Anda di halaman 1dari 17

00

STRUKTUR
KONTRUKSI 4
Two Way Beam and Slab Analysis

Kelompok 3

Cora Samuella (03061381924052)


Kevin William (03061381920455)
Siti Aisyah (03061381924079)
Dea Tessa (03061381924080)
Balqis Muthia Elrazi (03061381924083)

Dosen Pengampu
Dr. Livian Teddy, S.T., M.T.
Almira Ulfa, S.T, M.R.K
000

SUB
BAB
01 Definition
02 Method Analysis
03 Analysis Load Distribution
04 Penempatan Pelat 2 Arah
05 Tebal Minimum Pelat 2 Arah
TWO WAY
02
01

SLAB AND
BEAM
STRUKTUR BETON

TWO WAYS SLABS AND BEAM

DEFINITIONA 3
adalah slab yang ditopang oleh balok pada keempat sisi
dan beban dipukul oleh penopang di kedua arah
(orthogonal).
02

METODE UNTUK MENGANALISIS

METODE KOEFISIEN MOMEN 1

PERTIMBANGAN METODE DESAIN LANGSUNG (DIRECT 2


UMUM
DESIGN METHOD)

METODE PORTAL EKIVALEN 3


Sistem pelat dua arah mempunyai perbandingan bentang panjang terhadap (EQUIVALENT FRAME METHOD)
bentang pendek (Ly/Lx) antara 1,0 hingga 2,0

METODE GARIS LELEH (YIELD 4


METHOD)

*SNI 2847 merekomendasikan metode 2 dan 3


METODE DESAIN LANGSUNG
(DIRECT DESIGN METHOD,DDM)
SNI 2847:2019 pasal 8.10

Merupakan prosedur pendekatan untuk analisis dan desain


pelat 2 arah. Metode ini dibatasi untuk sistem pelat yang
dibebani oleh beban terdistribusi merata, serta tertumpu oleh
kolom-kolom dalam jarak yang sama atau hampir sama.

METODE RANGKA EKIVALEN


(EQUIVALENT FRAME METHOD,EFM)
SNI 2847:2019 pasal 8.11

Struktur bangunan 3 dimensi bibagi-bagi menjadi beberapa


rangka ekivalen dua dimensi, pembagian tersebut dilakukan
dengan cara membuat potongan sepanjang garis tengah di
antara kedua kolom. Struktur rangka dianalisis secara terpisah
lantai per lantai dalam arah memanjang dan melintang.
02
03

ANALISIS
LOAD
DISTRIBUTION
Beban dari pelat biasanya didefinisikan dalam “q”kN/m2.
Beban-beban ini ditransfer ke balok pendukung baik dalam
"w"kN/m atau "W" kN.
Beban dari pelat padat beton bertulang
Beban dapat didistribusikan ke balok pendukung tergantung pada

LOAD DISTRIBUTION3
rasio sisi panjang / sisi pendek pelat (Ly / Lx)
Pelat bentang dua arah, ketika Ly/Lx ≤ 2.0
Beban dari pelat beton pracetak dapat didistribusikan ke balok
pendukung dalam satu arah saja dan tidak tergantung pada rasio
Ly/Lx. Hal ini karena pelat beton pracetak merentang satu arah
karena hanya ditopang oleh balok di ujung pelat saja.
LOAD DISTRIBUTION
04
02
DETAIL3
05
02
HARUS MEMENUHI KETENTUAN PADA SK-SNI-2002
06

PENEMPATAN 1. Luas tulangan pelat pada masing-masing arah dari sistem


pelat dua arah ditentukan dengan meninjau momen-momen

PELAT 2 ARAH pada penampang kritis tapi tidak boleh kurang daripada yang
disyaratkan.
2. Spasi tulangan pada penampang kristis tidak boleh lebih
daripada dua kali tebal pelat kecuali untuk bagian pelat yang
berada pada daerah rongga atau rusuk.
3. Tulangan momen positif yang tegak lurus tepi tak-menerus
harus diteruskan hingga mencapai tepi pelat dan ditanam,
dapat dengan kaitan, minimum sepanjang 150 mm ke dalam
balok tepi, kolom, atau dinding.
4. Tulangan momen negatif yang tegak lurus tepi tak-menerus
harus dibengkokan atau diangkur pada balok tepi, kolom, atau
dinding, sesuai dengan ketentuan mengenai panjang
penanaman.
5. Bila pelat tidak memiliki balok tepi atau dinding pada tepi tak-
menerus, atau pada pelat yang membentuk kantilever pada
tumpuan maka pengangkuran tulangan harus dilakukan di
dalam pelat itu sendiri.
HARUS MEMENUHI KETENTUAN PADA SK-SNI-2019
06

TEBAL MINIMUM 1. Untuk αm yang sama atau lebih kecil dari 0,2 harus
menggunakan tabel di slide selanjutnya
PELAT 2 ARAH 2. Untuk αm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0,
ketebalan pelat minimum harus memenuhi:
DENGAN BALOK

h=
[
l n 0,8 +
fy
1.400 ]
36 + 5β ( a fm - 0,2)

dan tidak boleh kurang dari 125 mm. Untuk αm lebih besar dari
2,0, ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari 90 mm
dan dari:

h=
ln [
0,8 +
fy
1.400 ]
36 + 9β
09

α = rasio kekakuan lentur penampang


balok terhadap kekakuan lentur pelat
dengan lebar yang dibatasi secara lateral
oleh garis-garis sumbu tengah dari panel
panel yang bersebelahan (bila ada) pada
tiap sisi balok.

αm = nilai rata-rata α untuk semua balok


pada tepi-tepi dari suatu panel

β = rasio bentang bersih dalam arah


memanjang terhadap arah memendek dari
pelat dua arah

ln = panjang bentang bersih dalam arah


memanjang dari konstruksi dua arah,
diukur dari muka-ke-muka tumpuan pada
pelat tanpa balok dan muka-ke-muka balok
atau tumpuan lain pada kasus lainnya, mm
EXAMPLE 1
TEBAL MINIMAL PELAT DUA ARAH
SOAL
suatu sistem plat datar dengan ukuran plat 7m x 6m ditumpu oleh kolom
persegi berukuran 500mm x 500mm. Tentukan ketebalan minimum pelat
yang disyaratkan dalam peraturan SNI 2847:2019 untuk pelat dalam dan
pelat sudut seperti dalam gambar.
pada struktur ini tidak digunakan balok tepi
gunakan f lc = 20 MPa, f y = 420 MPa

PENYELESAIAN
untuk pelat sudut (1), tebal minimum adalah l n /30 (dari tabel)
l n = 7.000 mm - 2(500/2) = 6.500 mm

h min = 6.500 = 216,67 mm


30
untuk pelat dalam (2), tebal minimum adalah l n /33, sehingga:
h min = 6.500 = 196,97 mm
33
Jika akan digunakan tebal plat yang seragam, maka dapat diambil tebal pelat
sebesar 220 mm
EXAMPLE 2
TEBAL MINIMAL PELAT DUA ARAH
SOAL
suatu sistem plat lantai dua arah dengan balok ditunjukkan dalam gambar.
6.000
pelat dan balok ditopang oleh kolom berukuran 500 mm x 500 mm
ukuran balok 400 mm x 600 mm
tentukan ketebalan minimum yang diperlukan untuk suatu pelat dalam
6.000
(interior)
gunakan f lc = 20 MPa, f y = 400 MPa.
persyaratan tebal pelat dihitung dari persamaan (1) atau (2), sehingga nilai
a fm harus dihitung terlebih dahulu.
oleh karena itu, nilai l b , l s , dan a fm untuk balok dan pelat dalam arah
panjang maupun pendek harus ditentukan lebih dahulu
asumsi awal tebal pelat diambil 200 mm

_
bw + 2hb = 400 + 2 (400) = 1.200 mm
bw + 8hf = 400 + 8 (200) = 2.000 mm

maka, be = 1.200 mm
EXAMPLE 2
TEBAL MINIMAL PELAT DUA ARAH

Tentukan titik berat penampang dengan mengambil statis


220 200
momen terhadap sisi atap sayap:
luas bagian sayap = 200 x 1.200 = 240.000 mm2 380 400
luas bagian badan = 400 x 400 = 160.000 mm2
luas total = 400.000 mm2

_
y = 240.000 (100) + 160.000 (400) = 220 mm2
400.000

lb =
[ ] [
1 x 1.200 x 2003 + (240.000 x 120 2 )
12
+ 1 x 400x 4003 + (160.000 x 1802 )
12 ]
6 4
l b = 11.573,33.10 mm garis berat
titik penampang
_
y = titik berat

l b = inersia balok
EXAMPLE 2
TEBAL MINIMAL PELAT DUA ARAH

Momen inersia pelat dalam arah panjang adalah

ll = 1 x 6000 x 200 3 6
= 4.000.10 mm
4

12
6
= EI b = 11.573,33.10 = 2,893
a fl
6 200 x 6000
EIl 4.000.10

Momen inersia pelat dalam arah pendek adalah

ls = 1 x 7000 x 200 3 6
= 4.666,67.10 mm
4

12 200 x 7000
6
a fs = EIb = 11.573,33.106 = 2,48
EIs 4.666,67.10

Elb = inersia balok


Ell = inersia arah panjang
Els = inersia arah pendek
a fl = alpha arah panjang

a fs = alpha arah pendek


EXAMPLE 2
TEBAL MINIMAL PELAT DUA ARAH

Nilai a fm diperoleh dari rata-rata a fl dan a fs 6.000

a fm = 2,893 + 2,48 = 2,687


2
6.000 200 x 6000
β = 7.000 - 500
6000 - 500
Karena a fm > 2.0, maka nilai h min dicari dengan
menggunakan persamaan:

h=
[
l n 0,8 +
fy
1.400 =
](7.000-500) 0,8 +
400
1.400 [ ] 200 x 7000

36 + 9β 36 + 9(1,182)

h = 151,32 mm h = tebal balok


a fm = rata-rata alpha
h = 151,32 mm > 90 mm TERPENUHI
β = rasio bentang bersih
fy = tegangan leleh
Dibulatkan sehingga tebal pelat menjadi 200 mm
l n = panjang bentang bersih
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai