STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

II. PELAT

TUJUAN : Mahasiswa dapat mengerti dan memahami perencanaan pelat dan

dapat merencanakan pelat beton bertulang.

II.1 Pendahuluan
Pelat beton bertulang adalah pelat datar besar yang ditopang oleh balok, dinding
atau kolom beton bertulang, oleh dinding bata, oleh balok atau kolom baja
struktur, atau oleh tanah.

Pelat terbagi atas beberapa bagian yang disebut panel. Panel adalah luasan tertentu
pada bagian pelat yang dibatasi oleh balok disekililingnya.

Gambar II.1 Pelat Satu Arah dan Pelat Dua Arah

Pelat satu arah adalah jika pelat tersebut hanya ditopang pada kedua sisi yang
saling berhadapan. Disebut pelat satu arah karena lentur hanya terjadi pada satu
arah saja yaitu pada arah tegak lurus sisi perletakan.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

Pelat dua arah adalah jika pelat tersebut ditopang oleh balok pada keempat
sisinya. Disebut pelat dua arah karena lentur terjadi pada kedua arah tersebut.

Pengklasifikasian pelat berdasarkan arah mempunyai syarat :

1. Panjang panel ≥ 2 x lebar  pelat satu arah
2. Panjang panel < 2 x lebar  pelat dua arah

Dikenal juga beberapa jenis system struktur pelat sebagai salah satu elemen
struktur gedung yaitu :

 Pelat dengan balok-balok penumpu

 Flat plate

 Flat slab

 Waffle slab  pelat 2 arah dengan balok-

balok joist

Gambar II.2 Jenis Sistem Struktur Pelat

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

Gambar II.3 Sistem Struktur Pelat dengan Balok

II.2 Ketentuan Perencanaan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pelat antara lain:
Ketebalan pelat
Tebal pelat minimum dengan balok yang menghubungkan tumpuan pada
semua sisinya tidak boleh kurang dari nilai yang didapat dari:
a. Untuk α m ≤ 0,2; maka tebal minimum pelat harus memenuhi Tabel 10
SNI 03-2847-2002 dan tidak boleh kurang dari nilai berikut:
- Pelat tanpa penebalan seperti yang didefinisikan dalam 15.3 (7(1)) dan
15.3 (7(2))  SNI 03-2847-2002 …………………. 120 mm
- Pelat dengan penebalan seperti yang didefinisikan dalam 15.3 (7(1))
dan 15.3 (7(2))  SNI 03-2847-2002 ……………. 100 mm

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

Tabel II.1 Tabel Minimum Pelat Tanpa Balok Interior (Tabel 10 SNI
03-2847-2002) (Hal. 82-2013)

b. Untuk 0,2 ≤ αm ≤ 2,0; maka tebal minimum pelat harus memenuhi :

f
ln. 0,8 +
1500
h= → pers. 16 SNI 03 − 2847 − 2013
36 + 5. β. (α − 0,2)
tetapi tidak boleh kurang dari 125 mm

c. Untuk α m ≥ 2; ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari:

f
ln. 0,8 + 1500
h= → pers. 17 SNI 03 − 2847 − 2002
36 + 9. β
tetapi tidak boleh kurang dari 90 mm

d. Pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus mempunyai rasio
kekakuan α tidak kurang atau sebagai alternatif ketebalan minimum yang
ditentukan persamaan point (b) atau persamaan point (c) harus dinaikkan
paling tidak 10% pada panel dengan tepi yang tidak menerus.

Dimana :
- h = tebal pelat
- ln = bentang bersih arah memanjang panel pelat
- β = rasio bentang bersih arah memanjang terhadap arah memendek

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

pelat
- fy = tegangan leleh tulangan
- αm = nilai rata-rata dari α untuk semua balok pada tepi dari suatu
panel pelat

Rasio kekakuan balok terhadap pelat :

I .E
α=
I .E
1
I = . k. b . h
12
1
I = .b .t
12
b t t t b t
1+ −1 . . 4 − 6. + 4. + −1 .
b h h h b h
k=
b t
1+ −1 .
b h

Dimana :
- Ib = momen inersia balok
- Ip = momen inersia pelat
- Ecb = modulus elatisitas balok
- Ecp = modulus elatisitas pelat
- h = tinggi balok
- t = tebal sayap
- bw = lebar balok
- be = lebar efektif
- k = tetapan tanpa dimensi di dalam fungsi dari (be/bw) dan (t/h)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

II.3 Penulangan Pelat

Tabel II.2a dan Tabel II.2b Momen di dalam Pelat Persegi yang
Menumpu pada Keempat tepinya Akibat Beban Terbagi Rata

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

Langkah-langkah penulangan pelat sebagai berikut :

1. Diketahui atau direncanakan data-data perencanaan meliputi :
- Mutu beton pelat (fc’)
- Mutu baja (fy)
- Ukuran panel pelat (b x h)
- Tabel rencana pelat  lihat persamaan 16 dan 17 SNI 03-2847-2013
- Fungsi bangunan
2. Tentukan tipe pelat.
Temasuk tipe pelat 1 arah atau 2 arah berdasarkan perbandingan sisi panjang
terhadap sisi pendek panel pelat.
3. Hitung Mty, Mtx, Mlx, Mly.  lihat tabel II.2
4. Hitung :

- m=
, .

, . .
- ρ = .

β1 tergantung dari mutu beton :

 fc’ ≤ 30 MPa  β1 = 0,85
 30 MPa ≤ fc’ ≤ 55 MPa  β1 = 0,85 – 0,008.(fc’- 30)
 fc’ ≥ 55 MPa  β1 = 0,65

- ρ = 0,75. ρ
- R =  ϕ = 0,80; b = 1000 mm
∅. .
,
- ρ = atau ρ = 1,3 x ρ

. .
5. Hitung : ρ = . 1− 1−

6. Hitung luas perlu tulangan : As = ρ x b x d

. . .
7. Hitung jarak antar tulangan : s = → untuk satuan mm

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

II.4 Contoh Soal Pelat

1. Sebuah denah pelat seperti pada gambar, digunakan fy = 300 MPa; fc’ = 30
MPa. Pelat digunakan untuk tempat perkuliahan. Direncanakan tebal pelat A
dan pelat B = 12 cm. γbeton = 2400 kg/m3. γspesi = 21 kg/m3. γubin = 24 kg/m3.
Rencanakan Pelat A dan Pelat B (kontrol tebal pelat dan rencana
penulangan).

Penyelesaian :
a. Kontrol tebal pelat :
- Pelat A (pelat tepi uk. 4,5 m x 4,5 m)

Ln = 450 – 30/2 – 25/2 = 422,5 cm

Sn = 450 – 30/2 – 25/2 = 422,5 cm
Catatan : Ln  dari bentang terpanjang
Sn  dari bentang terpendek
Ln 422,5
β= = =1 < 2 ……………………. tulangan dua arah
Sn 422,5
8

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

a. Balok Tepi (30x80) cm

Lebar efektif:
be1 = bw + (h – t)
= 30 + (80 – 12)
= 98 cm

be2 = bw + 4t
= 30 + 4.12
= 78 cm

Diambil be terkecil  be = 78 cm

b t t t b t
1 + b − 1 . h . 4 − 6. h + 4. h + b −1 . h
k=
b t
1+ b −1 . h

78 12 12 12 78 12
1 + 30 − 1 . 80 . 4 − 6. 80 + 4. 80 + 30 − 1 . 80
k=
78 12
1+ −1 .
30 80

k = 1,42

h 80
Ib =k.bw. =1,42.30. =1817600 cm
12 12
t 450 12
Ip =bp. = . =32400 cm
12 2 12

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

Ib 1817600
α 1= = =56,098
Ip 32400

b. Balok Tepi (30x80) cm

Lebar efektif:
be1 = bw + (h – t)
= 30 + (80 – 12)
= 98 cm

be2 = bw + 4t
= 30 + 4.12
= 78 cm

Diambil be terkecil  be = 78 cm

b t t t b t
1+ −1 . . 4 − 6. + 4. + −1 .
b h h h b h
k=
b t
1+ −1 .
b h
78 12 12 12 78 12
1+ −1 . . 4 − 6. + 4. + −1 .
30 80 80 80 30 80
k=
78 12
1 + 30 − 1 . 80

k = 1,42

h 80
Ib =k.bw. =1,42.30. =1817600 cm
12 12

10

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

t 450 12
Ip =bp. = . =32400 cm
12 2 12
Ib 1817600
α 2= = =56,098
Ip 32400

c. Balok Tengah (25x60) cm

Lebar efektif:
be1 = bw + 2.(h – t)
= 25 + 2.(60 – 12)
= 121 cm

be2 = bw + 8t
= 25 + 8.12
= 121 cm

Diambil be terkecil  be = 121 cm

b t t t b t
1+ −1 . . 4 − 6. + 4. + −1 .
b h h h b h
k=
b t
1+ −1 .
b h
121 12 12 12 121 12
1+ −1 . . 4 − 6. + 4. + −1 .
25 60 60 60 25 60
k=
121 12
1 + 25 − 1 . 60

k = 1,86

11

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

h 25
Ib =k.bw. =1,86.25. =837000 cm
12 12
t 12
Ip =bp. =450. =64800 cm
12 12
Ib 837000
α 3= = =12,917
Ip 64800

d. Balok Tengah (25x60) cm

Lebar efektif:
be1 = bw + 2.(h – t)
= 25 + 2.(60 – 12)
= 121 cm

be2 = bw + 8t
= 25 + 8.12
= 121 cm

Diambil be terkecil  be = 121 cm

b t t t b t
1+ −1 . . 4 − 6. + 4. + −1 .
b h h h b h
k=
b t
1+ −1 .
b h
121 12 12 12 121 12
1+ −1 . . 4 − 6. + 4. + −1 .
25 60 60 60 25 60
k=
121 12
1 + 25 − 1 . 60

12

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

k = 1,86

h 25
Ib =k.bw. =1,86.25. =837000 cm
12 12
t 12
Ip =bp. =450. =64800 cm
12 12
Ib 837000
α = = =12,917
Ip 64800

1 1
α = (α +α +α +α ) = (56,098+56,098+12,917+12,917)=34,5075
4 4

αm > 2
f
ln. 0,8 + 1400
h= → pers. 17 SNI 03 − 2847 − 2002
36 + 9. β
300
422,5. 0,8 +
h= 1400 = 9,389 cm
36 + 9.1
h ≥ 90 mm

Tebal pelat A dari analisis diambil h = 10 cm

Tebal pelat rencana > tebal pelat analisis  12 cm > 10 cm … (OK!)

b. Perhitungan pembebanan :
Beban mati (q d) :
- Beban sendiri pelat (t=12 cm) : 0,12 x 2400 = 288,00 kg/m2
- Berat tegel (t=2 cm) : 0,02 x 24 = 0,48 kg/m2
- Berat adukan/spesi (t=2 cm) : 0,02 x 21 = 0,42 kg/m2
Total beban mati (qd) = 288,90 kg/m2

Beban hidup (ql) : 250 kg/m2 (fungsi bangunan tempat perkuliahan)

13

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

Beban ultimate (Qult ):

Qult = 1,2*q d + 1,6*ql
= 1,2*288,90 + 1,6*250
= 746,68 kg/m2

c. Tipe pelat
Bentang panjang (ly) = 4,50 m
Bentang pendek (lx) = 4,50 m
l 4,5
= = 1 < 2 … … … … … … pelat 2 arah
l 4,5

d. Perhitungan momen
Asumsi perletakkan jepit penuh pada keempat sisinya.
Koefisien momen dan rumus momen mengacu pada tabel II.2a.
Tabel 1 Momen Perlu Pelat A
Type Data-data M=0,001.X.qu.lx2
ly/lx Momen
X
Plat qu lx ( kg.m )

Xlx 21 746,68 4,5 Mlx 317,526

4,5/4,5 = Xly 21 746,68 4,5 Mly 317,526

A
1,0 Xtx 52 746,68 4,5 Mtx -786,254

Xty 52 746,68 4,5 Mty -786,254

e. Perhitungan penulangan
1. Tulangan Lapangan Arah X (Mlx) = Tulangan Lapangan Arah Y (Mly)
Mlx = Mly =317,526 kg-m = 317,526 x 104 N-mm

f 300
m= = = 11,765
0,85. f 0,85.30
0,85. f . β 600 0,85.30.0,85 600
ρ = . = . = 0,04817
f 600 + f 300 600 + 300

14

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

β1 tergantung dari mutu beton :

fc’ ≤ 30 MPa  β1 = 0,85
30 MPa ≤ fc’ ≤ 55 MPa  β1 = 0,85 – 0,008.(fc’- 30)
fc’ ≥ 55 MPa  β1 = 0,65

ρ = 0,75. ρ = 0,75.0,04817 = 0,03613

, ,
ρ = = = 0,00467

d = 96 mm
ds = 24 mm

dlx = t – selimut beton – (ϕtul/2)  dipakai ϕtul = 8 mm

= 120 – 20 – (8/2)
= 96 mm

M 317,526 x 10
R = = = 0,431 N mm
∅. b. d 0,80 ∗ 1000 ∗ 96

1 2. m. R
ρ = . 1− 1−
m f

1 2 ∗ 11,765 ∗ 0,431
ρ = . 1− 1− = 0,00145
11,765 300

ρ < ρ  dipakai ρmin = 0,00467

Luas perlu tulangan :

As =ρxbxd
= 0,00467 x 1000 x 96
= 448,32 mm2

Jarak antar tulangan :

1 1
4 . π. d . 1000 4 . π. 8 . 1000
s= = = 112,112 mm ≈ 110 mm
A 448,32
15

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

Tulangan lapangan arah x = ϕ 8 – 110 mm

 As,u = 456,959 mm2 > As =448,32 mm2 …… (Aman)

As pada plat = LA tulangan x 1000/jarak antar tulangan

2. Tulangan Tumpuan Arah X (Mtx) = Tulangan Tumpuan Arah Y (Mty)

Tulangan Pokok
Mtx = Mty = -786,254 kg-m = -786,254 x 104 N-mm

f 300
m= = = 11,765
0,85. f 0,85.30
0,85. f . β 600 0,85.30.0,85 600
ρ = . = . = 0,04817
f 600 + f 300 600 + 300

β1 tergantung dari mutu beton :

fc’ ≤ 30 MPa  β1 = 0,85
30 MPa ≤ fc’ ≤ 55 MPa  β1 = 0,85 – 0,008.(fc’- 30)
fc’ ≥ 55 MPa  β1 = 0,65

ρ = 0,75. ρ = 0,75.0,04817 = 0,03613

1,4 1,4
ρ = = = 0,00467
f 300

ds = 24 mm

d = 96 mm

dlx = t – selimut beton – (ϕtul/2)  dipakai ϕtul = 8 mm

= 120 – 20 – (8/2)
= 96 mm

16

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

M 786,254 x 10
R = = = 1,066 N mm
∅. b. d 0,80 ∗ 1000 ∗ 96

1 2. m. R
ρ = . 1− 1−
m f

1 2 ∗ 11,765 ∗ 1,066
ρ = . 1− 1− = 0,00363
11,765 300

ρ < ρ  dipakai ρmin = 0,00467

Luas perlu tulangan pokok:

As =ρxbxd
= 0,00467 x 1000 x 96
= 448,32 mm2

Jarak antar tulangan pokok :

1 1
. π. d . 1000 . π. 8 . 1000
s= 4 =4 = 112,112 mm ≈ 110 mm
A 448,32
Tulangan tumpuan arah x dan arah y = ϕ8 – 110 mm
 As,u = 456,959 mm2 > As =448,32 mm2 …… (Aman)

Tulangan Bagi
Syarat : untuk fy = 300 MPa  ρ = 0,0020

Luas perlu tulangan bagi :

Asb = ρ x b x d
= 0,0020 x 1000 x 96
= 192 mm2

Jarak antar tulangan bagi :

1 1
. π. d . 1000 . π. 8 . 1000
s= 4 =4 = 261,80 mm ≈ 250 mm
A 192

17

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI

 STRUKTUR BETON 1 – SEPTEMBER, 2009

Tulangan tumpuan arah x dan arah y = ϕ8 – 250 mm

 Asb,u = 201,062 mm2 > Asb = 192 mm2 …… (Aman)

Tabel 2 Tulangan Pokok dan Tulangan Bagi Pelat A

Momen perlu
Type
Tulangan pokok Tulangan bagi
plat ( kg-m )

Mlx = 317,526 ϕ8 – 110 mm -

Mly = 317,526 ϕ8 – 110 mm -

A
Mtx = -786,254 ϕ8 – 110 mm ϕ8 – 250 mm

Mty = -786,254 ϕ8 – 110 mm ϕ8 – 250 mm

Gambar Penulangan Pelat A

18

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – POLITEKNIK BANYUWANGI