2 ×ℎ
1
= 2 × 500 mm

= 250 mm
Berdasarkan perhitungan diatas makan didapatlah lebar balok minimum dari
tinggi balok (h) 500 mm adalah 250 mm. Tinggi balok yang direncanakan
harus lebih tinggu dari balok minimum, maka lebar balok yang direncanakan
(b) adalah 300 mm.
Bentuk penampang balok berdasarkan perhitungan tinggi dan lebar balok apat
dilihat pada Gambar 1.4 berikut ini:
Gambar 1.4 Penampang Balok Rencana
Berdasarkan Tabel 1.3 tentang dimensi lebar sayap efektif untuk balok-T
nonprategang yang dibuat monolit dengan pelat yang kedua sisinya terdapat sayap
dan pelat yang hanya pada satu sisinya terdapat sayap. Lebar sayap efektif untuk

Yudika Gultom – M1C120006 4


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

balok-T nonprategang yang dibuat monolit dapat dihitung seperti yang diuraikan
sebagai berikut:
1. Lokasi sayap pada kedua sisi balok (balok interior)
Sekurangnya yaitu:
8hpelat = 8 x hpelat lantai
= 8 x 200 mm
= 1600 mm
Untuk pelat dengan Panjang 6200 mm dapat dihitung sebagai berikut:
sw = panjang pelat/2
= 6200 mm/2
= 3100 mm
ln/8 = (Panjang pelat – lebar balok)/8
= (6200 mm-300 mm)/8
= 737,500 mm
Untuk pelat dengan Panjang 4500 mm dapat dihitung sebagai berikut:
sw = panjang pelat/2
= 4500 mm/2
= 2250 mm
ln/8 = (Panjang pelat – lebar balok)/8
= (4500 mm-300 mm)/8
= 525 mm
Untuk pelat dengan Panjang 2900 mm dapat dihitung sebagai berikut:
sw = panjang pelat/2
= 2900 mm/2
= 1450 mm
ln/8 = (Panjang pelat – lebar balok)/8
= (2900 mm-300 mm)/8
= 325 mm
Dari hasil perhitungan diatas diambil nilai terkecil pada setiap ukuran pelat.
Dan dapat dihitung lebar sayap efektif, yaitu sebagai berikut:
a. Lebar sayap efektif unntuk balok 6200 mm
bf = ln/8 + bw + ln/8

Yudika Gultom – M1C120006 5


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

= 737,500 mm + 300 mm + 737,500 mm


= 1775 mm
b. Lebar sayap efektif unntuk balok 4500 mm
bf = ln/8 + bw + ln/8
= 525 mm + 300 mm + 525 mm
= 1350 mm
c. Lebar sayap efektif unntuk balok 2900 mm
bf = ln/8 + bw + ln/8
= 325 mm + 300 mm + 325 mm
= 950 mm
Setelah didapat nilai lebar sayap efektif untuk balok 6,2 m, 4,5 m dan 2,9 m
maka dapat dilihat gambar pada gambar dibawah.
2. Lokasi sayap pada saatu sisi balok (balok eksterior)
Sekurangnya yaitu:
6hpelat = 6 x hpelat lantai
= 6 x 200 mm
= 1200 mm
Untuk pelat dengan Panjang 6200 mm dapat dihitung sebagai berikut:
sw = panjang pelat/2
= 6200 mm/2
= 3100 mm
ln/12 = (Panjang pelat – lebar balok)/12
= (6200 mm-300 mm)/12
= 491,667 mm
Untuk pelat dengan Panjang 4500 mm dapat dihitung sebagai berikut:
sw = panjang pelat/2
= 4500 mm/2
= 2250 mm
ln/12 = (Panjang pelat – lebar balok)/12
= (4500 mm-300 mm)/12
= 350 mm
Untuk pelat dengan Panjang 2900 mm dapat dihitung sebagai berikut:

