Disusun oleh:
Andre Roha Nadzifa (195120607111028)
Ardyansyah Ilham P (195120601111013)
Bayu Aji Gatiadi Gumirang (195120607111031)
Debrina Saski Mutia (195120607111025)
Eryca Regita Wijaya Cahyani (195120607111029)
Secara etimologi politik berasal dari kata “polis” (Yunani) yang berarti kota
atau negara kota. Kemudian diturunkan kata-kata “polities” yang berarti warga
negara, politike te ckne’ berarti kemahiran politik dan politike episteme yang
berarti ilmu politik. Secara istilah politik adalah usaha untuk mencapai atau
mewujudkan cita-cita atau ideologi (Ismail, 1984). Menurut Miriam Budiardjo,
jika kita melihat ke belakang terkait sejarah atau awal mula munculnya sebuah
partai politik, yaitu diakibatkan dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat
merupakan faktor yang perlu diperhitungkan dan diikutsertakan dalam proses
politik sehingga partai politik secara tidak langsung serta spontan telah lahir dan
muncul di kalangan masyarakat. Akhirnya, partai politik berkembang menjadi
penghubung antara rakyat dengan pemerintah. Partai politik umumnya dianggap
sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau sedang
dalam proses memodernisasikan diri (Budiardjo, 1989).
Selain itu, ada beberapa hal penting yang perlu digaris bawahi mengenai
partai politik, yaitu partai politik harus berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan
pemilu sebagai peserta maupun sebagai penyelenggara. Partai politik juga harus
berusaha mendapatkan atau menempati jabatan-jabatan publik dan berusaha
mendapatkan mandat dari masyarakat publik sehingga menjadi wakil bagi
masyarakat dalam dunia politik pemerintahan. Banyak orang yang menganggap
bahwa di setiap negara sendiri harus mempunyai partai politik, banyak juga yang
menganggap negara yang mempunyai partai politik adalah negara yang maju
karena dengan adanya partai politik adalah bagian dari pembangunan politik yang
demokratik. Dan pada kenyataannya banyak negara yang tidak mempunyai partai
politik yang demokratik, bahkan sebaliknya di negara-negara lain yang sudah
berpartai politik dengan seolah-seolah telah mengaplikasikan teori pembangunan
politik yang demokratik yang ternyata malah bertentangan dengan nilai-nilai
demokrasi yang telah dibuat. Sejatinya hakikat kehidupan sosial sesungguhnya
merupakan bentuk politik dan berinteraksi satu sama lain dari dua atau lebih orang
yang nantinya sudah pasti akan melibatkan adanya hubungan politik didalamnya.
Orang-orang ini biasa disebut dengan politisi. Sehingga menurut pendapat
Aristoteles bahwa satu-satunya cara untuk memaksimalkan kemampuan seorang
individu dan untuk mencapai bentuk kehidupan sosial yang tertinggi adalah
melaluii interaksi politik dengan orang lain didalam sebuah kerangka atau struktur
kelembagaan, yang dirancang untuk memecahkan adanya konflik sosial yang
terjadi didalam masyarakat dan untuk membentuk tujuan kolektif dalam suatu
bangsa atau negara. Hal ini dikarenakan itu semua orang adalah politisi, meski
sebagaian (pejabat negara) lebih banyak melakukan kegiatan politik bila
dibandingkan dengan yang lainnya.
Partai politik sejatinya harus ada didalam kehidupan masyarakat republik,
bahkan partai politik yang kita kenal merupakan lembaga pengendalian konflik
kepentingan yang ada dalam masyarakat politik nasional. Maka dari itu, partai
politik menjadi komponen yang paling penting dalam dinamika perpolitikan suatu
bangsa. Partai politik sendiri merupakan lembaga yang harus mengagregasi, yang
mengartikan bahwa kepentingan yang terjadi dalam masyarakat ini termasuk
dengan mensosialisasikan dalam nilai-nilai politik yang berlaku pada masyarakat
yang bersangkutan itu sendiri. Fungsi utama dalam partai politik sendiri, yaitu
mencari dan mempertahankan kekuasaan guna untuk mewujudkan program-
program yang telah disusun berdasarkan ideologi itu sendiri. Selain itu, cara yang
digunakan oleh suatu partai politik dalam sistem politik yang demokrasi untuk
mendapatkan kekuasaan yaitu dengan ikut serta dalam pemilu atau pemilihan
umum. Sebagai salah satu contoh partai politik di Indonesia ialah partai politik
PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) yang memiliki ideologi sendiri.
Ideologi yang dianut oleh PDIP adalah berdasarkan pada filosofi nasional resmi
Indonesia, yaitu pancasila, nasionalisme ekonomi, nasionalisme Indonesia,
populisme dan sukarnoisme (Bulkin, 2013). PDIP juga ikut serta dalam
pelaksanaan pemilu di Indonesia mulai tahun 1977 hingga sekarang.
3. Partai politik sebagai sebuah bentuk organisasi politik haruslah selalu terus
hadir sebagai sebuah bentuk representasi politik masyarakat dalam
pemilihan umum. Perbedaan partai politik dengan organisasi masyarakat
lainnya seperti NGO adalah jika NGO hanya berfokus pada salah satu
permasalahan dalam masyarakat, sedangkan partai politik ini hadir sebagai
organisasi yang dapat merepresentasikan kepentingan kepentingan
masyarakat dalam pemilihan umum serta memiliki fokus permasalahan
masyarakat dengan cakupan yang lebih kompleks.
4. Sebuah partai politik harus menjadi organisasi yang bersifat independen
dari pengaruh kelompok kelompok manapun serta memiliki sifat
berkesinambungan atau permanen. Permanen yang dimaksud disini ialah
Partai politik harus dibentuk dengan kejelasan prospek keberlanjutan
partisipasinya dalam kegiatan pemilihan umum. Dalam buku ini dijelaskan
bahwa partai politik seharusnya dibentuk untuk tidak hanya mengikuti satu
pemilihan umum saja, akan tetapi pada pemilihan umum berikutnya.
Missal contohnya partai politik “A” pada periode tertentu mengikuti
pemilu dan setelah pemilu yang diadakan tersebut selesai partai politik
tersebut bubar atau membubarkan diri. Fenomena tersebut tidak termasuk
dalam kriteria partai politik serta tidak dibenarkan dalam buku ini. Maka
dari itu, sifat dari partai politik itu sendiri haruslah permanen dan
berkesinambungan untuk waktu selanjutnya.
Suatu organisasi juga dapat dianggap sebuah partai politik apabila melakukan
kontrol terhadap pemerintah serta berusaha untuk mendapatkan kursi atau merebut
kekuasaan pemerintah. Partai politik juga menampung aspirasi dari masyarakat
yang kemudian diwujudkan dengan kebijakan-kebijakan apabila dapat menduduki
kursi pemerintahan. Anggota dari partai politik pun dibentuk untuk dapat
menjalankan suatu kekuasaan dan mempunyai kapasitas untuk mengelola
pemerintahan. Hal yang membedakan antara partai politik dengan organisasi
yang lain, seperti ormas adalah terletak pada tujuannya. Ormas tidak memiliki
tujuan politis sedangkan partai politik mempunyai tujuan untuk mendapatkan
kekuasaan politik. Partai politik bukan hanya mendapatkan kekuasaan saja, tetapi
juga seperti yang disebutkan yaitu memperjuangkan aspirasi dan kepentingan
masyarakat Selain itu, partai politik menyerap aspirasi dan keluhan masyarakat
yang lebih luas dibanding dengan organisasi-organisasi seperti ormas atau LSM.
Partai politik dibentuk dengan persamaan visi-misi anggotanya, nilai-nilai yang
ada didalamnya dan tujuan atau cita-cita yang sama, misalnya seperti mewujudkan
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Sedangkan ormas dibentuk atas
persamaan agama, sosial, dan pendidikan.
Ciri khas dari partai adalah “semangat juang” mereka. Kesiapan mereka
untuk politik aksi dan konfrontasi politik dan aspirasi mereka untuk mengambil
alih dan mempertahankan kekuasaan pemerintahan. Persaingan antar partai ini
adalah instrumennya untuk mendapatkan kekuatan politik dan seluruh organisasi
partai pada akhirnya berakhir pada tujuan ini. Hanya pihak-pihak yang
berpartisipasi dengan sukses dalam kompetisi ini yang dapat memperoleh tempat
perwakilan politik. Hal tersebut menjadi rangsangan atau daya dorong utama bagi
partai untuk berpartisipasi dalam kegiatan pesta politik dan membuat pesta sangat
menarik setelah menjadi bagian dari pemerintahan. Tidak hanya menarik saja,
namun juga bersaing atau berkompetisi secara sehat dan bersih. Visi-misi yang
terdapat pada setiap politik tentunya bermacam-macam karena beragamnya partai
politik yang ada. Hal tersebut menjadi daya tarik masyarakat dalam memberikan
suaranya kepada partai-partai pilihannya masing-masing. Namun perlu
ditekankan, bahwasannya visi-misi dan program yang dimiliki partai politik perlu
juga dilaksanakan.
Pemilu merupakan salah satu hal yang dapat mengidentifikasi apakah sebuah
organisasi dapat dikatakan partai politik atau bukan. Menurut Giovanni Sartori,
partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan
pemilihan umum bisa menjadi ajang untuk para partai politik dalam mengajukan
calon-calonnya. Menurut cole, pemilihan umum, merupakan sarana kompetisi
untuk meraih kekuasaan di pemerintahan. Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan
bahwasanya partai politik dan pemilihan umum merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Kedua hal tersebut saling membutuhkan satu sama lain. Partai
politik yang menjadikan pemilihan umum sebagai sarana untuk tampil dan pemilu
yang menjadikan partai politik menjadi peserta di dalamnya. Partai politik adalah
lembaga politik yang mengikuti pemilihan umum yang wajib untuk melahirkan
wakil rakyatnya yang mampu menampung dan memperjuangkan kepentingan
rakyat.
Partai politik dapat dipahami sebagai asosiasi atau sebuah badan permanen
warga negara yang didasarkan pada keanggotaan bebas dan sebuah program yang
ingin menduduki posisi dalam pemerintahan melalui jalur pemilihan, posisi yang
menentukan secara politik negara dengan tim pemimpin mereka, untuk
mewujudkan saran serta nilai-nilai pada partai politiknya untuk menyelesaikan
permasalahan masyarakat yang belum terselesaikan. Ciri khas dari partai adalah
“semangat juang” mereka. Kesiapan mereka untuk politik aksi dan konfrontasi
politik dan aspirasi mereka untuk mengambil alih dan mempertahankan
kekuasaan pemerintahan. Persaingan antar partai ini adalah instrumennya untuk
mendapatkan kekuatan politik dan seluruh organisasi partai pada akhirnya
berakhir pada tujuan ini.