Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Wacana Politik - ISSN 2502 - 9185 : E-ISSN: 2549-2969 Vol. 4, No.

1, Maret 2019: 14 - 29

MALAPRAKTIK DALAM PROSES VERIFIKASI PARTAI POLITIK DI


INDONESIA: STUDI PADA PEMILIHAN UMUM 2019

Aldho Syafriandre1, Aidinil Zetra2, dan Feri Amsari3


1
Mahasiswa Magister Konsentrasi Tata Kelola Pemilu, FISIP Univesitas Andalas, Padang
2
Dosen Ilmu Politik, FISIP Universitas Andalas, Padang
3Dosen Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang
E-mail: aldho.syafriandre@gmail.com

ABSTRAK
Verifikasi partai politik dilakukan untuk mengukur kesiapan dan keterpenuhan syarat partai politik sebagai
calon peserta pemilu. Malapraktik yang terdapat pada verifikasi partai politik pemilu 2019 yaitu Pertama, masih
adanya celah produk hukum dalam verifikasi partai politik. Kedua, keterbatasan waktu pemeriksaan dokumen
dan verifikasi faktual kelapangan. Ketiga, belum optimalnya Sistem Informasi Partai Politik (Sipol). Keempat,
efek malapraktik dalam verifikasi partai politik. Artikel ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan
menggunakan riset kepustakaan. Dalam menganalisis artikel ini penulis menggunakan sumber data sekunder
yang relevan untuk menjelaskan argumentasi utama dalam artikel ini. Adapun tujuan dari tulisan ini adalah
menganalisis celah-celah aturan hukum dalam penyelenggaraan pemilu dan malapraktik dalam verifikasi partai
politik. Ada beberapa temuan dalam artikel ini masih adanya celah dalam UU Pemilu mengakibatkan terbatasnya
waktu verifikasi sehingga KPU mengubah metode verifikasi. Selain itu, penyelesaian sengketa proses pemilu
belum efektif karena banyaknya lembaga peradilan yang terlibat dalam proses sengketa pemilu. Penggunaan
Sipol belum diatur oleh UU Pemilu dan verifikasi partai politik belum memperbaiki institusi partai politik dan
penurunan kualitas demokrasi.

Kata kunci: malapraktik pemilu; verifikasi; partai politik; integritas

MALPRACTICE IN THE VERIFICATION PROCESS OF POLITICAL PARTY IN


INDONESIA: A STUDY ON THE 2019 GENERAL ELECTION

ABSTRACT
The political party verification process is aimed to measure the readiness and fulfillment of the political parties
requirements as a participant for election. There was electoral malpractice that found in the verification of 2019
electoral political parties. First, there were legal product gaps in the verification of political parties. Second,
the limited time for document checking and factual verification of space. Third, the Political Party Information
System (Sipol) is not optimal. The last, the electoral effect malpractice in the verification of political parties. This
article used a qualitative method approach using library research and examine relevant secondary data sources
to explain the loopholes of the rule of law of elections in the conduct and policy irregularities in the verification
of political parties. There are several findings in this article with the existence of the Election Law gaps resulting
in limited verification time so that the General Election Commission changes the verification method. Besides,
dispute resolution in the electoral process has not been sufficient because there are many judicial institutions
involved in the electoral dispute process. Using Political Party Information System (Sipol) has not regulated in
Election Law and political party verification has not improved the political party institution, and the quality of
democracy might be decreased.

Key words: election malpractice; political party; verification; intergrity


PENDAHULUAN verifikasi partai politik pemilu 2019 belum
mencerminkan tata kelola pemilu yang baik
Konsolidasi demokrasi di Indonesia setelah dan berintegritas. Kegiatan verifikasi partai
era reformasi hanya sebatas prosedural belum politik bertujuan memeriksa dan menilai keter-
memperhatikan demokrasi secara substansial. penuhan persyaratan partai politik calon peserta
Hal ini bisa dilihat dari ada upaya diskriminasi pemilu untuk dapat ditetapkan sebagai peserta
verifikasi faktual terhadap partai politik baru pemilu (eligibility). Untuk itulah adanya
dan partai politik peserta pemilu tahun 2014 keharusan verifikasi partai politik sebagai upaya
dalam UU 7/2017 tentang Pemilu. Pelaksanaan memperbaiki institusi partai politik agar lebih
Malapraktik dalam Proses Verifikasi Partai Politik di Indonesia: Studi pada Pemilihan Umum 2019 15

profesional dalam pengelolaannya, (Isra, 2012); partai politik hendaknya memperberat untuk
(Fahmi, 2016); (Asrinaldi, 2017). menjadi peserta pemilu bagi partai politik lama.
Reformasi sudah berlangsung lebih dari Hal ini dilakukan agar partai politik benar-
satu dasawarsa, sudah empat kali pula pemilu benar mampu memenuhi persyaratan baru yang
dilaksanakan. Setiap kali pemilu diselenggarakan diperberat tersebut. (Isra, 2012)
maka peraturan perundang-undangan terus Tulisan-tulisan yang berkaitan verifikasi
berubah. Tentu saja undang-undang berubah partai politik dalam pemilu dikemukakan oleh
karena merupakan produk politik, jadi dalam Saldi Isra (2012) ada keharusan bagi partai
penyusunannya memuat unsur-unsur politis. politik untuk diverifikasi tanpa diskriminasi.
Menurut Sri Soemantri (dalam Mulyadi & Kemudian Fahmi (2016) menyatakan masih
Aridhayandi, 2015) hubungan hukum dan adanya celah dalam verifikasi partai politik.
politik di Indonesia, ibarat perjalanan lokomotif Sedangkan penelitian Prabowo (2017) dalam
kereta api yang keluar dari relnya. Jika produk jurnal mengenai verifikasi partai pemilu 2014
hukum diibaratkan rel dan politik diibaratkan mengemukakan adanya praktik-praktik transak-
lokomotif maka sering terlihat lokomotif ini sional antara penyelenggara pemilu dan partai
keluar dari relnya yang semestinya dilalui. Dalam politik politik peserta pemilu dengan tujuan
penyusunan produk hukum harus berorientasi mempermudah proses verifikasi, prosedur
nilai, baik itu nilai-nilai kemanusiaan, nilai verifikasi yang dijalankan KPU Kab/Kota masih
identitas budaya, nilai moral dan agama yang rentan terhadap gugatan dari peserta pemilu. Lalu
hidup dalam masyarakat. tulisan Asrinaldi (2017) terhadap verifikasi partai
Dalam undang-undang No. 7 tahun 2017 politik pemilu 2019 menyatakan pentingnya
tentang Pemilu terindikasi adanya unsur politis verifikasi partai politik untuk meningkatkan
dalam penyusunan, pembahasan dan penge- kualitas demokrasi. Kemudian, tesis (Ashari,
sahan undang-undang yang mengatur pemilihan 2018) terkait penggunaan Sistem Informasi
umum tahun 2019 tersebut. Dalam pembahasan Partai Politik (Sipol) dalam verifikasi partai
UU 7/2017 terdapat kesepakatan politis dalam politik pemilu 2019 masih ditemukan kendala
mekanisme parliamentary threshold dan presi- teknis dan kelembagaan. Terakhir, penelitian
dential threshold, (Zuhri, 2018: 100). Selain itu Putra, et., al. (2019) dalam jurnalnya membahas
pengesahan UU 7/2017 dalam waktu mendesak perspektif tata kelola verifikasi partai politik
yang memasuki tahapan pemilu 2019 dan tidak pemilu 2019. Adapun yang menjadi pembeda
adanya masukan dari unsur masyarakat terhadap adalah tulisan ini ingin menganalisis malapraktik
undang-undang pemilu tersebut. Setelah undang- dalam verifikasi partai politik pemilu 2019.
undang 7/2017 tentang Pemilu disahkan terdapat Verifikasi partai politik pemilu 2019 penuh
beberapa pasal yang bertentangan dengan UUD dengan dinamika dalam pelaksanaannya. Hal
NRI 1945 sehingga organisasi masyarakat sipil ini bisa dilihat sebelum Pasal 173 UU 7 tahun
melakukan pengujian undang-undang ini ke 2017 tentang Pemilu dilakukan pengujian di
Mahkamah Konstitusi. Beberapa pasal itu antara Mahkamah Konstitusi (MK) terdapat aturan
lain: (1) pasal 173, mengenai verifikasi partai yang diskriminatif yakni partai peserta pemilu
politik, (2) pasal 222, mengenai presidential tahun 2014 tidak diverifikasi faktual. Setelah
threshold, (3) pasal 182 huruf (l), mengenai keluar putusan MK Nomor 53/PUU-XV/2017
pencalonan anggota DPD, (4) pasal 10 Ayat berkaitan dengan putusan pasal 173 tersebut,
(1) huruf c dan Pasal 52 ayat (1) keanggotaan mengakibatkan terbatasnya waktu, Sumber
anggota KPU Kab/Kota dan (5) pasal 227 dan Daya Manusia dan keuangan sehingga meng-
229, terkait pencalonan presiden dan wakil ubah metode verifikasi faktual bagi partai
presiden. politik. Selain itu, ada gugatan sebelas partai
Terkait dengan pasal 173 UU Pemilu ter- politik berkaitan dengan penggunaan Sipol. Dari
sebut diatas verifikasi partai politik merupakan verifikasi partai politik pada pemilu sebelumnya
ujung tombak dalam menseleksi keprofesionalan ternyata belum juga memperbaiki institusi partai
institusi partai politik. Tujuan verifikasi partai politik, salah satunya banyak kantor partai politik
politik sebenarnya mencek kesiapan dan keter- yang tutup setelah pemilu.
penuhan syarat sebagai sebagai partai politik Berdasarkan data dan fakta diatas tulisan
baru, tetapi juga partai politik yang pernah ikut ini mempertanyakan bagaimana bentuk mala-
pemilu sebelumnya. Perubahan aturan verifikasi praktik dalam verifikasi partai politik pemilu
16 Aldho Syafriandre, Aidinil Zetra, dan Feri Amsari

2019? Penjelasan dari jawaban atas pertanyaan verifikasi atau proses pembuktian kembali
tersebut diurai dalam empat kategori yaitu yang dimaksudkan untuk mencari pembenaran
Pertama, aspek regulasi pemilu yang menjadi dan persetujuan sehingga validitas dapat ter-
celah penyimpangan verifikasi partai politik. capai. Berdasarkan data sekunder tersebut
Kedua, keterbatasan waktu pemeriksaan doku- tulisan ini dianalisis dengan ditunjang oleh
men dan verifikasi faktual kelapangan. Ketiga, teori pendukung. Data yang dikumpulkan dari
penggunaan Sistem Informasi Partai Politik data-data sekunder yang berasal dari buku,
(Sipol) belum cukup optimal. Keempat, efek jurnal, peraturan perundang-undangan, Per-
politik dalam verifikasi partai politik. aturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU),
Berdasarkan perspektif verifikasi partai putusan pengadilan, dan berita media online
politik di atas, tulisan ini mencoba menganalisis tentunya berkaitan dengan verifikasi partai
mengenai verifikasi partai politik dalam per- politik pemilihan umum tahun 2019. Data yang
spektif malapraktik pemilu. Tujuannya untuk digunakan telah melalui proses verifikasi dan
menganalisis celah-celah aturan hukum dalam pembuktian sehingga adanya kecocokkan fakta
penyelenggaraan pemilu dan malapraktik dan data. Setelah semua data diperoleh, penulis
dalam verifikasi partai politik. Menurut Birch memilah dan mengelompokkan sesuai dengan
(2007) malapraktik terjadi karena tindakan yang pokok permasalahan yang dikaji sehingga dapat
dilakukan oleh kandidat baik yang menjabat ditarik kesimpulan sesuai dengan pertanyaan
ataupun tidak menjabat untuk melakukan penelitian diatas.
tekanan-tekanan dalam penyelenggaraan pemilu
yang menyimpangkan dari apa yang seharusnya HASIL DAN PEMBAHASAN
digariskan oleh norma-norma pemilu yang
berlaku umum. Bahkan tidak menutup Malapraktik Pemilu
kemungkinan pula malapraktik dilakukan oleh Defenisi malapraktik pemilu dicetuskan
penyelenggara pemilu itu sendiri. oleh ahli kepartaian dari King’s College London
Menurut Birch (2007), esensi malapraktik University of London, Sarah Birch. Sarah Birch
pemilu terdapat manipulasi terhadap tata cara mendefenisikan malapraktik pemilu sebuah
(prosedur dan hukum pemilu) yang berimplikasi tindakan tindakan yang dilakukan oleh kandidat
pada pelanggaran terhadap prinsip-prinsip baik yang menjabat atau yang tidak menjabat
penyelenggaraan pemilu yang berintegritas, untuk melakukan tekanan-tekanan pada tingkat
bebas, dan jujur. Konsep malapraktik dianggap penyelenggara, (Birch, 2007:1536). Lebih lanjut
sebagai pelanggaran terhadap norma-norma Sarah Birch (2011:14) menggunakan empat
ideal penyelenggaraan pemilu yang lazim. Pada pendekatan untuk memahami malapraktik
dasarnya malapraktik terkait dengan pihak- pemilu, pertama, pendekatan hukum dimana
pihak yang memiliki akses terhadap manipulasi malapraktik pemilu sesuatu tindakan yang
tata kelola pemilu. melanggar konstitusi atau peraturan pemilu;
Kedua, pendekatan sosiologi yang pelanggaran
METODE yang ditaati secara luas ; Ketiga, pendekatan
best practice yaitu tindakan yang melanggar
Fokus dalam artikel ini yaitu malapraktik konsensus internasional mengenai nilai-nilai
pelaksanaan verifikasi partai politik. Artikel ini pemilu ; Keempat, pendekatan normatif yang
menggunakan pendekatan metode kualitatif berbasis pada teori demokrasi, malapraktik
dengan riset kepustakaan terkait masalah yang pemilu merupakan tindakan yang menyimpang
dikaji. Dengan riset kepustakaan masalah yang dari nilai-nilai demokrasi, (Surbakti, et.al,
diteliti bisa dijawab. Penarikan kesimpulan 2014:55)
didasarkan pada konsep dan alat yang diperoleh Selain itu Rafael Lopez-Pintor (2010)
oleh peneliti dari Undang-undang Pemilu, mendefenisikan malapraktik pemilu sebagai
peraturan KPU yang mengatur tentang verfikasi tindakan pelanggaran terhadap integritas
partai politik dan putusan pengujian undang- pemilu baik disengaja atau tidak disengaja
undang di Mahkamah Konstitusi serta putusan atau tidak disengaja dan legal maupun ilegal,
sengketa pemilu baik di Bawaslu maupun di (Surbakti, et.al, 2014:55). Dengan demikian
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Data- konsep malapraktik pemilu merujuk pada
data tersebut sebelumnya telah melalui proses penyimpangan atau manipulasi baik disengaja
Malapraktik dalam Proses Verifikasi Partai Politik di Indonesia: Studi pada Pemilihan Umum 2019 17

maupun tidak disengaja dan legal maupun ilegal 9. Tanpa kekerasan, berarti bebas dari ancaman,
dalam keseluruhan proses penyelenggaraan kekerasan, tindakan koersi, korupsi dan
pemilu sehingga merusak integritas pemilu demi semua tindakan yang melanggar aturan
kepentingan perseorangan dan/atau partai politik pemilu berkeadilan.
dengan menggadaikan kepentingan umum. Dari 10. Regularity (pemilu dilaksanakan secara
perspektif aktor, malapraktik bisa dilakukan oleh periodik), dan
para pihak yang terkait dengan penyelenggaraan 11. Penerimaan, hasil pemilu dapat diterima
pemilu (partai politik, calon beserta aparaturnya) oleh semua kalangan secara lapang dada
bahkan pelaksana pemilu itu sendiri. (Surbakti, et.al, 2014:53-54).
Malapraktik pemilu merupakan suatu
penyakit yang menggerogoti sistem pemilu Sistem Pemilu
untuk itu diperlukan integritas dalam penye- Sistem pemilu adalah seperangkat prosedur
lenggaraan pemilu. Ada sebelas Prinsip-prinsip dan mekanisme konversi suara pemilih menjadi
Pemilu Berkeadila: Panduan Prinsip Accra yang kursi untuk duduk pada lembaga legislatif atau
dikampanyekan oleh UNDEF, Open Society eksekutif baik pada tingkat nasional (DPR, DPD,
Foundation dan TIRI (2011), yaitu : Presiden dan Wakil Presiden) maupun lokal
1. Integritas merupakan elemen penting yang (DPRD dan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
berkontribusi dalam hal legitimasi dan kunci Daerah). Menurut (Surbakti, et.al, 2011: 42-
dari setiap aspek proses pemilu. Oleh karena 50) seperangkat prosedur yang terdapat empat
itu pentingnya kejujuran dan akuntabilitas unsur mutlak yang harus ada pada sistem pemilu
sebagai syarat untuk meningkatkan kualitas terdiri atas:
pemilu serta demi tercapainya pemilu
1. Besaran daerah pemilihan, lingkup daerah
berkeadilan.
pemilihan dapat berupa wilayah administrasi
2. Partisipasi, suara rakyat harus didengar,
(provinsi, kabupaten/kota) penduduk dalam
dihormati, dan diwakili dengan baik. Melalui
jumlah tertentu atau kombinasi keduanya.
demokrasi perwakilan, partisipasi warga
2. Peserta dan pola pencalonan, peserta pemilu
adalah inti dari keberhasilan keterwakilan
demokrasi. dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
3. Penegakkan hukum harus tegas sebagai partai politik, calon atau pasangan calon yang
upaya memperkuat legitimasi proses demok- diajukan partai politik, atau calon independen.
rasi perwakilan. Sedangkan pola pencalonan dapat dibedakan
4. Imparsial dan berkeadilan, dengan prinsip menjadi dua : calon tunggal atau sistem daftar.
ketidakberpihakan dan keadilan serta men- Sistem daftar dapat dibedakan menjadi tiga
jamin perlakuan yang sama bagi peserta yaitu daftar partai (party list), daftar terbuka
pemilu dan pemilih sesuai dengan hukum (open list) atau daftar bebas (free list).
yang berlaku. 3. Model pemberian suara (balloting model)
5. Profesionalisme, penyelenggara pemilu terdiri atas tiga aspek : suara diberikan kepada
perlu dibekali keterampilan teknis masalah partai politik atau kepada nama calon, suara
kepemiluan sesuai dengan kom-petensinya diberikan secara kategorik (salah satu peserta
serta penyelesaian sengketa pemilu. Untuk pemilu) atau secara ordinal (suara diberikan
itu perlu indikator kunci profesionalisme kepada peserta pemilu dengen preferensi
meliputi pengalaman, keahlian, objektifitas, atau sistem ranking) dan pemberian suara
efisiensi, akurasi, komitmen, dan efektifitas. manual atau secara elektronik.
6. Independensi, semua penyelenggara pemilu 4. Formula pembagian kursi, dapat dibedakan
dalam proses pemilihan, dan sengketa pemilu menjadi tiga yaitu proposional (proportional
harus dihormati dan dijamin oleh hukum. representation), mayoritarian, dan campuran.
Tidak boleh ada gangguan oleh kepentingan Formula proporsional pada dasarnya mem-
luar. bagi kursi setiap dapil kepada peserta pemilu
7. Transparansi, merupakan elemen inti sesuai (proporsional) dengan jumlah suara
yang menjamin keterbukaan informasi di sah yang diperoleh peserta pemilu.
setiap proses penyelenggaraan pemilu.
8. Ketepatan waktu, secara konsisten dalam Berdasarkan pasal 22E ayat (3) UUD
menyelenggarakan setiap proses pemilu NRI 1945 menetapkan partai politik sebagai
yang direncanakan. peserta pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi
Jurnal Wacana Politik - ISSN 2502 - 9185 : E-ISSN: 2549-2969 Vol. 4, No. 1, Maret 2019: 14 - 29

