Anda di halaman 1dari 38

SBT 1

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Sipil

PELAT BETON
BERTULANG

Agustin Dita Lestari, ST., MT.


Pengertian Pelat Lantai

 merupakan salah satu komponen struktur pada suatu bangunan, baik itu
gedung perkantoran maupun rumah tinggal biasa dan juga menjadi struktur
konstruksi pada jembatan

 Merupakan struktur yang pertama kali menerima beban, baik itu beban mati
maupun beban hidup yang kemudian menyalurkannya ke sistem struktur
rangka yang lain.
Jenis-Jenis Pelat
PELAT SATU ARAH PELAT DUA ARAH
 Beban didistribusikan dalam satu arah  Sistem balok-pelat dua arah
saja  Sistem slab datar (flat slab)
 Bentangan 3 – 6 meter  Sistem pelat datar (flat plate)
 Memikul beban hidup sebesar 2,5 – 5  Sistem pelat waffle
kN/m2
Jenis-Jenis Pelat

Sistem balok-pelat

Sistem pelat waffle


Tumpuan pada Pelat

Untuk bangunan gedung, umumnya pelat ditumpu dengan berbagai sistem


sebagai berikut:

1. Monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi


satu kesatuan.

2. Ditumpu dinding-dinding/tembok bangunan.

3. Didukung oleh balok-balok baja dengan sistem komposit.

4. Didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, dikenal dengan


pelat cendawan.
Tumpuan pada Pelat
Kondisi Tumpuan pada Pelat
 Ditumpu Bebas
Pelat dapat berotasi bebas pada tumpuan, contohnya pelat yang ditumpu oleh
tembok bata.
 Terjepit Penuh
Pelat tidak dapat ber-rotasi dan relatif sangat kaku terhadap momen puntir,
contohnya pelat yang monolit (menyatu) dengan balok yang tebal.
 Terjepit Sebagian (Jepit Elastis)
Tumpuan tidak cukup kuat untuk mencegah rotasi, contohnya pelat yang monolit
dengan balok yang tidak begitu tebal.
Selain jepit penuh dan jepit sebagian, juga sering ditemukan ”jepit tak terduga”,
contohnya pelat tertanam sepanjang sisinya dalam tembok. Pada sisi pelat yang
tertanam akan timbul momen jepit (momen tak terduga).
Kondisi Tumpuan pada Pelat
Panjang Bentang Teoritis Pelat (1)

Bila Lebar Balok Perletakan Kurang Dari Atau Sama Dengan Dua Kali Tebal Pelat (b
≤ 2h), maka panjang bentang teoritis dianggap sama dengan jarak antara pusat ke
pusat balok.
Panjang Bentang Teoritis Pelat (2)

Bila Lebar Balok Perletakan Lebih Dari Atau Sama Dengan Dua Kali Tebal Pelat (b
> 2h), maka panjang bentang teoritis dianggap
(l = L + 100)
Panjang Bentang Teoritis Pelat (3)

Bila (L+h) Lebih Besar Dari Jarak Pusat Ke Pusat Tumpuan, maka panjang bentang
teoritis boleh diambil jarak pusat ke pusat tersebut (l = L + 2 x ½ b = L + b)
Pelat Satu Arah
Pelat Satu Arah

 Pelat satu arah adalah pelat yang mempunyai angka perbandingan antara
bentang yang panjang dengan bentang yang pendek lebih besar dari 2

𝐋𝐲
>𝟐
𝐋𝐱
 Pelat beton lebih dominan menahan beban lentur pada bentang 1 arah
saja. Contoh: pelat kantilever, pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan.
 Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah.
 Analisis dan perencanaan pelat dianggap sebagai suatu balok dengan lebar
satu meter dan tinggi h sesuai dengan tebal pelat.
Tebal Minimum Pelat Satu Arah

Komponen struktur pelat satu arah Tebal minimum, h

Dua tumpuan sederhana L/20


Satu ujung menerus L/24
Kedua ujung menerus L/28
Kantilever L/10

Selimut beton untuk struktur pelat tidak boleh kurang dari 2 cm. Biasanya
digunakan 2 – 3 cm.
Penulangan Pelat

 Karena momen lentur yang bekerja pada satu arah saja, maka Tulangan Pokok
dipasang dalam satu arah (searah bentang L)

 Jarak pemasangan tulangan yg disarankan 10; 12,5; 15; 20 cm.

