Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL STRUKTUR BETON 2

“Jenis dan Desain Pelat Dua Arah”

DOSEN PENGAMPU :
Dr.Sc.-Ing. Ir. Riana Herlina L, MT

Disusun Oleh:

ZACHWA NURUL WAKHIDAH


NRP : 12121100031

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
TAHUN 2023/2024
A. Pendahuluan
Pelat beton dibuat untuk menyediakan suatu permukaan horizontal yang rata pada
lantai bangunan, atap, jembatan atau jenis struktur lainnya. Pelat beton dapat di tumpu oleh
dinding balok, kolom, atau dapat juga terletak langsung di atas tanah (slab on ground). Pada
struktur balok pelat, umumnya balok dan pelat dicor secara bersamaan sehingga menghasilkan
suatu kesatuan struktur yang monolit. Ketebalan dari pelat beton umumnya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan ukuran bentangannya.
Berbeda dengan pelat satu arah yang hanya bertumpu pada dua sisinya, pada pelat
dua arah ditopang pada semua sisi tumpuan, dengan rasio panjang terhadap lebarnya nilainya
kurang dari 2 (L/W < 2). Hal ini dikarenakan distribusi beban yang terjadi menuju ke dua arah
(arah x dan y). Oleh karena itu, penulangan dibutuhkan ke kedua arah sisi pelat tersebut.
Adapun sistem pelat dua arah ini ada berbagai macam jenis, yaitu sebagai berikut:
• Pelat-balok Dua Arah (Two way slab with beams): Cocok diterapkan pada panjang
bentangan 6 – 9 meter dengan beban hidup sebesar 2,5 – 5,5 kN/m2. Beban yang bekerja pada
pelat diteruskan ke empat sisi balok penumpu yang kemudian balok tersebut menyalurkan
bebannya ke kolom.
• Pelat Berusuk Dua Arah (Two way ribbed slab/waffle slab): Cocok diterapkan pada panjang
bentangan 7,5 – 12 meter dan dengan beban hidup sebesar 4 – 7,5 kN/m2. Plat wafel diterapkan
pada pelat yang mempunyai bentangan yang lebar dengan beban yang berat. Umumnya,
ketebalan pelat ini diantara 5 sampai 10 cm.
• Pelat Datar Dua Arah (Two way flat slab): Cocok diterapkan pada panjang bentangan 6 – 9
meter dan dengan beban hidup sebesar 4 – 7 kN/m2. Plat didukung oleh kolom dan panel tanpa
balok.
• Pelat Lantai Dua Arah (Two Way flat plate): Cocok diterapkan pada panjang bentangan 6 –
7,5 meter dan dengan beban hidup sebesar 2,5 – 4,5 kN/m2. Hampir sama dengan flat slab,
yang menjadi pembedanya adalah flat plate tidak menggunakan panel.

B. Teori
Pelat yang ditumpu oleh empat sisi yang saling sejajar. Karena momen lentur bekerja
pada dua arah, yaitu searah dengan bentang (lx) dan bentang (ly), maka tulangan pokok juga
dipasang pada dua arah yang saling tegak lurus (bersilangan), sehingga tidak perlu tulangan
bagi.

Gambar 3.1 Pelat Dua Arah


Sumber: Sudarmoko, 1996
Gambar 3.2 Penulangan Pelat Dua Arah Daerah Lapangan
Sumber : Asroni, 2010 dalam Putri, 2017

C. Metode Perhitungan
Dalam perencanaan bangunan sekolah ini digunakan data sekunder berupa gambar
denah, gambar tampak, gambar potongan, ukuran rencana komponen struktur, model pelat, daftar
harga satuan material, daftar upah pekerja, dan analisa harga satuan pekerjaan. Berdasarkan data
sekunder tersebut dilakukan perancanganstruktur untuk kedua tipe pelat. Untuk menganalisis
gaya dalam dilakukan dengan metode desain ultimit.

D. Permasalahan
1. Pelat merupakan salah satu komponen struktur yang memiliki peran penting
dalam meningkatkan fungsi kegunaan bangunan. Bagaimanakah tulangan pelat
yang digunakan

2. Bagaimanakah menghitung tebal pelat

E. Contoh Soal
Mutu kuat tekan beton yang digunakan sebesar 20 MPa dengan mutu baja tulangan
400 MPa. Dengan jumlah beban yang sama dibuat model pelat satu arah tipe A dan tipe B,
dan model pelat dua arah tipe A dan tipe B. Objek berupa potongan kelas berukuran 9x8 m.

Pada perencanaan ini beban yang didistribusikan ke balok dirincikan:


- Beban hidup lantai = 250 kg/m2
- Beban mati pelat = 339 kg/m2
- Beban dinding = 250 kg/m2

Kombinasi Pembebanan SNI 1727:2013 U = 1,2 D + 1,6 DL


U = 1,2 D + 1,6 DL + 0,5 R U = 1,2 D + 1,6 DL + 0,5 W
Analisa gaya dalam (momen, geser, dan aksial) dilakukan pada ke 2 model. Hasil reaksi
gaya antar kedua sistem dilakukan perbandingan dari sisi efisiensi reaksi gaya. Diambil nilai
terkecil antara model A dan B dari setiap sistem. Hasil menunjukkan bahwa sistem pelat satu
arah tipe B dan sistem pelat dua arah tipe A yang sesuai kriteria efisiensi reaksi gaya dalam.

Tabel 2 Reaksi Gaya Sistem Pelat Dua Arah Tipe A


Momen Momen
Momen
Profil tumpuan tumpuan Shear Axial
Lapangan
Penampang negatif positif (kN) (kN)
(kNm)
(kNm) (kNm)
B1 (25x50) -163.486 81.743 112.976 -114.324 6.004
B2 (20x30) -41.688 20.844 26.816 -34.957 -10.348
B3 (15x25) -20.289 10.1445 11.013 -28.746 -63.867
Sloof (20x25) -22.606 11.303 10.987 -29.84 -3.694
Kolom (35x35) -47.64 -15.096 -540.737

F. Hasil Pembahasan

1. Perhitungan tulangan lentur


Tumpuan balok Induk sistem pelat satu arah
Data penampang balok:
f’c = 20 Mpa b = 250 mm
fy = 400 Mpa h = 500 mm
ø = 0,8 s = 40 mm
β1 = 0,85
Direncanakan menggunakan tulangan D19 dengan dua lapis tulangan. Sengkang D10. Maka
tinggi efektif balok,
d = 500 – (40 + 10 + 19 + 20) = 411 mm
𝑀𝑢 = −130,214 𝑘𝑁𝑚.
𝑀𝑢 130,214
𝑀𝑛 = = = 162,767 𝑘𝑁𝑚
∅ 0.8
0,85 𝑓′𝑐 2 𝑅𝑛
Rasio tulangan, 𝜌 = (1 − √1 − )
𝑓𝑦 0,85 .𝑓′𝑐

0,85 . 20 2 . 3,854
𝜌= (1 − √1 − ) = 0,0111
400 0,85 . 20
√𝑓′𝑐 20
Rasio tulangan minimum, 𝜌 = = √ = 0,0028
𝑚𝑖𝑛 4 𝑓𝑦 4 .400
1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = == 0,0035
𝑓𝑦 400
Rasio tulangan maksimum, 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,025
0,85 .𝑓𝘍𝑐 .𝛽1 600
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 ( . )
𝑓𝑦 600+ 𝑓𝑦
0,85 .20 .0,85 600
= 0,75 ( . ) = 0,01625
400 600+ 400
Karena𝜌𝑚𝑖𝑛 < 𝜌 < 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 , maka digunakan 𝜌 = 0,0111
𝐴𝑠 = 𝜌. 𝑏. 𝑑 = 0,0111 . 250 . 411 = 1138 𝑚𝑚2
Luas tulangan minimum pada struktur lentur SNI 03-2847-2002 pasal 12.5(1):
𝐴 = √𝑓′𝑐 . 𝑏 . 𝑑 = √20 . 250 . 411 = 285 𝑚𝑚2
𝑠 𝑚𝑖𝑛
4 𝑓𝑦 𝑤 4 . 400
𝐴 = 1,4 .𝑏 .𝑑 = 1,4 . 250 . 411 = 357 𝑚𝑚2
𝑠 𝑚𝑖𝑛
𝑓𝑦 𝑤 400
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 < 𝐴𝑠 , maka dipakai𝐴𝑠 = 1138 𝑚𝑚2.
Digunakan 6D16 (𝐴𝑠 = 1206 𝑚𝑚2).
𝐴 1206
Rasio tulangan baru, 𝜌 = 𝑠 = = 0,0117
𝑏.𝑑 250 .411