dan DPRD Kabupaten/Kota. Begitu luasnya politik pemilu 2019. Pertama, aspek regulasi
sistem pemilu, dalam artikel ini perlu dibatasi pemilu yang menjadi celah penyimpangan
untuk dianalisis partai politik sebagai peserta verifikasi partai politik. Kedua, keterbatasan
pemilu dalam verifikasi partai politik. waktu pemeriksaan dokumen dan verifikasi
Indonesia pertama kali menerapkan faktual kelapangan. Ketiga, penggunaan Sistem
sistem pemilu proporsional representatif sejak Informasi Partai Politik (Sipol) belum cukup
pemilu tahun 1955. Sistem proporsional repre- optimal. Keempat, akibat malapraktik dalam
sentatif (PR) merupakan sistem pemilu yang verifikasi partai politik. Pada bagian ini penulis
memperhatikan perimbangan jumlah penduduk akan menganalisis atas fenomena yang terjadi
dengan jumlah kursi suatu daerah pemilihan. dalam verifikasi partai politik peserta pemilu.
Sistem PR di Indonesia digunakan untuk Pada aspek regulasi pemilu, pada UU
memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan Pemilu dan Peraturan Komisi Pemilihan
DPRD Kab/Kota. Dalam Sistem PR terbagi Umum mengenai verifikasi partai politik masih
dua; tertutup dan terbuka, jika PR tertutup ditemukan celah yang bisa menurunkan kualitas
memberikan keleluasaan pada internal partai demokrasi. Sebelum pasal 173 UU Pemilu
dalam perwakilan di legislatif dan pemilih diajukan ke Mahkamah Konstitusi, meng-
hanya memilih partai saja pada surat suara. Jika ungkapkan bahwa ada perlakukan berbeda
diibaratkan PR tertutup memilih kucing dalam dalam verifikasi partai politik, hal ini merupakan
karung, pemilih tidak tahu siapa wakil yang pertentangan norma yang sama di dalam hukum
terpilih di parlemen. Sedangkan PR terbuka, dan pemerintahan sebagaimana Pasal 27 ayat
pemilih diberi kewenangan untuk menentukan (1) dan Pasal 28D ayat (3) UUD NRI 1945.
wakilnya di parlemen dan partai politik hanya Padahal norma hukum pasal 173 merupakan
menyediakan calon legislatif sesuai urutannya. pengulangan terhadap norma yang sudah
Dikarenakan sistem PR terbuka berbasis kandidat dibatalkan pada Pasal 8 ayat (2) UU Nomor 8
maka muncul persaingan antar kandidat dalam Tahun 2012 melalui Putusan MK Nomor 52/
satu partai, persaingan kandidat antar partai, PUU- X/2012 terdahulu. Untuk itulah dilakukan
dan persaingan kandidat antar daerah pemilihan perlakuan yang sama verifikasi seluruh partai
dalam merebut kursi di parlemen yang terbatas. politik calon peserta pemilu tanpa membedakan
antara yang telah mengikuti verifikasi pada
Malapraktik dalam Verifikasi Partai Politik pemilu sebelumnya dengan parpol yang belum
Dari pemilu ke pemilu aturan verifikasi pernah mengikuti pemilu maupun parpol yang
partai politik semakin diperketat untuk menjadi telah mengikuti pemilu, tapi tidak memperoleh
peserta pemilu. Pada pemilu 2009, partai politik kursi di DPR (Syahda, 2018).
diisyaratkan memiliki kepengurusan minimal Dalam UU 7/2017 mengatur penyelesaian
di 75% dari jumlah provinsi, dan minimal di sengketa pemilu yaitu MK, Bawaslu dan
50% jumlah kabupaten/kota di provinsi yang Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTUN).
bersangkutan. Kemudian pada pemilu 2014, Penyelesaian sengketa di MK terkait perselisihan
syarat diperberat menjadi 100% kepengurusan hasil pemilihan umum. Lalu Bawaslu menangani
di provinsi, 75% kepengurusan di kabupaten/ perselisihan sengketa verifikasi partai politik
kota dan 50% kepengurusan di kecamatan, peserta pemilu, penetapan daftar calon tetap
(KPU, 2017). Dan pada pemilu 2019, aturan anggota legislatif, dan penetapan pasangan calon,
verifikasi kepengurusan masih sama dengan pasal 469 ayat (1). Jika putusan Bawaslu tidak
pemilu 2014, kepengurusan 100% di provinsi, diterima oleh para pihak maka, upaya hukum
75% di Kabupaten/Kota dan 50% di kecamatan. diteruskan ke PTUN. Banyaknya lembaga
Namun sebelum UU 7/2017 diuji ke Mahkamah yang terlibat akan menjadi salah satu ruang
Konstitusi, partai politik yang pernah lolos atau tidak efektifnya proses penyelesaian sengketa,
menjadi peserta pemilu 2014 hanya dikenakan pada saat yang bersamaan, juga menyebabkan
verifikasi administrasi dan tidak dikenakan veri- bertambah panjangnya birokrasi penyelesaian
fikasi faktual sebagaimana diatur dalam pasal sengketa pemilu, (Harun, 2016)
173 ayat (3) Undang-undang pemilu. Untuk memberi gambaran proses verifikasi
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada partai politik, melalui portal informasi pemilu
latar belakang di atas, ada empat asumsi yang didapatkan partai-partai yang telah menjalani
terindikasi korupsi politik dalam verifikasi partai verifikasi administrasi dan faktual serta sengketa
Malapraktik dalam Proses Verifikasi Partai Politik di Indonesia: Studi pada Pemilihan Umum 2019 19

proses pemilihan umum sebagaimana dijelaskan itu penyelesaian sengketa proses verifikasi partai
pada tabel 1. politik bertambah panjang ketika PKPI tidak
Pada verifikasi partai politik penyelesaian puas dengan putusan Bawaslu menggugat ke
sengketa diselesaikan oleh Bawaslu dan PTUN. PTUN.
Proses verifikasi partai politik dapat dilihat Penyimpangan Undang-undang pemilu
pada tabel diatas. Pada kolom verifikasi partai yang terdapat pada pasal 173 mengakibatkan
pasca putusan Bawaslu terdapat sembilan tahapan pemilu terganggu. Setelah putusan MK,
partai politik yang menjalani proses sengketa KPU menyusun kembali tahapan pemilu 2019
administrasi pemilu yaitu PBB, PKPI, PIKA, dan merevisi PKPU tentang verifikasi partai
PBI, Partai Idaman, PPPI, Partai Rakyat, Partai politik peserta pemilu yang mengikut sertakan
Republik dan Partai Swara Rakyat Indonesia. 10 partai peserta pemilu yang lolos ambang batas
Dalam sepuluh putusan Bawaslu (termasuk parlemen tahun 2014, (Kompas, 12/01/2018).
kegandaan kepengurusan PKPI) partai politik Selain itu konsekuensi penambahan waktu
yang menggugat KPU mengeluhkan Sistem verifikasi faktual dan anggaran juga menjadi
Informasi Partai Politik (Sipol) mengalami pertimbangan. Masalah menjadi kompleks
gangguan ketika mengunggah dokumen. Selain KPU bersama pemerintah, Bawaslu, Dewan

Tabel 1. Akuntabilitas Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu 2019

Partai Partai Partai


Partai
yang telah Baru yang Partai yang Politik
Pasca
No Nama Partai Politik Diverifikasi Mendaftar Dokumennya Peserta
Putusan
pada Pemilu pada Pemilu Lengkap Pemilu
Bawaslu
2014 2019 2019
1 PAN Ya Tidak Ya Tidak Ya
2 PDI Perjuangan Ya Tidak Ya Tidak Ya
3 Partai Demokrat Ya Tidak Ya Tidak Ya
4 Partai Gerindra Ya Tidak Ya Tidak Ya
5 Partai Golongan Karya Ya Tidak Ya Tidak Ya
6 Partai Hanura Ya Tidak Ya Tidak Ya
7 PKS Ya Tidak Ya Tidak Ya
8 PKB Ya Tidak Ya Tidak Ya
9 Partai Nasdem Ya Tidak Ya Tidak Ya
10 PPP Ya Tidak Ya Tidak Ya
11 Partai Bulan Bintang (PBB) Ya Tidak Tidak Ya Ya
Partai Keadilan dan Persatuan
12 Ya Tidak Tidak Ya Ya
Indonesia (PKPI)
13 Partai Berkarya Tidak Ya Ya Tidak Ya
Partai Gerakan Perubahan
14 Tidak Ya Ya Tidak Ya
Indonesia (Garuda)
15 Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tidak Ya Ya Tidak Ya
Partai Persatuan Indonesia
16 Tidak Ya Ya Tidak Ya
(Perindo)
17 Partai Indonesia Kerja (PIKA) Tidak Ya Tidak Ya Tidak
18 Partai Bhinneka Indonesia (PBI) Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Partai Islam Damai dan Aman
19 Tidak Ya Tidak Ya Tidak
(Idaman)
Partai Pengusaha dan Pekerja
20 Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Indonesia (PPPI)
21 Partai Rakyat Tidak Ya Tidak Ya Tidak
22 Partai Republik Tidak Ya Tidak Ya Tidak
23 Partai Swara Rakyat Indonesia Tidak Ya Tidak Ya Tidak
24 Partai Indonesia Marhaenisme Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
25 Partai Pemersatu Bangsa Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
26 Partai Reformasi Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
27 Partai Republika Nusantara Tidak Ya Tidak Tidak Tidak

