Anda di halaman 1dari 18

CHAPTER 6

The Discursive and the Ideational in Contemporary Political Analysis: Beyond Materialism and Idealism
Sub Pembahasan : KONSTRUKTIVISME DALAM POLITIK HUBUNGAN INTERNASIONAL
Oleh :
Muhammad Sibgatullah Agussalim
E052221006
Pada materi ini akan di paparkan beberapa uraian :
Konstruktivisme

1. Uraian ringkas teori Konstruktivisme


2. Pokok-pokok pemikiran Konstruktivisme
3. Konstruktivisme dalam hubungan Internasional
4. Konstruktivisme di Indonesia
5. Konklusi
Sebelum menjadi bagian dari teori hubungan
internasional, konstruktivisme merupakan bagian
KONSTRUKTIVISME

dari teori sosial. Konstruktivisme baru masuk ke


ranah hubungan internasional sekitar akhir Perang
Dingin, yakni akhir 80-an dan awal 90-an oleh
ilmuwan – ilmuwan seperti Nicholas Onuf,
Alexander Wendt, Emanuel Adler dan yang lainnya.
Nicolas Onuf merupakan founder konstruktivisme dalam
hubungan internasional. Baginya, hubungan internasional Nicholas Onuf adalah akademisi Amerika
Serikat. Onuf menjabat dosen emeritus
adalah bentuk konstruktivisme sosial dimana ada dinamika hubungan internasional di Florida
interaksi hubungan manusia dengan masyarakat. Menurut International University dan anggota
dewan redaksi International Political
Onuf, pada dasarnya manusia memiliki sifat politik sejak lahir. Sociology, Cooperation and Conflict, dan
Dalam konstruktivisme, kemampuan meng-influence orang Contexto Internacional.
NICOLAS ONUF

lain adalah suatu bentuk atau cara bagaimana international


order terbentuk. Hubungan manusia dapat berkembang
menjadi fenomena internasional dapat dilihat dari skema
politik bahwa Ornuf percaya manusia lahir dengan kekuatan
politik yang melekat, lalu setelah individu berkembang dan
membentuk body of politic atau political organised
society dimana karakteristik individu tadi  berbaur menjadi 
satu, muncul sistem yang mengorganisasikan dirinya secara
politik yang apabila ditambah dengan wilayah dan kedaulatan
maka terbentuklah negara.
Menurut Alexander Wendt,
konstruktivisme adalah sebuah teori
struktural yang didasarkan pada asumsi Alexander Wendt adalah seorang ilmuwan politik
bahwa aktor digabung secara sosial. yang juga merupakan salah seorang sarjana
ALEXANDER WENDT

konstruktivis sosial di bidang hubungan


Asumsi dasar dari konstruktivis yaitu, ide internasional.

(gagasan), norma, dan identitas,


merupakan aspek non-materil yang dapat
membentuk tindakan suatu aktor dalam
hubungan internasional.
Emanuel Adler membagi konstruktivisme
menjadi dua pendekatan. Pendekatan
pertama melihat realitas (material) dan
ide sebagai dua hal yang berbeda dan
terpisah sama sekali. Realitas adalah Emanuel Adler adalah profesor ilmu politik dan
EMANUEL ADLER

Andrea and Charles Bronfman Chair dalam Studi


segala sesuatu yang dapat diindera jadi Israel di University of Toronto. Ia juga merupakan
editor International Organization dan profesor
jelas bentuknya. Realitas itu seperti terhormat di Departemen Ilmu Politik University
of Copenhagen.
bentuk pikiran dari subjektivitas
manusia. Sedangkan Ide berada di
dalam pikiran manusia.
PEMAKNAAN NILAI/
PENGETAHUAN
METHODOLOGY

INTERDISIPLINER

KONSTRUKTIVISME
KOMPARATIF

KOLABORATIF
Rasionalis - Positivis

Realisme, Liberalisme,
COMPARATIVE LITERATURE
Marxisme

Konstruktivisme

Reflektivis - Postpositivis
postmodern, postrukturalis,
Mazhab Frankrut (teori kritis),
feminis, postkolonial, teori
normatif, studi perdamaian,
pendekatan antropologis dan
sosiologi historis.
TEORI KONSTRUKTIVISME

• Secara epistimologis, konstruktivisme memiliki banyak persamaan dengan postpositivis sehingga


dalam konteks ini konstruktivisme berada dalam satu barisan anti‐positivisme.

• Secara ontologis, paradigma ini menawarkan gagasan dasar bahwa struktur internasional adalah
sebuah konstruksi sosial. Ia terbangun oleh praktek intersubjektif antar aktor yang kemudian
terjadi hubungan saling mempengaruhi antara struktur dan aktor‐aktor penciptanya.

• Konstruktivisme melihat bahwa negara, sama seperti manusia, bersifat sosial. Oleh karenanya
sistem internasional yang kita miliki merupakan hasil dari konstruksi sosial yang terbentuk antar
negara. Konstruksi sosial sendiri ialah hasil pemikiran dan interaksi manusia dengan satu sama
lain

• Konstruktivisme pada dasarnya mengasumsikan bahwa politik internasional adalah hasil dari
suatu “konstruksi sosial”, yakni proses dialektika antara “struktur” dan “agen”, di mana
lingkungan sosial-politik dan manusia saling berinteraksi untuk menghasilkan perubahan-
perubahan sosial-politik.
TEORI KONSTRUKTIVISME

• Jika realisme dan liberalisme berfokus pada faktor-faktor yang bersifat material (kasat mata)
seperti power dan perdagangan maka konstruktivis berfokus pada ide.

• Konstruktivis dibangun dari basis ide, norma, budaya, dan nilai. Atas dasar itulah konstruktivis
digolongkan ke dalam teori idealis. Formulasi teoritik konstruktivis menyatakan bahwa
lingkungan sosial menentukan bentuk identitas aktor. Identitas kemudian menentukan
kepentingan, dan kepentingan akan menentukan bentuk tingkah laku, aksi ataupun kebijakan dari
aktor. Pada tahap berikutnya identitas juga akan mempengaruhi bentuk dari lingkungan sosial.

• Konstruktivis memberikan perhatian kajiannya pada persoalan-persoalan bagaimana ide dan


identitas dibentuk, bagaimana ide dan identitas tersebut berkembang dan bagaimana ide dan
identitas membentuk pemahaman negara dan merespon kondisi di sekitarnya.
IDE
Ide/gagasan menjadi orientasi utama dalam
bertindak yang diperoleh dari interaksi
POKOK PEMIKIRAN

subjektifitas hingga menghasilkan Shared


Idea (Gagasan Bersama).

STRUKTUR
Struktur-struktur yang menyatukan
masyarakat lebih ditentukan oleh shared
ideas (gagasan-gagasan yang diyakini
bersama) dari pada kekuatan material.

Identitas/Agensi
Identitas dan kepentingan aktor-aktor lebih
ditentukan oleh shared ideas dari pada
faktor-faktor materil.
Konstruktivisme Dalam Politik Hubungan Internasional
1. Negara
2. Anarki Internasional
ASUMSI

3. Peranan Ide
4. Perang dan Perdamaian
5. Sistem Internasional
6. Individu
KONSTRUKTIVISME DI INDONESIA

1. Pancasila sebagai basis Idea/gagasan bersama


2. Tujuan negara menghasilkan struktur
3. Konstitusi dan Kebijakan negara sebagai
identitas aktor
4. Bebas Aktif – Hubungan Internasional
Kelebihan
Menjaga dialektika subjek dalam
berkehidupan sosial dan politik

Memberikan pemikiran dan Tindakan


alternatif

Dapat menjaga hubungan antar negara dari


konfliktual

Kekurangan
Tidak dapat memnentukan arah gerak subjek secara
tetap dan tidak bersifat prediktif

Cenderung mengabaikan kemandirian objek sehingga


rawan terjadi kekeliruan penafsiran.

Tidak semua aktor/negara dapat mengaplikasikan


1. Konstruktivisme menantang pendekatan hubungan internasional tradisional yang melihat sistem dunia sebagai
sesuatu yang ‘given’. Tidak seperti teori sebelumnya, Konstruktivisme melihat bahwa kepentingan muncul
sebagai hasil dari interaksi sosial dan hasil berpikir/ide, tidak seperti teori sebelumnya yang melihat bahwa
kepentingan muncul terlebih dahulu sebelum interaksi terjadi (untuk memenuhi kepentingan tersebut).
2. Konstruktivisme menawarkan cara – cara alternatif dalam memandang fenomena dunia yang tidak dapat
KESIMPULAN

dijelaskan teori – teori sebelumnya.


3. Meski menjadi bagian dari critical theory, ide – ide dan analisis konstruktivisme tetap bersifat empiris sehingga
konstruktivisme tetap masuk akal dan kredibel sebagai sebuah teori.
4. Konstruktivisme membantu peneliti hubungan internasional memahami pembentukan kebijakan luar negeri
lebih baik, karena ia menawarkan alternatif dari pandangan tradisional yang selalu melihat aktor sebagai pihak
rasional. Konstruktivisme menawarkan penjelasan yang lebih berdasarkan pada identitas, norma serta sejarah
yang dimiliki aktor dalam pengambilan keputusannya dibandingkan menggunakan kalkulasi untung – rugi
semata.
● Adler, Emanuel, Communitarian International Relations: The Epistemic Foundations of International Relations (London dan New York: Routledge, 2005).

● Brown, Chris dan Kirsten Ainley, Understanding International Relations, 3rd ed. (London dan New York: Palgrave, 2005).

● Checkel, Jeffrey T., “Constructivism and Foreign Policy,” dalam Foreign Policy: Theories. Actors. Cases, ed. Steve Smith, Amelia Hadfield dan Tim Dunne
(Oxford: Oxford University Press, 2008).

● Chernoff, Fred, Theory and Metatheory in International Relations (Basingstoke: Palgrave, 2008).
BIBLIOGRAPHY

● Griffiths, Martin, Terry O’Callaghan dan Steven C. Roach, International Relations: The Key Concepts, 2nd ed. (London dan New York: Routledge, 2008).

● Reus-Smit, Christian, “Constructivism,” dalam Theories of International Relations, 3rd ed.Scot Burchill et.al. (Basingstoke: Palgrave, 2005).

● Weber, Cynthia, International Relations Theory: A Critical Introduction, 3rd ed. (London, New York: Routledge, 2010).

● Wendt, Alexander, “Anarchy is what States make of it: The Social Construction of Power Politics”, dalam International Organization, Vol.46, No.2,
(1992) p. 391-425.

● Wendt, Alexander, “Constructing International Politics,” dalam Theories of War and Peace, ed. Michael E. Brown et.al (Cambridge dan London: MIT Press,
1998).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai