Anda di halaman 1dari 7

PAPER

ETIKA PARTISAN
MUHAMMAD SIBGATULLAH
PASCASARJANA ILMU POLITIK/E052221006

Pada sistem demokrasi kebebasan merupakan pijakan utama dalam jalannya sistem sosial dan
politik. Tanpa kebebasan, demokrasi telah di anggap kehilangan Rohnya sebagai suatu sistem
yang mengakomodir Hak Asasi masyarakat. Sebagai proses aktualisasi nilai-nilai
kemanusiaan demokrasi dijalankan atas orientasi nilai yang ada dan diterapkan juga pada
sebuah sistem agar nilai itu dapat terjaga dengan baik. Dari kebebasan itu setiap individu
dalam masyarakat memliki hak untuk memberikan dan menyatakan dukungan-dukungan
politiknya kepada aktor politik tertentu. Seperti yang telah dipahami Politik itu sarat akan
sebuah nilai yang terkandung dan ditafsirkan serta dijalankan dalam mencapai sebuah tujuan
tertentu. Jadi dalam melaksanakan dukungan dan partispasi dalam kegiatan politik
dibutuhkan sebuah etika yang mengatur jalannya kegiatan-kegiatan tersbeut. Dalam tulisan
ini penulis akan menguraikan beberapa poin pembahasan yang menyangkut tentang Etika
Partisan dalam berpolitik. Pertama akan dijelaskan tentang bagaimana demokrasi dan hak
kebebasan itu memberikan ruang bagi partisan dalam kehidupan masyarakat yang akan
menunjang kegiatan politik dalam demokrasi. Kemudian selanjutnya akan di uraikan apa saja
bantuk-bentuk partisan politik dan juga akan di uraikan dampak dari politik partisan sebagai
konsekuensi dari partisan politik yang tidak sesuai dengan asas nilai dan norma politik yang
ada dan pada paragraph terakhir akan ditarik beberapa poin kesimpulan terkait tema
pembahasan paper ini.

Demokrasi dan hak kebebasan

Di Indonesia dengan sistem demokrasinya menjalankan tata kehidupan masyarakatnya sesuai


dengan nilai dasar yang diserap dari nilai kehidupan dalam bangsa Indonesia yakni Pancasila.
Etika politik Pancasila mengamanatkan bahwa Pancasila sebagai nilai-nilai dasar kehidupan
bernegara, berbangsa dan bermasyarakat harus dijabarkan dalam bentuk perundang-
undangan, peraturan atau ketentuan yang dibuat oleh penguasa. Hak kebebasan warga negara
telah di atur oleh sistem hukum dan Konstitusi dengan sangat baik mulai dari kebebasan
berekspresi di muka umum, kebebasan pers, kebebasan dalam menjalankan kepercayaan,
kebebasan untuk menjalankan sistem ekonomi, hingga kebebasan dalam menjalankan
kehidupan politik. Kehidupan demokrasi memang sangat identik dengan kebebasan yang
dimana kebebasan itu tidak dimaksudkan untuk sampai merusak kebebasan individu yang
lain sehingga diperlukan sebuah hukum dan regulasi oleh negara untuk menjamin kualitas
kebebasan tersebut.

Berkenaan dalam menjalankan kebebasan politik tidak terlepas pula pada tatanan nilai dan
norma yang ada sebagaimana yang diketahui bahwa terkadang kegiatan-kegiatan politik
dijalankan tanpa memperhatikan bahkan sampai membuang nilai-nilai dan moralitas
kemanusiaan. Padahal politik itu merupakan sebuah ikhtiar bagi masyarakat untuk mencapai
sebuah cita-cita kehidupan yang di dambakan. Maka dari itu dalam berpolitik dibutuhkan
sebuah Ethics yang memandu masyarakat dalam mengaktualkan segala bentuk Tindakan-
tindakan politiknya. Karena hanya dengan politik yang beretika kita semua dapat mencapai
tujuan yang baik dengan cara atau sistem yang baik pula. Etika Politik mengatur segala
tindakan masyarakat dalam kegiatan politiknya sesuai dengan asas nilai, norma, dan moral
yang berlaku pada masyarakat.

Partisipasi merupakan hal yang esensial dalam negara demokrasi. Dalam mewujudkan
partisipasi politik, setidaknya ada tigal hal yang harus diperhatikan. Pertama, harus ada
kompetisi dalam arti jabatan-jabatan publik harus dikompetisikan. Kedua, partisipasi dalam
rangka mempengaruhi kebijakan pemerintah. Ketiga, kebebasan berpendapat, dalam hal ini
negara telah memberikan aturan dan regulasi sebagaimana yang telah di atur pada Undang-
undang Pasal 28 tahun 1945 yang berisikan “Hak warga negara dan penduduk untuk
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan
sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang”. Termasuk juga kebebasan
untuk memberikan dukungan kepada aktor, Lembaga politik, dan kebijakan pemerintah.
Tanpa adanya dukungan dan pasrtisipasi dari masyarakat segala hal yang menyangkut terkait
sistem politik tidak akan berjalan dengan baik karena kembali dari terma dari demokrasi itu
sendiri ialah “Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Dukungan dan partisipasi
masyarakat menjadi sangat urgent untuk diperhatikan dalam jalannya sistem kehidupan
politik pada suatu negara sehingga segala elemen yang ada pada negara bergerak dan saling
berinteraksi untuk menciptakan sebuah legitimasi masyarakat.

Dalam proses pelegetimasian yang di hadirkan oleh aktor tentu saja harus berkesesuaian
dengan wacana yang ada, dari wacana tersebut termuat segala hal yang menyangkut nilai
hingga kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya pemerintah sebagai pembuat kebijkan harus
melihat kondisi demikian untuk menghasilkan sebuah kebijakan yang tepat bagi
masyarakatnya serta tidak melanggar aturan Konstitusi yang telah ditetapkan. Begitupun juga
dengan masyarakat sebagai basis legitimasi harus dapat memahami konteks kebijakan dan
juga wacana yang dihadirkan oleh pemerintah dan aktor politik dengan baik agar dapat
bertindak sesuai dengan nilai dan juga norma yang ada untuk mendapatkan dan mencapai
cita-cita yang di harapkan. Dengan demikian, pasrtisipasi memiliki peranan yang penting,
baik bagi setiap individu untuk mengontrol dan mengawasi kebijakan pemerintah agar
terhindar dari tindakan penyelewenangan yang dapat merugikan masyarakat, maupun bagi
pemerintahan untuk mengukur tinggi atau rendahnya sistem demokrasi di suatu negara.

Partisan Politik

Partisan politik atau biasa yang di istilahkan sebagai pendukung, simpatisan, golongan, dan
pengikut aktor atau organisasi politik terbentuk karena adanya aktualisasi kinerja politik. Di
Indonesia, Pancasila sebagai cita-cita politik bangsa Indonesia merupakaan sebuah basis nilai
untuk menentukan arah pergerakan dan tindakan politik. Untuk mencapai cita-cita politik itu
dilakukan dalam konteks perjuangan politik, seperti dalam kontestasi jabatan publik atau
pemilihan umum dilaksanakan untuk menjaga kedaulatan masyarakat sehingga peranan
partisan politik masyarakat sangat dibutuhkan karena menyangkut tentang eksistensi
kebebasan individu. Dari pemilihan umum masyarakat dapat bebas memilih calon
pemimpinnya, mengikuti penawaran program politik yang ditawarkan. Setelah rangkaian
proses telah dijalani masyarakat akan menilai kepada siapa ia akan memberikan dukungan
politiknya.

Wujud yang jelas dalam partisan politik adalah ikut menjadi anggota atau bagian dari sebuah
organisasi politik seperti Partai politik. Di dalam penyelenggaraan Pemilu, partai politik
memiliki pengaruh dan peran yang sangat vital karena partai politik adalah media dalam
pelaksanaan pemilu bagi rakyat untuk memilih wakil-wakil rakyatnya yang akan duduk
dalam lembaga negara. Pembentukan Partai Politik pada dasarnya merupakan salah satu
pencerminan hak warga negara untuk berserikat, berkumpul, dan menyatakan pendapat sesuai
dengan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa warga negara
Indonesia memiliki kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang undang. Melalui Partai Politik
rakyat dapat mewujudkan haknya untuk menyatakan pendapat tentang arah kehidupan
berbangsa dan bernegara. Selain itu pada dasarnya negara tidak membatasi jumlah Partai
Politik yang dibentuk oleh rakyat. Pasal 1 Undang undang No.31 Tahun 2002 tentang Partai
Politik, menyatakan bahwa: “Partai Politik adalah setiap organisasi yang dibentuk oleh warga
negara Republik Indonesia secara sukarela atas persamaan kehendak untuk memperjuangkan
baik kepentingan anggotanya maupun bangsa dan negara melalui pemilihan umum.”

Dalam struktur partai politik landasan utamanya ialah Ideologi Partai. Ideologi dalam partai
politik merupakan hal wajib bagi suatu partai politik. Tentunya dengan adanya suatu ideologi
yang berlaku dalam politik tersebut maka kita akan mengetahui tentang arah dari partai
politik dan juga dapat menjalankan fungsinya sebagai payung demokrasi dan juga
penampung dari suara rakyat itu sendiri. Tentunya dengan adanya suatu ideologi partai
politik yang berlaku di masyarakat maka program kebijakan partai itu harus dapat menjadi
suatu program yang mendatangkan kebermanfaatan bagi masyarakat. Dalam hal ini partai
politik memberikan ruang partisan kepada masyarakat untuk ikut bergabung atau mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi dalam memperjuangkan cit-cita pollitiknya sebagaimana
yang termuat dalam idelogi partai.

Untuk mengajak masyarakat untuk menjadi partisan, partai politik melakukan pewacanaan
kepada masyarakat yang memuat terkait persoalan-persoalan sosial, ekonomi, budaya, dan
lain sebagainya. Yang pada intinya wacana itu harus memberikan gambaran kepada
masyarakat bahwa kehadiran partai politik tersebut dapat menjadi problem solver atas
permasalahan yang ada di masyarakat untuk dituntaskan melalui pemparan program dan
kebijakan yang ideal. Biasanya ketika individu atau kelompok lembaga masyarakat telah mau
mengharapkan program tersebut disitulah mulai terjadi inklusivitas partisan dalam
masyarakat.

Sistem kerja partisan pada kegiatan politiknya akan senantiasa memberikan dukungan baik
secara moril hingga secara materiil. Tidak hanya itu, penggaungan visi misi lembaga politik
yang di ikuti akan dilakukan terhadap individu dan kelompok masyarakat yang lain yang
bertujuan untuk memperbesar legitimasi terhadap dukungan politik yang dimiliki. Pada
kondisi tertentu inklusivitas partisan dapat berubah menjadi sebuah fanatisme yang dimana
pada kondisi itu cara berpikir dan tindakan seseorang sangat ditentukan oleh prilaku aktor
politik maupun kebijakan yang dikeluarkan oleh partai politik yang didukungnya. Tentu saja
itu menjadi kondisi yang sudah tidak ideal lagi bagi kesehatan berpolitik kita dalam sistem
Demokrasi karena akan menjadikan posisi kedirian yang Eksklusif terhadap individu dan
kelompok yang lain.

Dampak partisan politik


Partisan politik sebagai media penyalur agenda partai politik di ruang publik. Pada ruang
publik segala kontestasi wacana dari masing-masing aktor dan partai politik akan di
pertarungkan untuk meraup legitimasi masyarakat sebesar-besarnya. Karena sebelum
pemilihan umum dilakukan di bilik suara kontestasi wacana harus betul-betul dioptimalkan
dan dimassifkan kepada konstituen dan yang memliki peranan yang besar untuk melakukan
jal tersebut ialah partisan. Dikarenakan partisan memiliki kedudukan dan kondisi yang sama
dengan masyarakat umum lainnya, partisan juga merupakan bagian dari elemen masyarakat
yang menginginkan cita-cita kehidupan dapat terwujud dan ingin mendapatkan kebijakan
pemerintah yang pro terhadap perkembangan masyarakat.

Pertarungan wacana antar partai politik di ruang publik dimainkan dan dilakukan oleh para
partisan, dan yang namanya pertarungan dimutlakkan terjadinya rivalitas. Identitas partisan di
ruang publik ditentukan oleh kebijakan partai politik sehingga disinilah juga terjadi
perubahan identitas subjek/individu untuk melakukan sebuah tindakan. Identitas yang
terbentuk telah menggeser identitas yang sebelumnya sudah ada. Sebut saja identitas
sebelumnya terbentuk karena asas kekeluargaan, kekerabatan, solodaritas, atau kesalehan
yang semuanya bersumber pada nilai tertentu di luar nilai perjuangan politik. Jika identitas
telah berubah maka akan mempengaruhi pola interaksi pada lingkungan. Yang pada awalnya
kita berintrekasi secara deliberative berubah menjadi interkasi yang ekslusif tanpa
mempertimbangkan hal apa saja yang dapat disepakati dan disetujui bersama sementara
partisan telah ditentukan arah dan gestur interkasi oleh masing-masing partai politik atau
aktor yang di legitimate.

Disinilah poin utama nilai kebebasan dalam bertindak menjadi pemicu ke arah konfliktual.
Mengapa demikian, karena partisan sudah tidak lagi melihat ruang publik menjadi sarana
aktualisasi nilai bersama melainkan sebagai pertarungan perjuangan politis karena
mendapatkan doktrin dari partai politik yang di dukung sementara penafsiran nilai oleh partai
politik dengan yang lainnya itu terkadang berbeda tergantung sejauh mana kepentingan dari
masing-masing partai politik itu dapat terpenuhi.

Sebagai contoh kita bisa menyaksikan dinamika partisan ini dalam lingkup keluarga. Kondisi
kekeluargaan dapat berkurang diakibatkan anggota keluarga satu dengan yang lain bisa
bermasalah tatkala terjadi perbedaan dukungan politik teretentu misalnya antara suami dan
istri dapat bertengkar dikarenakan perbedaan dukungan politik dan dukungan politik
dilkaukan dengan cara yang berlebihan yang sudah tidak lagi melihat nilai moralitas dalam
hubungan kekeluargaan. Kondisi semacam ini memang menjadi prihatin karena perbedaan
dukungan dan pandangan politik bisa terjadi kekacauan. Semua berawal dari sebuah
kebebasan individu untuk menentukan sebuah tindakan dan pilihannya dan kebebasan itu kita
tidak dapat menghambatnya di karenakan itu adalah prinsip yang melekat bagi setiap individu
tanpa memandang status dan kedudukannya.

Oleh karenanya untuk menanggapi dampak dari dinamika yang terjadi diperlukan Kembali
memaknai nilai-nilai kebebasan dalam demokrasi sebagaimana mestinya. Kebijaksanaan
dalam memahami konteks politik dan juga memposisikan partisan politik sebagai sebagai
media dalam menyambungkan kepentingan bersama yang tetap mengacu pada tujuan dan
cita-cita bersama. Masyarakat seutuhnya membutuhkan cita-cita politik itu dan memerlukan
perjuangan politik untuk mencapainya namun yang perlu dingat bahwa segala aktifitas politik
pada dasarnya adalah berangkat dari basis nilai kebaikan yang ada sehingga peranan
penggunaan etika politik dalam partisan politik sudah seharusnya tetap diperhatikan dan di
aktualkan sekali lagi hanya dengan politik yang beretika kita semua dapat mencapai tujuan
yang baik dengan cara atau sistem yang baik pula.

Kesimpulan

Dari uraian di atas penulis akan menarik beberapa poin simpulan yang dirangkum sebagai
berikut,

 Partisan dapat menjadi penyangga Demokrasi karena menghidupkan kegiatan dan


tindakan Demokrasi pada masyarakat

 Sebagai media Artikulasi nilai dalam pencapaian tujuan

 Jika disalah gunakan, potensi Partisan dapat menjadi alat untuk menciptakan problem
pada kehidupan Demokrasi

 Untuk memaknai dan menjalankan Partisan dengan baik diperlukan kebijaksanaan


terhadap nilai-nilai yang ada dan juga menggunakan basis partisan sebagai
kepentingan bersama dalam mencapai tujuan bangsa dan negara.

Anda mungkin juga menyukai