Anda di halaman 1dari 4

18

2.2 Batang Tarik Tunggal


Sub bab batang tarik tunggal menurut SNI 7973:2013 berisikan Pendahuluan, Luas
Penampang Neto (An), Struktur Tarik, dan Soal.

2.2.1 Pendahuluan
Jenis batang tarik dapat ditemukan pada struktur rangka batabg kuda-kuda maupun
struktur rangka jembatan. Batang tarik pada struktur rangka kuda-kuda yaitu balok tarik,
adapun pada struktur rangka jembatan yaitu batang yang terletak dibagian bawah yang
berada diantara tumpuan. Penampang melintang batang yang menahan beban tarik adalah
penampang melintang bersih atau penampang netto (A n). Sehingga perlemahan akibat
adanya lubang alat sambung seperti baut, paku, pasak dan alat sambung lainnya serta
perlemahan yang diakibatkan oleh asanya lubang yang tertutup maupun terbuka harus
diperhitungkan sebagai perlemahan.

2.2.2 Luas Penampang Neto


Luas penampang neto sama dengan luas penampang bruto dikurangi luas
terproyeksi semua material yang dihilangkan dengan cara mengebor, mengalur, memahat,
menakik, atau cara lain. Luas penampang neto harus digunakan di dalam menghitung
kapasitas pikul beban struktur.
Pada pembebanan sejajar serat dengan pengencang berselang-seling berupa baut
pengencang yang berselahan harus dianggap terletak pada penampang kritis yang sama
apabila spasi sejajar serat antara pengencang pada baris-baris yang bersebelahan kurang dari
empat kali diameter pengancang (Gambar 2.2.1).
Keterangan:
• Jika ‘a’ ≥ 4 db, maka pengurangan
luas bruto sebesar (2 db * b)
• Jika ‘a’ < 4 db, maka pengurangan

a a luas bruto sebesar (3 db * b)


d
b
Gambar 2.2.1. Dasar penentuan penampang neto

Apabila pengencang berupa baut dipasang pada satu potongan melintang, maka luas
penampang neto harus dihitung penampang bersih dengan mengurangi penampang bruto
oleh penampang memanjang baut seluruh baut pada satu potongan melintang tersebut
(Gambar 2.2.2 dan 2.2.3).
19

db db
Lubang pada tebal penampang balok
An = (b * h) – (1 db * h) → An = (b – 1 db) * h
An = (b * h) – (2 db * h) → An = (b – 2 db) * h
An = (b * h) – (3 db * h) → An = (b – 3 db) * h

h
An = (b * h) – (n db * h) → An = (b – n db) * h

An = (b – n db) * h......................(2.2.2) b b

Gambar 2.2.2 Baut pada tebal balok

Lubang pada tinggi penampang balok


An = (h * b) – (1 db * h) → An = (h – 1 db) * b

db

h
An = (h * b) – (2 db * h) → An = (h – 2 db) * b
An = (h * b) – (3 db * h) → An = (h – 3 db) * b
An = (h . b) – (n db . h) → An = (h – n db) * b b b

An = (h – n db) * b......................(2.2.3) Gambar 2.2.3 Baut pada tinggi balok

dimana An : luas penampang netto (cm2) h : tinggi penampang balok (cm)


n : jumlah lubang baut db : diameter lubang baut (cm)
b : tebal penampang balok (cm)

Perlemahan akibat adanya lubang paku, luas penampang netto (An) dapat dihitung
dengan nilai berkisar antara (80 s.d 90)% dari luas penampang brutto (Ab)
An = (80 s.d 90)% * Ab...........................(2.2.4)
Pengurangan akibat adanya takikan pada sambungan gigi, luas penampang netto
(An) yaitu tinggi penampang melintang dikurangi dalamnya takikan (t m) kali tebal (b), karena
penampang melintang balok berdiri
An = (h – tm) * b.........................(2.2.4)

dimana h

An : luas penampang netto (cm2)


h : tinggi penampang melintang balok (cm)
tm

tm : dalamnya takikan kritis (cm)


h

ℓm

Gambar 2.2.4. Sambungan Gigi


20

2.2.3 Struktur Tarik


Gaya atau tegangan tarik sejajar serat aktual harus didasarkan atas luas penampang
neto dan tidak boleh melebihi nilai desain tarik terkoreksi. Desain yang menimbulkan tarik
tegak lurus serat sedapat mungkin dihindari. Jika tarik tegak lurus serat tidak dapat dihindari,
maka perkuatan mekanis yang mampu menahan semua tegangan tersebut harus digunakan.
Kapasitas tarik terkoreksi batang dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.2.5 berikut

TT ′ = Ft ′ ∗ Aneto … … … … … … … … … … … … … . (2.2.5)

dimana
TT’ : kapasitas tarik terkoreksi luas penampang neto
Ft’ : nilai desain tarik sejajar serat terkoreksi
Aneto : luas penampang neto

Nilai desain tarik sejajar serat terkoreksi (Ft’) adalah fungsi dari Nilai Desain Tarik
Sejajar Serat (Ft), Faktor Layan Basah (CM), Faktor Temperatur (Ct), Faktor Ukuran (CF),
Faktor Tusukan (Ci), Faktor Konversi Format (KF), Faktor Ketahanan (Фt), dan Faktor Efek
Waktu (λ). Sehingga nilai desain tariksejajar serta terkoreksi dihitung dengan menggunakan
Persamaan 2.2.6 sebagai berikut.

Ft ′ = Ft ∗ CM ∗ Ct ∗ CF ∗ Ci ∗ K F ∗ Φt ∗ λ … … … … … … … … … … . (2.2.6)

Luas penampang melintang neto (An) ditentukan berdasarkan pada daerah kritis.

An = b ∗ d … … … … … … . . . . … … … … … … … . (2.2.7)

Keterangan:
b : tebal atau lebar penampang batang tarik (mm)
d : tinggi penampang batang tarik (mm)

2.2.4 Soal
1. Gambar 2.2.5 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16 (SNI 7973:2013). Hitung beban
ultimit (PU) berdasarkan kapasitas tarik terkoreksi batang AC, jika panjang a = 300 cm
dan dimensi penampang melintang batang AC adalah (b/d) = 100/300 mm mengalami
perlemahan akibat adanya takikkan sambungan Gigitunggal sebesar tm = 1/5 d. Ketentuan
lain yang diperlukan silahkan tentukan sendiri berdasarkan peraturan yang berlaku dan
terkini.
21

a
A B
C
a a a a a a a a
RA RB
PU 0,5 PU PU 0,5 PU PU 0,5 PU PU

Gambar 2.2.5 Rangka Bidang Jembatan Kayu

2. Gambar 2.2.6 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16 (SNI 7973:2013). Hitung beban
ultimite (PU) berdasarkan kapasitas tarik terkoreksi batang AF (P’AF), jika nilai panjang
L = 4 * 3.000 mm dan dimensi penampang melintang batang AF adalah (b/d) = 100/300
mm mengalami perlemahan akibat takikkan sambungan Gigitunggal sebesar tm = 1/5 d.
Ketentuan lain yang diperlukan silahkan tentukan sendiri berdasarkan peraturan yang
berlaku dan terkini. PU

PU C PU

0,5 PU E G 0,5 PU

A 35o 35o B
F D H

RA RB
Gambar 2.2.6 Rangka kuda-kuda konvensional

SELAMAT MENGERJAKAN

=======0000000=======

Anda mungkin juga menyukai