Yudika Gultom – M1C120006 6


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

sw = panjang pelat/2
= 2900 mm/2
= 1450 mm
ln/12 = (Panjang pelat – lebar balok)/12
= (2900 mm-300 mm)/12
= 216,667 mm
Dari hasil perhitungan diatas diambil nilai terkecil pada setiap ukuran pelat.
Dan dapat dihitung lebar sayap efektif, yaitu sebagai berikut:
a. Lebar sayap efektif unntuk balok 6200 mm
bf = ln/12 + bw
= 491,667 mm + 300 mm
= 791,667 mm
b. Lebar sayap efektif unntuk balok 4500 mm
bf = ln/12 + bw
= 350 mm + 300 mm +
= 650 mm
c. Lebar sayap efektif unntuk balok 2900 mm
bf = ln/8 + bw
= 216,667 mm + 300 mm
= 516,667 mm
Setelah didapat nilai lebar sayap efektif untuk balok 6,2 m, 4,5 m dan 2,9 m
maka dapat dilihat gambar pada gambar dibawah.
1.3.3 Perencanaan dimensi kolom
Kolom merupakan elemen struktur utama yang memikul beban kombinasi
aksial tekan dan momen lentur. Pada prakteknya, sangat jarang menemukan kolom
memikul murni gaya tekan. Kolom juga merupakan elemen struktur utama yang
berperan paling penting dalam memilkul beban lateral (khususnya gempa) pada
struktur gedung. Untuk desain kolom, seluruh penampang kolom diseragamkan
dengan mengacu bentang terbesar yaitu 6,2 meter.
1. ρbeton : 2400 kg/m3 = 24 kN/m3
2. fc’ : 35 MPa
3. SIDL Pelat : PPURG 1987

Yudika Gultom – M1C120006 7


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

a. Keramik : 24 kg/m2 = 0,24 kN/m2


b. Spesi : 21 kg/m2 = 0,21 x 2 = 0,42 kN/m2
c. Plafon : 18 kg/m2 = 0,18 kN/m2
4. SIDL balok akibat partisi : 2,46 kN/m2
5. LL (Live Load) : SNI 1727:2020
a. Lantai 1 - 2 : 4,79 kN/m2
b. Lantai 3 – 7 : 1,44 kN/m2
c. Rooftop : 0,96 kN/m2

Gambar 1.6 Denah Tributary Kolom


Tabel 1.4 Perhitungan Preminary Kolom
1,2DL + Dimensi
Luas DL LL 1,6 LL Kumulatif Kolom
Kolom Lantai S
Tributary
kN kN kN kN (mm)
7 171.84 131.91 417.26 417.26 218.37 400 x 400
6 182.40 33.03 271.74 688.99 280.61 400 x 400
5 182.40 33.03 271.74 960.73 331.36 500 x 500
4 188.34 33.03 278.86 1239.59 376.39 500 x 500
A 22.94
3 188.34 33.03 278.86 1518.46 416.58 600 x 600
2 195.60 33.03 287.58 1806.03 454.32 600 x 600
1 195.60 109.88 410.53 2216.57 503.31 650 x 650
Base 202.33 109.88 418.61 2635.18 548.78 650 x 650
7 133.27 104.29 326.79 326.79 193.26 400 x 400
6 143.83 24.11 211.17 537.96 247.95 400 x 400
5 143.83 24.11 211.17 749.13 292.60 500 x 500
4 149.77 24.11 218.30 967.43 332.51 500 x 500
B 16.74
3 149.77 24.11 218.30 1185.73 368.12 600 x 600
2 157.03 24.11 227.01 1412.74 401.82 600 x 600
1 157.03 80.18 316.74 1729.47 444.58 650 x 650
Base 161.16 80.18 321.69 2051.16 484.17 650 x 650
7 100.88 70.21 233.39 233.39 163.32 400 x 400
6 111.44 17.58 161.87 395.26 212.54 400 x 400
5 111.44 17.58 161.87 557.12 252.33 500 x 500
C 4 12.21 117.38 17.58 168.99 726.12 288.07 500 x 500
3 117.38 17.58 168.99 895.11 319.84 600 x 600
2 100.88 17.58 149.19 1044.30 345.47 600 x 600
1 124.64 58.49 243.15 1287.45 383.59 650 x 650

Yudika Gultom – M1C120006 8


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Base 128.77 58.49 248.10 1535.55 418.92 650 x 650


7 78.67 51.23 176.38 176.38 141.98 400 x 400
6 89.23 12.83 127.61 303.99 186.39 400 x 400
5 89.23 12.83 127.61 431.59 222.09 500 x 500
4 95.17 12.83 134.74 566.33 254.41 500 x 500
D 8.91
3 95.17 12.83 134.74 701.06 283.06 600 x 600
2 78.67 12.83 114.94 816.00 305.38 600 x 600
1 102.43 42.68 191.21 1007.21 339.28 650 x 650
Base 106.56 42.68 196.16 1203.36 370.85 650 x 650
Jadi, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan dimensi kolom untuk masing-
masing lantai yang dapat dilihat pada Tabel 1.5 berikut.
Tabel 1.5 Hasil Perhitungan Preminary Kolom
Lantai Kolom Dimensi (mm)
Base K1 650 x 650
1 K1 650 x 650
2 K2 600 x 600
3 K2 600 x 600
4 K3 500 x 500
5 K3 500 x 500
6 K4 400 x 400
7 K4 400 x 400

Setelah didapatkan dimensi kolom pada setiap lantai, selanjutnya meninjau


kembali kolom tersebut terhadap pengaruh tekuk. Rumus yang digunakan untuk
menghitung pengaruh tekuk pada kolom tak bergoyang berdasarkan SNI
2847:2019; Pasal 6.2.5; Persamaan (6.2.5b) hal-91. Didapat hasil dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 1.6 Pengecekan Faktor Kelangsingan Kolom
Cek
Kolom b h k l λ
Kelangsingan
K1 Base 650 650 0.5 3850 10.259 Aman
K1 650 650 0.5 2750 7.328 Aman
K2 600 600 0.5 2750 7.939 Aman
K3 500 500 0.5 2750 9.526 Aman
K4 400 400 0.5 2750 11.908 Aman

1.3.4 Preliminary struktur dinding geser


Dinding geser adalah salah satu bidang dinding (penumpu atau nonpenumpu)
yang di desain utuk memikul gaya lateral yang bekerja sejajar bidang dinding
tersebut. Ketebalan dinding geser yang digunakan pada umumnya yaitu 300 mm,
ketebalan dinding geser yang digunakan pada saat ini yaitu berdimensi 300 mm.

Yudika Gultom – M1C120006 9


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

1.4 Metode Analisis dan Desain Struktur


Struktur dianalisis secara dinamis elastis. Dalam hal ini, analisisnya adalah
analisis ragam spektrum respons. Sistem yang dipilih adalah Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus. Dimana semua langkah yang dilakukan mengikuti
peraturan SNI 1726:2019, sedangkan desain dilakukan sesuai dengan SNI
2847:2019. Dimana desain penampang beton dilakukan sesuai dengan Kategori
Desain Seismik yang ditentukan. Pada laporan ini, gedung termasuk Kategori
Desain Seismik C.

1.5 Peraturan yang Dipakai


Peraturan–peraturan yang dipakai dalam pengerjaan Tugas Besar Dinamika
Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi adalah sebagai berikut:
1. SNI 1726:2019 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung.
2. SNI 1727:2020 Beban Minimum untuk perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain.
3. SNI 2847:2019 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.
4. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG)
1987.

Yudika Gultom – M1C120006 10


BAB II
PEMBEBANAN

2.1 Beban Mati


Berdasarkan SNI 1727:2020, beban mati yang bekerja pada suatu struktur
merupakan berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang,
termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing,
klading gedung dan komponen arsitektural dan struktural lainnya serta peralatan
layan terpasang lain termasuk berat keran.
2.1.1 Beban Mati Struktur
Beban mati struktur dihitung secara otomatis oleh software ETABS
berdasarkan input data dimensi dan karakteristik material yang digunakan dalam
perencanaan dan pelaksanaan.
1. Berat jenis material beton = 2.400 kg/m3
2. Berat jenis material baja = 7.850 kg/m3
2.1.2 Beban Mati Tambahan
Beban mati tambahan didefinisikan sebagai beban mati yang diakibatkan
oleh berat–berat tambahan atau finishing yang bersifat permanen.
1. Beban luasan pada pelat atap
Plafon + penggantung = 0,18 kN/m2
Jadi, beban mati total (SIDL1) = 0,18 kN/m2
2. Beban luasan pada pelat lantai 1 - 7
Keramik (tebal 1 cm) = 1 (0,24 kN/m2) = 0,24 kN/m2
Spesi (tebal 2 cm) = 2 (0,21 kN/m2) = 0,42 kN/m2
Plafon + penggantung = 0,18 kN/m2 = 0,18 kN/m2
Jadi, beban mati total (SIDL2) = 0,84 kN/m2

2.2 Beban Hidup


Berdasarkan SNI 1727:2020, beban hidup adalah beban yang diakibatkan
oleh pengguna dan penghuni bangunan gedung atau struktur lain yang tidak
termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan, seperti beban angin, beban hujan,
beban gempa, beban banjir, atau beban mati. Beban hidup yang bekerja pada
bangunan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

16
Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Tabel 2.1 Rangkuman Beban Hidup Perlu


Fungsi Lantai Beban Hidup
Lantai Fungsi Lantai (SNI 1727:2020) Minimum
(kN/m3)
Rooftop Rooftop Atap untuk tempat berkumpul 4,79
Lantai 7 Room Ruang Pribadi dan koridor 1,92
Lantai 6 Room Ruang Pribadi dan koridor 1,92
Lantai 5 Room Ruang Pribadi dan koridor 1,92
Lantai 4 Room Ruang Pribadi dan koridor 1,92
Lantai 3 Room Ruang Pribadi dan koridor 1,92
Lantai 2 Ruang Pertemuan Ruang Publik + koridor
9,58
dan Resto
Lantai 1 Ruang Pertemuan Ruang Publik + koridor
9,58
dan Resto
Base Lobby Slab on ground

2.3 Beban Gempa


Menurut Pawirodikromo (2012), gempa bumi adalah bergetarnya
permukaan tanah karena pelepasan energi secara tiba-tiba akibat dari pecah/slipnya
massa batuan di lapisan kerak bumi. Energi tersebut terakumulasi dan terperangkap
pada waktu yang lama kemudian terlepas dan merambat ke segala arah sampai ke
permukaan tanah. Hal tersebut membuat permukaan tanah bergelombang yang
mengakibatkan bangunan diatasnya bergetar. Pada saat bangunan bergetar, timbul
gaya-gaya pada struktur bangunan karena adanya kecenderungan massa bangunan
untuk mempertahankan dirinya dari gerakan.
Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat
gempa. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan
suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa disini adalah
gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa
itu.
Response Spectrum (RS) merupakan metode gempa yang diperoleh dari
rekaman riwayat percepatan dari model Single Degree of Freedom (SDOF) yang
dibebani beban gempa yang berupa ground motion. Rekaman riwayat yang diambil
merupakan plot dari nilai maksimum (percepatan, kecepatan dan perpindahan) dari
periode yang berbeda-beda sehingga membentuk sebuah kurva yang dikenal

Yudika Gultom – M1C120006 17


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

sebagai Response Spectrum (RS). Metode Response Spectrum (RS) diatur dalam
SNI 1726-2019; Pasal 7.9.1;Hal-77.
2.3.1 Kategori Risiko
Kategori risiko pada Gedung ini berdasarkan tabel 3 SNI 1726:2019
adalah kategori resiko III.

Gambar 2.1 Kategori Risiko pada Gedung

2.3.2 Faktor Keutamaan


Faktor keutamaan pada Gedung ini berdasarkan tabel 4 SNI 1726:2020
adalah kategori resiko III.

Yudika Gultom – M1C120006 18


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Gambar 2.2 Faktor Keutamaan Gempa pada Gedung

2.3.3 Klasifikasi Situs


Klasifikasi situ pada perencanaan gedung ini dilakukan dengan mencari
nilai SPT sehingga bisa didapatkan kelas situs. Berikut merupakan hasil dari
perhitungan SPT pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Nilai SPT untuk Menentukan Kelas Situs
Lapis NSPT h (m) Ti (m) N=Ti/NSPT ∑N N= 30/ ∑ N Situs
0 0 0 0 0.000
1 20 2 2 0.100
2 21 4.5 2.5 0.119
3 23 6.5 2 0.087
4 24 8.5 2 0.083
5 32 10.5 2 0.063
6 25 12.5 2 0.080
7 54 14.5 2 0.037
0.88 34.03 SD
8 50 16.5 2 0.040
9 52 18.5 2 0.038
10 46 20.5 2 0.043
11 50 22.5 2 0.040
12 56 24.5 2 0.036
13 46 26.5 2 0.043
14 54 28.5 2 0.037
15 58 30.5 2 0.034
Dari tabel tersebut maka dapat di klasifikasi bahwa pada perencanaan
Gedung ini direncanakan pada kelas situs SD (Tanah Sedang) yang berlokasi
Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi, Kelas Situs SD (Tanah Sedang) (-1.650330,
103.561924). Adapun parameter respon spectral pada lokasi perencanaan pada
Gedung ini adalah sebagai berikut:

Yudika Gultom – M1C120006 19


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Gambar 2.3 Peta dan Parameter Respon Spectral

Tabel 2.3 Hasil Luaran Parameter Respon Spectral


TL SDS SD1 T0 Ts
PGA (g) Ss (g) S1 (g)
(detik) (g) (g) (detik) (detik)
0.1696 0.3463 0.2747 20 0.35 0,37 0,21 1,06
Untuk membuat kurva spectrum respon desain digunakan persamaan
berikut:

a. Untuk periode yang lebih kecil dari T0, spektrum respon percepatan desain
diambil dari persamaan;
𝑇
Sa = SDS (0,4 + 0,6 )
𝑇0
b. Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau
sama dengan Ts
Sa = SDS

Yudika Gultom – M1C120006 20


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

c. Untuk periode lebih besar dari Ts tetapi lebih kecil dari atau sama dengan TL,
respons spektral percepatan desain, Sa, diambil berdasarkan persamaan:
𝑠𝐷1
Sa = 𝑇
d. Untuk periode lebih besar dari TL, respons spektral percepatan desain, Sa,
diambil berdasarkan persamaan:
𝑠𝐷1 𝑇𝐿
Sa = 𝑇2

Keterangan:
SDS = parameter respons spektral percepatan desain pada periode pendek;
SD1 = parameter respons spektral percepatan desain pada periode 1 detik;
T = periode getar fundamental struktur.
Sehingga didapat spectrum respon kecepatan desain yang dapat dilihat pada
tabel berikut dan kurva spectrum respon desainnya dilihat pada gambar berikut,
Tabel 2.4 Parameter Grafik Respon Spectral
T T T
Sa Sa Sa
(detik) (detik) (detik)
0,140 0 0,04 8,5 0,02 17,5
0,35 0,5 0,04 9 0,02 18
0,35 1 0,04 9,5 0,02 18,5
0,345 Ts 0,04 10 0,02 19
0,25 1,5 0,04 10,5 0,02 19,5
0,18 2 0,03 11 0,02 20
0,15 2,5 0,03 11,5 0,02 20,5
0,12 3 0,03 12 0,02 21
0,11 3,5 0,03 12,5 0,02 21,5
0,09 4 0,03 13 0,02 22
0,08 4,5 0,03 13,5 0,01 22,5
0,07 5 0,03 14 0,01 23
0,07 5,5 0,03 14,5 0,01 23,5
0,06 6 0,02 15 0,01 24
0,06 6,5 0,02 15,5 0,01 24,5
0,05 7 0,02 16 0,01 25
0,05 7,5 0,02 16,5
0,05 8 0,02 17

Yudika Gultom – M1C120006 21


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Spectrum Respon
Tanah Lunak (SE)

0.400
0.350
0.300
0.250
Sa (g)

0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000
T (detik)

Gambar 2.4 Garfik Spektral Percepatan


Gedung yang direncanakan memiliki fungsi sebagai Gedung Hotel
berdasarkan Tabel 4 SNI 1726: 2019 termasuk kategori resiko III dengan faktor
keutamaan gempa (Ie) = 1,25. Kategori desain seismic (KDS) berdasarkan
parameter respon percepatan pada periode pendek (SDS) adalah KDS B (Tabel 8
SNI 1726: 2019), KDS berdasarkan parameter respon percepatan periode 1 detik
(SD1) adalah KDS D (Tabel 7 SNI 1726: 2019). Sehingga KDS berdasarkan nilai
SDS, SD1 dan katergori resiko adalah termasuk kedalam KDS D.

Gambar 2.5 Kategori Desain Seisemik

Yudika Gultom – M1C120006 22


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

2.3.4 Sistem Struktur


Material yang digunakan adalah beton bertulang dan sistem penahan gaya
seismic yang digunakan adalah rangka pemikul momen. Berdasarkan tabel 12 SNI
1726: 2019 sistem penahan gaya yang dizinkan adalah sistem rangka baja pemikul
momen khusus dengan nilai R = 8, Cd = 5,5 dan Ω0 = 3.

Gambar 2.6 Faktor R, Cd, dan 0

Gambar 2.7 Denah Pembebanan Lantai 1 sampai 2

Yudika Gultom – M1C120006 23


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Gambar 2.8 Denah Pembebanan Lantai 3 sampai 7

Gambar 2.9 Denah Pembebanan Rooftop

Yudika Gultom – M1C120006 24


BAB III
PEMODELAN STRUKTUR

Struktur bangunan Gedung yang akan direncanakan selanjutnya akan dibuat


dalam model 3D dengan komponen struktur seperti kolom, balok, dan pelat dengan
bantuan ETABS. Sisitem pelat yang akan dimodelkan adalah pelat 2 arah, shell thin,
diafragma semi kaku, yang berfungsi untuk menyalurkan gaya-gaya gempa elemen-
elemen struktur lainnya dan menyalurkan beban gravitasi.

3.1 Material
Langkah pertama sebelum melakukan pemodelan struktur adalah
mendefinisikan material-material dan penampang-penampang yang digunakan sebagai
berikut:
1. Material beton mutu fc’ 35 MPa. Klik define, pilih material properties, pilih Add
new material (concrete), masukkan data, klik OK.

Gambar 3.1 Material Property dan Mutu Beton


2. Material baja tulangan fy 420 MPa. Klik define, pilih material properties, pilih Add
new material (rebar), masukkan data, klik OK.

20
Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Gambar 3.2 Material Property Baja Tulangan


3. Material baja IWF fy 420 MPa. Klik define, pilih material properties, pilih Add new
material (steel), masukkan data, klik OK.

Gambar 3.3 Material Property Baja Struktural

Yudika Gultom - M1C120006 21


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

3.2 Define Frame Section


Pada tahap ini yang dilakukan adalah membuat dimensi dari balok, kolom,
pelat, serta dinding geser yang akan digunakan dalam permodelan gedung sekolah ini
dengan menggunakan ETABS. Berikut ini penjelasanya:

3.2.1 Balok
Mendefinisikan dimensi penampang berupa balok yang akan digunakan.
Dimensi balok yang akan digunakan adalah balok rencana yang telah dihitung
sebelumnya. Dimensi balok ini adalah 250 mm x 600 mm yang diseragamkan untuk
semua lantai. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Klik Define > Klik Section Properties > Pilih Frame Sections > Pilih Add New
Property > Pilih Section Shape.
2. Kemudian muncul Gambar 3.4 > Ubah ukuran dan material yang sesuai dengan
data perencanaan yang telah dilakukan.

Gambar 3.4 Properti Balok 250 mm X 500 mm


3.2.2 Kolom
Mendefinisikan dimensi penampang berupa kolom yang akan digunakan.
Dimensi kolom yang digunakan adalah kolom rencana yang telah dihitung.
Tabel 3.1 Dimensi Kolom Rencana

Yudika Gultom - M1C120006 22


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Lantai Dimensi (mm)


Base dan 1 600 x 600
2,3 dan 4 400 x 400
5,6, dan 7 300 x 300
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Klik Define > Klik Section Properties > Pilih Frame Sections > Pilih Add New
Property > Pilih Section Shape.
2. Kemudian muncul Gambar 3.5 > Ubah ukuran dan material yang sesuai dengan
data perencanaan yang telah dilakukan.

Gambar 3.5 Properti Kolom 600 mm X 600 mm


3.2.3 Pelat
Mendefinisikan dimensi penampang berupa pelat yang akan digunakan.
Dimensi pelat yang akan digunakan adalah balok rencana yang telah dihitung
sebelumnya. Tebal pelat yang digunakan adalah 200 mm yang diseragamkan untuk
semua lantai. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Klik Define > kemudian klik Section Properties > Pilih Slab Section > Pilih Add
New Properties.
2. Kemudian muncul Gambar 3.6 > Ubah ukuran dan material yang sesuai dengan data
perencanaan yang telah dilakukan.

Yudika Gultom - M1C120006 23


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Gambar 3.6 Properti Pelat 200 mm

3.2.4 Dinding Geser


Mendefinisikan dimensi penampang berupa dinding geser yang akan
digunakan. Dimensi dinding geser yang akan digunakan adalah dinding geser rencana
yang telah dihitung sebelumnya. Dimensi dinding geser ini adalah 300 mm yang
diseragamkan untuk semua lantai. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Klik Define > Klik Section Properties > Pilih wall Sections > Pilih Add New Property
> Pilih Section Shape.
2. Kemudian muncul Gambar 3.7 > Ubah ukuran dan material yang sesuai dengan
data perencanaan yang telah dilakukan.

Yudika Gultom - M1C120006 24


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Gambar 3.7 Properti Dinding Geser 300 mm


3.3 Input Property Modifier
Property modifier untuk memperhitungkan peretakan sesuai dengan tabel 6.
6. 3. 1. 1 (a) SNI 2847:2019 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Momen Inersia dan Luas penampang yang diizinkan untuk Analisis Elastis pada
Level Beban Terfaktor
Bagian dan kondisi Momen Inersia Luas Penampang
Kolom 0,70 Ig
Tidak retak 0,70 Ig
Dinding
Retak 0,35 Ig 1,0 Ag
Balok 0,35 Ig
Pelat datar dan Slab datar 0,25 Ig
Berikut ini adalam momen inersia yang dipakai pada semua penampang yang
telah direncanakan:
1. Balok menggunakan property modifier sebesar 0,35.
2. Kolom menggunakan property modifier sebesar 0,70.
3. Pelat menggunakan property modifier sebesar 0,25.
4. Dinding geser menggunakan property modifier sebesar 0,7 untuk dinding tak retak.
Berikut ini adalah cara memasukkan property modifier pada setiap jenis

penampang, mulai dari balok, kolom, pelat, hingga dinding geser.

Yudika Gultom - M1C120006 25


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

3.3.1 Balok
Balok Langkah-langkah yang dilakukan pada property modifier balok adalah
sebagai berikut:
1. Klik Select > Klik Properties > Klik Frame Sections > Pilih Balok yang digunakan
> Pilih Select.
2. Klik Assign > Klik Frame > Klik Property modifier > Isilah data seperti pada
Gambar 3.8 dibawah ini.

Gambar 3.8 Property Modifier Balok

3.3.2 Kolom
Langkah-langkah yang dilakukan pada property modifier balok adalah
sebagai berikut:
1. Klik Select > Klik Properties > Klik Frame Sections > Pilih kolom yang digunakan
> Pilih Select.
2. Klik Assign > Klik Frame > Klik Property modifier > Isilah data seperti pada
Gambar 3.9 dibawah ini.

Yudika Gultom - M1C120006 26


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Gambar 3.9 Property Modifier Kolom


3.3.3 Pelat
Langkah-langkah yang dilakukan pada property modifier balok adalah
sebagai berikut:
1. Klik Select > Klik Properties > Klik Slab Sections > Pilih Pelat yang digunakan >
Pilih Select.
2. Klik Assign > Klik Shell > Klik Stiffness modifier > Isilah data seperti pada Gambar
3.10 dibawah ini.

Yudika Gultom - M1C120006 27


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Gambar 3.10 Property Modifier Pelat


3.3.4 Dinding Geser
Langkah-langkah yang dilakukan pada property modifier balok adalah sebagai
berikut:
1. Klik Select > Klik Properties > Klik Wall Sections > Pilih Pelat yang digunakan >
Pilih Select.
2. Klik Assign > Klik Shell > Klik Stiffness modifier > Isilah data seperti pada
Gambar 3.11 dibawah ini.

Gambar 3.11 Property Modifier Dinding Geser

3.4 Input Rigid Zone Factor


Rigid zone factor pertemuan balok dan kolom untuk rangka beton yang
dirancang strong-coloumn-weak-beam diambil 0 untuk balok dan 1,0 untuk kolom.
Langkah-langkahnya dapat dilihat berikut ini.
1. Klik Select > Klik Properties > Klik Frame Sections > Pilih kolom yang digunakan
> Pilih Select.
2. Klik Assign > Klik Frame > Klik End Length Offsets > Isi dengan nilai 1,0.

Yudika Gultom - M1C120006 28


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Gambar 3.12 Rigid Zone Factor

3.5 Beban
3.5.1 Beban Mati
3.5.2 Beban Hidup
Lantai 8 = 0,96 Kn/m2 (Beban hidup pada pelat atap)

Yudika Gultom - M1C120006 29


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Lantai 3-7 = Koridor = 4,79 Kn/m2


= Ruang = 1,92 Kn/m2

Lantai 1-2 = 4,92 Kn/m2

3.5.3. Beban Gempa


1. Diafragma yang digunakan adalah semi rigid

Yudika Gultom - M1C120006 30


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

2. Berat seismik
Perhitungan berat seismic sesuai SNI 1726:2019 pasal 7.7.2

Gambar 3.24 SNI 1726:2019 pasal 7.7.2


Sehingga data-data yang harus disertakan ke dalam model seperti terlihat pada
Gambar

Gambar 3. Mass Source Data


3. Beban gempa statis
SNI 1726:2019 pasal 7.8.4.2 tentang torsi tak terduga. Dengan mengisi pilihan
pada kolom “Direction and Eccentricity” sebesar +- 5%.

Yudika Gultom - M1C120006 31


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Gambar 3. SNI 1726:2019 pasal 7.8.4.2


Arah sumbu-X

Gambar 3. Penamaan Beban Gempa Statis

Yudika Gultom - M1C120006 32


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Gambar 3. Input Beban Gempa Statis arah sumbu-X

Arah sumbu-Y

Gambar 3. Input Beban Gempa Statis arah sumbu-Y


4. Desain respons spektrum
Berdasarkan SNI 1726:2019 pasal 6.4 Kurva desain respons spektrum yang dibuat
berdasarkan data-data koefisien situs dan parameter respons spektral, yang
diperoleh dari Bab 2 sebelumnya, dibuatkan grafik pada program ETABS sebagai
berikut.

Yudika Gultom - M1C120006 33


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Gambar 3. Input Grafik Respons Spektrum


5. Beban gempa dinamis
Berdasarkan SNI 1726:2019 pasal 7.9.1.2 tentang parameter renspons ragam,
Gravitasi (9,8 m/s2) harus dibagi dengan faktor R/Ie. Sehingga nilainya adalah
9,8(8/1) = 1,225. Input nilai tersebut ke dalam kolon “scale factor”.
Arah sumbu-X

Gambar 3. Input Beban Gempa Dinamis arah sumbu-X


Arah sumbu-Y

Yudika Gultom - M1C120006 34


Tugas Besar Dinamika Struktur dan Struktur Bangunan Tinggi PTS 467 & ESS161

Gambar 3. Input Beban Gempa Dinamis arah sumbu-Y

Yudika Gultom - M1C120006 35

Anda mungkin juga menyukai