Anda di halaman 1dari 57

ANALISIS DAN DISAIN

Pelat Satu Arah dan Pelat


Dua Arah
Dr,Eng. Ir. Muhammad Ridwan,MT, IPM

9/21/21 Konstruksi Beton II 1


Secara umum sistem pelat lantai dapat dibedakan atas :

a. Pelat Satu Arah (One way slab)


b. Pelat Dua Arah (Two way Slab)

Pelat satu arah dan pelat dua arah dapat dibedakan


dari nilai rasio perbandingan sisi panjang (ly) dan sisi
pendek (lx) dari pelat.

9/21/21 Konstruksi Beton II 2


Sistim Pembebanan Pelat

.
Pelat Satu Arah :
pelat yang didukung pada Pelat Dua Arah :
kedua sisinya, sehingga pelat yang didukung pada
lenturan terjadi dalam satu keempat sisinya, sehingga
arah. lenturan terjadi dalam dua arah.

Analisis dan disain dari pelat satu arah, dilakukan dalam 1 arah
(arah sisi pendek), sedangkan pelat dua arah dilakukan dalam 2
arah (arah x dan arah y).
9/21/21
Pelat satu arah ;
apabila :

ly/lx > 2,0


1m

(a). Sistem pelat satu arah


Pelat dua arah ;
apabila :

1,0 ≤ ly/lx ≤ 2,0

(b). Sistem pelat dua arah

9/21/21 Konstruksi Beton II 4


9/21/21 Konstruksi Beton II 5
PLAT SATU ARAH

• Rasio bentang panjang (Ly) terhadap bentang pendek


(Lx) ≥ 2, sehingga beban yang bekerja pada struktur
cenderung menyebar kedua sisi tumpuan terdekat.
• Pelat beton lebih dominan menahan beban lentur pada
bentang 1 arah saja (contoh: pelat kantilever, pelat
yang ditumpu oleh 2 tumpuan
PLAT SATU ARAH

Pelat satu arah dapat di-disain dengan menggunakan disain


untuk balok, dengan lebar 1 unit lebar (per m’ lebar) dalam
arah sisi pendek. Dalam arah sisi panjang dapat digunakan
tulangan susut dan temperatur atau tulangan pembagi.

Tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu


arah bila lendutan tidak dihitung, dapat ditentukan dari
Table 2.1. berikut :

9/21/21 Konstruksi Beton II 7


Tabel 2.1 Tebal minimum untuk pelat satu arah

9/21/21 Konstruksi Beton II 8


PLAT SATU ARAH

• Pada SK SNI T15-03-1991 pasal 3.6.6,


mengijinkan untuk menentukan
momen lentur dengan menggunakan
koefisien momen dengan syarat-
syarat sbb:
1. Minimum harus ada 3 bentang
menerus.
2. Beban yang bekerja adalah beban
terbagi rata.
3. Beban hidup ≤ 3 x beban mati.
PLAT SATU ARAH

• Koefisien momen dikalikan qu.L^2


PLAT SATU ARAH
PLAT SATU ARAH

• Tebal minimum pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung

• Untuk selain fy di
tabel maka dikalikan
dengan factor
(0,4+fy/700)
2.2.1. Cara Analisis
Sebagai alternatif, metode pendekatan berikut ini dapat
digunakan untuk menentukan momen lentur dan gaya
geser dalam perencanaan balok menerus dan pelat satu
arah, yaitu pelat beton bertulang dimana tulangannya
hanya direncanakan untuk memikul gaya-gaya dalam satu
arah, selama:
1. Jumlah minimum bentang yang ada haruslah minimum dua.
2. Memiliki panjang-panjang bentang yang tidak terlalu
berbeda, dengan rasio panjang bentang terbesar terhadap
panjang bentang terpendek dari dua bentang yang
bersebelahan tidak lebih dari 1,2.
3. Beban yang bekerja merupakan beban terbagi rata.
4. Beban hidup per satuan panjang tidak melebihi tiga kali
beban mati per satuan panjang, dan
5. Komponen struktur adalah prismatis.

