Anda di halaman 1dari 18

```````````````````````````````````````````````````````BAB I

PRELIMINARY DESAIN

1.1. Data Prencanaan


Struktur Gedung yang direncanakan memiliki fungsi sebagai Gedung
Perkantoran dan memiliki Struktur Beton Bertulang dengan Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dengan metode Response Spectrum
(RS).
1.1.1. Lokasi Perencanaan
Lokasi Perencanaan untuk bangunan berada di Kota Palu,
Sulawesi Tengah dengan indikator Tanah Sedang.
1.1.2. Data Bangunan
a. Fungsi Bangunan : Gedung Perkantoran
b. Jumlah Lantai : 3 Lantai
c. Tinggi Bangunan : 10,5 m
d. Jarak antar Lantai : 3,5 m
e. Panjang Bentang : 18 m (arah x)
: 25 m (arah y)
f. Struktur Bangunan : Beton Bertulang
1.2. Data Material
1.2.1 Spesifikasi Material Beton
a. Mutu Beton ( f ' c) = 25 Mpa
b. Berat Jenis = 2400 kg/m³
c. Modulus Elastisitas Beton Ec
Ec = 4700 √ f ' c = 23500 Mpa
1.2.2 Spesifikasi Material Baja
a. Mutu Baja Tulangan Utama (fy) = 320 Mpa
b. Diameter Tulangan Utama = 22 mm
c. Diameter Tulangan Sengkang = 10 mm
1.3. Data Beban
Data beban sebagai gaya luar yang bekerja pada struktur bangunan.
Data beban yang direncanakan terdiri dari Beban Mati (Berat dan Berat
Tambahan), Beban Hidup yang diambil sebesar luasan per (m²), Beban
gempa dengan metode static ekuivalen atau response spectrum (RS) atau
linear time hsitory analysis (LTHA) yang ditinjau berdasarkan fungsi
bangunan yang akan direncanakan, diambil berdasarkan SNI 2847-2019;
Beban gempa dengan memperhitungkan hal-hal dasar yang mengacu pada
SNI 1726-2019; Bangunan dirancang mampu menahan beban yang telah
dikombinasikan sesuai SNI 1727-2020.
1.4. Gambar Rencana Struktur
Pengambarang direncanakan setelah semua tahap perencanaan gedung selesai.
Digambar secara manual dengan bantuan Software Autocad.

1.5. Pemodelan Struktur Sekunder


Perhitungan struktur bangunan ini mengunakan analisis sistem rangka
pemikul momen khusus (SRPMK) dan mengunakan program bantu
software ETABS. Dimana komponen-komponen struktur terdiri dari
gedung, ada yang dimodelkan seperti balok, kolom, pelat lantai, tangga,
dan pondasi.
1.5.1 Menentukan Dimensi Balok
Sebelum menentukan perhitungan dimensi balok, bentang pada
balok harus diketahui terlebih dahulu dari gambar struktural
bangunan. Untuk menentukan tinggi balok, dapat mengunakan
acuan SNI 2847-2019 pada tabel 9.3.1.1 halaman 180 sebagai
berikut

Kondisi Perlekatan Minumum h[1 ]


Perlekatan sederhana l /16
Menerus satu sisi l /18,5
Menerus dua sisi l /21
Kantilever l /6
Tabel 9.3.1.1 Tinggi minimum balok nonprategang

Balok harus memenuhi :

a. Bentang bersih ln harus minimal 4d


b. Lebar penampang b w harus sekurangnya nilai terkecil dari 0,3h
dan 250 mm.
c. Proyeksi lebar balok yang melampaui lebar kolom penumpu
tidak boleh melebihi nilai terkecil dari c 2 dan 0,75 c 1 pada
masing-masing sisi kolom.

Dalam perencanaan ini akan digunakan lebar penampang b w 300


mm dimana kebih besar dari 250 mm.

1.5.2 Menentukan Dimensi kolom


Perencanaan dimensi kolom
I kolom I balok

hkolom h balok

dimana : I kolom = Inersia kolom (1/12 . b . h³)


: I kolom = Inersia bersih kolom
: I balok = Inersia balok (1/12. b .h³)
: I balok = Tinggi bersih balok
Desain kolom pada dasarnya meliputi pemilihan penampang
melintang kolom berikut penulangannya, sehingga cukup kuat
memikul kombinasi dari beban-benan terfaktur N dan M (momen
primer), dan termasuk pengaruh kelangsingannya (momen
sekunder).
