Anda di halaman 1dari 20

Nama : Aulia Thaariq Akbar

NIM : 072011333081
Prodi : Ilmu Poltik
Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik

1. Konsep Partai Politik. Jawablah pertanyaan berikut:


(a) Diskripsikanlah apa itu Partai Politik. {Yang diminta bukan definisi melainkan konseptualisasi}.
Dalam diskripsi tersebut sekurang-kurangnya terkandung 3 (tiga) unsur penting.
(b) Semua negara demokrasi memiliki 2 (dua) atau lebih Partai Politik. Mengapa Partai Politik
mutlak diperlukan untuk berfungsinya Sistem Politik Demokrasi? {jawaban atas pertanyaan
mengapa merujuk baik pada alasan (sebab) maupun pada tujuan (agar).
(c) Mengapa Partai Politik saja tidak cukup untuk membuat Sistem Politik Demokrasi berfungsi?
Faktor apa lagi yang diperlukan selain Partai Politik?
(d) Sebutkanlah nama-nama Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2019, dan nama-nama Partai
Politik Peserta Pemilu yang tidak diikutkan dalam pembagian kursi di setiap Daerah Pemilihan
Anggota DPR.

a.
Dari berbagai pendapat ilmuwan politik, seperti Carl Friendrich, Soltau bisa dikonseptualisasikan
bahwa partai politik adalah kelompok anggota yang terorganisasi secara rapi dan stabil yang
dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, berusaha mencari dan mempertahankan
kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna melaksanakan alternatif kebijakan
umum yang mereka susun (Surbakti, 2010: 148).

b.
Partai politik merupakan bagian dari sistem politik demokrasi sehingga sistem politik demokrasi
akan berjalanan apabila partai politik itu menjalankan sesuai fungsi-fungsinya. Fungsi-fungsi
partai politik diantaranya adalah sosialisasi politik, rekrutmen politik, partisipasi politik, pemadu
kepentingan, komunikasi politik, peengendalian konflik, dan kontrol politik
Berikut alasan yang membuat fungsi-fungsi dari partai politik ini mutlak diperlukan untuk
berfungsinya sistem politik demokrasi:

1. Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik bertujuan agar masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan
politik yang berlangsung dalam masyarakat. Hal tersebut sangat diperlukan karena dalam sistem
politik demokrasi masyarakat harus tahu nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik
negaranya dan itu dapat diwujudkan dengan sosialisasi politik (Surbakti, 2010: 149—150).

2. Rekrutmen Politik

Fungsi rekrutmen politik ini adalah mendidik kader, menetapkan posisi, dan menyiapkan kader
untuk melaksanakan sejumlah peranannya dalam sistem politik atau pemerintahan sehingga
sangat penting bagi keberlangsungan sistem politik demokrasi sebab jika tidak ada elite atau
orang yang mampu melaksanakan peranannya, keberlangsungan sistem politik akan terancam.
Oleh karena itu, partai politik hadir sebagai wadah agar orang/elite dapat menjalankan
peranannya dalam sistem politik demokrasi (Surbakti, 2010: 150—151).

3. Partisipasi Politik

Dalam sistem politik demokrasi sangat diperlukan adanya partisipasi politik dari warga negara.
Oleh karena itu partai politik memberikan kesempatan, mendorong, dan mengajak para anggota
masyarakat untuk menggunakan partai politik sebagai saluran kegiatan memengaruhi proses
politik karena sistem politik demokrasi sangat erat kaitannya dengan partisipasi masyarakat
umum, baik itu dalam pembuatan/pelaksanaan kebijakan maupun menentukan pemimpin di
pemerintahan (Surbakti, 2010: 151).

4. Pemadu Kepentingan

Fungsi pemadu kepentingan sangatlah menonjol dalam sistem politik demokrasi. Dalam sistem
politik demokrasi, terdapat berbagai kepentingan yang berbeda bahkan acap kali bertentangan
sehingga partai politik dibentuk supaya dapat menampung, menganalisis, dan memadukan
berbagai kepentingan yang berbeda untuk dijadikan sebagai alternatif kebijakan umum (Surbakti,
2010: 151—152).
5. Komunikasi Politik

Dalam sistem politik demokrasi, komunikasi antara pemerintah dan masyarakat sangatlah
dibutuhkan supaya masyarakat tahu dan paham kebijakan yang telah dibuat pemerintah. Begitu
juga sebaliknya, dengan adanya komunikasi politik, masyarakat dapat memberikan aspirasinya
kepada pemerintah. Semua komunikasi tersebut, partai politiklah yang menjadi perantaranya.
Partai politik tidak menyampaikan begitu saja informasi dari pemerintah kepada masyarakat atau
dari masyarakat kepada pemerintah, tetapi merumuskan sedemikian rupa agar dapat mudah
dipahami dan dimanfaatkan sehingga komunikasi politik antara pemerintah dan masyarakat
dapat berlansung secara efektif melalui partai politik (Surbakti, 2010: 152—153).

6. Pengendalian Konflik

Masyarakat di negara yang menggunakan sistem politik demokrasi berhak menyampaikan dan
memperjuangkan aspirasi maupun kepentingannya, hal tersebut membuat konflik sering muncul.
Partai politik berfungsi untuk mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihak-pihak
yang berkonflik, menampung, dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak
yang berkonflik (Surbakti, 2010: 153—154).

7. Kontrol Politik

Fungsi kontrol poltik merupakan salah satu mekanisme dalam sistem politik demokrasi untuk
memperbaiki dan memperbaharui dirinya secara terus menerus. Tujuan kontrol politik dalam
sistem politik demokrasi yaitu meluruskan kebiajakan yang menyimpang dan memperbaiki yang
keliru sehingga kebijakan dan pelaksanaanya berjalan dengan semestinya (Surbakti, 2010: 1514).

c.
Mengutip dari Buku Merancang Sistem Politik Demokratis Menuju Pemerintahan Presiedensial
yang Efektif, selain partai politik, berikut beberapa faktor yang diperlukan untuk membuat sistem
politik demokrasi, diantaranya adalah:

1. Sistem Partisipasi Politik Warga Negara

Sistem partisipasi politik harus memungkinkan warga negara yang berhak memilih berpartisipasi
secara efektif dalam proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan politik, seperti sistem
konversi suara rakyat yang melindungi suara pemilih dari segala penyimpangan dan manipulasi
sehingga hasil pemilu sesuai dengan fakta.

2. Sistem Kepartaian Pluralisme Moderat

Sistem kepartaian pluralisme moderat dipandang lebih tepat dalam sistem poltik demokrasi,
dibandingkan dengan sistem kepartian pluralisme ekstrem. Sistem kepartaian pluralisme moderat
dipandang lebih tepat dalam sistem politik demokrasi karena koalisi parpol yang memerintah dan
koalisi parpol yang menjadi oposisi lebih mudah dibentuk, perbedaan kepentingan masih
mendapat saluran yang memadai, dan berbagai produk perundang-undangan juga masih dapat
dicapai melalui koalisi parpol.

3. Sistem Perwakilan Politik

Selain partai politik, yang diperlukan dalam sistem politik demokrasi yaitu keseimbangan
keterwakilan penduduk (DPR) dengan keterwakilan daerah (DPD) untuk mewujudkan keadilan
sosial dan keadilan teritorial. Kepentingan pendudku dan kepentingan wilayah harus diwadahi
secara terpisah sehingga dapat berfungsi secara efektif dalam proses pembuatan keputusan poltik
secara nasional.

4. Pemerintahan Presidensial yang Efektif

Dalam sistem politik demokrassi, rawannya penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh
pemerintah membuat perlu adanya pemerintahan presidensial yang efektif. Pemerintah yang
mendapat dukungan mayoritas anggota DPR dapat saja menyalahgunakan kekuasaan karna
eksekutif dan legislatif dipegang oleh koalisasi parpol yang sama, oleh karna itu dapat dicegah
melalui penggunaan kekuasaan yang transparan dan akuntabel baik secara politik maupun hukum.

5. Pemerintahan Daerah yang Efektif

Pemerintah daerah (provinsi, kabupaten, dan kota) yang diberian otonomi untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahannya sendiri harus mewujudkan kehendak rakyat dalam urusan
pemerintahan.
d.

Berikut nama-nama partai politik peserta pemilu tahun 2019 sekaligus partai yang tidak diikutkan
dalam pembagian kursi di setiap daerah pemilihan anggota DPR:
1. PDI-P
2. Partai Golkar
3. Partai Gerindra
4. Partai Nasdem
5. Partai Kebangkitan Bangsa
6. Partai Demokrat
7. Partai Keadilan Sejahtera
8. Partai Amanat Nasional
9. Partai Persatuan Pembangunan
10. Partai Berkarya
11. Partai Solidaritas Indonesia
12. Partai Hanura
13. Partai Bulan Bintang
14. Partai Perindo
15. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
16. Partai Garuda

Partai yang tidak diikutkan dalam pembagian kursi di setiap daerah:


1 Partai Berkarya
2. Partai Solidaritas Indonesia
3. Partai Hanura
4. Partai Bulan Bintang
5. Partai Perindo
6.. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
7. Partai Garuda
Sumber: Farisa, Fitria. 2019. https://nasional.kompas.com/read/2019/08/31/11152361/hasil-
lengkap-perolehankursi-dpr-2019-2024?page=all (diakses 16 Januari 2021)

2. Sistem Perwakilan Kepentingan dan Sistem Perwakilan Politik. Jawablah pertanyaan berikut ini:
(a) Diskripsikan perbedaan kedua konsep Sistem Perwakilan ini, termasuk berbagai tipe Sistem
Perwakilan Kepentingan dan berbagai tipe Sistem Perwakilan Politik;
Hal 129
(b) Sebutkan sekurang-kurangnya 3 Kelompok Kepentingan yang pernah menyampaikan
kepentingannya kepada Pemerintah dan DPR (dari berita Surat Kabar), dan sebutkan dua
lembaga perwakilan baik yang mewakili rakyat maupun yang mewakili provinsi.
gampang
(c) Apa kontribusi kedua Sistem Perwakilan ini sehingga dipandang penting bagi berfungsinya
Sistem Politik Demokrasi?
(d) Mengapa seseorang dapat menjadi fungsionaris kedua Sistem Perwakilan ini atau setidak-
tidaknya pernah menjadi fungsionaris suatu Kelompok Kepentingan sebelum menjadi anggota
DPR. Diskripsikan keterkaitan kedua Sistem Perwakilan ini dalam proses pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan publik.

a.
Sistem perwakilan kepentingan adalah pengaturan mengenai karakteristik organisasi dan pola
hubungan kewenangan dengan pemerintah. Tipe sistem perwakilan kepentingan dibagi menjadi
dua, pluralisme dan korporatisme (Surbakti, 2010: 131).

