Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pemilu dan Demokrasi BAWASLU

VOL. 1, NO. 1, (2021), E-ISSN: 2797-0191, P-ISSN: 2797-2607 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
https://jurnal.banten.bawaslu.go.id/index.php/awasia PROVINSI BANTEN

Kewenangan Penyelesaian Sengketa Proses Administrasi Pemilu


Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 dan Peningkatan
Kualitas Pemilu

Eli Jumaeli
Komisi Pemilihan Umum Kota Cilegon
*Email: elijumaeli15@gmail.com

Abstrak
Pemilihan Umum Serentak Tahun 2019 merupakan Pemilu pertama dalam sejarah
penyelenggaraan kepemiluan di Indonesia, yang menggabungkan Pemilihan Legislatif
dan Pemilihan Presiden dalam satu waktu pelaksanaan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui sengketa proses administrasi pada pemilu serentak Tahun 2019
menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian hukum normatiff-empiris, dengan pendekatan
teori Negara Hukum, Teori Kedaulatan Rakyat, dan Teori Kewenangan sebagai pisau
analisis. Penyelesaian sengketa proses administrasi Pemilu serentak tahun 2019
memberi implikasi terhadap peningkatan kualitas Pemilu, baik secara positif maupun
negatif. Tersedianya mekanisme penyelesaian sengketa Pemilu merupakan hal
penting untuk menjamin adanya kepastian proses dan keadilan pemilu bagi semua
pihak, baik pihak yang bersengketa maupun lembaga yang berwenang menyelesaikan
sengketa Pemilu sebagai bagian dari legitimasi hasil Pemilu dan meningkatkan
kepercayaan publik pada supremasi hukum.
Kata Kunci: Pemilu serentak; sengketa proses administrasi Pemilu; kualitas Pemilu

Abstract. The 2019 Simultaneous General Election is the first election in the history of
electoral administration in Indonesia, which combines the Legislative Election and the
Presidential Election in one implementation period. This study aims to determine the
administrative process disputes in the 2019 simultaneous elections according to Law
Number 7 of 2017 concerning General Elections. This study uses a normative-
CARA MENGUTIP
Jumaeli, Eli. 2021.
empirical legal research method, with the rule of law approach, the theory of
Kewenangan sovereignty of the people, and the theory of authority as the analysis tool. The
Penyelesaian Sengketa settlement of disputes during the 2019 General Election administration process has
Proses Administrasi
Pemilu Serentak
implications for improving the quality of the elections, both positively and negatively.
Tahun 2019 Menurut The availability of election dispute resolution mechanisms is important to ensure the
Undang-undang certainty of the election process and justice for all parties, both disputing parties and
Nomor 7 Tahun 2017
dan Peningkatan institutions authorized to resolve election disputes as part of the legitimacy of
Kualitas Pemilu. election results and increasing public confidence in the rule of law.
Awasia: Jurnal Pemilu
dan Demokrasi, Vol 1, Keywords: simultaneous elections; election administrative process disputes; election
No 1 (2021), 1-12.
quality

1
Awasia: Jurnal Pemilu dan Demokrasi Vol. 1, No. 1, Juni 2021, hal 1-12

PENDAHULUAN pada tahap verifikasi partai politik sebanyak


17 (tujuh belas) permohonan, tahap
Pemilihan Umum (Pemilu) serentak
penetapan DCS 428 (empat ratus dua puluh
tahun 2019 merupakan Pemilu pertama
delapan) permohonan, tahap penetapan
dalam sejarah penyelenggaraan kepemiluan
DCT 191 (seratus sembilan puluh satu)
di Indonesia, yang menggabungkan
permohonan, tahap kampanye 77 (tujuh
Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden
puluh tujuh) permohonan, tahap pasca
dalam satu waktu pelaksanaan. Pemilu
kampanye 5 (lima) permohonan, tahap
serentak yang telah diselenggarakan pada
penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) 2
tanggal 17 April 2019 yang lalu, tidak hanya
(dua) permohonan dan tahapan lainnya
memilih Presiden dan Wakil Presiden, tetapi
sebanyak 91 (Sembilan puluh satu)
juga rakyat memilih anggota legislatifnya
permohonan. 1
yaitu memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Permohonan sengketa proses Pemilu
Daerah Provinsi (DPRD Provinsi), Dewan yang diajukan kepada Badan Pengawas
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Pemilu (Bawaslu) pada proses verifikasi
(DPRD Kab/Kota) dan Dewan Perwakilan partai politik disebabkan karena kurangnya
Daerah (DPD). Sebagaimana yang tercantum beberapa persyaratan data yang diinput ke
dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 dalam Sistem Pendaftaran Partai Politik
Tahun 2017 yaitu “Pemilu adalah sarana (SIPOL), sehingga tidak dapat dikeluarkan
kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota tanda terima yang dipandang memenuhi
Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan syarat oleh SIPOL yang ditetapkan oleh KPU
Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil sebagai bagian dari administrasi
Presiden, dan untuk memilih Anggota pendaftaran. Kurangnya persyaratan data
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang tersebut disebabkan terdapat perbedaan
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, data pengurus yang diinput ke SIPOL
rahasia, jujur dan adil dalam Negara dengan data Surat Keputusan (SK)
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan penetapan partai politik yang dikeluarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945”. oleh Kementerian Hukum dan HAM
Dalam pelaksanaannya kendati berjalan (Kemenkumham) untuk setiap partai politik.
lancar dan kondusif, tetapi banyak terjadi Partai politik dalam mengisi data
persoalan yang berujung pada sengketa kepengurusan di SIPOL tidak memasukan
proses administrasi yang diajukan oleh keseluruhan data sehingga terdapat
peserta Pemilu terhadap Komisi Pemilihan perbedaaan data. Adanya perbedaan data
Umum (KPU) pada setiap tahapan tersebut menimbulkan perbedaan dalam
penyelenggaraan Pemilu mulai dari tahapan menentukan dasar verifikasi selanjutnya
verifikasi partai politik sebagai peserta terutama pemenuhan keterwakilan 30% (tiga
Pemilu, tahapan penetapan Daftar Calon puluh persen) perempuan yang menjadi
Sementara (DCS), tahapan penetapan Daftar salah satu persyaratan partai politik sebagai
Calon Tetap (DCT), tahapan kampanye dan peserta Pemilu. sebagaimana yang
tahapan lainnya.
Berdasarkan data Bawaslu, jumlah 1 Laporan Kinerja Bawaslu Tahun 2019 hal.
permohonan sengketa proses yang diajukan 365