Sumber : https://infopemilu.kpu.go.id/ dan diolah sendiri


20 Aldho Syafriandre, Aidinil Zetra, dan Feri Amsari

Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) partai politik tersebut untuk diverifikasi dengan
dan Komisi II DPR melakukan kesepakatan bertemu secara langsung dilapangan.
politis dalam melakukan perubahan mekanisme Sebagai bahan perbandingan verifikasi
verifikasi faktual. Menurut Ketua Komisi II, faktual partai politik masih ditemukan sejumlah
sistem informasi partai politik (Sipol) sudah kerawanan. Menurut (Fahmi, 2016) terdapat tiga
sama dengan proses verifikasi faktual. Dengan celah yang berpotensi menimbulkan kerawanan
begitu, tahapan proses verifikasi faktual parpol dalam pelaksanaan veriifikasi faktual. Pertama,
sebagai penyaring calon peserta pemilu ditia- tidak adanya aturan tentang pelaksanaan veri-
dakan, (detik.com, 17/01/2018) fikasi faktual atas kepemilikan kepengurusan
Jika sebelum putusan MK, metode veri- 50% dari jumlah kecamatan di Kabupaten/Kota.
fikasi yang digunakan yakni pada pasal 35 Kepengurusan partai politik partai politik tingkat
PKPU 11/2017 metode sensus digunakan kecamatan hanya berdasarkan pembuktian di
jika jumlah anggota Partai Politik pada atas kertas semata. Jadi KPU tidak memeriksa
kepengurusan di tingkat daerah kabupaten/kota keberadaan secara faktual karena dalam PKPU
sampai dengan 100 (seratus) orang dan metode tidak diatur lebih lanjut. Kedua, tidak adanya
sampel acak sederhana digunakan jika jumlah kepastian hukum atas keanggotaan partai
anggota Partai Politik lebih dari 100 (seratus) politik yang ganda. Seseorang anggota partai
orang. Pengambilan sampel acak sebesar 10% politik hanya membuktikan pada salah satu
dari jumlah anggota yang diserahkan oleh partai saja, tanpa memfaktualkan keanggotaan
partai politik. Sebagai konsekuensi putusan pada partai politik yang lain. Ketiga, dalam
MK Nomor 53/PUU-XV/2017 maka KPU verifikasi keanggotaan, partai politik diberi
menerbitkan peraturan baru berupa PKPU kesempatan menghadirkan anggotanya kepada
6/2018 yang memperlakukan verifikasi keang- petugas verifikasi sampai batas akhir masa akhir
gotaan partai politik berbeda dengan verifikasi verifikasi faktual.
keanggotaan parpol sebelumnya. Hal ini bisa Pada pemilu 2014, verifikasi domisili
dilihat pada pasal 33 PKPU 6/2018 yang kantor tetap kepengurusan mencocokkan
mengatur jika partai politik menyerahkan dokumen yang sah yaitu sertifikat hak milik,
jumlah anggota sampai dengan 100 (seratus) surat pinjam pakai, sewa atau kontrak sampai
maka besaran sampel diambil 10% atau jika berakhirnya tahapan pemilu yaitu pengucapan
partai politik menyerahkan jumlah anggota lebih sumpah janji anggota DPR, DPRD Provinsi
dari 100 (seratus) maka besaran sampel yang dan DPRD Kab/Kota. Hal ini sudah diatur pada
diambil 5%. Disamping itu, pada PKPU 11/2017 pasal 17 PKPU 8/2012 tentang Pendaftaran,
verifikasi faktual keanggotaan dilakukan dengan Verifikasi dan Penetapan Partai Politik Peserta
mencari anggota partai politik bertemu secara Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
langsung, sedangkan dalam PKPU 6/2018 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan
partai politik menghadirkan anggotanya yang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/
disampel ke kantor partai politik yang berada di Kota. Sedangkan verifikasi parpol untuk pemilu
tingkat Kabupaten/Kota. Intinya sudah terjadi 2019, verifikasi domisili kantor tetap hanya
malapraktik verifikasi partai politik yang sengaja melampirkan surat keterangan domisili kantor
dilakukan secara legal melalui PKPU 6/2018. dari Camat atau Lurah. Tidak ada klausul, kantor
Untuk memperkuat argumentasi penulis, tetap dipergunakan sampai pemilu berakhir.
(Putra, et.al, 2019:119) dalam jurnalnya terkait Sangatlah wajar jika selesai pemilu nanti kantor-
sampling keanggotaan pada verifikasi partai kantor partai politik banyak yang tutup dan tidak
politik di tingkat kab/kota pasca putusan tahu keberadaannya lagi.
Mahkamah Konstitusi, KPU kab/kota menerima Sungguh disadari bahwa verifikasi partai
daftar nama sampel 5% anggota partai politik politik untuk pemilu 2019 sangat mempermudah
yang disampel. Kemudian partai politik meng- partai politik untuk lolos jika dibandingkan
hadirkan daftar sampel 5% anggota partai dengan verifikasi partai politik pada pemilu
politik tersebut di kantor partai politik setempat. 2014. Untuk memberikan gambaran proses
Pelaksanaan ini sebenarnya sudah menyalahi verfikasi partai politik pada pemilu 2014 dan
konsep metode verifikasi, seharusnya KPU yang penetapan partai untuk pemilu 2019 bisa dilihat
mempunyai data keanggotaan partai politik pada tabel 2.
di Sipol, memilih 5% secara acak anggota
Malapraktik dalam Proses Verifikasi Partai Politik di Indonesia: Studi pada Pemilihan Umum 2019 21

Tabel 2. Perbandingan Proses Verifikasi Partai Hal yang menarik pada proses verifikasi
Politik pada Pemilu 2014 dan 2019 partai politik selama dua pemilu terakhir ini
adalah Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
No Uraian Pemilu 2014 Pemilu 2019
(PKPI) dan Partai Bulan Bintang (PBB) lolos
1. Partai politik
yang terdaftar di
73 Partai 73 Partai verifikasi melalui sengketa Bawaslu dan PTUN.
politik politik Pada pemilu 2014, PKPI dan PBB tidak lolos
Kemenkumham
2. Partai politik ambang batas parlemen sebesar 3,5% di DPR.
34 Partai 27 Partai
yang mendaftar di Namun pada verifikasi parpol untuk pemilu 2019,
politik politik
KPU RI terdapat malapraktik dalam meloloskan PBB dan
3. Partai politik yang 10 Partai 14 Partai PKPI. Pada kasus PBB, partai ini dianggap tidak
memenuhi syarat politik politik memenuhi syarat (TMS) verifikasi partai politik
4. Partai politik yang
di Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat
lolos melalui 2 Partai 2 Partai
sengketa Bawaslu politik Politik yang mengakibatkan tidak memenuhi syarat
& PTUN verifikasi di Provinsi Papua Barat. Sebagaimana
5. Partai politik 12 Partai 16 Partai diketahui bahwa partai politik bisa menjadi
peserta pemilu Politik politik peserta pemilu harus memiliki kepengurusan
100% di provinsi, 75% kepengurusan di Kab/
Sumber : diolah sendiri
Kota pada provinsi dan 50% kepengurusan di
Disamping itu ada empat partai baru yang kecamatan pada Kab/Kota yang bersangkutan.
lolos verifikasi tanpa melalui sengketa partai KPU Kabupaten Manokwari Selatan
politik di Bawaslu, partai tersebut antara lain: menetapkan PBB tidak memenuhi syarat
Partai Berkarya, Partai Gerakan Perubahan dalam rapat pleno. Indikasi malapraktik adalah
Indonesia (Garuda), Partai Solidaritas Indonesia Kabupaten Manokwari Selatan merupakan
(PSI) dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo). Daerah Otonom Baru yang mana melakukan
Dari 27 partai politik yang mendaftar sebanyak verifikasi faktual ulang sesuai dengan putusan
11 partai politik tidak memenuhi syarat menjadi Mahkamah Konstitusi No. 53/PUU/XV/2017
partai peserta pemilu 2019. yang menyebabkan PBB, Belum Memenuhi
Dari data tersebut diatas verifikasi partai Syarat dan PBB, Tidak Memenuhi Syarat
peserta pemilu 2019 cenderung mempermudah kepengurusan di 100% Provinsi Papua Barat.
partai politik baru menjadi peserta pemilu. Dari Padahal sebelum putusan Mahkamah Konstitusi
data pendirian partai politik yang disahkan oleh No. 53/PUU/XV/2017, PBB Memenuhi Syarat
Kementerian Hukum dan HAM, partai politik kepengurusan di Kabupaten Manokwari
baru diatas berumur kurang dari lima tahun. Hal Selatan sebagaimana terungkap dalam putusan
ini dimaksudkan untuk menguji apakah pendirian Bawaslu dengan nomor register 008/PS.REG/
suatu partai politik mempunyai tujuan ideologis BAWASLU/II/2018. Sebelum pasal 173 ter-
dan basis pendukung yang kuat. Persyaratan sebut diuji ke MK, KPU melalui PKPU Nomor
partai politik peserta hendaknya diperketat 11/2017 tentang Pendaftaran, Verifikasi, dan
dengan menyerahkan Laporan Penerimaan dan Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan
Pengeluaran Tahunan Partai yang telah diaudit Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
oleh Kantor Akuntan Publik dengan predikat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, partai
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Hal ini politik peserta pemilu 2014 tetap mendaftar
dilakukan agar terdapat bukti yang membedakan untuk menjadi peserta pemilu 2019, ketentuan
Kas Partai Politik sebelum Pemilu dan Kas verifikasi faktual dilakukan di daerah otonom
Dana Kampanye Pemilu (Surbakti, 2015: baru yang terbentuk pasca verifikasi partai politik
166-167). Sebagaimana diketahui UU Pemilu peserta Pemilu 2014, dan/atau bila terdapat
belum mengatur pendirian partai politik sudah kegandaan pengurus/anggota partai politik.
didirikan 5 (lima) tahun sejak didaftarkan di Selain PBB, PKPI menggugat keputusan
Kemenkum dan HAM. Kemudian tidak adanya KPU No 58/PL.01.1.-Kpt/03/KPU/II/2018 tentang
kewajiban bagi partai politik menyerahkan Penetapan Partai Politik Peserta Pemilu ke
laporan keuangan dengan prediket WTP. UU Bawaslu. PKPI tidak memenuhi persyaratan di
Pemilu hanya mewajibkan menyerahkan nomor 73 kabupaten/kota yang ada di empat propinsi,
rekening dana Kampanye Pemilu atas nama antara lain Jawa Timur (15 kabupaten/kota),
partai politik kepada KPU. Jawa Tengah (26 kabupaten/kota), Jawa Barat
22 Aldho Syafriandre, Aidinil Zetra, dan Feri Amsari

(15 kabupaten/kota), dan Papua (17 kabupaten/ memverifikasi partai politik yang baru saja.
kota). Adapun berbagai persyaratan yang Masalah verifikasi sudah semakin kompleks
tidak dipenuhi PKPI itu adalah hasil verifikasi setelah keluar putusan MK 53/PUU/XV/2017
faktual di masing-masing tempat itu adalah mengenai keharusan partai politik peserta
domisili kantor, daftar kepengurusan, dan pemilu 2014 harus diverifikasi ulang sehingga
jumlah keanggotaan yang tak memenuhi syarat. mengubah metode verifikasi keanggotaan partai
Melalui putusannya Bawaslu menolak gugatan politik yang mana diatur lebih lanjut melalui
PKPI dan tidak dapat menyajikan bukti dan PKPU. Sarah Birch juga menegaskan bahwa
saksi serta keterangan ahli yang memperkuat tindakan malapraktik pemilu dapat terjadi
permohonannya. (BBC, 7/3/2018). Selanjutnya ketika terdapat manipulasi terhadap peraturan
PKPI mengajukan gugatan ke PTUN terhadap perundang-undangan yang mengatur pemilu.
putusan Bawaslu tersebut. Setiap kali pemilu, aturan perundang-
Dari fakta-fakta yang diuraikan diatas undangan berubah. Perubahan UU kepemiluan
maka dapat dianalisa bahwa terjadi malapraktik tersebut dimaksudkan untuk merekayasa sistem
pemilu yang dilakukan oleh KPU dengan meng- pemilu. Lembaga pemilu dan modernisasi
ubah metode verifikasi yang diatur melalui budaya memainkan peran penting dalam penata-
PKPU. (Vickery & Shein, 2012) menyatakan an perilaku penyelenggara pemilu dan per-
malapraktik pemilu dilakukan oleh aktor baik wakilan politik, untuk itu diperlukan fitur desain
penyelenggara pemilu maupun peserta pemilu kelembagaan yang konsisten, agar menghasilkan
yang dilakukan secara sengaja maupun tidak demokrasi yang berkualitas (Norris, 2004).
Pada aspek keterbatasan waktu pemeriksaan
sengaja. Sebelum pasal 173 UU 7/2017 diuji
dokumen dan verifikasi faktual kelapangan,
ke MK, indikasi kesengajaan secara dilakukan
dalam menyelenggarakan pemilihan umum
oleh pembuat UU yang mengatur partai politik
penyelenggara pemilu harus menaati tahapan dan
yang menjadi peserta pemilu tahun 2014 tidak
jadwal pemilu sesuai peraturan dan perundang-
ikut pemilu 2019. Namun setelah keluar putusan
undangan yang berlaku. UU 7/2017 menyatakan
MK terhadap pasal 173 UU 7/2017, KPU Pasal 178 Ayat (2) UU No. 7 tahun 2017 tentang
yang diberi wewenang dalam verifikasi partai Pemilu, KPU harus menetapkan parpol peserta
politik, mengubah metode verifikasinya. Semula Pemilu pada 14 bulan sebelum pelaksanaan
verifikasi keanggotaan dilakukan menggunakan pemilu. Artinya tanggal 17 Februari 2018 sudah
sampling acak dengan mencek keberadaan ditetapkan partai politik peserta pemilu 2019.
anggota partai politik ke lapangan menjadi partai Sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan
politik mendatangkan sampling keanggotaannya Umum Nomor 7 Tahun 2017 mengatur jadwal
di kantor partai politik. Sementara itu, keinginan pendaftaran partai politik dan penyerahan
Komisi II DPR, menyamakan sipol dengan syarat pendaftaran oleh partai politik kepada
verifikasi faktual sudah menyalahi konsep KPU berlangsung mulai tanggal 3 Oktober
verifikasi faktual. Sipol merupakan alat bantu sampai dengan 16 Oktober 2017. Partai politik
administratif dalam mengelola informasi partai peserta pemilu sebelum mendaftar ke KPU
politik, sedangkan verifikasi faktual merupakan telah memiliki status badan hukum yang
mencek keberadaan anggota partai politik sesuai terdaftar pada Kementerian Hukum dan HAM
dengan keberadaan dilapangan dan sesuai sebagaimana yang diatur UU 7/2017 pasal 173
dengan administratif yang disyaratkan peraturan ayat (2a) sesuai dengan Undang-Undang Partai
perundang-undangan. Politik. Menurut data KPU, partai politik yang
Dari segi pendekatan sosiologis atau terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM
pendekatan berbasis persepsi sebagaimana yang berjumlah 73 partai politik, 31 partai politik yang
dinyatakan oleh Sarah Birch, malapraktik pemilu mengajukan username untuk sistem informasi
terjadi pelanggaran yang ditaati secara luas. partai politik (sipol). Namun hanya 27 parpol
Sebelum pasal 173 UU 7/2017 diuji ke MK telah yang mendaftarkan diri sebagai peserta Pemilu
memuat aturan yang diskriminatif ketika aturan 2019. Satu hal yang tidak kalah penting, partai
verifikasi partai politik diberlakukan hanya politik harus memiliki keanggotaan sekurang-
kepada partai politik yang baru saja. Sehingga kurannya 1.000 orang atau 1/1.000 dari jumlah
KPU sebagai lembaga yang bersifat hirarkhis penduduk kabupaten/kota.
dari pusat sampai ke Kabupatan/Kota, tentu Sudah menjadi kebiasaan bagi partai
juga menerapkan aturan verifikasi yang sama, politik mendaftar pada saat injury time sehingga
Malapraktik dalam Proses Verifikasi Partai Politik di Indonesia: Studi pada Pemilihan Umum 2019 23

memanfaatkan situasi yang mendesak dan oleh Partai Idaman, MK menyatakan bahwa
memberi tekanan bagi penyelenggara pemilu sepanjang frasa “ditetapkan” dalam Pasal
untuk mengakomodir kepentingan mereka. 173 ayat (1) dan seluruh ketentuan pada Pasal
Faktanya telah terjadi penambahan waktu peme- 173 ayat (3) adalah tidak memiliki kekuatan
riksaan kelengkapan dokumen pendaftaran hukum mengikat, alias inkonstitusional atau
partai politik peserta pemilu 2019 yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
bisa diselesaikan pada 16 Oktober 2017. Hal ini 1945. Dalam pertimbangan hukumnya MK
ditemukan ada 17 partai belum siap melengkapi menekankan keadilan bagi seluruh peserta
administrasi verifikasi partai politik pada hari pemilu, pemekaran daerah dan perkembangan
terakhir. Oleh karena itu KPU memperpanjang demografi, partai politik sebagai badan hukum
pemeriksaan kelengkapan dokumen partai yang dinamis, serta verifikasi menyeluruh
politik yang telah mendaftar selama 1 × 24 jam, terhadap keterpenuhan syarat peserta pemilu
(Merdeka, 2017). sebagai basis pertimbangan mengapa semua
Sebenarnya pada hari-hari terakhir pen- parpol mutlak mengikuti proses verifikasi
daftaran partai politik, merupakan kondisi yang untuk bisa ditetapkan sebagai peserta pemilu.
dilematis bagi KPU. Di satu sisi, KPU harus (Anggraini, 2018).
melayani semua partai politik yang mendaftar Implikasi terhadap putusan MK mengenai
secara profesional dan memperlakukan secara verifikasi partai politik pemilu 2019 menye-
adil partai politik. Namun di sisi lain, KPU babkan semua parpol peserta pemilu 2019 baik
melanggar aturan tahapan dan jadwal pendaf- parpol lama maupun baru harus diverifikasi
taran partai politik dan sekaligus memeriksa ulang tanpa diskriminasi dan perbedaan per-
kelengkapan dokumen partai politik yang harus
lakuan. Konsekuensi terhadap putusan MK bagi
selesai pada tanggal 16 Oktober 2017 pukul
KPU yakni mengalami keterbatasan waktu,
00.00 WIB. Salah satu indikasi malapraktik
keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
terjadinya penyimpangan norma hukum dalam
dan keterbatasan anggaran (Sindo, 2018).
hal ini aturan yang dilanggar adalah PKPU 7
Untuk mengefektifkan kegiatan verifikasi maka
Tahun 2017 tentang tahapan pemilu. Selain itu
KPU juga melanggar prinsip keprofesionalan KPU memangkas kegiatan verifikasi di tingkat
dan ketepatan waktu dalam melaksanakan kabupaten/kota dari sebelumnya 14 hari dipadat-
pendaftaran partai politik. kan menjadi 3 hari, di tingkat provinsi dari 14 hari
Dalam Sistem Pemilu Proporsional Repre- menjadi 2 hari, dan di tingkat pusat dari 14 hari
sentatif tujuan verifikasi partai politik adalah menjadi 2 hari. Pemangkasan waktu verifikasi
mencek keberadaan kantor, kepengurusan dan tersebut dinyatakan dalam PKPU Nomor 5 tahun
keanggotaan partai politik berada pada tingkat 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi
pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Dalam Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2017 tentang
pasal 173 ayat (1) Undang-Undang 7/2017 Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan
tentang Pemilu, mengatur bahwa Partai Politik Pemilihan Umum Tahun 2019.
Peserta Pemilu merupakan partai politik yang Dari fakta tersebut diatas dapat dianalisis
telah ditetapkan/lulus verifikasi oleh KPU, indikasi malapraktik pemilu yaitu dengan adanya
namun yang terjadi masih terdapat indikasi penambahan waktu pendaftaran dan keterbatasan
malapraktik pemilu dalam penyusunan undang- sumber daya manusia serta keterbatasan ang-
undang yang menyimpang dari norma yang garan yang diatur secara legal melalui PKPU
berlaku tentang verifikasi partai politik. Aturan sehingga mengubah metode verifikasi. Menu-
tersebut terdapat pada pasal 173 ayat (3) yang rut (Vickery & Shein, 2012), malapraktik bisa
mengatur bahwa, partai politik yang telah lulus terjadi apabila penyelenggara pemilu keku-
verifikasi partai politik untuk pemilu 2014 rangan sumber daya atau ketidakmampuan
tidak diverifikasi ulang dan ditetapkan menjadi untuk menyelenggarakan pemilu. Selain itu,
peserta pemilu 2019, hal ini tentunya melanggar penambahan waktu pendaftaran juga melang-
prinsip keadilan dalam penyelenggaraan pemilu gar prinsip pemilu dalam hal ini prinsip
sehingga membuat koalisi masyarakat sipil profesionalisme, penyelenggara pemilu harus
melakukan pengujian undang 7/2017 pasal 173 memiliki pengetahuan teknis penyelenggara
ini ke Mahkamah Konstitusi (MK). pemilu dalam hal ini teknis verifikasi partai
Melalui putusan MK Nomor 53/PUU- politik. Sementara itu penambahan waktu pen-
XV/2017 tanggal 11 Januari 2018 yang diajukan daftaran verifikasi partai politik, 1 × 24 jam,
Jurnal Wacana Politik - ISSN 2502 - 9185 : E-ISSN: 2549-2969 Vol. 4, No. 1, Maret 2019: 14 - 29

termasuk malapraktik yang disengaja karena penggunaan Sipol tidak hanya bermasalah dari
pendaftaran partai politik peserta pemilu faktor teknis tetapi juga disebabkan oleh faktor
harus selesai pada tanggal 16 Oktober 2017, kelembagaan. Hal ini terjadi karena penggunaan
sebagaimana diatur dalam PKPU 7 tahun 2017 teknologi dalam proses kepemiluan tidak hanya
tentang pendaftaran partai politik peserta pemilu. bergantung pada persoalan/aspek teknis berupa
Dari segi prinsip pemilu, penambahan waktu kegiatan dan fungsi dasar semata namun ada
ini melanggar prinsip ketepatan waktu penye- berbagai aktor dengan berbagai kepentingan
lenggaraan pemilu yang berkeadilan. yang terlibat didalamnya.
Pada aspek belum optimalnya Sipol, dalam Apa yang di khawatirkan oleh Bawaslu
melakukan verifikasi partai politik diperlukan terjadi, hal ini terungkap pada bagian satu dalam
integritas penyelenggara pemilu dalam menye- tulisan ini disampaikan bahwa sembilan partai
lenggarakan setiap tahapan pemilu yang mengacu politik mengeluhkan Sipol yang tidak bisa
pada prinsip tata kelola pemilu yang langsung, mengunggah data. Kemudian dalam persidangan
bebas, rahasia, jujur dan adil. Salah satu upaya Bawaslu, juga terungkap dari pihak Kementerian
KPU dalam menjaga integritas partai politik Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)
adalah menggunakan alat bantu teknologi infor- meragukan keamanan terhadap Sipol karena
masi berupa sistem informasi partai politik (Sipol). selalu mengalami gangguan. Menurut (López-
Sebelum tahapan verifikasi partai politik KPU Pintor, 2010:10) malapraktik pemilu yang
telah memberikan sosialisasi atau bimbingan sering terjadi adalah irregularitas (ketidak
teknis kepada penghubung partai politik tingkat normalan), defisiensi dan lemahnya manajemen
pusat agar memudahkan dalam penginputan data penyelenggaraan pemilu pada semua tingkatan.
anggota, pengurus dan kantor serta memberikan Dengan ini dapat dianalisis terdapat malapraktik
informasi sebaran kepengurusan, informasi pemilu ketidaknormalan dalam penggunaan
persentase keterwakilan perempuan dan mem- sipol oleh partai politik karena sering mengalami
berikan informasi rekap data anggota Partai gangguan. Dalam tulisannya Rafael Lopez
Politik serta melakukan pengecekan kegandaan Pintor menyadari bahwa gangguan keamanan
internal dan eksternal. terhadap jaringan teknologi infomasi dalam
Struktur organisasi partai politik yang proses kepemiluan wajar terjadi namun bisa
terdesentralisasi menyulitkan bagi partai politik diantisipasi dengan berkas pendukung yang
melakukan konsolidasi internal sehingga terja- disiapkan secara manual.
dinya malapraktik penginputan data, yang Disamping itu melalui Putusan Pengadilan
menjadi temuan data-data yang diinput dalam Tata Usaha Negara No. 6/G/SPPU/2018/PTUN-
sipol tidak sesuai jumlah dan identitas anggotanya. JKT tanggal 9 April 2018. Dalam putusan
Jika kemudian partai politik mempermasalahkan Tata Usaha Negara tersebut terungkap bahwa
Sistem Informasi Partai Politik yang dimiliki walaupun Sipol sudah diatur dalam PKPU
KPU, maka turut dipertanyakan kemodernan dan namun tidak diatur dalam UU Pemilu sehingga
akuntabilitas keanggotaan partai politik tersebut. meng-kibatkan kerugian bagi peserta pemilu.
Penggunaan Sipol sudah diatur dalam PKPU Disamping itu integritas kepengurusan PKPI
11 Tahun 2017 tentang Pendaftaran, Verifikasi, di daerah dipertanyakan juga karena banyak
Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan data anggota yang dinput di Sipol tidak sesuai
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan dengan KTA dan KTP ketika diverifikasi
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Jika partai di lapangan. Dikarenakan adanya dualisme
politik keberatan dengan penggunaan Sipol kepengurusan di PKPI, ada pengurus PKPI
silahkan menguji PKPU tersebut ke Mahkamah didaerah menandatangani surat pernyataan tidak
Agung (Setiawan, 2017). sanggup melaksanakan verifikasi dan KPU Kab/
Di lain pihak, Bawaslu menyarankan ada Kota menindaklanjutinya tidak melaksanakan
alternatif pengisian data secara manual untuk verifikasi. Hal ini termasuk melanggar asas
mengisi syarat pendaftaran calon peserta Pemilu proporsionalitas penyelenggaraan pemilu,
2019 karena banyaknya keluhan dari partai sehingga merugikan PKPI untuk menjadi partai
politik terhadap penggunaan Sipol sehingga politik peserta pemilu 2019. Dengan terbitnya
partai politik memprotes atau mengajukan Putusan Tata Usaha Negara tersebut maka hakim
sengketa akibat Sipol, (Republika, 10/10/2017). mengabulkan gugatan PKPI untuk menjadi
Hal ini dipertegas oleh penelitian (Ashari, 2018) peserta pemilu 2019 (Tempo, 11/4/2018).
Malapraktik dalam Proses Verifikasi Partai Politik di Indonesia: Studi pada Pemilihan Umum 2019 25

Dari putusan PTUN yang berkaitan politik karena ketidakpuasan dari keputusan
dengan Sipol diatas, sebaiknya hal-hal yang partai mereka. Bisa dilihat kelakuan elit parpol
berhubungan dengan administratif partai poli- tingkat nasional yang sangat mengecewakan
tik lebih baik memprioritaskan data manual dan mengubah paradigma masyarakat untuk
terlebih dahulu, setelah itu mencocokkan data menjadi anggota partai politik. Untuk itulah
manual kedalam data Sipol. Kemudian perlu verifikasi keanggotaan partai politik dilakukan
juga memperkuat penggunaan Sipol dalam UU agar partai politik memiliki basis pendukung
Pemilu, sebagaimana pengelolaan data pemilih ditingkat daerah.
yang terintegrasi dengan data kependudukan, Selain itu, partai politik baru sebagai
sebagaimana dimaksud dalam pasal 218 ayat tempat penampungan pensiunan, job seeker
(1) UU Pemilu. Sebagai perbandingan, dalam dan post power syndrom, (Amalia, 2013)
tahapan pemungutan dan penghiitungan suara bahkan pencalonan yang berbasis pada kekuat-
di tingkat TPS, KPU Kabupaten/Kota mem- an figur anggota partai politik membuka
prioritaskan penghitungan manual pada formulir celah klientelisme, (Asrinaldi, 2017). Partai
Model-C1, lalu memindai bukti Model C1 politik memanfaatkan tokok-tokoh masyarakat
tersebut dan bukti pindai Model C1 dapat dalam meraup suara pada pemilu. Tokoh-tokoh
diakses oleh publik melalui portal informasi masyarakat yang telah mempunyai basis pemi-
pemilu. Yang mana ini telah dilakukan pada lih, berpindah haluan partai politik sehingga
rekapitulasi pemilu legislatif 2014, kemudian membingungkan masyarakat. Akhirnya terjadi
berlanjut pada tiga gelombang rekpitulasi tumpang tindih keanggotaan partai politik.
pemilihan kepala daerah tingkat provinsi dan Untuklah perlu memverifikasi kegandaan partai
kabupaten kota. Inilah bentuk pelayanan publik politik secara adil.
dalam mengakses informasi kepemiluan yang Ironisnya verifikasi partai politik yang
bisa diterapkan dalam verifikasi partai politik. dilakukan setiap kali pemilu, namun tidak mem-
Pemilu juga menggunakan prinsip tran- perbaiki institusi partai politik. Sistem kepartaian
sparansi, untuk mengukur validitas data dari dua dasawarsa setelah reformasi telah
keanggotaan partai politik yang diserahkan mengokohkan kartelisasi, hal ini disebabkan
minimal sejumlah 1.000 nama atau 1/1.000 tidak siginifikannya ideologi partai politik.
anggota partai politik dari jumlah penduduk di Ideologi hanya dibutuhkan ketika berhadapan
wilayah setempat. Sebaiknya KPU RI, meman- dengan pemilih dan tidak dibutuhkan lagi setelah
faatkan teknologi informasi melalui Sipol pemilu usai. Tidak mengherankan pula bahwa
mengumumkan kepada publik keanggotaan sehabis pemilu selesai, banyak kantor partai
partai-partai yang mencalonkan menjadi peserta partai yang tutup sehingga partai politik tidak
pemilu. Sehingga memberikan kesempatan optimal dalam menyerap aspirasi rakyat setelah
kepada publik dan pemangku kepentingan untuk pemilu dan membuat partai politik menjauh dari
memberi tanggapan terhadap data keanggotaan rakyat. Ditambah lagi, dalam verifikasi pemilu
partai politik. Upaya ini merupakan bentuk 2019 tidak menyatakan bahwa kantor partai
transparansi penyelenggara pemilu dalam politik berdomisili tetap sesuai dengan verifikasi
tahapan verifikasi partai politik, (Prabowo, sampai pemilu selesai. Untuk itu perlu verifikasi
2017). ulang kantor semua partai politik peserta pemilu.
Kartelisasi partai-partai tampak dari kecen-
Dampak malapraktik dalam verifikasi derungan partai-partai untuk bertindak sebagai
partai politik satu kelompok dalam keuangan publik (negara)
Sistem Pemilu Proporsional yang berada sebagai pembiayaan partai. Berbagai kasus
pada masyarakat majemuk, mengakibatkan tindak pidana korupsi yang sudah diproses
Indonesia menganut sistem multipartai dalam secara hukum ternyata melibatkan politisi
pemerintahannya. Hal ini mengakibatkan banyak dari berbagai partai politik. (Amalia, 2013).
partai-partai baru bermunculan dari pemilu ke Dalam rilisnya terbarunya KPK menyatakan
pemilu. Kehadiran partai politik baru disebabkan bahwa 69% tindak pidana korupsi berlatar
karena kecewa dengan kebijakan partai politik belakang partai politik, (KPK, 2019). Tidak
lama, (Amalia, 2013); (Asrinaldi, 2017). Banyak mengherankan bahwa demokrasi membutuhkan
pengurus dan anggota suatu partai politik cost of politic ketika demokrasi sudah bekerja.
menyatakan keluar dari keanggotaan partai Partai politik dalam pemilu membutuhkan dana
26 Aldho Syafriandre, Aidinil Zetra, dan Feri Amsari

yang besar untuk mendukung aktivitas-aktivitas ke KPU, KPU Prov/Kab/Kota, masih adanya
politik partai. Tidak mengejutkan bahwa dalam dualisme kepengurusan partai politik sehingga
rekrutmen partai politik melibatkan pengusaha partai politik belum siap diverifikasi. Di pihak
untuk membiayai aktivitas politik partai. Ada KPU, masih belum professional dalam mela-
hubungan yang dapat dilihat yaitu, kekuatan kukan verifikasi, KPU Kab/Kota mudah
politik dan bisnis berada dalam proses tawar dipengaruhi untuk mengubah keputusannya
menawar yang didasarkan prinsip saling meng- sehingga dimanfaatkan oleh partai politik. Selain
untungkan. Kekuatan bisnis memiliki sumber itu KPU Kab/Kota tidak cermat dalam mema-
dana sedangkan kekuatan politik memiliki akses hami peraturan perundang-undangan yang
otoritas dan akses kebijakan. Dua kekuatan berlandaskan prinsip-prinsip pemilu mandiri,
tersebut bertemu dalam arena elektoral, jujur, adil, berkepastian hukum, terbuka, pro-
(Dwipayana, 2009). fesional, akuntabel, efektif, efisien.
Malapraktik dalam verifikasi partai politik Dalam tulisannya (Asrinaldi, 2017),
menggunakan lingkup kekuasaan yang dimulai menegaskan selain aspek nilai dan proses, demo-
dari penyusunan UU Pemilu di DPR. Tidak ada krasi juga memiliki tujuan. Tujuan demokrasi
waktu bagi pegiat pemilu memberikan masukan yang hendak dicapai adalah terwujudnya keadilan
isi dari UU Pemilu. Sehingga langsung ditanda- dan persamaan yang dapat dinikmati oleh semua
tangani oleh Presiden pada tanggal 15 Agustus warga negara. Tindakan diskriminatif terhadap
2017 karena memasuki tahapan pemilu. UU peserta pemilu, berdampak pada hasil akhir dari
7/2017 merupakan UU yang kompleks dimana proses tersebut yang tidak baik bagi demokrasi.
memasukkan pemilu legislatif dan pemilihan Akibatnya timbulnya ketidakpercayaan pada
presiden dan wakil presiden dalam satu aturan sistem pemilu yang berdampak pada proses
perundang-undangan. Dalam perjalanannya ter- pemilu yang dilaksanakan.
dapat penyalahgunaan kekuasaan yang dapat Tulisan ini telah memberikan gambaran
menurunkan kualitas demokrasi. Sebelum pasal bahwa dalam tahapan verifikasi partai politik
173 diuji ke MK, aturan tersebut sangat dis- penyelenggara pemilu dihadapkan dengan
kriminatif yang membedakan verifikasi faktual situasi yang dilematis. Telah terjadi malapraktik
partai lama dan partai baru. Sesudah pasal pemilu karena terdapat penyimpangan dari
173 diuji, menyebabkan KPU mengalami peraturan perundangan-undangan pemilu yang
keterbatasan dalam hal waktu, SDM dan dilaksanakan. UU 7/2017 syarat dengan unsur
anggaran sehingga mengubah metode verifikasi- politis yang menguntungkan kelompok-kelom-
nya, dari verifikasi door to door sampai meng- pok tertentu. Untuk itu jangan sampai membuat
gunakan metode verifikasi mendatangkan masyarakat tidak percaya dengan proses pemilu
anggota partai politik ke kantor, hal ini sudah ini yang berakibat mendelegitimasi hasil pemilu
termasuk malapraktik pemilu, yang tidak sesuai nantinya.
dengan standar internasional.
Banyaknya lembaga yang melaksanakan SIMPULAN
sengketa perkara proses pemilu mengganggu
efektivitas penyelesaian sengketa. Sebaiknya Undang-undang 7/2017 tentang Pemilu belum
Bawaslu bertransformasi menjadi lembaga per- mencerminkan kedaulatan rakyat dalam
adilan khusus pemilu yang akan memotong membuat undang-undang. Hal ini bisa dilihat
birokrasi sengketa proses pemilu, (Harun, UU tentang Pemilu selalu berganti setiap kali
2016). Jadi sengketa proses pemilu dapat dise- pemilu dilaksanakan. UU Pemilu merupakan
lesaikan dengan cepat dan optimal. Selain produk politik sehingga terdapat kesepakatan
itu, penggunaan sistem informasi pemilu politis dalam penyusunan, pengesahan, dan
sebaiknya diatur dalam undang-undang pemilu pengujian pasal 173 UU 7/2017 ke MK
dan transparansi keanggotaan partai politik mengakibatkan sempitnya waktu verifikasi dan
sebaiknya diumumkan kepada publik sehingga terbatasnya alokasi anggaran, sampai rusaknya
pemangku kepentingan bisa memberi masukan integritas terhadap proses penyelenggaraan
dan tanggapan. pemilu pada verifikasi partai politik ini. Untuk
Dari kasus verifikasi partai politik diatas itu diperlukan ketegasan dan kebijaksanaan KPU
terungkap bahwa masih ada unsur manipulasi dari banyaknya masalah verifikasi partai politik
data keanggotaan partai politik yang diberikan yang muncul. KPU sebaiknya tidak dipengaruhi
Malapraktik dalam Proses Verifikasi Partai Politik di Indonesia: Studi pada Pemilihan Umum 2019 27

oleh intervensi-intervensi yang muncul yang Jujur, Adil dan Akuntabel (hal. 20-29).
akan merusak kualitas pemilu dan demokrasi. FISIP UMRAH: Konferensi Perkumpulan
Penggunaan Sipol hanya sebatas alat bantu Dekan Ilmu-ilmu Sosial PTN se-Indonesia
administratif dalam mencocokkan data-data (FISIP, FISIPOL, FIA, FIKOM dan STIA
persyaratan partai politik. Penggunaan sipol LAN).
oleh partai politik jangan mengesampingkan BBC. (2018, Maret 7). Bawaslu putuskan PKPI
berkas-berkas manual yang diberikan partai tak layak ikut Pemilu 2019, KPU ‘tetap
politik. Tentunya berkas manual harus cocok harus evaluasi diri’. Dipetik Desember
dengan data Sipol yang diinput oleh partai 13, 2018, dari BBC: https://www.bbc.
politik. Perlu upaya KPU dalam meningkatkan com/indonesia/indonesia-43305165
keamanan data sistem informasi kepemiluan.
Selain itu, transparansi data keanggotaan partai Birch, S. (2007). Electoral Systems and and
politik sehingga masyarakat bisa memberikan Electoral Misconduct. Comparative
tanggapan terhadap keanggotaan partai politik Political Studies, 40, (12), 1533–1556.
yang akan diverifikasi. doi:https://doi.org/10.1177/001041
Diperlukan integritas penyelenggara pemilu 4006292886
dalam memverifikasi partai politik baik itu KPU Birch, S. (2011). Electoral Malpractice. Oxford:
dan Bawaslu. Perlu dilakukan verifikasi faktual Oxford University Press.
kepengurusan, domisili kantor dan verifikasi
keanggotaan tanpa membedakan partai kecil dan Detik.com. (2017, November 13). Ini Penjelasan
partai besar secara proporsional dan berkeadilan. Kominfo soal Gangguan Sipol KPU yang
Dengan adanya integritas dalam verifikasi partai Diadukan Parpol. Dipetik 12 Maret
politik akan menghasilkan pejabat publik dari 2019, dari detik.com: https://news.detik.
partai politik yang kredibel dan berkualitas. com/berita/d-3725550/ini-penjelasan-
Sehingga pemilu yang diselenggarakan men- kominfo-soal-gangguan-sipol-kpu-yang-
dapatkan legitimasi yang kuat dari rakyat. Hasil diadukan-parpol
akhirnya tentu saja demokrasi yang berkualitas. Detik.com. (2018, Januari 17). KPU: Putusan
MK soal Verifikasi Parpol Harus
DAFTAR PUSTAKA Dilaksanakan di Pemilu 2019. Dipetik
10 Desember 2018, dari detik.com:
Amalia, L.S. (2013). Evaluasi Sistem Kepartaian https://news.okezone.com/read/2018/
di Era Reformasi. Jurnal Penelitian 01/17/337/1846388/kpu-putusan-
Politik, 10(2), 145-161. mk-soal-verifikasi-parpol-harus-
Anggraini, T. (2018, Januari 12). Keadilan dilaksanakan-di-pemilu-2019
Verifikasi Partai Politik. Dipetik 10 Detik.com. (2018, Februari 17). PBB dan PKPI
Desember 2018, dari Sindo New: Tak Lolos Verifikasi Peserta Pemilu
https://nasional.sindonews.com/ 2019. Dipetik 10 Desember 2018,
read/1273022/18/keadilan-verifikasi- dari detik.com: https://news.detik.com/
partai-politik-1515714811/15 berita/3871637/pbb-dan-pkpi-tak-lolos-
Ashari, I. (2018). Teknologi Informasi dan verifikasi-peserta-pemilu-2019
Peningkatan Transparansi, Partisipasi Detik.com. (2018, Februari 17). PBB dan PKPI
dan Akuntabilitas Dalam Pemilu (Studi Tak Lolos Verifikasi Peserta Pemilu 2019.
Kasus Desain Sistem Informasi Partai Dipetik 10 Desember 2018, dari Detik:
Politik Pemilu 2019). Fakultas Ilmu Sosial https://news.detik.com/berita/3871637/
dan Ilmu Politik, Departemen Politik dan pbb-dan-pkpi-tak-lolos-verifikasi-peserta-
Pemerintahan. Yogyakarta: Universitas pemilu-2019
Gajah Mada (UGM).
Dwipayana, A.A. (2009). Demokrasi Biaya
Asrinaldi. (2017). Partai Politik dan Keharusan Tinggi: Dimensi Ekonomi dalam Proses
Verifikasi: Membangun Tata Kelola Demokrasi Elektoral di Indonesia Pasca
Pemilu Serentak yang Berintegritas. Pelak- Orde Baru. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
sanaan Pilkada Serentak yang Sehat, Politik, 12, (3), 257-390.
28 Aldho Syafriandre, Aidinil Zetra, dan Feri Amsari

Electoral Integrity Group (UNDEF, Open Dihubungkan dengan Pencegahan


Society Foundation, tiri). (2011). Towards Korupsi Politik. Jurnal Mimbar Justitia, I,
an International Statement of The (02), 532-549.
Principles of Electoral Justice (The Accra Norris, P. (2004). Electoral Engineering : Voting
Guiding Prinsiple). Nairobi, Kenya: Rules and Political Behavior. Cambridge,
tiri. Dipetik 27 Maret 2019, dari https:// New York: Cambridge University Press.
integrityaction.org/sites/default/files/
publication/files/Accra%20Guiding%20 Okezone. (2018, Januari 17). KPU: Putusan MK
Principles.pdf soal Verifikasi Parpol Harus Dilaksanakan
di Pemilu 2019. Dipetik 10 Desember
Fahmi, K. (2016). Pemilihan Umum dalam 2018, dari Okezone: https://news.okezone.
Transisi Demokrasi. Jakarta: Raja com/read/2018/01/17/337/1846388/kpu-
Grafindo Persada. putusan-mk-soal-verifikasi-parpol-harus-
Harun, R. (2016). Rekonstruksi Kewenangan dilaksanakan-di-pemilu-2019
Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan PKPU Nomor 11 Tahun 2017. Pendaftaran,
Umum. Jurnal Konstitusi, 13(1), 1- 23. Verifikasi, dan Penetapan Partai Politik
Isra, S. (2012, Agustus 27). Keharusan Verifikasi Peserta Pemilihan Umum Anggota
Partai Politik. Dipetik 4 Maret 2019, dari Dewan Pemilihan Rakyat dan Dewan
https://www.saldiisra.web.id: https:// Perwakilan Rakyat Daerah. Jakarta:
www.saldiisra.web.id/index.php/tulisan/ Sekretariat Jenderal KPU.
artikel-koran/26-mediaindonesia/172- PKPU Nomor 5 Tahun 2018. Perubahan atas
keharusan-verifikasi-partai-politik.html Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Kompas. (2018, Januari 12). KPU Kaji Putusan Nomor 7 Tahun 2017 tentang Tahapan,
MK soal Verifikasi Faktual Parpol Peserta Program dan Jadwal Penyelenggaraan
Pemilu. Dipetik 12 Desember 2018, dari Pemilihan Umum Tahun 2019. Jakarta:
Kompas.com: https://nasional.kompas. Sekretariat Jenderal KPU.
com/read/2018/01/12/08405651/kpu- PKPU Nomor 6 Tahun 2018. Pendaftaran,
kaji-putusan-mk-soal-verifikasi-faktual- Verifikasi, dan Penetapan Partai Politik
parpol-peserta-pemilu. Peserta Pemilihan Umum Anggota
KPK. (2019, Maret 6). @official.kpk. Dipetik Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Maret 7, 2019, dari Instagram: www. Perwakilan Rakyat Daerah. Jakarta:
instagram.com/p/BuqqDroF0mA/ Sekretariat Jenderal KPU.
KPU. (2017). Buku Data dan Infografik Pemilu PKPU Nomor 7 Tahun 2017. Tahapan, Program
Anggota DPR RI dan DPD RI 2014. dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan
Jakarta: KPU. Umum Tahun 2019. Jakarta: Sekretariat
López-Pintor, R. (2010). Assessing Electoral Jenderal KPU.
Fraud in New Democracies: A Basic Prabowo, G. W. (2017). Integritas Pemilu :
Conceptual Framework. Washington, Proses Verifikasi Peserta Pemilu di KPUD
D.C: International Foundation for pada Pemilu Legislatif 2014. Jurnal
Electoral Systems. Retrieved Maret 12, Politik Indonesia, 2, (1), 45-56.
2019 Putra, I. M., Ariany, R., & Syahrizal, S. (2019).
Merdeka. (2017, Oktober 17). 27 Partai Politik Tata Kelola Verifikasi Partai Politik
Mendaftar di KPU. Dipetik 4 Maret 2019, Peserta Pemilihan Umum Tahun 2019 di
dari www.merdeka.com: https://www. Komisi Pemilihan Umum Kota Padang.
merdeka.com/politik/27-parpol-daftar- Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 9, (1),
ke-kpu-kelengkapan-berkas-ditunggu- 107-123. doi:https://doi.org/10.15575/
sampai-nanti-malam.html jispo.v9i1.4144
Mulyadi, D. & Aridhayandi, M.R. (2015, Republika. (2017, Oktober 10). Bawaslu:
Juli-Desember). Putusan Mahkamah Pendaftaran Peserta Pemilu 2019 Sebaik-
Konstitusi Tentang Pemilu Serentak nya Manual. Dipetik 5 Maret 2019, dari
Malapraktik dalam Proses Verifikasi Partai Politik di Indonesia: Studi pada Pemilihan Umum 2019 29

republika.co.id: https://www.republika. Syahda, A. (2018, Januari 18). Putusan


co.id/berita/nasional/politik/17/10/10/ MK dan Oligarki Partai. Dipetik 6
oxl2vq335-bawaslu-pendaftaran-peserta- Januari 2019, dari sindonews.com:
pemilu-2019-sebaiknya-manual https://nasional.sindonews.com/
Riwanto, A. (2015). Korelasi Pengaturan Sistem read/1274554/18/putusan-mk-dan-
Pemilu Proporsional Terbuka Berbasis oligarki-partai-1516212749/
Suara Terbanyak dengan Korupsi Politik Tempo. (2018, April 11). Gugatan Dikabulkan
di Indonesia. Yustisia, 4, (1), 89-102. PTUN, PKPI Akan Ikut Pemilu 2019.
Setiawan, W. (2017, November 07). Bukan Dipetik 14 Desember 2018, dari Tempo:
Sipol KPU yang Bermasalah tapi https://nasional.tempo.co/read/1078423/
Dokumen Parpol yang Tidak Lengkap. gugatan-dikabulkan-ptun-pkpi-akan-ikut-
Dipetik 7 November 2017, dari Kantor pemilu-2019/full&view=ok
Berita Politik RMOL: https://www. Tirto.id. (2018, April 14). Bawaslu Akui Kecewa
rmol.co/read/2017/11/07/314188/ Putusan PTUN Loloskan PKPI Jadi
Wahyu-Setiawan:--Bukan-Sipol-KPU- Peserta Pemilu. Dipetik 13 Desember
Yang-Bermasalah,-Tapi-Dokumen- 2018, dari Tirto.id: https://tirto.id/bawaslu-
Parpol-Tidak-Lengkap- akui-kecewa-putusan-ptun-loloskan-
Sindo. (2018, Januari 20). Sindo News. Dipetik pkpi-jadi-peserta-pemilu-cHKL
5 Januari 2019, dari Verifikasi Sampling Tribun News. (2018, Maret 4). PBB dianggap
Melanggar Konstitusi: https://nasional. tidak memenuhi syarat (TMS) verifikasi
sindonews.com/read/1275239/12/ di Kabupaten Manokwari Selatan,
verifikasi-sampling-dinilai-melanggar- Papua Barat yang mengakibatkan tidak
konstitusi-1516424403/ memenuhi syarat verifikasi di Provinsi
Surbakti, R. (2015). Naskah Akademik dan Papua Barat. Dipetik 13 Desember
Draft RUU Kitab Hukum Pemilu : Usulan 2018, dari Tribun News: http://www.
Masyarakat Sipil. Jakarta: Kemitraan. tribunnews.com/nasional/2018/03/04/
bawaslu-putus-sengketa-pbb-optimis-
Surbakti, R., Karim,A. G., Nugroho, K., Fitrianto, lolos-ke-pemilu-2019
H., & Sujito, A. (2014). Integritas Pemilu
2014 : Kajian Pelanggaran, Kekerasan Vickery, C., & Shein, E. (2012). Assessing
dan Penyalahgunaan Uang pada Pemilu Electoral Fraud in New Democracies:
2014. Jakarta: Kemitraan. Refining the Vocabulary. Washington,
DC: International Foundation for Electoral
Surbakti, R., Supriyanto, D., & Asy’ari, H. Systems (IFES). Retrieved Maret 12, 2019
(2011). Merancang Sistem Politik
Demokratis. Jakarta: Kemitraan. Zuhri, S. (2018). Proses Politik. Jurnal Wacana
Politik, 3(2), 94-107. doi:10.24198/jwp.
v3i2.17670

Anda mungkin juga menyukai