Pluralisme adalah sistem yang memunginkan semua kepentingan dalam masyarakat bersaing
secara bebas untuk memengaruhi proses politik sehingga tercegah terjadinya suatu kelompok
mendominasi kelompok lain dan keputusan politik yang penting dapat dipengaruhi secara efektif
melalui kelompok yang terorganisasi secara baik (Surbakti, 2010: 131).

Korporatisme yaitu upaya ganda untuk menghubungkan pemerintah dan masyarakat, yaitu
penegaraan berbagai kegiatan organisasi kemasyarakatan, dan privasi beberapa urusan
keneegaraan (Surbakti, 2010: 133).
Sistem perwakilan politik adalah sistem dalam pemerintahan luas yang merepresentasikan atau
mewakili rakyat yang diwakilkan oleh wakil rakyat (pejabat) dan biasanya melalui eksektutif
(kepala daerah, wali kota, dll) maupun legislatif (DPR, MPR, DPD).

Tipe sistem perwailan politik juga dibagi menjadi dua, yaitu representativness (keterwakilan) dan
akuntabilitas.
Representativness diwakili partai dan menggunaan sistem pemilu proporsional daftar calon
partai, sedangkan Akuntabilitas diwakili anggota dewan dan menggunakan sistem pemilu
mayoritarian atau pluralitas (first pass the post).

b.
1. Komnas Perempuan yang mengusulkan agar RUU PKS untuk segera disahkan.
2. Aliansi Serikat Pekerja dan Serikat Buruh yang menyampaikan menolak RUU Cipta Kerja.
3. 260 musisi yang tergabung dalam Koalisi Nasional Tolak RUU Permusikan, yang menyatakan
penolakan terhadap pengesahan draf RUU Permusikan.

c.

Di negara yang menerapkan sistem politik demokrasi tentunya kedua sistem perwakilan ini
sangatlah penting. Sistem politik demokrasi memberikan kebebasan kepada setiap warga
negaranya untuk berpartisipasi aktif dalam menentukan pemimpin mereka, kebijakan yang
mempengaruhi mereka, mengawasi pemimpin mereka, dan sebagainya. Oleh karena itu mereka
membutuhkan wadah supaya dapat menjalanan hak-haknya sehingga terbentuklah kedua sistem
perwakilan tersebut (sistem perwakilan kepentingan dan sistem perwakilan kepentingan) yang
tujuannya untuk memenuhi hak warga negaranya dalam berpartisipasi aktif di lingkup negara
(pemerintahan)

d.

Seseorang yang sebelumnya pernah menjadi fungsionaris baik di sistem perwakilan maupun
kelompok kepentingan maka dia setidaknya sudah mempunyai nama atau bisa dikatakan
mempunyai pengaruh dalam masyarakat luas dan terlebih lagi orang tersebut tentunya juga sudah
memiliki kepentingan yang akan dituju.
Dari situlah dia dapat memanfaatkannya untuk menjadi alat legitimasi di DPR karena dia sudah
mempunyai nama yang besar atau dia sudah mempunyai kepentingan yang mewakili suatu
kelompok masyarakat. Semua itu dia bisa manfaatkan untuk memperoleh suara dan jika nantinya
terpilih sebagai anggota DPR, dia bisa melanjutkan mencapai kepentingannya dalam ranah yang
lebih luas di parlemen.

3. Perilaku Politik dan Partisipasi Politik. Jawablah pertanyaan berikut:


(a) “Perilaku Politik adalah Partisipasi Politik tetapi Partisipasi Politik belum tentu Perilaku Politik.”
Apakah pernyataan tersebut benar, dan bila benar jelaskan alasannya. Bila pernyataan tersebut
tidak benar, kemukakanlah rumusan pernyataan yang benar beserta penjelasannya.
(b) Kemukakanlah sekurang-kurangnya 2 (dua) contoh Perilaku Politik, dan sekurang-kurangnya 2
(dua) contoh Partisipasi Politik. Kemukakanlah alasan setiap jawaban!
(c) “Peminpin Politik adalah Elit Politik tetapi Elit Politik belum tentu Peminpin Politik.” Apakah
pernyataan ini benar, dan bila benar jelaskanlah alasannya. Bila pernyataan itu tidak benar,
kemukakanlah rumusan pernyataan yang benar beserta penjelasannya.
(d) Kemukakanlah suatu klasifikasi model partisipasi politik berdasarkan 2 (dua) kriteria, yaitu
Kesadaran Politik dan Kepercayaan kepada Pemerintah.

a.
Benar, partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai
kewenangan) dalam memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik,
sedangkan perilaku politik adalah kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan politik yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. (Surbakti, 2010:
180).

Oleh karena itu, perilaku politik sudah pasti partisipasi politik karena di dalam perilaku politik
terdapat masyarakat ( warga negara yang tidak mempunyai wewenang) yang terdapat juga dalam
partisipasi politik. Namun, belum tentu partisipasi politik termasuk perilaku politik karena perilaku
politik juga melibatkan pemerintah (yang mempunyai wewenang), sedangkan di dalam partisipasi
politik tidak ada pemerintah, melainkan hanya warga negara yang tidak mempunyai wewenang.
b.
Contoh perilaku politik:
1. Ikut menjadi kader partai politik. Menjadi kader politik termasuk perilaku politik karena
nantinya kader bisa memberian pengaruh dalam keputusan partainya yang nantinya meluas
menjadi keputusan politik.

2. Mengikuti kampanye partai politik. Mengikuti kampanye bisa termasuk dalam perilaku politik
karena ketika kita sebagai masyarakat telah masuk kedalam kegiatan politik yang diselenggarakan
oleh partai politik atau calon pemimpin guna memenuhi atau memenangkan kontestasi politik.

Contoh partisipasi politik:


1. Memilih calon presiden dalam Pemilu. Bisa dikakatan partisipasi politik karena ini sesuai
dengan pendapat Milbrath dan Goel yang membedakan partisipasi menjadi beberapa kategori,
salah satunya ada spektator, artinya orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam
pemilihan umum (Surbakti, 2010: 183).

2. Mengikuti demonstrasi atau unjuk rasa. Demonstrasi dapat dikatan sebagai partisipasi politik
karena demonstrasi termasuk partisipasi politik secara kolektif yang artinya kegiatan warga negara
secara serentak untuk memengaruhi penguasa (Surbakti, 2010: 183).

c.
Pernyataan tersebut menurut saya benar karena kepemimpinan termasuk dari bagian kekuasaan,
tetapi belum tentu sebaliknya. Seseorang yang memiliki kepemimpinan sudah pasti memiliki
pengaruh dan dia menggunakan pengaruhnya untuk kepentingan umum, sedangkan seseorang
yang memiliki kekuasaan juga memiliki pengaruh bedanya dia belum tentu menggunakan
pengaruhnya untuk kepentingan umum (Surbakti, 2010: 171).

Dari situ kita bisa simpulkan bahwa pemimpin politik dengan elit politik sebenarnya sama-sama
mempunyai pengaruh, tetapi yang membedakannya adalah pemimpin politik menggunakan
pengaruh tersebut untuk kepentingan umum dan elite politik belum tentu menggunakan
pengaruhnya. Sehingga pernyataan tersebut benar, pemimpin politik sudah pasti elite politik
karena sama-sama mempunya pengaruh, tetapi elite politik belum tentu pemimpin politik karena
elite politik belum tentu mau menggunakan pengaruhnya.

d.
Menurut Paige, klasifikasi model partisipasi politik berdasarkan kesadaran politik dan
kepercayaan kepada pemerintah terbagi menjadi empat tipe, diantaranya adalah:

1. Partisipasi aktif, kesadaran politik tinggi dan kepercayaan kepada pemerintah tinggi
2. Apatis, kesadarasan politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah
3. Militan radikal, kesadaran politik tinggi, tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah
4. Tidak aktif, kesadaran politik rendah dan kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi

Kedua faktor diatas (tinggi rendahnya kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah)
bukan berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi faktor lain, seperti status sosial, ekonomi, afiliasi politik
orang tua, pengalaman berorganisasi) (Surbakti, 2010: 184—185).

4. Konflik dan Proses Politik. Jawablah pertanyaan berikut:


(a) Apakah kemajemukan horizontal dan/atau kemajemukan vertikal dengan sendirinya akan
menimbulkan konflik politik? Dalam kondisi apa kemajemukan itu akan melahirkan konflik politik?
(b) Diskripsikanlah perbedaan konsep konflik politik dari konsep konflik nonpolitik. Sebutkanlah 2
(dua) contoh konflik nonpolitik yang berubah menjadi konflik politik.
(c) Mengapa Pemilu Presiden ataupun Pemilu Kepala Daerah digolongkan sebagai struktur konflik
zero-sum sedangkan Pemilu anggota DPR dan DPRD di Indonesia digolongkan sebagai
struktur konflik non zero-sum? Sebutkah satu contoh konflik politik tetapi diluar Pemilu yang
termasuk struktur konflik zero sum dan satu contoh konflik politik yang termasuk non zero-sum.
(d) Konflik dalam politik merupakan keniscayaan dan yang dilakukan sistem politik adalah
mengelola konflik agar tidak merusak sistem politik. Jelaskanlah pengertian mengelola konflik
dipandang dari pendekatan
kelembagaan disertai 2 contoh empiris yg terjadi di Indonesia.

a.
Kemajemukan horizontal dan vertikal tidak dengan sendirinya menimbulkan konflik politk karena
masyarakat masih dapat menerima perbedaan-perbedaan yang ada.

Beberapa kondisi yang melahiran konflik politik:

1. Konflik yang terjadi ketika masing-masing kelompok saling memperebutkan sumber yang sama,
seperti kekuasaan, kekayaan, kesempatan, dan kehormatan.
2. Konflik yang terjadi karena benturan kepentingan.
3. Konflik yang terjadi jika ada pihak yang merasa diperlakukan tidak adil dan menyentuh titik
kemarahan pihak lain (Surbakti, 2010: 194—195).

b.
Konflik merupakan kondisi pertikaian atau pertentangan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok. Konflik ini tidak selalu berkaitan dengan politik karena belum tentu pihak yang
berkonflik terdapat muatan atau unsur politiknya, bisa jadi hanya perbedaan pendapat semata.

Perbedaan konsep konflik politik dari konsep konflik nonpolitik bisa dilihat dari mekanisme
pengaturannya. Konflik politik mekanisme pengaturannya melalui proses politik, sedangkan
konflik nonpolitik mekanisme pengaturnannya tidak melalui proses politik (Surbakti, 2010: 192).

Bisa kita lihat contohnya jika konflik nonpolitik biasanya mereka berselisih dan penyelesaian
masalahnya dari mereka sendiri apabila memakai pihak ketiga pun tidak berasal dari lembaga
pemerintah (pihak pemerintah). Namun, jika konflik politik, mereka akan melibatkan pihak ketiga
yang berasal dari lembaga pemerintah untuk menyelesaikan kedua belah pihak yang berselisih dan
biasanya konflik politik ini sifatnya beraspek politik karena melibatkan langsung lembaga-
lembaga politik dan pemeringahan (Surbakti, 2010: 192).

Contoh konflik nonpolitik yang berubah menjadi konflik politik:

1. Perselisihan antara buruh dan majikan yang pada hakikatnya bukan urusan lembaga politik,
tetapi karena perselisihan tidak mencapai kesepakatan akhirnya pemerintah sebagai mediator
maupun arbitrator membantu menyelesaikan perselisihannya.
2. Konflik antar kedua belah pihak yang sebenarnya tidak ada aspek politiknya, tetapi jika tidak
ditangani maka akan berdampak kepada masyarakat umum sehingga pemerintah harus turun
tangan menyelesaikan konflik tersebut secara cepat dan tetap.

c.
Pemilihan presiden dan wakil presiden digolongkan sebagai zero-sum karena pihak yang
berkonflik tidak seluas atau sebanyak calon legislatif (DPR atau DPRD) sehingga ketika pemilihan
presiden dan wakil presiden sangatlah minim untuk upaya berkompromi hanya ada yang menang
dan kalah. Pemilihan presiden dan wakil presiden biasanya juga saling bertarung dengan ideologi
atau gagasan yang berbeda sehingga tidak mungkin untuk berkompromi karena akan berbenturan
dengan gagasan masing-masing.

Berbeda dengan pemilihan DPR atau DPRD, karena banyaknya pihak yang berselisih maka sangat
memungkinkan untuk adanya kompromi dan biasanya pihak yang berselisih juga merupakan satu
partai sehingga memungkinkan untuk melakukan kerja sama atau kompromi. Pemilihanm DPR
atau DPRD suara partai juga sangatlah diperlukan sehingga jika ada pihak yang kalah dengan
lawannya itu tidak masalah apabila masih satu partai karena partai juga menjadi penentu di
parlemen. Itulah mengapa pemilihan DPR atau DPRD termasuk dalam non zero-sum.

Contoh konflik politik zero sum adalah konflik Israel dengan Palestina atau China dengan Amerika
Serikat. Kedua negara tersebut tidak ingin adanya upaya rekonsiliasi untuk damai sehingga yang
ada hanya menang dan kalah, sedangkan konflik politik non zero-sum adalah ketika para kader
termasuk pengurus partai melakukan rapat internal partainya, disitu pasti akan muncul perdebatan
sehingga akan dicarikan solusinya yang dapat mencakup semua perbedaan pendapatnya.

d.
Mengelola konflik dipandang dari pendekatan kelembagaan artinya negara (pemerintah) sebagai
penyelenggara berperan untuk menyelesaikan konflik atau mengelola konflik. Dalam
pelaksanaannya, biasanya pemerintah mengelola konflik salah satunya dengan menggunakan
undang-undang. Undang-undang tersebut nantinya digunakan sebagai pemerintah untuk
menyelesaikan atau mengelola pihak-pihak yang berkonflik.

Contoh empiris yang terjadi di Indonesia:


1. Konflik Sengketa Tanah
Konflik sengketa tanah sangatlah sering terjadi, seperti contohnya penggusuran pemukiman
kumuh atau tak berizin. Biasanya konflik ini dipicu karena masyarakat yang lahannya akan digusur
berdalih bahwa sudah lama tinggal disini walaupun mereka tidak memiliki izin atas lahan yang
dihuninya. Pemerintah dalam penanganan konflik ini memberikan pemahaman adanya undang-
undang yang mengatur tempat tinggal mereka dan memberikan solusi berupa pemindahan lahan
atau ganti lahan untuk dihuni atau memberikan pemukiman baru didaerah yang berbeda.

2. Konflik antar Suku


Konflik antar suku juga menjadi salah satu konfli sering yang terjadi di Indonesia. Perang Sampit
adalah salah satu contohnya, konflik antara suku Dayak dengan suku Madura. Konflik ini biasanya
diselesaikan pemerintah dengan berlandangsakan undang-undang tentang konflik sosial.
Pemerintah biasanya akan memidiasi antar pihak yang berkonflik terlebih dahulu, sebelum
merambah ke ranah hukum (undang-undang).

5. Keputusan Politik dan Kebijakan Publik. Jawablah pertanyaan berikut:


(a) “Keputusan Politik adalah Kebijakan Publik tetapi Kebijakan Publik belum tentu Keputusan
Politik.” Apakah pernyataan ini benar, dan kalau benar jelaskan alasannya. Bila pernyataan itu
tidak benar, kemukakanlah rumusan pernyataan yang benar beserta alasannya.
(b) Jelaskanlah faktor apa sajakah yang membedakan Kebijakan Regulatif, Kebijakan Redistributif,
Kebijakan Distributif, dan Kebijakan Konstituen? Sebutkanlah sebuah contoh kebijakan publik
untuk masing-masing tipe kebijakan.
(c) “Makin sedikit orang yang harus ikut membuat keputusan, maka kebijakan publik yang
diputuskan cenderung mendasar dan komprehensif.” Sebaliknya “makin banyak orang yang
harus ikut membuat keputusan (agar keputusan sah), maka kebijakan publik yang diputuskan
cenderung tidak mendasar karena merupakan kumpulan keinginan.” Kemukakanlah tanggapan
Sdr. (setuju atau tidak setuju) terhadap kedua pernyataan tersebut beserta argumentasi
masing-masing.
(d) Sebutkan sekurang-kurangnya satu kebijakan publik yang mempengaruhi kehidupan Sdr.
sebagai mahasiswa, dan termasuk tipe kebijakan publik macam apakah kebijakan public yang
mempengaruhi Sdr. tersebut!

a.
Menurut saya pernyataan tersebut salah, karena kebijakan publik termasuk salah satu keputusan
politik. Karena salah satu ciri khas dari keputusan politik adalah keputusan tersebut dimaksudkan
untuk kebaikan bersama masyarakat umum dan mempengaruhi masyarakat umum. Dalam
kebijakan publik tujuannya sama seperti ciri khas dari keputusan politik sehingga kebijakan publik
juga merupakan keputusan politik (Surbakti, 2010: 243).

b.
1. Kebijakan Regulatif

Terjadi apabila kebijakan mengandung paksaan dan akan diterapkan secara langsung terhadap
individu. Kebijakan ini dibuat untuk mencegah individu melakukan suatu larangan dan memaksa
individu melakukan suatu tindakan hingga kepentingan umum (Surbakti, 2010: 246—247).

Contoh: Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang LALU LINTAS DAN ANGKUTAN
JALAN. Kebijakan tersebut mengatur memaksa tiap individu untuk mematuhi tata tertib lalu
lintas

2. Kebijakan Redistributif

Ditandai dengan adanya paksaan secara langsung kepada warga negara, tetapi penerapannya
melalui lingkungan (Surbakti, 2010: 246—247).

Contoh: Undang-Undang mengenai pajak, pendapatan, pajak kekayaan, pajak bumi dan bangunan,
pajak atas keuntungan dan bunga tabungan, dan iuran listrik. Kebijakan tersebut digunakan untuk
membiayai pembangunan fasilitas umum, seperti jalan, jembatan, sekolah, dan rumah sakit.
3. Kebijakan Distributif

Ditandai dengan pengenaan paksaan secara tidak langsung (tidak dengan paksaan fisik), tetapi
kebijakan itu diterapkan secara langsung terhadap individu. Penggunaan anggaran belanja negara
atau daerah untuk memberikan manfaat secara langsung kepada individu (Surbakti, 2010: 246—
247).

Contoh: Pendidikan dasar yang bebas biaya, subsidi perguruan tinggi, subsidi sarana produk
pertanian, pelayanan kesehatan, fasilitas jalan raya, dan pemberikan hak paten kepada individu
yang berhasil menemukan sesuatu yang baru.

4. Kebijakan Konsituten

Ditandai dengan kemungkinan penenaan paksaan fisik yang sangat jauh, dan penerapan kebijakan
itu secara tidak langsung melalui lingkungan. Mencakup dua lingkup bidang, yaitu urusan
keamanan nasional dan luar negeri, dan berbagai dinas pelayanan administrasi (Surbakti, 2010:
246—247).

Contoh: Urusan keamanan nasional dan luar negeri, yaitu badan intelejen, ketertiban umum,
diplomasi, dan penerangan luar negeri dari Kemenlu, sedangkan dinas pelayanan administrasi,
yaitu lembaga administrasi negara, badan administrasi kepegawaian negara, percetakan negara,
biro statistik, pengkajian dan penerapan teknologi, dan pemetaan nasional.

c.
Setuju, karena menurut saya pada dasarnya jika kita saling berdiskusi untuk membuat keputusan
dan melibatkan banyak orang dalam forum diskusi tersebut, maka otomatis banyak perbedaan-
perbedaan pendapat sehingga kita akan bingung bagaimana memutuskannya dan mau tidak mau
keputusan yang diambil akan bersifat tidak mendasar karena harus menyatukan banyak kepala
(pemikiran atau keinginan)

Akan lebih efektif apabila orang yang berdiskusi jumlahnya sedikit, karena dengan perbedaan
pendapat yang sedikit maka mudah untuk mencapai keputusan, kepentingan yang harus dipenuhi
pun tidak begitu banyak, bahkan perbedaan pendapat atau kepintangannya bisa dijadikan satu
kesatuan. Oleh karena itu, kebijakan yang dihasilkannya lebih mendasar (komprehensif) (Surbakti,
2010: 255).

d.

Kebijakan seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Menurut saya, kebijakan tersebut juga
mempengaruhi saya karena dengan adanya sistem seleksi maka saya akan mempersiapkan dengan
matang materi-materi yang akan di ujikan, hal tersebut berdampak bagi kehidupan saya, contoh
kecilnya adalah saya yang ketika SMA jarang sekali belajar karena ketika dulu saya belajar mati-
matian supaya lulus seleksi tes masuk perguruan tinggi negeri, akhirnya kebiasaan belajar saya
terbawa sampai saya sekarang menjadi mahasiswa.

6. Hubungan Politik dengan Ekonomi. Jawablah pertanyaan berikut:


(a) Diskripsikanlah apa itu Ekonomi, dan apa itu Politik. Simpulkanlah keterkaitan keduanya hanya
ditinjau dari diskripsi kedua konsep tersebut.
(b) Jelaskanlah hubungan Politik dengan Ekonomi berdasarkan tiga model sistem ekonomi yang
dikemukakan oleh Grossman berdasarkan dua kriteria (siapa/apa yang mengkoordinasi
kegiatan ekonomi, dan siapa yang memiliki alat dan sarana produksi). Berdasarkan model
sistem ekonomi itu secara normatif- konstitusional Indonesia termasuk model sistem ekonomi
apa. Jelaskanlah alasannya.
(c) Pemerintah mempunyai kewenangan membuat dan melaksanakan Kebijakan Fiskal, sedangkan
Bank Indonesia mempunyai kewenangan membuat dan melaksanakan Kebijakan Moneter.
Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter beserta
contohnya masing-masing.
(d) Sekitar 60 juta orang Indonesia tergolong pelaku kegiatan ekonomi UMKM. Apakah UMKM dan
diskripsikanlah kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan UMKM.

a.

Politik adalah keputusan pemerintah yang bersifat otoritatif karena kewenangan paksaan
dimonopoli oleh pemerintah. Di dalam politik individu tidak selalu rasional dan dalam banyak hal
bertindak sesuai dengan aturan yang dibuat dan ditegakan pemerintah. Politik menanggap bahwa
dunia penuh dengan konfli, salah paham, dan paksaan. Keputusan dalam politik dibuat melalui
interaksi antara berbagai kelompok dan pemerintah dalam konteks struktur kelembagaan yang ada.

Ekonomi adalah suatu keputusan yang berdasarkan meka nisme pasar. Individu dalam ekonomi
berkehendak bebas dan pilihan rasional. Ekonomi menanggap dunia berjalan secara rasional tanpa
ada kendala. Dalam ekonomi keputusan dibuat oleh elite dengan mempertimbangkan untung rugi
tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain.

Dari deskiripsi diatas, keterkaitan antara politik dan ekonomi bisa dilihat dalam dua perspektif,
yaitu liberalisme ortodoks yang meilhat masyarakat sebagai suatu agregasi atau hasil pencapaian
kepentingan individu dan negara dipandang sebagai salah satu pranata atau sarana yang digunakan
individu untuk merealisasikan kepentingannya, yang kedua adalah kritik sosial terhuadap
liberalisme yang memandang keberadaan dan tindakan individu tidak terisolasi dari masyarakat,
dan masyarakat membentuk perilaku dan kepentingan individu.

Liberalisme ortodoks dibagi menajadi dua, ekonomisme dan politisisme. Ekonomisme menanggap
proses politi merupakan proses non politik, struktur politik dipandang tidak bertindak atas
kepentingan sendiri, melainkan sebagai sarana persaingan kepentingan kekuatan-kekuatan sosial.
Politisme menganggap struktur politik memiliki dan mengembangkan kepentingan sendiri dan
mengenaan kepentingan-kepentingan ini terhadap kepentingan ekonomi tertentu.

Ada pula keterkaitan antara politik dengan ekonomi yang dipat dilihat dari segi hubungan kausal,
yaitu yang pertama adalah kebijakan umum atau politisisme yang melihat politik menentukan
ekonomi. Kedua, ekonomisme liberal maupun Marxis melihat ekonomi menentukan politik.
(Surbakti, 2010: 262—267).

b.
Model sistem dari Grossman yaitu sistem ekonomi dibedakan menjadi kapitalis, komunis, dan
sosialis.

Kapitalis, koordinasi unit ekonomi dilakukan dengan mekanisme pasar, barang dan jasa dimiliki
atau dikuasi swasta.
Komunis, koordinasi unit ekonomi dengan perencanaan terpusan dan barang jasa dimiliki, dan
dikuasi oleh negara.

Sosialis, terdapat pembagian tugas antara perencanaan terpusat dan mekanisme pasar dalam
koordinasi unit ekonomi antara negara dan swasta dalam pemilihan barang dan jasa.

Dari penjelasan Grossman diatas, dapat disimpulkan hubungan politik dengan ekonomi yang
dijadikan suatu sistem ekonomi menyangkut tiga aspek, yaitu koordinasi unit ekonomi, mekanisme
pasar, dan pemilikan barang jasa. Koordinasi unit ekonomi maksudnya ialah pemerintah
menentukan barang dan jasa (apa yang harus diproduksi, sarana dan alat produksi, apa yang harus
digunakan, dan untuk siapa barang dan jasa itu diarahkan), mekanisme pasar merupakan sistem
yang mengoordinasikan kegiatan ekonomi, dan pemilikan barang dan jasa berarti siapa yang
memiliki barang dan jasa (sarana dan alat produksi) (Surbakti, 2010: 265—266).

Dari situ bisa dilihat bahwa hubungan politik dengan ekonomi adalah siapa (pemerintah atau
swasta) yang memegang koordinasi unit ekonomi dan kepemilikan barang dan jasa dalam
mekanisme pasar.

Indonesia termasuk dalam sistem ekonomi sosialis karena dalam pelaksanaan kegiatan
ekonominya pemerintah (negara) melibatkan pihak swasta juga. Contohnya, BUMN yang
merupakan milik negara banyak yang menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan swasta,
seperti PT Pelabuhan Indonesia III (Pelindo III) dan PT Pelindo IV bekerja sama dengan BUMN
dan swasta lainnya guna pengoptimalisasi pembangunan kawasan lahan, penyediaan rumah bagi
karyawan, hingga kerja sama di bidang asuransi.

Sumber: Fauzi, Fadhly. 2017. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-


3728680/pelindo-iii-dan-iv-kolaborasi-dengan-12-bumn-dan-swasta (diakses 17 Januari 2021)

c.

Kebijakan Fiskal, kebijakan penerimaan negara, seperti besar-kecilnya pajak dalam segala bentuk
dan bea cukai yang dapat merangsang perluasan usaha. Dalam kebijkan fiskal besar-kecilnya
pengeluaran pemerintah dalam berbagai sektor ekonomi merupakan faktor penting yang
memengaruhi volume dan ruang lingkup kegiatan ekonomi swasta. Kebijakan fiskal ini juga
digunakan untuk menstabilkan ekonomi (Surbakti, 2010: 272—273).

Contoh: Apabila terdapat kemunduran ekonomi, tarif pajak diturunkan dan/atau jumlah
pengeluaran ditingkatkan, sedangkan ekonomi berkembang terlalu cepat, tetapi bidang lain
ketinggalan maka tarif pajak akan dinaikkan dan/atau jumlah pengeluaran diturunkan.

Kebijakan Moneter, kebijakan pemerintah dalam penyediaan kredit dari bank dan pengendalian
jumlah uang dalam peredaran. Kebijakan moneter dapat digunakan untuk meningkatkan
pemerataan usaha dengan cara menjamin pemberian kredit kepada pengusaha kecil.

Contoh: Apabila jumlah uang yang beredar di masyarakat melebihi jumlah barang sehingga terjadi
inflasi, pemerintah melalui kementrian keuangan dan bank sentral dapat mengatasi dengan
menaikkan bunga tabungan.

d.

Merujuk dari kriteria yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, UMKM
adalah usaha perdagangan yang dikelola oleh badan usaha atau perorangan yang merujuk pada
usaha ekonomi produktif.

Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan UMKM salah satunya adalah One Single
Submission. Online single submission atau OSS diluncurkan pada 8 Juli 2018 dalam rangka
menyederhanakan proses perizinan berusaha.

Disebut pertama kali dalam Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017, aturan pelaksanaan OSS
tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018. OSS adalah sistem perizinan berbasis
teknologi informasi yang mengintegrasikan perizinan di daerah dan pust dalam rangka
mempermudah kegiatan usaha di dalam negeri. OSS merupakan sistem perizinan berusaha yang
terintegrasi secara elektronik dengan seluruh kementrian atau lembaga negara hingga pemerintah
daerah di Indonesia.

Kebijakan tersebut kemudian memberikan keringanan biaya berijinan untuk pembentukan Usaha
Kecil dan pembebasan biaya perijinan bagi Usaha Mikro serta dukungan pembiayaan yang
terjangkau bagi Usaha Mikro dan Kecil.
Sumber: BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. 2020.
https://www.investindonesia.go.id/id/artikel-investasi/detail/mari-mengenal-online-single-
submission-untuk-pelaku-bisnis (diakses 17 Januari 2020)

DAFTAR PUSTAKA

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Surbakti, Ramlan, dkk. 2011. Merancang Sistem Politik Demokratis Menuju Pemerintahan
Presidensial yang Efektif. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan.

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. 2020.


https://www.investindonesia.go.id/id/artikel-investasi/detail/mari-mengenal-online-
single-submission-untuk-pelaku-bisnis (diakses 17 Januari 2020)

Farisa, Fitria. (2019). Diakses Januari 17, 2021 dari


https://nasional.kompas.com/read/2019/08/31/11152361/hasil-lengkap-perolehankursi-
dpr-2019-2024?page=all)

Fauzi, Fadhly. 2017. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3728680/pelindo-iii-dan-


iv-kolaborasi-dengan-12-bumn-dan-swasta (diakses 17 Januari 2021)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Anda mungkin juga menyukai