Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelat adalah salah satu elemen struktur yang dibuat untuk menerima beban
mati dan beban hidup, sifatnya lebih dominan terhadap lentur, dengan ketebalan yang
kecil dan bentuknya yang lebar. Sistim pelat terdiri dari beberapa macam yaitu sistem
flat plate, sistem waffle slab, sisitem flat slab, rib slab dan sitem pelat konvensional.
Sistem pelat konvensional adalah sistem pelat yang sering digunakan, kokoh dan
sering dipakai untuk menunjang sistem pelat lantai yang tidak beraturan.

Pada umumnya pelat diklasifikasikan dalam pelat satu-arah dan pelat dua-
arah. Dalam mendisain pelat sendiri terdapat beberapa metode yang digunakan,
diantaranya metode perencanaan langsung dan metode rangka ekivalen, selain itu
dalam disain pelat harus berdasarkan standart yang .

Dalam disain pelat banyak hal-hal yang harus diperhatikan, agar


menghasilkan desain yang efisien, ekonomis, dan stabil. Dalam PBI 1971, terdapat
tata cara perhitungan struktur beton yang mengacu pada standar yang ada, dimana di
dalamnya terdapat tabel-tabel/nomogram untuk dijadikan acuan dalam perencanaan,
dengan melihat hal tersebut, dalam tugas akhir ini, peneliti akan membuat suatu
disain praktis pelat konvensional, yang dibuat berdasarkan SNI 2847 ; 2013, yang
nantinya akan menghasilkan suatu tabel desain praktis pelat, yang akan dituangkan
juga dalam bentuk nomogram, dengan berbagai macam variasi bentang, beban, dan
mutu, dengan menggunakan salah satu metode, dan dapat menghasilkan momen , dan
jumlah tulangan yang akan digunakan, sehingga diharapkan dapat digunakan dan
dijadikan acuan dalam perencanaan di lapangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana disain praktis pelat konvensional dua arah beton bertulang,
berdasarkan SNI 2847 ; 2013, yang dapat dijadikan acuan dalam desain pelat
dilapangan?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini :

1. Desain pelat 2 arah

2. Perhitungan analisa struktur menggunakan program SAP 2000 v.14


3. Metode perencanaan yang dibahas Metode Perencanaan Langsung (DDM)
4. Peraturan yang digunakan adalah SNI 2847 ; 2013
5. Dalam disain, nilai yang divariasikan adalah jarak antar kolom, tebal pelat dan
beban

1.4 Tujuan Penelitian

1. Menghasilkan suatu disain praktis pelat konvensional dalam bentuk tabel dan
nomogram.
2. Mengetahui momen dan jumlah tulangan yang akan digunakan

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai acuan bagi enginer sipil pada pelaksanaan dilapangan

2. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan pemilihan disain pelat yang dibuat
berdasarkan standart yang ada

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENDAHULUAN

Desain pelat merupakan salah satu bagian dari keseluruhan disain struktur
suatu bangunan, dalam mendisain pelat harus berdasarkan standar yang berlaku, dan
akan ada banyak hal yang harus diperhatikan agar dapat menghasilkan suatu disain
yang baik. Dalam disain praktis pelat konvensional dua arah ini, akan didisain pelat
dengan beberapa variasi, hal yang akan divariasikan adalah jarak antar kolom, pelat
dan beban. Dalam proses desain digunakan metode perencanaan langsung, terlebih
dahulu akan ditentukan data perencanaan, kemudian menentukan momen statis
terfaktor total pada masing – masing arah, dan didistribusikan untuk mendapatkan
momen terfaktor positif dan negative, kemudian momen – momen positif dan
negative ini akan didistribusikan ke lajur kolom dan lajur tengah. Setelah didapatkan
momen – momen pada pelat melalui metode perencanaan langsung, maka untuk
perhitungan variasi desain yang lain akan dilakukan menggunakan program SAP
2000. Momen pelat, hasil dari perhitungan mengunakan metode perencanaan
langsung dan menggunakan program komputer akan dicocokkan. Selanjutnya dapat
merencanakan distribusi penulangan. Desain praktis pelat konvensional ini, akan
menghasilkan momen dan jumlah tulangan , dari berbagai variasi bentang, dan beban
yang berbeda. Dan hasil dari perhitungan disain ini akan dituangkan dalam bentuk
tabel dan nomogram.

2.2 PELAT

Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban
transversal melalui aksi lentur ke masing – masing tumpuan dari pelat, beberapa tipe
plat yang banyak digunakan diantaranya, sistem flat plate, sistem waffle slab, sisitem
flat slab, rib slab dan sitem pelat konvensional. Sistem pelat konvensional adalah
sistem pelat dengan balok, sistem pelat ini terdiri dari lantai (slab) menerus yang
ditumpu oleh balok – balok monolit, sistem ini banyak dipakai untuk menunjang
sistem pelat lantai yang tidak beraturan.

Berdasarkan perbandingan bentang panjang dan bentang pendek, pelat dibedakan


menjadi dua, yaitu pelat satu arah dan pelat dua arah.

2.2.1 Pelat Satu Arah

Pelat satu arah adalah pelat yang didukung pada dua tepi yang berhadapan saja

sehingga lendutan yang timbul hanya satu arah saja yaitu pada arah yang tegak lurus

terhadap arah dukungan tepi. Dengan kata lain pelat satu arah adalah pelat yang

mempunyai perbandingan antara sisi panjang terhadap sisi pendek yang saling tegak lurus

lebih besar dari dua dengan lendutan utama pada sisi yang lebih pendek (Dipohusodo,

1994:45). Pelat satu arah adalah pelat yang mengalami lentur dalam satu arah bila dibebani.

Tebal pelat minimum

Berikut ini syarat ketentuan yang harus diperhatikan dalam menentukan tebal pelat:

Menurut SNI 2847 ; 2013

 Dua tumpuan sederhana


h min = L/20
 Satu ujung menerus
h min = L/24
 Kedua ujung menerus
h min = L/28
 Pelat kantilever
h min = L/10

Catatan:

Panjang bentang dalam mm.

Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan
beban normal dan tulangan mutu 420 MPa. Untuk kondisi lain, nilai di atas harus
dimodifikasikan sebagai berikut:

a). Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis di antara 1440 kg/m3 sampai 1840
kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan [1,65 – (0.000 3 wc) tetapi tidak kurang dari
1.09.

b). Untuk fy selain 420 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0.4 + fy/700)

Metode Pendekatan

Menurut SNI 2847 ; 2013

Sebagai alternatif untuk analisis rangka, momen dan geser pendekatan berikut
diizinkan untuk perancangan balok dan slab satu arah menerus (slab yang ditulangi
untuk
menahan tegangan lentur hanya dalam satu arah), asalkan (a) sampai (e) dipenuhi:
(a) Terdapat dua bentang atau lebih;
(b) Bentang-bentangnya mendekati sama, dengan bentang yang lebih besar dari dua
bentang yang bersebelahan tidak lebih besar dari yang bentang lebih pendek dengan
lebih dari 20 persen;
(c) Beban terdistribusi merata;
(d) Beban hidup tak terfaktor, L, tidak melebihi tiga kali beban mati tak terfaktor, D;
dan
(e) Komponen struktur adalah prismatis.
Untuk menghitung momen negatif, ln, diambil sebesar rata-rata panjang bentang
bersih
yang bersebelahan.

 Momen positif:

Bentang ujung

Ujung tak menerus tak terkekang : wul2n / 11

Ujung tak menerus menyatu dengan tumpuan : wul2n / 14

Bentang interior : wul2n / 16

 Momen Negatif pada muka eksterior tumpuan interior pertama

Dus bentang : wul2n / 9

Lebih dari dua bentang : wul2n / 10

Momen negative pada muka lainya tumpuan interior : wul2n /11

 Momen negatif pada muka dari semua tumpuan untuk


Slab dengan bentang tidak melebihi 3 m; dan balok dimana rasio jumlah
kekakuan kolom terhadap kekakuan balok melebihi 8 pada masing-masing

Ujung bentang : wul2n / 12

 Momen negatif pada muka interior dari tumpuan eksterior untuk


komponen struktur yang dibangun menyatu dengan tumpuan

Dimana tumpuan adalah balok tepi (spandrel) : wul2n / 24

Dimana tumpuan adalah kolom : wul2n /16


Analisis penulangan

 Jumlah tulangan yang diperlukan


As perlu
As(untuk 1tulangan)

Mn = As.fy (d – a/2)

Mu ≤ Ø Mn

 Cek batasan tulangan


As ada ≤ As max
As ada = jumlah tulangan x luas 1 tulangan
As max = ρmax b . d
ρmax = 0.75 . ρb
1.4
ρmin =
fy

0.85 . β 1. f ' c
ρb = ( fy ) (
600
600+ fy
) ,untuk E = 200.000 Mpa

β1 = 0.85 , f’c ≤ 30 Mpa

Dimana : As = Luas tulangan yang diperlukan

ρ = Rasio tulangan

b dan d = dimensi elemen struktur beton

2.2.2 Pelat dua arah


Pelat dua arah adalah pelat yang mengalami lentur dalam dua arah, yang didukung
sepanjang keempat sisinya. Perbandingan antara sisi panjang dan sisi pendek yang
saling tegak lurus tidak lebih dari 2. Pelat ini harus ditulangi dalam kedua arah
dengan tulangan berlapis satu dengan lainnya. Perencanaan pelat dua arah umumnya
didasarkan pada koefisien momen empiris, di mana meskipun koefisien ini tidak
memprediksi variasi tegangan secra akurat, menghasilkan pelat pelat dengan
keseluruh factor keamanan yang memadai.