 Dalam pelat, dipasang juga Tulangan Bagi, yang arahnya tegak lurus tulangan pokok.

 Tulangan Bagi disebut juga dengan tulangan susut dan suhu.

 Fungsi tulangan bagi adalah

a. Menahan retak beton akibat susut & perbedaan suhu beton

b. Mengikat tulangan utama

c. Meratakan tegangan
Rasio Tulangan Bagi

ρmin
Pelat yang menggunakan tulangan ulir mutu 300 0,0020

Pelat yang menggunakan tulangan ulir atau jaringan


kawat las (polos atau ulir) mutu 400 0,0018

Pelat yang menggunakan tulangan dengan tegangan


𝟒𝟎𝟎
leleh melebihi 400 MPa yang diukur pada regangan 0,0018 x
𝒇𝒚
leleh sebesar 0,35%
Koefisien Momen (1)

Besarnya Momen adalah Koefisien Momen dikalikan dengan 𝑞𝑢 . 𝑙𝑛2


Koefisien Momen (2)
Langkah-langkah Perhitungan Pelat Satu Arah
1. Menentukan syarat- syarat batas dan bentang pelat lantai
2. Menentukan tebal pelat lantai
3. Menghitung beban yang bekerja pada pelat lantai (beban mati dan
hidup)
4. Menentukan nilai momen yang bekerja pada pelat lantai (Mu)
dengan koefisien momen
5. Menghitung nilai Mn, dengan persamaan:
Mu
Mn 

dengan  = 0,8
Langkah-langkah Perhitungan Pelat Satu Arah
6. Menentukan perlu dengan persamaan:

1 2 m Rn 
 
 1 - 1 - 
fy 
perlu
m

d = h – selimut beton – ½ Dtul. utama

Syarat : min < perlu < max


jika : perlu < min , maka yg dipakai min
Langkah-langkah Perhitungan Pelat Satu Arah
6. Menentukan Tulangan Utama (As) dan Tulangan Bagi (A’s):

As perlu   perlu b . d

Untuk fy = 300 MPa A' s  0,002 . b . d

Untuk fy = 400 MPa A' s  0,0018 . b . d

7. Menggambar detail tulangan


Contoh Soal Pelat Satu Arah (1)
Desain pelat beton dengan data perencanaan berikut ini:
f’c = 20 MPa fy = 240 Mpa
qL = 2,5 kN/m2 qD (penutup lantai) = 0,5 kN/m2
Pelat di atas tumpuan sederhana
Contoh Soal Pelat Satu Arah (2)
Penyelesaian:
Bentang teoritis:
l = L + (2 x ½ b) = 3760 + (2 x ½ x 240) = 4000 mm
Tebal pelat (h) = 150 mm
Beban-beban:
• berat sendiri pelat : 0,15 x 24 = 3,6 kN/m
• berat penutup lantai : = 0,5 kN/m
qD = 4,1 kN/m
qu = 1,2qD + 1,6qL
= 1,2 x 4,1 + 1,6 x 2,5 = 8,92 kN/m
Contoh Soal Pelat Satu Arah (3)
Momen lapangan :
Mu = 1/8 qu l2 = 1/8 x 8,92 x 42 = 17,84 kNm
Momen tumpuan :
Mu = 1/24 x 8,92 x 42 = 5,95 kNm
Asumsi:
Selimut beton = 20 mm
 tulangan =10 mm
Tinggi efektif : d = 150 – 20 – (½ x 10) = 125 mm
Contoh Soal Pelat Satu Arah (4)
Penulangan Lapangan
Mu 17,84
Mn    22,30 kNm
 0,80
Mn 22,3 10 6
Rn  2   1,427 MPa
bd 1000  (125) 2
fy 240
m   14,12
0,85  f'c 0,85  20

1  2 m R n  ρ max  0,75 b
ρ 1 1
m fy 
 
1  2 14,12 1,427   max  0,75 
0,85 f 'c
1
600
ρ 1  1    0,00622
14,12  240  fy (600  f y )

0,85  20 600
1,4 1,4  max  0,75  0,85  0,0323
ρ min    0,00583 240 (600  240)
f y 240

min <  < max  dipakai nilai 


Contoh Soal Pelat Satu Arah (5)
Tulangan Pokok
As =  b d = 0,00622 x 1000 x 125 = 778 mm2
Dipasang tulangan 10-100 (As = 785 mm2)

Tulangan bagi (tulangan susut dan suhu):


A’s = 0,002 x 1000 x 125 = 250 mm2
Dipasang tulangan 8-200 (A’s = 251,3 mm2)
Contoh Soal Pelat Satu Arah (6)
Penulangan Tumpuan
Mu 5,95
Mn    7,4375 kNm
 0,80
Mn 7,4375 10 6
Rn  2   0,476 MPa
bd 1000  (125) 2
1  2 m Rn 

ρ 1 1
m fy 
 
1  214,12  0,476 
ρ 1  1    0,002
14,12  240 

 < min  dipakai nilai min
Contoh Soal Pelat Satu Arah (7)
Tulangan Pokok
As = min b d = 0,00583 x 1000 x 125 = 728,75 mm2
Dipasang tulangan 10-100 (As = 785 mm2)

Tulangan bagi (tulangan susut dan suhu):


A’s = 0,002 x 1000 x 125 = 250 mm2
Dipasang tulangan 8-200 (A’s = 251,3 mm2)
Pelat Dua Arah
Pelat Dua Arah
 Pelat dua arah adalah pelat yang mempunyai angka perbandingan antara
bentang yang panjang dengan bentang yang pendek lebih kecil atau sama
dengan 2

𝐋𝐲
≤𝟐
𝐋𝐱
 Pada daerah lapangan, momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu searah
dengan bentang Lx dan bentang Ly, maka tulangan pokok dipasang pada
2 arah yang saling tegak lurus, sehingga tidak perlu tulangan bagi.
 Pada daerah tumpuan, hanya bekerja momen lentur 1 arah saja, sehingga
untuk daerah tumpuan dipasang tulangan pokok dan bagi.
Tebal Minimum Pelat Dua Arah (1)

Tebal minimum pelat tanpa balok :

Pelat tanpa penebalan……………………..120 mm


Pelat dengan penebalan ...…………………100 mm
Tebal Minimum Pelat Dua Arah (2)

Tebal minimum pelat dengan balok :


1. Untuk am yang sama atau lebih kecil dari 0,2; harus menggunakan
Tabel 2.2.
2. Untuk am lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0; ketebalan pelat
minimum harus memenuhi

dan tidak boleh kurang dari 120 mm


Tebal Minimum Pelat Dua Arah (3)

3. Untuk am lebih besar dari 2,0;


ketebalan pelat minimum tidak
boleh kurang dari:

dan tidak boleh kurang dari 90


mm
Tebal Minimum Pelat Dua Arah (4)
Metode Koefisien Momen (1)

• Setiap panel pelat di analisis sendiri-sendiri (masing-masing panel


dianggap terpisah).
• Momen-momen lentur pelat pada masing-masing arah (arah x dan arah y)
dapat ditentukan dari tabel koefisien momen

M  0,001. X .q .l 2
u x
Metode Koefisien Momen (2)
Tabel 2.3 Momen pelat akibat beban terbagi rata (Tumpuan terjepit elastis)
Metode Koefisien Momen (3)
Tabel 2.4 Momen pelat akibat beban terbagi rata (Tumpuan terjepit penuh)
Langkah-langkah Perhitungan Pelat Dua Arah
Perhitungan penulangan pelat dua arah, hampir sama dengan langkah-
langkah yang ada pada pelat satu arah. Yang membedakan adalah
pada pelat dua arah, dihitung pada 2 arah (x dan y), sehingga:

dx = h – selimut beton – ½ Dtul. utama

dy = h – selimut beton – Dtul. Utama x – ½ Dtul. Utama y

Anda mungkin juga menyukai