9/21/21 Konstruksi Beton II 13


Momen yang bekerja pada setiap tumpuan dapat ditentukan
sebagai :

9/21/21 Konstruksi Beton II 14


9/21/21 Konstruksi Beton II 15
Gambar 2.2 . Terminologi balok/pelat satu arah di atas
banyak tumpuan

9/21/21 Konstruksi Beton II 16


Tulangan Susut dan Suhu
Pada pelat struktural dimana tulangan lenturnya
terpasang dalam satu arah saja, harus
disediakan tulangan susut dan suhu yang
arahnya tegak lurus terhadap tulangan lentur
tersebut.
Tulangan yang digunakan sebagai tulangan susut dan
suhu harus memenuhi ketentuan berikut :

Tulangan susut dan suhu harus paling sedikit memiliki


rasio luas tulangan terhadap luas bruto penampang beton
sebagai berikut, tetapi tidak kurang dari 0,0014.
Tulangan susut dan suhu harus dipasang dengan jarak
tidak lebih dari lima kali tebal pelat, atau 450 mm.

9/21/21 Konstruksi Beton II 17


9/21/21 Konstruksi Beton II 18
9/21/21 Konstruksi Beton II 19
9/21/21 Konstruksi Beton II 20
8.4. Perencanaan Pelat Satu Arah

Dengan memperhatikan syarat-syarat batas, panjang bentang dan


distribusi momen, maka tulangan pelat yang diperlukan dapat dihitung
seperti dijelaskan dalam contoh berikut.

Contoh
Diketahui pelat lantai ditumpu bebas diatas tembok bata, menahan
beban hidup qL = 1,5 kN/m2 dan penutup lantai qD = 0,5 kN/m2.
Pelat berada di lingkungan kering. Mutu beton f c = 20 MPa dan
mutu baja fy = 240 MPa. Tentukan tebal pelat dan jumlah tulangan
yang diperlukan.

b=240 L=3760 b=240

Konstruksi Beton II 21
8.4. Perencanaan Pelat Satu Arah

Penyelesaian :
Perhitungan dilakukan per 1 m lebar pias.

Bentang teoritis:
l = L + (2 x ½ b) = 3760 + (2 x ½ x 240) = 4000 mm

Pelat diatas tumpuan sederhana (tumpuan bebas):


Untuk fy = 240 MPa à hmin = 1/27 l
Hmin = 1/27 x 4000 = 148 mm » tebal 150 mm.

Beban-beban:
berat sendiri pelat : 0,15 x 24 = 3,6 kN/m2
berat penutup lantai : = 0,5 kN/m2
qD = 4,1 kN/m2

Konstruksi Beton II 22
8.4. Perencanaan Pelat Satu Arah

Penyelesaian :
Perhitungan dilakukan per 1 m lebar pias.

Bentang teoritis:
l = L + (2 x ½ b) = 3760 + (2 x ½ x 240) = 4000 mm

Pelat diatas tumpuan sederhana (tumpuan bebas):


Untuk fy = 240 MPa à hmin = 1/27 l
Hmin = 1/27 x 4000 = 148 mm » tebal 150 mm.

Beban-beban:
berat sendiri pelat : 0,15 x 24 = 3,6 kN/m2
berat penutup lantai : = 0,5 kN/m2
qD = 4,1 kN/m2

qu = 1,2qD + 1,6qL = 1,2 x 4,1 + 1,6 x 1,5 = 7,32 kN/m2


23

Konstruksi Beton II
8.4. Perencanaan Pelat Satu Arah

Penyelesaian :

Momen lapangan :
Mu = 1/8 qu l2 = 1/8 x 7,32 x 42 = 14,64 kNm

Momen tumpuan :
Mu, tak terduga = 1/24 x 7,32 x 42 = 4,88 kNm

Perhitungan tinggi efektif d:

d
h

Beton decking 20 mm
Æ tulangan 10 mm
Tinggi efektif : d = 150 – 20 – (½ x 10) = 125 mm 24

Konstruksi Beton II
8.4. Perencanaan Pelat Satu Arah

Penyelesaian :

Penulangan Lapangan

Mu 14,64
Mn = = = 18.3 kNm
j 0,80

Mn 18,3 × 10 6
Rn = 2 = = 1,171 MPa
bd 1000 × (125) 2

fy 240
m= = = 14,12
0,85 × f'c 0,85 ´ 20
25

Konstruksi Beton II
8.4. Perencanaan Pelat Satu Arah

Penyelesaian :

1 æç 2 m Rn ö
÷
ρ= 1- 1-
mç fy ÷
è ø
1 æç 2 ´ 14,12 ´1,171 ö
÷ = 0,00506
ρ= 1 - 1 -
14,12 çè 240 ÷
ø

1,4 1,4
ρ min = = = 0,00583 ρ max = 0,75r b
f y 240
0,85 f 'c 600
r max = 0,75 ´ b1
fy (600 + f y )

0,85 ´ 20 600
r max = 0,75 ´ 0,85 = 003225
240 (600 + 240)
26

Konstruksi Beton II
8.4. Perencanaan Pelat Satu Arah

Penyelesaian :

Karena r < rmax à under-reinforced


dan r < rmin maka digunakan rmin = 0,00583

As = r b d = 0,00583 x 1000 x 125 = 728,8 mm2


Dipasang tulangan f10-100 (Ast = 785 mm2)

fy = 240 MPa à As = 0,25% . b. h


fy = 400 MPa à As = 0,18% . b. h
Asb = 0,25% x 1000 x 150 = 375 mm2
(dipasang tulangan f8-125)

27

Konstruksi Beton II
8.4. Perencanaan Pelat Satu Arah

Penyelesaian :

Penulangan Tumpuan:

Mu 5,95
Mn = = = 7,4375 kNm
j 0,80

Mn 7,4375 × 106
Rn = 2 = = 0,476 MPa
bd 1000 × (125) 2

1 æç 2 m Rn ö
÷
ρ= 1- 1-
m ç fy ÷
è ø
1 æ 2´14,12 ´ 0,476 ö
ρ= ç 1- 1- ÷ = 0,002
ç
14,12 è 240 ÷
ø
28

Konstruksi Beton II
8.4. Perencanaan Pelat Satu Arah

Penyelesaian :

Penulangan Tumpuan:

As = r b d = 0,002 x 1000x 125 = 252 mm2

Dipasang tulangan f8-150 (Ast = 333 mm2)


Dipasang tulangan bagi f8-250

Catatan : Tulangan momen tak terduga dan tulangan bagi tidak perlu
dibandingkan dengan rmin.

29

Konstruksi Beton II
8.4. Perencanaan Pelat Satu Arah

b=240 L = 3760 b=240

f8 - 150 f8 - 150

f10 - 100

f10 - 100

1/5 L 1/5 L

30

Konstruksi Beton II
PLAT DUA ARAH
Sistem pelat dua arah mempunyai perbandingan bentang
panjang terhadap bentang pendek (ly/lx) antara 1,0 hingga
2,0.

ly
1,0 £ £ 2,0
lx

Konstruksi Beton II 31
PLAT DUA ARAH

• Momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu searah dengan bentang


(Ix) dan bentang (Iy), maka tulangan pokok dipasang pada 2 arah
yang saling tegak lurus, sehingga tidak perlu tulangan bagi.
• Pada plat di daerah tumpuan hanya bekerja momen lentur 1 arah
saja, sehingga untuk daerah tumpuan dipasang tulangan pokok dan
bagi.
PLAT DUA ARAH

Tebal minimum plat

Tebal minimum pelat tanpa balok :

• Pelat tanpa penebalan……………………..120 mm


• Pelat dengan penebalan ...…………………100 mm
PLAT DUA ARAH

Tebal minimum plat


Tebal minimum pelat dengan balok :
1. Untuk am yang sama atau lebih kecil dari 0,2, harus
menggunakan Tabel 2.2.
2. Untuk am lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari
2,0, ketebalan pelat minimum harus memenuhi

dan tidak boleh kurang dari 120 mm


PLAT DUA ARAH

Tebal minimum plat


PLAT DUA ARAH
PLAT DUA ARAH

Beberapa metoda dapat digunakan untuk


menganalisis pelat jenis ini, diantaranya :
a. metoda koefisien momen,
b. metode disain langsung (direct design method),
c. metode portal ekivalen (equivalent frame method),
d. metoda garis leleh (yield line method).

Konstruksi Beton II 37
Metode Koefisien Momen
Dalam metode koefisien momen ini, setiap panel
pelat di analisis sendiri-sendiri (masing-masing
panel dianggap terpisah). Momen-momen lentur
pelat pada masing-masing arah (arah x dan arah y)
dapat ditentukan dari tabel koefisien momen yang
diberikan (Tabel 2.3 dan Tabel 2.4).

Tepi-tepi pelat dapat dianggap terletak bebas,


terjepit penuh, atau terjepit elastis.

Konstruksi Beton II 38
Panel 1 Panel 2 Panel 3 4m

Panel 4 Panel 5 Panel 6 4m

Panel 7 Panel 8 Panel 9 4m

4m 6m 4m

Denah Pelat

Konstruksi Beton II 39
• Terjepit penuh terjadi apabila bagian pelat tersebut
menjadi satu kesatuan monolit dengan balok yang
relatif kaku, yang memungkinkan pelat tersebut tidak
dapat mengalami putaran sudut pada tumpuannya.

• Terjepit elastis terjadi apabila bagian pelat tersebut


menjadi satu kesatuan monolit dengan balok yang
relatif tidak terlalu kaku, yang memungkinkan pelat
tersebut mengalami putaran sudut pada tumpuannya.

• Tepi-tepi pelat yang menumpu atau tertanam di dalam


dinding bata, harus dianggap sebagai tepi terletak
bebas.

Konstruksi Beton II 40
Terdapat 9 (sembilan) set koefisien momen yang sesuai untuk
sembilan kondisi tumpuan pelat (lihat Tabel 2.3 dan Tabel 2.4)
Dengan mengacu pada kondisi tumpuan dari ke-empat sisi
pelat dan perbandingan ly/lx , maka momen per lebar satuan
dalam arah bentang pendek (Mtx dan Mlx) dan bentang
panjang (Mty dan Mly), dapat dihitung dari rumus berikut :

M = 0,001. X .qu .lx2


qu : beban merata terfaktor (1,2 DL + 1,6 LL)
X : koefisien momen, dimana nilainya tergantung dari
perbandingan ly /lx dan kondisi tumpuan pelat,
dibaca dari Tabel (2-3) dan Tabel (2-4).
lx : panjang bentang dalam arah x ( arah sisi pendek)

Konstruksi Beton II 41
Tabel 10.2. Momen-momen pelat akibat beban terbagi rata
(Tumpuan terjepit elastis)

Konstruksi Beton II 42
Tabel 10.3. Momen-momen pelat akibat beban terbagi rata
(Tumpuan terjepit penuh)

Konstruksi Beton II 43
Syarat Penulangan Plat
PERENCANAAN PLAT

Langkah- langkah perancanaan pelat lantai :

1. Menentukan syarat- syarat batas dan bentang pelat


lantai.
2. Menentukan tebal pelat lantai.
3. Menghitung beban yang bekerja pada pelat lantai (beban
mati dan hidup).
4. Menentukan nilai momen yang bekerja pada pelat lantai.
5. Menghitung penulangan plat lantai.
PERENCANAAN PLAT
PERENCANAAN PLAT
Mutu beton, f’c = 30 MPa
Sisi bentang panjang, Ly = 7,2 m
Sisi bentang pendek, Lx = 2,4 m
Tegangan leleh baja tulangan, fy = 240 MPa
Diameter tulangan = f 8 dan f 10

Denah plat
PERENCANAAN PLAT
PERENCANAAN PLAT
PERENCANAAN PLAT
PERENCANAAN PLAT
PERENCANAAN PLAT
PERENCANAAN PLAT
PERENCANAAN PLAT
Tulangan pelat
Tualangan pelat
latihan

9/21/21

Anda mungkin juga menyukai