Anda di halaman 1dari 41

Dibawakan Oleh : Isnaeny Maulidiyah Hanafie, S.T., M.

T
PENDAHULUAN PELAT KOLOM

PELAT

PELAT
Pelat adalah elemen struktur
dengan ketebalan relatif kecil jika
dibandingkan dengan lebar dan BALOK
panjangnya. Fungsi pelat adalah
sebagai bidang permukaan yang
rata.
-Tumpuan pelat pada umumnya
berupa balok atau ditumpu
langsung di atas tanah. PELAT
- Pelat dapat ditumpu pada
tumpuan garis menerus (balok
atau dinding), tetapi dapat juga
ditumpu secara lokal (di atas
beberapa kolom) BALOK
KOLOM
TIPE PELAT
Edge Supported Slab (Pelat dengan
dukungan tepi)
-Sistem pelat ini ditumpu oleh balok-balok
monolit.
1. One Way Spanning Slab (Pelat satu
arah) adalah pelat yang didukung
pada kedua sisinya sehingga lentur
terjadi dalam 1 arah.
2. One way spinning ribbed slab (Pelat
bergaris satu arah) adalah pelat yang
dicor seluruhnya dengan rangkaian
balok yang berjarak rapat yang pada
gilirannya ditopang oleh satu set balok
searah.
3. Two way spanning slab (Pelat dua
arah) adalah pelat yang didukung pada
keempat sisinya sehingga lentur terjadi
dalam dua arah.
4. Two way spanning ribbed slab (Pelat
berusuk bentang dua arah) adalah
Pelat berusuk dan pelat wafel
memberikan pelat yang lebih ringan
dan kaku daripada pelat datar yang
setara, sehingga mengurangi luas
fondasi.
TIPE PELAT
Slab Supported by Kolom (Pelat dengan
dukungan kolom)
-Sistem pelat ini ditumpu langsung oleh
kolom.
1. Flat Slab adalah pelat beton langsung
ditumpu oleh kolom-kolom tanpa ada
balok-balok.
2. Flat slab with drops merupakan pelat
beton langsung ditumpu oleh kolom-
kolom dengan tambahan tebal pelat
daerah kolom untuk mengurangi
tegangan geser dan menahan beban
yang berat dan bentang yg lebih
panjang.
3. Flat slab with drops and coulumn
heads yaitu flat slab dengan penebalan
dan kepala pada area kolom
4. Ribbed Flat slab yaitu pelat wafel
dengan pelat beton yang ditumpu di
kolom.
SISTEM PELAT LANTAI
1. Pelat Satu Arah (One way slab)
2. Pelat Dua Arah (Two way Slab)

Pelat satu arah dan pelat dua arah


dibedakan dari nilai rasio perbandingan
sisi panjang (ly) dan sisi pendek (lx) dari pelat.

Pelat satu arah , apabila : ly/lx > 2,0


Pelat dua arah , apabila : 1,0 ≤ ly/lx ≤ 2,0

a. Jika Lx > 0,4 Ly, pelat dianggap


menumpu pada balok B1, B2, B3, dan
B4 (pelat menumpu pada ke empat
sisi) disebut pelat 2 arah
b. Jika Lx < 0,4Ly, pelat dianggap
menumpu pada balok B1 dan B3,
sedangkan Balok B2 dan B4 sangat
kecil memikul beban pelat, sehingga
disebut pelat 1 arah
TUMPUAN PELAT

Dalam merencanakan pelat beton bertulang, hal yang dipertimbangkan selain


pembebanan adalah jenis perletakan pada area tumpuan. Umumnya bangunan
gedung pelat yang duduk di atas balok sifatnya monolit (dalam hal ini balok dan pelat
dicor menyatu) seperti yang ditunjukkan pada gambar (a). Adapun tumpuan lainnya
seperti pada gambar (b), (c), dan (d).
JENIS PERLETAKAN PELAT

(1) Terletak Bebas. Keadaan ini terjadi


jika pelat diletakkan begit saja di
atas balok (pelat dan balok tidak
dicor menyatu), sehingga pelat
dapat berotasi bebas pada tumpuan
tersebut. Pelat yang ditumpu
tembok termasuk dalam kategori
terletak bebas.
(2) Terjepit Elastis. Keadaan ini terjadi
jika pelat dan balok dicor menyatu
(monolit) namun ukuran balok kecil
dan tidak cukup kuat mencegah
terjadinya rotasi pelat.
(3) Terjepit Penuh. Yakni keadaan balok
dan pelat monolit (cor menyatu) dan
ukuran balok lebih besar sehingga
mampu menahan dan mencegah
terjadinya rotasi.
BENTANG TEORITIS
(1) Bentang teoritis dinyatakan
dengan L = 1, yaitu panjang
antara kedua bidang
permukaan tumpuan.
(2) Bila pelat menerus di atas
balok maka 1 = L + a ; dimana
(a) = panjang perletakan pelat
di tiap ujungnya.
(3) Jika lebar balok lebih dari 2x
tebal pelat, maka dianggap 1 =
L + 100
(4) Jika pelat duduk pada tumpuan
yg tidak monolit, atau terbuat
dari bahan selain beton
bertulang, maka kekuatan
bahan dari tumpuan tsb salah
satu faktor yang menetukan
panjang perletakan yg
diperlukan.
SELIMUT
BETON
Selimut Beton (mm)
Beton Cor Setempat (Non Prategang)
1. Beton tidak berhubungan langsung dengan cuaca atau tanah
Tulangan D44-D57 40
Tulangan D36 dan lebih kecil 20
2 Beton berhubungan dengan tanah atau cuaca
Tulangan D19-D57 50
Tulangan D16 dan lebih kecil 40
Beton Pracetak
1. Beton tidak berhubungan langsung dengan cuaca atau tanah
Tulangan D44 & D56 30
Tulangan D36 dan lebih kecil 15
2 Beton berhubungan dengan tanah atau cuaca
Tulangan D44 & D56 40
Tulangan D36 dan lebih kecil 20
Beton yang langsung di tuang di atas tanah dan selalu di atas tanah 70
SYARAT
PENULANGAN
PELAT
TEBAL PELAT SATU ARAH

PELAT
LANTAI
PELAT DUA ARAH 1. Tebal minimum pelat yang
dinyatakan dalam perbandingan
dengan bentang merupakan kriteria
yang cukup untuk mengendalikan
lendutan. Tapi tetap dilakukan
perhitungan lendutan sebenarnya.
2. Persamaan 1.29 & 1.30 merupakan
penyederhanaan rumus apabila fy =
300 MPa,
pelat merupakan bentangan dalam, ßs
=1
αn = 2 atau lebih untukbalok kaku
Ln = bentang bersih ke arah
memanjang, dari lebmuka ke muka
perletakan.
Pelat Satu Arah (One-Way Slab)

Pelat satu arah dan Pelat satu arah dan


balok menerus lantai balok
12
Kombinasi pembebanan untuk analisis
(elastik atau plastik
plastik)) :
Pasal 8.3.3 SNI 2846-2013
1. Untuk perhitungan momen negatif dan geser maksimum pada perletakan 2
bentang bersebelahan yang dibebani, dipakai :
• Beban mati terfaktor diaplikasikan pada semua bentang.
• Beban hidup merata hanya diaplikasikan pada 2 bentang bersebelahan,
yg berada di sebelah kiri & kanan perletakan yg momennya dihitung.
2. Untuk perhitungan momen positif maksimum di tengah bentang yg dibebani
& momen positif minimum (kemungkinan juga negatif) di tengah bentang yg
tidak dibebani & momen negatif maksimum di perletakan eksterior, maka
digunakan pembebanan :
• Beban mati terfaktor diaplikasikan pd semua bentang.
• Beban hidup terfaktor yg diatur mengikuti pola papan catur.