1.5.3 Menentukan Dimensi Pelat
Langkah-langkah dalam perencanaan dimensi ketebalan pelat
lantai adalah sebagai berikut :
1. Menentukan posisi pelat yang akan ditinjau.
2. Mengetahui data-data perencanaan.
3. Perhitungan perencanaan tebal pelat.
Komponen struktur beton yang mengalami lentur direncanakan
agar mempunyai kekakuan yang cukup untuk membatasi lendutan
atau deformasi apapun yang dapat memperlemah kekuatan
ataupun mengurangi kemampuan struktur pada beban kerja.
Perhitungan tebal pelat:
1. Pelat Satu Arah
Perencanaan awal tebal pelat lantai mengunakan rumus
ketebalan minumum pelat lantai pada SNI-2847-2019 tabel
7.3.1.1 halaman 120 sebagai berikut :
Kondisi tumpuan [1 ]
h Minimum
Tumpuan sederhana l /20
Satu ujung menerus l /24
Kedua ujung menerus l /28
Kantilever l /10
Tabel 7.3.1.1 Ketebalan minimum pelat soid satu arah
nonprategang

2. Pelat Dua Arah


Untuk perencanaan pelat lantai dua arah balok interior yang
membentang di antara tumpuan pada semua sisinya yang
memiliki rasio bentang panjang terhadap bentang pendek
maksimum 2, ketebalan pelat keseluruhan h tidak boleh kurang
dari batasan Tabel 8.3.1.1 pada SNI-2847-2019 halaman 134.
a. Pelat tanpa drop panel > 125 mm
b. Pelat dengan drop panel > 100 mm

Tanpa drop panel Dengan drop panel


fy, Panel ekterior Panel Panel eksterior Panel
Mpa Interio interior
r
Tanpa Dengan Tanpa Dengan
balok balok balok balok
tepi tepi tepi tepi
280 ln/33 ln/36 ln/36 ln/36 ln/40 ln/40
420 ln/30 ln/33 ln/33 ln/33 ln/36 ln/36
520 ln/28 ln/31 ln/31 ln/31 ln/34 ln/34
 ln adalah jarak bersih ke arah memanjang, diukur
dari muka ke muka tumpuan (mm).
 Untuk fy dengan nilai diantara yang diberikan dalam
tabel, ketebalan minimum harus dihitung dengan
interpolasi linear
Tabel 8.3.1.1 Ketebalan minimum pelat dua arah
nonprategang tanpa balok interior (mm)

Tebal pelat minimum dengan balok yang menghubungkan


tumpuan pada semua sisinya dengan syarat bentang panjang
terhadap bentang pendek maksimum 2 harus memenuhi syarat
pada SNI-2847-2019 sebagai berikut :
a. Untuk αm ≤ 0,2 : pakai persyaratan pelat balok tanpa
interior.
b. Untuk 0,2 ≤ αm ≤ 2,0 harus memenuhi
fy
ln (0,8+ )
1400
h=
36 +5 β(α m−0,2)
tidak boleh kurang dari 125 mm
c. Untuk αm ≥ 2,0 harus memenuhi
fy
ln(0,8+ )
1400
h=
36+ 9 β
tidak boleh kurang dari 90 mm

dimana :
ln = Panjang bentang bersih dalam arah memanjang
dari konstruksi dua arah, diukur dari muka ke muka
tumpuan pada pelat tanpa balok

fy = Tengangan leleh

β = Rasio bentang versih dalam arah memanjang


terhadap arah memendek pelat dua arah

α = Rasio kekakuan lentur penampang balok


terhadap kekakuan lentur pelat dengan lebar yang
dibatasi secara lateral oleh garis-garis sumbu
tengah dari penel-panel yang bersebelahan pada
tiap sisi balok

αm = Nilai rata-rata α untuk semua balok pada tepi-


tepi dari suatu panel

d. Pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus


disediakan balok tepi dengan αf tidak kurang dari 0,8
atau sebagai alternatif ketebalan minimum harus
memenuhi (b) dan (d) dan harus diperbesar paling sedikit
10 % pada panel tepi yag tidak menerus SNI-2847-2019,
halaman 135.
1.5.4 Menentukan dimensi tangga
Tangga merupakan bagian dari elemen konstruksi yang
berfungsi sebagai penghubung antara lantai satu dengan
lantai yang lain. Tangga merupakan elemen penting yang
harus ada pada bangunan bertingkat, baik sebagai tangga
utama maupun tangga darurat.
Dalam perencanaan ini, karena elevasi tiap lantai mempunyai
ketinggian dan ukuran yan sama (satu tipe tangga), maka
perencanaan tangga dihitung dalam satu perhitungan.
Berikut akan dibahas perencanaan tangga sesuai ketentuan
perhitungan menggunakan metode SRPMK.
1. Data-data perencanaan
 Tipe tangga
 Panjang datar tangga
 Tinggi tangga
 Tinggi pelat bordes
 Tebal rencana pelat bordes
 Lebar injakan (i)
 Tinggi tanjakan (t)
2. Perhitungan perencanaan dimensi tangga
 Sudut kemiringan tangga (α)
t
α = arc tan
i
 Syarat Sudut kemiringan tangga
25° ≤ α ≥ 40 °
 Jumlah tanjakan
tinggi tangga
nt =
t
 Jumlah injakan
ni = nt – 1
 Tebal efektif pelat anak tangga (d) dengan
perbandingan luas segitiga :
LΔ1= LΔ2
1 1
. i. t= . ( √ i +t ) . d
2 2
2 2
Maka tebal efektif pelat tangga = tebal pelat
1
tangga rencana + d
2

1.6. Permodelan Struktur Primer dan Sekunder


Pada permodelan ini Struktur primer terdiri dari balok primer,
balok anak, kolom, pelat lantai, tangga dan HBK (hubungan balok dan
kolom). Untuk struktur primer di desain dengan mengunakan tulangan
lentur dan tulangan geser berdasarkan persyaratan SRPMK.
1.6.1 Komponen Struktur Balok pada SRPMK (SNI-2847-2019
pasal 18.6 halaman 376)
1.6.1.1 Ruang Lingkup
Komponen struktur pada SRPMK harus memenuhi
syarat-syarat dibawah ini :
1. Gaya aksial tekan terfaktor pada komponen struktur tidak
boleh melebihi A g f ' c /10
2. Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang
dari
4 kali tinggi efektifnya.
3. Perbandingan lebar penampang tidak boleh kurang dari
0,3
4. Lebar tidak boleh kurang dari
a. Kurang dari 250 mm.
b. Proyeksi lebar balok yang melebihi lebar kolom
tidak boleh melebihi 0,75 dari masing-masing sisi
kolom komponen lentur.
5. Tinggi balok Untuk menentukan tinggi balok, dapat
mengunakan acuan SNI 2847-2019 pada tabel 9.3.1.1
halaman 180 sebagai berikut

Kondisi Perlekatan Minumum h[1 ]


Perlekatan sederhana l /16
Menerus satu sisi l /18,5
Menerus dua sisi l /21
Kantilever l /6
Tabel 9.3.1.1 Tinggi minimum balok nonprategang
Dalam menentukan dimensi balok Tabel 9.3.1.1 sebagai
acuan, dengan memilih parameter menerus dua sisi, maka
tinggi minimum balok dapat dihitung dengan persamaan
l/21 sehingga :
5000
h min= =238 mm
21
Atau
6000
h min= =285 mm
21
Nilai tersebut hayalah batasan minimum dari yang
ditentukan. Pada perencanaan ini akan digunakan balok
350 mm dimana lebar balok lebih dari 250 mm.
Selanjutnya mentukan tinggi tinggi balok dengan rasio
tinggi dan lebar h/b = 1,5 s.d 2. Dalam perencanaan ini
dipilih 1,5 sehingga tinggi balok h = 1,5 x b = 2 x 350 =
525 mm. Untuk balok anak, besaran b akan dipilih sebesar
250 mm dan h sebesar 500 mm.
1.6.1.2 Tulangan Longitudinal (SNI-2847-2019 pasal 18.6.3
halaman 378)
1. Balok harus memiliki setidaknya dua batang tulangan
menerus pada sisi atas dan bawah penampang.
2. Jumlah tulangan harus lebih besar dari :
0,25 √ fc ' 1,4
b d
ASmin = b w d dan
fy fy w
3. Kuat lentur positif komponen struktur lentur pada muka
joint tidak boleh lebih kecil dari setengah kekuatan lentur
negatifnya pada muka tersebut. Bila kuat lentur negatif
maupun kuat lentur positif pada setiap penampang
disepanjang bentang tidak boleh kurang dari seperempat
kekuatan lentur maksimum pada muka joint.
4. Sambungan lewatan tulangan longitudinal diizinkan jika
sengkang pengekang atau spiral dipasang sepanjang
sambungan lewatan. Spasi tulangan trasnversal yang
melingkupi batang tulangan yang disambung tidak boleh
melebihi dari d/4 atau 100 mm. Sambungan lewatan
tidak boleh digunakan pada lokasi :
a. Dalam joint
b. Dalam jarak dua kali tinggi balok dari muka joint
c. Dalam jarak dua kali tinggi balok dari penampang
kritis dimana leleh lentur terjadi sebagai akibat
deformasi lateral yang melampaui perilaku elastik.
1.6.1.3 Tulangan Trasnversal (SNI-2847-2019 pasal 18.6.4
halaman 380)
Sengkang pengekang harus dipasang pada balok di daerah
berikut :
1. Sepanjang jarak yang sama dengan dua kali tinggi balok
yang diukur dari muka kolom penumpu ke arah tengah
bentang, di kedua ujung balok.
2. Sepanjang jarak yang sama dengan dua kali tinggi balok
pada kedua sisi suatu penampang dimana leleh lentur
terjadi akibat deformasi lateral yang melampaui perilaku
elastik.
3. Sengkang pengekang pada balok diizinkan terdiri dari
dua batang tulangan yaitu sebuah sengkang yang
mempunyai kait gempapada kedua ujjungnya dan ikat
silang sebagai penutup. Ikat silang berururtan yang
mengikat batang tulangan longitudinal yang sama harus
memiliki kait 90 derajat yang dipasang selang-seling
pada sisi yang berlawanandari komponen struktur lentur.
Jika batang tulangan longitudinal yang ditahan oelh ikat
silang dikekang oleh pelat hanya pada satu sisi
komponen struktur lentur, maka kait 90 derajat dari ikat
silang harus ditempatkan pada sisi tersebut.
4. Sengkang pengekang pertama harus ditempatkan tidak
lebih dari 50 mm dari muka kolom penumpu. Spasi
sengkang pengekang tidak boleh melebihi nilai terkecil.
Jarak maksimum antara sengkang tertutup tidak boleh
melebihi :
 d/4
 enam kali diameter terkecil batang tulangan
lentur utama, tidak termsuk tulangan longitudinal.
 150 mm
5. Bla sengkang pengekang tidak diperlukan, sengkang
dengan kait gempa pada kedua ujungnya harus dipasang
dengan spasi tidak lebih dari d/2 sepanjang bentang
balok.
1.6.1.4 Persyaratan Kuat Geser (SNI-2847-2019 pasal 18.6.5
halaman 382)
1. Gaya rencana
Gaya geser desain V e harus dihitung dari tinjauan gaya-
gaya pada bagian balok diantara kedua muka joint.
Momen-momen dengan tanda berlawanan yang terkait
dengan kekuatan momen lentur maksimum yang
mungkin terjadi M pr , harus diasumsikan bekerja pada
muka-muka joint dan balok dibebani dengan beban
gravitasi tributari terfaktor disepanjang bentangnya.
2. Tulangan Transversal
Tulangan transversal sepanjang daerah yang
diidentifikasi harus menahan geser dengan diasumsikan
V c = 0 bila mana harus memenuhi :
a. Gaya geser akibat gempa yang dihitung sesuai
rencana mewakili setidaknnya setengah kekuatan
geser perlu maksimum dalam bentang tersebut
b. Gaya tekan aksial terfaktor Pu termasuk pengaruh
gempa kurang dari A g f ' c /20
1.7. Komponen Struktur Kolom pada SRPMK (SNI-2847-
2019
pasal 18.7 halaman 384)
1.7.1 Ruang Lingkup

Komponen struktur lentur pada SRPMK harus memenuhi


syarat-syarat dibawah ini:

1. Untuk kolom sistem rangka pemikul momen khusus


yang merupakan bagian sistem pemikul gaya seismik dan
utamanya didesain untuk menahan gaya lentur, geser dan
aksial.
2. Kolom-kolom harus memenuhi sebagai berikut :
a. Dimensi penampang terkecil, diukur pada garis
lurus yang melalui pusat geometri, tidak kurang dari
300 mm.
b. Rasio dimensi penampang terkecil terhadap dimensi
tegak lurusnya tidak kurang dari 0,4.
1.7.2 Kuat Lentur minimum pada balok (SNI-2847-2019
pasal 18.7.3 halaman 385)
1. Kuat Lentur kolom harus memenuhi
Ʃ M nc ≥ (1,2) Ʃ M nb
Ʃ M nc adalah jumlah kekakuan lentur nomils kolom-
kolom yang merangka ke dalam joint, yang dievaluasi di
muka-muka joint. Kekuatan lentur kolom harus dihitung
untuk gaya aksial terfaktor, konsisten dengan arah gaya-
gaya lateralyang ditinjau, yang menghasilkan kekuatan
lentur terendah.
Ʃ M nbadalah jumlah kekakuan lentur nominal balok yang
merangka ke dalam joint, yang dielevasi dimuka-muka
joint. Pada konstruksi balok T, dimana pelat dalam
kondisi tarik akibat momen-momen dimuka joint,
tulangan pelat dalam lebar efektif pelat sesuai 6.3.2 harus
diasmumsikan berkontribusi terhadap M nbjika tulangan
pelat tersebut terangkut dengan baik pada penampang
kritisnya.
2. Jika penyelesaian di atas tidak dipenuhi pada suatu joint,
kekuatan dan kekakuan lateral kolom yang merangka ke
dalam joint tersebut harus diabaikan saat menghitung
kekuatan dan kekakuan struktur. Kolom harus memenuhi
syarat 18.14.
1.7.3 Tulangan Longitudinal (SNI-2847-2019- pasal 18.7.4
halaman 386)
1. Luas tulangan longitudinal A st tidak boleh kurang dari
0,01 A gdan tidak lebih dari 0,06 A g.
2. Pada kolom-kolom dengan sengkang bundar, jumlah
batang tulangan longitudinal minimum harus 6.
1.7.4 Tulangan Transversal (SNI-2847-2019-pasal 18.7.5
halaman 386)
1. Tulangan Trasnversal yang diisyaratkan sebagai berikut
harus dipasang sepanjang l o dari masing-masing muka
joint dan pada kedua sisi sebarang penampang dimana
pelelehan lentur dimungkinkan terjadi sebagai akibat
perpindahan lateral yang melampaui perilaku elastik.
Panjang l o tidak boleh kurang dari nilai terbesar dari :
a. Tinggi kolom pada muka joint atau pada penampang
dimana pelelehan lentur dimungkinkan terjadi.
b. Seperenam tinggi bersih kolom
c. 450 mm
2. Tulangan Transversal harus memenuhi :
a. Tulangan transversal harus berdiri dari spiral tunggal
atau spiral saling tumpuk (overlap), sengkang
pengekang persegi, dengan atau tanpa ikat silang.
b. Setiap tekukan ujung sengkang pengekang persegi
dan ikat silang harus mengait batang tulangan
longitudinal terluar.
c. Ikat silang dengan ukuran batang tulangan yang
sama atau yang lebih kecil dari diameter sengakng
pengekang di isinkan sesuai batasan yang tertera
pada (25.7.2.2. SNI-2847-2019) ikat silang-silang
yang berurutan harus diselang-seling ujungnya
sepanjang tulangan longitudinal dan sekeliling
perimeter penampang.
d. Jika digunakan sengkang pengekang persegi ataupun
ikat silang, tulangan transversal tersebut harus
berfungsi sebagai tumpuan lateral untuk tulangan
longitudinal sesuai (25.7.2.2 dan 25.7.2.3. SNI-
2847-2019)
e. Tulang harus diatur sedemikian sehingga spasi h x
antara tulangan-tulangan longitudinal disepanjang
perimeter penampang kolom yang bertumpu secara
lateral pleh sudut ikat silang atau kaki-kaki sengakng
pengekang tidak boleh melebihi 350 mm.
f. Ketika Pu >0,3 A g f ' c atau f ' c > 70 Mpa pada kolom
dengan sengkang pengekang, setiap batang atau
bundel tulangan longitudinal di sekeliling inti kolom
harus memiliki tumpuan lateral yang diberikan oleh
sudut dari sengkang pengekang ataupun oleh kait
gempa dan nilai h x tidak boleh lebih dari 200 mm.
Pu harus merupakan gaya tekan terbesar yang
konsisten dengan kombinasi beban terfaktor
termasuk E.
3. Tulangan Transversal harus diletakkan dengan spa tidak
melebihi daripada :
a. Seperempat dari dimensi terkecil komponen struktur.
b. Enam kali diameter tulangan longitudinal terkecil.
350−h x
c. so = 100 + ( )
3
Nilai so tidak boleh melebihi 150 mm dan tidak perlu
kurang dari 100 mm.
4. Jumlah tulangan transversal harus sesuai Tabel 18.7.5.4.
5. Faktor kekuatan beton kf dan faktor keefiktifan
pengekangan knρ
fc '
a. kf = +0 ,6 ≥ 1,0
175
nl
b. kn =
nl−2
dimana nl adalah jumlah batang atau bundel
tulangan longitudinal di sekeliling inti kolom dengan
sengkang persegi yang bertumpu secara lateral oleh
sudut dari sengkang pengekang atau kait seismik.

Tulangan Kondisi Persamaan yang


tranversal 1 berlaku
A sh / sbc Pu ≤0,3 A g f c ' Terbesar 0,3

( Ag
)
'
dan antara (a) fc
Untuk −1
'
f c ≤ 70 Mpa dan (b) A ch fyt
sengkang
pengkang Pu >0,3 A g f c ' Terbesar (a)

persegi atau antara (a),


(b) dan (c) f c'
f 'c > 70 Mpa 0,09 (b)
fyt

0,2k f k n
Pu
fyt Ach
(c)

ρs Pu ≤0,3 A g f c ' Tersebar 0,45

( Ag
)
'
dan antara (d) fc
Untuk spiral −1
'
f c ≤ 70 Mpa dan (e) A ch fyt
ataupun
(d)
sengkang
pengekang Pu >0,3 A g f c ' Tersebar
lungkaran atau antara (d), f c'
0,12 (e)
'
f > 70 Mpa
c
(e) dan (f) fyt

0,35 k f k n

Pu
fyt Ach
(f)

Tabel 18.7.5.4 Tulangan Transversal untuk kolom-kolom


sistem rangka pemikul momen khusus.
1.7.5 Persyaratan Kuat Geser (SNI-2847 2019 pasal 18.7.6
halaman
291)
1. Gaya-gaya rencana
Gaya geser desaian V e harus ditentukan dari peninjauan
terhadap gaya-gaya maksimal yang dapat terjadi di muka-
muka joint pada setiap ujung kolom. Gaya-gaya joint ini
harus ini harus di tentukan menggunakan kekuatan lentur
maksmimum yang mungkin terjadi, M pr di setiap ujung
kolom yang terkait dengan rentang beban aksial terfaktor Pu
yang bekerja pada kolom. Geser kolom tersebut di atas
tidak perlu melebihi nilai geser yang dihitung dari kekuatan
joint berdasarkan M pr balok yang merangka ke joint. Nilai
V e tidak boleh kurang dari geser terfaktor berdasarkan
analisis struktur.
2. Tulangan Transversal
Tulangan transversal pada komponen struktur sepanjang l o ,
harus didesain untuk untuk menahan geser dengan
mengasumsikan V c = 0, bila :
a. Gaya geser akibat gempa mewa
b.
c. kili 50% dari kuat geser
perlu maksimum pada bagian sepanjang l o tersebut.
d. Gaya tekan aksial terfaktor termasuk akibat pengaruh
gempa tidak melampaui A g f ' c / 20.
1.8. Hubungan Balok kolom (SNI-2847-2019 pasal 18.8 halaman
392)
1.8.1 Ruang Lingkup

Pasal ini berlaku untuk joint balok-kolom sistem rangka pemikul


momen khusus yang merupakan bagian dari sistem pemikul
gaya seismik.

1.8.2 Kentuaan Umum


1. Gaya-gaya pada tulangan longitudinal balok dimuka joint
harus dihitung dengan mengasumsikan tegangan pada
tulangan tarik lentur adalah 1,25fy.
2. Tulangan longitudinal balok yang dihentikan di dalam suatu
kolom harus diteruskan kemuka terjauh dari inti kolom
terkekang dan harus disalurkan dalam tarik dan dalam tekan
3. Bila tulangan longitudinal balok diteruskan melalui joint
balok-kolom, dimensi kolom yang paralel dengan tulangan
balok tersebut tidak boleh kurang dari 20 kali diamater
tulangan longitudinal terbesar balok untuk beton normal
(normalwight). Untuk beton
4.

Anda mungkin juga menyukai