Tebal pelat minimum

Menurut SNI 2847 ; 2013

 Tebal pelat minimum dengan balok yang menghubungkan tumpusn pada


semua sisinya harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

(a). Untuk αm yang sama atau lebih kecil dari 0.2

 tebal pelat tanpa panel drop (drop panels) tidak boleh kurang dari 125 mm
 tebal pelat dengan panel drop (drop panels) tidak boleh kurang dari 100 mm

(b). Untuk αm yang lebih besar dari 0.2 tapi tidak lebih dari 2.0 ketebalan pelat
minimum harus memenuhi:

fy
ln (0.8+ )
h= 1400 dan idak boleh kurang dari 125 mm
36 +5 ᵝ (α m−0.2)

(c). Untuk αm yang lebih besar dari 0.2, ketebalan pelat minimum tidak boleh
kurang dari:

36+ 9 ᵝ
fy
h = ln(0.8+ ) dan tidak boleh kurang dari 90 mm
1400
¿
¿
(d) Pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus mempunyai rasio tulangan α tidak
boleh kurang dari 0.8 atau sebagai alternative ketebelan minimum yang ditentukan
dari kedua persamaan tersebut harus dinaikan paling tidak 10% pada panel tepi yang
tidak menerus.

Tabel. Tebal minimum pelat tanpa balok interior

ln = Bentang bersih dalam arah panjang diukur muka kemuka balok.

ᵝ = Perbandingan panjang bentang bersih dalam arah panjang terhadap arah pendek

α = Rasio kekakuan

αm = Rasio kekakuan rata – rata (α rata –rata)

2.3 Metode Perencannaan

Dalam SNI 2847 ; 2013 dijelaskan dengan detail dua metode untuk nmerencanakan
pelat dua –arah terhadap beban gravitasi. Metode tersebut adalah metode perencanaan
langsung dan metode portal ekuivalen
2.3.1 Metode Peencanaan Langsung

Metode ini melibatkan analisis distribusi momen siklus tunggal dari struktur
berdasarkan pada :

 perkiraan kekakuan lentur pelat, balok (jika ada), dan kolom, dan
 kekakuan torsi dan pelat dan balok (jika ada) transversal terhadap arah
momen lentur yang akan ditentukan.

Beberapa jenis koefisien momen telah digunakan selama bertahun – tahun dengan
hasil baik untuk mendesain pelat. Tetapi, koefisien momen tersebut tidak memberikan
hasil yang baik untuk pelat dengan dimensi dan pola yang tidak smetris.

Dalam SNI 2847 ; 2013, dijelaskan syarat – syarat dalam menentukan momen –
momen rencana, agar bisa digunakan cara DDM, :

Sistem pelat harus memenuhi batasan sebagai berikut:

1. Harus ada tiga bentang menerus dalam masing –masing arah.

2. Panel harus berbentuk persegi, dengan rasio antara bentang yang lebih
panjang terhadap yang lebih pendek pusat ke pusat tumpuan dalam panel
tidak lebih besar dari 2.
3. Panjang bentang yang berturutan pusat ke pusat tumpuan dalam masing-
masing arah tidak boleh berbeda dengan lebih dari sepertiga bentang yang
lebih panjang.
4. Pergeseran (offset) kolom dengan maksimum sebesar 10 persen dari
bentangnya (dalam arah pergeseran) dari baik sumbu antara garis-garis pusat
kolom yang berturutan
diizinkan..

5. Semua beban harus akibat gravitasi saja dan didistribusikan merata pada
panel keseluruhan. Beban hidup tak terfaktor tidak boleh melebihi dua kali
beban mati tak terfaktor.
6. Untuk panel dengan balok di antara tumpuan pada semua sisinya, harus
dipenuhi untuk balok dalam dua arah tegak lurus
α 1l 2 2
α 2l 2 1
Tidak boleh kurang dari 0.2 dan tidak boleh lebih dari 5.0

Momen statis terfaktor total untuk suatu bentang

1. Momen statis terfaktor total, Mo, untuk suatu bentang harus ditentukan pada
suatu lajur yang dibatasi secara lateral oleh garis pusat panel pada setiap sisi
garis pusat tumpuan.
2. Jumlah mutlak momen terfaktor positif dan negatif rata-rata dalam setiap arah
tidak boleh kurang dari
2
qul 2 l n
Mo =
8
dimana ln adalah bentang bersih dalam arah momen-momen tersebut
ditentukan.

3. Bila bentang transversal panel pada salah satu sisi garis pusat tumpuan
bervariasi, l1 dalam pers di atas harus diambil sebagai rata-rata bentang
transversal yang bersebelahan.
4. Bila bentang yang bersebelahan dan paralel terhadap tepi ditinjau, jarak dari
tepi ke garis pusat panel harus digantikan untuk l 2 dalam Pers di atas.
5. Bentang bersih ln harus menerus dari muka ke muka kolom, capital, brakit,
atau dinding. Nilai ln yang digunakan dalam pers . tidak boleh kurang dari
0.65 ln.
Tumpuan bundar atau berbentuk polygon harus diperlakukan sebagai tumpun
bujursangkar dengan luas yang sama
Contoh penampang bujursangkar ekivalen untuk komponen struktur penumpu

Momen terfaktor positif dan negative

1. Momen terfaktor negatif harus terletak pada muka tumpuan persegi.


Pendukung bulat atau berbentuk poligon harus diperlakukan sebagai tumpuan
bujursangkar dengan luas yang sama.
2. Pada bentang interior, momen statis total, Mo, harus didistribusikan sebagai
berikut:
Momen terfaktor negative = 0.65 MO
Momen positif = 0.35 MO

3. Pada bentang ujung, momen statis terfaktor total, Mo, harus didistribusikan
(1) (2) (3) (4) (5)
Tepi eksterior Slab dengan Slab tanpa balok diantara Teoi eksterior
tak terkekang balok diantara tumpuan interior terkekang
semua tumpuan Tanpa balok tepi Dengan
penuh
balok tepi
Momen terfaktor 0.75 0.70 0.70 0.7 0.65
negative interior
Momen terfaktor 0.63 0.52 0.52 0.5 0.35
positif
Momen terfaktor 0 0.26 0.26 0.3 0.65
negative eksterior
sebagai berikut:

4. Penampang momen negatif harus didesain untuk menahan yang lebih besar
dari dua momen terfaktor negatif interior yang ditentukan untuk bentang-
bentang yang merangka ke dalam suatu tumpuan bersama-sama kecuali bila
analisis dilakukan untuk mendistribusikan momen tak seimbang sesuai
dengan kekakuan elemen yang menyatu.
5. Balok tepi atau tepi slab harus diproporsikan untuk menahan puntir bagiannya
dari momen terfaktor negatif eksterior.
6. Momenakibat beban gravitasi yang disalurkan dari pelat kekolom tepi sesuai
dengan ketentuan adalah 0.3 Mo

Momen terfaktor pada lajur kolom

1. Lajur kolom harus diproporsikan untuk menahan bagian berikut dalam persen
momen terfaktor negative interior:

Interpolasi linier harus dilakukan antara nilai – nilai yang ditunjukkan.

2. Lajur kolom harus diproporsikan untuk menahan bagian berikut dalam persen
momen terfaktor negative eksterior:

Interpolasi linier harus dilakukan antara nilai – nilai yang ditunjukkan,

3
EcbC
dan . β1 =
2 Ecp Is
C= ∑ (1−0.63 xy ) x 3y

Konstanta C untuk penampang T dan L diizinkan untuk dievaluasi dengan


membagi penampang menjadi bagian-bagian persegi terpisah, dan menjumlah
nilai-nilai C untuk setiap bagiannya.
3. Bila pendukung yang terdiri dari kolom atau dinding menerus untuk suatu
jarak yang sama atau lebih besar dari (0,75) l2 digunakan untuk menghitung
Mo, momen negative harus dianggap terdistribusi merata selebar l2.

4. Lajur kolom harus diproporsikan untuk menahan bagian berikut dalam persen
momen terfaktor positif:
Interpolasi linier harus dilakukan untuk nilai – nilai antara.

Momen terfaktor pada lajur tengah

1. Bagian momen terfaktor negatif dan positif yang tidak ditahan oleh lajur
kolom harus secara proporsional diberikan pada setengah lajur tengah yang
berhubungan.
2. Setiap lajur tengah harus diproporsikan untuk menahan jumlah momen yang
diberikan pada kedua setengah lajur tengahnya.
3. Lajur tengah yang berdekatan dengan dan sejajar dengan tepi tertumpu
dinding harus diproporsikan untuk menahan dua kali momen yang diberikan
pada setengah lajur tengah yang berhubungan dengan baris pertama tumpuan
interior.

2.3.2 Metode Rangka Ekuivalen

Dalam metode ini bagian dari suatu struktur dipisahkan, dan dianalisa sebagai bagian
sebagai bagian dari portal bangunan. Nilai kekakuan yang sama seperti pada metode
perencanaan langsung digunakan dalam metode portal ekuivalen. Metode yang
terakhir ini sangat baik untuk portal simetris dan juga untuk dimensi atau beban yang
tidak biasa.

Dalam SNI 2847 ; 2013, Metode Rangka Ekivalen:

1. Struktur harus dianggap terbuat dari rangka-rangka ekivalen pada garis-garis


kolom yang diambil secara memanjang dan melintang melewati bangunan.

2. Struktur harus dianggap terbuat dari rangka-rangka ekivalen pada garis-garis


kolom yang diambil secara memanjang dan melintang melewati bangunan.

3. Kolom atau pendukung harus diasumsikan terhubung dengan lajur slab-balok


oleh komponen struktur punter transversal terhadap arah bentang dimana momen
ditentukan dan menerus hingga garis-garis pusat panel lateral pembatas pada setiap
sisi kolom.
4. Rangka yang bersebelahan dan sejajar terhadap suatu tepi harus dibatasi oleh tepi
tersebut dan garis pusat panel yang bersebelahan
5. Analisis setiap rangka ekivalen secara keseluruhan diizinkan. Sebagai alternatif,
untuk pembebanan gravitasi, analsis setiap lantai atau atap secara terpisah dengan
ujungujung jauh kolom dianggap terjepit diizinkan.
6. Bila slab-balok dianalisis secara terpisah, penentuan momen pada suatu
tumpuan dengan mengasumsikan bahwa slab-balok terjepit pada sebarang
tumpuan dua panel yang terpisah darinya, diizinkan, asalkan slab tersebut
menerus melewati titik tersebut.

BAB III

METODE PENELITIAN
2.1 Pendekatan Penelitian
Metode penelitian ini bersifat studi literatur, yaitu pemodelan struktur
menggunakan SAP 2000 v.14, dan membandingkan hasilnya dengan metode
perencanaan langsung, dengan menggunakan standart SNI yang ada.
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan hasilnya berupa angka
yang dituangkan ke dalam bentuk tabel, yang merupakan hasil perhitungan
struktur pelat melalui metode, standart, dan software yang digunakan.

2.2 Data penelitian


Data yang digunakan akan disesuaikan dengan acuan SNI 2847 ; 2013.
Kemudian dedesain struktur pelat

2.3 Prosedur Penelitian


Prosedur dari penilitian ini yaitu, menyiapkan data yang diperlukan, studi
literature, perencanaan data penelitian sesuai dengan metode yang digunakan
yaitu metode perencanaan langsung, dan pemodelan struktur pelat
mengguakan SAP 2000 versi 14

START

Studi Literatur

Data Perencanaan
Menentukan tebal pelat

Periksa dengan metode


Pemodelan SAP perencanaan langsung
Momen Pelat

Tinggi efektif dan luas tulangan

Menghitung tulangan pokok

Menghitung jarak antar tulangan Tdk ok

kontrol

ok

Menghitung luas tulangan untuk


mendapatkan jumlah tulangan

Kontrol rasio tulangan

Merencanakan tulangan susut

Tabel dan desain praktis pelat


konvensional
SELESAI

DAFTAR PUSTAKA

McCormac, J. C. (2003). Desain Beton Bertulang. Jakarta: Erlangga.

SNI 2847, 2013. Persyaratan Beton Structural untuk Bangunan Gedung. Badan

Standarisasi Nasional
Dicky Zulkarnain, J. T. (2013). Perencanaan Lantai Flat Slab Berdasarkan Tata Cara SNI 03
- 2847 - 2002. Tugas Akhir Departemen Teknik Sipil FT USU.

Eka Susanti, N. A. (2016). Studi Perbandingan Pelat Berusuk Dua Arah (Waffle Slab) dan
Pelat Konvensional. Jurnal Iptek, 35.

Muhammad Fahri, S. E. (2016). Tinjauan Momen Lentur Pelat Dua Arah dengan Metode
Perencanaan Langsung dan Metode Elemen Hingga. JRSDD, 88.

Siwi, B. R. (2008). Re Desain Struktur Beton Bertulang Dengan Tipe D Pada Asrama Kaltim
Ruhui Rahayu.

Anda mungkin juga menyukai