13
Koefisien--koefisien momen :
Koefisien
Sebagai metode alternatif perhitungan momen dan gaya geser dapat dilakukan
menggunakan koefisien-koefisien Pasal 8.3.3 SNI 2847 tahun 2013, dengan
syarat :

1. Terdiri atas ≥ 2 bentang.


2. Panjang bentang tidak jauh berbeda satu sama lain (bentang terpanjang ≤
1.2 bentang terpendek)
3. Beban terdistribusi merata
4. Beban hidup ≤ 3 x beban mati (tidak terfaktor)
5. Balok bersifat prismatik

14
Cara Analisis :
Sebagai alternatif, metode pendekatan berikut ini dapat digunakan untuk menentukan momen lentur dan
gaya geser dalam perencanaan balok menerus dan pelat satu arah, yaitu pelat beton bertulang dimana
tulangannya hanya direncanakan untuk memikul gaya-gaya dalam satu arah, selama:
PELAT SATU ARAH :
Apabila ratio antara bentang panjang (Ly)
terhadap bentang pendek (Lx),
Ly/Lx > 2

Analis pelat serah dilakukan sebagai


balok persegi dengan tinggi balok
setebal pelat dan lebar satu satuan ( 1m)
dalam arah pendek untuk tulangan Utama.

Sedangkan Arah sisi panjang digunakan


tulangan susut dan temperatur
atau tulangan pembagi
Koefisien
momen dan
geser SNI
2846-2013

19
Koeffisien Momen & Gaya Geser
Momen positif, negatif dan geser maksimum dihitung sbb :

Mu Cm qu ln2

qu ln
Vu Cv 
2
qu  beban hidup dan mati
terfaktor.
ln  bentang bersih yg ditinjau utk perhitungan
momen negatif pd muka interior dr
perletakan eksterior, dan utk perhitungan
momen positif & geser.
atau nilai rata-rata bentang bersih di sebelah kiri &
kanan perletakan interior pd perhitungan
momen negatif pd perletakan interior tsb.

21
Denah pelat
satu arah
dengan balok

22
Penulangan pada pelat satu arah

23
Penutup beton pelat min = 20 mm
Contoh Penulangan Pelat Satu Arah.
Tulangan Susut dan Suhu
Pada pelat struktural dimana tulangan lenturnya terpasang dalam satu arah saja,
harus disediakan tulangan susut dan suhu yang arahnya tegak lurus terhadap
tulangan lentur tersebut.

Tulangan ulir yang digunakan sebagai tulangan susut dan suhu harus
memenuhi ketentuan berikut:
•Tulangan susut dan suhu harus paling sedikit memiliki rasio luas tulangan
terhadap luas bruto penampang beton sebagai berikut, tetapi tidak kurang
dari 0,0014.
•Tulangan susut dan suhu harus dipasang dengan jarak tidak lebih dari lima kali
tebal pelat, atau 450 mm.
Contoh Perencanaan Pelat Analisis &
Satu Arah Desain

Pelat lantai menerus berikut ini mempunyai jumlah bentang =8.

f c'  25 MPa f y  400 MPa

4600 4600 4600

350 350 350 350

Beban yg harus dipikul : qLL=480 kg/m2. Beban


superimposed= 34 kg/m2. Desain pelat satu arah tsb sbg
balok lebar 1 m.
Jawab :
1. Estimasi ketebalan pelat (tabel 3.2.5 SK SNI t15-1991-03) :

30
• Untuk bentang tepi :
l 4600 350/ 2
hmin    184 mm
24 24
• Untuk bentang interior : Gunakan h = 190
mm.
l 4600
h min    164 mm
28 28
Asumsi tebal selimut bersih= 20 mm (Psl 3.16.7) & db= 16 mm,
maka d= 190- (20+16/2)= 162 mm.
2. Hitung beban terfaktor :
q
• Berat sendiri pelat = DS  0 . 19  2400 kg/m 3
 456 kg/m 2

q
• Berat superimposed = SDL  34 kg/m 2

q
Berat mati total = D  456  34  490 kg/m 2

q u  1 .2 ( 490 kg/m 2 )  1 .6 ( 480 kg/m 2 )  1356 kg/m 2

 13 .56 kN/m 2
32
3. Check kecukupan tebal pelat dalam memikul momen :
Karena qLL  3qD, maka koefisien momen SK SNI dapat digunakan
(Psl 3.1.3)

• Perletakan interior tepi (I) :

quln2
Mu 
10
ln 
4600 350 350/ 2  4600 350
 4162mm
2
13.56 (4.162)2
Mu   23.49 kN m/m.
10

33
• Perletakan interior tengah (II) :
q u l n2
Mu 
11
l n  4600  350  4250 mm
13 . 56  ( 4 . 25 ) 2
Mu   22 . 27 kN  m/m
10
 M u maksimum  23 . 49 kN  m/m
Mu f y
  
 
2
bd ;
 f c' 1  0 . 59   f c'
400
 ambil   0.01    0.01  0.160
25
23.49 106 23.49 106
d 
2

1000(0.8)25(0.16)1  0.59(0.16) 2897.92

d  8106  90 mm (OK) 34
4. Check apakah ketebalan pelat memadai terhadap geser :

Tulangan geser diperlukan pada pelat, jika :

Vu  Vc (SK SNI Psl 3.4.1.1)

Tetapi, karena pemasangan tulangan geser pd pelat sulit utk dilaksanakan,


maka V pd pelat biasanya dibatasi sebesar  V .
u c

• Perletakan interior tepi (I) :

350
l n  4600  350   4075 mm (untuk perhitunga n geser)
2
1.15  13 .56  4.075
Vu   31 .77 kN/m
2
(lihat gbr koefisien momen dan gaya geser)
• Perletakan interior tengah (II) :

l n  4600  350  4250 mm


13 .56  4 .250
Vu   28 .82 kN/m
2
 f'   25 
VC  0 .60  c 
bw d  0 .60  (1000 )(162 )   81 kN
 6   6 
 
Vc  Vu  OK, tebal pelat sudah memadai.

5. Desain baja tulangan yg dibutuhkan

Sebagai contoh akan dihitung tulangan pd perletakan


interior tengah :

36
M u  23 . 49 kN  m/m
Mu
As   untuk pelat jd  0 . 925 d
 f y jd
23 . 49  10 6
As   490 mm 2 /m
0 . 8 ( 400 )( 0 . 925  162 )
Check apakah asumsi jd adalah benar ?
As f y 490  400
a    9 . 22 mm
0 . 85 f c' b 0 . 85 ( 25 )  1000
a 9 . 22
jd  d   162   157 . 4 m (  0 . 925 d )
2 2
untuk pelat jd  0 . 925 d
23 . 49  10 6
As   490 mm 2 /m
0 . 8 ( 400 )( 0 . 925  162 )
37
Hitung As berdasarkan nilai jd yg baru :

23 . 49  10 6
As   466 . 4 mm 2 /m
0 . 8 ( 400 )(157 . 4 )
A min  0 . 0018 bh (Psl 3 . 16 . 12 )
 0 . 0018  1000  190  342 mm 2 /m

Spasi tulangan maksimum (Psl 3.16.12) :

S max  3h  3 190  570 mm


S max  500 mm
tetapi harus lebih kecil dari 500 mm

38
As  466 .4 mm 2 /m
Dipakai tulangan d10  Ab  78 .5 mm 2 /m

Ab  78.5 mm 2 /m
466.4
n  5.94 buah/ m
78.5

Dipasang baja d10-150 sebagai tulangan atas pada


penampang di perletakan interior tengah.
Perhitungan tulangan untuk penampang-
penampang yag lain dapat dilakukan dg cara serupa.

39
6. Tulangan susut/ suhu :

SK SNI Psl 3.16.12 mensyaratkan dipasang tulangan


susut/ suhu, pada arah tegak lurus bentang pelat :

As  0.0018bh  342 mm2 /m


342
n  4.36 /m
78.5
Dipakai tulangan d10-220.

7. Desain tulangan transversal atas balok :

Karena adanya aksi 2 arah yg terlokalisasi pd pelat di


dekat balok penumpu, mk perlu dipasang tulangan
atas pd pelat pd arah tegak lurus sumbu balok
penumpu.

40
Perhitungan untuk tulangan ini dapat dilakukan dg Psl 3.1.10 ayat 5,
yaitu bagian pelat selebar lebar efektif dianggap bekerja sbg
kantilever yg menahan beban terfaktor pelat.

tulangan
utama

Lebar efektif sesuai Psl 3.1.10 (balok T)


tulangan transversal dihitung dg
qu
menganggap sayap sbg pelat
kantilever.

Spasi maksimum= 5h atau


500 mm

41

Anda mungkin juga menyukai