Anda di halaman 1dari 16

BAB I

ISI

A. PENGERTIAN

Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul
beban transfersal melalui aksi lentur dari masing-masing tumpuan
pelat.

Sistem pelat dua arah (two way slab)


Apabila Lx 0,4 Ly , pelat dianggap sebagai menumpu pada balok
B1, B2, B3, B4 yang lazimnya disebut sebagai pelat yang menumpu
keempat sisinya. Dengan demikian pelat tersebut dipandang
sebagai pelat dua arah (arah x dan arah y), tulangan pelat dipasang
pada kedua arah yang besarnya sebanding dengan momen-momen

setiap arah yang timbul.


Plat dan slab dua arah merupakan panel-panel beton bertulang
yang perbandingan antara panjang dan lebarnya lebih kecil dari 2.
Analisis dan desain sistem slab meliputi beberapa aspek antara lain,
kapasitas momen, kapasitas geser kolom slab, dan perilaku
serviceability. Dalam perkembangannya saat ini plat beton 2 arah
digunakan untuk struktur dalam bangunan, jembatan, struktur
hidrolik dan lain sebagainya. Untuk beban plat lantai pada plat dua
arah disalurkan ke empat sisi plat atau ke empat balok pendukung,
akibatnya tulangan utama plat diperlukan pada kedua arah sisi plat.
Permukaan lendutan plat mempunyai kelengkungan ganda.

Sistem Pelat dan Balok


Sistem pelat lantai ini terdiri dari lantai (slab) menerus yang
ditumpu oleh balok-balok monolit, yang umumnya ditempelkan
pada jarak 3,0 m hingga 6,0 m. Sistem ini banyak dipakai, kokoh
dan sering digunakan untuk menunjan sistem pelat lantai yang tidak

beraturan.

Persyaratan tebal pelat lantai 2 arah


1. Tebal minimum pelat tanpa balok
Pelat tanpa penebalan (drop panel) = 120 mm
Pelat dengan penebalan = 100 mm
2. Tebal minimum pelat dengan balok
Tebal pelat tidak boleh lebih dari:
h = ln(0,8+Fy/1500)/36

Gambar 6. Pelat lantai dengan sistem pelat dan balok.

(http://oneeightytwocivil.blogspot.co.id/2011/03/sistem-pelat-lantai-struktur-beton-
ii.html)
Tebal pelat tidak boleh kurang dari
h = ln(0,8+fy/1500)/36+9
Tebal pelat lantai dengan balok dihitung dengan rumus
h = ln(0,8+fy/1500)/36+5(m - 0,12(1+1/)
ln = bentang bersih terbesar antara kedua arah
perbandingan bentang bersih terpanjang dengan bentang bersih
terpendek pada panel yang ditinjau

Dalam segala hal tebal minimum pelat:


<2 h minimum = 120 mm
2 h minimum = 90 mm

Tebal Minimum Plat dua arah


Tebal minimum plat tanpa balok interior yang menghubungkan
tumpuan-tumpuannya dan mempunyai rasio bentang panjang
terhadap bentang pendek yang tidak lebih dari dua, harus
memenuhi ketentuan Tabel 10 pada pasal 11.5.3.2 dari SNI-03-
2847-2002 dan tidak boleh kurang dari nilai berikut:
- Pelat tanpa penebalan
..120 mm
- Pelat dengan penebalan
100 mm
Pada tepi yang tida menerus, balok tepi harus mempunyai rasio
kekakuan 0,8 atau sebagai alternatif ketebalan minimum yang
ditentukan pada persamaan diatas harus dinaikan paling tidak 10%
pada panel dengan tepi yang tidak menerus. Plat yang tebalnya
kurang daripada yang ditetapkan maka boleh digunakan selama
dapat dibuktikan dengan perhitungan bahwa lendutan yang terjadi
tidak melebihi batas lendutan yang diijinkan.

Untuk tulangan plat tanpa balok ada tambahan persyaratan pada


pasal 15.3.8, yaitu:
- Tulangan pada plat tanpa balok harus diteruskan pada
panjang minimum.
- Bila panjang bentang yang bersebelahan tidak sama maka
penerusan tulangan momen negatif diluar bidang muka
tumpuan seperti pada Gambar. 28 harus didasarkan pada
bentang yang lebih panjang.
- Tulangan miring hanya diperkenankan bila perbandingan
tinggi terhadap bentang memungkinkan digunakan tulangan
dengan kemiringan 450.

Batas Lendutan Plat (SNI 03-1287-2002 pasal 11.5.3 Tabel 9)


Batasan yang dimaksudkan tidak untuk mencegah terjadinya
genangan air. Kemungkinan penggenangan air harus diperiksa
dengan melakukan perhitungan lendutan, termasuk lendutan
tambahan akibat adanya penggenangan air tersebut, dan
mempertimbangkan pengaruh jangka panjang dari beban yang
selalu bekerja, lawan lendut, toleransi konstruksi dan keandalan
sistem drainase. Batas lendutan boleh dilampaui bila langkah
pencegahan kerusakan terhadap komponen yang ditumpu atau
yang disatukan telah dilakukan. Lendutan jangka panjang harus
dihitung berdasarkan ketentuan pada pasal 11.5.2.5 atau 11.5.4.2,
tetapi boleh dikurangi dengan nilai lendutan yang terjadi sebelum
penambahan komponen non-struktural. Besarnya nilai lendutan ini
harus ditentukan berdasarkan data teknis yang dapat diterima
berkenaan dengan karakteristik hubungan waktu dan lendutan dari
komponen struktur yang serupa dengan komponen struktur yang
ditinjau. Tetapi tidak boleh lebih besar dari toleransi yang disediakan
untuk komponen non-struktur. Batasan ini boleh dilampaui bila ada
lawan lendut yang disediakan sedemikian hingga lendutan total
dikurangi lawan lendut tidak melebihi batas lendutan yang ada.

Tabel 1. Momen Pelat Persegi akibat beban merata kondisi tumpuan bebas dan
menerus atau terjepit elastis
Tabel 2. Momen Pelat Persegi akibat beban merata kondisi tumpuan bebas dan terjepit
penuh
2. Analisa Pelat Dua Arah dengan Metode Distribusi Momen

Contoh Soal: Perencanaan Pelat Dua Arah

Sebuah pelat lantai suatu gedung mempunyai tebal pelat 120 mm, direncanakan akan
memikul beban hidup = 250 kg/m2, beban mati selain berat sendiri = 200 kg/m2.
Mutu beton fc = 15 MPa, dan mutu baja sebesar fy = 240 MPa. Tentukan tulangan
lentur yang dibutuhkan dengan Metode Koefisien Momen Tabel PBI-71.

Catatan : lx dan ly adalah bentang bersih

ly = 6,00 m

lx = 4,00 m

Penyelesaian:

1. Beban-beban yang bekerja pada pelat lantai


Beban mati (DL)
a. berat sendiri pelat : 0,12 x 2400 = 288 kg/m2

b. mati lain (penutup lantai, ducting ac, pipa-pipa dll.) = 200 kg/m2

Total Beban Mati(DL) = 488 kg/m2

Beban hidup (DL) = 250 kg/m2


Kombinasi beban:
U = 1,2xDL + 1,6xLL

U = 1,2 x 488 + 1,6 x 250

U = 985,60 kg/m2
2. Perbandingan ly dan lx
ly = 6,00 m

lx = 4,00 m

ly 6
1,50
lx 4

3. Perhitungan Momen Pelat


Nilai momen yang bekerja pada pelat lantai ditentukan dengan Tabel Koefisien
Momen PBI-1971.

Mlx = 0,001 x U x lx2 x 56

= 0,001 x 985,6 x 4,02 x 56

= 883,10 kg.m = 8,83 kN.m

Mly = 0,001 x 985,6 x 4,02 x 37

= 583,48 kg.m = 5,83 kN.m

Mtx = - 0,001 x 985,6 x 4,02 x 56

= - 883,10 kg.m = - 8,83 kN.m

Mty = - 0,001 x 985,6 x 4,02 x 37

= - 583,48 kg.m = - 5,83 kN.m

4. Perhitungan Tulangan Lentur Pelat


Tulangan Lapangan/Tumpuan Arah x

dy dx t = 120 mm
Asumsi: selimut beton 20 mm dan digunakan tulangan utama 10

dx = 120 - 20 - x10 = 95 mm

Mlx = Mtx = 8,83 kN.m

Momen nominal:

0,80
, karena lentur

Mu 8,83 10 6
Mn 11037500 N .mm
0,80

Rasio tulangan minimum:

1,4 1,4
min 0,00583
f y 240

Rasio tulangan maksimum:

1 0,85
, karena fc = 15 MPa 30 MPa

max 0,75 b
0,85 fc' 600
max 0,75 1
600 f y
fy
0,85 15 600
max 0,75 0,85 0,0242
240 600 240

Rasio tulangan perlu:

Mn 11037500
Rn 1,223
bd 2
1000 952

0,85 fc' 2 Rn 0,85 15 2 1.223


1 1
1 1
fy 0,85 fc' 240 0,85 15
0,00537 min 0,00583 min 0,00583
, maka dipakai

Luas tulangan perlu:

As b d 0,00583 1000 95 554 mm 2

dicoba tulangan = 10 mm.

1 2 b 1 10 2 1000
4 4 141
As 554
Jarak tulangan = = mm

Maka dipakai tulangan 10 - 140

Cek jarak antar tulangan 140 mm < 3h = 360 mm dan < 450 mm . ok!

Tulangan Lapangan/Tumpuan Arah y

dy dx t = 120 mm

Asumsi: selimut beton 20 mm dan digunakan tulangan utama 10

dy = 120 - 20 10- x10 = 85 mm

Mly = Mty = 5,83 kN.m

Momen nominal:
0,80
, karena lentur

Mu 5,83 10 6
Mn 7287500 N .mm
0,80

Rasio tulangan minimum:

1,4 1,4
min 0,00583
f y 240

Rasio tulangan maksimum:

1 0,85
, karena fc = 15 MPa 30 MPa

max 0,75 b
0,85 fc' 600
max 0,75 1
fy 600 f y

0,85 15 600
max 0,75 0,85 0,0242
240 600 240

Rasio tulangan perlu:

Mn 7287500
Rn 1,009
bd 2
1000 95 2
Mpa

0,85 fc' 2 Rn 0,85 15 2 1.009


1 1
1 1



fy 0,85 fc' 240 0,85 15

0,00438 min 0,00583 min 0,00583


, maka dipakai
Luas tulangan perlu:
As b d 0,00583 1000 85 496 mm2

dicoba tulangan = 10 mm.

1 2 b 1 10 2 1000
4 4 158
As 496
Jarak tulangan = = mm

Maka dipakai tulangan 10 - 150

Cek jarak antar tulangan 150 mm < 3h = 360 mm dan < 450 mm . ok!

Tulangan Susut dan suhu


SNI1991 tidak mengatur untuk tulangan polos maka dipakai persyaratan dari PBI71.

0,025 b h
Assusut
100
0,025 1000 120
Assusut 30 mm2
100

atau

Assusut 20% As pokok


Assusut 20% 554 110,80 mm2

dicoba tulangan = 8 mm.

1 2 b 1 8 2 1000
4 4 453,43
As 110,80
Jarak tulangan = = mm

Maka dipakai tulangan 8 - 300

Cek jarak antar tulangan 300 mm < 5h = 600 mm dan < 450 mm . ok!

Kesimpulan Tulangan Lentur Pelat:

Tulangan Arah Momen As Tulangan Tulangan


(kN.m) Teoritis Terpasang
x - 8,83 554 10 -141 10 -140
Tumpuan
y - 5,83 496 10 -158 10 -150
x + 8,83 554 10 -141 10 -140
Lapangan
y + 5,83 496 10 -158 10 -150
Susut/Pemba
8 - 453 8 - 300
gi
Sketsa Pemasangan Tulangan

10 - 140 8 - 250
10 - 140 8 - 250

1
4
lx
10 - 280

10 - 280

1 lx
5

1
5 lx

1 lx
5

1 lx
5

Anda mungkin juga menyukai