1. Perhitungan tulangan geser


𝑉𝑢 = −92,753 𝑘𝑁
1 1
𝑉𝑐 = . √𝑓′𝑐 . 𝑏 . 𝑑 = . √20 . 250 . 411 = 76,585 𝑘𝑁
6 6
∅𝑉𝑐 = 0,6 . 76,585 = 45,951 𝑘𝑁
3∅𝑉𝑐 = 3 . 45,951 = 137,853 𝑘𝑁
Karena ∅ 𝑉𝑐 < 𝑉𝑢 < 3∅𝑉𝑐 , maka diperlukan tulangan geser.
∅𝑉𝑠 = 𝑉𝑢 − ∅𝑉𝑐 = 92,753 − 45,951 = 46,802 𝑘𝑁
∅𝑉𝑠 46,802
𝑉𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = = = 78 𝑘𝑁
∅ 0,6
Digunakan sengkang D10 (Av=157 mm2)
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 . 𝑑 157 . 400 . 411
𝑠= = = 331 𝑚𝑚
𝑉𝑠 78000
Batas spasi tulangan geser tidak boleh melebihi d/2 (SNI pasal 13.5.4.1)
𝑑 =
411
= 205,5 𝑚𝑚 , maka dipakai 200 mm.
2 2
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 . 𝑑 157 . 400 . 411
𝑉𝑠 = = = 129,054 𝑘𝑁
𝑠 200

Dengan perhitungan yang sama, untuk mencari kebutuhan tulangan struktur lentur,
didapat rekapitulasi hasil tulangan balok induk dan balok anak dari kedua sistem geometri
pelat. Gambar dan tabel menunjukkan kebutuhan tulangan pada komponen struktur lentur.
Gambar 8 Detail balok induk sistem pelat dua arah Gambar 9 Detail balok anak sistem pelat
dua arah

Tabel 5. Kebutuhan tulangan struktur lentur sistem pelat dua arah

Tumpuan negatif Tumpuan positif


Tipe Mu As D Mu As D
2 2
(kNm) (mm ) (mm) (kNm) (mm ) (mm)
B1 25x50 -163.486 1500 4D19+2D16 81.74 673 1D19+2D16
B2 20x30 -41.688 637 3D16 20.84 289 2D16
B3 15x25 -20.289 434 4ø12 10.14 192 2ø12

G. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian terhadap sistem pelat satu arah dan dua arah pada
bangunan gedung sekolah dua lantai, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Perilaku struktur gedung antara sistem pelat dua arah memiliki kesamaan pada komponen-
komponen struktur, kecuali balok induk dan balok anak. Dengan ukuran dimensi dan jenis
beban yang sama, sistem pelat satu arah pada balok induk menghasilkan momen tumpuan -
130,214 kNm, dan balok anak -57,429 kNm. Sedangkan sistem pelat dua arah pada balok
induk menghasilkan momen tumpuan
-163,486 kNm, dan balok anak -41,688 kNm.
2. Luas tulangan perlu balok induk daerah tumpuan pada sistem pelat dua arah 1500 mm2, dan
balok anak 637 mm2.
3. Rencana anggaran biaya pekerjaan struktur sistem pelat dua arah senilai Rp. 785,532,397
dengan selisih Rp. 38,531,574. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pelat dua arah lebih
efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Asroni, H Ali. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.
SNI 03- 2847-2002. Yayasan LPMB Bandung.

Imran, Iswandi., dan Hendrik, Fajar. 2016. Perencanaan Lanjut Struktur Beton Bertulang. Bandung:
Penerbit ITB.

McCormac, Jack C. 2003. Desain Beton Bertulang Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Nasution, Amrinsyah. 2009. Analisis dan Desain Struktur Beton Bertulang. Bandung: Penerbit ITB.
Sitohang, Hendri. 2008. Analisa Pelat Satu Arah (One Way Slab) dari Teori M. Levy.
Sumatera: Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai