Anda di halaman 1dari 4

AHMAD DANI RAMADLAN 042035544

PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI ERA REFORMASI

DALAM ASPEK SISTEM POLITIK

A. PENDAHULUAN
Indonesia pasca Orde Baru mengalami perubahan dalam penerapan sistem politik,
dari sistem politik otoritarian ke sistem politik demokratis. Dengan diterapkan sistem
demokratis memberikan perubahan terhadap dinamika kehidupan politik. Di antara
perubahan yang terjadi adalah jaminan kebebasan berekspresi dan berasosiasi untuk
mendirikan dan atau membentuk partai politik (parpol). Tidak seperti era sebelumnya,
pada masa pasca Orde Baru ini yang disebut sebagai era reformasi, setiap kelompok atau
golongan bebas membentuk dan mendirikan parpol serta tidak ada pembatasan jumlah
partai politik.
Pada awal reformasi jumlah parpol yang didirikan mencapai 184 partai, dan 141
di antaranya memperoleh pengesahan sebagai badan hukum. Dari jumlah tersebut, yang
memenuhi syarat untuk ikut Pemilu 1999 hanya 48 parpol. Menghadapi Pemilu 2004,
jumlah parpol yang dibentuk semakin banyak. Ada sekitar lebih dari 200 parpol yang
berdiri. Dari jumlah parpol sebanyak itu hanya 50 parpol yang memperoleh pengesahan
sebagai badan hukum dan hanya 24 parpol yang ikut Pemilu 2004.
Persoalan yang muncul terkait dengan banyaknya parpol yang dibentuk dan
mengikuti pemilu tersebut tidak berbanding lurus dengan fungs-fungsi yang diembanya.
Keberadaan partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi yang memperjuangkan
aspirasi dan kepentingan rakyat, melakukan pendidikan politik, dan penyelesaian konflik,
belum dijalankan dengan maksimal. Berbagai survey yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga survey, publik kecewa dan tidak puas terhadap eksistensi parpol. Partai politik
yang ada sangat mengecewakan rakyat karena tidak memperjuangkan aspirasi dan
kepentingan rakyat, tetapi sebaliknya memperjuangkan kepentingan partai dan
kelompoknya.[1]
AHMAD DANI RAMADLAN 042035544

B. PEMBAHASAN
Dalam pembahasan materi kali ini adalah mengenai aspek sistem pada partai politik
di era globalisasi, atau disebut juga dengan keabsahan (legitimacy) para otoritas politik.
Jika dilihat dari tujuan umum partai politik adalah : Mewujudkan cita-cita nasional
bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945; Menjaga dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia; ... Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia.[2] Sudah semestinya jika warganegara bersedia mematuhi aturan perundang-
undangan yang di buat penguasa dan melaksanakannya dengan rasa tanggungjawab agar
otoritas politik tersebut dianggap absah dimata negara. [3]

1. KEWAJIBAN PARTAI POLITIK UNTUK MENAATI ATURAN NEGARA


Di dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik
menjelaskan tentang berbagai ketentuan-ketentuan partai politik. Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dibentuk antara lain dengan pertimbangan
untuk menampung dinamika dan perkembangan masyarakat yang majemuk guna
meningkatkan peran, fungsi dan tanggung jawab partai politik dalam kehidupan
demokrasi. [4]

2. KENDALA – KENDALA DALAM PROSES ASPEK SISTEM


Namun dalam proses perwujudan hal tersebut pasti tidak berjalan mulus sesuai
dengan harapan kita, berikut adalah hambatan dalam verifikasi partai politik :
1. Ketidakpatuhan Partai Politik dalam penyerahan dokumen persyaratan sesuai jadwal
tahapan;
2. Konspirasi (termaksud suap) Partai Politik calon peserta dengan KPU dalam
pelaksanaan verifikasi;
3. Dualisme kepemimpinan Partai Politik;
4. Pemenuhan keterwakilan perempuan berdasarkan kebutuhan verifikasi Partai Politik
diluar jadwal;
5. Verifikasi Partai local Aceh;
AHMAD DANI RAMADLAN 042035544

6. Verifikasi faktual keberadaan Kantor Partai Politik calon peserta ditingkat Provinsi,
kabupaten, dan Kota;
7. Pemenuhan susunan kepengurusan berdasarkan verifikasi Partai Politik;
8. Tidak adanya verifikasi faktual terkait keterpenuhan syarat memiliki 50%
kepengurusan ditingkat kecamatan;
9. Ketertutupan metodologi sampling yang digunakan oleh KPU dalam melakukan
verifikasi factual jumlah keanggotaan disetiap Kabupaten/Kota;
10. Banyaknya pendaftaran Partai dan penyerahan kelengkapan persyaratan pada hari
terakhir pendaftaran Partai Politik calon peserta Pemilu;
11. Keterpenuhan persyaratan administrasi dan faktual (kelengkapan dan keabsahan)
Partai Politik calon peserta Pemilu; dan
12. Kelayakan Partai politik menjadi peserta. Aspek paling krusial dalam tahapan
verifikasi adalah implementasi di lapangan terutama dalam hal pelaksanaan penelitian
factual terhadap kepengurusan Partai Politik sampai tingkat kecamatan, keterwakilan
30 % perempuan dalam kepengurusan, dan keanggotaan Partai Politik di tingkat
kabupaten/kota. [5]

3. SOLUSI DALAM MENGHADAPI KENDALA DALAM ASPEK SISTEM


Dalam kaitan ini, pastinya sudah ada strategi yang di siapkan, diantaranya :
1. pengawasan yang secara garis besar difokuskan pada hal penyiapan struktur pengawas
Pemilu sampai tingkat terendah,
2. Penguatan Posko Awaslupadu, dan
3. peningkatan partisipasi massyarakat dalam pengawasan verifikasi Partai Politik. Untuk
dapat melakukan pengawasan tersebut Bawaslu telah melakukan pertemuan dan diskusi
dengan banyak stakeholders seperti KPU, Pemantau, dan pakar, Panwaslukada, dan lain
institusi terkait lainnya. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan pengawasan verifikasi
Partai Politik dapat berjalan optimal sehingga hak konstitusional Partai Politik peserta
Pemilu dapat terpenuhi dengan baik. [6]
AHMAD DANI RAMADLAN 042035544

C. KESIMPULAN
Dalam perkembangan aspek system pada partai politik di era reformasi banyak
mengalami perkembangan yang signifikan karena sudah memiliki rasa tanggungjawab
akan pentingnya keabsahan dalam pengakuan kepada negara. Namun pastinya proses
tersebut belum berjalan dengan maksimal, banyak kendala-kendala yang menjadi
hambatan pemerintah dalam menjalankan tugasnya, hanya saja kendala tersebut sudah di
antisipasi sejak dini oleh pemerintah. Oleh karena itu pemerintah hanya butuh
pemantapan dalam menjalankan proses keabsahan partai politik tersebut.

Sumber :

[1] https://jurnal.dpr.go.id/index.php/politica/article/view/292/229

[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_politik

[3] ISIP4212/MODUL 4

[4] http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/508-paradigma-baru-uu-no-2-tahun-2008-
tentang-partai-politik.html

[5][6] https://www.bawaslu.go.id/id/press-release/potensi-kerawanan-verifikasi-partai-politik

Anda mungkin juga menyukai