2
Eli Jumaeli, Kewenangan Penyelesaian Sengketa Proses Administrasi Pemilu Menurut Undang-undang Nomor 7
Tahun 2017 dan Peningkatan Kualitas Pemilu

tercantum pada Pasal 173 ayat (2) Undang- sebanyak 165 (seratus enam puluh lima)
undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang permohonan, permasalahan pindah dapil
persyaratan partai politik menjadi peserta sebanyak 9 (sembilan) permohonan,
Pemilu. permasalahan laporan dana kampanye
sebanyak 60 (enam puluh) permohonan,
Berdasarkan SIPOL ini terdapat
permasalahan syarat dukungan calon
beberapa partai politik yang terindikasi
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
tidak dapat melanjutkan tahapan
sebanyak 41 (empat puluh satu)
berikutnya. Hal itu tidak hanya berdampak
permohonan, dan permasalahan lainnya
terhadap adanya ketidakpastian hukum bagi
sebanyak 185 (seratus delapan puluh lima)
partai politik, tetapi lebih dari itu
permohonan. 2 Berdasarkan Informasi dan
berdampak luas terhadap partai politik
data-data tersebut dapat menunjukan
tersebut yaitu tidak dapat melanjutkan pada
permohonan penyelesaian sengketa proses
tahapan selanjutnya yaitu verifikasi
administrasi Pemilu didominasi oleh isu
administrasi dan verifikasi faktual.
atau permasalahan syarat pencalonan,
Kewajiban pendaftaran melalui SIPOL yang
dengan objek sengketa berupa Surat
ditetapkan oleh KPU memiliki kerawanan
Keputusan (SK) yang telah di keluarkan oleh
terjadinya gugatan sengketa Pemilu, baik
KPU. Agar dapat ditetapkan menjadi calon,
mengenai pelanggaran administrasi maupun
maka harus terpenuhi syarat calon dan
sengketa administrasi antara penyelenggara
syarat pencalonan sebagaimana yang telah
Pemilu dan peserta Pemilu.
diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan
Permasalahan sengketa proses Umum (PKPU) Nomor 20 Tahun 2018
administrasi selanjutnya yang banyak Tentang Pencalonan Anggota Dewan
diajukan oleh peserta Pemilu yaitu pada Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
tahap pencalonan, yaitu Penetapan Daftar Rakyat Provinsi, dan Dewan Perwakilan
Calon Sementara (DCS) dan Penetapan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.
Daftar Calon Tetap (DCT). Selain itu
Banyaknya permasalahan pelanggaran
permasalahan sengketa proses administrasi
dan sengketa proses administrasi yang
Pemilu lainnya yang berdasarkan data
diajukan oleh peserta Pemilu, secara
Bawaslu adalah permasalahan Sistem
administrasi apakah prosedur
Informasi Pencalonan (SILON) sebanyak 37
penyelesaiannya sudah sesuai dengan
permohonan, permasalahan syarat calon
peraturan perundang-undangan yang
yaitu mantan napi koruptor sebanyak 86
mengatur tentang kewenangan Bawaslu
permohonan, permasalahan mantan napi
dalam penyelesaian sengketa proses
bandar narkoba sebanyak 0 permohonan,
administrasi Pemilu, hal ini tentu akan
permasalahan mantan napi kejahatan
mempengaruhi proses penyelenggaraan dan
seksual terhadap anak sebanyak 1 (satu)
kualitas Pemilu serentak 2019. Atas dasar
permohonan, permasalahan mantan napi
itulah kemudian penulis membahas terkait
pidana dengan pidana lebih dari 5 (lima)
“Kewenangan Penyelesaian Sengketa Proses
tahun sebanyak 5 (lima) permohonan,
permasalahan syarat pencalonan sebanyak
197 (seratus sembilan puluh tujuh) 2 Laporan Kinerja Bawaslu Tahun 2019 hal.
permohonan, permasalahan syarat calon 371

3
Awasia: Jurnal Pemilu dan Demokrasi Vol. 1, No. 1, Juni 2021, hal 1-12

Administrasi Pemilu Serentak Tahun 2019 makalah, buku tata kelola Pemilu di
Menurut Undang-undang Nomor. 7 Tahun Indonesia, buku pedoman
2017 Terhadap Kualitas Pemilu”. penyelenggaraan, materi bimbingan
teknis, dan laporan kinerja Badan
METODE PENELITIAN
Pengawas Pemilu yang berkenaan
Jenis Penelitian dengan kewenangan penyelesaian
Penelitian ini sesuai dengan tifologi atau sengketa proses Pemilu.
jenisnya merupakan penelitian hukum 3. Bahan hukum tersier dari data
normatif-empiris, bentuk kualitatif dengan sekunder yang mencakup
menggunakan data sekunder yang ensiklopedia, kamus, internet dan
mencakup: media lainnya yang dapat memberi
1. Bahan hukum primer dari data petunjuk untuk penguatan bahan
sekunder terdiri dari hukum dan hukum primer dan sekunder.
seluruh peraturan perundang- Pendekatan penelitian
undangan yang berkenaan dengan
Adapun pendekatan penelitian yang
pelaksanaan Pemilihan Umum
dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
mencakup Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1. Pendekatan Yuridis Historis, yaitu
1945, Undang-undang Nomor 7 pendekatan hukum yuridis memiliki
Tahun 2017 tentang Pemilihan makna aturan-aturan hukum yang
Umum, Undang-undang Nomor 10 berlandaskan kejadian di masa
Tahun 2016 tentang Penetapan lampau yang meliputi waktu, objek,
Peraturan Pemerintah Pengganti latar belakang dan peristiwa
Undang-undang Nomor 1 Tahun hukum , dilakukan untuk melihat
3

2014 Tentang Pemilihan Gubernur bagaimana keberlakuan dan


Wakil Gubernur, Bupati Wakil penerapan suatu peraturan hukum
Bupati, dan Walikota Wakil terhadap suatu hubungan antara
Walikota menjadi Undang-undang, subyek-subyek hukum dengan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum objek-objek hukum terkait dengan
dan Putusan Komisi Pemilihan masalah yang diteliti dan dikaji, dan
Umum, Peraturan Badan Pengawas langkah-langkah penelitian historis
Pemilu, dan Putusan Badan antara lain: pendefinisian masalah;
Pengawas Pemilu dan putusan- perumusan masalah; pengumpulan
putusan badan peradilan terkait data; analisis data dan kesimpulan. 4
dengan penyelesaian sengketa 2. Pendekatan Yuridis Eksploratif,
proses Pemilu. yaitu yang memiliki pengertian
2. Bahan hukum sekunder dari data
sekunder yang terdiri dari buku- 3Tim Penyusun Kamus-Pusat Pembinaan
buku, artikel jurnal, dan karya dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
ilmiah lainnya untuk mendukung Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hal. 603.
bahan hukum primer, terdiri dari 4Subana, dkk., Dasar-dasar Penelitian Ilmiah,
Pustaka Setia, Bandung, 2005, hal.88

4
Eli Jumaeli, Kewenangan Penyelesaian Sengketa Proses Administrasi Pemilu Menurut Undang-undang Nomor 7
Tahun 2017 dan Peningkatan Kualitas Pemilu

aturan-aturan hukum yang Teknik Pengumpulan dan Analisis Data


bertujuan untuk memperdalam
Untuk mendapatkan data penelitian,
pengetahuan mengenai suatu gejala
peneliti memperoleh data dengan cara
tertentu atau untuk mendapatkan
melakukan penelitian kepustakaan, studi
ide-ide baru mengenai suatu gejala
dokumen, untuk mendapatkan norma-
tertentu, untuk melihat kedalaman
norma hukum, atau peraturan perundang-
norma hukum yang mengatur
undangan terkait masalah yang akan dikaji.
pelaksanaan Pemilu dan
Disamping itu, akan melakukan
penyelesaian sengketa proses
pengamatan (observasi) dan juga melakukan
adminstrasi Pemilu. 5
wawancara dengan pihak-pihak terkait
3. Agar lebih terfokus, penelitian ini dalam hubungan dengan masalah yang
pula menggunakan pendekatan diteliti.
hukum konsistensi atau dikenal
Untuk memberi hasil penelitian, penulis
dengan konsistensi logical yaitu
perlu melakukan analisis data. Adapun
dengan mensistematisasikan gejala-
analisis data sangat diperlukan untuk
gejala hukum, dan
menemukan hasil penelitian dimana
pensistemasiannya merupakan
terhadap data-data yang dihimpun dan
pengembangan suatu sistem hukum
dikumpulkan, disistematiskan,
yang logical-konsisten merupakan
dideskripsikan, kemudian dianalisis secara
suatu “sistem terbuka”, artinya
kualitatif dengan pola induktif dengan
bahwa aturan-aturan dan keputusan
menggunakan teori-teori, konsep-konsep,
dipikirkan dalam suatu hubungan
asas-asas, kaidah-kaidah, dan norma-norma
yang relatif bebas antara yang satu
terhadap data yang diperoleh untuk
dengan yang lainnya, dalam konteks
meneguhkan terhadap fenomena, gejala,
itu penting yang dipertautkan
fakta, dan kenyataan hukum yang dikaji.
adalah norma-norma hukum dan
asas-asas yang melandasi hubungan PEMBAHASAN
ini. 6 Hal tersebut ddilakukan agar Pemilu adalah sarana pelaksanaan
mendapatkan sinkronisasi untuk kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara
meneliti dan mengkaji taraf langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
sinkronisasi penggunaan peraturan adil dalam Negara Kesatuan Republik
hukum berkenaan dengan Indonesia berdasarkan Pancasila dan
kewenangan penyelesaian sengketa Undang-undang Dasar Tahun 1945. Dengan
proses administrasi Pemilu menurut kata lain Pemilu merupakan sarana bagi
peraturan hukum yang berlaku. rakyat untuk menjalankan kedaulatan dan
merupakan lembaga demokrasi.
Philipus M. Hadjon, dengan mengutip
5 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar
penelitian hukum, Jakarta, Raja Grafindo persada, pendapat Spelt dan Ten Berge, membagi
2012, hal.15 kewenangan bebas dalam dua kategori yaitu
6I Dewa Gede Atmaja dan I Nyoman Putu kebebasan kebijaksanaan (beleidsvrijheid) dan
Budiartha, Teori-Teori Hukum, Setara Press, kebebasan penilaian (beoordelingsvrijheid).
Malang, 2018, hal. 69

5
Awasia: Jurnal Pemilu dan Demokrasi Vol. 1, No. 1, Juni 2021, hal 1-12

Kebebasan Kebijaksanaan (wewenang Pemilu melaksanakan tugas, wewenang dan


diskresi dalam arti sempit) bila peraturan kewajiban dilaksanakan dengan penuh
perundang-undangan memberikan tanggung jawab dan hasilnya dapat
wewenang tertentu kepada organ dipertanggungjawabkan sesuai dengan
pemerintahan sedangkan organ tersebut ketentuan peraturan perundang-undangan
bebas untuk (tidak) menggunakannya (Pasal 6 Peraturan DKPP No. 2 Tahun 2019
meskipun syarat-syarat bagi tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku
penggunaannya secara sah dipenuhi. Penyelenggara Pemilu).
Adapun Kebebasan Penilaian atau
Penyelesaian sengketa pemilihan umum
wewenang diskresi dalam arti
(electoral dispute resolution) adalah elemen tak
sesungguhnya menurut hukum diserahkan
terpisahkan dari sistem keadilan Pemilu
kepada organ pemerintahan untuk menilai
(electoral justice system). Dua elemen lainnya
secara mandiri dan eksklusif apakah syarat-
adalah pencegahan (prevention) dan
syarat bagi pelaksanaan suatu wewenang
penyelesaian sengketa pemilihan umum
secara sah telah dipenuhi. Berdasarkan
alternatif (alternatif electoral dispute
pengertian Philipus M. Hadjon,
resolution). Tersedianya mekanisme
menyimpulkan adanya dua jenis kekuasaan
penyelesaian sengketa pemilihan umum
bebas atau kekuasaan diskresi, yaitu:
(Pemilu) merupakan hal penting untuk
Pertama, kewenangan untuk memutus secara
melihat dinamika konstitusional terkait
sendiri; Kedua, kewenangan interpetasi
Pemilu.
terhadap norma-norma tersamar (vage norm).
Berdasarkan penelusuran penulis yang
Penyelenggara Pemilu wajib
disandingkan dengan berbagai sumber atau
menerapkan prinsip-prinsip penyelenggara
aturan tentang kepemiluan khususnya
Pemilu dengan kejujuran, kemandirian, adil
pelaksanaan Pemilu tahun 2019 lalu, baik itu
dan akuntabel. Kejujuran memberikan
peraturan KPU, peraturan Bawaslu atau
makna bahwa dalam penyelenggaraan
peraturan lainnya menurut para pengamat
Pemilu, penyelenggara Pemilu didasari niat
lainnya juga berdasarkan hasil observasi,
untuk semata-mata terselenggaranya Pemilu
maka didapat hal-hal yang erat kaitannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku tanpa
atau adanya keterlibatan dari seluruh
adanya kepentingan pribadi, kelompok atau
rangkain tahapan program dan jadwal,
golongan. Kemadirian bermakna bahwa
maka terdapat implikasi yang bisa
dalam penyelenggaraan Pemilu bebas atau
dikategorikan yakni, positif dan negatif
menolak campur tangan dan pengaruh
terhadap peningkatan kualitas Pemilu
siapapun yang mempunyai kepentingan atas
serentak tahun 2019.
perbuatan, tindakan, keputusan atau
putusan yang diambil. Implikasi Positif

Prinsip adil bermakna bahwa dalam Konsep Pemilu berintegritas selalu


penyelenggaraan Pemilu, penyelenggara ditandai dengan pelaksanaan Pemilu bebas
Pemilu menempatkan segala sesuatu sesuai dan adil (free and fair). Global Commision on
hak dan kewajibannya. Sedangkan Election, Democracy and Security (2012)
akuntabel bermakna bahwa dalam mendefinisikan Pemilu berintegritas sebagai
penyelenggaraan Pemilu, penyelenggara Pemilu yang berdasarkan atas prinsip

6
Eli Jumaeli, Kewenangan Penyelesaian Sengketa Proses Administrasi Pemilu Menurut Undang-undang Nomor 7
Tahun 2017 dan Peningkatan Kualitas Pemilu

demokrasi dari hak universal dan kesetaraan Pemilu yang hampir pasti akan dilakukan
politik seperti yang dicerminkan pada menjelang Pemilu 2024 mendatang.
standar internasional dan perjanjian,
Terdapat beberapaa poin yang erat
profesional, tidak memihak dan transparan
kaitannya dan berimplikasi positif terhadap
dalam persiapan, dan tantangan utama
peningkatan kualitas Pemilu.
Pemilu berintegritas pengelolaannya melalui
Pemilu. Berdasarkan hal tersebut di atas, Pertama, Konsep Keadilan Pemilu
penyelenggara Pemilu harus secara (Electoral Justice) dan Pemilu yang Bebas dan
profesional, imparsial, dan transparan, serta Adil (Free and Fair Election). Untuk menjaga
etika penuntun dalam setiap siklus Pemilu kredibilitas dan legitimasi Pemilu
secara keseluruhan. Atas dasar itulah maka, diperlukan suatu sistem keadilan Pemilu
Pemilu di Indonesia menganut asas luber yang mengikuti norma dan nilai yang
dan jurdil. bersumber dari budaya dan kerangka
hukum di masing-masing negara ataupun
Dilansir dari media Kompas.com,
dari instrument hukum internasional (Refly,
Pemilu 2019 memberikan pengalaman yang
hal 3).
sangat berharga bagi penyelenggara. Sebagai
Pemilu serentak pertama kali dilaksanakan Sistem tersebut harus berjalan secara
sepanjang sejarah bangsa Indonesia, Pemilu efektif serta menunjukan independensi dan
2019 telah mencatatkan beberapa imparsialitas untuk mewujudkan keadilan.
keberhasilan. Satu diantara keberhasilan itu Apabila prosedur yang digunakan telah
adalah partisipasi yang meningkat cukup menjamin adanya kepastian proses Pemilu
signifikan. Dari hasil penetapan secara sesuai kerangka hukum dan tersedianya
nasional mencapai 81% (delapan puluh satu mekanisme complain bagi warga negara. Jika
persen), jika dibandingkan dengan Pemilu hal tersebut termanipulasi maka sistem
2014 lalu dengan partisipasi pemilih keadilan Pemilu harus mampu
Pilegnya (Pemilihan Legislatif) tercatat di mengembalikannya (Refly, hal 3). Salah satu
angka 75% (tujuh puluh lima persen) artinya aspek penting dalam keadilan Pemilu adalah
ada peningkatan partisipasi pemilih hampir semua proses harus didasarkan pada
10% (sepuluh persen), kata Viryan ketentuan hukum Pemilu.
(Komisioner KPU RI) saat diwawancara Berkaitan dengan asas free and fair
(27/5/2019). election, The International Institute for
Hal tersebut membuktikan bahwa KPU Democracy and Electoral Assistance
selaku penyelenggara Pemilu dalam (International IDEA) mengemukakan
melaksanakan Pemilu berpegangan pada sejumlah tolak ukur untuk menentukan
prinsip yaitu profesional, proporsional dan Pemilu secara rahasia, bebas, dan adil,
berkepastian hukum. Selain catatan terutama dalam konteks perumusan
keberhasilan, pelaksanaan Pemilu 2019 kerangka hukum yang akan digunakan
memiliki catatan untuk dievaluasi, sebagai dalam Pemilu. Salah satunya, kerangka
bahan refleksi untuk pelaksanaan Pemilu hukum harus mengatur mekanisme dan
kedepannya, dan menjadi bahan rujukan penyelesaian hukum yang efektif untuk
untuk memperbaiki regulasi pelaksanaan kepatuhan kepada undang-undang dan
penegakan hak pilih. Juga harus dijelaskan

7
Awasia: Jurnal Pemilu dan Demokrasi Vol. 1, No. 1, Juni 2021, hal 1-12

hukuman-hukuman untuk pelanggaran- dapat dipilih oleh pihak-pihak yang


pelanggaran Pemilu tertentu. bersengketa.
Kedua, konsep Penyelesaian Sengketa Menurut IDEA, lembaga yang dapat
Pemilu (Electoral Dispute Resolution) dan dijadikan alternatif penyelesaian sengketa
Kewenangan Menyelesaikan Sengketa pemilu yaitu:
Pemilu. Sengketa Pemilu merupakan
1. Badan Adminstratif, yaitu badan
sengketa yang terjadi antarpeserta Pemilu
penyelenggra pemilu yang bertugas
dan sengketa peserta Pemilu dengan
menyelenggarakan Pemilu;
penyelenggara Pemilu sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan KPU, KPU 2. Badan Peradilan, yaitu: (a) Peradilan
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. Secara Umum yang merupakan cabang
sederhana dapat diartikan bahwa sengketa kekuasaan kehakiman; atau (b)
Pemilu merupakan perselisihan atau Pengadilan Mandiri (tersendiri),
perbedaan pendapat antara pihak-pihak seperti Dewan atau Mahkamah
yang terlibat dalam Pemilu, baik bersama Konstitusi, Pengadilan Tata Usaha
peserta maupun peserta dengan Negara, atau Peradilan Khusus
penyelenggara. Pemilu yang tidak berada di bawah
kekuasaan legislatif, eksekutif, atau
Secara umum, yang menjadikan
kehakiman yang tradisional.
sengketa Pemilu, penyelesaiannya dapat
dilakukan melalui berbagai alternatif. Selain 3. Badan Legislatif, yaitu Dewan
penyelesaian melalui pengadilan negara, Perwakilan Rakyat sendiri atau
penyelesaian sengketa juga dapat dilakukan bagian dari dewan misalnya komite;
di luar pengadilan dengan cara konsultasi, 4. Badan Internasional, yaitu badan
negosiasi, mediasi, koalisi, atau penilaian yang memiliki yurisdiksi di negara
ahli. yang mengakui keberadaan
Secara konsep, terdapat mekanisme pengadilan regional atau
dalam menyelesaikan sengketa, antara lain inetrnasional yang mengeluarkan
formal dan informal, yakni: Formal, putusan yang mengikat dan wajib
mekanisme formal atau korektif, dilaksanakan oleh badan nasional
menghasilkan keputusan untuk yang berkompeten.
membatalkan, mengubah, atau mengakui Implikasi Negatif
adanya ketidakberesan dalam proses
Pemilu bukanlah satu-satunya
Pemilu. Mekanisme penghukuman atau
instrumen dalam negara demokrasi, namun
punitif (dalam kasus pelanggaran pidana),
Pemilu tetaplah merupakan instrumen
menjatuhkan sanksi pada pelanggar, baik
demokrasi yang paling utama. Pemilu
badan maupun individu yang
melekat dengan kedaulatan rakyat,
bertanggungjawab atas ketidakberesan
sedangkan demokrasi menjadikan rakyat
tersebut termasuk tanggung jawab (liability)
sebagai bagian utama dan tak terpisahkan
pidana atau administratif terkait dengan
dalam proses itu. Bila saja Pemilu berjalan
Pemilu. Informal, Mekanisme alternatif ini
tidak demokratis, namun negara demokrasi
tanpa Pemilu adalah hal yang tidak lazim.

8
Eli Jumaeli, Kewenangan Penyelesaian Sengketa Proses Administrasi Pemilu Menurut Undang-undang Nomor 7
Tahun 2017 dan Peningkatan Kualitas Pemilu

Pada dataran implementasi negara proses Pemilu tersebut, sebab yang


hukum memiliki karakteristik dan model menerima dampak secara langsung dari
yang beragam karena berbeda falsafah dan Pemilu itu adalah rakyat itu sendiri. Rakyat
sosio-politik yang melatarbelakanginya. tidak sekedar memiliki hak untuk memilih
Terlepas dari berbagai model negara hukum, siapa saja yang dikehendakinya namun
menurut Budiono Kusumohamidjojo dituntut pula sebuah kewajiban politik agar
mencatat bahwa sejarah pemikiran manusia memilih calon yang nilai cakap, berkualitas,
mengenai politik dan hukum secara berpengalaman sebagai representasi
bertahap menuju ke arah kesimpulan bahwa politiknya. Pemilihan umum merupakan
negara merupakan negara yang akan sarana mobilisasi dan menggalang
mewujudkan harapan para warga negara dukungan rakyat terhadap negara dan
akan kehidupan yang tertib, adil, dan pemerintah dengan jalan ikut serta dalam
sejahtera jika negara itu diselenggarakan proses politik (Surbakti, 2010, hal 37).
berdasarkan hukum sebagai aturan main. 7
Untuk menjamin Pemilu yang bebas dan
Dalam sistem demokrasi, adil, diperlukan perlindungan bagi pemilih,
penyelenggaraan negara itu harus bertumpu bagi para pihak yang mengikuti Pemilu,
pada partisipasi dan kepentingan rakyat. bagi rakyat umumnya dari segala ketakutan,
Implementasi negara hukum harus ditopang intimidasi, penyusupan, penipuan, dan
dengan sistem demokrasi. Hubungan antara praktik-praktik curang lainnya yang akan
negara hukum dan demokrasi tidak dapat mempengaruhi kemurnian hasil Pemilu. Jika
dipisahkan. Demokrasi tanpa pengaturan pemilihan dimenangi melalui cara-cara
hukum akan kehilangan bentuk dan arah, curang (malpractices), sulit dikatakan bahwa
sedangkan hukum tanpa demokrasi akan para pemimpin atau para legislator yang
kehilangan makna. Menurut Franz Magnis terpilih di parlemen merupakan wakil-wakil
Suseno, “Demokrasi yang bukan negara rakyat dan pemimpin sejati.
hukum bukan demokrasi dalam arti yang
Pemilu di Indonesia tidak berjalan
sesungguhnya. Demokrasi merupakan cara
efektif dan efisien penyebabnya antara lain:
paling aman untuk mempertahankan
(1) Terlalu banyak institusi yang terlibat
kontrol atas negara hukum”. 8 Dalam negara
dalam penyelesaian masalah hukum Pemilu,
hukum, segala sesuatu harus dilakukan
seperti Bawaslu, Kepolisian, Kejaksaan,
menurut hukum (everithing must be done
Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha
according to law). 9
Negara, MA, dan MK; (2) Pengadilan yang
Pemilu tidak hanya sekedar ada ternyata memiliki keterbatasan untuk
dilaksanakan secara periodik, namun Pemilu menyidangkan sengketa Pemilu tertentu,
mengandung makna penting bahwa baik karena hukum acaranya yang tidak
kedaulatan itu berada ditangan rakyat. dapat mengikuti proses Pemilu yang terikat
Rakyat menjadi instrumen terpenting dalam pada tahapan-tahapan waktu maupun
karena keterbatasan lingkup kewenangan;
7 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (3) Banyaknya mekanisme dan institusi yang
hal. 7 terlibat, pencari keadilan justru tidak dapat
8 Ibid, Hal. 8 memulihkan hak mereka yang terlanggar.
9 Ibid, Hal. 21

9
Awasia: Jurnal Pemilu dan Demokrasi Vol. 1, No. 1, Juni 2021, hal 1-12

Selain itu, terdapat 2 (dua) persoalan tertentu. 10 Mengenai wewenang menurut,


lain terkait keterlibatan pengadilan biasa HD. Stout, yaitu: “wewenang adalah
dalam penyelesaian masalah hukum. pengertian yang berasal dari hukum
Pertama, pengadilan konvensional sering organisasi pemerintahan, yang dapat
bermasalah dari segi kapasitas terhadap dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-
kasus-kasus spesifik dan integritas karena aturan yang berkenaan dengan perolehan
wabah judicial correction. Kedua, dalam dan penggunaan wewenang pemerintahan
konteks Pemilu di Indonesia yang banjir oleh subjek hukum publik di dalam
perkara Pemilu dimana-mana, terdapat hubungan hukum publik”. 11 Sedangkan
kebutuhan untuk menyatuatapkan Tonnaer mengatakan, bahwa kewenangan
penyelesaian sengketa atau pelanggaran pemerintah dalam kaitannya dianggap
Pemilu tersebut kedalam instistusi agar satu sebagai kemampuan untuk melaksanakan
sama lain tidak saling bertabrakan atau hukum positif, dengan begitu dapat
malah saling tidak berkaitan dalam satu diciptakan hubungan hukum antara
kasus yang sama. pemerintah dengan negara. 12

Dari poin-poin tersebut di atas dengan Peningkatan penghormatan terhadap


berimplikasi tidak efektif dan efisien, dapat supremasi hukum akan mendorong
diyakini bahwa pengadilan konvensional menurunnya jumlah sengketa Pemilu yang
tidak akan mampu memenuhi harapan akan perlu ditangani. Budaya politik yang
suatu mekanisme penyelesaian masalah mendorong perilaku taat hukum dan
hukum Pemilu yang solid. Pengadilan- penghormatan terhadap norma demokrasi
pengadilan konvensional memiliki hukum dapat membantu mengurangi potensi
acara sendiri yang tidak mudah diatur oleh timbulnya sengketa Pemilu, sehingga yang
aturan lain, terlebih aturan tersebut tidak perlu ditangani nantinya hanya sengketa
dipahami atau tidak mau dipahami oleh yang paling banyak menimbulkan
hakim (Refly, hal 29). Selain itu, sering kali perdebatan. Pelibatan partai politik besar
putusan pengadilan konvensional tidak dan kelompok masyarakat sipil dalam
ditaati penyelenggara Pemilu karena proses kerangka pembuatan proses hukum
pengadilan tersebut tidak berwibawa atau Pemilu juga penting untuk mengurangi
putusannya bertentangan dengan putusan potensi sengketa pemilu.
pengadilan lainnya. Untuk itu, pembenahan
Setiap tindakan, prosedur, dan
terhadap sistem penyelesaian sengketa dan
keputusan menyangkut proses Pemilu yang
pelanggaran Pemilu perlu dilakukan.
tidak sesuai dengan undang-undang
Setiap penyelenggaraan kenegaraan dan termasuk dalam kategori ketidakberesan,
pemerintahan harus memiliki legitimasi mengingat ketidakberesan dalam proses
yaitu kewenangan yang diberikan oleh Pemilu dapat menimbulkan sengketa, sistem
undang-undang. Dengan demikian, keadilan pemilu yang bebas, adil dan jujur.
substansi asas legalitas adalah wewenang,
yakni “Het vermogen tot het verrichten van 10 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,
bepaalde rechtshandelingen” yaitu kemampuan hal. 98
untuk melakukan tindakan tindakan hukum 11 Ibid, hal. 98
12 Ibid, hal 99

10
Eli Jumaeli, Kewenangan Penyelesaian Sengketa Proses Administrasi Pemilu Menurut Undang-undang Nomor 7
Tahun 2017 dan Peningkatan Kualitas Pemilu

Oleh karena itu, desain sistem Pemilu yang Pemilu di Bawaslu dilakukan melalui
akurat sangat penting untuk menjamin mekanisme mediasi dan adjudikasi.
legitimasi demokrasi dan kredibilitas proses
Kedua, penyelesaian sengketa proses
Pemilu.
administrasi pemilu serentak Tahun 2019
Paham kedaulatan rakyat, yang didaulat memberi implikasi terhadap peningkatan
dari segi politik tentu saja bukan personal kualitas Pemilu , baik secara positif maupun
rakyat itu sendiri, melainkan proses negatif. Tersedianya mekanisme
kehidupan kenegaraan secara keseluruhan. penyelesaian sengketa Pemilu merupakan
Sebagai analisis yang penting, dapat pula hal penting untuk menjamin adanya
dikemukakan terhadap pemahaman konsep kepastian proses dan keadilan Pemilu bagi
kedaulatan, adapun lingkup tersebut semua pihak, baik pihak yang bersengketa
kedaulatan berkenaan dengan soal aktivitas maupun lembaga yang berwenang
yang tercakup dalam fungsi kedaulatan, menyelesaikan sengketa Pemilu sebagai
sedangkan jangkauan kedaulatan berkaitan bagian dari legitimasi hasil Pemilu dan
dengan siapa yang menjadi subjek meningkatkan kepercayaan publik pada
pemegang kedaulatan sebagai konsep supremasi hukum.
mengenai kekuasaan tertinggi (the sovereign).
DAFTAR PUSTAKA
Menurut pemahaman rakyat yang modern,
bahwa yang berdaulat itu terdapat di bidang Amirudin dan Zainal Asikin. 2012. Pengantar
politik maupun perekonomian. Rakyat Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi Persada.
artinya bidang politik dan ekonomi pun Atmaja, I Dewa Gede dan I Nyoman Putu
rakyat punya peranan pengambilan Budiartha. 2018. Teori-Teori Hukum.
keputusan. Malang: Setara Press.
KESIMPULAN Komisi Pemilihan Umum. 2020. Laporan
Dari keseluruhan pembahasan yang Kinerja Bawaslu Republik Indonesia
telah diuraikan maka sebagaimana hasil Tahun 2019
penelitian ini diperoleh kesimpulan. Pertama, Ridwan, HR. 2018. Hukum Administrasi
sengketa proses administrasi Pemilu Negara. Depok: Rajawali Press. Edisi
menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun Revisi, cet.14.
2017 tentang Pemilihan Umum mengatur
Subana, dkk. 2005. Dasar-dasar Penelitian
kewenangan penyelesaian sengketa, baik
Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.
sengketa proses yang diselesaikan di
Bawaslu, maupun sengketa yang Tim Penyusun Kamus-Pusat Pembinaan dan
diselesaikan di Mahkamah Konstitusi. Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Secara prinsip, penyelesaian sengketa proses Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
administrasi Pemilu diselesaikan di 1989
Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Peraturan Perundang-undangan
Kabupaten/Kota sesuai tingkatannya atau
Undang- Undang Dasar Negara Republik
Pengadilan Tata Usaha Negara (TUN).
Indonesia Tahun 1945
Penyelesaian sengketa proses administrasi

11
Awasia: Jurnal Pemilu dan Demokrasi Vol. 1, No. 1, Juni 2021, hal 1-12

Undang -Undang Nomor. 7 Tahun 2017 Perwakilan Rakyat Provinsi, dan Dewan
Tentang Pemilihan Umum Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/ Kota
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor
20 Tahun 2018 Tentang Pencalonan 33 Tahun 2018 Tentang Kampanye.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

12

Anda mungkin juga menyukai